Skripsi Bu Nova

71
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan yang sering kita lihat, sebagian besar pengajaran di sekolah – sekolah menengah sampai perguruan tinggi diberikan secara klasikal.Artinya, pengajar memberi penjelasan kepada sejumlah murid secara lisan.Para murid bertugas hanya mendengarkan dan mencatatnya ke dalam buku catatan.Banyak orang menganggap, bentuk pengajaran klasikal tersebut merupakan bentuk yang paling tepat.Selain karena dipandang efisien, pelajaran yang diberikan secara massal, atau kepada suatu kelompok besar, sangat efektif untuk tujuan menyampaikan informasi.Dengan mengutarakan hanya sekali saja, suatu masalah dapat sampai kepada banyak pendengar.Namun di samping itu perlu kita ingat bentuk pengajaran seperti ini mempunyai keuntungan, kerugian dan keterbatasan. 1 1 Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: Gramedia, 1984), h.3 1

description

contoh skripsi matematika

Transcript of Skripsi Bu Nova

Page 1: Skripsi Bu Nova

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu kenyataan yang sering kita lihat, sebagian besar pengajaran di sekolah –

sekolah menengah sampai perguruan tinggi diberikan secara klasikal.Artinya,

pengajar memberi penjelasan kepada sejumlah murid secara lisan.Para murid

bertugas hanya mendengarkan dan mencatatnya ke dalam buku catatan.Banyak orang

menganggap, bentuk pengajaran klasikal tersebut merupakan bentuk yang paling

tepat.Selain karena dipandang efisien, pelajaran yang diberikan secara massal, atau

kepada suatu kelompok besar, sangat efektif untuk tujuan menyampaikan

informasi.Dengan mengutarakan hanya sekali saja, suatu masalah dapat sampai

kepada banyak pendengar.Namun di samping itu perlu kita ingat bentuk pengajaran

seperti ini mempunyai keuntungan, kerugian dan keterbatasan.1

Banyak guru yang menghabiskan waktunya berjam-jam berceramah di depan

siswa tapi tidak memberi efek pengetahuan apa-apa pada siswa. Segudang

pengetahuan yang disampaikan kepada siswa seakan-akan masuk ke telinga kanan

lalu keluar melalui telinga kiri sehingga tak ada bekas apa pun dalam diri siswa.

Mengajar seolah-olah menjadi rutinitas hampa bagi pengembangan pengetahuan

siswa.

Ironisnya, banyak guru yang tidak menyadari hal tersebut. Jika ada siswa yang

memiliki deretan “angka merah”, ia segera memberinya label siswa yang kurang

1Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: Gramedia, 1984), h.3

1

Page 2: Skripsi Bu Nova

belajar, kurang memperhatikan guru, dan pelabelan-pelabelan negatif lainnya. Tak

heran banyak sekolah banyak yang menambahkan jam belajar siswa agar siswanya

mampu mengerjakan soal ujian dengan baik.

Itulah potret buram pendidikan kita.Siswa selalu menjadi kambing

hitam.Sementara guru selalu menjadi sosok yang paling benar, tidak mau disalahkan.

Pola hubungan hierarki seperti itu hanya akan menjadikan siswa kerdil dan lambat

dalam proses pengembangan pengetahuan.

Guru yang mampu mengajar dengan baik tentu akan menghasilkan kualitas

siswa yang baik pula. Pendidikan tentu tak sekedar menyampaikan materi pelajaran,

tapi juga mentransfer nilai-nilai moral. James M. Cooper yang dikutip oleh Rudi

menegaskan, “A teacher is person charged with the reasonability of helping others to

learn and to behave in new different ways.” Seorang guru membutuhkan

keterampilan mengajar yang lebih dibandingkan dengan orang yang bukan guru.

Guru harus kaya metode dan strategi mengajar. Dan itu harus ditempa melalui proses

jenjang pendidikan.2

Proses pembelajaran dipandang sebagai proses membantu peserta didik belajar,

membantu peserta didik mengembangkan dan mengubah perilaku (kognitif, afektif

dan psikomotor), proses membantu peserta didik merangkai gagasan, sikap,

pengetahuan, apresiasi, dan keterampilan. Guru tidak sekedar bertugas mentransfer

pengetahuan, sikap, dan keterampilan, mereka membantu peserta

2 Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid, (Banguntapan Jogjakarta: Diva Press, 2013), hh. 1-2

2

Page 3: Skripsi Bu Nova

didikmenerjemahkan semua aspek itu ke dalam perilaku-perilaku yang berguna dan

bermakna.

Untuk melaksanakan proses belajar dan mengajar secara efektif, guru harus

memiliki kemampuan profesionalisme yang dapat dihandalkan. Kemampuan

profesionalisme yang handal tersebut tidak dibawa sejak lahir oleh calon guru, tetapi

harus dibangun, dibentuk, dipupuk, dan dikembangkan melalui suatu proses, strategi,

kebijakan dan program yang tepat.

Model atau pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di

sekolah lebih didasarkan pada kebutuhan formal dari pada kebutuhan rill siswa.

Akibatnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru belum berperan

dalam mengembangkan potensi siswa secara optimal. Kondisi pembelajaran seperrti

ini agaknya tidak dapat dilepaskan dari adanya kenyataan bahwa tugas yang diemban

guru sebagai kurikulum dan pengajar sangatlah kompleks dan sulit. Proses

pembelajaran sebagai proses implementasi kurikulum, menuntut peran guru untuk

mengartikulasikan kurikulum atau bahan ajar serta mengembangkan dan

mengimplementasikan program-program pembelajaran dalam suatu tindakan yang

akurat dan adekuat.3

Untuk membangun pendidikan yang bermutu, yang paling penting bukan

membangun gedung sekolah atau sarana dan prasarananya saja, melainkan harus

dengan upaya peningkatan proses pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas,

yakni proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikan, dan mencerdaskan.

3Djam’an Satori, et.al.Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h.3.23

3

Page 4: Skripsi Bu Nova

Hal ini hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu yang mempunyai kualifikasi

dasar seperti menguasai materi atau bahan ajar, antusiasme, dan penuh kasih sayang

(loving) dalam mengajar dan mendidik.

Menurut penilaian masyarakat wilayah cidahu, Mts Antariksa sudah mulai

menjadi sekolah yang digemari diantara Mts yang ada disekitar kecamatan cidahu,

yang awalnya siswanya sedikit, dari tahun ke tahun bertambah pada saat penerimaan

siswa baru. Dilihat dari segi prestasi akademis pun mulai ada peningkatan. Akan

tetapi parasiswa mengutarakan bahwa mereka masih lemah dalam pembekalan dan

pemahaman materi salah satu contohnya geometri pada materi lingkaran.

Model pembelajaran harus terus ditingkatkan.Dengan jumlah siswa yang

banyak terdapat perbedaan-perbedaan kemapuan karakteristik siswa. Terlihat dari

tidak adanya kepedulian dan bahkan belum mampu mengapresiasikan serta

mengakomodasikan perbedaan-perbedaan individual siswa, yang artinya dalam

melaksanakan proses belajar-mengajar guru memberikan layanan pembelajaran yang

sama untuk semua siswa, baik yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, atau

rendah. Dengan perlakuan demikian, siswa yang berbeda kecepatan belajarnya belum

mendapatkan layanan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas

pembelajaran dan peningkatan kualitas pembelajaran dapat ditempuh dengan

meningkatkan pengetahuan tentang merancang metode-metode pembelajaran yang

lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik.Model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) .

4

Page 5: Skripsi Bu Nova

Dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) diharapkan seorang guru mampu memberikan layanan pembelajaran secara

optimal untuk siswa yang berbeda tingkat kemampuannya.

Maka dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

eksperimen tentang perbedaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

(ATI) dan model pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar matematika

materi lingkaran di MTs Antariksa Kecamatan Cidahu Sukabumi pada semester

genap tahun pelajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi

masalah dalam penelitian ini dapat diajukan sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran

membuat siswa bosan belajar matematika?

2. Apakah model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dapat

diterapkan dalam pembelajaran matematika pada materi Lingkaran?

3. Adakah dampak positif setelah menggunakan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) dalam pembelajaran matematika pada materi

Lingkaran?

4. Adakah perbedaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

dan model pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar matematika pada

materi lingkaran?

5

Page 6: Skripsi Bu Nova

5. Apakah siswa memahami metode Konvensional?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan untuk mempermudah penulis dalam

melakukan pengkajian teoritisnya, maka penulis membatasi permasalahan tentang

perbedaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dan model

pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar matematika pada materi Lingkaran

siswa kelas VIII di MTs Antariksa Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi pada

semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas, maka masalah

dalam penelitian eksperimen ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Adakah perbedaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dan

model pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar matematika pada materi

Lingkaran di MTs Antariksa Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi tahun

pelajaran 2013/2014.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi siswa, hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat sehingga siswa dapat

memperoleh hasil belajar lebih baik dari sebelumnya.

2. Bagi guru, sebagai tenaga professional akan memberikan pengetahuan yang luas

dalam mengembangkan berbagai macam model pembelajaran yang digunakan

6

Page 7: Skripsi Bu Nova

dalam proses belajar mengajar sehingga tercipta kegiatan belajar mengajar yang

menyenangkan, aktif, kreatif dan inovatif.

3. Bagi STKIP Kusuma Negara, mencetak para sarjana yang profesional dan

berkualitas.

7

Page 8: Skripsi Bu Nova

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Hasil Belajar Matematika

Sebenarnya, belajar adalah masalahnya setiap orang, maka tidak mengherankan

kalau banyak pihak yang berusaha mempelajari dan menerangkan apa yang disebut

dengan belajar.

Istilah belajar sudah dikenal luas di berbagai kalangan walaupun sering

disalahartikan atau diartikan secara “common sense” atau pendapat umum saja.

Belajar merupakan suatu proses bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi,

keterampilan, dan sikap. Pengertian konsep belajar menurut pakar psikologi melihat

perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan

lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar

sebagai proses psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu

dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan.4

Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler yang

menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk

4 Udin S. Winataputra, et.al.Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.4

8

Page 9: Skripsi Bu Nova

mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and atittudes. Kemampuan

(competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara

bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian

proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk

keterlibatannya dalam pendidikan informal, atau pendidikan nonformal. Kemampuan

belajar inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.5

Dari pengertian tentang belajar, sangatlah jelas bahwa belajar tidak hanya

berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan

individu. Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1.) Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.

Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan (kognitif) saja tetapi

juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotorik).

2.) Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman baik yang dialami

ataupun yang sengaja dirancang. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri

individu karena adanya interaksi dirinya dengan lingkungan.

3.) Perubahan perilaku akibat adanya proses belajar akan bersifat cukup permanen.

Proses belajar mengajar diharapkan dapat menghasilkan perubahan-perubahan

kemampuan pada siswa dalam berbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa.

Adanya perubahan-perubahan itu akan terlihat dari hasil belajar siswa melalui

kegiatan evaluasi atau penelitian. Perubahan-perubahan itu ialah kemampuan yang

utuh mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Tentunya dengan

5Bell-Gredler, M.E. Learning and Instruction, (New York: Macmillan Publishing, 1986), h. 1

9

Page 10: Skripsi Bu Nova

harapan dapat memberikan efektivitas yang tinggi terhadap proses dan pencapaian

hasil belajar siswa.

Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu

proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan keberhasilan suatu proses

pembelajaran adalah siswa mendapat hasil belajar yang maksimal. Selain itu pula

dalam proses pembelajaran guru harus mampu memahami hakikat materi pelajaran

yang akan diajarkan.

Kemampuan belajar siswa pada tingkat pengetahuan ialah kemampuan

menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan.Pada tingkat pemahaman, siswa dituntut

untuk mengatakan masalah dengan kata-kata sendiri, memberi contoh suatu prinsip

atau konsep.Pada tingkat aplikasi, siswa dituntut untuk menerapkan prinsip dan

konsep dalam situasi yang baru.Pada tingkat analisis, siswa dituntut menguraikan

informasi kedalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan

pendapat, dan menemukan hubungan sebab akibat.Pada tingkat sintesis, siswa

dituntut dapat menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri

dan mengsintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, siswa diharapkan dapat

mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah editorial, teori-teori dan termasuk

melakukan penetapan atau judgement terhadap hasil analisis untuk membuat

kebijakan.Penelitian pada aspek kognitif berupa penilaian tertulis dan tidak

tertulis.Penulisan tertulis seperti formatif dan penilaian sumatif.

Kemampuan psikomotor siswa dikembangkan melalui kegiatan

praktik.Langkah pengembangan kemampuan ini dilakukan dalam bentuk

10

Page 11: Skripsi Bu Nova

demonstrasi. Pada kgiatan demonstrasi siswa memperhatikan gerakan yang

dilakukan oleh guru, kemudian dengan bimbingan guru para siswa mencoba gerakan

tersebut dan secara otomatis dalam waktu singkat siswa melaukan gerakan

psikomotor. Penilaian pada aspek psikomotor terletak pada kegiatan dan hasil belajar

siswa sebagaimana yang dicontohkan guru sebelumnya.

Kemampuan afektif siswa ada yang terkait langsung dengan kemampuan

kognitif dan psikomotor, seperti minat dan sikap siswa terhadap mata

pelajaran.Sedangkan yang tidak secara langsung berhubungan dengan kemampuan

kognitif dan psikomotor seperti kelakuan, kerajinan, dan kebersihan.Kelakuan

mencakup kerjasama, perilaku sosial, saling menghormati, suka membantu dan

sebagainya.

Kemampuan afektif siswa harus dilatih secara sistematik dan

berkelanjutan.Sistematik artinya pembelajaran dengan aspek afektif dilakukan secara

bertahap dan terus menerus sehingga menjadi kegiatan dalam kehidupan seseorang.

Matematika berasal dari bahasa Yunani mathinatau mathenein yang artinya

mempelajari.Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika, dipandang

dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda. Ada yang

mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol; matematika adalah bahasa

numerik; matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk,

emosional; matematika adalah metode berpikir logis; matematika adalah sarana

berpikir; matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah sains

mengenai kuantitas dan besaran; matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik

11

Page 12: Skripsi Bu Nova

kesimpulan-kesimpulan yang perlu; matematika adalah sains formal yang murni;

matematika adalah sains yang memanipulasi symbol; matematika adalah ilmu tentang

bilangan dan ruang; matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola,

bentuk, struktur, matematika adalah ilmu abstrak dan deduktif, matematika adalah

aktivitas manusia.6

Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui

kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah

melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui

simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Sedangkan tujuan

pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara

sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Serta mengembangkan sikap gigih dan

percaya diri sesuai dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Sri Wardhani mengatakan bahwa, “ kebanyakan siswa mengalami

kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan riil.”7Hal

ini yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa, adalah karena dalam

pembelajaran matematika kurang bermakna dan guru dalam pembelajarannya di kelas

tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang

diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide matematika.Mengaitkan

pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran

dikelas sangat penting dilakukan agar pembelajaran matematika bermakna.

6 Panitia Pendidikandan Latihan Profesi Guru, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, (Bogor: Universitas Pakuan, 2011), h. 137

7 Sri Wardhani, Contoh silabus dan Rpp matematika SMP, (Yogyakarta: 2006), h. 4

12

Page 13: Skripsi Bu Nova

Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Adapun kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam

belajar matematika adalah sebagai berikut :

1) Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan

keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Memiliki kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik

atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.

3) Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

4) Menunjukkan kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan),

menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

2. Hakikat Model Pembelajaran

Pada hakikatnya kata “Model” memiliki definisi yang berbeda-beda sesuai

dengan bidang ilmu atau pengetahuan yang mengadopsinya.Joys mengatakan;

“Model pembelajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran yang

juga meliputi perilaku kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan.” 8

8 Bruce Joys, Models of Teaching (Eighth Edition, Eastern Economy Edition), (New Delhi: PHILearning Private Limited, 2009), h. 30

13

Page 14: Skripsi Bu Nova

 Lebih jelasnya dalam simpulan B. Joyce yang dikutip Trianto

menyatakan, “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dalam

tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di

dalamnya buku-buku, film, komputer,dan lain-lain.”9

Model pembelajaran digunakan sebagai pendekatan pembelajaran agar tujuan

pembelajaran pada setiap kompetensi dasar tersalur dengan baik sesuai dengan

kondisi pembelajar. Hal ini dinyatakan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh

Richard I. Arends yang menyatakan bahwa model pembelajaran mengarah pada suatu

pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya,

dan sistem pengolahannya.10

Dari penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

suatu sistem pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya media dan instrumen

seperti buku-buku, kurikulum, film, komputer dan media lainnya untuk mencapai

tujuan belajar tertentu. 

Hampir semua penggegas teori percaya bahwa peran utama pendidikan adalah

untuk mempersiapkan warga negara yang akan mengembangkan tingkah laku

9Agus Trianto, Pasti Bisa Jilid 3 (KTSP), (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 510Ibid., hh. 5-6

14

Page 15: Skripsi Bu Nova

demokratis yang terpadu, baik dalam tataran pribadi maupun sosial serta

meningkatkan taraf kehidupan yang berbasis demokrasi sosial proaktif. 

Ada pun tujuan model pembelajaran diterapkan di setiap pembelajaran adalah

untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Tanpa model pembelajaran

yang nyata, guru sering kali mengembangkan pola yang hanya didasarkan pada masa

lalu dan intuisinya sehingga konsep materi pembelajaran yang akan disampaikan

tidak tersalurkan dengan maksimal dan siswa sulit memahaminya.

a. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

Upaya pemerintah untuk mereformasi sistem pembelajaran di sekolah

tampaknya telah mendapat respon yang positif pada sebagian akademisi maupun

praktisi.Hal ini bisa dilihat dengan adanya kecenderungan dari sebagian guru, untuk

berupaya menerapkan berbagai model pembelajaran yang mutakhir atau kita sebut

saja model pembelajaran inovatif di sekolahnya masing-masing, menggantikan

model-model pembelajaran konvensional.

Dari uraian diatas pendekatan pembelajaran adalah upaya penyederhanaan yang

digunakan oleh pendidik secara terprogram dalam desain intruksional melalui proses

interaksi dengan peserta didik untuk mencapai tujuan belajar mengajar.

Dengan adanya metode pembelajaran yang tepat dalam belajar mengajar akan

meningkatkan hasil belajar siswa. Agar siswa dapat mengembangkan pengatahuan,

keterampilan, sikap ilmiah serta menguasai materi, memahami hipotesis, konsep,

teori, maka guru dalam pengajaran sudah barang tentu bervariasi dalam cara

mengajarkannya. Pada hakekatnya, mengajar itu adalah suatu proses di mana

15

Page 16: Skripsi Bu Nova

pengajar dan murid menciptakan lingkungan yang baik, agar terjadi kegiatan belajar

yang berdaya guna.11Hal ini dilakukan dengan menata seperangkat nilai-nilai dan

kepercayaan yang ikut mewarnai pandangan mereka terhadap realitas sekelilingnya.

Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa pendekatan pembelajaran yaitu

pendekatan deduktif, dan pendekatan induktif yang keduanya merupakan pendekatan

pembelajaran konvensional dengan alat peraga visual, namun ada satu pendekatan

yang sekarang popular dalam dunia pendidikan yaitu pendekatan pembelajaran

kooperatif yang salah satu model pembelajarannya adalah model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction.

Secara subtantif dan teoritik Aptitude Treatment Interaction(ATI) dapat

dijadikan sebagai suatu konsep atau pendekatan yang memiliki sejumlah strategi

pembelajaran yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan

kemampuannya masing-masing

Dipandang dari sudut pembelajaran (Teoritik), ATI approach merupakan sebuah

konsep yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran yang sedikit banyaknya efektif

digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan karakteristik kemampuannya. Didasari

oleh asumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui

penyesuaian antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan

(aptitude) siswa.

11 Dr. M. D. Dahlan,Model-Model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar), (Bandung: Diponegoro, 1984), h. 21

16

Page 17: Skripsi Bu Nova

Sejalan dengan pengertian diatas, Cronbach yang dikutip Syafruddin Nurdin

mengemukakan bahwa “ATI approach adalah sebuah pendekatan yang berusaha

mencari dan menemukan perlakuan-perlakuan (treatment) yang cocok dengan

perbedaan (aptitude) kemampuan siswa, yaitu perlakuan (treatments) yang secara

optimal diterapkan untuk siswa yang berbeda tingkat kemampuannya.”12

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat diperoleh makna

esensial dari ATI approach, sebagai berikut :

1.) ATI approach merupakan suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah

strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu

sesuai dengan perbedaan kemampuannya.

2.) Sebagai sebuah kerangka teoritik ATI approach berasumsi bahwa optimalisasi

prestasi akademik/hasil belajar akan tercipta bila mana perlakuan-perlakuan

dalam pembelajaran disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan

kemampuan (aptitude) siswa.

3.) Terdapat hubungan timbal balik antara prestasi akademik/hasil belajar yang

dicapai siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran di kelas atau dengan

kata lain, prestasi akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa tergantung

kepada bagaimana kondisi pembelajaran yang dikembangkan guru di kelas.

Dari rumusan pengertian dan makna essensial yang telah dikemukakan di atas,

terlihat bahwa secara hakiki ATI approach bertujuan untuk menciptakan dan

12 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 38

17

Page 18: Skripsi Bu Nova

mengembangkan suatu model pembelajaran yang betul-betul peduli dan

memperhatikan keterkaitan antara kemampuan (aptitude) seseorang dengan

pengalaman belajar atau secara khas dengan metode pembelajaran (treatment).

Untuk mencapai tujuan seperti yang digambarkan di atas, ATI approach

berupaya menemukan dan memilih sejumlah pendekatan, metode/cara, strategi, kiat

yang akan dijadikan sebagai perlakuan (treatment) yang tepat yaitu treatment yang

sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude)siswa. Keberhasilan model

pendekatan ATI mencapai tujuan dapat dilihat dari sejauh mana terdapat kesesuaian

antara perlakuan-perlakuan (treatment) yang telah diimplementasikan dalam

pembelajaran dengan kemampuan (aptitude) siswa.

Kesesuaian tersebut akan termanifestasi pada prestasi akademik/hasil belajar

yang dicapai siswa. Semakin tinggi optimalisasi yang terjadi pada pencapaian prestasi

akademik/hasil belajar siswa, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan

pengembangan model pembelajaran ATI. Demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan

utamaATI approach adalah terciptanya optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar

melalui penyesuaian pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan

(aptitude) siswa.

Agar tingkat keberhasilan model pembelajaran dapat tercapai dengan baik,

maka dalam implementasinya perlu diperhatikan beberapa prinsip yaitu :

1.) Bahwa interaksi antara kemampuan (aptitude) dan perlakuan (treatment)

pembelajaran berlangsung di dalam pola yang kompleks dan senantiasa

dipengaruhi oleh variabel-variabel tugas/jabatan dan situasi.

18

Page 19: Skripsi Bu Nova

2.) Bahwa lingkungan pembelajaran yang sangat terstruktur cocok bagi siswa yang

memiliki kemampuan rendah, sedangkan lingkungan pembelajaran yang kurang

terstruktur (fleksibel) lebih pas untuk siswa yang pandai.

3.) Bahwa bagi siswa yang memiliki rasa percaya diri kurang atau sulit dalam

menyesuaikan diri (pencemas atau minder), cenderung belajarnya akan lebih

baik bila berada dalam lingkungan belajar yang sangat terstruktur. Sebaliknya

bagi siswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan lebih baik dalam situasi

pembelajaran yang agak longgar (fleksibel).

Dari prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas, dapat dimengerti bahwa dalam

mengimplementasikan model pembelajaran ATI, masalah pengelompokan dan

pengaturan lingkungan belajar bagi masing-masing karakteristik kemampuan

(aptitude) siswa, merupakan masalah mendasar yang harus mendapat perhatian yang

serius.

Berdasarkan prinsip-prinsip model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

di atas maka dapat diadaptasi beberapa langkah yang dilakukan dalam pembelajaran,

diaaptasi dari para pakar pendidikan yang telah dirangkum oleh Syafruddin Nurdin

yaitu:

“1.Melaksanakan pengukuran kemampuan masing-masing siswa melalui tes kemampuan (aptitude testing).Hal ini dilakukan guna untuk mendapatkan data yang jelas tentang karakteristik kemampuan (aptitude) siswa.2.Membagi siswa atau mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok sesuai dengan klasifikasi yang didapatkan dari hasil aptitude testing. Pengelompokan siswa tersebut diberi label tinggi, sedang dan rendah.3.Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing-masing kelompok (tinggi, sedang dan rendah) dalam pembelajaran.4.Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan (aptitude) tinggi, perlakuan (treatment) yang diberikan yaitu belajar mandiri (self

19

Page 20: Skripsi Bu Nova

learning) dengan menggunakan modul atau buku-buku yang relevan. Pemilihan belajar mandiri melalui modul didasari anggapan bahwa siswa akan lebih baik jika dilakukan dengan cara sendiri yang terfokus langsung pada penguasaan tujuan khusus atau seluruh tujuan. Dengan kata lain dengan menggunakan modul siswa dapat mengontrol kecepatan masing-masing, serta maju sesuai dengan kemampuannya.5.Bagi kelompok siswa yang berkemampuan sedang dan rendah diberikan pembelajaran regular atau pembelajaran konvensional sebagaimana mestinya.6.Bagi kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah diberikan special treatment, yaitu berupa pembelajaran dalam bentuk re-teaching dan tutorial.Perlakuan (treatment) diberikan setelah mereka bersama-sama kelompok sedang mengikuti pembelajaran secara regular.Hal ini dimaksudkan agar secara psikologis siswa berkemampuan rendah tidak merasa diperlakukan sebagai siswa nomor dua di kelas.Re-teaching-Tutorial dipilih sebagai perlakuan khusus untuk kelompok rendah, didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka lambat dan sulit dalam memahami secara menguasai bahan pelajaran. Oleh karena itu kelompok ini harus mendapat apersiasi khusus berupa bimbingan dan bantuan belajar dalam bentuk pengulangan pelajaran kembali melalui tambahan jam pelajaran (re-teaching) dan tutorial (tutoring), sehingga dengan cara demikian mereka bisa menguasai pelajaran yang  diberikan. Karena seperti diketahui bahwa salah satu tujuan pembelajaran atau program tutoring adalah untuk memberikan bantuan dalam pembelajaran kepada siswa yang lambat, sulit dan gagal dalam belajar, agar dapat mencapai prestasi akademik/hasil belajar secara optimal.”13

Agar tingkat keberhasilan (efektifitas) model pembelajaran ATI dapat dicapai

dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan dan dihayati tiga

prinsip yang dikemukakan oleh Fajar, ketiga prinsip tersebut diuraikan sebagai

berikut:

“Pertama bahwa interaksi antara kemampuan dan perlakuan pembelajaran berlangsung dalam pola yang kompleks, dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel tugas, jabatan, dan situasi. Berarti dalam mengimplementasikan model ATI berbasis portofolio perlu diperhatikan dan meminimalkan bias yang diperkirakan berasal dari variabel-variabel tersebut. Kedua, bahwa lingkungan pembelajaran yang terstruktur cocok bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah dan lingkungan pembelajaran yang fleksibel lebih cocok untuk siswa

13Ibid., hh. 42-45

20

Page 21: Skripsi Bu Nova

yang pandai.Ketiga, bahwa siswa yang rasa percaya dirinya kurang, cenderung belajarnya akan lebih baik dalam situasi fleksibel.”14

Ditinjau dari prinsip-prinsip mengajar, cara yang dianjurkan para ahli

pendidikan di atas rasanya cukup beralasan. Karena, salah satu prinsip mengajar

menekankan pentingnya memperhatikan “individualitas” dalam pembelajaran.

Individualitas yang dimaksud disini adalah menyesuaikan pembelajaran yang harus

diperhatikan bukan hanya anak-anak yang lambat tapi juga anak-anak yang pandai

dan yang berkemampuan sedang. Artinya, semua kelompok kemampuan (aptitude)

siswa harus mendaat perhatian secara proposional, sehingga setiap anak dapat

berkembang sesuai dengan kecepatan dan kesanggupan masing-masing. Seperti

dinyatakan Nasution “ menyesuaikan pembelajaran dengan kesanggupan individual,

berarti bahwa yang harus diperhatikan bukan hanya anak-anak lambat, tetapi juga

anak-anak yang pandai, sehingga setiap anak berkembang sesuai dengan kecepatan

masing-masing.”15

Suatu model pambelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan atau manfaat pembelajaran ATI antara lain :

1) Mengatasi kelemahan pada pembelajaran klasikal maupun individual.

2) Membantu menjadikan materi yang abstrak dan sulit mendapatkan contoh di

lingkungan sekolah menjadi lebih konkrit.

3) Memungkinkan pengulangan sampai berkali-kali tanpa rasa malu bagi yang

berbuat salah.

14 Fajar Arnie, Portofolio, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 14515 Nasution, S. Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars), h. 13

21

Page 22: Skripsi Bu Nova

4) Mendukung pembelajaran individual.

5) Lebih mengenal dan terbiasa dengan kerja tim tutor sebaya.

6) Merupakan media pembelajaran yang efektif.

7) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Selain kelebihan tersebut model pembelajaran ATI juga memiliki kekurangan

diantaranya:

1) Membeda-bedakan kemampuan siswa yang bisa membuat siswa merasa kurang

adil.

2) Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa sehingga kurikulum bisa tidak

terpenuhi.

b. Model pembelajaran Konvensional

Konvensional berasal dari kata konvensi yang berarti pemufakatan

kesepakatan. Konvensional mempunyai arti menurut apa yang sudah menjadi

kebiasaan atau sudah menjadi tradisional.16 Jadi berdasarkan pengertian di atas,

pembelajaran matematika yang umum digunakan pada saat ini adalah metode

ceramah.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah metode ceramah adalah “Metode yang boleh

dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini tetap dipergunakan

sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif”. 17

16 Depdiknas. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka), h.523.17 Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif. (Jakarta : Rineka

Cipta), h 205.

22

Page 23: Skripsi Bu Nova

Perlu diperhatikan, bahwa ceramah akan berhasil baik bila didukung atau dibantu

oleh metode-metode yang lain, misalnya : Tanya jawab, tugas, latihan dan lain-lain.

Adapun kelebihan metode ceramah adalah sebagai berikut :

a. Guru mudah menguasai kelas

b. Mudah dilaksanakan

c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar

d. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.

Dalam pengajaran khususnya pengajaran matematika, metode ceramah

mempunyai kekurangan sebagai berikut :

a. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

b. Anak didik yang lebih tanggap dari sisi gambar akan menjadi rugi dan anak didik

yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya

c. Bila terlalu lama membosankan

d. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik

e. Menyebabkan anak didik pasif.

Pembelajaran konvensional memberikan tekanan perkembangan intelektual,

caranya ialah : “Dengan mengingat-ingat hal yang telah dibaca dan tugas-tugas dalam

pelajaran berhitung, sehingga kurang memperhatikan perkembangan ketrampilan

sosial, sikap, apresiasi dan lain-lain”.18

18 Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar.( Jakarta: Bumi Akasara,2001), h.59

23

Page 24: Skripsi Bu Nova

Melihat ciri-ciri di atas, maka dalam pelaksanaan pembelajaran konvensional

memerlukan keterampilan lebih agar penyajian tidak membosankan dan menarik

perhatian siswa.

Kelebihan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

a. Dapat menampung kelas besar, tiap murid mempunyai kesempatan yang sama

untuk mendengarkan dan karena biaya yang diperlukan relative murah

b. Bahan pelajaran yang diberikan secara lebih urut kepada siswa, konsep-konsep

yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa

c. Guru dapat memberikan tekanan-tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga

waktu dan energy dapat digunakan sebaik mungkin

d. Isi silabus dapat diberikan dengan lebih mudah

e. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak

menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan ceramah.

Kelemahan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:

a. Pelajaran berjalan membosankan murid menjadi pasif dan murid hanya aktif

mencatat saja

b. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat murid tidak mampu

menguasai bahan yang diajarkan

c. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan

d. Ceramah mengakibatkan belajar murid menjadi “belajar menghafal” yang tidak

menghambat timbulnya pengertian.

24

Page 25: Skripsi Bu Nova

3. Lingkaran dan Unsur-Unsurnya

Pada awalnya geometri merupakan sebuah hasil dari keinginan dan harapan

para pemimpin pemerintahan dan agama pada masa lalu. Hal ini dimaksudkan untuk

mendirikan berbagai bangunan yang kokoh dan besar.Pada saat ini, geometri banyak

digunakan juga untuk membangun bangunan yang dapat dimanfaatkan oleh

manusia.Geometri bagi dalam dua bagian yaitu bangun datar atau bangun dua

dimensi dan bangun ruang atau bangun tiga dimensi. Di Pendidikan tingkat dasar

geometri sudah diperkenalkan kepada siswa-siswanya terutama bangun dua dimensi,

diantaranya Lingkaran.

Menurut Janice Van Cleave “lingkaran adalah lengkungan tertutup sederhana.

Semua titik yang ada pada keliling lingkaran memiliki jarak yang sama dari pusat

lingkaran. Potongan garis dari titik pada keliling lingkaran ke pusatnya disebut radius

atau jari-jari.Setiap garis yang berawal dan berakhir pada keliling lingkaran disebut

tali busur. Tali busur yang melalui pusat lingkaran disebut diameter atau garis

tengah”.19 Sedangkan menurut Janu Ismadi “ Lingkaran adalah kumpulan semua titik

di bidang datar yang berjarak sama dari suatu titik tetap tersebut. Titik tetap tersebut

dinamakan pusat lingkaran, sedangkan jarak dari suatu titik pada lingkaran ke titik

pusat dinamakan jari-jari lingkaran”.20

19 Janice Van Cleave, Gembira bermain dengan Geometri, (Jakarta: Graffiti, 1996), h. 7120 Janu Ismadi, Ensiklopedia Matematika, (Jakarta: Nobel, 2008), h. 89

25

Page 26: Skripsi Bu Nova

Ada beberapa bagian lingkaran yang termasuk dalam unsur-unsur sebuah

lingkaran diantaranya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1: Lingkaran dan Unsur-unsurnya

a. Titik Pusat

Titik pusat lingkaran adalah titik yang terletak di tengah-tengah lingkaran.

Titik O pada gambar adalah titik pusat lingkaran.

b. Jari-jari (r)

Jari-jari adalah garis dari titik pusat lingkaran ke lengkungan lingkaran.Pada

gambar jari-jari lingkaran ditunjukan oleh garisOA, OB, dan OC.

c. Diameter (d)

Diameter adalah garis lurus yag menghubungkan dua titik pada lengkungan

lingkaran dan melalui titik pusat.Garis AB pada gambar lingkaran merupakan

diameter lingkaran tersebut. Perhatikan bahwa AB = OA + OB. Dengan kata

lain, nilai diameter merupakan 2 x nilai jari-jarinya, ditulis bahwa d = 2r.

d. Busur

Busur adalah garis lengkung yang terletak pada lengkungan lingkaran dan

menghubungkan dua titik sembarang di lengkungan tersebut.Pada gambar, garis

26

Page 27: Skripsi Bu Nova

lengkung AC, garis lengkung CB, dan garis lengkung AB merupakan busur

lingkaran.

e. Tali Busur

Tali busur lingkaran adalah garis lurus dalam lingkaran yang menghubungkan

dua titik pada lengkungan lingkaran.Berbeda dengan diameter, tali busur tidak

melalui titik pusat lingkaran O. Pada gambar.1.1 tali busur lingkaran tersebut

ditunjukan oleh garis lurus AC yang tidak melalui titik pusat.

f. Tembereng

Tembereng adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh busur dan tali

busur.

g. Juring

Juring adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh dua buah jari-jari

lingkaran dan sebuah busur yang diapit oleh kedua jari-jari lingkaran tersebut.

h. Apotema

Apotema adalah garis yang menghubungkan titik pusat lingkaran dengan tali

busur lingkaran.

Sebuah lingkaran dapat dihitung keliling dan luasnya dengan menggunakan

rumus berikut:

Keliling Lingkaran = 2 π r, atau π D

Luas Lingkaran = π r2, atau 14

π D2

27

Page 28: Skripsi Bu Nova

Keterangan :

π (Pi) = 3,14 atau 227

r = jari-jari

D = diameter

Adapun untuk menghitung panjang busur dan luas juring lingkaran dapat kita

lakukan dengan membandingkan nilai antara sudut pusat dengan sudut satu putaran,

panjang busur dengan keliling lingkaran, serta luas juring dengan luas lingkaran

adalah sama. Jadi, dapat dituliskan rumus perbandingan sebagai berikut:

sudut pusatsudut sa tu putaran

= panjangbusur

keliling lingkaran =

luas juringluaslingkaran

Daerah yang dibatasi oleh busur dan tali busur lingkaran merupakan pengertian

dari tembereng. Adapun langkah-langkah untuk menghitung luas tembereng adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.2: Juring AOB

a. Tentukan luas juring AOB terlebih dahulu.

b. Tentukan panjang tali busur.

28

Page 29: Skripsi Bu Nova

c. Tentukan garis apotema OC.

d. Hitung luas segitiga AOC.

Luas segitiga = 12

x panjang tali busur AB x panjang apotema OC.

e. Hitung luas tembereng.

Luas tembereng = luas juring AOB – luas segitiga AOB.

Gambar 2.3: Sudut Pusat Dan Sudut Keliling Lingkaran

Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh dua buah jari-jari dan menghadap

suatu busur lingkaran. Pada gambar 2.3 titik E adalah titik pusat lingkaran, AEC

adalah sudut pusat lingkaran. Sudut keliling adalah sudut pada lingkaran yang

dibentuk oleh dua buah tali busur, ABC adalah sudut keliling lingkaran.AEC dan

ABC menghadap busur yang sama, yaitu busur AC. Jika sudut pusat dan sudut

keliling menghadap busur yang sama maka besar sudut pusat dua kali dari besar sudut

keliling.21

Berikut ini adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh sudut pusat dan sudut keliling.

a. Sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran selalu membentuk sudut 90o

atau sudut siku-siku.

21 Nuniek Avianti Agus, Mudah Belajar Matematika, (Jakarta: Pusat Perbukuan DEPDIKNAS, 2009), h.142

29

Page 30: Skripsi Bu Nova

b. Sudut keliling yang menghadap busur yang sama memiliki ukuran sudut/besar

sudut sama.

c. Jumlah sudut keliling yang saling berhadapan sama dengan 180o.

Besar sudut antara dua tali busur yang berpotongan di dalam lingkaran adalah

setengah kali dari jumlah sudut-sudut pusat yang berada di depan dan di belakangnya.

Besar sudut antara dua tali busur yang berpotongan di luar lingkaran adalah setengah

kali dari selisih sudut pusat yang terletak di antara kedua kakinya.

B. Kerangka Berpikir

Dengan beberapa kelebihan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction(ATI) seperti mampu mengatasi kelemahan pada pembelajaran klasikal

maupun individual, dapat membantu menjadikan materi yang abstrak dan sulit

mendapatkan contoh di lingkungan sekolah menjadi lebih konkrit, memungkinkan

pengulangan sampai berkali-kali tanpa rasa malu bagi yang berbuat salah,

mendukung pembelajaran individual, lebih mengenal dan terbiasa dengan kerja

tim tutor sebaya, merupakan media pembelajaran yang efektif, serta dapat

menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Menurut beberapa pendapat

Konvensional adalah model pembelajaran yang menyampaikan informasi yang

menekankan Intelektual siswa, dan merupakan metode yang sudah menjadi kebiasaan

atau tradisional.

30

Page 31: Skripsi Bu Nova

Perlu diperhatiakan, bahwa konvensional (ceramah) akan berhasil baik bila

didukung atau dibantu oleh metode-metode yang lain, misalnya: Tanya jawab, tugas,

latihan, dan lain-lain.

Pembelajaran konvensional memberikan tekanan perkembangan intelektual,

caranya ialah : “Dengan mengingat-ingat hal yang telah dibaca dan tugas-tugas dalam

pelajaran berhitung, sehingga kurang memperhatikan perkembangan ketrampilan

sosial, sikap, apresiasi dan lain-lain”.22

Melihat ciri-ciri di atas, maka dalam pelaksanaan pembelajaran konvensional

memerlukan keterampilan lebih agar penyajian tidak membosankan dan menarik

perhatian siswa.

Berdasarkan hal tersebut maka kerangka berfikir penelitian ini diduga

terdapat perbedaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction modl

pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi lingkaran di

kelas VIII MTs Antariksa Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

penelitian yang diajukan adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara yang

menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dan yang

menggunakan model pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar siswa pada

22 Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar.( Jakarta: Bumi Akasara,2001), h.59

31

Page 32: Skripsi Bu Nova

materi lingkaran di kelas VIII MTs Antariksa Kecamatan Cidahu Kabupaten

Sukabumi.

.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) dan model pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar

matematika pada materi lingkaran di kelas VIII MTs Antariksa Kecamatan Cidahu

Kabupaten Sukabumi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Antariksa Kecamatan Cidahu Kabupaten

Sukabumi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Januari sampai bulan

Maret semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

C. Variabel Penelitian

32

Page 33: Skripsi Bu Nova

Sebagai variabel X1 dari penelitian ini adalah model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (variabel bebas). Sedangkan hasil belajar matematika siswa

sebagai variabel Y (variabel terikat).

Penentuan variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel) sudah dinyatakan secara eksplisit, untuk kemudian dihubungkan sebagai penelitian eksperimen atau prediksi jika variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.Sedangkan untuk mencari hubungan maupun prediksi, seorang peneliti sudah dianjurkan menggunakan hipotesis sebagai petunjuk dalam pemecahan permasalahan penelitian.23

D. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian

Eksperimen.Menurut Nana Sudjana metode eksperimen adalah metode yang mengungkap

hubungan dua variabel atau lebih dan mencari pengaruh antara variabel yang satu dengan

variabel lainnya.24

Menurut Latipun, Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengn

melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku

individu yang diamati.25

Selain itu, Hadi mendefinisikan penelitian eksperimen sebagai penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan

secara sengaja oleh peneliti.26

“Penelitian Eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Penelitian eksperimen satu-satunya tipe penelitian yang mampu menguji hipotesis yang membangun

23 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan(Kompetensi dan Praktiknya), (Yogyakarta:Bumi Aksara, 2003), h.15

24 Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian dalam Pendidikan, (Bandung: C.V. Sinar Baru, 1989), h. 1925 Latipun, Psikologi Eksperimen, (Malang: UMM Press, 2002), h. 3326 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 4, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas PsikologiUGM, 1985), h. 147

33

Page 34: Skripsi Bu Nova

hubungan sebab-akibat. Dalam penelitian eksperimen, peneliti memanipulasi sekurang-kurangnya satu variabel bebas (treatment/experiment variable), mengontrol variabel lain yang relevan, serta mengamati dampak yang terjadi pada satu atau lebih variabel terikat (outcome variable)”.27

Jadi, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian.

Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain

penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta

menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat

melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah

yang jelas.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Experimental

Design dengan bentuk Static Group Comparison, dimana terdapat dua kelompok

sampel yang dipilih secara random. Kelompok perlakuan menerima perlakuan dengan

model baru, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model tradisional.

Setelahnya kedua kelompok diberi perlakuan berbeda, keduanya diakhiri dengan

post-test dan kemudian hasil post-test dibandingkan.

E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Penentuan populasi dan sampel mempunyai pengaruh yang sangat penting

terhadap hasil penelitian yang dilakukan untuk memperoleh hasil penentuan daerah

populasi dipilih pada daerah tertentu yang paling tidak setiap anggotanya memiliki

suatu sifat ciri-ciri yang sama.

27 Sri Rahayu Pudjiastuti, et.al. Pedoman Penulisan dan Bimbingan Skripsi, (Jakarta: Hartomo Media Pustaka, 2013), h. 3

34

Page 35: Skripsi Bu Nova

Arikunto menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian.28Jumlah populasi pada umumnya tidak terbatas atau dapat

diketahui.Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa MTs Antariksa

Kecamatn Cidahu Kabupaten Sukabumi Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah

425 siswa.

Arikunto menyatakan pula bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti.29Penelitian hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga.Penelitian

populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada didalam

populasi. Populasi tersebut diantaranya :

1. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Antariksa Kecamatan

Cidahu Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 425 siswa.

2. Populasi terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Antariksa

Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi semester genap Tahun Pelajaran

2013/2014 yang berjumlah 142 siswa.

3. Sampel Penelitian

Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara random sampling

dengan teknik mengundi (untung-untungan). Teknik sampling ini digunakan

peneliti dengan “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua

286 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 173 29Ibid., h. 174

35

Page 36: Skripsi Bu Nova

subjek dianggap sama.30 Pada kertas kecil-kecil penulis menuliskan nomor kelas

VIIIA sampai dengan VIIID, satu nomor untuk setiap kertas, digulung satu

persatu dan dicampur. Kemudian diambil 2 gulungan kertas, sehingga nomor-

nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan

nomor subjek sampel penelitian ini.Didapatlah kelas VIIIB dan VIIIC. Kita

acak kembali dengan menggunakan teknik random sampling untuk mengetahui

kelas mana yang akan mendapatkan perlakukan sesuai dengan judul penelitian.

Kertas pertama yang terambil akan mendapatkan perlakukan dengan

menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI),

sedangkan kertas kedua yang yang terambil akan mendapatkan perlakuan

dengan menerapkan model pembelajaran Konvensional .

Tabel 3.1

Pengelompokan Kelas

KelasJumlahSiswa

Kelompok Kelas

KelasModel Pembelajaran Yang

digunakanVIII B 35 A Eksperimen Aptitude Treatment InteractionVIII C 35 B Kontrol Konvensional

F. Instrumen Penelitian

Berdasarkan masalah yang diambil maka pengumpulan data yang digunakan

adalah tes dan yang perlu untuk dipersiapkan adalah soal-soal tes. Jumlah item soal

yang diberikan disesuaikan dengan lamanya waktu yang tersedia yaitu 60 menit,

maka jumlah item soal adalah 30 soal pilihan ganda.

30Ibid., h. 180

36

Page 37: Skripsi Bu Nova

G. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji validitas butir soal

Butir soal disusun berdasarkan validitas isi maksudnya butir soal disusun untuk

mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai anak sesuai dengan tujuan

pengajarannya.

Instrumen uji coba sebanyak 30 soal. Instrumen ini diujicobakan pada kelas

non sampel yaitu kelas VIII A dengan jumlah 37 siswa. Setelah diperoleh hasil tes uji

coba hasil belajar ini dihitung dengan menggunakan rumus korelasi biserial.

rpbis = Mp−MtSt √ p

q

Keterangan :

rpbis = koofisien korelasi biserial

Mp = mean skor subjek-subjek yang menjawab betul item yang

dicari validitasnya

Mt = mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)

St = standar deviasi skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q = proporsi subjek yang menjawab salah (q=1-p)

dengan kriteria pengujian : rhitung > rtabel maka data valid

2. Reliabilitas

Reliabilitas dari instrumen uji coba hasil belajar matematika materi lingkaran

dengan menggunakan rumus KR-20 (Kuder Richardson) yaitu :

37

Page 38: Skripsi Bu Nova

r11 = { kk−1 }{Vt−∑ pq

Vt }Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal

Vt = varians total

p = proposi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proposi

yang mendapat skor 1)

q = proposi subjek yang menjawab salah mendapat skor 0 (1-p)

harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus:31

Keterangan:

Vt = varians total atau varians skor total

∑X = jumlah skor total

N = jumlah responden

Hasil yang diperoleh yaitu r11 dibandingkan dengan nilai dari tabel r-product

moment.Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya jika r11 < rtabel

maka instrumen tersebut tidak reliabel.

3. Daya Pembeda

Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal, menggunakan rumus :

31Ibid., h. 227.

38

Page 39: Skripsi Bu Nova

DP = BA

J A -

BB

J B = PA - PB

Keterangan :

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan

benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

dengan benar

PA=BA

J A = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB=BB

J B = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Dengan interprestasi DP sebagaimana terdapat dalam Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2Interprestasi atau penafsiran Daya Pembeda (DP)

39

Daya Pembeda (DP) Interprestasi atau penafsiran DP

DP ≥ 0,70 Baik sekali (digunakan)

0,40 ≤ DP < 0,70 Baik (digunakan)

0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup

DP < 0,20 Jelek

Page 40: Skripsi Bu Nova

4. Tingkat Kesukaran

Menentukan tingkat kesukaran (TK) digunakan rumus sebagai berikut:

P= BJS

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Dengan Interprestasi Tingkat Kesukaran sebagaimana terdapat dalam Tabel 3.3

berikut:

Tabel 3.3

Interprestasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran (TK) Interprestasi atau Penafsiran TK

TK < 0,30 Sukar

0,30 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang

TK > 0,70 Mudah

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang belum

memiliki makna, sehingga perlu diolah terlebih dahulu.Karena data yang diperoleh

melalui instrumen merupakan data kuantitatif maka pengolahannya melalui teknik

40

Page 41: Skripsi Bu Nova

statistik. Adapun prosedur yang dilakukan dalam menganalisis data secara garis besar

sebagai berikut:

1. Pemberian skor

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Right only, yaitu

jawaban benar diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak

dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah

jawaban yang benar.pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

S = skor siswa

JS = jumlah soal

R = jawaban siswa yang benar

Smax= skor maksimal

2. Pengolahan Data Skor Hasil Pre-test dan Post-Test

a. Menentukan rentang skor (r) dengan rumus:32

r = skor maksimum – skor minimum

b. Menentukan banyak kelas interval (k) dengan rumus:33

k = 1 + 3,3 log n

c. Menentukan panjang kelas interval (p) dengan rumus:34

32 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 1989), h. 4733Ibid., h. 4734Ibid., h. 47

41

Page 42: Skripsi Bu Nova

d. Membuat tabel daftar distribusi frekuensi

e. Menghitung Mean, Median, Modus :

(1.) Mean :

X= ∑ fi . xi

∑ f

Keterangan :

X = nilai rata-rata

∑ fi . xi = jumlah perkalian dari fi dan xi

∑ f = jumlah frekuensi

(2.) Median

Me = b+p [ 12

n−f

F ]Keterangan :

Me = nilai median

b = tepi bawah kelas median

p = panjang interval kelas

n = banyaknya data

F = frekuensi kumulatif

f = frekuensi kelas median

42

Page 43: Skripsi Bu Nova

(3.) Modus

Mo = b+p [ b1

b1+b2]

Keterangan :

Mo = nilai modus

b = tepi bawah kelas modus (kelas interval dengan frekuensi

terbanyak)

b1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sebelumnya

b2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sesudahnya

p = panjang interval kelas

f. Menentukan simpangan baku (Standar Deviasi)

S = √ n∑ Fi Xi2−(∑ Fi Xi )

2

n(n−1)

g. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengetahui dimana kelompok A (siswa yang

menggunakan modelpembelajaran Aptitude Treatment Interaction) dan kelompok B

(siswa yang menggunakan model pembelajaan Konvensional). Rumus yang

digunakan adalah :

1. Data penelitian x1, x2, x3,… xn dijadikan bilangan baku z1, z2, z3,…zn dengan rumus:

43

Page 44: Skripsi Bu Nova

Zi = x−x

s

2. Menghitung peluang F (Zi) = P (Z<Zi)

3. Selanjutnya dihitung proposi z1, z2, z3,…zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi

dan juga proposi itu dinyatakan oleh S (Zi), maka:

S(Zi) = banyaknya Z 1 , Z 2, Z 3 … Zn yang , Z 1

n

4. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlak

5. Ambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah

harga terbesar ini Lo (Liliefors).

h. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varian populasi dengan menggunakan uji – F

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

Ho : Fhitung >Ftabel

Hi : Fhitung <Ftabel

Menghitung F hitung dengan rumus :

F = VarianterbesarVarian terkecil

Taraf Signifikan : 0,05

Menentukan tabel rumus :

F (1− 12 a )(nA−1 ;nB−1 ) =

1

F (1− 12a )(nA−1 :nB−1)

44

Page 45: Skripsi Bu Nova

Fhitung harus terletak diantara nilai Ftabel baru dapat dikatakan varian sampel sama

atau homogen.

i. Uji Hipotesis penelitian menggunakan uji – t dengan taraf signifikan 0,05 yaitu :

Rumus uji- t yang digunakan :

thitung =

x− y

√ SX2

nX+ SY 2

nY

j. Hipotesis Statistik

Dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ho: tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara yang menggunakan

model Aptitude Treatment Interaction dan yang menggunakan model

pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar matematika pada

materi lingkaran siswakelas VIII MTs Antariksa Kecamatan Cidahu.

Hi: terdapat perbedaan yang signifikan antara yang menggunakan model

Aptitude Treatment Interaction dan yang menggunakan model

pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar matematika pada

materi lingkaran siswa kelas VIII MTs Antariksa Kecamatan Cidahu.

Hipotesis statistik penelitian ini adalah :

Ho : µA = µB

Hi : µA ≠ µB

Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan kesamaaan kedua

rata-rata siswa dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut:

45

Page 46: Skripsi Bu Nova

Ho : ditolak jika thitung ≥ ttabel

Ho : diterima jika thitung ≤ ttabel

46