KTI HERIANTO
Transcript of KTI HERIANTO
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 1/50
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif
(keturunan) yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Apabila
tidak dilakukan penanganan secara cermat, dampak dari penyakit tersebut dapat
menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius lainnya, di antaranya, jantung,
stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan system syaraf. Meningkatnya
prevalensi Diabetes Melitus di beberapa berkembang akibat peningkatan
kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti.
Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-
kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, salah
satunya adalah penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus merupakan salah
satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat
menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara
individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara (Suyono, 2007).
Penyakit Diabetes Melitus dapat menyebabkan beberapa komplikasi akut
dan menahun. Untuk komplikasi akut antara lain hipoglikemia dan
hiperglikemia, sedangkan komplikasi menahun antara lain penyakit
1
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 2/50
2 makrovaskuler dan mikrovaskuler, neuropati saraf sensorik, saraf otonom,
proteinuria, kelainan koroner, ulkus dan gangren (Mansjoer dkk, 1999).
Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia, diperkirakan mengalami
peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa
pada tahun 2030 mendatang. Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia
peringkat keempat jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia setelah
Amerika Serikat, India, dan Cina. Meningkatnya penderita diabetes melitus
disebabkan oleh peningkatan obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang
mengkonsumsi makanan yang berserat, merokok, dan tingginya lemak.
(Melindacare, 2010)
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2010 tercatat jumlah kasus Diabetes
Mellitus 3341 orang meningkat kurang lebih 20% dari tahun 2009 yang
berjumlah 2672 orang. Jumlah Kasus baru Diabetes Melitus pada tahun 2010
tercatat 129 orang dan berdasarkan data rekam medik dan laporan poliklinik
penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tercatat 179 orang pasien baru
diabetes melitus pada bulan Januari s/d Juli 2011.
Dari adanya peningkatan kasus baru pada semester pertama tahun 2011
dibandingkan jumlah total kasus baru di tahun 2010 maka peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana gambaran karakteristik pasien baru diabetes melitus di
poli penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 3/50
3 1.2. Rumusan Masalah
Adanya peningkatan angka kejadian Diabetes Melitus dari tahun 2009 ke tahun
2010 dan belum diketahuinya karakteristik pasien Diabetes Melitus. Jumlah
kasus baru Diabetes Melitus periode Januari s/d Juli 2011 179 kasus dimana
lebih besar dari jumlah kasus baru di tahun 2010 yang tercatat 129 kasus. Untuk
itu peneliti ingin mengetahui, bagaimana gambaran karakteristik pasien baru
Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2011?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik pasien baru Diabetes Melitus di Poli
Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2011 dari bulan
Januaru sampai dengan Juli 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan
jenis kelamin
b. Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan
umur,
c. Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan
pendidikan terakhir
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 4/50
4 d. Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan
pekerjaan
1.4. Manfaat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien Diabetes Melitus
berdasarkan karakteristik penderitanya.
2. Institusi Poltekkes Provinsi Bengkulu
Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan referensi mengenai
karakteristik penderita Diabetes Melitus di poli penyakit dalam RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu.
3.
Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Keaslian Penelitian
1. Putri Junita, 2010. Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Pentingnya Aktivitas Fisik di RSUP H.
Adam Malik. Hasil rata-rata untuk gambaran pengetahuan adalah cukup
sebanyak 54% dan hasil rata-rata gambaran tindakan yang melakukan
aktivitas fisik adalah sedang sebanyak 70%. Dari penelitian tersebut dapat
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 5/50
5 dilihat bahwa informasi atau pengetahuan yang kurang dapat menjadi faktor
terhambatnya proses pikir seseorang dalam pemahaman dan pelaksanaan
aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu dilakukan
penyuluhan tentang aktivitas fisik dan manfaatnya dalam menangani dan
mencegah komplikasi dari penyakit DM tipe 2.
2. Erwina Rafni Harahap, 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita
Diabetes Melitus (DM) dengan Pemanfaatan Klinik Diabetes Melitus di
Puskesmas Tembung Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
umumnya berada pada kategori pengetahuan sedang (72,5%), dan kategori
sikap baik (70%) serta kategori tindakan sedang (90%). Diperoleh hasil tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus
Puskesmas Tembung. Kemudian diperoleh bahwa ada hubungan yang
bermakna antara tingkatan pengetahuan dan sikap dengan pemanfaatan klinik
diabetes melitus Puskesmas Tembung.
Beda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel,
populasi dan sampel yang diteliti dan waktu penelitian dilaksanakan .
Penelitian tentang ini tentang gambaran karakteristik penderita Diabetes
Melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 6/50
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup (Soegondo, 2005).
2.2. Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah
lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi : fungsi endokrin dan
fungsi eksokrin (Sloane, 2003).
Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas,
memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus pankreas ke dalam
usus halus (Sloane, 2003).
Pankreas terdiri dari 2 jaringan utama, Sloane (2003), yaitu:
a. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
b. Pulau langerhans yang mengeluarkan sekretnya keluar. Tetapi, menyekresikan
insulin dan glukagon langsung ke darah.
6
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 7/50
7 Gambar 2.1 Pankreas
Pulau-pulau langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas
tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas.
Pulau langerhans berbentuk opoid dengan besar masing-masing pulau berbeda.
Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50μ, sedangkan yang terbesar 300μ,
terbanyak adalah yang besarnya 100-225μ. Jumlah semua pulau langerhans di
pankreas diperkirakan antara 1-2 juta (Sloane, 2003).
Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu
kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ.
Ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau
tersebut, Sloane (2003):
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 8/50
8 a. Sel alfa, jumlah sekitar 20-40 %, memproduksi glukagon yang menjadi faktor
hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai antiinsulin like activity.
b. Sel beta menyekresi insulin yang menurunkan kadar gula darah.
c. Sel delta menyekresi somastatin, hormon penghalang hormon pertumbuhan
yang menghambat sekresi glukagon dan insulin.
d. Sel F menyekresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan untuk
fungsi yang tidak jelas.
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino,
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada
rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam
darah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah
(Manaf, 2006).
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk prepoinsulin ( precursor hormon
insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase,
prepoinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang
kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicle) dalam sel
tersebut. Di sini, dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi
insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan
secara bersamaan melalui membran sel (Guyton, 2007).
Mekanisme secara fisiologis di atas, diperlukan bagi berlangsungnya
proses metabolisme glukosa, sehubungan dengan fungsi insulin dalam proses
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 9/50
9 utilasi glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan
komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta memproduksi
insulin, meskipun beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, juga dapat
memiliki efek yang sama. Mekanisme sintesis dan sekresi insulin setelah adanya
rangsangan terhadap sel beta cukup rumit, dan belum sepenuhnya dipahami
secara jelas (Manaf, 2006).
Ada beberapa tahapan dalam sekresi insulin, setelah molekul glukosa
memberikan rangsangan pada sel beta. Pertama, proses untuk dapat melewati
membran sel yang membutuhkan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT)
adalah senyawa asam amino yang terdapat dalam berbagai sel yang berperan
proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai "kenderaan" pengangkut glukosa
masuk dari luar ke dalam jaringan tubuh. Glucose transforter 2 (GLUT 2) yang
terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa
dari dalam darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses ini merupakan
langkah penting, agar selanjutnya ke dalam sel, molekul glukosa tersebut dapat
mengalami proses glikolisis dan fosforilasi yang akan membebaskan molekul
ATP. Molekul ATP yang terbebas tersebut, dibutuhkan untuk mengaktifkan
proses penutupan K channel yang terdapat pada membran sel. Terhambatnya
pengeluaran ion K dari dalam sel menyebabkan depolarisasi membran sel, yang
diikuti kemudian oleh proses pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang
memungkinkan masuknya ion Ca²⁺ sehingga meningkatkan kadar ion Ca²⁺
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 10/50
10 intrasel, suasana yang dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme
yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan (Manaf, 2006).
2.3. Klasifikasi Diabetes Melitus
Walaupun secara klinis terdapat 2 macam diabetes tetapi sebenarnya ada
yang berpendapat diabetes hanya merupakan suatu spektrum defisiensi insulin.
Individu yang kekurangan insulin secara total atau hampir total dikatakan sebagai
diabetes juvenile onset atau insulin dependent atau ketosis prone, karena tanpa
insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan oleh
ketoasidosis. Pada ekstrem yang lain terdapat individu yang stable atau maturity
onset atau noninsulin dependent . Orang-orang ini hanya menunjukkan defisiensi
insulin yang relatif dan walaupun banyak diantara mereka mungkin memerlukan
suplementasi insulin (insulin requiring), tidak akan terjadi kematian karena
ketoasidosis walaupun insulin eksogen dihentikan. Bahkan diantara mereka
mungkin akan terdapat kenaikan jumlah insulin secara absolut bila dibandingkan
dengan orang normal. Tetapi ini biasa berhubungan dengan obesitas dan/atau
aktivitas fisik (Gustaviani, 2006).
Klasifikasi DM menurut World Health Organization (2009) adalah:
1. Diabetes tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
2. Diabetes tipe 2 : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin ( Noninsulin
Dependent Diabetes Melitus) [NIDDM]. Menurunnya produksi insulin atau
berkurangnya daya kerja insulin atau kedua-duanya
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 11/50
11 3. Diabetes tipe lain menurut (Powers, 2005):
A.
Defek genetik dari fungsi sel ß dikarakteristikkan dengan mutasi pada:
1.) Faktor transkripsi inti hepatosit (HNF) 4α (MODY 1)
2.) Glukokinase (MODY 2)
3.) HNF-1α (MODY 3)
4.) Faktor promotor insulin (IPF) 1 (MODY 4)
5.) HNF-1ß (MODY 5)
6.) NeuroD1 (MODY 6)
7.) DNA mitokondria
8.) Konversi insulin atau proinsulin
B. Defek insulin pada kerja insulin
1.) Resistensi insulin tipe A
2.) Leprekaunism
3.) Sindrom rabson-mendenhall
4.) Sindrom lipodistrofi
C. Penyakit dari eksokrin pankreas — pankreatitis, pankreatektomi,
neoplasia, kistik fibrosis, hemokromatosis, pankreatopati fibrokalkulous.
D. Endokrinopati — akromegali, sindrom cushing, glukagonoma,
feokromasitoma, hipertiroid, stomatostatinoma, aldosteronoma.
E. Induksi obat atau kimia — pentamidine, asam nikotinik, glukokortikoid,
hormon tiroid, ß-bloker.
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 12/50
12 F. Infeksi — rubella kongenital, citomegalivirus, koksakie.
G.
Bentuk yang tidak umum dari diabetes yang diperantarai oleh imun "stiff-
man" sindrom.
4. Diabetes melitus gestasional (diabetes selama kehamilan) (ADA, 2003).
2.4. Etiologi Diabetes Melitus
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus
Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan
resisitensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi resistensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat
dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel
pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran,
2001).
2.5. Patofisiologi Diabetes Melitus (Brunner and Suddarth, 2002)
A. Diabetes Tipe 1
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 13/50
13 makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa
tersebut dieksresikan dalam urin (glukosuria). Eksresi ini akan disertai oleh
pengeluaran cairan dan elekrolit yang berlebihan, keadaan ini disebut diuresis
osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsi).
B. Diabetes Tipe II
Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu:
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel-sel tidak mampu
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 14/50
14 mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe
II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, pilidipsia, luka pada kulit
yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
C.
Diabetes Gestasional
Didefenisikan sebagai permulaan intoleransi glukosa atau pertama sekali
didapat selama kehamilan (Michael , 2005).
2.6. Epidemiologi Diabetes Melitus
Tingkat prevalensi diabetes melitus adalah tinggi. Diduga terdapat sekitar
16 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis
600.000 ribu kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di
Amerika Serikat dan merupakan penyebab kebutaan pada orang dewasa akibat
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 15/50
15 retino diabetik. Pada usia yang sama, penderita diabetes paling sedikit 2 ½ kali
lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak terkena
serangan jantung. Tiga puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal
karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren
adalah komplikasi yang paling utama. Selain kematian fetus intrauterin pada ibu-
ibu yang menderita diabetes melitus tidak terkontrol juga meningkat
(Schteingart, 2005).
2.7. Faktor Resiko Diabetes Melitus
Faktor resiko diabetes melitus dari emedicine health:
1.) Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,
pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan
kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
2.) Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3.) Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes.
Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 16/50
16 bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes
Mellitus.
4.) Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien
Diabetes.
5.) Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.
2.8. Gejala Klinis Diabetes Melitus
Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes
Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:
(a.) Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat
badan.
(b.) Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
(c.) Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah:
Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Kesemutan, Gatal,
Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996).
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 17/50
17 2.9. Diagnosa DM
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi
glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-
kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang
abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun
cepat (Budiyanto, 2009).
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak
bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi,
riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr,
kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik
dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring (Gustaviani, 2006).
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti
dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar (Gustaviani, 2006).
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 18/50
18 Tabel. 2.1
Kadar glukosa darah dalam diagnosis DM
Golongan klinik /Jenis Sampel Bukan DM
Belum pasti
DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
(mg/dl)
<110 110-199 ≥200
Kadar glukosa darah puasa
(mg/dl)
<110 110-125 ≥126
Ket : Darah diambil dari plasma vena atau darah kapiler.
Sumber : Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2002
2.10. Komplikasi DM
Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus
adalah:
2.10.1. Komplikasi Akut
(a.) Hipoglikemia
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah
harga normal. Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal
jarang melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L)
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 19/50
19 masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood ) karena
eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa
arteri lebih tinggi dibandingkan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler
diantara kadar arteri dan vena (Wahono Soemadji, 2006).
(b.) Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan
meningkatnya produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisme habis secara normal melalui glikolisis. Tetapi, sebagian
melalui perantara enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol, yang
selanjutnya akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan menyebabkan
kerusakan dan perubahan fungsi (Arifin).
Hiperglikemia terdiri dari:
1.) Diabetes Keto Asidosis (DKA)
Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan
metabolik yang ditandai dengan trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis,
terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif (Soewondo,
2006).
2.) Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (KHHNK)
Sindrom KHHNK ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa
disertai adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat,
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 20/50
20 hiperglikemia berat dan sering kali disertai ganguan neurolis dengan atau
tanpa adanya ketosis (Soewondo, 2006).
2.10.2. Komplikasi Kronik
(a.) Penyakit Makrovaskuler
Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler,
penyakit pembuluh darah kapiler) (Avicenna, 2009).
Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah
koroner harus ditingkatkan terutama untuk yang mereka yang mempunyai
resiko tinggi terjadinya kelainan aterosklerosis seperti mereka yang
mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh darah koroner ataupun
riwayat keluarga DM yang kuat (Waspadji, 2006).
(b.) Penyakit Mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati
Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya
mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang menjadi proteinuria secara
klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan berakhir
dengan keadaan gagal ginjal yangmemerlukan pengelolaan dengan
pengobatan substitusi (Waspadji, 2006).
Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai dari retinopati
diabetik nonproliferatif sampai perdarahan retina, kemudian juga ablasio
retina dan lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kebutaan. Diagnosa dini
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 21/50
21 retinopati dapat diketahui melalui pemeriksaan retina secara rutin (Waspadji,
2006).
(c.) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler (Suddarth dan Brunner,
2002).
(d.) Ulkus/gangren (Avicenna, 2009).
2.11. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus
Karakteristik adalah sifat khas dengan perwatakan tertentu. Karakteristik
mencakup hal-hal sebagai berikut: umur, pendidikan, pekerjaan, gaya hidup (pola
makan, pola komunikasi, kebiasaan mandi), agama, ras dan lainnya (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1998).
(a.)
Jenis Kelamin
Jenis kelamin (Wikipedia, 2011) adalah kelas atau kelompok yang
terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat
digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan
keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari
dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan
perempuan. Di Indonesia Prevalensi wanita terkena diabetes lebih tinggi
(64%) dibandingkan prevalensi pada pria (Riskesdas, 2007)
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 22/50
22 (b.) Usia
Umur adalah lama seseorang (Depdikbud, 1997). Umur ditentukan dengan
hitungan tahun, semakin banyak umur seseorang semakin banyak pula
pengalaman yang dimilikinya. Penderita penyakit diabetes melletus
(penyakit gula) banyak diderita warga Indonesia pada usia produktif, 45
tahun sampai 60 tahun. Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi
yang secara menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut. Masa dimana
fungsi tubuh yang dimiliki oleh manusia semakin menurun terutama fungsi
pankres sebagai penghasil hormon insulin. Menurut Slamet Suyono, 2001
dalam ilmu penyakit dalam mengatakan bahwa peningkatan usia di
indonesia > 40 tahun akan menyebabkan peningkatan diabetes melitus.
Penelitian sejak tahun 2007 yang dilakukan oleh pemerintah, menunjukkan
bahwa penyakit itu disebabkan gaya hidup dan pola makan yang keliru.
Semakin dewasa seseorang maka resikonya terkena diabetes akan semakin
tinggi (Sidartawan Soegondo, 2009)
(c.) Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2010) Pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, proses, pembuatan cara didik. Kemahiran menyerap pengetahuan
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 23/50
23 akan meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan
kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap
pengetahuan yang diserapnya. Sedangkan perilaku merupakan penyatuan
sikap seseorang (Kuantjaraningrat, 1997).
Umumnya pengetahuan yang akan tinggi akan berdampak pada
peningkatan kesadaran seseorang dalam upaya meminimalisasi penyakit
diabetes melitus. Walaupun demikian pengetahuan yang tinggi sebenarnya
tidak juga menentukan apakah seseorang akan terkena penyakit diabetes
melitus atau tidak. Tetapi faktor lain seperti pekerjaan, gaya hidup,
keturunan dan lain-lain juga mempengaruhi seseorang dalam terkena
penyakit diabetes melitus
Menurut John Dewey (2000) pendidikan adalah suatu proses untuk
memperoleh kemampuan untuk kebiasaan berfikir sebagai suatu kegiatan
yang inteligent atau yang ilmiah dalam memecahkan berbagai masalah di
dalam kehidupan.
Penderita Diabetes Melitus yang tidak mengetahui bagaimana cara
perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya oleh karena
kurangnya sumber informasi atau tingkat pendidikan mereka akan bisa
memperparah penyakitnya
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 24/50
24 (d.) Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas
atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan
sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Lowongan
pekerjaan yang paling banyak diinginkan orang Indonesia rata-rata adalah
PNS, dan pegawai BUMN. Anggapan mereka mungkin karena jadi
pegawai negeri atau pegawai BUMN gajinya stabil dan terjamin
(Wikipedia, 2011). Semakin jarang seseorang melakukan aktivitas fisik
maka gula yang dikonsumsi juga akan semakin lama terpakai, akibatnya
prevalensi peningkatan kadar gula dalam darah juga akan semakin tinggi.
2.15. Kerangka Konseptual
Bagan 2.1
Bagan Kerangka Konsep
Karakteristik:
1. Jenis Kelamin
2. Umur
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
Penyakit Diabetes Melitus
Keterangan:: diteliti
--------- : tidak diuji
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 25/50
25 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan yang objektif (Notoatmodjo,
2002). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran karakteristik
penderita baru diabetes melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu tahun 2011.
3.2. Populasi Dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien baru diabetes melitus di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dari bulan Januari sampai
dengan Juli 2011 yang berjumlah 179 orang.
3.2.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien baru diabetes melitus (Total
Sampling) yang berkunjung di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.Yunus
Bengkulu dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Juli 2011 sebanyak 179
orang.
25
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 26/50
26 3.2.3. Besar Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 179 orang.
3.3. Variabel Penelitian
3.3.1. Klasifikasi
Variabel bebas peneletian ini adalah jenis kelamin, umur, pendidikan dan
pekerjaan. Sedangkan variabel indepeden atau tergantung adalah variabel
akibat, yang dipengaruhi oeh variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah penyakit diabetes melitus.
3.3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1.Definisi Oprasional
Variabel
Yang
Diteliti
Defenisi Operasional
VariabelCara Ukur Hasil Ukur Skala
a. Jenis
Kelamin
Keadaan fisik jenis
kelamin lahiriah yang
tercatat di buku register
Checklist - Laki-laki
- Perempuan
Nominal
b. Umur Lama waktu hidup
dimulai sejak dilahirkansampai dengan waktu
penelitian dilakukan
Checklist - <25 th
- 25 s/d 45 th- 46 s/d 55 th
- >55th
Interval
c. Pendidikan Pendidikan formal
terakhir yang
ditamatkan pasien yangtercatat di buku register.
Checklist - Tidak
Sekolah
- SD- SMP
- SMA
- PT
Ordinal
d. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatutugas atau kerja yangmenghasilkan uang bagi
pasien yang tercatat di
buku register
Checklist - Tidak Bekerja
- PNS
- Swasta
- Buruh/Tani
Ordinal
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 27/50
27 3.4. Pengumpulan Data
3.4.1. Instrument
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar cheklist.
3.4.2. Prosedur Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data penelitian yaitu dengan melihat data sekunder
dari buku register mencatat status penderita rawat jalan di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dari bulan Januari s/d Juli 2011
kemudian dicatat sesuai lembar checklist dengan sub variabel yang dibutuhkan.
3.4.3. Pengolahan Data
Pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
univariat untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi jenis kelamin, umur,
pendidikan dan pekerjaan yang nantinya akan dipersentasekan. Menghitung
persentase dengan rumus sebagai berikut :
P = %100 xn
F
Keterangan :P = Jumlah persentase yang dicari.
F = Jumlah skor yang diperoleh.
n = Jumlah responden
Hasil prosentase kemudian di inteprestasikan dengan modifikasi
kesimpulan menurut kriteria Nursalam (2008) sebagai berikut :
0% : Tidak satupun dari pasien
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 28/50
28 1% - 25% : Sebagian kecil dari pasien
26% - 49% : Hampir sebagian dari pasien
50% : setengah dari pasien
51% – 75% : Sebagian besar dari pasien
76% - 99% : Hampir seluruh dari pasien
100% : Seluruh pasien
3.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu pada bulan September 2011.
3.6. Keterbatasan Penelitian
Dalam setiap penelitian pasti mempunyai kelemahan-kelemahan yang ada,
kelemahan tersebut tertulis dalam keterbatasan. Dalam penelitian ini kelemahan
atau keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah:
3.6.1. Kemampuan peneliti masih kurang, karena peneliti masih termasuk taraf
pemula, sehingga penelitian masih banyak kekurangan.
3.6.2. Dalam melakukan penelitian adanya pertimbangan mengenai
keterbatasan waktu, dana dan keahlian.
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 29/50
29 BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Awal berdirinya RSUD Dr M.Yunus Bengkulu, pada Tahun 1922
dimana pada waktu itu masih dalam penjajahan pemerintah Hindia Belanda yang
berlokasi di samping kantor pos dan giro lama (kota Bengkulu), barulah pada
tahun 1925 didirikan tersendiri dengan bangunan semi permanen berlokasi di
JL.Ratu Agung (Anggut Atas) yang saat ini menjadi Jalan Soekarno Hatta, dan
pimpinan RS pada waktu itu adalah seorang dokter dari Belanda bernama dokter
Briounkop dan dibantu dokter Indonesia dokter Asikin dan empat orang tenaga
antara lain Zickken Opasser (1 orang perawat), satu orang tenaga administrasi
dan dua orang pembantu atau pelayan.
Pada saat itu RS ini didirikan status provinsi Bengkulu masih dalam
bentuk keresidenan Bengkulu terbagi menjadi beberapa kabupaten yang
merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan, kemudian dengan adanya
perubahan beberapa daerah tingkat II menjadi daerah tingkat I akibat pemekaran
dari beberapa provinsi di Indonesia, maka pada tanggal 18 Nopember 1968
provinsi Bengkulu disahkan menjadi daerah tingkat I dengan kedudukan Ibukota
rovinsi di Bengkulu.Upaya yang tak mengenal lelah dari penyelenggara rumah
29
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 30/50
30 sakit serta pihak-pihak lain yang terkait akhirnya membuahkan hasil dengan
berdirinya komplek RS di Padang Harapan. RS ini diresmikan oleh Menkes RI
Prof.G.A.Siwabessy pada tanggal 7 Maret 1978, sekaligus hari jadinya RSMY
Bengkulu, dengan berklasifikasi c berdasarakan SK.Menkes No
51/menkes/SK/II/79 tahun 1979 kemudian menjadi kelas B non kependidikan
berdasarkan keputusan Menkes no 1065/menkes/sk/xi/1992 dan surat keputusan
gubernur no 15 tahun 1993. RSMY menjadi RS Swadana daerah uji coba
berdasarkan SK gubernur no 145 tahun 1993.
4.2 Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap pengolahan data. Pada tahap persiapan meliputi kegiatan
penetapan judul, pengumpulan data sekunder, seminar proposal, perbaikan hasil
seminar proposal dan pengurusan surat izin untuk melakukan penelitian di RSUD
dr. M. Yunus Bengkulu. Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti langsung
melakukan pengumpulan data dengan mengisi lembar checklist dengan melihat
data sekunder dari buku register rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
dr. M. Yunus Bengkulu.
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 31/50
31 4.3 Hasil Penelitian
4.3.1.
Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3.1. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan
jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Laki-Laki 77 43,02
Perempuan 102 56,98
Dari tabel 4.3.1. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru
Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu sebagian besar adalah perempuan 56,98%.
4.3.2. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan umur,
Tabel 4.3.2. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan
umur
Umur Jumlah Presentase (%)
< 25 th 13 7,26
25 – 45 th 47 26,26
46 – 55 th 32 17,18
> 55 th 87 48,60
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 32/50
32 Dari tabel 4.3.2. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru
Diabetes Melitus berdasarkan umur di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.
M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien berumur >55 tahun yaitu
48,60%.
4.3.3. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan
terakhir
Tabel 4.3.3. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan
pendidikan
Pendidikan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sekolah 72 40,22
SD 30 16,76
SMP 27 15,08
SMA 23 12,85
Perguruan Tinggi 27 15,08
Dari tabel 4.3.3. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru
Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak sekolah yaitu
40,22%.
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 33/50
33 4.3.4. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.3.4. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan
pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
Tidak Bekerja 57 31,84
PNS 48 26,82
Swasta 45 25,14
Tani/Buruh 29 16,20
Dari tabel 4.3.4. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru
Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak bekerja yaitu
31,84%.
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 34/50
34 BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru
Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
dr. M. Yunus Bengkulu sebagian besar adalah perempuan 56,98%.
Penelitian terakhir yang dilakukan PERKENI, menunjukkan bahwa,
dengan tinggi dan berat badan sama, wanita Asia lebih berisiko mengidap
diabetes dibandingkan wanita yang tinggal benua lainnya. Menurut dugaan,
penyebabnya karena mereka telah meninggalkan pola makan dan gaya hidup
tradisional, dan menggantinya dengan gaya hidup yang tidak sehat. Misalnya:
pola makan yang serampangan dan porsi olahraga yang semakin minim.
Perubahan gaya hidup seperti ini bisa memicu semacam dampak biologis yang
dapat mengganggu proses pengolahan gula darah, yang pada akhirnya berakibat
diabetes
5.2. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan umur,
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru
Diabetes Melitus berdasarkan umur di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien berumur >55 tahun yaitu 48,60%.
34
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 35/50
35 Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara menurun
dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang
memasuki usia rawan tersebut. Masa dimana fungsi tubuh yang dimiliki oleh
manusia semakin menurun terutama fungsi pankres sebagai penghasil hormon
insulin. Menurut Slamet Suyono, 2001 dalam ilmu penyakit dalam mengatakan
bahwa peningkatan usia di indonesia > 40 tahun akan menyebabkan peningkatan
diabetes melitus. Hal ini disebabkan peningkatan gaya hidup seseorang yang
tidak terjaga dalam mengkonsumsi makanan dan kurangnya aktifitas dalam
kehidupan sehari-hari. Sebenarnya masa usia tersebut merupakan yang cukup
mumpuni sebagai kepala keluarga dalam membina dan menjaga hubungan baik
dengan anggota keluarga dalam upaya meminimalisasi terkena penyakit diabetes
melitus pada seseorang. (Slamet Suyono, 2001)
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas of Washington di
Seattle, menemukan bagaimanapun juga kelebihan berat badan sangat
berpengaruh bagi kesehatan pada usia 50. Jika mereka kelebihan berat badan
antara 20 pon atau lebih, tiga kali lipat beresiko terserang diabetes dibandingkan
dengan mereka yang berat badannya optimal. Mereka yang telah tergolong
obesitas pada usia 50 tahun dan kemudian memiliki kelebihan berat badan lebih
dari 20 pon, 5 kali lipat kemungkinan mereka terserang diabetes tipe dua
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kelebihan berat badan.
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 36/50
36
5.3. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan
terakhir
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru
Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak sekolah yaitu 40,22%.
Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan
seseorang. Pendidikan yang rendah umumnya akan mengakibatkan kurangnya
pengetahuan seseorang terutama penyakit diabetes melitus, pendidikan akan
memberikan pencerahan pada seseorang terutama dalam pengetahuan penyakit
diabetes melitus. Tetapi pendidikan seseorang bukanlah jaminan satunya
indikator dalam pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo, 2010 pendidikan akan mempengaruhi kognitif seseorang dalam
peningkatan pengetahuan. Karena pengetahuan sebenarnya tidak dibentuk hanya
satu sub saja yaitu pendidikan tetapi ada sub bidang lain yang akan juga akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya pengalaman, informasi,
keperibadian dan lainya.
Umumnya pengetahuan yang akan tinggi akan berdampak pada
peningkatan kesadaran seseorang dalam upaya meminimalisasi penyakit diabetes
melitus. Walaupun demikian pengetahuan yang tinggi sebenarnya tidak juga
menentukan apakah seseorang akan terkena penyakit diabetes melitus atau tidak.
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 37/50
37 Tetapi faktor lain seperti pekerjaan, gaya hidup, keturunan dan lain-lain juga
mempengaruhi seseorang dalam terkena penyakit diabetes melitus.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2002) peningkatan
pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel
perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas
cara berfikir dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.
5.4. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru
Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.
M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak bekerja yaitu 31,84%.
Pekerjaan seseorang umumnya memiliki dampak yang penting dalam
upaya meminimalisasi seseorang dalam terkena penyakit diabetes melitus.
Pekerjaan petani identik dengan pekerjaan yang cukup berat dibandingkan
dengan pekerjaan lainya. Pekerjaan tersebut umumnya menguras keringat karena
lebih banyak menggunakan otot dibadingkan dengan pikiran. Secara umum
pekerjaan petani jarang terkena penyakit diabetes melitus karena umumnya olah
fisik menyebabkan tubuh merasa lebih sehat dibadingkan dengan pekerjaan
pikiran. Tetapi ada beberapa responden terkena penyakit diabetes meitus karena
faktor keturunan. Orang yang tidak bekerja umumnya seringkali menjadikan
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 38/50
38 seseorang terkena penyakit diabetes melitus. Faktor yang mempengaruhinya
adalah stress dalam bekerja, kurangnya olahraga dan pola hidup yang tidak sehat
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 39/50
39 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian gambaran karakteristik pasien baru Diabetes Melitus
di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2011 dapat
disimpulkan bahwa:
6.1.1. Sebagian besar jenis kelamin pasien baru Diabetes Melitus adalah
perempuan 56,98%
6.1.2. Hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus berumur >55 tahun
yaitu 48,60%.
6.1.3.
Hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus tidak sekolah yaitu
40,22%.
6.1.4. Hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus tidak bekerja yaitu
31,84%
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Para petugas kesehatan hendaknya terus memberikan
penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi pasien Diabetes Melitus
39
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 40/50
40 kapan saja terjadi interaksi agar bisa menghindari larangan yang bisa
memperparah penyakitnya dan mematuhi segala hal yang bisa
meningkatkan taraf kesehatan pasien.
6.2.2. Bagi Poltekkes Provinsi Bengkulu
Diharapkan dapat memperbanyak literatur (sumber bacaan) di
perpustakaan terutama yang berhubungan dengan Diabetes Melitus.
6.2.3. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti bisa lebih mendalami bentuk karya tulis
ilmiah dan untuk peneliti selanjutnya agar bisa mengembangkan lagi
variabel penelitian mengenai Diabetes Melitus.
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 41/50
41 KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DIPOLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2011
Diajukan Sebagai Persyaratan
Menyelesaiakan Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh :HERIANTO
NIM. 2008058
POLITEKNIK KESEHATAN PROVINSI BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
BENGKULU
2011
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 42/50
42 Karya Tulis Ilmiah dengan Judul
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DIPOLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2011
Disusun Oleh:
HERIANTO
NIM. 2008058
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan penguji
Pembimbing I
Ns. Yusran Hasymi, S.Kep,M.Kep.Sp.MB.NIP. 19711019 199503 1 003
Pembimbing II
Ns. Nurmukaromatis Saleha, S.Kep.NIP. 19780718 200604 2 008
ii
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 43/50
43 KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah dengan Judul Gambaran Karakteristik Pasien
Baru Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2011 bisa diselesaikan.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan moril dan material yang diberikan kepada penulis. Secara khusus penulis
sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Ns. Yusran Hasymi,
S.Kep, M.Kep.Sp.MB, selaku pembimbing I dan Ibu NS. Nur Mukhoromatis, S.Kep,
selaku pembimbing II, yang telah bersedia dengan sabar dan penuh kasih sayang
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ns. Gusti Miniarti, S.Kep., selaku Direktur Poltekkes Provinsi Bengkulu yang
telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di
Poltekkes Bengkulu Jurusan Keperawatan,
iii
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 44/50
44 2. Ns. Yusran Hasymi, S.Kep, M.Kep.Sp.MB, selaku ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Provinsi Bengkulu yang telah membantu saya untuk
mendapatkan fasilitas menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah saya,
3. Tim penguji Karya Tulis Ilmiah, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas kesediaanya menguji dan menyempurnakan proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Semua keluargaku yang telah memberikan dukungan moril dan materiil.
5. Serta teman-teman mahasiswa jurusan Keperawatan Poltekkes Provinsi
Bengkulu yang banyak memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun
materiil kepada penulis.
Penulis menyadari, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga proposal Karya Tulis Imiah ini bermanfaat.
Bengkulu, Oktober 2011
Penulis
iv
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 45/50
45 DAFTAR PUSTAKA
Avicenna, 2009. Diabetes Melitus ( Komplikasi dan Gejala Klinis). Diperoleh dari:
http//368-diabetes-mellitus-gejala-klinis-dan-komplikasi.html. [Accessed 18
Agustus 2011].
Brunner and Suddarth. 2002. Patofisiologi Diabetes Melitus. Dalam: Cyber Nurse. 2009.
Konsep Diabetes Melitus.
Budiyanto, Carko. 2009. Diabetes Melitus, Diagnosa dan Komplikasinya. Available
from:http//diagnosa%20DM/Diabetes%20Melitus,%20Diagnosis%20dan%20K
omplikasinya%20«%20kedokteran%20islam.htm. [Accessed 20 Agustus 2011].
Gustaviani, Reno. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1857.
Guyton, C. Arthur . 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa, Irawati ... [et al.]
; editor edisi bahasa indonesia, Luqman Yanuar Rachman ... [et al.]. – Ed. 11 – Jakarta: EGC, 2007.
Kapita Selekta Kedokteran, 2001. Etiologi Diabetes Melitus. Dalam: Cyber Nurse. 2009.
Konsep Diabetes Melitus.
Manaf, Asman. 2006. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1868.
Mansjoer dkk. 1999. Komplikasi. Dalam: Avicenna. 2009. Diabetes Melitus (Gejala
Klinis dan Komplikasi). Available from: http//komplikasi%20DM/368-diabetes-
mellitus-gejala-klinis-dan-komplikasi.html. [Accessed 22 Agustus 2011].
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Newsroom, 2009. Diagnosa dan Medis Diabetes Melitus. Available from:
http//diagnosa%20DM/agromedia.net.html. [accessed 22 Agustus 2011].
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 46/50
46 PERKENI, 2002. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring
dan Diagnosis DM . Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia.
Powers, C. Alvin. 2005. Diabetes Mellitus. In: Harrison's Principles of Internal
Medicine. 16th Edition. United States of America: McGraw Hill Companies,
Inc, 2152.
Schteingart, E. David. 2005. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus.
Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Editor Edisi
bahasa indonesia, Huriawati Hantanto ... [et. Al.]. – Ed. 6 – Jakarta: EGC, 1263.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Editor Edisi Bahasa Indonesia,
Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC, 213-214.
Soegondo, Sidartawan. 2005. Pengertian Diabetes Melitus. Diabetes The Killer Silent.Available from: http//DIABETES%MELITUS/medicastore.com.diett.httm.
[Accessed 19 Agustus 2011].
Soewondo, Pradana. 2006. Ketoasidosis Diabetik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1874.
Soewondo, Pradana. 2006. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Nonketotik. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1878.
Suyono, Slamet. 2006. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam:Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1855-
1856.
Wahono Soemadji, Djoko. 2006. Hipoglikemia Iatrogenik. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
1870.
Waspadji. 1996. Gejala Klinis. Dalam: Avicenna. 2009. Diabetes Melitus (Gejala Klinis
dan Komplikasi). Available from: http//komplikasi%20DM/368-diabetes-
mellitus-gejala-klinis-dan-komplikasi.html. [Accessed 20 Agustus 2011].
Waspadji, Sarwono. 2006. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya,Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1886-1888.
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 47/50
47 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
1.5. Keaslian Penelitian ......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Diabetes Melitus ................................................................ 6
2.2. Anatomi Fisiologi ........................................................................... 6
2.3. Klasifikasi Diabetes Melitus ........................................................... 10
2.4. Etiologi Diabetes Melitus ............................................................... 12
2.5. Patofisiologi Diabetes Melitus ....................................................... 12
2.6. Epidemiologi Deabetes Melitus ..................................................... 14
2.7. Faktor Resiko Diabetes Melitus ..................................................... 15
2.8. Gejala Klinis Diabetes Melitus ....................................................... 16
2.9. Diagnosa Diabetes Melitus ............................................................. 17
2.10. Komplikasi Diabetes Melitus ....................................................... 18
2.11. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus ..................................... 21
2.12. Kerangka Konsep ......................................................................... 23
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 48/50
48 BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 25
3.2. Populasi dan Sampel ........................................................................ 26
3.3. Variabel Penelitian ......................................................................... 26
3.4. Pengumpulan Data .......................................................................... 27
3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 28
3.6. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................................. 29
4.2. Jalannya Penelitian ......................................................................... 30
4.3. Hasil Penelitian ............................................................................... 31
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 34
5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur ........................................ 35
5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ................................ 36
5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan .................................. 37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 39
6.2. Saran ............................................................................................... 39
Daftar Pustaka ................................................................................................. 41
Lampiran
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 49/50
49 HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul :
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DI
POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2011
Disusun Oleh:
HERIANTO
NIM. 2008058
Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan dipertahankan dihadapanDewan Penguji Politeknik Kesehatan Provinsi Bengkulu Jurusan Keperawatan
Pada hari Senin 03 Oktober 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Dewan Penguji:
Pembimbing I : Ns. Yusran Hasymi, M.Kep,Sp.MB. ( ......................................)
Pembimbing II : Ns. Nurmukaromatis Saleha, S.Kep ( ......................................)
Penguji I : Esti Sorena, SST, SKM ( ......................................)
Penguji II : Drs. Achmad Kashmir, SKM ( ......................................)
Mengetahui
Direktur Politeknik KesehatanProvinsi Bengkulu
Ns. Gusti Miniarti, S.Kep.
Pembina/NIP. 19680801 198703 2 002
5/10/2018 KTI HERIANTO - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kti-herianto 50/50
50 GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DI
POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2011
Herianto, 2011.1
ABSTRAK
Adanya peningkatan angka kejadian Diabetes Melitus dari tahun 2009 ke tahun 2010
di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dan jumlah kasus baru Diabetes Melitus periode
Januari s/d Juli 2011 179 kasus dimana lebih besar dari jumlah kasus baru di tahun
2010 yang tercatat 129 kasus. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan
untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien baru Diabetes Melitus di Poli
Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2011. Sampel penelitian ini
adalah seluruh pasien baru diabetes melitus (Total Sampling) yang berkunjung di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.Yunus Bengkulu dari bulan Januari 2011
sampai dengan bulan Juli 2011 sebanyak 179 orang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar jenis kelamin pasien baru Diabetes Melitus adalah perempuan56,98%, hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus berumur >55 tahun yaitu
48,60%, hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus tidak sekolah yaitu
40,22%, hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus tidak bekerja yaitu
31,84%
Kata kunci: Diabetes Melitus, Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, Pengetahuan.
1)Mahasiswa Jurusan D-III Keperawatan Poltekkes Provinsi Bengkulu