KTI

26
1 BAGIAN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN Perkembangan Kasus 2 Mei 2013 PERAWATAN GIGITIRUAN PENUH PADA PASIEN KEHILANGAN SELURUH GIGI : PERKEMBANGAN KASUS Oleh: Nama : Mulia Sari Mu`min Stambuk : J 111 08 004 Penguji Baca : 1. drg. Angela Thomas Koyama 2. drg. Peter Rovani Dosen Pembimbing : drg. Angela Thomas Koyama Residen pembimbing : drg. Rahmat Tempat : RSGMP FKG Unhas Hari/Tanggal Baca : Kamis / 2 Mei 2013 DIBACAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of KTI

Page 1: KTI

1

BAGIAN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Perkembangan Kasus

2 Mei 2013

PERAWATAN GIGITIRUAN PENUH PADA PASIEN

KEHILANGAN SELURUH GIGI : PERKEMBANGAN KASUS

Oleh:

Nama : Mulia Sari Mu`min

Stambuk : J 111 08 004

Penguji Baca : 1. drg. Angela Thomas Koyama

2. drg. Peter Rovani

Dosen Pembimbing : drg. Angela Thomas Koyama

Residen pembimbing : drg. Rahmat

Tempat : RSGMP FKG Unhas

Hari/Tanggal Baca : Kamis / 2 Mei 2013

DIBACAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: KTI

2

PENDAHULUAN

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, diantaranya

karena kecelakaan, penyakit, atau karena proses penuaan. Kehilangan gigi dalam

jumlah yang banyak dapat mempengaruhi berbagai hal dalam kehidupan

seseorang, seperti gangguan berbicara, mastikasi, estetika sehingga dapat

menyebabkan kurangnya rasa percaya diri.

Sebagian besar pasien yang mengalami kehilangan gigi adalah kaum lanjut

usia, sehingga pemeriksaan harus dilakukan tidak hanya memperhatikan kondisi

rongga mulut, tetapi juga dengan memperhatikan kondisi kesehatan umum

pasien.1

Perawatan untuk pasien lansia yang tidak bergigi merupakan suatu

tantangan bagi dokter gigi. Pembuatan gigitiruan lengkap untuk pasien lansia

umumnya sulit dan membutuhkan banyak waktu, selain itu kesuksesannya tidak

selualu dapat dijamin.2

Oleh karena itu, dalam pembuatan gigitiruan lengkap

dibutuhkan kerjasama yang baik antara dokter gigi, teknisi dan pasien. Dokter gigi

menentukan diagnosa, melakukan pekerjaan klinis, dan mengawasi hasilnya.

Teknisi harus dapat menginterpretasikan apa yang diingninkan dari seorang

dokter gigi. Serta keberhasilan perawatan pasien dalam beradaptasi dengan

protesa berhubungan dengan kemampuan pasien dalam belajar, keterampilan otot,

dan motivasi dari pasien itu sendiri.

TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan mengenai perawatan

gigi tiruan penuh pada pasien yang telah kehilangan seluruh giginya.

Page 3: KTI

3

LAPORAN KASUS

Seorang wanita berusia 60 tahun datang ke klinik Bagian Prostodonsia

RSGMP Kandea dengan keluhan utama yakni sulit mengunyah dan merasa

kurang percaya diri dengan penampilannya karena telah kehilangan seluruh

giginya.

Gambar 1. Profil wajah pasien

Gambar 2. Keadaan intraoral pasien

Ananmnesis

Dari hasil anamnesis, diperoleh informasi bahwa pasien ingin dibuatkan

gigi palsu karena susah mengunyah makanan dan berbicara akibat kehilangan

seluruh giginya. Pasien juga mengeluhkan tidak percaya diri karena giginya sudah

tidak ada. Kesehatan umum baik dan pasien tidak memiliki gangguan sistemik.

Gigi 44 merupakan gigi pasien yang paling terakhir dicabut yaitu pada bulan

November 2012. Pasien belum pernah menggunakan gigitiruan.

Page 4: KTI

4

Pemeriksaan Klinis

a) Pemeriksaan Ekstra Oral

Dari hasil pemeriksaan ekstraoral, diperoleh:

Profil muka pasien : Normal

Bentuk wajah : Persegi

Mata : Simetris

Hidung : Bernapas melalui hidung

Telinga : Simetris

Bibir : Pendek

Kelenjar limfe

o Kiri : Lunak, tidak sakit

o Kanan : Lunak, tidak sakit

Sendi : Tidak ada kelainan

Kebiasaan buruk : -

b) Pemeriksaan Intra Oral

Dari hasil pemeriksaan ekstraoral, diperoleh:

Kebersihan mulut : -

Frekuensi karies : -

Perawatan sebelumnya : Pencabutan gigi 44

Edentulous rahang atas dan rahang bawah.

Kedalaman vestibulum pada rahang atas sedang kecuali daerah

anterior dalamdan rahang bawah sedang kecuali daerah posterior

kanan dan kiri rendah

Frenulum pada rahang atas dan rahang bawah sedang.

Palatum berbentuk U, tidak terdapat torus pada palatum dan

mandibula.

Pasien memiliki lidah yang tipis dan lebar

Konsistensi saliva pasien encer

Page 5: KTI

5

Status Gigi Geligi

Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.

Diagnosis Kasus

Edentelous totalis RA dan RB.

Rencana Perawatan

Pembuatan gigi tiruan penuh lepasan akrilik RA dan RB.

Desain Gigi Tiruan

Page 6: KTI

6

PENATALAKSANAAN

Kunjungan Pertama

a) Pemeriksaan Subjektif dan Objetif

Pada kunjungan pertama ini, dilakukan pengisian kartu status. Setelah

dilakukan pengisian kartu status yang terdiri dari data demografi pasien,

pemeriksaan subjektif dan objektif, kemudian diinformasikan kepada pasien

mengenai diagnosis, dan rencana perawatan yang akan dilakukan, yakni

pembuatan gigitiruan penuh yang terbuat dari bahan akrilik pada rahang atas dan

rahang bawah. Pasien juga diberitahukan mengenai waktu kunjungan dan biaya

perawatan. Setelah semua informasi diberikan, pasien diminta untuk menanda

tangani informed consent sebagai tanda persetujuan tertulis dari pihak pasien.

b) Pembuatan Cetakan Pendahuluan

Setelah dilakukan penandatanganan informed consent oleh pasien,

kemudian dilakukan pencetakan pendahuluan. Adapun alat dan bahan yang

digunakan pada pencetakan pendahuluan ini berupa:

- Celemek dan alas meja

- Diagnostik set

- Sendok cetak no 1.

Dipilih setelah dicobakan terlebih dahulu pada pasien

- Rubber bowl dan spatula

- Bahan cetak irreversible hydrocolloid (alginat)

- Gips stone (Blue Dental Plaster, Korea).

Gambar 3. Hasil pencetakan dengan bahan irreversible hydrocolloid

Page 7: KTI

7

Gambar 4. Model studi

c) Pembuatan Sendok Ceak Individual

Pada model kerja digambarkan batas antara jaringan yang bergerak dan

tidak bergerak, lalu batas-batas sendok cetak individual ditentukan ±2 mm lebih

pendek dari batas jaringan bergerak dan tidak bergerak yang nantinya akan diisi

dengan bahan green stick pada tahapan border molding. Bahan sendok cetak ini

terbuat dari bahan shellac baseplate (Hiflex shellac base plate, PrevestDenpro

Limited, India) yang dliunakkan dengan cara dianaskan dia atas lampu spirtus,

lalu ditekan-tekan diatas model kerja hingga diperoleh bentuk yang sesuai.

Kelebihan shellac ini dipotong dengan menggunakan gunting dan pisau malam

saat masih dalam keadaan lunak. Kemudian dibuat pegangan dan lubang-lubang

pada sendok setak. Lubang-lubang ini berguna untuk mengalirkan bahan sendok

cetak yang berlebih.

Gambar 5. Sendok cetak individual

Page 8: KTI

8

Kunjungan Kedua

a. Bordel Moulding

Sebelum dilakukan border moulding, pasien dicobakan terlebih dahulu

sendok cetak individual yang telah dibuatkan. Jika sudah tidak ada undercut,

maka dapat dilanjutakan ke tahap border moulding.

Pada tahap border moulding ini menggunakan bahan greenstick compound

(Peri compound border moulding impression material, GC Corporation, Jepang)

yang digunakan dengan cara dipanaskan di atas lampu spirtus kemudian

dilelehkan diatas sendok cetak, direndam dalam air, beri vaselin dan dimasukkan

ke dalam mulut pasien sambil diinstruksikan untuk melakukan gerakan fisiologis.

Pada rahang atas, untuk pembentukan daerah tepi anterior dilakukan dengan cara

angkat dan tarik bibir atas keluar, kebawah dan kedalam serta minta pasien untuk

mengisap bibirnya. Untuk pembentukan tepi sayap daerah disto bukal dan

frenulun bukalis dilakukan dengan cara tarik pipi keluar, kebawah dan kedalam,

kemudian gerakkan pipi kedepan dan kebelakang serta minta pasien untuk

mengisap pipinya. Untuk membentuk daerah posterior palatum durum yang

merupakan batas antara palatum molle dan palatum durum pasien diinstruksikan

untuk mengucapkan “ah”.

Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap labial dilakukan dengan

cara bibir bawah diangkat keluar, keatas dan kedalam, serta meminta pasien untuk

mengisap mulutnya. Untuk daerah frenulum bukal pipi diangkat keluar, keatas,

kedalam, kebelakang dan kedepan serta meminta pasien untuk mengisap pipinya.

Pembentukan tepi sayap lingual dilakukan dengan cara menginstruksikan kapada

pasien untuk menekankan lidahnya kuat-kuat pada bagian anterior palatum,

menggerakkan lidahnya kekiri dan kekana, serta menjulurkan lidahnya.

Gambar 6. Hasil border moulding pada sendok cetak individual

Page 9: KTI

9

b. Pencetakan Fisiologis

Setelah dilakukan border molding, dilakukan pencetakn fisiologis dengan

menggunakan bahan (Exaflex Hydrophilic Vinyl Polysiloxane Impression

Material Regular Type, GC America Inc., Jepang) yang bersifat hidrofilik,

sehingga pada saat dilakukan pencetakan mukosa terlebih dahulu dikeringkan

dengan menggunakan tampon. Setelah kering, cetak bersama dengan bahan

elastomer dimasukkan ke dalam mulut untuk dilakukan pencetakan.

Gambar 7. Hasil cetakan fisiologis dengan bahan silikon yaitu polyvinyl siloxane (exaflex)

Setelah selesai mencetak, kemudian dicor dengan menggunakan gips stone

sehingga diperoleh suatu model kerja yang akan digunaan untuk pembuatan basis

dan galengan gigit.

Gambar 8. Model kerja dari hasil pencetakan fisiologis

Kunjungan Ketiga

Pengkuran Kesejajaran

Pada kunjungan ini, sebelumnya pasien dicobakan terlebih dahulu basis

gigitiruan dan galengan gigit atau bite rim rahang atas dan rahang bawah untuk

Page 10: KTI

10

melihat tinggi dan tebalnya. Basis gigitiruan terbuat dari resin akrilik sedangkan

bite rim terbuat dari baseplate wax.

Gambar 9. Basis dan bite rim

Setelah itu, buat garis nasoauricular atau garis camper dengan cara menarik

benang mulai dari bawah hidung pasien ke bagian atas tragus telinga pasien untuk

membantu menilai kesejajaran daribite rim rahang atas. Kemudian lakukan

kesejajaran dengan menggunakan fox plane yang dimasukkan kedalam mulut

pasien dan lihat apakah sudah sejajar dengan garis interpupil jika dilihat dari

depan, dan sejajar dengan garis camper jika dilihat dari samping kiri dan kanan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama tahapan kesejajaran ini, meliputi

labial fullness, tinggi rim, anterior plane, dan antero-posterior plane.

Gambar 10. Kesejajaran bite rim rahang atas dengan fox plane

Setelah melakukan kesejajaran, dilanjutkan dengan membuat gari-garis

pembantu yang meliputi garis sentral (central line), garis ketawa (high lip line),

dan garis sudut mulut (corner line). Setelah itu kemudian lakukan fiksasi rim atas

diartikulator.

Page 11: KTI

11

Gambar 11. Fiksasi rim atas di artikulator.

Kunjungan Keempat

Penentuan Dimensi Vertikal dan Posisi Distal

Setelah kesejajaran bite rim rahang atas, maka dilanjutkan dengan

menyesuaikan rim rahang bawah dengan rim rahang atas. Jika pada saat

penyesuain rim bagian depan terbuka maka dilakukan pengurangan rim belakang

rahang bawah, dan bila bagian belakang yang terbuka maka dilakukan

pengurangan rim depan. Setelah sesuai, kemudian dilakukan pengukuran dimensi

vertikal dengan cara pasien diminta untuk menyebutkan huru ‘M’ berulang-ulang

dan berhentui pada pertengahan bunyi ‘M’ yang terakhir pada saat bibir mulai

terpisah, kemudian ukur jarak kedua titik yang sebelumnya telah dibuat tanda

pada puncak hidung dan lekuk dagu. Pengukuran ini dilakukan berulang-ulang

sampai diperoleh angka yang sama, posisi ini menunjukkan posisi istirahat dari

pasien. Pada pasien diperoleh hasil 70 mm. Dimensi vertikal oklusi diperoleh

dengan cara mengurangi dimensi vertikal istirahat (70 mm)dengan free way space

(2-4 mm) yang hasilnya adalah 67 mm. Kemudian bite rim bawah dimasukkan ke

dalam mulut, lalu pasien dimintauntuk menelan dan menggigit dalam oklusi

sentris, kemudian dilakukan pengukuran dimensi vertikal oklusi. Pada saat ini,

diperoleh DV oklusi 69 mm, sehingga perlu dilakukan pengurangan pada rim

bawah sebesar 2 mm.

Tahap selanjutnya yakni melakukan penentuan posisi distal yakni sandaran

dental unit diatur agar pasien berada pada posisi supinasi. Dari sini mandibula

berada pada posisi yang paling distal. Kemudian tentukan garis median dan garis

premolar kiri dan kanan. Kemudian lakukan penetapan posisi distal berulang kali

hingga diperoleh posisi paling distal. Fiksasi bite rim rahang atas dengan rahang

Page 12: KTI

12

bawah dengan menancapkan paper klip yang telah dipanaskan. Kemudian,

keluarkan bite rim atas dan bawah secara bersamaan dengan cara pasien diminta

membuka mulut selebar mungkin hingga basisi gigitiruan terlepas dari ridge.

Setelah di fiksasi, kirim ke tekniker untuk tanam bite rim bawah pada artikulator

dan menyusun gigi anterior.

Gambar 11. Fiksasi rim rahang atas dan rahang bawah di artikulator.

Kunjungan Kelima

Pada kunjunagn ini, model telah ditanam pada artikulator dan telah

dilakukan penyusunan gigi anterior rahang atas dan bawah, sehingga akan

dilakukan try-ini gigi anterior untuk mengetahui susunan gigi-geligi.

Gambar 12. Penyusunan gigi anterior

Try-ini gigi anterior dimulai dengan pemeriksaan susunan gigi, kesesuaian

gigi, ukuran gigi dan posisi gigi pada model dengan keadaan dalam mulut pasien

dan oklusi dalam mulut pasien, ketetapan garis median, fullness, tinggi insisal

Page 13: KTI

13

gigi, overjet dan overbite, stabilitas, retensi, serta fonetik dengan

menginstruksikan pasien yntuk menyebutkan huruf ‘f’ dan ‘s’. Ternyata pada

pasien fullness-nya kurang sehingga perlu memajukan susunan gigi depan.

Setelah keadaan gigi tiruan telah sesuai dalam mulut, maka pasien

dipersilahkan untuk melihat dengan menggunakan kaca. Pasien ditanyakan

apakahgiginya terlalu panjang atau tidak, atau ada keluhan lain. Setelah pasies

sudah puas dan tidak memiliki keluhan lain, maka dapat dilanjutkan ke tahap

selanjutnya yakni penyusunan gigi posterior.

Gambar 13. Try-in gigi anterior pada pasien

PEMBAHASAN

Pemeriksaan

Dalam membuat suatu keputusan yang tepat, dokter gigi harus melakukan

beberapa prosedur tertentu sebelum melakukan perawatan kepada pasien, salah

satu awalnya yakni pengumpulan data pasien dan pemeriksaan pada pasien yang

dicatat dalam sebuah kartu status.

Pada kasus ini, seorang wanita bernama Dg, Nahariah berusia 60 tahun

seorang seorang ibu rumah tangga, datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut drg.

Halimah dg. Sikati Universitas Hasanuddin mintadibuatkan gigitiruan karena

seluruh gigi pada kedua rahang sudah tidak ada. Berdasarkan hasil anamnesis

yang dilakukan, pasien mengatakan belum pernah memakai gigitiruan dan

terakhir kali melakukan melakukan pencabutan gigi ± 5 bulan yang lalu. Pasien

Page 14: KTI

14

tidak memiliki kebiasaan buruk seperti bernapas melalui hidung. Keadaan umum

pasien baik dan pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit sistemik

1. Pemeriksaan Ekstra Oral

Profil dan Bentuk wajah 3

Bentuk muka pasien dilihat dari arah samping yang merupakan indikasi

hubungan rahang atas dan bawah. Bentuk profil ini perlu diketahui untuk

penyesuaian bentuk labial gigi depan jika dilihat dari arah proksimal.

Pengamatan profil wajah memberikan petunjuk tentang ukuran relatif dari

rahang atas dan rahang bawah serta hubungan vertikalnya. Dagu yang mundur, dan

profil yang cembung menunjukkan bahwa rahang atas lebih besar dari rahang

bawah, dan oklusinya dalam posisi sentrik menunjukkan ciri-ciri hubungan

maloklusi Klas II. Jika dagunya menonjol, profilnya akan tampka cekung dan

oklusinya mempunyai ciri-ciri Klas III kecuali jika penampilan seperti itu terjadi

akibat jarak dimensi vertikal antar rahang terlalu pendek. Turunnya dimesi vertikal

ini dapat merupakan akibat dari hilangnya tulang dari jaringan pendukung.

Mata 4

Pemeriksaan mata dilakukan pada saat pasien duduk tegak dengan mata

memandang lurus kedepan, lalu dilihat adanya keadaan simetris atau tidak. Guna

mata dalam pemeriksaan ini antara lain untuk menentukan:

a) Garis inter pupil

b) Garis tragus-chantus, yang jadi panduan letak kondil tahang yang terletak

lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini.

c) Bidang horizontal Frankfurt, yaitu bidang yang melalui titik-titik infra orbita

dan tragus. Bidang ini penting untuk pencetakan rahang atas dengan bahan

cetak cair. Pada penderita yang sensitive dan mudah mual, garis ini

hendaknya diatur sejajar lantai.

d) Garis tengah wajah penderita.

Page 15: KTI

15

Bibir

Dalam hal ini dilihat simetrisitas bibir. Bentuk dan panjang bibir pasien

sangat bervariasi. 4

Pasien dengan bibir tipis mempunyai masalah khusus.

Perubahan kecil pada posisi gigi dalam arah labiolingual dapat menimbulkan

perubahan mendadak pada kontur bibir. Hal ini dapat begitu hebat sehingga

menyusun gigi dengan sedikit tumpang tindih pun telah mengubah permukaan

bibir. Bibir tebal memberikan kesempatan lebih besar untuk mengadakan sedikit

variasi dalam bentuk lengkung serta posisi gigi tanpa mengakibatkan perubahan

yang jelas pada kontur bibir. 3

Pasiendengan bibir atas yang pendek akan memperlihatkan semua gigi

anterior atas dan sebagian sayap labial gigitiruan ketika tertawa. Ini berarti bahwa

perhatian khusus harus diberikan kepada warna serta sayap gigi tiruannya. 3

Bibir digunkan sebagai pedoman untuk: 4

a. Menentukanpanjang / tinggi galengan gigit rahang atas, ± 2 mm di bawah

tepi bibir atas dalam keadaan istirahat

b. Menentukan ukuran/lebar gigi depan atas. Lebar kedua gigi insisivus

sentralis atas sesuai dengan philtrum.

Telinga 4

Telinga diperiksa, simetris atau tidak. Peranan telinga dalam pembuatan

gigi tiruan adalah untuk:

a. Menentukan garis camper, yaitu garis lurus yang menghubungkan tragus

dengan sayap hidung (ala nasi). Guna garis ini adalah pada saat

pencetakan rahang dengan bahan cetak tidak cair seperti impression

compound harus sejajar dengan lantai.

b. Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus). Kondil

rahang bawah terletak pada garis ini, dengan jarak kurang lebih setengah

inci dari tragus.

c. Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut. Garis ini

bermanfaat dalam menentukan posisi penderita pada waktu pencetakan

rahang bawah, dimana garis ini dibuat sejajar dengan lantai.

d. Menentukan Bidang Horizontal Frankfurt (FHP).

Page 16: KTI

16

2. Pemeriksaan Intra Oral

a. Warna Mukosa3

Warna mukosa menggambarkan kesehatannya. Beda dalam penampilan

antara mukosa sehat berwarna kemerahan dan mukosa yang meradang tampak

sangat jelas. Terlepas dari masalah penanganannya, jaringan mulut harus sehat

sebelum cetakan untuk pembuatan gigi tiruan baru dilakukan.kegagalan dalam

menilai kesehatan jaringan berarti mengandung masalah akibat peradangan yang

berlanjut

b. Jaringan Pendukung di Rahang Atas3

Ttiap jaringan pendukung mempunyai beberapa jaringan yang lebih keras

dari yang lain dan ini harus diketahui letaknya hinga gigitiruan dapat membagi

tekanan oklusal sebagaimana mestinya. Beberapa jaringan keras seperti torus

palatines haru dibebaskan dari tekanan gigi tiruan. Demikian pula jaringan lunak

seperti papilla insisivus harusdilindungi dari tekanan yang dapat menekan

pembuluh darah dan saraf yang terletak dibawahnya.

c. Daerah Dukungan di Rahang Bawah3

Jaringan keras pada daerah dukungan di rahang bawah bisa cukup atau tidak

memadai. Salah satu contoh dari jaringan keras yang penting yaitu: titik keras

yang merupakan perlekatan otot mentalis yang terletak dekat puncak alveolar

yang sudah mengalami resorpsi (dapat dibebaskan dari tekanan gigi tiruan dengan

memodifikasi basis gigi tiruannya), serta puncak sisa alveolar rahang bawah

(permukaan yang relative keras ibandingkan dengan jaringan yang menutupi daera

yang luas di lereng bukal).

Pada kasus ini, pasien telah mengalami penurunan puncak lingir alveolar

pada bagian posterior kiri dan kanan rahang bawah. Sehingga perlu dilakukan

perpanjangan basis pada bagian lingual posterior gigitiruan yang nantinya

diharapkan dapat menambah retensi pada gigitiruan tersebut.

Page 17: KTI

17

d. Puncak alveolar yang Fibrus dan Tiipid 3

Beberapa pasien dengan mandibula yang mengalami resorpsi berat

mempunyai puncak alveolar yang tipis seperti tali dan lunak. Ini merupakan

jaringan fibrous yang biasanya terletak dari retromolar pad yang satu ke lainnya.

Jairngan ini mudah skali didesak ke labial, ke bukal atau ke lingual, dan tidak

memberikan kestabilan atau dukungan bagi gigi tiruan. Jaringan yang seperti ini

tidak boleh tergeser atau tertekan ketika cetakan dibuat, karena akan menimbulkan

rasa sakit saat gigi tiruan dipakai, dan akan cenderung mengangkat gigi tiruan bila

gigi tidak berkontak.

e. Saliva

Seiring bertambahnya usia, aliran saliva menurun dan kadarnya juga

berubah.1

Jumlah serta konsistensi saliva akan berpengaruh pada retensi,

kestabilan, serta kenyamanan pemakaian gigitiruan.3 Saliva meningkatkan retensi

gigitiruan dengan mengintervensi antara gigitiruan dan mukosa. Pasien denga

saliva yang sedikit memiliki retensi gigitiruan yang buruk. Sama halnya dengan

rongga mulut yang kering, mukosa yang berada di bawah gigitiruan mudah

mengalami. 1

Saliva yang cair dalam jumlah yang bayak dapat membasahi permukaan

anatomis gigitiruan sehingga mempertinggi daya permukaan. Saliva yang banyak

dan kental juga mudah melepaskan gigitiruan (retentifnya relatif kurang) dan

menyulitkan pada saat pencetakan rahang bawah. Sehingga, untuk menghilangkan

atau mengurangi jumlah saliva yang banyak ialah dengan meminta pasien

berkumur sebelum pencetaan rahang dilakukan.5

Pencetakan

Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan kehilangan seluruh gigi dan

minta dibuatkan gigitiruan lepasan. Dalam pembuatan gigitiruan ini perlu

dilakukan pencetakan sebanyak dua kali. Pencetakan pertama menggunakan

sendok cetak sediaan dengan bahan irreversibel hydorocoloid (alginat).

Page 18: KTI

18

Bahan cetak alginat baik digunakan untuk cetakan pendahuluan, karena

manipulasinya mudah dan setting time yang cepat sehingga memberikan

kenyaman pada pasien. Alginat ini juga tidak akan mengubah bentuk jaringan

lunak karena konsistensinya yang lunak.1

Bahan cetak alginat ini dapat mencetak detail jaringan secara akurat jika

dikendalikan sampai batas tertentu, dan bahan cetak ini tidak memerlukan bahan

pemisah. Bahan ini juga juga tidak menyerap sekresi mukus dari palatum yang

dapat menghasilkan kerusakan pada bagian palatal dari cetakan. Tetapi karena

alginat kehilangan cairan, akibatnya dengan cepat berubah ukurannya, cetakan

harus segera diisi dengan bahan model atau cetakan akan mengalami disrtorsi.3

Merendam alginat dalam cairan yang mengandung air selama lebih dari 10 menit

tidak disarankan karena adanya perubahan dimensional didalam cetakan akibat

imbibisi yang menyebabkan alginat membengkak. Jika hasil cetakan juga

ditinggalkan dalam keadaan kering dapat menyebabkan penyyusutan pada

alginat.6

Pencetakan pertama ini berguna unruk memperoleh model studi, dan model

kerja untuk pembuatan sendok cetak individual yang nantinya digunakan untuk

pencetakan kedua. Pembuatan sendok cetak kedua ini menggunakan sendok cetak

khusus yang dibuat dari bahan shellac untuk memperoeh cetakan fisiologis.

Sendok cetak khusus ini merupakan sendok cetak perorangan, karena setiap orang

tidak memiliki model rahang yang sama.

Dilakukan pemotongan base plate sesuai batas jaringan bergerak dan tidak

bergerak sebesar 1-2 mm untuk memberi tempat pada bahan cetak. Pada sendok

cetak perorangan juga dibuat lubang di daerah langit-langit, berjarak 4-5 mm,

yang berguna untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih,karena bila tertahan

akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari gigitiruan pada jaringan

pendukungnya.5

Pada pencetakan kedua ini perlu dilakukan border molding untuk

mendapatkan kerapatan tepi yang baik bagi gigitiruan.

Page 19: KTI

19

Border Molding

Border molding merupakan bentuk dari area batas pencetakan sendok cetak

dengan melakukan manipulasi fungsional atau manual dari jaringan untuk

menduplikasikan kontur dan ukuran vestibulum.7

Penempatan border molding diakukan pada daerah tepi sendok cetak yang

sebelumnya telah dipotong sebesar 1-2 mm dengan menggunakan green

stick. Setelah green stick ditempatkan pada sendok cetak, halus dan licin,

panaskan diatas bunsen kemudian di rendam (temper) kedalam air

hangat(51oC atau 135-140

oF) selama beberapa detik untuk mencegah

terbakarnya jaringan mulut pasien. Setelah dikeluarkan dari mulut pasien,

green stick harus ditempatkan pada air dingin agar proses pengerasannya

sempurna. Untuk mengecek green stick telah sesuai dengan jaringan,

tampilannya tumpul dan halus. Cek dalam mulut apakah telah sesuai dengan

sulkus fungsional. 7,8

Tempat perlekatan posterior border molding

Bahan cetak (green stick) ditempatkan pada bagian posterior sendok cetak

mulai dari bukal ke hamular notch pada satu sisi ke sisi lain. Sendok cetak ini

telah dipotong sesuai dengan panjang yang tepat, sampai garis getar, bahan harus

ditempatkan didalam sendok cetak dan tidak meluas melebihi luas sendok cetak

posterior. Ketebalan bahan sebaiknya tidak lebih dari 1-2 mm dan lebarnya 3-4

mm. Pasien membuka mulutnya lebar-lebar, kemudian memajukan dan

menggerakkan rahang bawahnya kekanan dan kekiri. Gerakan ini menghasilkan

perulasan distal dari gigitiruan pad hamular notch dan juga menhasilkan jarak

antara batas anterior kyang mengakhiri gigitiruan pada garis getar dan hamular

notch dengan menggunakan pinsil yang tidak hilang. Masukkan sendok cetak dan

periksa akhiran compound pada garis yang tidak hilang. 9,10

Page 20: KTI

20

Garis getar (vibrating line)

Garis getar merupakan garis khayal yang melewati bagian posterior

palatum yang ditandai dengan bagian jaringan yang bergerak (movabe tissue) dan

tidak bergerak (immovable tissue) dari palatum lunak yang dapat diindentifikasi

ketika movable tissue digerakkan (dengan mengucapkan ‘ah’). 9

Garis getar terletak pada perluasan distal dari daerah posterior palatal seal.

Area posterior palatal seal ini sangat penting dalam pembuatan gigitiruan penuh

rahang atas. Ini merupakan area kompresibel jaringan yang teretak di bagian

anterior terhadap garis getar dan lateral terhadap midline pada sepertiga posterior

palatum keras. Perluasan distal dari area ini merupakan garis getar, sedangkan

batas anteriornya tidak jelas. Kelebihan jaringan pada area ini disebabkan oleh

adanya glandula mucus yang dikelilingi oleh jaringan ikat longgar yang berlebih.

Kedalaman jaringan dapat dievaluasi dengan menggunakan palpasi dan dicatat

untuk referensi dimasa mendatang. Informasi ini akan digunakan untuk

pembuatan master cast dan sangat penting untuk retensi gigitiruan rahang atas. 9,10

Page 21: KTI

21

Garis getar dibagi menjadi 2:

1. Garis getar anterior merupakan garis khayal yang terletak antara

immovable tissue diatas palatum keras dan sedikit pada movable tissue

pada palatum lunak. Garis getar anterior ini dapat diidentifikasi dengan

meminta pasien untuk mengucapkan ‘ah’ secara pendek dengan penuh

semangat. 9

2. Garis getar posterior merupakan garis khayal terletak pada palatum

lunak yang menunjukkan batas pergerakan. Garis getar posterior ini dapat

ditandai dengan meminta pasien mengucapkan ‘ah’ secara pendek dan

normal. 9

Page 22: KTI

22

Pencatatan Hubungan Rahang

Pencatatan hubungan rahang dan membuat cetakan rahang merupakan dua

tahap penting dalam pembuatan gigitiruan. Pencatatan ini dibuat untuk

menentukan hubungan vertikal dan horizontal rahang. Jika hubungan rahang

tidak tepat, gigitiruan akan saling menutupi satu sama lain dan menyebabkan

terlepasnya dari ridge selama beroklusi.1,6

Dibutuhkan baseplate dan oklusal rim

dalam mencatat hubungan rahang, keduanya harus cukup kuat untuk menahan

tekanan oklusal dan dibuat dari bahan yang tidak berubah bentuk akibat

temperatur mulut. 1

Terdapat dua alternatif pilihan bahan dalam membuat basis : 1) basis akrilik

2) basis lilin (wax).8 Basis wax mudah mengalami perubahan bentuk sehingga

menghalangi penempatan yang akurat baik di dalam mulut maupun pada model

sehingga penggunaannya tidak begitu dianjuran. 6,11

Sedangkan basis akrilik

lebih akurat, kaku, kuat, cekat dan stabil selama pencatatan hubungan rahang.

Khusunya pada rahang atas membutuhkan basis yang retentif.6,7,11

Basis harus

tetap diam di tempat, tidak mudah lepas, dan tidak mudah bergerak karena akan

mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.5 Sehingga berdasarkan pertimbangan

tersebut pada kasus ini digunaan basis dari bahan akrilik

Tinggi wax rim rahang atas disesuaikan 1-2 mm dibawah bibir atas pada

kelompok usia tua dimana telah kehilangan otot tonus bibirnya dan 3-4 mm pada

kelompok usia muda.7,11,12

Rim harus menyentuh garis basah pada bibir bawah

ketika “F” atau “V” diucapkan atau meminta pasien untuk menyebutkan kata

dengan konsonan yang berdesah (labiodental sound).7,11

Sudut nasolabial kira-

Page 23: KTI

23

kira 90o, dan bibir tidak boleh kaku, dengan batas vermilion yang nampak.

7

Tampilan oklusan plane dari arah anterior-posterior harus sejajar dengan garis ala-

tragus (garis Camper) dan tampilan dari arah medialateral harus sejajar dengan

pupil .8

Pencatatan posisi istirahat dilakukan dengan menempatkan rim oklusal

didalam mulut pasien dan meminta pasien untuk menelan serta mandibula

diistirahatkan. Untuk lebih memastikan dalam pengukurannya, pasien diminta

untuk menyebutkan huruf “m” dan menahan ekspresi wajah selama pengukuran

dilakukan.10

Pada kasus, operator memilih ukuran free way space sebesar 3 mm.

Free way space adalah perbedaan jarak ruang antara permukaan oklusal rim

rahang atas dan rahang bawah 2-4 mm.11,12

Pemilihan Gigi

Shade - Pemilihan warna gigi artificial yang tepat dipilih dilakukan dengan

menggunakan shade guide.6 Pilih satu atau dua shade yang sesuai dengan pasien,

kemudian tempatkan di luar mulut di samping hidung, dibalik bibir dengan hanya

tepi insisal dan balik bibir dengan hanya bagian servikal yang tertutup dan mulut

terbuka serta tanyakan mengenai pendapat pasien. Pada saat menentukan warna

gigi, disarankan untuk membasahi gigi. Pemilihan dalam pemilihan warna gigi

harus sesuai dengan usia pasien dan warna kulit wajah pasien serta gigi-gigi yang

diperoleh tidak boleh tampak mencoloksehingga perhatuan orang tidak langsung

tertuju kepada gigi-gigi itu. 3,7,8

Size – Ukuran gigi anterior harus seimbang dengan ukuran wajah dan

kepala. Gigi wanita seringkali lebih kecil daripada pria. Ini terutama berlaku bagi

dua gigi insisivus dua, yang biasanya lebih lembut pada wanita daripada pria.3

Ada dua cara lain yang dapat membantu dalam menentukan lebar gigi anterior: 6

1. Menggabungkan lebar dua gigi insisivus sentralis yang biasanya mirip

dengan lebar philtrum bibir atas

2. Memproyeksikan tarikan garis dari inner chantus mata ke alanasi

melalui gigi kaninus atas. Garis ini dapat

Page 24: KTI

24

Shape – Beberapa referensi menyarankan bahwa dalam pemlihan dan

penyusunan gigi anterior harus sesuai jenis kelamin, usia dan kepribadian pasien,

namun usulan yang terbaru menyarankan bahwa bentuk gigi anterior atas harus

wajah pasien.6 Secara garis besar bentuk wajah dikelompokkan menjadi tiga bentu

dasar : persegi, runcing (tapering) dan bujur telur (ovoid).3

Perbandingan Gigi Artifisial dari Bahan Porselen Dan Akrilik.10

Gigi Artifisial dari Porselen Gigi Artifisial dari Akrilik

Terbuat dari bahan keramik

Ketahanan cukup keras

Tahan aus

Jarang digunakan

Lebih translusen

Rapuh mudah fraktur bila jatuh

Sulit di atur

Berikatan mekanik dengan basis

Cenderung menyalurkan kekuatan

gigitan ke mukosa di bawahnya

mempercepat resorpsi tulang

dibawahnya

Merupakan bahan baru,

pemakaiannya bagus

Kurang tahan terhadap aus

Lebih tahan terhadap fraktur

Mudah diatur saat insersi

Pegas bertindak sebagai

shock absorber

Berikatan kimia dengan basis

Page 25: KTI

25

KESIMPULAN

Seiring bertambahnya usia, semakin besar kerentanan seseorang untuk

kehilangan gigi. Keadaan ini berdampak pula pada meningkatnya kebutuhan akan

gigi tiruan. Gigi mempunyai banyak peran pada seseorang, hilangnya gigi dari

mulut seseorang akan mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis

maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan trauma psikologis.

Pada kasus ini, jenis perawatan yang dilakukan adalah pembuatan gigitiruan

penuh lepasan pada rahang atas dan bawah. Namun sebelum pembuatan gigitiruan

ini dibuat pasien terlebih dahulu diberikan informasi mengenai setiap tahapan

yang akan dilakukan, agar pasien dapat memahami dan memaklumi jika

pengerjaannya membutuhkan kunjungan yang berkali-kali, serta diharapkan kerja

sama yang baik antara dokter dan pasien dapat terpenuhi.

Page 26: KTI

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Hayakawa I. Principles and Practices of Complete Dentures, Creating The

Mental Image of a Denture. Tokyo: Quintessence Publishing Co., Ltd; 1999.

p.13, 40, 49-50

2. Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Alih bahasa

Cornella Hutauruk. Jakarta: EGC; 2006. P 208, 226

3. Zarb GA., Bolender CL., dkk. Buku ajar prostodonti untuk pasien tak bergigi.

Edisi 10. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta ; 2002. p.65-7, 71, 75-6, 80,

149, 283-4, 287, 291

4. Gunadi HA, Margo A, Burhan LK. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian

lepasan Jilid 1. Jakarta: Penerbit Hipokrates; 1991. p.114-6

5. Itjingningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: EGC; 1996. pp.29, 34,

62

6. Basker RM, Davenport JC. Prosthetic Treatment of Edentulous Patient. 4th

ed.

Great Britain: Blackwell Publishing Company; 2002. p.153-4, 177-9, 188-9

7. Loney RW. Complete denture manual. Canada: Dalhousie university; 2009.

pp. 19,28-9,42 [internet]. Available from : URL :

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ve

d=0CDAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fremovpros.dentistry.dal.ca%2FRem

ovSite%2FManuals_files%2FCD%2520Manual%252012.pdf&ei=Jdt8UYnE

FcrMrQeqy4GoDg&usg=AFQjCNH6UbpuLP-

etdkQ5Xi2bYK59ciq2A&bvm=bv.45645796,d.bmk. Accessed: 21 April

2013.

8. NN. Clinical procedures for complete denture construction: CP Owen and

Department of Prosthodontics 2007; (6) p. 20, 29, 33, 36

9. Nallaswamy D, Ramalingam K, Bhat V. Textbook of prosthodontics. New

Delhi, India. Jaypee Brothers Medical Publisher Ltd; 2003. p.51-3

10. Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete denture. 6th

ed;

2009 p. 10-1, 33-4, 117-8

11. McCord JF and Grant AA. A Clinical Guide To Complete Denture

Prosthetics. BDJ Books. p. 27-9, 34

12. Devlin H. Complete denture a clinical manual for the general dental

practitioner. Berlin, German: Springer; 2002. p. 37-8, 40