Krim

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian krim Menurut FI.IV,Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim terdiri dati emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. 1.2 Tipe krim Ada dua tipe krim yaitu krim tipe minyak air (m/a) dan krim tipe air minyak(a/m). pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen , span , adeps lanae , kolesterol ,dan cera. Sedangkan untuk krim tipe m/a digunakan sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan amonium stearat. Selain itu dapat juga dipakai tween, natriun laurylsulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emulgidum. 1.3 Kestabilan krim Kestabilan krim akan tergangg / rusak jika sistem campuranya terganggu,terutama disebabkan oleh perubahan suhu 1

description

farmasetika sediaan krim

Transcript of Krim

Page 1: Krim

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Pengertian krim

Menurut FI.IV,Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara

tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif

cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.

Krim terdiri dati emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak

atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih ditujukan

untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat

melalui vaginal.

1.2 Tipe krim

Ada dua tipe krim yaitu krim tipe minyak air (m/a) dan krim tipe air minyak(a/m).

pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki.

Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen , span , adeps lanae , kolesterol ,dan cera.

Sedangkan untuk krim tipe m/a digunakan sabun monovalen seperti trietanolamin, natrium

stearat, kalium stearat dan amonium stearat. Selain itu dapat juga dipakai tween, natriun

laurylsulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, CMC dan emulgidum.

1.3 Kestabilan krim

Kestabilan krim akan tergangg / rusak jika sistem campuranya terganggu,terutama

disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah

satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.

Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengenceranya yang cocok dan

dilakukan dengan tehnik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka

waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin)

dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol)dengan kadar 0,02% hingga

0,05%.

1.4 Kelebihan sediaan krim

Mudah menyebar rata

Praktis

Mudah dibersihkan atau dicuci

Cara kerja berlangsung secara setempat

1

Page 2: Krim

Tidak lengket terutama tipe m/a

Memberikan rasa dingin (cold krim) tipe a/m

Digunakan sebagai kosmetik

1.5 Kekurangan Krim

Susah dalam pembuatanya harus dalam keadaan panas

Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas

Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem

campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi

disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.

1.6 Tujuan

Untuk mengetahui sediaan krim

Mengetahui tipe krim

Untuk mengetahui kestabilan krim

Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan krim

2

Page 3: Krim

BAB II PROSEDUR PRAKTIKUM

1.1 Resep

1.2 Kelengkapan Resep

Nama Dokter

Alamat Dokter

Sip Dokter

No dan tanggal resep

Aturan pakai

Nama pasien

Umur pasien

Alamat pasien

Paraf Dokter

1.3 Monografi Obat

Parafin

Pemerian : Padat, sering menunjukan susunan hablur, agak licin tidak berwarna atau

3

R/ Parafin 3g

Cataceum 4g

Cera alba 2g

Ol.olivae 30g

Borax 1g

Aqua 20 ml

M.ds night cream

Da 20

Page 4: Krim

putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

Wadah : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

Cataceum

Pemerian : Masa hablur, bening licin putih muhara bau dan rasa lemah

Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol dingin, larut dalam 20 bagian

Etanol mendidih

Wadah : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

Cera alba

Pemerian : Zat padat,lapisan tipis,bening,putih,kekuningan bau khas lemah

Kelarutan : Tidak larut dalam air,agak sukar larut dalam etanol

Wadah : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

Oleum olivae

Pemerian : Cairan kuning pucat/kuning kehijauan,bau lemah,tidak tengik,rasa khas

Kelarutan : Sukar larut dalam etanol,mudah larut kloroform

Wadah :Dalam wadah tertutup baik

Khasiat :Zat tambahan

Boraks

Pemerian : Hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih,tidak berbau

rasa asin dan basa.

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih

Kurang 1 bagian gliserol

Wadah : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Antiseptikum ekstern

Aquadest

Pemerian : Cairan jernih

4

Page 5: Krim

Khasiat : Pelarut

1.4 Golongan obat

O :

G : Boraks

W : Parafin, cera alba, ol olivae, aquadest

1.5 Indikasi

Parafin : Zat tambahan

Cetaceum : Zat tambahan

Cera alba : Zat tambahan

Ol.olivae : Zat tambahan

Borax : Antiseptikum ekstern

Aquadest :Pelarut

1.6 Perhitungan

No Nama bahan Formula Bahan yang ditimbang

1 Parafin 3g 1g

2 Cataceum 4g 1,3g

3 Cera alba 2g 0,6g

4 Oleum olivae 30g 10g

5 Borax 1g 0,3

6 Aquadest 20ml 6,67

1.7 Prosedur

Mentara timbangan

Menyiapkan alat dan bahan

Menimbang semua bahan

Panaskan mortir

Melebur bahan (parafin,cetaceum,dan cera alba sampai melumer)

Buang air yang dalam mortir

Masukan bahan yang sudah dilebur kedalam mortir gerus sampai homogen

5

Page 6: Krim

Tambahkan borax yang sudah dilarutkan dalam air sedikit demi sedikit kemudian

gerus sampai homogen

Tambahkan ol olivae sedikit demi sedikit gerus sampai homogen

Tambahkan air sedikit demi sedikit gerus sampai homogen dan sampai membentuk

krim

Masukan krim kedalam pot krim dan beri etiket biru.

1.8 Evaluasi sediaan

Organoleptik

Warna :

Bau :

Bentuk :

Menghitung BJ :

Viskositas :

Penetapan ph :

Volume terpindahkan :

Pertumbuhan mikroba :

1.9 Etiket dan lebel

Etiket:

1.10 Swamedikasi

Obat ini digunakan secara topikal dengan cara pemakain dioleskan pada malam hari

1.11 Pustaka

Surjaningrat Suwardjono.1979.Farmakope Indonesia Edisi ke III.jakarta:BPOM

BAB III

6

Apotek Poltekkes

Jl.Cilolohan No 35 Tasikmalaya

Apoteker:Reti Nurul Oktaviyani

SIK :P2.06.30.1.13.031

NO:09 Tgl:08-05-2014

Dioleskan pada malam hari

Pro:Ny Umur/bb:

Page 7: Krim

3.1 Pembahasan

Pada praktikum tanggal 8 mei 2014 penulis membuat sediaan night cream dimana krim

adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang mudah

dicuci dengan air. Sediaan krim dibagi menjadi dua tipe yaitu krim minyak dalam air(o/w)

dan krim air dalam minyak(w/o). Krim yang penulis buat termasuk krim minyak dalam air

(o/w). dalam sediaan krim terdapat dua fase yaitu satu fase sebagai pendispers dan fase

lainya sebagai terdispers. Pada saat pembuatan krim diperlukan perlakuan khusus untuk

dapat berhasil menjadi krim yang baik yaitu pada saat pembuatan mortir dan stemper harus

dalam keadaan panas ,begitu juga dengan bahan basisnya. Pada saat penulis membuat

sediaan krim tidak mengalami kesulitan semua berjalan dengan lancar ,semua itu terjadi

karena bahan sudah tersedia dengan baik,juga peralatan yang diperlukan sudah tersedia. Pada

saat sediaan sudah penulis buat dengan pemberian etiket dan lebel,kemudian sediaan di

periksa oleh instruktur praktikum dan hasil yang didapatkan adalah sediaan yang penulis buat

masih mengandung serbuk atau sediaan yang penulis buat tidak halus ,mungkin itu terjadi

karena sediaan yang penulis buat belum homogen,jadi seharusnya perlu penggerusan lagi

supaya sediaan menjadi homogen dan halus.

BAB IV

7

Page 8: Krim

4.1 Kesimpulan

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari

60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Dalam pembuatanya memerlukan perlakuan

khusus yaitu harus dalam keadaan panas baik alat dan bahanya.krim yang penulis buat

merupakan tipe minyak dalam air (o/w) dengan cara penggunaan di oleskan tipis pada malam

hari.

4.2 Saran

Sebaiknya bahan – bahan yang akan di gunakan di siapkan secara benar ,supaya tidak terjadi

kekurangan bahan pada saat pembuatan karena itu dapat menghamburkan waktu dan juga

membuat sediaan menjadi tidak stabil karena di simpan dahulu tidak langsung di selesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anief.Moh.1997.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta:UGM Press

8

Page 9: Krim

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta: Depkes

RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta: Depkes

RI

Howard C. Ansel.1989.Pengantar bentuk sediaan farmasi.Jakarta:UI-Press

Syamsuni A.2006.Ilmu Resep.jakarta:EGC

Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan

setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan

dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan

setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau

terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa

emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk

pemakaian luar.

Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah

padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air

dalam minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a) (Budiasih, 2008).

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke

bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui

mulut, kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut definisi tersebut yang

termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat

tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya.

Kualitas dasar krim, yaitu:

9

Page 10: Krim

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.

2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.

3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.

4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994).

Penggolongan KrimKrim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak

Contoh : cold creamCold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam airContoh: vanishing creamVanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.Kelebihan dan kekurangan sediaan krimKelebihan sediaan krim, yaitu:1.  Mudah menyebar rata2.  Praktis3.   Mudah dibersihkan atau dicuci4.   Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat5.   Tidak lengket terutama tipe m/a6.   Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m7.   Digunakan sebagai kosmetik

10

Page 11: Krim

8.   Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.Kekurangan sediaan krim, yaitu:1.   Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.2.   Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.3.   Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.Bahan-bahan Penyusun KrimFormula dasar krim, antara lain:1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak,

bersifat asam.Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.

2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain: Zat berkhasiat Minyak Air Pengemulsi Bahan PengemulsiBahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan.

Bahan PengawetBahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk

11

Page 12: Krim

mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.METODE PEMBUATAN KRIMPembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).PENGEMASANSediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau tube.

STABILITAS SEDIAAN KRIMSediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.EVALUASI MUTU SEDIAAN KRIMAgar system pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an spesifikasi yang telah ada.1. Organoleptis

Evalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan menetapkan kriterianya pengujianya

12

Page 13: Krim

( macam dan item ), menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.2. Evaluasi pHEvaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.3. Evaluasi daya sebarDengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).4. Evaluasi penentuan ukuran dropletUntuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan – tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.5. Uji aseptabilitas sediaan.Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembuthttp://nanikartinah.wordpress.com/2012/02/29/sediaan-krim/

1. Rumusan Masalah

 

1. Apa definisi sediaan semi padat (salep) ?

2. Komponen-komponen apa sajakah yang terdapat dalam sediaan semi

padat ?

3. Peraturan pembuatan salep menurut F.Van Duin ?

 

13

Page 14: Krim

1. Tujuan Penulisan

 

1. Mampu menjelaskan pengertian sdiaan semi padat dari berbagai

referensi.

2. Mampu menjelaskan dan menyebutkan komponen-komponen yang ada

pada sediaan semi padat.

3. Mampu menjelaskan dan menyebutkan peraturan pembuatansalep

menurut F.Van Duin.

Definisi sediaan krim :

Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah

bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi

mengandung air tidak kurang dari 60% dan

dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Farmakope Indonesia Edisi IV , krim adalah

bentuk sediaan setengah padat mengandung satu

atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi

dalam bahan dasar yang sesuai.

Formularium Nasional , krim adalah sediaan

setengah padat, berupa emulsi kental

mengandung air tidak kurang dari 60% dan

dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk

sediaan setengah padat yang mempunyai

konsistensi relatif cair di formulasi sebagai

emulsi air dalam minyak(a/m) atau minyak dalam

air (m/a) (Budiasih, 2008).

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai

obat luar yang dioleskan ke bagian kulit badan.

Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak

melalui mulut, kerongkongan, dan ke arah

lambung. Menurut definisi tersebut yang

termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit,

obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat

14

Page 15: Krim

wasir, injeksi, dan lainnya.

Kualitas dasar krim, yaitu:

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati.

Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas,

stabil pada suhu kamar, dan kelembaban

yang ada dalam kamar.

2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus

dan seluruh produk menjadi lunak dan

homogen.

3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi

adalah yang paling mudah dipakai dan

dihilangkan dari kulit.

4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi

merata melalui dasar krim padat atau cair

pada penggunaan (Anief, 1994).

Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau

dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau

alkohol berantai panjang dalam air yang dapat

dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk

pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe

krim, yaitu:

1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak

Contoh : cold cream

Cold cream adalah sediaan kosmetika yang

digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin

dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih,

berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold

cream mengandung mineral oil dalam jumlah

besar.

2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air

Contoh: vanishing cream

Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang

digunakan untuk maksud membersihkan,

melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing

15

Page 16: Krim

cream sebagai pelembab (moisturizing)

meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

Kelebihan dan kekurangan sediaan krim

Kelebihan sediaan krim, yaitu:

1. Mudah menyebar rata

2. Praktis

3. Mudah dibersihkan atau dicuci

4. Cara kerja berlangsung pada jaringan

setempat

5. Tidak lengket terutama tipe m/a

6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa

tipe a/m

7. Digunakan sebagai kosmetik

8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang

diabsorpsi tidak cukup beracun.

Kekurangan sediaan krim, yaitu:

1. Susah dalam pembuatannya karena

pembuatan krim harus dalam keadaan panas.

2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan

formula tidak pas.

3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya

tipe a/m karena terganggu sistem campuran

terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan

perubahan komposisi disebabkan penambahan

salah satu fase secara berlebihan.

Bahan-bahan Penyusun Krim

Formula dasar krim, antara lain:

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut

dalam minyak, bersifat asam.

Contoh : asam stearat, adepslanae,

paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak

lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil

alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.

2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam

air, bersifat basa.

16

Page 17: Krim

Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras),

Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na CO ,

Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol,

Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil

alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan

sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:

Zat berkhasiat

Minyak

Air

Pengemulsi

Bahan Pengemulsi

Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan

krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim

yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan

pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu

domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol,

trietanolamin stearat, polisorbat, PEG.

Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam

sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk

meningkatkan stabilitas sediaan.

Bahan Pengawet

Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil

paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben

(nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk

mempertahankan pH sediaan Pelembab.

Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat

oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.

METODE PEMBUATAN KRIM

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan

dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang

tidak bercampur dengan air seperti minyak dan

lilin dicairkan bersama-sama di penangas air

pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan

berair yang tahan panas, komponen yang larut

17

Page 18: Krim

dalam air dipanaskan pada suhu yang sama

dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair

secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam

campuran lemak yang cair dan diaduk secara

konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10

menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/

lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan

didinginkan dengan pengadukan yang terus-

menerus sampai campuran mengental. Bila

larutan berair tidak sama temperaturnya dengan

leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi

padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase

lemak dengan fase cair (Munson, 1991).

PENGEMASAN

Sediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep

yaitu dalam botol atau tube.

STABILITAS SEDIAAN KRIM

Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu

sistem campurannya terutama disebabkan oleh

perubahan suhu dan perubahan komposisi karena

penambahan salah satu fase secara berlebihan

atau pencampuran dua tipe krim jika zat

pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama

lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan

jika diketahui pengencer yang cocok. Krim yang

sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu

satu bulan.

EVALUASI MUTU SEDIAAN KRIM

Agar system pengawasan mutu dapat berfungsi

dengan efektif, harus dibuatkan kebijaksanaan

dan peraturan yang mendasari dan ini harus

selalu ditaati. Pertama, tujuan pemeriksaan

semata-mata adalah demi mutu obat yang baik.

Kedua, setia pelaksanaan harus berpegang teguh

pada standar atau spesifikasi dan harus

18

Page 19: Krim

berupaya meningkatkan standard an spesifikasi

yang telah ada.

1. Organoleptis

Evalusai organoleptis menggunakan panca indra,

mulai dari bau, warna, tekstur sedian,

konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek

responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan

menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan

item ), menghitung prosentase masing- masing

kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan

dengan analisa statistik.

2. Evaluasi pH

Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan

cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di

gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk

hingga homogen, dan diamkan agar mengendap,

dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat

hasil yang tertera pada alat pH meter.

3. Evaluasi daya sebar

Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di

atas kaca yang berskala. Kemudian bagian

atasnya di beri kaca yang sama, dan di

tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1

– 2 menit. kemudian diameter penyebaran diukur

pada setiap penambahan beban, saat sediaan

berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu

secara teratur ).

4. Evaluasi penentuan ukuran droplet

Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan

krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara

menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada

objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan –

tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.

5. Uji aseptabilitas sediaan.

Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang

19

Page 20: Krim

di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria ,

kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang

di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian

dari data tersebut di buat skoring untuk masing-

masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak

lembut, lembut, sangat lembut

https://chulpetals.wordpress.com/2013/12/13/sediaan-krim-farmasi/

20