KTI HERIANTO

50
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif (keturunan) yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Apabila tidak dilakukan penanganan secara cermat, dampak dari penyakit tersebut dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius lainnya, di antaranya, jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan system syaraf. Menin gkatnya  prevalensi  Diabetes Melitus di beberapa berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota- kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit  Diabetes Melitus.  Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara (Suyono, 2007). Penyakit  Diabetes Melitus dapat menyebabkan beberapa komplikasi akut dan menahun. Untuk komplikasi akut antara lain hipoglikemia dan hiperglikemia, sedangkan komplikasi menahun antara lain penyakit 1

Transcript of KTI HERIANTO

Page 1: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 1/50

 

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif 

(keturunan) yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Apabila

tidak dilakukan penanganan secara cermat, dampak dari penyakit tersebut dapat

menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius lainnya, di antaranya, jantung,

stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan system syaraf. Meningkatnya

prevalensi   Diabetes Melitus di beberapa berkembang akibat peningkatan

kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti.

Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-

kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, salah

satunya adalah penyakit   Diabetes Melitus.   Diabetes Melitus merupakan salah

satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat

menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara

individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara (Suyono, 2007).

Penyakit  Diabetes Melitus dapat menyebabkan beberapa komplikasi akut

dan menahun. Untuk komplikasi akut antara lain hipoglikemia dan

hiperglikemia, sedangkan komplikasi menahun antara lain penyakit

1

Page 2: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 2/50

 

2 makrovaskuler dan mikrovaskuler, neuropati saraf sensorik, saraf otonom,

proteinuria, kelainan koroner, ulkus dan gangren (Mansjoer dkk, 1999).

Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia, diperkirakan mengalami

peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa

pada tahun 2030 mendatang. Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia

peringkat keempat jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia setelah

Amerika Serikat, India, dan Cina. Meningkatnya penderita diabetes melitus

disebabkan oleh peningkatan obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang

mengkonsumsi makanan yang berserat, merokok, dan tingginya lemak.

(Melindacare, 2010)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2010 tercatat jumlah kasus Diabetes

Mellitus 3341 orang meningkat kurang lebih 20% dari tahun 2009 yang

berjumlah 2672 orang. Jumlah Kasus baru Diabetes Melitus pada tahun 2010

tercatat 129 orang dan berdasarkan data rekam medik dan laporan poliklinik 

penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tercatat 179 orang pasien baru

diabetes melitus pada bulan Januari s/d Juli 2011.

Dari adanya peningkatan kasus baru pada semester pertama tahun 2011

dibandingkan jumlah total kasus baru di tahun 2010 maka peneliti tertarik untuk 

mengetahui bagaimana gambaran karakteristik pasien baru diabetes melitus di

poli penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

Page 3: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 3/50

 

3 1.2. Rumusan Masalah

Adanya peningkatan angka kejadian  Diabetes Melitus dari tahun 2009 ke tahun

2010 dan belum diketahuinya karakteristik pasien   Diabetes Melitus. Jumlah

kasus baru Diabetes Melitus periode Januari s/d Juli 2011 179 kasus dimana

lebih besar dari jumlah kasus baru di tahun 2010 yang tercatat 129 kasus. Untuk 

itu peneliti ingin mengetahui, bagaimana gambaran karakteristik pasien baru

Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun

2011?

1.3. Tujuan Penelitian

1.  Tujuan Umum

Mengetahui gambaran karakteristik pasien baru Diabetes Melitus di Poli

Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2011 dari bulan

Januaru sampai dengan Juli 2011.

2.  Tujuan Khusus

a.  Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan

 jenis kelamin

b.  Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan

umur,

c.  Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan

pendidikan terakhir

Page 4: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 4/50

 

4 d.  Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan

pekerjaan

1.4. Manfaat Penelitian

1.  Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien   Diabetes Melitus 

berdasarkan karakteristik penderitanya.

2.  Institusi Poltekkes Provinsi Bengkulu

Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan referensi mengenai

karakteristik penderita Diabetes Melitus di poli penyakit dalam RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu.

3. 

Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Keaslian Penelitian

1.  Putri Junita, 2010. Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Penderita

  Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Pentingnya Aktivitas Fisik di RSUP H.

  Adam Malik. Hasil rata-rata untuk gambaran pengetahuan adalah cukup

sebanyak 54% dan hasil rata-rata gambaran tindakan yang melakukan

aktivitas fisik adalah sedang sebanyak 70%. Dari penelitian tersebut dapat

Page 5: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 5/50

 

5 dilihat bahwa informasi atau pengetahuan yang kurang dapat menjadi faktor

terhambatnya proses pikir seseorang dalam pemahaman dan pelaksanaan

aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu dilakukan

penyuluhan tentang aktivitas fisik dan manfaatnya dalam menangani dan

mencegah komplikasi dari penyakit DM tipe 2.

2.  Erwina Rafni Harahap, 2010.   Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita

  Diabetes Melitus (DM) dengan Pemanfaatan Klinik Diabetes Melitus di

Puskesmas Tembung Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

umumnya berada pada kategori pengetahuan sedang (72,5%), dan kategori

sikap baik (70%) serta kategori tindakan sedang (90%). Diperoleh hasil tidak 

terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan dan pendapatan dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus

Puskesmas Tembung. Kemudian diperoleh bahwa ada hubungan yang

bermakna antara tingkatan pengetahuan dan sikap dengan pemanfaatan klinik 

diabetes melitus Puskesmas Tembung.

Beda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel,

populasi dan sampel yang diteliti dan waktu penelitian dilaksanakan .

Penelitian tentang ini tentang gambaran karakteristik penderita Diabetes

Melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

Page 6: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 6/50

 

6 BAB II 

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula

sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara cukup (Soegondo, 2005).

2.2. Anatomi Fisiologi

Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah

lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi : fungsi endokrin dan

fungsi eksokrin (Sloane, 2003).

Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas,

memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus pankreas ke dalam

usus halus (Sloane, 2003).

Pankreas terdiri dari 2 jaringan utama, Sloane (2003), yaitu:

a. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.

b. Pulau langerhans yang mengeluarkan sekretnya keluar. Tetapi, menyekresikan

insulin dan glukagon langsung ke darah.

6

Page 7: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 7/50

 

7 Gambar 2.1 Pankreas

Pulau-pulau langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas

tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas.

Pulau langerhans berbentuk opoid dengan besar masing-masing pulau berbeda.

Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50μ, sedangkan yang terbesar 300μ,

terbanyak adalah yang besarnya 100-225μ. Jumlah semua pulau langerhans di

pankreas diperkirakan antara 1-2 juta (Sloane, 2003).

Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu

kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ.

Ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau

tersebut, Sloane (2003):

Page 8: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 8/50

 

8 a. Sel alfa, jumlah sekitar 20-40 %, memproduksi glukagon yang menjadi faktor

hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai antiinsulin like activity.

b. Sel beta menyekresi insulin yang menurunkan kadar gula darah.

c. Sel delta menyekresi somastatin, hormon penghalang hormon pertumbuhan

yang menghambat sekresi glukagon dan insulin.

d. Sel F menyekresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan untuk 

fungsi yang tidak jelas.

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino,

dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada

rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam

darah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah

(Manaf, 2006).

Sintesis insulin dimulai dalam bentuk prepoinsulin ( precursor  hormon

insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase,

prepoinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang

kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicle) dalam sel

tersebut. Di sini, dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi

insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan

secara bersamaan melalui membran sel (Guyton, 2007).

Mekanisme secara fisiologis di atas, diperlukan bagi berlangsungnya

proses metabolisme glukosa, sehubungan dengan fungsi insulin dalam proses

Page 9: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 9/50

 

9 utilasi glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan

komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta memproduksi

insulin, meskipun beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, juga dapat

memiliki efek yang sama. Mekanisme sintesis dan sekresi insulin setelah adanya

rangsangan terhadap sel beta cukup rumit, dan belum sepenuhnya dipahami

secara jelas (Manaf, 2006).

Ada beberapa tahapan dalam sekresi insulin, setelah molekul glukosa

memberikan rangsangan pada sel beta. Pertama, proses untuk dapat melewati

membran sel yang membutuhkan senyawa lain. Glucose transporter  (GLUT)

adalah senyawa asam amino yang terdapat dalam berbagai sel yang berperan

proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai "kenderaan" pengangkut glukosa

masuk dari luar ke dalam jaringan tubuh. Glucose transforter 2 (GLUT 2) yang

terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa

dari dalam darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses ini merupakan

langkah penting, agar selanjutnya ke dalam sel, molekul glukosa tersebut dapat

mengalami proses glikolisis dan fosforilasi yang akan membebaskan molekul

ATP. Molekul ATP yang terbebas tersebut, dibutuhkan untuk mengaktifkan

proses penutupan K channel yang terdapat pada membran sel. Terhambatnya

pengeluaran ion K dari dalam sel menyebabkan depolarisasi membran sel, yang

diikuti kemudian oleh proses pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang

memungkinkan masuknya ion Ca²⁺ sehingga meningkatkan kadar ion Ca²⁺ 

Page 10: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 10/50

 

10 intrasel, suasana yang dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme

yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan (Manaf, 2006).

2.3. Klasifikasi Diabetes Melitus

Walaupun secara klinis terdapat 2 macam diabetes tetapi sebenarnya ada

yang berpendapat diabetes hanya merupakan suatu spektrum defisiensi insulin.

Individu yang kekurangan insulin secara total atau hampir total dikatakan sebagai

diabetes   juvenile onset atau insulin dependent  atau ketosis prone, karena tanpa

insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan oleh

ketoasidosis. Pada ekstrem yang lain terdapat individu yang stable atau maturity

onset atau noninsulin dependent . Orang-orang ini hanya menunjukkan defisiensi

insulin yang relatif dan walaupun banyak diantara mereka mungkin memerlukan

suplementasi insulin (insulin requiring), tidak akan terjadi kematian karena

ketoasidosis walaupun insulin eksogen dihentikan. Bahkan diantara mereka

mungkin akan terdapat kenaikan jumlah insulin secara absolut bila dibandingkan

dengan orang normal. Tetapi ini biasa berhubungan dengan obesitas dan/atau

aktivitas fisik (Gustaviani, 2006).

Klasifikasi DM menurut World Health Organization (2009) adalah:

1.  Diabetes tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)

2.  Diabetes tipe 2 : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin ( Noninsulin

  Dependent Diabetes Melitus) [NIDDM]. Menurunnya produksi insulin atau

berkurangnya daya kerja insulin atau kedua-duanya

Page 11: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 11/50

 

11 3.  Diabetes tipe lain menurut (Powers, 2005):

A. 

Defek genetik dari fungsi sel ß dikarakteristikkan dengan mutasi pada:

1.) Faktor transkripsi inti hepatosit (HNF) 4α (MODY 1)

2.) Glukokinase (MODY 2)

3.) HNF-1α (MODY 3)

4.) Faktor promotor insulin (IPF) 1 (MODY 4)

5.) HNF-1ß (MODY 5)

6.) NeuroD1 (MODY 6)

7.) DNA mitokondria

8.) Konversi insulin atau proinsulin

B.  Defek insulin pada kerja insulin

1.) Resistensi insulin tipe A

2.) Leprekaunism

3.) Sindrom rabson-mendenhall

4.) Sindrom lipodistrofi

C.  Penyakit dari eksokrin pankreas — pankreatitis, pankreatektomi,

neoplasia, kistik fibrosis, hemokromatosis, pankreatopati fibrokalkulous.

D.  Endokrinopati — akromegali, sindrom cushing, glukagonoma,

feokromasitoma, hipertiroid, stomatostatinoma, aldosteronoma.

E.  Induksi obat atau kimia — pentamidine, asam nikotinik, glukokortikoid,

hormon tiroid, ß-bloker.

Page 12: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 12/50

 

12 F.  Infeksi — rubella kongenital, citomegalivirus, koksakie.

G. 

Bentuk yang tidak umum dari diabetes yang diperantarai oleh imun "stiff-

man" sindrom.

4.  Diabetes melitus gestasional (diabetes selama kehamilan) (ADA, 2003).

2.4. Etiologi Diabetes Melitus

 Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus

Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan

resisitensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk 

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini

sepenuhnya, artinya terjadi resistensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat

dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada

rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel

pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran,

2001).

2.5. Patofisiologi Diabetes Melitus (Brunner and Suddarth, 2002)

A.  Diabetes Tipe 1

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel

pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari

Page 13: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 13/50

 

13 makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap dalam darah dan

menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa

tersebut dieksresikan dalam urin (glukosuria). Eksresi ini akan disertai oleh

pengeluaran cairan dan elekrolit yang berlebihan, keadaan ini disebut diuresis

osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa

haus (polidipsi).

B.  Diabetes Tipe II

Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu:

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat

dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin

dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme

glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif 

untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada

penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat

yang normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel-sel tidak mampu

Page 14: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 14/50

 

14 mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas

diabetes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah

pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis

diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe

II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang

dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat

intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan

diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan

dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, pilidipsia, luka pada kulit

yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.

C. 

Diabetes Gestasional

Didefenisikan sebagai permulaan intoleransi glukosa atau pertama sekali

didapat selama kehamilan (Michael , 2005).

2.6. Epidemiologi Diabetes Melitus

Tingkat prevalensi diabetes melitus adalah tinggi. Diduga terdapat sekitar

16 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis

600.000 ribu kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di

Amerika Serikat dan merupakan penyebab kebutaan pada orang dewasa akibat

Page 15: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 15/50

 

15 retino diabetik. Pada usia yang sama, penderita diabetes paling sedikit 2 ½ kali

lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak terkena

serangan jantung. Tiga puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal

karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren

adalah komplikasi yang paling utama. Selain kematian fetus intrauterin pada ibu-

ibu yang menderita diabetes melitus tidak terkontrol juga meningkat

(Schteingart, 2005).

2.7. Faktor Resiko Diabetes Melitus

Faktor resiko diabetes melitus dari emedicine health:

1.)  Obesitas (kegemukan)

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,

pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan

kadar glukosa darah menjadi 200mg%.

2.)  Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak 

tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam

tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

3.)  Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus

Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes.

Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang

Page 16: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 16/50

 

16 bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes

Mellitus.

4.)  Dislipedimia

Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah

(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma

insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien

Diabetes.

5.)  Umur

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus

adalah > 45 tahun.

2.8. Gejala Klinis Diabetes Melitus

Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes

Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:

(a.) Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat

badan.

(b.) Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.

(c.)  Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.

Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah:

Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Kesemutan, Gatal,

Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996).

Page 17: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 17/50

 

17 2.9. Diagnosa DM

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah

sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk 

menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi

glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-

kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi

diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang

abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan

dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun

cepat (Budiyanto, 2009).

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji

diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan

pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak 

bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi,

riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr,

kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik 

dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring (Gustaviani, 2006).

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar

glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti

dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar (Gustaviani, 2006).

Page 18: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 18/50

 

18 Tabel. 2.1

Kadar glukosa darah dalam diagnosis DM

Golongan klinik /Jenis Sampel Bukan DM

Belum pasti

DM

DM

Kadar glukosa darah sewaktu

(mg/dl)

<110 110-199 ≥200 

Kadar glukosa darah puasa

(mg/dl)

<110 110-125 ≥126 

Ket : Darah diambil dari plasma vena atau darah kapiler.

Sumber : Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2002 

2.10. Komplikasi DM

Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus

adalah:

2.10.1. Komplikasi Akut

(a.) Hipoglikemia

Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah

harga normal. Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal

 jarang melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L)

Page 19: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 19/50

 

19 masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi

dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood ) karena

eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa

arteri lebih tinggi dibandingkan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler

diantara kadar arteri dan vena (Wahono Soemadji, 2006).

(b.) Hiperglikemia

Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan

meningkatnya produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan

termetabolisme habis secara normal melalui glikolisis. Tetapi, sebagian

melalui perantara enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol, yang

selanjutnya akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan menyebabkan

kerusakan dan perubahan fungsi (Arifin).

Hiperglikemia terdiri dari:

1.) Diabetes Keto Asidosis (DKA)

Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan

metabolik yang ditandai dengan trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis,

terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif (Soewondo,

2006).

2.) Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (KHHNK)

Sindrom KHHNK ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa

disertai adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat,

Page 20: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 20/50

 

20 hiperglikemia berat dan sering kali disertai ganguan neurolis dengan atau

tanpa adanya ketosis (Soewondo, 2006).

2.10.2. Komplikasi Kronik

(a.) Penyakit Makrovaskuler

Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler,

penyakit pembuluh darah kapiler) (Avicenna, 2009).

Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah

koroner harus ditingkatkan terutama untuk yang mereka yang mempunyai

resiko tinggi terjadinya kelainan aterosklerosis seperti mereka yang

mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh darah koroner ataupun

riwayat keluarga DM yang kuat (Waspadji, 2006).

(b.) Penyakit Mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati

Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya

mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang menjadi proteinuria secara

klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan berakhir

dengan keadaan gagal ginjal yangmemerlukan pengelolaan dengan

pengobatan substitusi (Waspadji, 2006).

Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai dari retinopati

diabetik nonproliferatif sampai perdarahan retina, kemudian juga ablasio

retina dan lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kebutaan. Diagnosa dini

Page 21: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 21/50

 

21 retinopati dapat diketahui melalui pemeriksaan retina secara rutin (Waspadji,

2006).

(c.) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom

berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler (Suddarth dan Brunner,

2002).

(d.) Ulkus/gangren (Avicenna, 2009).

2.11. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus

Karakteristik adalah sifat khas dengan perwatakan tertentu. Karakteristik 

mencakup hal-hal sebagai berikut: umur, pendidikan, pekerjaan, gaya hidup (pola

makan, pola komunikasi, kebiasaan mandi), agama, ras dan lainnya (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1998).

(a.) 

Jenis Kelamin

Jenis kelamin (Wikipedia, 2011) adalah kelas atau kelompok yang

terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat

digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan

keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari

dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan

perempuan. Di Indonesia Prevalensi wanita terkena diabetes lebih tinggi

(64%) dibandingkan prevalensi pada pria (Riskesdas, 2007)

Page 22: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 22/50

 

22 (b.)  Usia

Umur adalah lama seseorang (Depdikbud, 1997). Umur ditentukan dengan

hitungan tahun, semakin banyak umur seseorang semakin banyak pula

pengalaman yang dimilikinya. Penderita penyakit diabetes melletus

(penyakit gula) banyak diderita warga Indonesia pada usia produktif, 45

tahun sampai 60 tahun. Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi

yang secara menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering

muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut. Masa dimana

fungsi tubuh yang dimiliki oleh manusia semakin menurun terutama fungsi

pankres sebagai penghasil hormon insulin. Menurut Slamet Suyono, 2001

dalam ilmu penyakit dalam mengatakan bahwa peningkatan usia di

indonesia > 40 tahun akan menyebabkan peningkatan diabetes melitus.

Penelitian sejak tahun 2007 yang dilakukan oleh pemerintah, menunjukkan

bahwa penyakit itu disebabkan gaya hidup dan pola makan yang keliru.

Semakin dewasa seseorang maka resikonya terkena diabetes akan semakin

tinggi (Sidartawan Soegondo, 2009) 

(c.)  Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2010) Pendidikan adalah

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan, proses, pembuatan cara didik. Kemahiran menyerap pengetahuan

Page 23: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 23/50

 

23 akan meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan

kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap

pengetahuan yang diserapnya. Sedangkan perilaku merupakan penyatuan

sikap seseorang (Kuantjaraningrat, 1997).

Umumnya pengetahuan yang akan tinggi akan berdampak pada

peningkatan kesadaran seseorang dalam upaya meminimalisasi penyakit

diabetes melitus. Walaupun demikian pengetahuan yang tinggi sebenarnya

tidak juga menentukan apakah seseorang akan terkena penyakit diabetes

melitus atau tidak. Tetapi faktor lain seperti pekerjaan, gaya hidup,

keturunan dan lain-lain juga mempengaruhi seseorang dalam terkena

penyakit diabetes melitus

Menurut John Dewey (2000) pendidikan adalah suatu proses untuk 

memperoleh kemampuan untuk kebiasaan berfikir sebagai suatu kegiatan

yang inteligent atau yang ilmiah dalam memecahkan berbagai masalah di

dalam kehidupan.

Penderita Diabetes Melitus yang tidak mengetahui bagaimana cara

perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya oleh karena

kurangnya sumber informasi atau tingkat pendidikan mereka akan bisa

memperparah penyakitnya

Page 24: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 24/50

 

24 (d.)  Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh

manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas

atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan

sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Lowongan

pekerjaan yang paling banyak diinginkan orang Indonesia rata-rata adalah

PNS, dan pegawai BUMN. Anggapan mereka mungkin karena jadi

pegawai negeri atau pegawai BUMN gajinya stabil dan terjamin

(Wikipedia, 2011). Semakin jarang seseorang melakukan aktivitas fisik 

maka gula yang dikonsumsi juga akan semakin lama terpakai, akibatnya

prevalensi peningkatan kadar gula dalam darah juga akan semakin tinggi.

2.15. Kerangka Konseptual

Bagan 2.1

Bagan Kerangka Konsep

Karakteristik:

1.  Jenis Kelamin

2.  Umur

3.  Pendidikan

4.  Pekerjaan

Penyakit Diabetes Melitus

Keterangan:: diteliti

--------- : tidak diuji

Page 25: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 25/50

 

25 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan yang objektif (Notoatmodjo,

2002). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran karakteristik 

penderita baru diabetes melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu tahun 2011.

3.2. Populasi Dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi

dalam penelitian ini adalah semua pasien baru diabetes melitus di Poliklinik 

Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dari bulan Januari sampai

dengan Juli 2011 yang berjumlah 179 orang.

3.2.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien baru diabetes melitus (Total

Sampling) yang berkunjung di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.Yunus

Bengkulu dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Juli 2011 sebanyak 179

orang.

25

Page 26: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 26/50

 

26 3.2.3. Besar Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 179 orang.

3.3. Variabel Penelitian

3.3.1. Klasifikasi

Variabel bebas peneletian ini adalah jenis kelamin, umur, pendidikan dan

pekerjaan. Sedangkan variabel indepeden atau tergantung adalah variabel

akibat, yang dipengaruhi oeh variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel

terikatnya adalah penyakit diabetes melitus.

3.3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1.Definisi Oprasional

Variabel

Yang

Diteliti

Defenisi Operasional

VariabelCara Ukur Hasil Ukur Skala

a.  Jenis

Kelamin

Keadaan fisik jenis

kelamin lahiriah yang

tercatat di buku register

Checklist -  Laki-laki

-  Perempuan

Nominal

b. Umur Lama waktu hidup

dimulai sejak dilahirkansampai dengan waktu

penelitian dilakukan

Checklist -  <25 th

-  25 s/d 45 th-  46 s/d 55 th

-  >55th

Interval

c. Pendidikan Pendidikan formal

terakhir yang

ditamatkan pasien yangtercatat di buku register.

Checklist -  Tidak 

Sekolah

-  SD-  SMP

-  SMA

-  PT

Ordinal

d. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatutugas atau kerja yangmenghasilkan uang bagi

pasien yang tercatat di

buku register

Checklist -  Tidak Bekerja

-  PNS

-  Swasta

-  Buruh/Tani

Ordinal

Page 27: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 27/50

 

27 3.4. Pengumpulan Data

3.4.1. Instrument

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar cheklist.

3.4.2. Prosedur Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data penelitian yaitu dengan melihat data sekunder

dari buku register mencatat status penderita rawat jalan di Poliklinik Penyakit

Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dari bulan Januari s/d Juli 2011

kemudian dicatat sesuai lembar checklist dengan sub variabel yang dibutuhkan.

3.4.3. Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

univariat untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi jenis kelamin, umur,

pendidikan dan pekerjaan yang nantinya akan dipersentasekan. Menghitung

persentase dengan rumus sebagai berikut :

P = %100 xn

F  

Keterangan :P = Jumlah persentase yang dicari.

F = Jumlah skor yang diperoleh.

n = Jumlah responden

Hasil prosentase kemudian di inteprestasikan dengan modifikasi

kesimpulan menurut kriteria Nursalam (2008) sebagai berikut :

0% : Tidak satupun dari pasien

Page 28: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 28/50

 

28 1% - 25% : Sebagian kecil dari pasien

26% - 49% : Hampir sebagian dari pasien

50% : setengah dari pasien

51% – 75% : Sebagian besar dari pasien

76% - 99% : Hampir seluruh dari pasien

100% : Seluruh pasien 

3.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu pada bulan September 2011.

3.6. Keterbatasan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti mempunyai kelemahan-kelemahan yang ada,

kelemahan tersebut tertulis dalam keterbatasan. Dalam penelitian ini kelemahan

atau keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah:

3.6.1.  Kemampuan peneliti masih kurang, karena peneliti masih termasuk taraf 

pemula, sehingga penelitian masih banyak kekurangan.

3.6.2.  Dalam melakukan penelitian adanya pertimbangan mengenai

keterbatasan waktu, dana dan keahlian.

Page 29: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 29/50

 

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1  Gambaran Umum Tempat Penelitian

Awal berdirinya RSUD Dr M.Yunus Bengkulu, pada Tahun 1922

dimana pada waktu itu masih dalam penjajahan pemerintah Hindia Belanda yang

berlokasi di samping kantor pos dan giro lama (kota Bengkulu), barulah pada

tahun 1925 didirikan tersendiri dengan bangunan semi permanen berlokasi di

JL.Ratu Agung (Anggut Atas) yang saat ini menjadi Jalan Soekarno Hatta, dan

pimpinan RS pada waktu itu adalah seorang dokter dari Belanda bernama dokter

Briounkop dan dibantu dokter Indonesia dokter Asikin dan empat orang tenaga

antara lain Zickken Opasser (1 orang perawat), satu orang tenaga administrasi

dan dua orang pembantu atau pelayan.

Pada saat itu RS ini didirikan status provinsi Bengkulu masih dalam

bentuk keresidenan Bengkulu terbagi menjadi beberapa kabupaten yang

merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan, kemudian dengan adanya

perubahan beberapa daerah tingkat II menjadi daerah tingkat I akibat pemekaran

dari beberapa provinsi di Indonesia, maka pada tanggal 18 Nopember 1968

provinsi Bengkulu disahkan menjadi daerah tingkat I dengan kedudukan Ibukota

rovinsi di Bengkulu.Upaya yang tak mengenal lelah dari penyelenggara rumah

 

29

Page 30: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 30/50

 

30 sakit serta pihak-pihak lain yang terkait akhirnya membuahkan hasil dengan

berdirinya komplek RS di Padang Harapan. RS ini diresmikan oleh Menkes RI

Prof.G.A.Siwabessy pada tanggal 7 Maret 1978, sekaligus hari jadinya RSMY

Bengkulu, dengan berklasifikasi c berdasarakan SK.Menkes No

51/menkes/SK/II/79 tahun 1979 kemudian menjadi kelas B non kependidikan

berdasarkan keputusan Menkes no 1065/menkes/sk/xi/1992 dan surat keputusan

gubernur no 15 tahun 1993. RSMY menjadi RS Swadana daerah uji coba

berdasarkan SK gubernur no 145 tahun 1993.

4.2  Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap pengolahan data. Pada tahap persiapan meliputi kegiatan

penetapan judul, pengumpulan data sekunder, seminar proposal, perbaikan hasil

seminar proposal dan pengurusan surat izin untuk melakukan penelitian di RSUD

dr. M. Yunus Bengkulu. Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti langsung

melakukan pengumpulan data dengan mengisi lembar checklist dengan melihat

data sekunder dari buku register rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

dr. M. Yunus Bengkulu.

Page 31: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 31/50

 

31 4.3  Hasil Penelitian

4.3.1. 

Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.3.1. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan

 jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

Laki-Laki 77 43,02

Perempuan 102 56,98

Dari tabel 4.3.1. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru

Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUD dr. M. Yunus Bengkulu sebagian besar adalah perempuan 56,98%.

4.3.2.  Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan umur,

Tabel 4.3.2. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan

umur

Umur Jumlah Presentase (%)

< 25 th 13 7,26

25 – 45 th 47 26,26

46 – 55 th 32 17,18

> 55 th 87 48,60

Page 32: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 32/50

 

32 Dari tabel 4.3.2. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru

Diabetes Melitus berdasarkan umur di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.

M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien berumur >55 tahun yaitu

48,60%.

4.3.3.  Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan

terakhir

Tabel 4.3.3. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan

pendidikan

Pendidikan Jumlah Presentase (%)

Tidak Sekolah 72 40,22

SD 30 16,76

SMP 27 15,08

SMA 23 12,85

Perguruan Tinggi 27 15,08

Dari tabel 4.3.3. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru

Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak sekolah yaitu

40,22%.

Page 33: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 33/50

 

33 4.3.4.  Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.3.4. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan

pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Presentase (%)

Tidak Bekerja 57 31,84

PNS 48 26,82

Swasta 45 25,14

Tani/Buruh 29 16,20

Dari tabel 4.3.4. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru

Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak bekerja yaitu

31,84%.

Page 34: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 34/50

 

34 BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru

Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

dr. M. Yunus Bengkulu sebagian besar adalah perempuan 56,98%.

Penelitian terakhir yang dilakukan PERKENI, menunjukkan bahwa,

dengan tinggi dan berat badan sama, wanita Asia lebih berisiko mengidap

diabetes dibandingkan wanita yang tinggal benua lainnya. Menurut dugaan,

penyebabnya karena mereka telah meninggalkan pola makan dan gaya hidup

tradisional, dan menggantinya dengan gaya hidup yang tidak sehat. Misalnya:

pola makan yang serampangan dan porsi olahraga yang semakin minim.

Perubahan gaya hidup seperti ini bisa memicu semacam dampak biologis yang

dapat mengganggu proses pengolahan gula darah, yang pada akhirnya berakibat

diabetes

5.2. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan umur,

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru

Diabetes Melitus berdasarkan umur di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien berumur >55 tahun yaitu 48,60%.

 

34

Page 35: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 35/50

 

35 Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara menurun

dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang

memasuki usia rawan tersebut. Masa dimana fungsi tubuh yang dimiliki oleh

manusia semakin menurun terutama fungsi pankres sebagai penghasil hormon

insulin. Menurut Slamet Suyono, 2001 dalam ilmu penyakit dalam mengatakan

bahwa peningkatan usia di indonesia > 40 tahun akan menyebabkan peningkatan

diabetes melitus. Hal ini disebabkan peningkatan gaya hidup seseorang yang

tidak terjaga dalam mengkonsumsi makanan dan kurangnya aktifitas dalam

kehidupan sehari-hari. Sebenarnya masa usia tersebut merupakan yang cukup

mumpuni sebagai kepala keluarga dalam membina dan menjaga hubungan baik 

dengan anggota keluarga dalam upaya meminimalisasi terkena penyakit diabetes

melitus pada seseorang. (Slamet Suyono, 2001)

Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas of Washington di

Seattle, menemukan bagaimanapun juga kelebihan berat badan sangat

berpengaruh bagi kesehatan pada usia 50. Jika mereka kelebihan berat badan

antara 20 pon atau lebih, tiga kali lipat beresiko terserang diabetes dibandingkan

dengan mereka yang berat badannya optimal. Mereka yang telah tergolong

obesitas pada usia 50 tahun dan kemudian memiliki kelebihan berat badan lebih

dari 20 pon, 5 kali lipat kemungkinan mereka terserang diabetes tipe dua

dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kelebihan berat badan.

Page 36: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 36/50

 

36 

5.3. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan

terakhir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru

Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD

dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak sekolah yaitu 40,22%.

Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan

seseorang. Pendidikan yang rendah umumnya akan mengakibatkan kurangnya

pengetahuan seseorang terutama penyakit diabetes melitus, pendidikan akan

memberikan pencerahan pada seseorang terutama dalam pengetahuan penyakit

diabetes melitus. Tetapi pendidikan seseorang bukanlah jaminan satunya

indikator dalam pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat

Notoatmodjo, 2010 pendidikan akan mempengaruhi kognitif seseorang dalam

peningkatan pengetahuan. Karena pengetahuan sebenarnya tidak dibentuk hanya

satu sub saja yaitu pendidikan tetapi ada sub bidang lain yang akan juga akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya pengalaman, informasi,

keperibadian dan lainya.

Umumnya pengetahuan yang akan tinggi akan berdampak pada

peningkatan kesadaran seseorang dalam upaya meminimalisasi penyakit diabetes

melitus. Walaupun demikian pengetahuan yang tinggi sebenarnya tidak juga

menentukan apakah seseorang akan terkena penyakit diabetes melitus atau tidak.

Page 37: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 37/50

 

37 Tetapi faktor lain seperti pekerjaan, gaya hidup, keturunan dan lain-lain juga

mempengaruhi seseorang dalam terkena penyakit diabetes melitus.

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2002) peningkatan

pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel

perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas

cara berfikir dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.

5.4. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru

Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.

M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak bekerja yaitu 31,84%.

Pekerjaan seseorang umumnya memiliki dampak yang penting dalam

upaya meminimalisasi seseorang dalam terkena penyakit diabetes melitus.

Pekerjaan petani identik dengan pekerjaan yang cukup berat dibandingkan

dengan pekerjaan lainya. Pekerjaan tersebut umumnya menguras keringat karena

lebih banyak menggunakan otot dibadingkan dengan pikiran. Secara umum

pekerjaan petani jarang terkena penyakit diabetes melitus karena umumnya olah

fisik menyebabkan tubuh merasa lebih sehat dibadingkan dengan pekerjaan

pikiran. Tetapi ada beberapa responden terkena penyakit diabetes meitus karena

faktor keturunan. Orang yang tidak bekerja umumnya seringkali menjadikan

Page 38: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 38/50

 

38 seseorang terkena penyakit diabetes melitus. Faktor yang mempengaruhinya

adalah stress dalam bekerja, kurangnya olahraga dan pola hidup yang tidak sehat

Page 39: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 39/50

 

39 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian gambaran karakteristik pasien baru Diabetes Melitus 

di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2011 dapat

disimpulkan bahwa:

6.1.1.  Sebagian besar jenis kelamin pasien baru   Diabetes Melitus adalah

perempuan 56,98%

6.1.2.  Hampir sebagian dari pasien baru   Diabetes Melitus berumur >55 tahun

yaitu 48,60%.

6.1.3. 

Hampir sebagian dari pasien baru   Diabetes Melitus tidak sekolah yaitu

40,22%.

6.1.4.  Hampir sebagian dari pasien baru   Diabetes Melitus tidak bekerja yaitu

31,84%

6.2. Saran

6.2.1.  Bagi Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

Para petugas kesehatan hendaknya terus memberikan

penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi pasien   Diabetes Melitus 

 

39

Page 40: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 40/50

 

40 kapan saja terjadi interaksi agar bisa menghindari larangan yang bisa

memperparah penyakitnya dan mematuhi segala hal yang bisa

meningkatkan taraf kesehatan pasien.

6.2.2.  Bagi Poltekkes Provinsi Bengkulu

Diharapkan dapat memperbanyak literatur (sumber bacaan) di

perpustakaan terutama yang berhubungan dengan Diabetes Melitus. 

6.2.3.  Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti bisa lebih mendalami bentuk karya tulis

ilmiah dan untuk peneliti selanjutnya agar bisa mengembangkan lagi

variabel penelitian mengenai Diabetes Melitus.

Page 41: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 41/50

 

41 KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DIPOLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU

TAHUN 2011

Diajukan Sebagai Persyaratan

Menyelesaiakan Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :HERIANTO

NIM. 2008058

POLITEKNIK KESEHATAN PROVINSI BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

BENGKULU

2011

Page 42: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 42/50

 

42 Karya Tulis Ilmiah dengan Judul

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DIPOLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU

TAHUN 2011

Disusun Oleh:

HERIANTO

NIM. 2008058

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan penguji

Pembimbing I

Ns. Yusran Hasymi, S.Kep,M.Kep.Sp.MB.NIP. 19711019 199503 1 003

Pembimbing II

Ns. Nurmukaromatis Saleha, S.Kep.NIP. 19780718 200604 2 008

 

ii

Page 43: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 43/50

 

43 KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah dengan Judul Gambaran Karakteristik Pasien

Baru Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

Tahun 2011 bisa diselesaikan.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

bantuan moril dan material yang diberikan kepada penulis. Secara khusus penulis

sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Ns. Yusran Hasymi,

S.Kep, M.Kep.Sp.MB, selaku pembimbing I dan Ibu NS. Nur Mukhoromatis, S.Kep,

selaku pembimbing II, yang telah bersedia dengan sabar dan penuh kasih sayang

meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1.  Ns. Gusti Miniarti, S.Kep., selaku Direktur Poltekkes Provinsi Bengkulu yang

telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di

Poltekkes Bengkulu Jurusan Keperawatan,

 

iii

Page 44: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 44/50

 

44 2.  Ns. Yusran Hasymi, S.Kep, M.Kep.Sp.MB, selaku ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Provinsi Bengkulu yang telah membantu saya untuk 

mendapatkan fasilitas menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah saya,

3.  Tim penguji Karya Tulis Ilmiah, saya mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas kesediaanya menguji dan menyempurnakan proposal

Karya Tulis Ilmiah ini.

4.  Semua keluargaku yang telah memberikan dukungan moril dan materiil.

5.  Serta teman-teman mahasiswa jurusan Keperawatan Poltekkes Provinsi

Bengkulu yang banyak memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun

materiil kepada penulis.

Penulis menyadari, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna

dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga proposal Karya Tulis Imiah ini bermanfaat.

Bengkulu, Oktober 2011

Penulis

 

iv

Page 45: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 45/50

 

45 DAFTAR PUSTAKA

Avicenna, 2009.   Diabetes Melitus ( Komplikasi dan Gejala Klinis). Diperoleh dari:

http//368-diabetes-mellitus-gejala-klinis-dan-komplikasi.html. [Accessed 18

Agustus 2011].

Brunner and Suddarth. 2002. Patofisiologi Diabetes Melitus. Dalam: Cyber Nurse. 2009.

Konsep Diabetes Melitus.

Budiyanto, Carko. 2009.   Diabetes Melitus, Diagnosa dan Komplikasinya. Available

from:http//diagnosa%20DM/Diabetes%20Melitus,%20Diagnosis%20dan%20K

omplikasinya%20«%20kedokteran%20islam.htm. [Accessed 20 Agustus 2011].

Gustaviani, Reno. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus.  Dalam: Buku Ajar 

  Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 1857.

Guyton, C. Arthur . 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa, Irawati ... [et al.]

; editor edisi bahasa indonesia, Luqman Yanuar Rachman ... [et al.].  – Ed. 11 –  Jakarta: EGC, 2007.

Kapita Selekta Kedokteran, 2001. Etiologi Diabetes Melitus. Dalam: Cyber Nurse. 2009.

Konsep Diabetes Melitus.

Manaf, Asman. 2006. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam: Buku

 Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 1868.

Mansjoer dkk. 1999. Komplikasi.  Dalam: Avicenna. 2009.   Diabetes Melitus (Gejala

Klinis dan Komplikasi). Available from: http//komplikasi%20DM/368-diabetes-

mellitus-gejala-klinis-dan-komplikasi.html. [Accessed 22 Agustus 2011].

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Newsroom, 2009.   Diagnosa dan Medis Diabetes Melitus. Available from:

http//diagnosa%20DM/agromedia.net.html. [accessed 22 Agustus 2011].

Page 46: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 46/50

 

46 PERKENI, 2002. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring

dan Diagnosis DM . Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia.

Powers, C. Alvin. 2005. Diabetes Mellitus.   In: Harrison's Principles of Internal

 Medicine. 16th Edition. United States of America: McGraw Hill Companies,

Inc, 2152.

Schteingart, E. David. 2005. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus.

  Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Editor Edisi

bahasa indonesia, Huriawati Hantanto ... [et. Al.]. – Ed. 6 – Jakarta: EGC, 1263.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Editor Edisi Bahasa Indonesia,

Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC, 213-214.

Soegondo, Sidartawan. 2005. Pengertian Diabetes Melitus. Diabetes The Killer Silent.Available from: http//DIABETES%MELITUS/medicastore.com.diett.httm.

[Accessed 19 Agustus 2011].

Soewondo, Pradana. 2006. Ketoasidosis Diabetik.   Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit 

 Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1874.

Soewondo, Pradana. 2006. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Nonketotik. Dalam: Buku

 Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 1878.

Suyono, Slamet. 2006. Diabetes Melitus di Indonesia.  Dalam:Buku Ajar Ilmu Penyakit 

 Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1855-

1856.

Wahono Soemadji, Djoko. 2006. Hipoglikemia Iatrogenik.   Dalam: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

1870.

Waspadji. 1996. Gejala Klinis.  Dalam: Avicenna. 2009. Diabetes Melitus (Gejala Klinis

dan Komplikasi). Available from: http//komplikasi%20DM/368-diabetes-

mellitus-gejala-klinis-dan-komplikasi.html. [Accessed 20 Agustus 2011].

Waspadji, Sarwono. 2006. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya,Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan.  Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1886-1888.

Page 47: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 47/50

 

47 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3

1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

1.5. Keaslian Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Diabetes Melitus ................................................................ 6

2.2. Anatomi Fisiologi ........................................................................... 6

2.3. Klasifikasi Diabetes Melitus ........................................................... 10

2.4. Etiologi Diabetes Melitus ............................................................... 12

2.5. Patofisiologi Diabetes Melitus ....................................................... 12

2.6. Epidemiologi Deabetes Melitus ..................................................... 14

2.7. Faktor Resiko Diabetes Melitus ..................................................... 15

2.8. Gejala Klinis Diabetes Melitus ....................................................... 16

2.9. Diagnosa Diabetes Melitus ............................................................. 17

2.10. Komplikasi Diabetes Melitus ....................................................... 18

2.11. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus ..................................... 21

2.12. Kerangka Konsep ......................................................................... 23

Page 48: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 48/50

 

48 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 25

3.2. Populasi dan Sampel ........................................................................ 26

3.3. Variabel Penelitian ......................................................................... 26

3.4. Pengumpulan Data .......................................................................... 27

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 28

3.6. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 28

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................................. 29

4.2. Jalannya Penelitian ......................................................................... 30

4.3. Hasil Penelitian ............................................................................... 31

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 34

5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur ........................................ 35

5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ................................ 36

5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan .................................. 37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 39

6.2. Saran ............................................................................................... 39

Daftar Pustaka ................................................................................................. 41

Lampiran 

Page 49: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 49/50

 

49 HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul :

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DI

POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU

TAHUN 2011

Disusun Oleh:

HERIANTO

NIM. 2008058

Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan dipertahankan dihadapanDewan Penguji Politeknik Kesehatan Provinsi Bengkulu Jurusan Keperawatan

Pada hari Senin 03 Oktober 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Dewan Penguji:

Pembimbing I : Ns. Yusran Hasymi, M.Kep,Sp.MB. ( ......................................)

Pembimbing II : Ns. Nurmukaromatis Saleha, S.Kep ( ......................................)

Penguji I : Esti Sorena, SST, SKM ( ......................................)

Penguji II : Drs. Achmad Kashmir, SKM ( ......................................)

Mengetahui

Direktur Politeknik KesehatanProvinsi Bengkulu

Ns. Gusti Miniarti, S.Kep.

Pembina/NIP. 19680801 198703 2 002

Page 50: KTI HERIANTO

5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 50/50

 

50 GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DI

POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU

TAHUN 2011

Herianto, 2011.1 

ABSTRAK

Adanya peningkatan angka kejadian Diabetes Melitus dari tahun 2009 ke tahun 2010

di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dan jumlah kasus baru Diabetes Melitus periode

Januari s/d Juli 2011 179 kasus dimana lebih besar dari jumlah kasus baru di tahun

2010 yang tercatat 129 kasus. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif  dengan tujuan

untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien baru Diabetes Melitus di Poli

Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2011. Sampel penelitian ini

adalah seluruh pasien baru diabetes melitus (Total Sampling) yang berkunjung di

Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.Yunus Bengkulu dari bulan Januari 2011

sampai dengan bulan Juli 2011 sebanyak 179 orang. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar jenis kelamin pasien baru  Diabetes Melitus adalah perempuan56,98%, hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus berumur >55 tahun yaitu

48,60%, hampir sebagian dari pasien baru   Diabetes Melitus tidak sekolah yaitu

40,22%, hampir sebagian dari pasien baru   Diabetes Melitus tidak bekerja yaitu

31,84%

Kata kunci: Diabetes Melitus, Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, Pengetahuan.

1)Mahasiswa Jurusan D-III Keperawatan Poltekkes Provinsi Bengkulu