KTI Katarak

download KTI Katarak

of 49

Transcript of KTI Katarak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satau upaya untuk mewujudkan visi Indonesia ditempuh melalui strategi penurunan angka kebutaan secara bertahap, yakni dari 1,5 % pada tahun 2000 menjadi 1,0% pada tahun 2010, dan ditargetkan turun menjadi 0,5% pada tahun 2020. Dibandingkan dengan angka kebutaan di negaranegara Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,7 persen dari jumlah kebutaan yang mencapai 3 persen dari penduduk dunia. Penyebab utamanya tak lain adalah katarak, glaukoma, kelainan refraksi dan penyakit lain yang berhubungan dengan degeneratif. (Kompas, 2002) Katarak tidak dapat dicegah kecuali pada kebutaannya yaitu dengan tindakan operasi. Katarak merupakan penyakit degenaratif namun saat ini katarak juga telah ditemukan pada usia muda (35-40 tahun). Selama ini katarak dijumpai pada orang yang berusia diatas 55 tahun sehingga sering diremehkan kaum muda. Hal ini disebabkan kurangnya asupan Gizi dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh (Irawan, 2008). Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan dengan kabut pada lensa mata. Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air, sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru pada lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang menyebabkan daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak bening tersebut tidak bisa meneruskan cahaya ke retina untuk diproses dan dikirim melalui saraf optik ke otak. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif 1

atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. (Depkes. 2010) Kebutaan yang terjadi akibat katarak akan terus meningkat karena penderita katarak tidak menyadarinya, daya penglihatan baru terpengaruh setalah katarak berkembang sekitar 3-5 tahun dan menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai gejala katarak. Salah satu penyebab tingginya kasus kebutaan yang diakibatkan oleh katarak karena kurangnya perhatian masyarakat terhadap kesehatan mata. (FKUI, 2005) Ada beberapa faktor yang menyebabkan angka kebutaan di Indonesia masih tinggi, antara lain yaitu, peningkatan jumlah penduduk, penambahan usia harapan hidup, kondisi geografis yang tidak menguntungkan terkait dengan paparan sinar UV yang tinggi, serta kurang meratanya pelayanan dan tenaga kesehatan mata (Azrul Azwar, 2004). Pada umumnya gangguan katarak dialami oleh mereka yang berusia di atas 60 tahun. Namun pada kasus-kasus tertentu, katarak dapat pula terjadi pada bayi yang disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini. Untuk mereka yang mengidap diabetes dari segala usia, katarak dapat mengganggu penglihatan relatif lebih cepat. Selain itu kasus katarak juga banyak terjadi di ekuator, daerah yang panas dengan intensitas paparan sinar ultra violet matahari yang tinggi. (Gizi.net. 2010)

2

Berbagai faktor yang dideteksi sebagai penyebab katarak, di antaranya faktor keturunan, cacat bawaan lahir, masalah kesehatan seperti diabetes, penggunaan obat tertentu (khususnya steroid), eksposur matahari terhadap mata dalam waktu yang cukup lama, operasi mata sebelumnya, dan trauma pada mata (misalnya terjadi karena kecelakaan). (Depkes. 2010) Katarak bukan merupakan penyakit menular namun hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan gangguan katarak. Salah satu upaya yang efektif untuk memperlambat terjadinya gangguan katarak adalah dengan melindungi mata dari sinar matahari yang berlebihan. (FKUI, 2005) Kendala yang terjadi dalam penanganan kesehatan mata antara lain belum memadainya jumlah tenaga kesehatan terkait dibanding jumlah penduduk, belum meratanya distribusi tenaga kesehatan terkait (70 persen dokter mata berada di kota besar, terutama di Jawa), terbatasnya puskesmas (hanya 28 persen) yang memiliki fasilitas pemeriksaan kesehatan mata dasar, serta lemahnya manajemen penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan dari pusat maupun daerah. (Gizi.net, 2010) WHO memperkirakan jumlah penderita kebutaan akibat katarak di dunia saat ini mencapai 17 juta orang. Kondisi ini mendapat perhatian besar lembaga-lembaga internasional sejak awal tahun 2000. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bekerja sama dengan International Agency for Prevention of Blindness (IAPB) telah mencanangkan satu inisiatif global untuk

penanggulangan masalah kesehatan mata dan kebutaan di seluruh dunia, yaitu program Vision 2020, The Right To Sight (hak untuk melihat). Visi ini

3

kemudian diimplementasikan sesuai dengan kondisi masing-masing negara. (Kompas. 2010) Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di kebutaan di Indonesia (0,78%), kemudian diikuti glukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), sedangkan sisanya akibat penyakit kornea, retina, dan kekurangan vitamin A (xeroftalmia). Diperkirakan setiap satu menit terdapat satu orang menjadi buta dan setiap tahun bertambah 500.000 orang buta, terutama bagi penduduk yang berada di daerah miskin dengan sosial ekonomi lemah. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kebutaan akibat katarak dari tahun ke tahun (Gloria Cyber Minister, 2010). Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 1,7 orang menderita katarak dan setiap tahun terdapat sekitar 200.000 penderita baru katarak, sedang jumlah dokter spesialis mata berjumlah 400 orang yang setiap tahun hanya mengoperasi sekitar 50.000 penderita katarak. Oleh karena itu, untuk dapat menaggulangi jumlah penderita katarak yang sekitar 1,7 juta orang di Indonesia, setiap dokter mata harus mampu melakukan operasi mata terhadap 3.420 penderita per tahun. (Depkes, 2010) Penyakit katarak di Indonesia terjadi pada usia lebih muda, yaitu pada usia 45 tahun. Sedangkan di negara maju seperti AS, Inggris, dan Jepang, kasus katarak terjadi pada usia 60 tahun. Ini berarti, orang Indonesia lebih awal 10-15 tahun mengidap katarak. (Rizatul, 2011) Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2008 jumlah penderita buta di Sumbar kini mencapai 67.500 orang, dominan di antaranya warga miskin. Sementara itu, yang menderita katarak

4

sebanyak 31.500 orang, dengan pertambahan sekitar 0,1 persen tiap tahun atau 4.500 orang. "Jumlah tersebut terus bertambah tiap tahun. (Kompas, 2010). Sementara laporan rekam medik dari Poliklinik Mata RSUD Pariaman pada tahun 2010, jumlah penderita katarak tercatat sebanyak 306 orang, sementara kunjungan penderita katarak ke Poliklinik Mata RSUD Pariaman selama tahun 2010 tercatat sebanyak . Jumlah pasien penderita katarak yang datang berkunjung ke Poliklinik Mata RSUD Pariaman dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Jumlah Kunjungan Pasien dengan Kasus Katarak di Poliklinik Mata RSUD Pariaman pada bulan Januari s/d September 2010 Jumlah Kasus kunjungan 1 Januari 66 32 2 Februari 47 30 3 Maret 88 38 4 April 93 55 5 Mei 84 42 6 Juni 58 26 7 Juli 85 33 8 Agustus 69 30 9 September 62 20 Jumlah 652 306 Sumber : Rekam Medik Poliklinik Mata RSUD Pariaman 2010 Berdasarkan kasus yang dilihat dari mulai bulan Januari s/d September 2010 jumlah kasus katarak berjumlah 306 orang dengan rata-rata kunjungan perbulan 55 orang setiap bulannya. Melihat hal yang demikian, menunjukkan kasus katarak yang berkunjung ke RSUD Pariaman sangat tinggi, hal ini apabila diabaikan, setiap bulannya akan selalu bertambah dan menjadi masalah besar bagi kita yang kurang memperhatikan penyakit tersebut. Misalnya bisa menyebabkan kebutaan. No Bulan

5

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk membahasnya lebih lanjut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang membahas tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian katarak di Poli Mata RSUD Pariaman. B. Perumusun Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah penelitan adalah apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian katarak di Poli Mata RSUD Pariaman ".

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian katarak di Poli Mata RSUD Pariaman 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui riwayat penyakit diabetes pasien di Poli Mata RSUD Pariaman b. Untuk mengetahui pekerjaan pasien di Poli Mata RSUD Pariaman c. Untuk mengetahui kejadian katarak pada pasien di Poli Mata RSUD Pariaman d. Untuk mengetahui hubungan riwayat penyakit diabetes dengan kejadian katarak di Poli Mata RSUD Pariaman e. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan kejadian katarak di Poli Mata RSUD Pariaman

6

A. Manfaat Penelitian 1. Untuk instansi pendidikan Bagi instansi pendidikan, Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman hasil penelitian ini dapat berguna untuk penelitian selanjutnya. 2. Untuk penulis Menambah dan memperluas wawasan penulis dalam melakukan penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku perkuliahan dalam metodelogi riset. 3. Untuk responden Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang katarak dan perawatan terhadap penyakit katarak.

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Katarak 1. Pengertian Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan.

8

Seseorang yang mengalami katarak penglihatannya menjadi berkabut/buram. Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya dan gambar. Retina merupakan jaringan yang berada di bagian belakang mata, bersifat sensitif terhadap cahaya. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. (Ilyas, 2005) 2. Proses terjadinya katarak Katarak pada usia lanjut terjadi melalui dua proses, yaitu : a. Penumpukan protein di lensa mata Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein pada lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga pada tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan/gangguan penglihatan. Pada proses selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan akan semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab tersering yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut. b. Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan seiring dengan pertambahan usia.

9

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia, lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi tidak menghambat penghantaran cahaya ke retina. 1. Gejala katarak Keluhan atau gejala katarak disebabkan oleh proses kekeruhan yang terjadi pada lensa mata. Proses ini tidak terjadi dalam waktu singkat, sehingga gejalanya tidak muncul secara mendadak. Katarak terdiri dari 4 stadium, yaitu : stadium awal (insipien), stadium imatur, stadium matur, dan stadium hipermatur. Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Pada stadium selanjutnya proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah, sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Selain keluhan tesebut ada beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak, seperti : a. Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya. b. Warna terlihat pudar. c. Sulit melihat saat malam hari.

10

d. Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat katarak bertambah luas. (Wijayana, 2003) 1. Perawatan terhadap penderita katarak Penderita katarak lebih banyak ditemukan. Mereka yang sepanjang hari bekerja dan terpapar langsung oleh sinar matahari seperti nelayan, memiliki kemungkinan lebih besar terkena katarak. Karena itu untuk sebaiknya mata selalu dilindungi dari sinar matahari yang berlebihan agar memperlambat terjadinya gangguan katarak. Hal ini dapat dilakukan dengan memakai kacamata gelap atau kacamata reguler. Ketika mata mulai mengalami gangguan, sebaiknya segera memeriksakan diri. Dulu, dalam tata laksana, katarak yang dioperasi adalah katarak yang sudah matang. Sebelum itu biasanya diabaikan atau justru menunggu sampai penglihatan benar-benar terganggu untuk mendapat perawatan medis. Tetapi sekarang tidak lagi. Justru ketika masih muncul gejala, sebisa-bisanya segera diatasi. Indikasi adanya gangguan pada setiap orang berbeda. Secara medis, jika terjadi komplikasi, kerusakan sudah matang, atau terjadi penggelembungan di iris mata, tak bisa ditawar lagi untuk segera periksa. Biasanya gangguan yang dialami pasien adalah kabur, pandangan berkabut, ukuran kacamata berubah dengan cepat, mudah silau, pandangan kabur di tempat terang dan justru tampak jelas di tempat remang. Prosedur yang sederhana dan layanan ramah bisa membuat penderita tak takut lagi berhubungan dengan rumah sakit mata. Ada tiga macam operasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan pasien. Yang

11

paling umum adalah dengan metode ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction), dengan sayatan kecil tanpa jahitan (Small Incision Suturless Cataract Surgery, SISCS) atau metode phacoemulsifikasi yang lebih dikenal dengan istilah laser. Supaya pasien bisa mengerti dengan jelas, Erry biasanya memakai bolpoin sebagai ukuran. Jika memakai ECCE, sayatan yang dilakukan selebar bolpoin, jika menggunakan SISCS seujung bolpoin, Cara ini dilakukan supaya pasien tahu apa yang akan terjadi ketika operasi berlangsung. Apalagi hampir seluruh pasiennya adalah orang tua. Karena operasi ini memakai anestesi lokal, tidak diperlukan keadaan umum yang terlalu berat. Tetapi yang harus diperhatikan adalah pasien harus bebas dari diabetes. Kalau angkanya masih tinggi harus diturunkan dulu atau justru memulihkan kondisi hingga diabetesnya jauh berkurang baru menjalani operasi katarak. Pasien juga tak diperkenankan memiliki tekanan darah tinggi. Lama operasi sekitar 15 menit untuk SISCS dan laser. Tetapi untuk ECCE hampir setengah jam, yang paling penting adalah menjaga kesehatan mata. Asupan vitamin dan antioksidan dipercaya memperlambat proses aus pada mata. (Erry Dewanto/http://www1.surya. co.id/v2/? p=3006) Perawatan Penderita Katarak Sesudah Operasi Laser a. Lima hari pertama: 1) Air. Bila mandi Tidak boleh kena, wajah dibersihkan dengan waslap

12

2) Tidak boleh kena atau kemasukan kotoran (kelilipan). 3) Tidak boleh dikucek, digosok, kena pukulan atau benturan. a. Dua minggu pertama: 1) Tidak boleh menundukkan kepala, rukuk, sujud, telungkup. 2) Tidak mengangkat benda berat lebih dari 10 kg. 3) Tidak boleh batuk atau bersin terlalu keras. 4) Tidak boleh mengejan terlalu keras. a. Obat harus diminum teratur sampai habis. b. Tak ada pantangan makanan kecuali untuk penderita diabetes dan hipertensi. c. Penderita sesudah operasi laser harus kontrol pada hari pertama, ketiga, kesepuluh, dan setelah itu sesuai petunjuk dokter. d. Penderita sesudah operasi laser bebas total setelah dua minggu. Perawatan Penderita Katarak Sesudah Operasi SISCS a. Tidak boleh kena air. Bila mandi, wajah cukup dibersihkan dengan waslap. b. Tidak boleh kemasukan kotoran (kelilipan). c. Tidak boleh dikucek, digosok, terkena benturan atau pukulan. d. Tidak boleh menundukkan kepala, rukuk, sujud, telungkup.

e. Tidak mengangkat benda berat lebih dari 10 kg. f. Tidak boleh mengejan terlalu keras. g. Obat harus diminum teratur sampai habis. h. Tak ada pantangan makanan kecuali untuk penderita diabetes dan hipertensi.

13

i. Penderita sesudah operasi harus kontrol pada hari pertama, ketiga, dan ketujuh setelah operasi, setelah itu sesuai petunjuk dokter. j. Penderita sesudah operasi tidur telentang atau miring ke arah mata yang sehat. Mata yang sakit selalu di atas. k. Penderita sesudah operasi SISCS bebas total setelah satu bulan.

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak 1. Diabetes. Diabetes juga dapat menyebabkan penderita mengalami katarak atau pandangan menjadi buram akibat rusaknya lensa mata. Rusaknya lensa mata ini disebabkan karena gula membentuk suatu lapisan dan menutup lensa mata sehingga menghalangi cahaya yang masuk ke bola mata. Katarak dapat disembuhkan melalui operasi mata dengan cara menggantikan lensa mata yang rusak dengan lensa plastik. Katarak umumnya merupakan masalah bagi orang usia lanjut, tetapi pada penderita Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dengan baik katarak dapat terjadi pada usia yang lebih muda. Diperkirakan proses terjadinya katarak pada penderita diabetes mellitus adalah akibat penumpukkan zat-zat sisa metabolisme gula oleh sel-sel lensa mata. Dalam keadaan kadar gula normal, penumpukkan at-zat sisa ini tidak terjadi. Bila kadar gula darah meningkat, maka perubahan glukosa oleh aldose reduktase menjadi sorbitol meningkat. Selain itu perubahan sorbitol menjadi fruktose relatif lambat dan tidak seimbang sehingga kadar sorbitol dalam lensa mata meningkat (Ilyas, 2001).

14

Disusun suatu hipotesa bahwa sarbitol menaikkan tekanan osmose intraseluler dengan akibat meningkatkan water uptake dan selanjutnya secara langsung maupun tidak langsung terbentuklah katarak. Pengaruh klinis yang lama akan mengakibatkan terjadinya katarak lebih dini pada pasien diabetes dibandingkan dengan pasien non diabetes (Ilyas, 2001). 2. Pekerjaan yang beresiko mengalami paparan sinar ultraviolet berlebihan. Sinar ultraviolet dari matahari dapat mempercepat kekeruhan pada lensa mata. Seseorang dengan pekerjaan sehari-hari sering terpapar sinar ultraviolet meningkatkan faktor risiko katarak, seperti petani, nelayan, tukang lass dan pekerjaan-pekerjaan yang lebih banyak menuntut pekerja berada di bawah terik matahari. Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa paparan dengan waktu yang lama radiasi ultraviolet, dihubungkan dengan peningkatan risiko dari katarak sub kapsular. Berbagai penelitian telah berhasil membuktikan adanya hubungan antara radiasi ultra violet yang berasal dari sinar matahari dan kejadian katarak Hasil peneiitian ilmu dasar seperti biokimia, fotokimia dan bistologi sangat menunjang konsep bahwa radiasi ultra violet dapat mempercepat proses terjadinya katarak.50"5^ Sinar ultra violet akan diserap oleh protein lensa terutama asam amino aromatik, yaitu triptofan, fenil alanin dan tirosin sehingga menimbulkan reaksi foto kiraia dan menghasilkan fragmen molekul yang disebut radikal bebas, seperti anion superoksida, hidroksil dan spesies oksigen reaktif seperti hidrogen peroksida yang semuanya bersifat toksis. Selanjutnya radikal bebas ini akan menimbulkan reaksi patologis dalam jaringan lensa dan senyawa

15

toksis lainnya sehingga terjadi reaksi oksidatif pada gugus sulfhidril protein. Reaksi oksidatif akan mengganggu struktur protein lensa sehingga terjadi cross link antar dan intra protein dan menambah jumlah high molecular weight protein sehingga terjadi agregasi protein tersebut, kemudian akan menimbulkan kekeruhan lensa yang disebut katarak. 3. Usia lanjut. Sebagian besar penyebab terjadinya penyakit katarak karena bertambahnya usia atau proses degeneratif seseorang. Pada umunya penyakit ini terjadi pada usia lanjut, data setatistik juga menunjukkan sekitar 90% penderita katarak berada pada usia diatas 65 tahun. Sekitar 50% orang yang berusia 75 sampai 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Ilyas, 2005). Sebab para penderita katarak pada awalnya tidak menyadari jika dirinya terkena penyakit tersebut. Sehingga pada umumnya mereka menganggap daya penglihatannya berkurang diakibatkan faktor usia. Makanya mereka enggan untuk berobat atau berkonsultasi kepada dokter. Hal ini karena penyakit tersebut memang tidak langsung menyerang/ terasa sakitnya. Sebab penyakit ini terjadi secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak merasakannya. Pada awal serangan, penderita katarak merasa gatal-gatal pada mata, air matanya mudah keluar, pada malam hari penglihatan terganggu, dan tidak bisa menahan silau sinar matahari atau sinar lampu. Selanjutnya penderita akan melihat selaput seperti awan di depan penglihatannya. Awan yang menutupi lensa mata tersebut akhirnya semakin merapat dan

16

menutup seluruh bagian mata. Bila sudah sampai tahap ini, penderita akan kehilangan penglihatannya. 4. Cedera pada lensa mata. Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan bertulang yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalami kerusakan. Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat. Cedera mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan (Ilyas, 2005). Suatu benturan tumpul bisa mendorong mata ke belakang sehingga kemungkinan merusak struktur pada permukaan (kelopak mata,

konjungtiva, sklera, kornea dan lensa) dan struktur mata bagian belakang (retina dan persarafan). Benturan tumpul juga bisa menyebabkan patah tulang di sekeliling mata. Dalam 24 jam pertama setelah terjadinya cedera, darah yang merembes ke dalam kulit di sekitar mata biasanya menyebabkan memar (kontusio), biasanya disebut mata hitam. Jika suatu pembuluh darah di permukaan mata pecah, maka permukaan mata akan menjadi merah. Perdarahan ini biasanya bersifat ringan. Kerusakan pada mata bagian dalam seringkali lebih serius dibandingkan kerusakan pada permukaan mata. Perdarahan di dalam bilik anterior (hifema traumatik) merupakan masalah yang serius dan harus

17

segera ditangani oleh dokter spesialis mata. Perdarahan berulang dan peningkatan tekanan di dalam mata bisa menyebabkan kornea menjadi merah sehingga penglihatan menjadi berkurang dan meningkatkan resiko terjadinya glaukoma. Penyebab cedera permukaan mata lainnya adalah pecahan kaca, partikel yang terbawa angin dan ranting pohon. Pegawai yang di tempat kerjanya cenderung banyak memiliki pecahan-pecahan kecil yang berterbangan di udara, sebaiknya menggunakan kacamata pelindung. Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menyebabkan nyeri dan menimbulkan perasaan ada sesuatu di mata. Gejala lainnya adalah kepekaan terhadap cahaya, mata merah, perdarahan dari pembuluh darah pada permukaan mata atau pembengkakan mata dan kelopak mata. Penglihatan bisa menjadi kabur.

A. Kerangka Teori Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka teori berikut ini Riwayat penyakit Diabetes Melitus

Pemaparan berlebihan dengan sinar ultraviolet (pekerjaan) Kejadian katarak Usia

18

Cedera pada lenas mata

Gambar 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian katarak (Ilyas, 2001)

B. Kerangka Konseptual Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan sistem variabel independen dan variabel dependen. Yaitu ingin melihat hubungan variabel independen (penyakit diabetes dan keterpaparan sinar matahari) dengan variabel dependen (penularan penyakit). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka konsep dibawah ini: Variable Independen Riwayat diabetes Kejadian katarak (Pemaparan berlebihan sinar ultraviolet (Pekerjaan) Keterangan diteliti Variable Dependen

19

C. Defenisi Operasional Variabel Riwayat penyakit diabetes Pengertian Riwayat penyakit diabetes yang diderita oleh responden Pekerjaan Pekerjaan/rutinitas yang ditekuni responden sehari-hari Kejadian katarak Diagnosa penyakit katarak yang ditemukan pada responden Quisioner Ordinal Ya Tidak Quisioner Ordinal Beresiko Tidak beresiko Alat Ukur Quisioner Skala Hasil Ukur ukur Ordinal Ya Tidak

D. Hipotesis Penelitian H0 ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel

independent dengan dependen. H0 diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independent dengan dependen

20

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Metode penelitian yang dipakai adalah survey analitik. Survey ini adalah suatu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Didalam penelitian survey analitk ini pendekatan yang dipakai adalah cross sectional. Cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek. (Notoadmodjo,2005 : 145). B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat melakukan penelitian dilakukan di Poli Mata RSUD Pariaman dan waktu penelitian direncanakan pada bulan Maret s/d Mei 2011 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek dari penelitian. Sesuai dengan judul penelitian. Maka yang menjadi populasi adalah pasien yang berkunjung di Poli Mata di RSUD Pariaman pada tahun 2011 yang 2. Sampel

21

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,1993:102). Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara accidental sampling. Sesuai dengan teori dari Notoatmodjo (2003), yaitu pengambilan sampel secara langsung di lokasi penelitian pada saat melakukan penelitian. Dengan kriteria sampel sebagai berikut: a. Pasien yang datang berobat ke Poli Mata RSUD Pariaman dengan keluhan pada mata b. Bisa tulis baca c. Bersedia menjadi responden A. Teknik pengumpulan data. 1. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari kepustakaan, atau referensi-referensi lain yang mendukung yang menyangkut tentang permasalahan yang peneliti angkat 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara tidak meminta secara langsung kepada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari Poli Mata RSUD Pariaman.

B. Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner dengan penyebaran dilakukan pada saat penelitian di Poli Mata

22

RSUD Pariaman. Kuisioner adalah suatu daftar pertanyaan yang sudah disusun dengan baik dimana responden tinggal memberikan jawaban atau tanda-tanda tertentu (Notoadmojo, 2002). Disini penulis menyediakan jawaban dalam bentuk Multiple Choice yang masig-masing jawaban telah mempunyai nilai. Untuk jawaban ya diber nilai 1 dan untuk jawaban tidak diberi nilai 0 kemudian responden diminta untuk mengisi jenis pekerjaan. C. Teknik Pengolahan data. Teknik pengolahan data dilakukan scecara manual dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Editing, (Pemeriksaan data). Setelah quisioner diisi dan dikembalikan oleh responden pada peneliti, maka semua perlanyaan diperiksa kembali apakah semua pertanyaan sudah di jawab. 2. Coding, Setelah dipastikan kelengkapan data lalu dilakukan pemberian kode untuk masing-masing data yang termasuk kategori yang sama. 3. Tabulasi, Setelah semua data terkumpul dengan baik, data tersebut di Fres dan diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok menurut subvariasi

penelitian. Menghitung alternatif jawaban responden (skor) setiap jawaban yang ya diberi nilai 1 dan jawaban yang dianggap tiadk diberi nilai 0. Kemudian dimasukan kedalam label distribusi frekwensi dan

dipersentasekan.

23

A. Teknik Analisa Data. a. Univariat 1. Riwayat diabetes Dari setiap kelompok jawaban gambaran riwayat penyakit diabetes, setiap kelompok jawaban dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut. 1) Ya 2) Tidak : Bila memiliki riwayat penyakit diabetes : Bila tidak memiliki riwayat penyakit diabetes.

1. Keterpaparan ultraviolet Penilaian terhadap variabel keterpaparan ultraviolet responden dibagi dalam 2 kategori yang dilihat dari jenis pekerjaan yang ditekuninya, yaitu 1) Beresiko 2) Tidak beresiko. 2. kejadian katarak Penilaian terhadap variabel kejadian katarak pada responden, maka responden dibagi dalam 2 kategori yang dilihat hasi diagnosa, yaitu 1) Ya 2) tidak : mengalami katarak : tidak mengalami katarak

b. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah untuk mencari ada atau tidaknya hubungan variable independen dengan variable dependent. Pada analisis inin

24

digunakan uji chi Square (x) dengan derajat kepercayaan. 0,05,dk 1 = 3,841. Hubungan dikatakan bermakna apabila x hitung > x tabel, digunakan rumus : (0 E) x = E Keterangan : keterangan rumus : x = chi square yang dicari = jumlah total 0 = frekuensi observasi E = frekuensi harapan (Sumber Arikunto s, 2002) Untuk mendapatkan hasil kemaknaan perhitungan sebagai berikut : a. P value < 0,05, maka Ha diterima dan terdapat hubungan riwayat diabetes dan pekerjaan dengan kejadian katarak di Poli Mata RSUD Pariaman b. P value > 0,05, maka Ho diterima dan tidak terdapat hubungan riwayat diabetes dan pekerjaan dengan kejadian katarak di Poli Mata RSUD Pariaman

KUESIONER PENELITIAN

25

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN DI POLI MATA RSUD PARIAMAN Data Umum Nama Umur Pendidikan Nomor Responden Petunjuk Pengisian Kuesioner: 1. Bacalah setiap item pertanyaan dan alternatif jawaban secara seksama 2. Berilah tanda check list pada kotak yang tersedia. 3. Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur karena semua jawaban tidak ada hubungan dengan kegiatan belajar mengajar dan dijamin kerahasiaanya 4. Kuesioner setelah diisi dengan lengkap mohon dikembalikan kepada peneliti 5. Terima kasih banyak dan selamat mengerjakan. : : :

A. Riwayat Penyakit Diabetes Apakah Bapak/Ibu menderita diabetes Ya Tidak B. Keterpaparan sinar matahari Apakah pekerjaan Bapak/Ibu C. Kejadian katarak Ya Tidak

26

A. PENGETAHUAN Pengertian 1. Menurut Ibu/Bapak, apa yang dimaksud dengan katarak ? a. (1) b. (0) c. Infeksi yang terjadi pada mata (0) 2. Menurut Ibu/Bapak, katarak merupakan penyakit ? a. (1) b. (0) Penyakit keturunan Salah satu penyakit mata yang biasa dialami oleh lansia Kurangnya daya penglihatan Kekeruhan yang terjadi pada lensa mata

27

c. Penyakit yang disebabkan karena kurang gizi (0) Penyebab 3. Menurut Ibu/Bapak, penyebab dari katarak traumatik adalah ? a. (0) b. (0) c. (1) 4. Menurut Ibu/Bapak, katarak sekunder disebabkan oleh ? a. (0) b. (0) c. Penyakit, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada (1) 5. Menurut Ibu/Bapak berikut adalah salah satu penyebab terjadinya katarak, kecuali ? a. (0) Paparan sinar radiasi mata, atau diabetes melitus Polusi udara Cahaya matahari Riwayat trauma/cedera pada mata Infeksi asap Faktor usia

28

b. (0) c. (1) 6.

Obat

yang

dikonsumsi

dalam

jangka

panjang

Obat tetes mata

Menurut Ibu/Bapak merokok bisa menyebabkan katarak ? a. (1) b. (0) c. (0) Tidak tahu Ya, karena asap rokok bisa memicu terjadinya katarak Tidak, karena merokok tidak ada hubungannya dengan matara

7.

Menurut Ibu/Bapak penyakit yang bisa memicu terjadinya katarak adalah? a. (1) b. Sakit kepala sebelah (migrain) (0) c (0) Rematik Diabetes melitus

Gejala 8. Menurut Ibu/Bapak gejala dari katarak adalah?

29

a. (0) b. (0) c. (1)

Mata terasa perih

Mata tidak bisa melihat di malam hari

Penglihatan mulai kabur

9. Menurut bapak/ibu kesulitan dalam penglihatan pada malam hari merupakan ? a. (0) b. (0) c. Gejala awal mengalami katarak (1) 10. Menurut Ibu/Bapak pada stadium kedua gejala yang ditimbulkan adalah ? a. (1) b. (0) c. (0) Tidak tahan terhadap asap Penghilatan masih normal tapi kepala sering merasa pusing Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya Gejala mata sudah rusak Gejala rabun senja

30

11. Menurut Ibu/Bapak gejala Penyakit katarak pada umumnya sudah dialami pada? a. (0) b. (1) c. (0) pengobatan 12. Menurut Ibu/Bapak tindakan yang dilakukan apabila mengalami katarak? a. (1) b. Menggunakan obat tetes mata (0) c. Bersihkan mata dengan air bersih setiap hari (0) 13. Menurut Ibu/Bapak pada saat mata terasa gatal yang dilakukan adalah? a. (0) b. Tidak boleh dikucek, digosok, kena pukulan atau benturan (1) Membersihkan mata dengan air Operasi katarak Usia remaja akhir Memasuki masa tua Usia dewasa

31

c. Membersihkan mata dengan tisu (0) 14. Menurut Ibu/Bapak pada saat bekerja berat beban yang benda yang diangkat sebaiknya tidak lebih dari ? a. (0) b. (1) c. (0) 15. Menurut Ibu/Bapak posisi tubuh yang tidak boleh dilakukan adalah ? a. (0) b. (1) c. (0) 16. Menurut Ibu/Bapak salah satu cara untuk mengurangi resiko terjadinya katarak adalah? a. Mengkonsumsi (0) vitamin C dengan teratur Menggelengkan kepala, rukuk, sujud, terlentang Menundukkan kepala, rukuk, sujud, telungkup Menundukkan kepala, berlari, sujud, telungkup 45 kg 10 kg 30 kg

32

b. Menggunakan kacamata gelap apabila bekerja di bawah paparan sinar matahari (1) c. Mengenakan (0) topi pada siang hari

B. PERAWATAN 1. Setelah operasi apakah ibu Bapak/Ibu mengurangi kegiatan fisik a. (0) b. (1) c. (0) 2. Untuk kesehatan mata setelah operasi, maka ketika bekerja bapak/ibu melakukannya dengan posisi a. Berdiri (0) b. Jongkok (0) c. Duduk (1) sedikit ditambah, karena merasa bosan di rumah ya, mengerjakan aktifitas biasa tetapi dikurangi. tidak, mengerjakan aktivitas seperti biasa

33

1. Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu habiskan untuk menonton televisi atau membaca a. (1) b. Keseharian lebih banyak waktu dihabiskan di depan televisi (0) c. Setiap hari, karena tidak ada aktivitas berat yang boleh dilakukan (0) 2. Pada saat mandi biasanya tindakan Bapak/Ibu adalah a. Pada awal mandi Waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau (1) b. Mandi (0) c. Mandi (0) 1. Pada saat tidur biasanya mata dilindungi dengan a. perisai (1) b. dibiarkan (0) terbuka pelindung mata dengan menggunakan gayung seperti biasa pancuran (dengan pembantu). Melakukannya bila perlu tetapi tidak terlalu lama

34

c. ditutup (0)

dengan

handuk

1. ketika keluar rumah pada siang hari, biasanya mata dilindungi dengan a. dibiarkan (0) b. memakai (0) c. mengenakan (1) 1. ketika mengambil sesuatu di lantai, posisi badan Bapak/Ibu lakukn adalah a. Berlutut (1) b. Merunduk (0) c. Dalam (0) 1. Bagaimana posisi tidur Bapak/Ibu pada malam hari. a. Tidur pada posisi badan mereng ke arah mata yang tidak sakit (1) berdiri langsung menundukkan badan atau jongkok. kacamata hitam. kacamata transparan/putih seperti biasa

35

b. Tidur (0) c. Tidur (0) pada posisi mata yang

telungkup

sakit

1. Pada saat buang air besar, hal yang tidak boleh dilakukan adalah a. Mengejan (1) b. Menunda (0) c. Buang (0) 1. Berapa kg benda yang bapak/ibu pernah angkat ketika setelah operasi a. kurang dari 7 kg. (1) b. lebih dari 7 kg (0) c. semampunya (0) 1. bagaimana cara Bapak/ibu meminum obat yang diberikan oleh dokter air besar harus pagi hari buang air besar pada saat buang air besar

36

a. sesuai (1) b. ketika (0) c. ketika (0)

petunjuk

yang

diberikan

oleh

dokter

merasa

ada

keluhan

sakit

di

mata

saja

ingat

saja

1. kapan waktu bapak/ibu untuk melakukan kontrol ke rumah sakit a. pada hari pertama, ketiga, kesepuluh, dan setelah itu sesuai petunjuk dokter. (1) b. Setelah (0) c. Ketika (0) 15. Bagaiamana menu makan keseharian Ibu/Bapak setelah operasi? a. Makan yang teratur, hindari lemak dan banyak mengkonsumsi sayur dan (1) b. Makan seperti biasa, lemak tidak perlu dihindari dan mengkonsmsi sayur (0) dan buah buah ada keluhan di mata saja seminggu dan setelah itu sesuai petunjuk dokter

37

c. (0)

Menu

makan

dikurangi

KISI-KISI KUISIONER Aspek yang diukur Pengertian katarak Penyebab katarak Gejala katarak Pengobatan Perawatan Tindakan yang dilakukan setelah operasi katarak

Variabel Pertanyaan pengetahuan

Item 1, 2 3,4,5,6,7 8,9,10,11 12, 13,14,15, 16 1,2,3,4,5,6,7,8,9,1 0 11,12,13,14,15

Jumlah item 2 5 4 5 15

38

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN DI POLI MATA RSUD PARIAMAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

OLEH:

RESKI HADIANIM : 2008518

39

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN 2011 LEMBAR KONSULTASI Nama NIM Judul : Reski Hadia : 2008518 : hubungan pengetahuan pasien penyakit katarak perawatan pasca operasi di Poli Mata RSUD Pariaman : Sandra Dewi, AMK, S.Pd, M.Kes Bagian yang direvisi Paraf pembimbing

dengan

Nama Pembimbing No Hari/tanggal

1

2

3

4

5

40

DAFTAR PUSTAKA Aswar, 2000. Validitas dan reliabilitas. Jakarta: Pustaka Pelajar. Azrul Azwar, 2004. Katarak pada Usia Lanjut. Jakarta. Bina Persada Pers. Depkes RI. 2010. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Erry Dewanto / http://www1.surya. co.id/v2/?p=3006 Heri purwanto,2002. Pengantar Perilaku Manusia, Cetakan 1, Surabaya. Penerbit Pustaka Setia Reza. dalam http//pencegahan_katarak_sedinimungkin/Gizi.net. Diakses tanggal 12/02/2011 Rizatul. 2011. Dalam http://bs-ba.facebook.com/topic. php? uid=63460826642 &topic =8458&post=4 9 495. Diakses tanggal 12/02/2011 http://id.wikipedia.org/wiki/Katarak ilyas Sidarta. 2005. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI Irawan 2008 dalam http://addy1571.wordpress.com/2009/08/23/gambaranpengetahuaan-kepala-keluarga-tentang-katarak/ Kompas, 2002 Nana Wijayana. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Abadi Tegal Notoatmodjo, Soekidjo, 2002, Metedologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Metedologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Nursalam, 2003. Tantangan Keperawatan Indonesia Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka. Utama. 2008 Rosyhda Azmir. Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2005 Jakarta :FKUI

41

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Calon Responden

Dengan Hormat, Saya yang bertanda tanda tangan dibawah ini: Nama Nim Pendidikan : Reski Hadia : 2008518 : Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman Akan mengadakan penelitian dengan judul hubungan pengetahuan pasien penyakit katarak dengan perawatan pasca operasi di Poli Mata RSUD Pariaman. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara sebagai responden, kerahasian imformasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk penelitian. Apabila saudara menyetujui menjadi responden dan menjawab pertanyaan dan pernyataan yang peneliti ajukan saya ucapkan terima kasih.

Pariaman,

Februari 2011

Penulis

FORMAT PERSETUJUAN 42

(Informed Consent)

Setelah membaca penjelasan yang dijelaskan oleh peneliti, saya bersedia ikut berpatisipasi sebagai responden penelitian yang berjudul hubungan pengetahuan pasien penyakit katarak dengan perawatan pasca operasi di Poli Mata RSUD Pariaman Yang dilakukan oleh: Nama Nim Pendidikan : Reski Hadia : 2008518 : Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya dan keluarga. Penelitian ini akan menjadi masukan bagi peningkatan pelayanan keperawatan dan akan dirahasiakan keberadaannya sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya. Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan setiap pertanyaan yang saya ajukan berkaitan dengan penelitian ini dan mendapat jawaban yang memuaskan, dengan ini saya sukarela berperan serta dalam penelitian ini.

Pariaman, .2011 (Responden)

DAFTAR ISI

43

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1 A. Latar Belakang 1 B. Batasan Masalah 6 C. Perumusan Masalah 7 D. Tujuan Penelitian 7 E. Manfaat Penelitian 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 9 A. Katarak............................................................................................. 9 B. Pengetahuan..................................................................................... 16 C. Perawatan pasca operasi...................................................................20 D. Kerangka Konseptual....................................................................... 22 E. Hipotesis Penelitian.......................................................................... 23 BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 25 A. Desain Penelitian.................................................................................. 25 B. Tempat dan waktu penelitian................................................................ 25

44

C. Populasi dan Sampel............................................................................. 25 D. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 26 E. Teknik dan Pengolahan Data................................................................ 26 F. Analisa data.......................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

45

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian katarak di Poli Mata RSUD Pariaman, akan diujikan di depan Dewan Penguji pada tanggal .. April 2011.

Pembimbing :

SANDRA DEWI, AMK, S.Pd, M.Kes NIP. 19670115 198812 2 001

Mengetahui Direktur Akper Pememerintah Kabupaten Padang Pariaman

Nilma Sari, A.Kep. A, M.Kes NIP. 197206141995032 001

i

46 vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul hubungan pengetahuan pasien penyakit katarak dengan perawatan pasca operasi di Poli Mata RSUD Pariaman Proposal Karya tulis ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman. Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Nilma Sari, A.Kep. A, M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman 2. Ibu Sandra Dewi, AMK, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan petunjuk yang amat berharga selama penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini. 3. Ns. Lili Fajria, S.Kep, M. Biomed sebagai penguji I dan Ibu Dewi Murni, AMK, S.Pd sebagai penguji II yang telah memberikan masukan kepada penulis 4. Dosen-dosen yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dalam penyempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini.

47

5. Teristimewa kepada Ibu dan Ayah serta keluarga yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan dan doa. Tiada kata yang dapat ananda rangkaikan, semoga Allah SWT memberikan Rahmat, hidayah, dan lindunganNya. 6. Rekan-rekan angkatan yang ke-VIII tahun 2007 Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman yang telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian proposal karya tulis ilmiah ini. Semoga semua bimbingan, bantuan dan amal kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalan rahmat dan karunia dari Allah SWT. Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesmpurnaan baik dari penulisan maupun isi karena dari keterbatasan ilmu, kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis berharap karya tulis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri.

Pariaman, Februari 2011

Penulis

PENGESAHAN PENGUJI

48

Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian katarak di Poli Mata RSUD Pariaman telah diujikan di hadapan Dewan Penguji pada tanggal 4 April 2011.

Penguji I

Armaita, SKM, M.Si

Penguji II

Syafridawati, S.ST, M.Si

Penguji III

Sandra Dewi, AMK, S.Pd, M.Kes

Mengetahui Direktur Akademi Keperawatan Pemerintah Kab. Padang Pariaman

Nilma Sari, A.Kep. A, M.Kes NIP. 197206141995032 001

http://eprints.undip.ac.id/14499/1/2004MIKM2838.pdf

49