FORMULASI KRIM MINYAK KELAPA

download FORMULASI KRIM MINYAK KELAPA

If you can't read please download the document

Transcript of FORMULASI KRIM MINYAK KELAPA

Praktikum Kosmetologi

KELOMPOK 3 FARMASI VI-A

BAYYINAH IKHSAN BUDIARTO INTAN FAUZIAH NURMASARI UMMU HIKAMAH

108102000026 108102000014 108102000007 108102000028 108102000010

Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

I.

PENDAHULUAN Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angina keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering. Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah(natural moisturizing factor/ NMF) tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit. Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah: 1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak

hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, fatty alcohols, setil alcohols, lauril alcohol, propilen glikol, wax esters lanolin, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol. 2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, asam hialuronat, dan beberapa vitamin. 3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air. Misalnya: hyaluronic acid. 4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit. Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak,(lanolin, lemak wool, fatty alcohol, gliserol monostearat dan lain-lain). Campuran minyak seperti minyak tumbuhan lebih baik daripada mineral oil karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat. Berbagai jenis krim seperti krim malam, massage krim, dan krim dengan kandungan minyak yang tinggi, semuanya bisa dikategorikan moisturizing dan

emmolient dengan komposisi dan karateristik basis yang digunakan berupa vanishing atau foundation cream. Vanishing cream merupakan emulsi asam stearat yang terkesan menghilang setelah dioleskan dipermukaan kulit. Preparat tipe emulsi O/W merupakan yang paling cocok untuk krim pelembab. Krim O/W kaya akan minyak dan selalu berisi humektan (gliserol, sorbitol dan lainnya). Tetapi, krim dengan tipe W/O juga ada, contohnya krim malam yang terasa lebih hangat, lebih lengket dan lebih kental. Karena kandungan minyak tumbuhannya tinggi preparat ini mudah menjadi tengik, maka perlu penambahan antioksidan. Kosmetik ini juga perlu dilindungi dari mikroorganisme dengan penambahan bahan pengawet. Parfum juga tidak lupa ditambahkan untuk memperbaiki bau sehingga enak dicium.

II.

PRAFORMULASI Minyak Kelapa (HOE 6th edition p.184 ; FI edisi III h.456) Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan endosperm kering Cocos nucifera L. Sifat Kimia Nama Kimia Nama Lain : Coconut oil : Aceite de cocos; Cocois oleum raffinatum; Coconut butter; Copra oil; Oleum cocois; Pureco 76; Refined coconut oil Sifat Fisika Organoleptis Bentuk Warna Bau Kelarutan : Cairan jernih : Tidak berwarna atau kuning pucat : Khas, tidak tengik : Praktis tidak larut dalam air; sangat larut dalam dikloromethane dan dalam petroleum; larut dalam eter, karbon disulfide dan kloroform, larut pada suhu 600C dalam 2 bagian etanol (95%) tapi kurang larut pada suhu lebih rendah. Titik lebur : 23-26 oC

Aplikasi

: Sebagai emolien dan dasar salep Penggunaan Sabun padat Shampoo Sabun Salep kulit Konsentrasi (100%) 4-20 1-20 60-75 50-70

Penyimpanan Ketidakcocokan

: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, dan di tempat yang sejuk : Minyak kelapa bereaksi dengan agen oksidasi, asam dan basa.

Asam stearat (HOE 6th edition p.697; FI edisi III h.57-58) Asam stearat adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadenoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat C16H32O2

Sifat Kimia Nama Kimia : Octadecanoic acid

Rumus empiris : C18H36O2 Berat molekul Nama Lain : 248,47 : Cetylacetic acid; Crodacid; E570; Edenor; Emersol; Hystrene; Industrene; Kortacid 1895; Pearl Steric; Pristerene; stereophonic acid; Tegostearic.

Sifat Fisika Organoleptis Bentuk Warna Bau Kelarutan : Kristal padat, bubuk, zat padat mengkilat : Putih atau kuning pucat : Sedikit berbau : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 3 bagian eter,

dalam 2 bagian kloroform, larut dalam 20 bagian etanol (95%), larut dalam heksana dan propilen glikol; mudah larut dalam benzene dan karbon tetra klorida. Titik lebur : 69-70 oC

Aplikasi kapsul.

: agen pengemulsi; agen pelarut, lubrikan tablet dan

Penggunaan Salep dank rim Lubrikan tablet

Konsentrasi (100%) 1-20 1-3

Stabilitas dan penyimpanan: Asam stearat merupakan bahan yang stabil; dapat juga ditambahkan antioksidan di dalamnya; disimpan dalam wadah tertutup baik, kering dan sejuk Ketidakcocokan : Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida dan mungkin tidak compatible dengan agen pereduksi dan agen oksidasi. Cetyl alcohol (HOE 6th edition p.155-156)

Sifat Kimia Nama Kimia : Hexadecan-1-ol

Rumus empiris : C16H34O Berat molekul Nama Lain : 242,44 : Avol; Cachalot; Crodacol C70; Crodacol C90; Crodacol C95; ethal; ethol; 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol; Hyfatol 16- 95; Hyfatol 16-98; Kessco CA; Lanette 16; Lipocol C; palmityl alcohol; Rita CA; Tego Alkanol 16.

Sifat Fisika Organoleptis Bentuk Warna Bau Rasa Kelarutan : Seperti lilin, serpihan, butiran, kubus : Putih : Samar : Hambar : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter; kelarutan meningkat dengan meningkatnya temperature; Praktis tidak larut dalam air, dapat bercampur ketika melebur dengan lemak, paraffin padat, paraffin cair dan isopropyl miristate. Titik lebur : 45-52 oC

Aplikasi (stiffening agent)

: agen pengemulsi; agen penyalut, agen pengeras

Penggunaan Emolien Agen pengemulsi Agen pengeras (stiffening agent) Absorpsi air

Konsentrasi (100%) 2-5 2-5 2-10 5

Stabilitas dan penyimpanan: Setil alcohol stabil dalam asam, alkali, cahaya dan udara; tidak menjadi tengik; simpan dalam wadah tertutup baik, kering dan sejuk. Ketidakcocokan : dengan agen oksidasi.

BHT (HOE 6th edition p.75-76)

Sifat Kimia

Nama Kimia

: 2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol

Rumus empiris : C15H24O Berat molekul Nama Lain : 220.35 : Agidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4methylphenol; butylhydroxytoluene; Dalpac; dibutylated hydroxytoluene;2,6-di-tert-butyl-p-cresol;3,5-di-tert-butyl4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol; Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT; Topanol; Vianol.

Sifat Fisika Organoleptis Bentuk Warna Bau Kelarutan : Kristal padat atau bubuk : Putih atau kuning pucat : Samar : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen gikol, larutan hidroksi alkali, larutan encer asam mineral; mudah larut dalam etanol (95%), aseton, benzene, methanol, toluene, minyak mineral dan eter. Titik lebur : 70 oC

Aplikasi

: antioksidan Penggunaan -karoten Minyak dan lemak Konsentrasi (100%) 0,01 0,02 0,02-0,5 0,0075-0,1 0,01-0,1 0,01

Minyak esensial dan agen perasa Formula topical Minyak ikan Minyak sayur Stabilitas dan penyimpanan

: Paparan cahaya, kelembaban dan panas

menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktifitas; disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, kering dan sejuk.

Ketidakcocokan

: Tidak kompatibel dengan agen oksidator kuat

seperti peroksida dan permanganate, kontak dengan agen oksidasi dapat menyebabkan kebakaran spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan hilangnya aktifitas. Pemanasan dengan jumlah katalis asam menyebabkan dekompisisi yang cepat dengan keluarnya isobutene gas yang mudah terbakar. Gliserin (HOE 6th edition p.283-284; FI edisi III h.271-272)

Sifat Kimia Nama Kimia : Propane-1,2,3-triol

Rumus empiris : C3H8O3 Berat molekul Nama Lain : 92.09 : Croderol; E422; glycerine; Glycon G-100; Kemstrene; Optim; Pricerine; 1,2,3-propanetriol; trihydroxypropane glycerol.

Sifat Fisika Organoleptis Bentuk Warna Bau Kelarutan Pelarut Aseton Benzen Kloroform Etanol (95%) Eter Etil asetat Metanol Kelarutan pada suhu 200C Sukar larut Praktis tidak larut Praktis tidak larut Larut 1 : 500 1 : 11 Larut : Cairan seperti sirop, jernih, higroskopis : Tidak berwarna : Tidak berbau

Minyak Air

Praktis tidak larut Larut

Titik lebur Higroskopis

: 17,8 oC

Aplikasi

: kosolven, emolien, humektan, pelarut, agen pemanis,

pengawet (antimikroba), agen tonisitas. Penggunaan Pengawet (antimikroba) Emolien Humektan Agen pemanis dalam eliksir alcohol Pelarut dalam formula parenteral Stabilitas dan penyimpanan 50 Konsentrasi (100%) < 20 30 30 20

: Terurai pada pemanasan; tidak rentan

terhadap oksidasi dalam penyimpanan biasa; higroskopis; campuran air dengan gliserin, etanol (95%) dan propilen glikol secara kimiawi stabil; dapat mengkristal pada suhu rendah, Kristal tidak meleleh sampai dihangatkan sampai 200C; disimpan dalam wadah kedap udara, kering dan sejuk. Ketidakcocokan

: Dapat meledak dengan agen oksidasi kuat

seperti kromium trioksida, potassium klorat atau kalium permanganate. Perubahan warna hitam gliserin terjadi jika terpapar cahaya atau pada kontak dengan ZnO atau nitrat bismuth. Gliserin dapat membentuk kompleks dengan asam borat, asam glyceroboric. Kontaminan zat besi dalam gliserin dapat menyebabkan warna gelap pada campuran yang mengandung fenol, salisilat dan tannin. NaOH (FI edisi III h.412) Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH, dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3

Sifat Kimia Berat molekul : 40

Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : Batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering,

keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap CO2 Warna Kelarutan Penyimpanan : Putih : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) : dalam wadah tertutup baik

TEA (HOE 6th edition p.754-755)

Sifat Kimia Nama Kimia : 2,20,200-Nitrilotriethanol

Rumus empiris : C6H15NO3 Berat molekul Nama Lain : 149.19 : TEA; Tealan; triethylolamine; trihydroxytriethylamine; tris (hydroxyethyl)amine.

Sifat Fisika Organoleptis Bentuk Warna Bau Kelarutan Pelarut Aseton Karbon tetraklorida Kelarutan pada suhu 200C Dapat bercampur Praktis tidak larut : berupa cairan kental, jernih : Tidak berwarna sampai berwarna kuning pucat : Sedikit berbau amoniak

Benzen Etil eter Metanol Air

1 : 24 1 : 63 Dapat bercampur Dapat bercampur

Titik lebur

: 20-21 oC

Sangat higroskopis

Aplikasi 2-4% v/v.

: agen akali, agen pengemulsi dengan penggunaan TEA

Stabilitas dan penyimpanan

: TEA dapat berwarna coklat bila terpapar

udara dan cahaya; disimpan dalam wadah kedap udara, terhindar dari cahaya, kering dan sejuk. Ketidakcocokan

: TEA dapat bereaksi dengan asam mineral

menjadi bentuk garam dan ester, dengan asam lemak yang tinggi bentuk garam dari TEA dapat laut dalam air dan mempunyai sifat seperti sabun. Nipagin

Sifat Kimia Nama Kimia : Methyl-4-hydroxybenzoate

Rumus empiris : C8H8O3 Berat molekul Nama Lain : 152,15 : E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; methyl p-hydroxybenzoate; Nipagin M; Uniphen P-23.

Sifat Fisika Organoleptis Bentuk Warna Bau Rasa pH Kelarutan Pelarut Etanol Etanol (95%) Etanol (50%) Eter Gliserin Minyak mineral Minyak kacang Propilen glikol Air Kelarutan pada suhu 250C 1:2 1:3 1:6 1 : 10 1 : 60 Parktis tidak larut 1 : 200 1:5 1 : 400 1 : 50 pada suhu 500C 1 : 30 pada suhu 900C Aplikasi : Kristal atau bubuk kristal : Tidak berwarna atau putih : Berbau atau hampir tidak berbau : Terbakar sedikit : 4-8

: pengawet (antimikroba). Biasanya digunakan kombinasi

sebagai pengwet dengan perbandingan metal paraben (0,185) dan propel paraben (0,02%) Penggunaan Sediaan topical Larutan oral dan suspense Sediaan rectal Stabilitas dan penyimpanan kering dan sejuk. Konsentrasi (100%) 0,02-0,3 0,015-0,2 0,1-0,18

: disimpan dalam wadah tertutup baik,

Ketidakcocokan

: Aktivitas antimikroba dan metil paraben jauh

berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, sebagai akibat dari micellization aktivitas. Namun, propilen glikol (10%) telah ditunjukkan untuk mempotensiasi antimikroba yang dari paraben di hadapan surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara metil dan 80 polisorbat. Incompatibilitas lain dengan zat, seperti bentonit, magnesium trisilicate, talk, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropine juga bereaksi dengan berbagai gula.

III.

FORMULA Minyak kelapa Asam stearat Cetyl alkohol BHT TEA NaOH Gliserin Nipagin Parfum Aquadest ad 10% 20% 0,5% 0,001% 1,2% 0,01% 8% 0,01% qs 100%

IV.

ALAT DAN BAHAN Bahan Minyak kelapa Asam stearat Cetyl alkohol BHT TEA NaOH Gliserin Nipagin Parfum Aquadest

Alat Beaker glass 2 buah Spatula 2 buah Gelas ukur 1 buah Timbangan digital Penangas air Cawan porselin Pipet tetes Kaca arloji Kaca objek Lumpang dan alu Serbet Tissue Sudip Termometer

V.

PENIMBANGAN Penimbangan Minyak kelapa = 10% x 30 gram = 3 gram Asam stearat = 20% x 30 gram = 6 gram

Cetyl alkohol = 0,5% x 30 gram = 0,15 gram BHT TEA NaOH Gliserin Nipagin Aquadest = 0,001% x 30 gram= 0,0003 gram = 1,2% x 30 gram = 0,36 gram = 0,01% x 30 gram = 0,003 gram = 8% x 30 gram = 2,4 gram

= 0,01% x 30 gram = 0,003 gram = 30 gram (3 g + 6 g + 0,15 g + 0,0003 g + 0,003 g + 0,003 g + 2,4 g + 0,36 g) = 18,0837 gram

VI.

PROSEDUR PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI

Prosedur Pembuatan 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Timbang semua bahan-bahan. 3. Panaskan air di atas penangas air. 4. Fase minyak (minyak kelapa, asam stearat, cetyl alcohol, BHT) dilebur di atas penangas pada suhu 700C (massa 1) 5. Fase air (NaOH, gliserin, Nipagin, TEA) dipanaskan di atas penangas pada suhu 700C (massa 2) 6. Campurkan massa 1 dan massa 2 ke dalam lumpang hangat, geus sampai menjadi massa krim. Kemudian tambahkan aquadest sedikit demi sedikit, gerus ad homogen. 7. Masukkan krim yang sudah jadi ke dalam wadah yang sudah disiapkan, beri etiket pada wadah. 8. Lakukan evaluasi krim (homogenitas, penampilan, stabilitas, dan uji pengolesan pada kulit)

Cara Evaluasi Homogenitas Krim dioleskan di atas kaca objek kemudian dikatupkan dengan kaca objek lain, lalu amati apakah krim tersebut homogeny, apakah permukaannya halus merata atau ada granul yang masih keras. Penampilan krim Penampilan krim yang diamati adalah warna dan bau. Krim yang dihasilkan diamati secara visual dan dilakukan penyimpanan. Stabilitas Simpan krim selama 7 hari. Dilihat stabilitasnya dari hari 1 sampai hari ke-7, amati terjadi pemisahan pada krim. Pemeriksaan tipe krim (tidak dilakukan) Pengujian menggunakan metode warna dengan mencampur basis krim dengan beberapa tetes larutan metilen blue atau sudan III di atas kaca objek, kemudian amati dengan mikroskop.

Viskositas (tidak dilakukan) Ukur viskositas krim dengan menggunakan viscometer Brookfield.

VII.

DATA PENGAMATAN Lampiran 1

VIII.

PEMBAHASAN Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmetikos yang berarti keterampilan

menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Mentri Kesehatan RI No.445/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut: Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air, dan termasuk dalam sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sedangkan yang biasa disebut dengan vanishing cream pada dasarnya berupa emulsi minyak dalam air (M/A), mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis. Vanishing cream lebih mudah dibersihkan dan menguapnya air dapat menyegarkan jaringan. Vanishing cream terkesan menghilang dan nyaman dipakai setelah dioleskan dipermukaan kulit. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim (Anonim, 1995). Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan krim Coconut oil sebagai salah satu contoh kosmetik pelembab. Kosmetik pelembab perlu dikenakan terutama pada kulit kering atau kulit normal yang cenderung kering. Menurut penelitian Blank, et.al (1952), kandungan air dalam stratum korneum sangatlah penting meskipun sedikit (10%). Kelembutan dan elastisitas stratum korneum bergantung pada kandungan airnya, bukan pada kandungan lemaknya. Kosmetik pelembab kulit digunakan untuk

mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit. Pelembab yang kami buat merupakan sediaan dengan basis vanishing cream, dimana dalam basis ini terdapat lebih banyak fase air daripada fase minyak. Kosmetik pelembab yang kami buat sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, mencegah penguapan air, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut. Krim ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum korneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, tetapi tidah sampai mencegah sepenuhnya penguapan air agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi. Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak. Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan krim adalah minyak kelapa 10%. Minyak nabati cenderung lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat daripada minyak mineral, seperti paraffin liquid. Sebagai bahan tambahan yaitu asam stearat dan TEA sebagai emulgator; polisorbat 60 dan sorbitan monostearat sebagai emulgator nonionic; gliserin dan propilen glikol sebagai humektan; BHT (golongan alkyl ester) sebagai antioksidan untuk mencegah ketengikan minyak karena kandungan minyak yang tinggi, adanya sisa-sisa besi dan tembaga di dalam air dan adanya asam stearat maka diperlukan adanya antioksidan; cetyl alcohol sebagai emolien yang dapat meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan konsistensi meningkat. Sifat emolien adalah karena penyerapan dan retensi dari setil alkohol pada epidermis, di mana ia melumasi dan melembutkan kulit sekaligus menanamkan tekstur 'lembut'.; borax, nipagin (metal paraben) dan propil paraben sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme karena krim juga mengandung fase air; NaOH sebagai peningkat alkalis. Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan sebagai agen pengemulsi dan pelarut. Ketika sebagian dinetralkan dengan alkali atau trietanolamin, asam stearat yang digunakan dalam formulasi krim. Asam stearat menetralisir sebagian bentuk dasar krim bila dicampur dengan 5-15 kali berat jenisnya. Tampilan dan plastisitas krim yang sedang ditentukan oleh proporsi alkali yang digunakan.

Krim terdiri dari fase minyak dan fase air bergantung dari kelarutan zat itu sendiri dengan air, dimana yang termasuk fase minyak yaitu minyak kelapa, asam stearat, BHT, cetyl alcohol, sorbitan monostearat. Sedangkan fase air terdiri dari TEA, gliserin, nipagin, NaOH, borax, propilen glikol. Pada praktikum ini juga dibuat 3 formula yang masing-masing berbeda dalam konsentrasi minyak kelapa dan asam stearat. Perbandingan minyak kelapa yang digunakan adalah 10%, 15%, dan 20% dengan kandungan asam stearat 10%, 14%, dan 20%. Perbedaan kandungan konsentrasi minyak kelapa dan asam stearat ini dapat mempengaruhi terhadap hasil krim yang didapat, karena pada dasarnya semakin besar konsentrasi minyak kelapa, maka semakin panjang juga atom C yang terdapat dan hal itu dapat menyebabkan cream semakin tidak kental. Cara pembuatannya yaitu bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur bersama di atas penangas air pada suhu 70 0C sampai semua bahan lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air) dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 700C sampai semua bahan larut, kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk massa krim, kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit sambil digerus ad homogen. Pembentukan emulsi, pemanasan bahan, dan penggerusan pada lumpang sering menjadi masalah dalam

pembentukan krim ini, sehingga harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati. Berdasarkan hasil pengamatan yang di dapat, pada formula kami (kelompok 3) didapatkan krim berwarna putih, kurang homogen dan sedikit lengket saat pengolesan pada kulit akan tetapi cepat menghilang pada saat dioleskan, kemungkinan yang didapat hal tersebut dikarenakan konsentrasi minyak kelapa yang tidak terlalu tinggi dan asam stearat yang sangat tinggi sehingga menghasilkan krim yang lebih kental. Sedangkan kurang homogennya sediaan krim mungkin disebabkan karena faktor pemanasan bahan yang kurang dari 70C sehingga kelarutan bahan belum terlarut sempurna dan pada saat penggerusan kurang homogen sehingga terdapat gelembung pada saat uji homogenitas. Setelah dilakukan pengamatan, maka krim didiamkan selama 5 hari untuk melihat perbandingan dan kestabilan dari krim yang dihasilkan. Setelah 5 hari tersebut pada krim formula kelompok 3 tidak didapatkan perubahan yang membuat krim rusak, krim yang dibuat tetap stabil akan tetapi mengalami sedikit perubahan pada saat pengolesan pada kulit, pengolesan pada kulit masih terasa sedikit lengket akan

tetapi krim juga lebih lambat untuk menghilang dibandingkan hari-hari sebelumnya. Perubahan tersebut tidak terlalu berdampak banyak, karena kondisi krim masih baik hanya saja penggunaannya menjadi kurang nyaman, sehingga apabila diperbaiki formulanya dengan penambahan minyak kelapa atau pengurangan konsentrasi asam stearat, kemungkinan kekentalan krim akan lebih baik, karena krim yang dihasilkan sebenarnya cukup baik dan lembut, hanya saja terlalu kental. Pada kelompok 4 dengan formulasi yang hampir sama dengan kelompok 3 hanya saja kandungan minyak kelapanya 15%. Pada hari pertama krim yang dihasilkan berwarna putih, pengolesan pada kulit baik, homogenitas kurang baik tapi tidak lengket padahal seharusnya krim yang dihasilkan lebih lengket karena kandungan minyak dalam krim lebih tinggi. Kelompok 1 yaitu dengan formulasi minyak kelapa 15%, asam stearat 14%, polisorbat 60 2,24%, sorbitan monostearat 2,76%, metil paraben 0,15%, propil paraben 0,05%, propilen glikol 15%, BHT 0,0075%, aquadest ad 100%. Setelah krim jadi dihasilkan krim yang homogen, tapi netto yang dihasilkan hanya 16,5 gram karena aquadest untuk menggenapkan bobot dicampurkan pada fase air sehingga banyak air yang hilang pada saat pemanasan. Pada hari berikutnya terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu adanya inkompatibilitas bahan dalam sediaan yaitu adanya ketidakcocokan nipagin dengan surfaktan nonionik seperti polisorbat (tween) tetapi bisa diatasi dengan propilen glikol 10%. Pemisahan juga dapat terjadi fluktuasi suhu yaitu karena suhu pemanasan yang terlalu tinggi diantara 2 fase dengan suhu pada lumpang atau karena penggerusan di lumpang yang terlalu keras. Pada krim kelompok 2 formulasi hamper sama dengan kelompok 1 hanya saja konsentrasi minyak kelapa yang digunakan 20%. Pada hari ke 1-5 krim terasa terkesan menghilang setelah dioleskan. Viskositas krim pada kelompok 2 terjadi perubahan pada hari ke 1 dan ke 2 krim masih dalam keadaan encer, kemudian pada hari ke 3 mulai agak kental, hari keempat dan ke 5 makin kental. Kandungan minyak kelapa pada kelompok 2 paling besar diantara formula yang lain, sehingga viskositas krim yang dihasilkan semakin kental. Berdasarkan data hasil pengamatan, formula kelompok 5 menghasilkan krim yang baik yaitu tidak terlalu encer, keras dan tidak terlalu kental yaitu mengandung 10 % minyak kelapa, 14% asam stearat, 10% gliserin, 0,25% borax, 1% TEA, 0,01%

nipagin, aquadest ad 100%. Viskositas formula kelompok 5 menghasilkan krim yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu kental (sedang), dan homogen. Hal tersebut disebabkan karena pada kelompok 5 menggunakan konsentrasi minyak kelapa 10% dan tidak ada inkompatibilitas komponen dalam sediaan sehingga tidak ada

permasalahan-permasalahan pada hasil sediaan. Semakin besar konsentrasi minyak kelapa yang digunakan, maka krim tersebut akan baik sebagai kosmetik pelembab karena minyak akan menutup permukaan kulit dan mencegah penguapan air dari sel kulit. Setelah dilakukan pengamatan pada kelompok 5 ternyata hasilnya dari hari pertama sampai hari ke lima yaitu didapatkan hasil krim kelompok 5 terlihat lebih stabil secara fisik, tidak terlihat adanya pemisahan, tidak bau, konsistensi stabil, warnanya pun stabil . Apabila dibandingkan dengan formula kelompok 6 yang mengandung zat tambahan sedikit berbeda dengan kelompok 5, krim yang dihasilkan dari formula tersebut berwarna putih, kurang homogen karena masih adanya granul yang masih kasar dan pengolesan pada kulit cepat menghilang pada saat dioleskan. Kurang homogennya krim pada kelompok tersebut kemungkinan dikarenakan pada saat pemanasan bahan, kristal boraks dan nipagin yang digunakan sebagai bahan pengawet belum terlarut sempurna sehingga masih terdapat granul-granul kasar pada krim. Akan tetapi krim yang dihasilkan cukup baik karena krim cepat meresap dan menghilang pada saat dioleskan pada kulit, kemungkinan itu dikarenakan konsentrasi minyak kelapa yang lebih tinggi dan konsentrasi asam stearat yang lebih rendah, dan adanya gliserin sebagai humektan dengan konsentrasi yang lebih tinggi/sesuai (10%) sehingga krim yang diperoleh mempunyai kekentalan yang sesuai, tidak terlalu kental ataupun encer. Pada formula kelompok 6, krim yang dihasilkan tetap stabil juga dan tidak terjadi perubahan apa pun, baik itu dari penampilan ataupun pengolesan pada kulit. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dibuat kesimpulan krim dibuat dari campuran minyak dengan air yang didispersikan homogen dengan bantuan emulgator sebagai bahan pengemulsi. Krim yang nyaman digunakan (tidak lengket dan mudah meresap kedalam kulit) adalah krim yang mengandung fase air lebih besar daripada fase minyak ( M/A) atau dikenal dengan basis vanishing cream. Dengan konsentrasi coconut oil yang paling besarlah yang baik sebagai kosmetik

pelembab karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga penguapan air dari sel kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab.

IX.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa dengan formula 3A yaitu kelompok 5 dengan komposisi minyak kelapa 10%; asam stearat 14%; gliserin 10%; borax 0,25%; TEA 1%; nipagin 0,01%; aquadest ad 100% merupakan formula yang paling baik karena memiliki kestabilan dan konsistensi yang baik. Saran Suhu saat pemanasan jangan terlalu tinggi Pada saat menggerus jangan terlalu keras karena dapat menimbulkan efek saponifikasi (menimbulkan busa dan gelembung pada sediaan) Pada saat pencampuran lumpang dan alu harus dalam keadaan hangat.

X.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan republic Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III . Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan. Raymond C Rowe, Paul J Sheskey and Marian E Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. America : The Pharmaceutical Press. Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK , Dra. Fatma Latifah, Apt. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama