Kritikal Jurnal Kel. 1 (Nova)
Transcript of Kritikal Jurnal Kel. 1 (Nova)
KRITISI JURNAL
Oleh:
Kadek nova prayadni dewi (115070201131001)Dita Febriani F (115070201131018)
Kadek Kusuma Wardana (115070201131015)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
KRITISI JURNAL
“EFEKTIFITAS PEMBERIAN MASASE PUNGGUNG TERHADAP
PENCEGAHAN DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING DI RSUD
KAJEN KAB PEKALONGAN”
1. Masalah atau topik penelitian keperawatan dalam jurnal:
Dalam perawatan pasien dewasa di rumah sakit, pasien
menderita dekubitus pada setiap kali masuk rumah sakit. Pengertian
dekubitus itu sendiri yaitu kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit
normal akibat dari penekanan eksternal yang berhubungan dengan
penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu yang
biasa. Dekubitus disebabkan karena terjadinya penekanan pada area
kulit dalam waktu yang lama. Proses penekanan ini terjadi karena
tidak adanya aktifitas pada area kulit yang tertekan sehingga
menghambat perfusi pada area tertekan dalam.
Pada pemberian perubahan posisi tirah baring didapatkan
angka kejadian dekubitus sebanyak 13,3% dari 15 pasien, dengan
stadium 1 pada hari ke 7 perawatan dekubitus. Sedangkan, pada
penelitian pemberian perubahan posisi lateral inklin 300 didapatkan
angka kejadian dekubitus sebanyak 1,4% dari 1000 pasien dengan
stadium 1 pada hari ke 14 perawatan. Dekubitus terjadi karena
kurangnya monitoring dan perawatan kulit bagian yang tertekan,
sehingga berdampak pada terjadinya gangguan integritas kulit pada
bagian yang tertekan. Perawat mempunyai peran penting untuk
mencegah terjadinya dekubitus.
Tindakan yang biasa dilakukan adalah memiringkan posisi
tubuh ke kanan dan ke kiri. Hal itu bertujuan untuk mengurangi masa
tekan pada area kulit tetapi tidak menjaga vaskularitas kulit. Dalam
penelitian diungkapkan, terapi pijat yaitu metode yang digunakan
untuk melancarkan sirkulasi darah dan membantu menjaga
vaskularitas kulit. Salah satu terapi pijat yaitu teknik masase punggung
yang mana merupakan teknik pijat effeleurages sekali atau dua kali
sehari efektif dalam mencegah perkembangan luka tekan. Sebuah
studi percontohan yang dilakukan oleh Van Den Bunt menunjukkan
efek positif masase pada pencegahan luka tekan.
Penelitian pembelajaran laboratorium klinik di rumah sakit, serta
hasil dan beberapa intervensi keperawatan yang dilakukan oleh
perawat dalam memberikan intervensi terkait dengan dekubitus,
antara lain mengajarkan kepada pasien dan keluarga pasien untuk
melakukan alih baring setiap 2 jam ke arah kanan dan 2 jam ke arah
kiri, serta memasang tanda alih baring pada tempat tidur pasien.
Terapi masase punggung tidak dilakukan pada intervensi perawatan
pasien imobilisasi. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui keefektifan pemberian masase punggung dalam
pencegahan dekubitus pada pasien tirah baring.
2. Analisis penelitian jurnal
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen
semu yaitu dengan jenis rancangan non-equivalent control group di
mana dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi program
kesehatan di suatu control yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok
yang benar-benar sama. Populasi yang akan diambil dalam penelitian
ini adalah pasien dengan criteria kesadaran penuh dan penurunan
kesadaran yang mengalami tirah baring/bedrest total dan belum terjadi
luka tekan di rumah sakit umum Daerah Kajen Kabupaten Pekalongan
pada bulan Desember 2010 yang bersedia menjadi responden
penelitian.
Analisa yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi variable yang diteliti
yaitu pengaruh pemberian massase punggung terhadap kejadian
massase punggung pada pasien tirah baring.
Hasil penelitian yang didapat, yaitu:
1. Karakteristik Diagnosa Medik Responden
Penelitian dilakukan pada stroke non hemoragik, stroke
hemoragik, fraktur, dan diagnose lainnya. Kejadian dekubitus
ditemukan terbanyak pada diagnose medic stroke hemoragik, pada
stroke hemoragik terjadi gangguan pada neurologis dan prognosis
sehingga responden mengalami perubahan persepsi sensorik
terhadap nyeri dan tekanan beresiko tinggi mengalami gangguan
integritas kulit daripada responden yang sensasinya normal. Hal
tersebut dikarenakan pada responden dengan diagnose medic
stroke terjadi Neglect yang menyebabkan responden seakan-akan
mengabaikan sisi yang mengalami kelemahan pada tubuhnya.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan pasien hemi
plegia secara khusus sangat beresiko terjadi luka tekan karena
mereka tidak dapat merasakan adanya kerusakan yang sedang
terjadi.
2. Karakteristik Umur Responden
Penelitian ini mengambil tiga rentang umur yaitu antara
umur 40-50 tahun, 51-60 tahun, dan 61-65 tahun. Dari hasil
penelitian responden dengan rentang umur antara 61-65 tahun
merupakan kelompok umur terbanyak terhadap kejadian dekubitus
yaitu dua orang. hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan usia
berpengaruh dalam elastisitas kulit, semakin tua kondisi kulit akan
berkurang elastisitas kulit, sehingga apabila terjadi gesekan dan
penekanan akan lebih mudah terjadi luka tekan. Pasien yang
sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan
karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.
3. Karakteristik Jenis Kelamin
Penelitian dilakukan dengan jumlah 19 responden laki-laki
dan 9 responden perempuan. Responden laki-laki lebih banyak
terjadi dekubitus yaitu sebanyak 2 orang (7,14%) responden.
Kejadian dekubitus tidak memiliki hubungan yang signifikan
terhadap jenis kelamin, namun dalam penelitian ini kejadian
dekubitus tercatat hanya pada pasien laki-laki dengan diagnose
medic stroke. Responden dengan jenis kelamin laki-laki memiliki
kecenderungan lebih besar dalam kejadian stroke. Dari berbagai
penelitian diperoleh hubungan jenis kelamin dengan munculnya
kejadian stroke.
4. Karakteristik Status Kesadaran Responden
Penelitian dilakukan dengan responden yang memiliki
kesadaran penuh dan penurunan kesadaran. Responden dengan
kategori penurunan kesadaran tercata 3 orang responden terjadi
dekubitus. Kejadian dekubitus tersebut terjadi pada pasien yang
mengalami penurunan kesadaran karena mereka mempunyai
kecenderungan untuk tidak dapat melakukan mobilitas fisik secara
mandiri. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa pasien dengan
penurunan kesadaran memiliki resiko lebih besar terhadap
kejadian dekubitus. Pasien dengan kondisi bingung, disorientasi,
atau mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak mampu
melindungi dirinya sendiri dari dekubitus.
5. Karakteristik Lama Perawatan
Pada penilitian ini terdapat tiga rentang hari pasien dirawat
yaitu antara 5-8 hari, 9-12 hari, dan 13-16 hari. Jumlah kejadian
dekubitus tercatat pada rentang waktu perawatan 13-16 hari
sebanyak 3 responden. Hal tersebut berkaitan dengan faktor resiko
yang mempengaruhi munculnya dekubitus yaitu lamanya terpapar
gesekan. Semakin lama terpapar gesekan semakin besar pula
kemungkinan terjadi luka.
Pada responden kelompok masase punggung tercatat 1
kejadian dekubitus, kejadian tersebut terjadi pada responden
dengan diagnose medic stroke hemoragik, dengan status
kesadaran menurun, usia 63 tahun, dan lama perawatan 16 hari.
Dilakukan pengkajian selama 6 hari pada responden tersebut,
kejadian dekubitus derajat I muncul pada hari ke-6 dengan ditandai
warna kemerahan pada area kulit yang tertekan. Sesuai dengan
teori bahwa tindakan masase punggung bertujuan untuk
melancarkan peredaran darah, sehingga diharapkan tidak terjadi
kejadian dekubitus, namun kenyataannya pada kelompok masase
punggung tersebut tetap terjadi dekubitus.
6. Karakteristik Resiko Dekubitus Skala Braden
Pada responden yang terjadi dekubitus memiliki skor skala
Braden dalam kelompok resiko tinggi. Pada skala tersebut, dikaji
beberapa poin, yaitu adanya gangguan sensori pada setengah
permukaan tubuh, kulit kadang-kadang lembab, tergeletak di
tempat tidur, tidak mampu bergerak, jarang mampu menghabiskan
lebih dari setengah porsi makan, dan tidak mampu mengangkat
badannya sendiri.
Dari pengkajian dengan skala Braden tersebut menunjukkan
adanya berbagai kelemahan yaitu antara lain, pasien tidak mampu
untuk melakukan mobilisasi fisik secara mandiri sehingga tidak
dapat menghilangkan tekanan dan gesekan pada tubuh secara
aktif mandiri. Asupan nutrisi yang kurang juga menjadi salah satu
faktor kejadian dekubitus.
7. Hubungan Antara Massase Punggung dan Alih Baring Terhadap
Kejadian Dekubitus
Hasil uji statistic didapatkan tidak ada perbedaan signifikan
rata-rata kejadian dekubitus pada responden kelompok alih baring
dengan kelompok masase punggung. Sehingga kesimpulan yang
diambil adalah tidak terdapat perbedaan efektifitas yang signifikan
pencegahan terjadinya dekubitus antara pemberian masase
punggung dengan pemberian alih baring. Hasil ini menunjukkan
teknik masase punggung dan alih baring sama-sama efektif
terhadap pencegahan dekubitus, sehingga dapat dilakukan secara
bersama-sama.
Untuk menerapkan penggunaan masase punggung
terhadap kejadian dekubitus pasa pasien tirah baring, terdapat
beberapa pendapat dan penelitian lain yang mengungkapkan
mendukung penelitian tersebut. Hasil ini diungkapkan dalam studi
literature oleh Peeterrs et al, 2008, sebagai berikut: Pendapat yang
mendukung penelitian adalah Bliss (1964) mengklaim bahwa teknik
pijat effleurages sekali atau dua kali sehari efektif dalam mencegah
perkembangan luka tekan. Sebuah studi percontohan yang
dilakukan oleh Van Den Bunt (1992) menunjukkan efek positif
masase pada pencegahan luka tekan. Iwama (2002) dan Ironson
(1996) meneliti efek dari pijat pada sistem kekebalan tubuh dengan
mengumpulkan darah sebelum, selama, dan setelah dilakukan
masase. Mereka menemukan masase memiliki efek stimulasi saraf
simpatik (relaksasi) dna meningkatkan jumlah sel pembunuh alami.
Mereka menyimpulkan masase mencegah terjadinya infeksi
melalui pengaktifan sistem kekebalan pada tekanan, seperti yang
diamati pada pasien tirah baring di tempat tidur.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tidak
terdapat perbedaan efektifitas yang signifikan pencegahan
terjadinya dekubitus antara pemberian masase punggung dengan
pemberian alih baring, atau dapat dikatakan teknik masase
punggung dan alih baring sama-sama efektif terhadap pencegahan
kejadian dekubitus.
3. Saran untuk jurnal
Jurnal ini sebenarnya sudah cukup baik bisa dilihat dari
sistematika penulisan dan isinya. Namun jurnal ini masih memiliki
beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki, yaitu:
1. Alangkah baiknya jika mencantumkan beberapa hasil penelitian
yang pernah diakukan oleh beberapa peneliti lainnya, sehingga
dari sana kita dapat membandingkan antara hasil yang di dapat
dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dan juga peneliti
sebelumnya. Hal ini sebenarnya tidak mutlak diperlukan untuk
jurnal yang baik, namun ada baiknya jika kita menambahkannya.
2. Pada metode penelitian menunjukkan kata-kata penelitian ini
bersifat ‘eksprimen’, menurut STKS Bandung, itu adalah contoh
jurnal yang kurang baik.
3. Sebaiknya saran pada jurnal dibedakan antara saran untuk rumah
sakit, penulis, pasien dan masyarakat agar lebih mudahnya
dipahami.
4. Pada daftar pustaka seharusnya disusun menurut alfabet. Sesuai
dengan kaidah penulisan daftar pustaka, daftar pustaka harus
disusun berdasarkan alphabet.
4. Penerapan hasil penelitian dalam pengaturan perawatan
kesehatan di Indonesia
Di Indonesia, terapi masase punggung patut untuk dicoba
mengingat masih banyaknya kasus dekubitus. Biasanya teknik yang
dilakukan di Indonesia adalah alih baring. Teknik ini memang bisa
mengurangi masa tekan pada area kulit tapi tidak menjaga
vaskularitas kulit. Sedangkan dengan masase punggung, selain bisa
mengurangi masa tekan, bisa juga untuk melancarkan sirkulasi darah
dan membantu menjaga vaskularitas kulit. Oleh karena itu, teknik
masase punggung ini patut dicoba.
Namun yang harus dipikirkan adalah kemampuan dan kemauan
perawat dalam mengaplikasikan teknik ini. Perlu dilakukan sosialisasi
dan pelatihan yang sesuai dengan tipe perawat Indonesia agar
perawat mau merespon positif. Seperti yang kita tahu, perawat
Indonesia memiliki suatu budaya kerja yang sangat kental. Budaya
tersebut muncul dari kebiasaan dan pola pikir perawat yang
berpatokan untuk mengikuti cara-cara yang biasa dilakukan dan
diajarkan sebelumnya dan enggan untuk menerima sesuatu yang baru
ditengah suatu keadaan yang menurutnya sudah benar dan tidak perlu
dirubah. Maka dari itu, tidaklah mudah untuk menerapkan teknik
masase punggung ini ditengah kebiasaan perawat untuk melakukan
teknik alih baring. Sehingga perlu dicari solusi yang tepat untuk
mengkomunikasikan pada perawat tentang teknik masase punggung
ini.
Daftar Pustaka
STKS. 2011. Sistematika Penulisan Jurnal Peksos.
http://pdfcast.org/pdf/sistematika-penulisan-jurnal-peksos.
Diakses tanggal 12 Juni 2012.