KTI Nelly

10
UJI FISIK DAN FORMULASI SEDIAAN LOTION DARI EKSTRAK ETANOL KULIT LANGSAT (Lansium domesticum) Disusun Oleh : Nama : Nelly Dandan Tibe NIM : 723901S.11.060 Dosen Pembimbing 1 : Triswanto Sentat Dosen Pembimbing 2 : Hayatus Sa’adah, S.Si., M.Sc., Apt AKADEMI FARMASI SAMARINDA

description

mlmlml

Transcript of KTI Nelly

Page 1: KTI Nelly

UJI FISIK DAN FORMULASI SEDIAAN LOTION

DARI EKSTRAK ETANOL KULIT LANGSAT

(Lansium domesticum)

Disusun Oleh :

Nama : Nelly Dandan Tibe

NIM : 723901S.11.060

Dosen Pembimbing 1 : Triswanto Sentat

Dosen Pembimbing 2 : Hayatus Sa’adah, S.Si., M.Sc., Apt

AKADEMI FARMASI SAMARINDA

2014

Page 2: KTI Nelly

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Duku termasuk salah satu jenis buah tropis. Di Indonesia buah duku

mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi. Bahkan tidak hanya di Indonesia,

di beberapa negara Asia Tenggara pun pasaran buah duku cukup baik.

Pada saat musimnya, yaitu sekitar bulam Maret-April, buah duku banyak

membanjiri pasaran. Berapapun banyaknya buah duku yang beredar, hampir

selalu habis. Buah duku memang banyak digemari karena rasanya manis dan

aromanya tidak menyenggat. Oleh anak kecil sekalipun, buah duku cukup aman

dimakan asalkan bijinya sudah dihilangkan.

Selain disukai karena rasanya yang manis, buah duku cukup baik dikonsumsi

karena kandungan nilai gizi yang cukup tinggi, terutama kndungan vitamin C-nya.

Dalam setiap 100 g buah duku masak, kurang lebih 64%-nya dapat dimakan.

Kandungannya terdiri dari 63 kalori, 1 g protein, 0,2 g lemak, 16,1 g karbohidrat,

18 mg kalsium, 9 mg fosfor, 0,9 besi, 0,05 mg vitamin B1, 9 mg vitamin C, dan 82

g air. Dengan nlai gizi seperti ini, buah duku merupakan salah satu sumber gizi

yang cukup baik.

Buah duku mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi. Harganya mampu

bersaing dengan buah-buahan lain yang lebih populer misalnya jeruk, mangga,

atau salak. Permintaan buah duku dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal

tersebut antara lain disebabkan oleh semakin tingginya kesadaran masyarakat

untuk mengkonsumsi buah-buahan sebagai salah satu sumber gizi. Namun

demikian, permintaan buah duku dalam negeri belum dapat dipenuhi semuanya.

Dengan konsidi pasar yang demikian, tampak peluang pasar buah duku masih

terbuka lebar (Widyastuti, Yustina Erna dan Kristiawati, Regina. 2000. Duku :

Jenis dan Budidaya. Penerbar swadaya; Jakarta.).

Page 3: KTI Nelly

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian tersebut sebagai berikut :

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang diuraikan di atas, dapat dirumuskan tujuan

penelitian adalah :

D. Manfaat Penelitiaan

Manfaat dari penelitian ini, antara lain:

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Langsat (Lansium domesticum)

Langsat (Lansium domesticum) merupakan tanaman duku berasal dari daerah

Malaysia bagian barat. Namun demikian, ada juga yang mendugai bahwa

Page 4: KTI Nelly

tanaman duku merupakan tanaman asli Indonesia. Tentang hal tersebut

memang belum ada kepastian yang dapat menjelaskan. Yang jelas sampai saat

ini tanaman duku telah banyak tersebar di daerah Malaysia, Thailand,

Myanmar, Filipina dan Papua Nugini. Di Indonesia sendiri, tanaman duku

banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan hampir di seluruh

wilayah Indonesia (Widyastuti, Yustina Erna dan Kristiawati, Regina. 2000.

Duku : Jenis dan Budidaya. Penerbar swadaya; Jakarta.).

1. Sinonim

Aglaila dooko Griffth atau A. domesticum (Corr.) (Mayanti, Tri)

Lansium domesticum Corr var. kokossan Hasskl;

Aglaia aquea (Jack) Kosterm

2. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Sub Divisio :

Class : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales ( Mayanti, Tri)

Famili : Meliaceae

Genus : Lansium

Species : Lansium domesticum

3. Nama Daerah

Di berbagai daerah dikenal beberapa nama unutk menyebut buah duku :

langsat (Aceh), lanset (Batak), langsak atau rasak (Lampung), langsep,

pijetan, atau ciloreng (Jawa), doko (Madura), dukuh (Sunda), lansat, dansot,

atau lasot (Minahasa), dan bangkola (Manado). Sedangkan orang Inggris

menyebut buah ini dengan nama dokoo dan lanzon.

4. Kandungan Kimia

5. Sifat dan Kegunaan

Page 5: KTI Nelly

6. Deskripsi Tanaman

7. Penggunaan Secara Empirik

8. Indikasi

B. Senyawa Metabolit Sekunder

Senyawa yang tidak diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan normal

melalui lintasan metabilik yang umum bagi semua tumbuhan kadang disebut

sebagai senyawa sekunder atau produk sekunder. Ini membedakannya dengan

senyawa primer seperti gula fosfat, asam amino dan amida, protein, nukleotida,

asam nukleat, klorofil dan senyawa organik yang kesemuanya diperlukan untuk

kelangsungan hidup semua tumbuhan (Salisbury, 1995).

Secara umum kandungan metabolit sekunder dalam bahan alam hayati

dikelompokkan berdasarkan sifat dan reaksi yang khas suatu metabolit sekunder

dengan pereaksi tertentu. Atas dasar ini kandungan metabolit sekunder dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

1. Alkaloid

Alkaloid biasanya tidak berwarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan

berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina)

pada suhu kamar. Uji sederhana alkaloid dalam daun atau buah segar adalah

rasa pahitnya di lidah (Harborne, 1987).

2. Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih

dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan

bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya

membentuk busa dan menghemolisis sel darah (Harborne, 1987). Dalam

larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun untuk ikan. Oleh karena itu,

tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan

selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin juga digunaka sebagai anti

mikroba (Robinson, 1995).

3. Terpenoid

Page 6: KTI Nelly

Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen

minyak atsiri, yaitu mono terpena yang sukar menguap (C20), maka sampai ke

senyawa yang tidak menguaplavonid

Tidak ada benda yang begitu mencolok seperti flavonoid yang memberikan

kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam.

Flavon memberikan warna kuning atau jingga, antosianin memberikan warna

merah, unggu atau biru, yaitu warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna

hijau. Secara biologis, flavonoid memainkan peran penting dalam kaitan

penyerbukan pada tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoid memiliki rasa

pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu (Sastrohamidjojo,

1995).

4. Steroid

Percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang terdapat di alam

berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan berasal

dari teriterpenoid lanosterol sedangkan yng terdapat dalam jaringan tumbuhan

berasal dari triterpenoid sikloartenol (Lenny, 2006).

5. Tanin

Tanin merupakan senyawa kimia yang terdapat luas dalam tumbuhan

berpembuluh, khusus dalam tumbuhan angiospermae terdapat dalam jaringan

kayu. Secara kiia terdapat dua jenis utama tanin, yaitu tanin terkondensasi dan

tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat

dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (galokatekin) yang

membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan

karbon-karbon menghubungkan satu flavon dengan satuan berikutnya melalui

ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan falvolan mempunyai 2-20 satuan flavon

(Harborne, 1987).

Tanin terhidolisis terdiri atas dua belas, yang paling sederhana ialah depsida

galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima

atau lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa

senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berkaitan

Page 7: KTI Nelly

dengan glukosa. Bila hidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat

(Harborne, 1987).

6. Flavonoid

Tidak ada benda yang begitu mencolok seperti flavonoid yang memberikan

kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam.

Flavon memberikan warna kuning atau jingga, antosianin memberikan warna

merah, ungu atau biru, yaitu warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna

hijau. Secara biologis, flavonoid memainkan peran penting dalam kaitan

penyerbukan pada tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoid memiliki rasa

pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu (Sastrohamidjojo,

1995).