KP Semen Indonesia
-
Upload
chrisnata-gita-prasandy -
Category
Documents
-
view
134 -
download
28
Transcript of KP Semen Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia dewasa ini cukup pesat. Sehubungan
dengan hal itu, perguruan tinggi sebagai tempat yang menghasilkan sumber daya
manusia berkualitas, berkepribadian mandiri, dan memiliki kemampuan
intelektual yang baik merasa terpanggil untuk semakin meningkatkan mutu
output-nya.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sebagai salah satu
institusi (perguruan tinggi) di Indonesia berupaya untuk mengembangkan sumber
daya manusia dan IPTEK guna menunjang pembangunan industri, serta sebagai
research university untuk membantu pengembangan kawasan timur Indonesia.
Lulusan dari ITS Surabaya diharapkan siap untuk dikembangkan ke bidang yang
sesuai dengan disiplin ilmunya. Sejalan dengan upaya tersebut, kerjasama dengan
industri perlu untuk ditingkatkan, yang dalam hal ini bisa dilakukan dengan jalan
Study Ekskursi, Kerja Praktek, Magang, Joint Research, dan lain sebagainya.
Wawasan dari mahasiswa tentang dunia kerja yang berkaitan dengan
industrialisasi sangat diperlukan, sehubungan dengan kondisi obyektif Indonesia
yang merupakan negara berkembang, dimana teknologi masuk dan diaplikasikan
oleh industri terlebih dahulu. Diharapkan nantinya mahasiswa sebagai calon
lulusan dari perguruan tinggi akan lebih mengenal akan perkembangan industri..
Kerja praktek merupakan salah satu kurikulum wajib yang harus ditempuh
oleh mahasiswa S-1 Teknik Mesin - Fakultas Teknologi Industri (FTI) - Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Selain untuk memenuhi kewajiban
akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menambah pengetahuan tentang
dunia industri, sehingga mahasiswa mempunyai pandangan tentang arah dan
tujuan perkembangan teknologi dan mampu memupuk kreativitas sehingga dapat
memahami permasalahan yang terjadi di dunia industri dan mampu
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 1
menumbuhkan ide-ide baru yang nantinya berguna bagi kemajuan perkembangan
IPTEK di Indonesia yang akan menunjang perkembangan dunia industri.
Pemahaman akan permasalahan serta seluk-beluk di dunia industri
diharapkan dapat menunjang pengetahuan teoritis yang telah didapat dari bangku
perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan langsung dalam dunia
kerja ataupun di bidang lainnya.
Dengan syarat kelulusan yang ditetapkan, kurikulum kerja praktek telah
menjadi salah satu pendorong utama tiap-tiap mahasiswa untuk mengenal kondisi
lapangan kerja dan untuk melihat keselarasan antara ilmu pengetahuan yang
diperoleh di bangku kuliah dengan aplikasi praktis di dunia kerja. Sehubungan
dengan hal di atas, kami bermaksud untuk mengajukan permohonan
melaksanakan kerja praktek di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Tujuan pelaksanaan kerja praktek ini antara lain :
Umum
1. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna output-nya.
2. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia usaha dalam memberikan
kontribusinya pada sistem pendidikan nasional.
3. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami
aplikasi ilmunya di dunia industri pada umumnya serta mampu menyerap dan
berasosiasi dengan dunia kerja secara utuh.
4. Mahasiswa dapat mengetahui, mempelajari dan memahami prinsip-prinsip
sistem operasi, proses produksi, sistem kerja dan maintenance and repair
peralatan di dunia industri sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah
secara utuh.
5. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang lebih
berwawasan bagi mahasiswa.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 2
6. Mengetahui kriteria sumber daya manusia yang dibutuhkan perusahaan,
khususnya kriteria bagi seorang engineer.
Khusus
1. Untuk memenuhi beban Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus
ditempuh sebagai persyaratan akademis di Jurusan Teknik Mesin ITS.
2. Mengenal lebih jauh tentang teknologi yang sesuai dengan bidang yang
dipelajari di Jurusan Teknik Mesin ITS.
3. Mempelajari secara khusus tentang proses produksi semen, peralatan penunjang
produksi, maintenance peralatan serta hal-hal yang berhubungan dengan
bidang Mechanical Engineering.
4. Mengetahui lebih jauh tentang peningkatan kualitas produksi dan manajemen
produksi oleh perusahaan yang bersangkutan.
5. Mengetahui mengenai implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dalam dunia industri.
6. Mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan beberapa permasalahan
yang berkaitan dengan engineering khususnya mengenai hal–hal yang telah
disebutkan pada poin 3.
1.2.2. Manfaat
Dari kegiatan Kerja Praktek (KP) pada bulan Februari tahun 2014, kami
dapat mengambil manfaat yaitu :
a. Memperoleh banyak wawasan dan ilmu pengetahuan baru khususnya
dalam bidang Pemeliharaan di Seksi Pemeliharaan Mesin RM 3-4 Pabrik
Tuban.
b. Mendapatkan pengalaman bekerja secara langsung.
c. Ilmu pengetahuan yang didapatkan dapat diaplikasikan di dunia kerja secara
langsung.
d. Mendapatkan kesempatan secara langsung berinteraksi dengan dunia kerja dan
untuk mengantisapasi pengetahuan akademik dan keterampilan yang
dibutuhkan di lingkungan kerja perusahaan / industri.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 3
1.3.iMetodologi Pengumpulan Data
Dalam menyusun Laporan Kerja Praktek (KP) ini ada beberapa teknik yang
kami lakukan dalam pengumpulan dan pengolahan data,yaitu:
1. Observasi : yaitu suatu metode dalam memperoleh data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap keadaan yang sebenarnya dalam perusahaan.
2. Interview : yaitu suatu metode yang digunakan dalam mendapatkan data
dengan jalan mengajukan pertanyaan secara langsung pada saat perusahaan
mengadakan suatu kegiatan.
3. Dokumentasi : yaitu suatu metode yang dalam memperoleh data dengan cara
mendokumentasikan dengan cara melihat dan memotret secra langsung
terhadap keadaan yang sebenarnya dalam lapangan.
4. Penelitian : yaitu metode yang digunakan dalam mendapatkan data dengan
jalan studi literatur di perpustakaan serta dengan membaca sumber-sumber
data informasi lainnya yang berhubungan dengan pembahasan. Sehingga
dengan penelitian kepustakaan ini diperoleh secara teori mengenai
permasalahan yang dibahas.
1.4.iWaktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja praktek dilaksanakan mulai tanggal 03 Februari 2014 – 28 Februari
2014 di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk pabrik Tuban. Perincian kegiatan
yang akan dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Pengenalan secara umum tentang PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
2. Pengenalan dan pengamatan secara langsung bidang kerja praktek.
3. Melakukan studi literatur yang dilakukan dan observasi untuk memperoleh
data pada bidang kerja yang dituju.
4. Melaksanakan tugas yang diberikan dan melakukan konsultasi yang
diperlukan dalam penyelesain tugas yang diberikan.
5. Penyusunan laporan kerja praktek.
6. Penyerahan laporan kerja praktek.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 4
1.5.iNama Unit Kerja Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan Kerja Praktek di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. dilakukan
pada Seksi Pemeliharaan Mesin RM 3-4 Pabrik Tuban.
1.6.iMetodologi Penyusunan Laporan
Metodologi penyusunan laporan kerja praktek ini dibagi menjadi beberapa
bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini dibahas tentang latar belakang, tujuan dan manfaat,
metodologi pengumpulan data, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek,
nama unit kerja tempat pelaksanaan kerja praktek, serta metodologi
penyusunan laporan.
BAB II PROFIL PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Menjelaskan secara singkat mengenai sejarah perusahaan, visi dan
misi, lokasi, struktur organisasi perusahaan, sistem manajemen, produk, serta
anak perusahaan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
BAB III PROSES PRODUKSI SEMEN
Menjelaskan pengertian proses produksi, diagram alir proses
produksi, tahapan proses operasi, material yang digunakan, perawatan yang
digunakan, serta quality control.
BAB IV PEMBAHASAN
Menjelaskan struktur organisasi unit kerja, tugas pokok unit kerja,
penjelasan singkat tugas unit kerja, tugas khusus, kegiatan kerja praktek,
jadwal kerja praktek, serta uraian kerja praktek.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 5
BAB V PENUTUP
Bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran sebagai masukan
untuk perusahaan yang bersangkutan yaitu PT. Semen Indonesia (Persero)
Tbk. setelah pelaksanaan kerja praktek.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 6
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Perusahaan diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus1957 oleh
Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun,
dan di tahun 2013 kapasitas terpasang mencapai 30 juta ton/tahun.
Pada tanggal 8 Juli 1991 saham Perseroan tercatat di Bursa Efek Jakarta
dan Bursa EfekSurabaya (kini menjadi Bursa Efek Indonesia) serta merupakan
BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada
masyarakat. Komposisi pemegang saham pada saat itu: Negara RI 73% dan
masyarakat 27%.
Pada bulan September 1995, Perseroan melakukan Penawaran Umum
Terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi
Negara RI 65% dan masyarakat 35%. Pada tanggal 15 September 1995 PT Semen
Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa.Total
kapasitas terpasang Perseroan saat itu sebesar 8,5 juta ton semen per tahun.
Pada tanggal 17 September 1998, Negara RI melepas kepemilikan
sahamnya di Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka yang
dimenangkan oleh Cemex S. A. de C. V., perusahaan semen global yang berpusat
di Meksiko. Komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51%,
masyarakat 35%, dan Cemex 14%. Kemudian tanggal 30 September 1999
komposisi kepemilikan saham berubah menjadi: Pemerintah Republik Indonesia
51,0%, masyarakat 23,4% dan Cemex 25,5%.
Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex Asia
Holdings Ltd. kepadaBlue Valley Holdings PTE Ltd. sehingga komposisi
kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51,0% Blue Valley Holdings PTE
Ltd. 24,9%, dan masyarakat 24,0%. Pada akhir Maret 2010, Blue Valley Holdings
PTELtd, menjual seluruh sahamnya melalui private placement, sehingga
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 7
komposisi pemegang saham Perseroan berubah menjadi Pemerintah 51,0% dan
publik 48,9%.
Tanggal 18 Desember 2012 adalah momentum bersejarah ketika Perseroan
melakukan penandatanganan transaksi final akuisisi 70 persen saham Thang Long
Cement, perusahaan semen terkemuka Vietnam yang memiliki kapasitas produksi
2,3 juta ton/tahun. Akuisisi Thang Long Cement Company ini sekaligus
menjadikan Perseroan sebagai BUMN pertama yang berstatus multi national
corporation. Sekaligus mengukuhkan posisi Perseroan sebagai perusahaan semen
terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas sampai tahun 2013 sebesar 30 juta ton
per tahun
Menyelesaikan pembangunan unit pabrik semen
Akuisisi Thang Long Cement Joint stock Company (TLCC), di Vietnam.
Menjadi Strategic Holding Company dan merubah nama menjadi PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Transformasi Perseroan sebagai upaya meningkatkan kinerja, setelah
penerapan Functional Holding melalui sinergi dari masing-masing kompetensi
perusahaan baik dibidang operasional maupun dibidang pemasaran. Perseroan
meningkatkan kualitas pengelolaan organisasi dan melakukan komunikasi yang
lebih intensif dengan pemangku kepentingan di masing-masing operating
company.
Pada tahun 2012, Perseroan semakin mengintensifkan upaya membentuk
strategic holding company yang lebih menjamin terlaksananya sinergi pada
seluruh aspek operasional dari perusahaan yang bernaung dibawah grup
perusahaan. Melalui pembentukan strategic holding ini, Perseroan meyakini
seluruh potensi dan kompetensi perusahaan dalam group baik dalam bidang
operasional, produksi dan terutama pemasaran, dapat disatu padukan dengan
semakin baik untuk memberikan kinerja optimal. Melalui penerapan strategic
holding, maka posisi
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 8
“holding” terhadap anak usaha (yakni perusahaan semen dan anak perusahaan
yang akan datang) menjadi sangat jelas, yakni:
1. HoldCo menentukan arah group
2. Di masa yang datang, setiap OpCo tambahan akan berada di tingkat yang
sama dengan OpCo yang ada
Dengan kedudukan dan fungsi yang jelas tersebut, maka akan diperoleh
berbagai manfaat utama, meliputi:
1. Pemisahan jelas antara peran HoldCo vs OpCo dengan pemisahan yang
jelas mengenai peran dan tanggung jawab di bawah entitas hukum yang
terpisah. Memungkinkan HoldCo untuk beroperasi sebagai HoldCo
“murni” untuk mengelola semua anak perusahaan OpCo.
2. Dalam jangka pendek: Potensi manfaat sinergi yang lebih tinggi akan
dapat dihasilkan dari hubungan yanglebih baik dan meningkatnya
kerjasama antar OpCo.
3. Dalam jangka panjang:
a. Mendukung pertumbuhan masa depan Perseroan dalam penerapan strategi
ekspansi regional dan internasional melalui akuisisi perusahaan semen
lain.
b. Maksimalisasi pengetahuan dan kemampuan grup dalam berbagai bidang
operasional, mencakup: pemasaran, pengadaan, Litbang, untuk mendorong
perbaikan operasional dan optimalisasi kinerja melalui penerapan best
practices pada masing-masing bidang tersebut.
Semen Indonesia, Nama yang Menyatukan Seluruh Potensi Group
Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, resmi mengganti nama dari PT Semen Gresik
(Persero) Tbk, menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Penggantian nama
tersebut, sekaligus merupakan langkah awal dari upaya merealisasikan
terbentuknya Strategic Holding Group yang ditargetkan dan diyakini mampu
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 9
mensinergikan seluruh kegiatan operasional dan memaksimalkan seluruh potensi
yang dimiliki untuk menjamin dicapainya kinerja operasional maupun keuangan
yang optimal.
Setelah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku, pada tanggal 7 Januari
2013 ditetapkan sebagai hari lahir PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Perseroan menggunakan nama Semen Indonesia dengan mempertimbangkan
berbagai aspek yang krusial, mencakup:
1. Nama tersebut bisa merefleksikan ambisi dari grup.
2. Merangkul karakteristik nasional dari perusahaan yang mencakup ketiga
OpCo
3. Melalui nama tersebut sejarah dan tradisi tetap dihormati
4. Melalui nama Semen Indonesia, seluruh Opco tetap dapat menggunakan
keberadaan merek eksisting secara optimal, mengingat pengenalan merek
baru akan sangat menyita waktu dan biaya. Perseroan juga telah
mempertimbangkan bahwa nama Semen Indonesia sangat sejalan dengan
sasaran pembentukan Holding dari berbagai aspek, mencakup:
5. Kemampuan untuk meningkatkan Sinergi:
a. Sesuai dengan positioning anak-anak perusahaan yang bergerak dalam
bidang persemenan.
b. Merefleksikan Holding yang lebih besar dan melambangkan ke-
Indonesiaan.
c. Dapat memayungi anak-anak perusahaan persemenan yang berada di
lokasi geografis yang berbeda (Gresik, Tonasa, dan Padang)
d. Dapat diterima dengan mudah di lingkup Internasional ataupun Dalam
negeri
1. Kemudahan Implementasi:
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 10
a. Tidak menimbulkan perubahan berarti yang mungkin mempengaruhi
tahapan- tahapan pembentukan strategic holding.
b. Mencerminkan gerakan perubahan ke arah strategic holding sebagai
gerakan nasional / Indonesia.
1. Meningkatkan potensi pemasaran dan pertumbuhan
a. Masing-masing merk eksiting (Semen Gresik, Semen Tonasa dan Semen
Padang) tetap tumbuh dan eksis sebagai merk yang kuat di Indonesia.
b. Pada masa mendatang, nama Semen Indonesia dapat menciptakan
kebanggaan nasionalis; menghilangkan asosiasi dengan spesifik daerah.
c. Kemungkinan lebih bisa diterima oleh potensial target merger dan akusisi
(perusahaan Semen BUMN lainnya).
d. Komplemen dari struktur strategic holding
e. Menambah keberadaan di pasar regional dan internasional
f. Selaras dengan aspirasi menjadi pemain regional kelas atas Pembentukan
Semen Indonesia sebagai Strategic Holding, akan memberikan keleluasaan
dalam merealisasikan berbagai aksi korporasi, menyangkut: akuisisi,
financing, pengembangan bisnis terintegrasi dengan industri semen,
akuisisi lahan dalam rangka persiapan pembangunan pabrik baru dan
sebagainya.
Perseroan memiliki berbagai keunggulan lain yang mampu meningkatkan
daya saing ditengah kompetisi industri semen yang semakin ketat. Keunggulan
Perseroan mencakup antara lain :
JANGKAUAN DISTRIBUSI
Keunggulan jaringan distribusi Perseroan didukung oleh 30 unit gudang
penyangga, pengoperasian 22 packing plant di lokasi yang strategik dan tersebar
di seluruh wilayah Indonesia serta didukungoleh 361 distributor nasional untuk
menjamin kelancaran pasokan semen ke seluruh penjuru Nusantara.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 11
Perseroan saat ini sedang membangun 3 packing plant tambahan di beberapa
lokasi prospek. Hingga tahun 2016 Perseroan merencanakan tambahan 12 unit
packing plant. Tujuan pembangunan packing plant tersebut adalah:
• Efisiensi biaya transportasi, distribusi dan pengantongan.
• Menjamin kontinuitas pasokan semen di wilayah pemasaran Perseroan.
• Perluasan pasar.
BAHAN BAKU
Area-area tambang Perseroan memiliki cadangan bahan baku dengan kualitas
terbaik dan dalam jumlah besar, sehingga menjamin kelangsungan produksi
semen di seluruh pabrik Perseroan dalam jangka panjang.
BRAND IMAGE
Perseroan memiliki empat merk yang lekat di hati konsumen, yaitu Semen
Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa dan Thang Long Cement. Perseroan
menguasai pangsa pasar domestik terbesar yang mencapai sekitar 44 %,
menunjukkan keunggulan reputasi yang mencerminkan kekuatan corporate dan
brand image Perseroan.
FUNDAMENTAL KEUANGAN
Perseroan berhasil mengelola fundamental keuangan yang tetap kuat,
sehingga memberikankesempatan lebih luas bagi Perseroan untukmelakukan
perluasan kapasitas produksi sertaekspansi usaha terkait lainnya.
2.2. Visi dan Misi Perusahaan
2.2.1. Visi
Menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Indonesia dan Asia
Tenggara
2.2.2. Misi
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 12
1. Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya yang
berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggunakan teknologi
ramah lingkungan.
2. Mewujudkan manajemen berstandar internasional dengan menjunjung
tinggi etika bisnis dan semangat kebersamaan dan inovatif.
3. Meningkatkan keunggulan bersaing di domestic dan internasional.
4. Memberdayakan dan mensinergikan sumber daya yang dimiliki untuk
meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.
5. Memberikan kontribusi dalam peningkatan para pemangku kepentingan
(stakeholders).
2.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam perjalanannya, sebuah pabrik produksi pasti mempunyai struktur
organisasi yang mengatur masalah manajemen perusahaan sehingga perusahaan
berjalan sesuai dengan target yang diharapkan. Begitu juga dengan PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk.
Sesuai dengan Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
terbatas, Organ perusahaan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
Dewan Komisaris dan Direksi. Kepengurusan perseroan menganut system dua
badan (two boards system), yaitu Dewan Komisaris dan Direksi, yang memiliki
wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai fungsinya masing-masing
sebagaimana diamanatkan dalam Anggaran Dasar dan Peraturan Perundang-
Undangan.
Perseroan telah memiliki infrastruktur yang diperlukan dalam rangka
implementasi GCG. Di jajaran Dewan Komisaris telah dibentuk komite-komite
fungsional untuk memberdayakan fungsi kepengawasan. Demikian pula di jajaran
Direksi telah dibentuk unit kerja yang mengendalikan, mengawal dan bertanggung
jawab atas implementasi GCG dan juga bertugas sebagai mitra kerja dari komite-
komite di bawah Dewan Komisaris, sebagaimana bagan di bawah ini.
Struktur tata kelola di Perseroan adalah sebagai berikut.
(selengkapnya dapat dilihat pada lampiran)
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 13
2.4. Produk
a. Semen Portland Tipe I (Semen Abu-abu)
Dikenal pula sebagai Ordinary Portland Cement (OPC).Merupakan semen
hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti
konstruksi bangunan yang tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain
bangunan perumahan, gedung-gedung bertingkat, landasan pacu dan jalan
raya.
b. Semen Portland Tipe II
Semen jenis ini sering dipakai untuk bangunan tepi laut, irigasi dan untuk
pengecoran beton massa yang memerlukan ketahanan terhadap pengaruh
sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Semen Portland Tipe III
Semen ini dipakai untuk bangunan yang memerlukan tekanan awal yang
tinggi setelah pengecoran dilakukan. MisaInya untuk bangunan yang
bertingkat, jembatan serta pondasi mesin berat.
d. Semen Portland Tipe IV
Digunakan untuk panas hidrasi rendah, kandungan mineralnya mempunyai
komposisi 26% C3S, 50% C3S, 5% C3A dan 12% C4AF. Digunakan untuk
pengecoran dan penyemprotan.
e. Semen Portland Tipe V
Semen ini digunakan untuk bangunan yang berada di lingkungan asam /
tahan terhadap sulfat tinggi. Misalnya untuk bangunan pengolahan limbah,
bangunan kolam dan bangunan tepi laut.
f. Portland Pozolanic Cement (PPC)
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 14
Semen ini diproduksi sesuai dengan SNI 15-0302-1994 untuk PPC type A.
Semen ini dipakai untuk pengecoran beton massa, irigasi bangunan tepi laut /
rawa yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya :
pembangunan jembatan, jalan raya, dan perumahan.
g. Special Blended Cement (SBC)
Merupakan semen khusus yang diciptakan untuk pembangunan proyek
jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) dan cocok digunakan untuk
bangunan di lingkungan air laut. Dikemas dalm bentuk curah.
h. Oil Well Cement (OWC)
Oil well cement adalah semen khusus yang digunakan untuk pembuatan
sumur minyak bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak di bawah
permukaan air laut. OWC yang telah diproduksi adalah Class G, High Sulfat
Resistant (HSR)
i. Super Masonry Cement (SMC)
Adalah semen yang yang dapat digunakan untuk konstruksi perumahan dan
irigasi yang struktur betonnya maksimal K225. Dapat juga digunakan untuk
bahan baku pembuatan genteng beton Hollow Brick, Paving Block, dan tegel.
j. Portland Composite Cement (PCC)
Adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak
semen Portland, gypsum, dan satu atau lebih bahan anorganik. Kegunaan
semen jenis ini untuk kontruksi beton umum, pasangan batu bata, plesteran,
selokan, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pra-tekan dan
paving block
2.5. Anak Perusahaan
1. PT. Industri kemasan Semen Gresik (IKSG)
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 15
Gambar 2.1. Logo PT. IKSG
PT. Industri kemasan Semen Gresik bergerak dalam bidang pembuatan
dan pemasaran berbagai kemasan / kantong baik untuk semen maupun untuk
makanan ternak dan untuk industri kimia lainnya.
2. PT. Kawasan Industri Gresik
Gambar 2.2. Logo PT. KIG
PT. Kawasan Industri Gresik bergerak dalam bidang persewaan lahan
industri, penjualan lahan industri, persewaan gudang dan persewaan
Bangunan Pabrik Siap Pakai (BPSP).
3. PT. Eternit Gresik.
Gambar 2.3. Logo PT. Eternit Gresik
PT. Eternit Gresik bergerak dalam bidang produksi asbes, genteng fiber
semen, flat sheet, ventilasi,plafon, penutup cahaya, pagar, dan produksi
khusus seperti tangki septis.
4. PT. United Traktor Semen Gresik (UTSG)
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 16
Gambar 2.4. Logo PT. UTSG
PT. United Traktor Semen Gresik bergerak dalam bidang usaha :
- Pertambangan bahan galian berupa bahan mentah yang digunakan untuk
pembuatan semen.
- Pekerjaan sipil dan angkutan
- Pemasaran berbagai macam bahan galian
- Usaha yang berkaitan dengan pemanfaatan peralatan pembangunan
- Jasa konsultan pertambangan yang berfungsi sebagai sarana pelengkap
atau penunjang lajunya pengembangan perusahaan.
5. PT. Varia Usaha
Gambar 2.5. Logo PT. Varia Usaha
PT. Varia Usaha bergerak dalam bidang:
- Jasa pengangkutan
- Perdagangan / distributor semen
- Pertambangan
- Fabrikasi mesin
- Perdagangan barang industri
- Bengkel mobil
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 17
6. PT. Varia Usaha Beton
Gambar 2.6. Logo PT. Varia Usaha Beton
PT. Varia Usaha Beton bergerak dalam bidang usaha industri beton dan
bahan bangunan, yang meliputi tiga bidang yaitu: batu pecah mesin (Crushed
Stone), beton siap pakai (Read Mix Concrete), dan beton pra cetak (Precast
Concrete).
7. PT. Swadaya Guna
Gambar 2.7. Logo PT. Swadaya Graha
PT. Swadaya Guna bergerak dalam bidang developer, kontraktor sipil dan
listrik,kontraktor mekanikal, workshop dan manufacture. Untuk mendukung
usaha tersebut, PT Swadaya Graha memiliki alat konstruksi dan alat berat.
8. PT. Swabina Gatra
Gambar 2.8. Logo PT. Swabina Gatra
PT. Swabina Gatra bergerak dalam bidang produksi kantong semen,
pembersihan kantor (cleaning service), serta persewaan gudang dan
kendaraan.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 18
BAB III
PROSES PRODUKSI SEMEN
3.1. Pengertian Proses Produksi
Semen Portland yang diproduksi oleh PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
dihasilkan melalui serangkaian proses dengan bahan baku utama batu kapur, tanah
liat, pasir silika dan pasir besi serta bahan baku tambahan berupa gypsum. Semen
Portland berfungsi sebagai perekat hydraulis, yang bersifat seperti lem jika
ditambahkan dengan air.
Proses produksi yang digunakan dalam pembuatan semen di PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk. umumnya dibagi menjadi 5 tahapan utama, yaitu :
1. Tahap I : Penyiapan bahan baku
2. Tahap II : Penggilingan bahan baku
3. Tahap III : Pembakaran
4. Tahap IV : Penggilingan akhir
5. Tahap V : Pengemasan
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 19
3.2. Diagram Alir Proses Produksi
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 20
Proses Quenching di cooler
Clinker Masuk Clinker Doom
Campuran Clinker Masuk ke Dalam Finish Mill
Penambahan Gypsum dan Trass
Semen
Packing Semen
Finish
Proses Pematangan material di kiln ± 1400 I C
Start
Bahan Baku
Penghancuran Batu Kapur Di Crusher
Penghomogenisasi Di Belt Conveyor
Masuk ke Limestone Storage (Sudah Menjadi Mix Pile)
Penghalusan Mix Pile Di Vertical Rawmill
Masuk Ke Blending Silo
Pemanasan Material Di Preheater Stage 1 s/d Stage 4
Penambahan Pasir Besi dan Pasir Silika
3.3. Tahapan Proses Operasi
3.3.1. Persiapan bahan baku
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Tuban memproduksi semen
dengan komposisi bahan baku sebagai berikut :
Batu kapur ± 80%
Tanah liat ± 15%
Pasir silika ± 4%
Pasir besi ± 1% +
Jumlah 100%
Gypsum ± 4%
Pada penambangan bahan baku PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
pabrik Tuban, meliputi batu kapur (limestone) dan tanah liat (clay), dapat
dipenuhi sendiri oleh PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. pabrik Tuban.
Untuk bahan tambahannya adalah Pasir Besi diambil dari Jepara, Probolinggo,
Cilacap dan Banyuwangi. Sedangkan untuk Pasir Silika didatangkan dari
Bangkalan, Cilacap, dan Banyuwangi. Gypsum diperoleh dengan cara
membeli dari PT. Petrokimia Gresik . Trass untuk memproduksi semen tipe
Portland Pozzoland Cement (PPC) diperoleh dari beberapa daerah di Pati.
Crusher
1. Batu Kapur
Batu kapur dari Quary diangkut dengan menggunakan dump truck
menuju Crusher. Ada 2 buah Crusher pada batu kapur yang bisa
difungsikan secara bersamaan maupun bergantian. Batu kapur ditumpahkan
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 21
ke dalam Hopper (HP) yang kapasitasnya 75 ton. Kemudian oleh Wobbler
Feeder (WF) batu kapur dipisahkan. Untuk batu kapur yang ukurannya kecil
(<90 mm) akan jatuh ke dalam Belt Conveyor dan yang ukurannya besar
(1200 mm) akan jatuh ke dalam Crusher (CR). Didalam Crusher, batu kapur
akan mengalami pengecilan ukuran. Batu kapur yang berupa bongkahan–
bongkahan besar (>90 mm) oleh Hammer Mill akan dipukul supaya menjadi
lebih halus. Dari Hooper dan Crusher, batu kapur akan ditimbang oleh Belt
Scale System (BW) dan dibawa oleh Belt Conveyor (BC) selanjutnya turun
bercampur dengan produk Clay Cutter yang menuju ke Limestone Clay Mix
Storage (Pile) yang mempunyai kapasitas total 90.000 ton melalui Belt
Conveyor (BC) dan Tripper (TR).
Produk batu kapur Crusher dengan kadar CaCO3 lebih dari 93 % yang
mengandung CaO 54–56 % (High Grade) yang telah ditimbang oleh Belt
Scale System (BW) dapat pula langsung dibawa ke Limestone Conical Pile
Storage yang berkapasitas 7.200 ton melalui Belt Conveyor (BC).
2. Tanah Liat
Tanah liat dibawa dari quary dengan dump truck dan dimasukkan ke
dalam storage. Tanah liat dari storage berdiameter maksimal 500 mm dan
kadar air 30 % dibawa ke Clay Hopper (HP) dan kemudian oleh Apron
Conveyor (AC) dengan kapasitas 350 ton/jam dengan kecepatan rantai 0,01
– 0,1 m/menit diumpankan ke Clay Crusher (CR) yang mempunyai laju alir
350 ton/jam dengan kecepatan 1,02 m/detik.
Di sini Clay mengalami size reduction karena hantaman Cutter. Produk
Crusher yang awalnya berukuran 500 mm menjadi 90 mm, akan turun ke
Belt Conveyor (BC) yang kapasitasnya 600 ton/jam dengan kecepatan 0,5
m/detik dan ditimbang oleh Belt Scale System (BW) yang kapasitasnya 300
ton/jam–680 ton/jam (maksimum) akan bercampur dengan batu kapur pada
Belt Conveyor (BC). Pada tahap berikutnya Clay/Limestone Mix akan
disimpan dalam Limestone/Clay Storage (Pile) yang mempunyai kapasitas
total 90.000 ton melalui Belt Conveyor (BC) dan Tripper (TR).
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 22
Pada awalnya Crusher di-setup untuk menghasilkan campuran antara
limestone dan clay dengan perbandingan 4 : 1. Campuran akhir dari
limestone dan clay akan ditentukan oleh gammametric raw material
analyzer yang dipasang pada chute Belt Conveyor (BC). Sinyal dari analyzer
akan mengatur kecepatan apron conveyor clay untuk mencapai campuran
yang diinginkan.
3.3.2. Penggilingan bahan baku
3.3.2.1. Reclaiming
Raw Material Reclaiming merupakan sub unit yang berfungsi
sebagai pencampuran awal preblending material batu kapur dan tanah liat,
selain itu juga untuk mengurangi kandungan air pada material. Batu kapur
dan tanah liat produk Crusher (CR) setelah melewati penimbangan Belt
Scale System (BW) dibawa oleh Belt Conveyor (BC) dengan laju alir 680
ton/jam dan kecepatan 1,02 m/detik melewati Tripper (TR) dengan laju alir
2.800 ton/jam untuk disimpan dalam Limestone/Clay Mix Storage yang
berfungsi sebagai pencampuran awal. Pada Limestone/Clay Mix Storage
dilengkapi pula dengan Reclaimer (RR) yang laju alirnya 750 ton/jam dan
panjang bridge adalah 39 m, yang berfungsi untuk menarik/menggaruk
material campuran batu kapur dan tanah liat secara vertikal, sehingga terjadi
pencampuran material. Hasil garukan dan tarikan Reclaimer tersebut akan
dibawa oleh Belt Conveyor (BC) untuk dimasukkan ke dalam Mix Bin (BI)
yang kapasitasnya 250 ton.
Batu kapur produk Crusher dapat pula disimpan dalam Limestone
Conical Pile Storage. Batu kapur yang ada dalam Conical Pile di-reclaimer
dengan menggunakan Vibrating Storage Pile Activator (VF) kemudian akan
dibawa oleh Belt Conveyor (BC) menuju ke Limestone Bin (BI) yang
kapasitasnya 250 ton.
Copper slag dan pasir silika dari tempat penimbunan akan dibawa
oleh dump truck menuju ke Hopper (HP) yang kapasitasnya 75 ton secara
bergantian. Pengeluaran copper slag dan pasir silika diatur oleh Apron
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 23
Conveyor (AC) dengan laju alir 335 ton/jam. Material tersebut kemudian
akan dibawa oleh Belt Conveyor (BC) menuju Bin Copper Slag (BI) dan Bin
Pasir Silika (BI) yang mempunyai kapasitas masing-masing 150 ton.
Batu kapur dan tanah liat yang ada di Mix Bin ( BI) pengeluarannya
diatur oleh Apron Conveyor (AC) dengan laju alir 900 ton/jam yang
kemudian turun ke Mix Weight Feeder (WF) untuk ditimbang. Sedangkan
copper slag dan pasir silika masing-masing keluar dari Bin (BI) diatur oleh
Wobler Feeder (WF) dengan laju alir 20 ton/jam dan Wobler Feeder (WF)
dengan laju alir 6,1 ton/jam.
Keempat material tersebut kemudian diumpankan ke Roller Mill
(RM) oleh Belt Conveyor (BC) dengan laju alir 900 ton/jam.
3.3.2.2. Raw Grinding
Limestone/Clay Mix dan Copper Slag keluar dari Bin (BI) sebagai
material pokok, sedangkan batu kapur dan pasir silika berfungsi sebagai
material tambahan, agar diperoleh komposisi produk Raw Mill sesuai
dengan standart umpan klin. Kebutuhan material tambahan ditimbang oleh
Weight Feeder (WF).
Limestone/Clay Mix dan Copper Slag sebagai umpan dengan laju
alir 570 ton/jam dan kadar air 18 % akan ditransfer ke Roller Mill (RM)
lewat Belt Conveyor (BC) dan Triple Gate (GT). Di dalam Raw Mill
material akan mengalami size reduction dan penguapan air. Untuk
pengeringan raw material yang digiling di dalam Raw Mill System
menggunakan sisa udara panas dari Preheater (PH) yaitu 333C dan
Clinker Cooler (CC) yaitu 400C. Selain itu raw material dilengkapi pula
dengan Air Heater (AH), bila udara panas dari Preheater dan Clinker
Cooler tidak mencukupi atau kondisi kiln dalam keadaan down.
Produk keluar dari Roller Mill dengan kehalusan 90 % lolos ayakan
90 micron dan kadar air maksimal 1 % dan mempunyai suhu 90C. Produk
Roller Mill dibawa aliran udara masuk ke dalam Cyclone (CN), akibat
tarikan Mill Fan (FN) dimana 93 % dari material akan terpisahkan dari
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 24
aliran udara. Gas yang keluar dari Cyclone ditarik keluar melalui kedua Mill
Fan (FN). Kemudian sisa produk yang masih 7 % diambil oleh
Electrostatic Precipitator (EP), sedangkan gas yang bersih lewat
Electrostatic Prepicipitator (EP) ditarik oleh Fan (FN) dibuang ke udara
bebas melalui Stack (SK). Produk dari Cyclone dan Electrostatic
Precipitator akan dibawa oleh Air Slide, Bucket Elevator, Screw Conveyor
menuju Blending Silo. Produk dari Cyclone (CN), akan dibawa oleh Apron
Conveyor (AC) melewati Bucket Elevator (BE) masuk ke Blending Silo
(BS). Produk dari Electrosatic Presipitator (EP) akan dibawa oleh Screw
Conveyor (SC) dan bergabung dengan Produk dari Conditioning Tower (CT)
dan dari Screw Conveyor (SC) kemudian ditransport ke Dust Bin (BI).
Bila Mill tidak beroperasi, gas panas dari Preheater dan Clinker
Cooler dialirkan lewat Conditioning Tower (CT) yang dilengkapi dengan
Water Spray (WS) untuk menurunkan temperatur gas panas. Pada kondisi
normal (saat Roller Mill beroperasi) suhu gas keluar dari Preheater dan
Clinker Cooler 330C dan 397C. Normal gas panas masuk Electrostatic
Precipitator 90C untuk kondisi Roller Mill jalan, dan 150C untuk kondisi
Roller Mill down. Selama Raw Mill down, debu dari Conditioning Tower
(CT) dan Electrostatic Percipitator (EP) ditransport di Storage Bin/dust bin
(BI) dengan kapasitas 170 ton. Setelah itu dikirim ke Kiln Feed Bin (BI).
Reject dari Roller Mill sekitar 143 ton/jam dikembalikan ke sistem
lewat Belt Conveyor (BC), Bucket Elevator (BE) dan bersama-sama dengan
umpan baru masuk ke Belt Conveyor (BC).
3.3.3. Pembakaran
Unit pembakaran merupakan unit yang sangat penting sehingga perlu
penanganan serius, karena kualitas semen yang dihasilkan sangat ditentukan
oleh keberhasilan unit ini. Unit pembakaran mempunyai beberapa sub bagian,
yaitu :
1. Blending Silo dan Umpan Kiln.
2. Suspension Preheater.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 25
3. Rotary Kiln.
4. Clinker Cooler.
3.3.3.1. Blending Silo dan Umpan Kiln
Produk dari Raw Mill (RM) yang disebut tepung baku ditransport
menuju Blending Silo (BS) yang kapasitasnya 20.000 ton. Type Blending
Silo yang digunakan adalah Continous Mixing Silo yang berfungsi sebagai
Mixing Chamber dan Storage Silo yang beroperasi secara Continous Flow
Silo. Prinsip dari proses pencampuran material berdasarkan atas perbedaan
layer material yang bercampur sewaktu material dikeluarkan dari silo. Jadi
proses blending akan berjalan dengan baik bila terbentuk sebanyak mungkin
layer material yang berbeda komposisi. Terbentuknya layer dilakukan
dengan pengumpanan ke dalam kedua silo lewat Air Slide feed system yang
bergantian dengan ketebalan layer maksimal 1 meter. Layer-layer material
yang terbentuk didalam silo akan bergantian dan tercampur sewaktu proses
pengeluaran aliran material akan membuat saluran. Untuk memperoleh hasil
pencampuran yang baik, isi silo harus dijaga agar sedikitnya berisi setengah
dari kapasitas silo yaitu sekitar 10.000 ton. Sebab bila isi silo kurang dari
setengahnya akan mengakibatkan proses pencampuran material menjadi
tidak baik.
Pemasukan material ke masing-masing silo diatur secara bergantian
dengan timer setiap 36 menit dan diatur lewat distribusi Cone yang
kemudian dilewatkan melalui Air Slide (AS) dengan laju alir 780 ton/jam.
Lapisan-lapisan yang terbentuk di dalam silo akan bergabung dan bercampur
sewaktu proses pengeluaran aliran material. Pengeluaran material dari dalam
Silo pada umumnya dilakukan secara bersamaan, melalui dua dari 10 flow
gate pada setiap silo atau empat flow gate untuk kedua silo. Siklus kerja
sepasang flow gate pada saat membuka dan menutup diatur sesuai dengan
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 26
interval waktu yang telah ditentukan yaitu 180 menit. Pada tiap Blending
Silo dilengkapi dengan dua buah Blower atau empat Blower (BL) untuk dua
buah Blending Silo yang berfungsi untuk aerasi pada airslide yang berada
didalam kedua Blending Silo dengan tekanan 0,56 kg/cm2 dan laju alir 360
m3/jam.
Material yang keluar dari kedua Silo merupakan umpan Kiln,
dilewatkan melalui Air Slide (AS) dikirim ke kiln Feed Bin (BI) yang
kapasitasnya 90 ton yang dilewatkan Air Slide (AS), masuk ke dalam
Junction Box (JB) dan kemudian dengan salah satu Bucket Elevator (BE)
dengan kapasitas 354 ton/jam material dibawa Air Slide (AS) masuk ke Kiln
Feed Bin (BI). Dari Kiln Feed Bin (BI) umpan Kiln dibagi ke dalam
Calibration Bin (BI) yang kapasitasnya masing-masing 50 ton. Keluar dari
kedua Calibration Bin ditimbang oleh Flow Meter (FM) yang kemudian
ditransport ke ILC (In Line Calciner) dan SLC (Separate Line Calciner)
Preheater lewat Air Slide (AS).
3.3.3.2. Suspension Preheater
Jenis Preheater yang digunakan oleh PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk. adalah Double String Preheater (PH) dengan 4 stages, yang
dilengkapi dengan ILC dan SLC Calciner. Aliran material berlawanan arah
atau counter current dengan gas panas, yaitu umpan masuk dari atas
Cyclone, sedangkan gas panas dialirkan dari bawah Cyclone. Untuk
meningkatkan efisiensi pemisahan antara gas panas dan material di dalam
Preheater maka pada stage I dipasang double cyclone. Pada stage I sampai
dengan stage III berfungsi sebagai pemanas awal umpan kiln, sedangkan
pada stage IV digunakan untuk memisahkan produk yang keluar dari
Calsiner yang telah terkalsinasi.
Proses pemanasan umpan pada stage I sampai III terjadi karena
adanya perpindahan panas antara gas panas yang keluar kiln dan calsiner
dengan umpan kiln yang masih dingin. Suhu umpan masuk Riser Duct stage
I yaitu 50 – 60C. Umpan kiln yang masih dingin masuk ke dalam riser duct
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 27
stage pertama dengan laju alir 260 ton/jam, kemudian bercampur dengan
aliran gas panas ikut masuk ke dalam cyclone. Di dalam cyclone umpan kiln
dipisahkan dari campuran antara gas dan material. Campuran antara umpan
Kiln dan gas panas masuk ke dalam Cyclone dengan arah tangensial,
sehingga akan terjadi pusaran angin. Pusaran angin tersebut mengakibatkan
terjadinya gaya sentrifugal, gaya gravitasi dan gaya angkat gas di dalam
Cyclone. Untuk material kasar gaya gravitasi dan gaya sentrifugal lebih
dominan. Gaya sentrifugal menyebabkan material menumbuk dinding
Cyclone sehingga akan jatuh ke down pipe karena gaya gravitasi. Untuk
material halus gaya angkat gas sangat dominan sehingga material akan
terangkat gas keluar dari Cyclone.
Material umpan kiln masuk ke dalam Riser Duct masuk ke Down
Pipe Cyclone stage II, kemudian mengalami proses seperti pada stage
pertama, demikian pula pada stage III dan IV. Material yang keluar dari
Cyclone stage III akan masuk ke dalam ILC dan SLC Calciner yang
masing-masing berkapasitas 260 ton/jam dan mengalami kalsinasi minimal
sampai 90%. Kemudian material akan terbawa aliran gas masuk ke dalam
Cyclone stage IV dan keluar dari Cycole stage IV melewati Riser Duct dan
akan diumpankan ke dalam Kiln.
3.3.3.3. Rotary Kiln
Rotary Kiln digunakan untuk membakar umpan kiln menjadi
Klinker. Sumber panas dalam Rotary Kiln dihasilkan dari pembakaran batu
bara.
Rotary Kiln dibagi menjadi 4 zone sesuai dengan reaksi yang terjadi
pada suhu dimana reaksi tersebut berlangsung. Zone-zone tersebut adalah :
a. Zone Kalsinasi, pada kondisi suhu 900 – 1100C
b. Zone Transisi, pada kondisi suhu 1100 – 1200C
c. Zone Klinkerisasi, pada kondisi suhu 1250 – 1450C
d. Zone Pendinginan, pada kondisi suhu 1450 – 1300C
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 28
Material keluar dari Preheater bersuhu 800C masuk ke dalam Rotary
Kiln (KL) dengan laju alir 7800 ton/jam, umpan kiln tersebut mengalami
pemanasan oleh gas panas dari batu bara. Pemanasan berlangsung secara
Counter Current, sehingga kontak antara panas dan umpan kiln lebih
efisien.Akibat kontak antar partikel maka akan terjadi perpindahan panas
dari gas panas menuju ke umpan kiln. Umpan kiln terus terbakar dan
meleleh hingga akhirnya akan terbentuk senyawa-senyawa semen yang
disebut clinker. Senyawa tersebut adalah : C2S, C3S, C4AF dan C3A. Berikut
adalah reaksi yang terjadi di setiap zone pada rotary kiln :
1. Zone kalsinasi lanjutan
Pada zone ini material akan mengalami proses kalsinasi lanjutan yang
sebelumnya telah terjadi suspension preheater 90%, kalsinasi dilanjutkan
dalam kiln sampai 100% sempurna serta pembentukan komponen C2S
(Dicalsium Silikat) yang sebagian juga telah terbentuk di preheater.
2. Zone Transisi
Pada zone transisi mulai terbentuk komponen-komponen dasar
penyusun semen seperti C3A (Trikalsium Silikat) dan C4AF (Tetra Aluminat
Ferrit )
3. Zone Klinkerisasi
Klinkerisasi merupakan proses persenyawaan terakhir pada zone ini
akan terbentuk sempurna yaitu C3S yang merupakan bahan utama penyusun
semen.
4. Zone Pendinginan
Setelah umpan kiln melewati zone klinkerisasi, umpan kiln akan tetap
meleleh dan bergerak ke daerah zone pendinginan. Pada zone pendinginan
lelehan akan mengalami penurunan suhu dari 1450oC menjadi 1300oC.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 29
Clinker ini selanjutnya akan bergerak menuju Clinker Cooler untuk segera
didinginkan.
3.3.3.4. Clinker Cooler
Clinker Cooler berfungsi sebagai pendingin clinker yang sudah
terbentuk dan memproduksi udara pembakar sekunder yang digunakan
dalam Rotary Kiln. Clinker Cooler yang digunakan terdiri dari 16
kompartemen. Sebagai media pendingin digunakan udara yang dihasilkan
oleh 14 buah Fan.
Clinker hasil pembakaran yang mempunyai suhu 1400oC keluar dari
Rotary Kiln dengan laju alir 330 ton/jam langsung jatuh ke dalam Clinker
Cooler (CC) dengan konsumsi panas 733 kcal/kg. Selanjutnya clinker
langsung diterima oleh grate-grate (sarangan).
Pendinginan dilakukan secara mendadak, yaitu untuk menghindari
terjadinya pengerasan semen atau dekomposisi C3S menjadi C2S, sehingga
clinker yang dihasilkan menjadi amorf supaya mudah digiling. Pendinginan
dilakukan sampai suhu clinker menjadi 82C keluar dari Clinker Cooler
dibawa oleh Drug Conveyor (DB) yang laju alirnya 470 ton/jam dan
dimasukkan ke dalam Clinker Storage Silo ( BI ) yang berkapasitas 75.000
ton.
Pada Clinker Cooler, grate-grate bergerak dengan cara bergeser,
sehingga clinker akan terdorong menuju outlet cooler yang dilengkapi
dengan Clinker Breaker/Crusher (CR) yang berfungsi menghancurkan
clinker yang masih kasar. Udara yang digunakan untuk mendinginkan
clinker panas dipakai kembali oleh Kiln, Calciner dan Roller Mill. Udara
panas dari Cooler compartmen 1, 2, 3 digunakan sebagai udara pembakar
sekunder. Sedangkan kebutuhan udara pembakar untuk calciner diambilkan
dari Cooler compartmen 5, 6, 7, 8 dan sisa udara Cooler dilewatkan dalam
Electrostatic Precipitator (EP). Debu yang berhasil disaring dicampur
dengan produk dari Cooler ke Drag Conveyor (DB) melewati Screw
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 30
Conveyor (SC), sedangkan udara bersih dibuang ke udara bebas melalui
Stack (SK).
3.3.4. Penggilingan akhir
Unit penggilingan semen dibagi menjadi 2 bagian, yaitu ;
1. Penanganan Clinker dan Penggilingan Bahan Penolong
2. Penggilingan Akhir.
3.3.4.1. Penggilingan Clinker dan Bahan Penolong
Clinker yang keluar dari Cooler yang bertemperatur 82C dibawa
oleh Drug Conveyor (DB) menuju ke penimbunan clinker (Clinker Storage
Silo) bin (BI) dengan kapasitas 75.000 ton. Untuk clinker mentah dibawa ke
Marginal Bin (BI) dengan kapasitas 1.000 ton untuk disimpan sementara
waktu, karena clinker mentah dapat dipakai lagi. Clinker mentah
dikeluarkan dengan truck lewat Loudout Spout System dengan laju alir 455
ton/jam.
Clinker dibawa Dump Truck untuk diumpankan ke Hooper (HP)
dan dibawa Belt Conveyor (BC) dengan laju alir 55 ton/jam ke Belt
Conveyor (BC) untuk dicampur dengan clinker dari penimbunan clinker.
Clinker Storage Silo mempunyai lubang pengeluaran 10 buah,
setiap pengeluaran dilengkapi dengan discharge gate. Dimana masing-
masing gate menarik clinker dengan laju alir 250 – 275 ton/jam. Clinker
keluar dari Clinker Storage Silo diumpankan ke tiga Belt Conveyor (BC),
yang terdapat dibawah Clinker storage silo. Dari sini terjadi pencampuran
Clinker mentah dengan clinker dari penimbunan, kemudian ditransfer ke
Belt Conveyor (BC). Dengan menggunakan Bucket Elevator (BE) campuran
material tersebut dibawa ke Bin Clinker (BI) dan Bucket Elevator (BE)
material dibawa ke Bin Clinker (BI) yang kapasitas masing-masing bin 175
ton.
Gypsum dan Trass dengan kadar sampai 14 % diambil dari tempat
penimbunan dengan menggunakan motor pengangkut untuk diumpankan ke
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 31
Hooper (HP). Kemudian dilewatkan Belt Conveyor (BC) melalui Apron
Conveyor (AC) yang mempunyai kapasitas 171 ton/jam. Dari Belt Conveyor
gypsum atau trass dibawa ke Hammer Mill (CR) yang laju alirnya 171
ton/jam. Di sini material akan mengalami size reduction dari material
berukuran 400 x 400 x 400 mm menjadi produk crusher berdiameter 0 – 2,5
mm, sebanyak 95 % dari umpan. Produk tersebut dibawa ke Bucket Elevator
(BE) melalui Belt Conveyor (BC) menuju ke Bin Gypsum (BI) atau Bin
Trass (BI) yang berkapasitas 175 ton.
3.3.4.2. Penggilingan Akhir
Clinker dan gypsum atau trass keluar dari masing-masing Bin
dengan ditimbang dahulu oleh Weight Feeder (WF), Gypsum dengan laju
alir 10,7 ton/jam, Trass dan Clinker dengan laju alir 204 ton/jam. Kemudian
ditansfer ke Belt Conveyor (BC). Dari Belt Conveyor ketiga material
tersebut ditransfer ke Bucket Elevator (BE) lalu Belt Conveyor (BC) dan
dimasukkan ke dalam Surge Bin (BI) yang berkapasitas 40 ton.
Clinker/Gypsum Mix keluar dari Surge Bin dengan laju alir 537
ton/jam diumpankan ke Hidroulic Rollert Crusher (CR) lewat Gate (GA)
untuk di precrushing sebelum digiling ke Ball Mill. Sebagian material yang
telah di-crushing dengan laju alir 322 ton/jam diresirkulasi kembali ke
Hydraulic Roll Crusher lewat Belt Conveyor (BC) dan kembali ke Surge
Bin (BI) untuk memelihara head dari material diatas Hydraulic Roll
Crusher. Dan sisa material yang telah di-crushing masuk ke dalam Ball Mill
dengan laju alir 215 ton/jam. Produk Hidroulic Roller Crusher berukuran 0
– 90 micron ini dalam Ball Mill akan mengalami size reduction menjadi
material campuran berukuran 100 mesh dan mempunyai suhu 107C.
Produk dari Ball Mill (BM) dipisahkan dengan Separator (SR)
lewat Air Slide (AS), dan Bucket Elevator (BE) dari sini produk dipisahkan
menjadi 2 bagian yaitu; untuk produk yang mempunyai kehalusan 325 Mesh
dibawa oleh aliran udara masuk Cyclone (CN) dan Fuller Plenum Dust
collector (BF). Produk dari cyclone (CN) bercampur dengan yang dari Dust
Collector (BF) dibawa ke Air Slide (AS). Dari Air Slide (AS) bercampur
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 32
dengan produk Dust Collector (BF) masuk ke Air Slide (AS) dan
diumpankan ke dalam Bucket Elevator (BE). Kemudian dari Bucket
Elevator (BE) dimasukkan ke dalam Cement Silo.
Suhu produk semen yang keluar Ball Mill dikendalikan oleh Water
Spraying (WS) dan sistem udara semprot yang ada di dalam penggiling. Alat
ini menjaga agar temperatur produk yang keluar penggiling konstan yaitu;
107C. Pendinginan lanjut dilakukan selama pemisahan di dalam separator,
sehingga suhu akhir semen menjadi 96C.
3.3.5. Pengemasan
Tahap pengantongan semen dimulai dari silo penyimpanan semen, yaitu
Silo 1, 2, 3, 4 yang masing-masing berkapasitas 20.000 ton yang terbagi dalam
2 line produksi. Alur proses pengantongan semen dimulai dari jatuhnya semen
ke Air Slide (AS) kemudian semen diangkut oleh Bucket Elevator (BE). Dari
Bucket Elevator material semen dilewatkan Air Slide (AS) dan Vibrating
Screen (VS) untuk memisahkan semen dengan kotoran pengganggu. Setelah
diayak semen berukuran 325 mesh di ditribusikan ke Air Slide bin 1 (untuk
line 1) dan Air Slide bin 2 (untuk line 2) dengan kapasitas tiap bin 80 ton,
kemudian masuk ke dalam Bin Packing (BP) yang berkapasitas 20 ton pada
masing-masing line. Selanjutnya pada line 1 di distribusikan ke 4 mesin
packer yaitu roto packer 1,2,3,4. Dan untuk line 2 di distribusikan ke 4 mesin
packer yaitu roto packer 5,6,7,8. Kemudian pada tiap-tiap line di distribusikan
ke belt coveyor yang melalui timbangan berat yang didalamnya terdapat
sistem back reject .
Pemasukkan semen ke dalam kantong diatur rentang berat 39,5–40,5 kg
untuk semen jenis OPC dengan berat 40 kg dan rentang berat 49,5–50,5 kg
untuk semen jenis PPC dengan berat 50 kg . Jika berat semen kurang dari 39,5
dan 49,5 Kg apabila berat memenuhi maka akan di distribusikan ke belt
conveyor untuk di distribusikan dengan truck, namun apabila berat tidak lolos
akan diayak dan dibawa Screw Conveyor (SC) kemudian dikembalikan ke
Bucket Elevator (BE) memenuhi maka akan kembali di reject ke bucket 1
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 33
untuk line 1 dan bucket 2 untuk line 2. Sedangkan untuk produksi curah dari
Air slide bin 1 dan 2 masuk ke Bin Semen Curah (BSC) kemudian diangkut
dengan menggunakan truck untuk didistribusikan ke konsumen dalam bentuk
curah.
3.4. Material yang Digunakan
1. Batu Kapur
Batu kapur dapat diperoleh dari lahan atau area berupa bukit di sekitar
pabrik, yaitu di Desa Sumber Arum, Pongpongan dan lahan milik Perhutani.
Batu kapur tersebut ditambang pada lahan seluas 800 hektar yang dibagi
menjadi blok–blok dengan 1 blok seluas 1 hektar, yang mana dihitung sejak
tahun 1999 batu kapur tersebut dapat dikonsumsi selama 30 tahun lagi.
Penambangan per harinya mencapai 35.000 ton.
Batu kapur berupa bukit itu ditambang dengan sistem pertambangan
Single Bench Continuous, maksud dari sistem ini adalah untuk menghindari
kelongsoran pada bukit kapur. Sistem ini membagi ketinggian tanah menjadi
beberapa level dimana tiap level tingginya 6 meter. Bench slope 80º. Overall
slope 63º. Penambangan dilakukan pada level pertama pada tiap blok. Setelah
level I habis, kemudian level II mulai ditambang, demikian seterusnya
sampai dicapai ketinggian minimum yang ditetapkan pemerintah, yaitu 30
meter diatas permukaan air laut. Hal ini sesuai dengan ketetapan pemerintah
lewat Surat Ijin Penambangan Daerah ( SIPD).
Gambar 3.1. Penambangan Single Bench Continuous.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 34
Untuk jenis batu kapur yang ditambang dapat diklasifikasikan menjadi 5,
yaitu :
Super Grade
Dengan kandungan CaO > 55 %
High Grade
Dengan kandungan 54 % < Cao < 55 %
Medium Grade
Dengan kandungan 53 % < CaO < 54 %
Low Grade
Dengan % CaO < 53 %
Dolomit
Dengan kandungan MgO > 5 %
Tetapi bahan baku yang dikehendaki untuk diolah adalah klasifikasi
medium grade.
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam penambangan batu kapur.
Tahap- tahap tersebut meliputi :
1. Tahap Pembabatan (Clearing)
Pembersihan daerah tambang berupa semak–semak dan rumput–rumput
yang dapat mengganggu proses penambangan. Peralatan yang digunakan
pada tahap ini adalah Bulldozer yang dilengkapi dengan Ripper.
2. Tahap pengupasan tanah (Stripping)
Pengupasan tanah bagian atas (top soil) sampai permukaan bukit yang
berkapur. Maksud dari pengupasan adalah agar lapisan yang tidak
dimanfaatkan dibersihkan dari batu kapur, karena dapat mengurangi
proses kandungan kapur. Top Soil tersebut dipindahkan, dan bila
pertambangan selesai dilakukan Top Soil tersebut dikembalikan lagi. Alat
yang digunakan adalah Bulldozer, Loader dan dump truck.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 35
3. Tahap pembongkaran (Breaking)
Pembongkaran batu kapur dengan sistem pengeboran (Drilling) dan
peledakan (Blasting). Tujuan dari pengeboran yaitu untuk menempatkan
bahan peledak dengan menggunakan Crasi Air Drill. Lubang yang
dihasilkan dari pengeboran mempunyai diameter 3,5 inchi dengan
kedalaman 6 m, jarak antara lubang 2,5-3 m. Peledakan ini menggunakan
ANFO (Amonium Nitrit Fuel Oil) yang berupa butiran dengan
komposisi 94,5 % dan solar 5,5 %. Peledakan ini juga menggunakan
power gel yang biasanya disebut dengan dinamit yang panjangnya 20
cm dan beratnya 200 gr serta sebagai pemicunya adalah elektrik denator.
ANFO ini dapat bekerja (aktif atau meledak) jika mendapatkan tekanan
tinggi dari power gel yang dihubungkan dengan elektrik detonator.
4. Tahap pemuatan (Loading)
Pengangkutan atau pengambilan material untuk ditempatkan ke alat
transportasi dan diteruskan ke penimbunan. Peralatan yang digunakan
adalah loader, wheel loader dan power shorel.
5. Tahap pengangkutan (Hauling)
Pemindahan material dari quary ke unit crusher, sedangkan peralatan yang
digunakan adalah dump truck. Ada 2 macam hauling, yaitu :
a) Hauling load : pengangkutan batu kapur ke pabrik dengan
menggunakan dump truck.
b) Hauling Empty : Dump truck kosong dari pabrik kembali ke lokasi
pengambilan batu kapur.
6. Tahap penimbunan
Batu kapur yang sudah ditimbun di dalam limestone storage, maka
dilakukan pembagian zona. Pembagian zona ini dengan maksud untuk
membedakan kualitas dari batu kapur, baik kandungan air, CaCO3,
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 36
kandungan CaO maupun kandungan MgO. Pada penimbunan peralatan
yang digunakan adalah travelling tripper.
2. Tanah Liat
Sedangkan untuk penambangan tanah liat, diambil dari Telogo Waru dan
Mliwang dilakukan pada lahan seluas 200 hektar dan 300 hektar.
Penambangan yang dilakukan per harinya mencapai 10.000 ton. Jarak quary
ke plant sekitar 3 – 5 km ke arah timur laut. Pelaksanaan operasional quary
dilakukan oleh PT. UTSG yang merupakan perusahaan patungan antara PT.
United Tractor dengan PT. Semen Gresik. PT. UTSG menangani peledakan
batu kapur, transportasi batu kapur dan tanah liat dari Quary ke plant site.
Jenis tanah liat yang ada dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu ;
High alumina, dengan kandungan Al2O3 > 15%
Low alumina, dengan kandungan Al2O3 < 15 %
Pada penambangan tanah liat ini dilakukan dengan cara sederhana, tidak
serumit di penambangan batu kapur. Tanah liat ditambang dengan
menggunakan clay pit dan ditimbun pada clay storage. Penambangan
dilakukan per level, sedalam 2 meter, sesuai dengan SIPD, maka
penambangan akan dilakukan sampai dicapai batas minimum yaitu 0 meter
dari permukaan air laut. Sistem yang digunakan dalam penambangan tanah
liat adalah open pit, yaitu sistem penambangan yang pada akhirnya
penambangannya membuat daerah tambang berbentuk lubang galian terbuka.
Sistem ini bermaksud untuk menggandakan fungsi lahan tanah liat, tanah
liatnya ditambang untuk bahan baku semen, sedangkan bekas galian yang
berupa lubang terbuka dapat digunakan sebagai penampungan air. Dalam hal
ini adalah air hujan, dimana air tersebut dapat digunakan untuk memenuhi air
proses dan air sanitasi. Lubang galian terbuka jika sudah terisi oleh air hujan
bentuknya menyerupai telaga dan oleh penduduk sekitar telaga buatan di
daerah Temandang disebut sebagai Telaga waru. Bentuk lubang galian
terbuka menyerupai tangga, ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
longsor.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 37
Gambar 3.2. Bentuk lubang galian terbuka.
Tahap penggalian hampir sama dengan penggalian batu kapur. Yang
berbeda adalah penggalian tanah liat tidak menggunakan Drilling dan
Blasting, sehingga hanya meliputi :
1. Cleaning (Pembersihan)
Yaitu membersihkan lapisan atas tanah dari tumbuhan serta kotoran lainnya.
Alat yang digunakan adalah Buldozer.
2. Stripping (Pengupasan)
Yaitu pengupasan lapisan humus sampai permukaan tanah liat. Alat yang
digunakan adalah Escavator.
3. Digging (Pengerukan)
Yaitu pengerukan tanah liat dari lapisan tanah dengan menggunakan Drag
Line.
4. Loading (Pemuatan)
Yaitu pemuatan tanah liat yang telah digali ke Dump Truck.
5. Hauling (Pengangkutan)
Yaitu pangangkutan tanah liat dari lokasi penggalian ke pabrik dengan
menggunakan Dump Truck.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 38
3. Pasir Silika
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. mengkonsumsi pasir silika dari
daerah Cilacap, Banyuwangi dan Bangkalan yang diangkut dengan
menggunakan truck menuju lokasi pabrik.
4. Pasir Besi
Kebutuhan pasir besi didatangkan dari Jepara, Probolinggo, Cilacap,
Banyuwangi. Oleh karena itu tidak dilakukan perlakuan awal. Pengangkutan
dilakukan dengan menggunakan truck menuju lokasi pabrik.
5. Gypsum
Kebutuhan Gypsum diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik. Gypsum
diangkut dengan truck ke pabrik berupa kerikil. Gypsum ini digunakan untuk
penghambat proses pengeringan pada semen.
6. Trass
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. menggunakan trass untuk
memproduksi semen PPC (Portland Pozzoland Cement) yang dikonsumsi
dari beberapa daerah Pati dengan transportasi truck.
3.5. Pemeliharaan dan Perawatan
Produktivitas merupakan salah satu tolak ukur kemampuan dalam
menghasilkan suatu barang atau jasa, sedangkan kontinuitas adalah keberhasilan
menjalankan suatu sistem secara terus–menerus dan berkesinambungan.
Produktivitas akan bejalan lancar apabila didukung dengan kondisi mesin yang
optimal. Untuk mencapai suatu tolak ukur kemampuan dan kontinuitas produksi
dengan kondisi mesin yang optimal, suatu perusahaan wajib menerapkan prosedur
perawatan terhadap peralatan-peralatan yang dapat menunjang keberlangsungan
proses produksi. Prosedur perawatan tidak terlepas dari proses inspeksi dan
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 39
pengecekan secara berkala terhadap peralatan dan perbaikan mesin baik pada
jangka waktu yang pendek maupun panjang. Adapun istilah-istilah yang dikenal
dalam prosedur perawatan secara garis besar sebagai berikut :
1. Free Maintenance
Yaitu perawatan atau perbaikan yang tidak perlu dilakukan apabila terjadi
masalah pada suatu peralatan karena tidak mempengaruhi kinerja dari mesin
sehingga tidak menimbulkan kerugian dalam proses produksi. Untuk Free
Maintenance yang ada di Pabrik Semen Gresik cenderung dikhususkan pada
konstruksi pabrik bukan pada peralatan mesin-mesin produksi. Dalam kasus
pemeliharaan mesin roller mill, tidak ada satupun peralatan yang bisa Free
Maintenance.
2. Predictive Maintenance
Yaitu perawatan atau perbaikan dilakukan berdasarkan kondisi peralatan
(Conditional Based Maintenance). Kegiatan Predictive Maintenance meliputi
:
Adanya inspeksi terjadwal.
Berdasarkan analisa.
Penyediaan Spare part lebih baik.
Keuntungan dari Predictive Maintenance salah satunya adalah cost dari
perawatan lebih rendah.
3. Preventive Maintenance
Yaitu perawatan atau perbaikan peralatan yang dilakukan secara terencana
dan terjadwal berdasarkan waktu, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada mesin (peralatan), yang mana informasi diberikan kepada
operator maupun petugas dilapangan harus benar dan sesuai dengan kondisi
dan situasi yang sebenarnya, dengan memperhatikan beberapa faktor yaitu :
Time Base.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 40
Master Schedule.
Spare part selalu disiapkan.
Hal–hal yang harus diperhatikan pada preventive maintenance adalah
pendaftaran semua jenis kegiatan dan masing–masing peralatan yang
meliputi pembersihan, penggantian suku cadang, adjusment (penyetelan), dan
tes fungsi, disamping itu juga memberi uraian lengkap terhadap masing–
masing jenis kegiatan yaitu :
Pekerjaan yang dilakukan
Lokasi peralatan
Mematikan semua peralatan yang ada untuk pengecekan dan pekerjaan
preventive ini direncanakan berdasarkan manual yang ada dilapangan
sehingga tindakan selanjutnya akan lebih mudah.
4. Corretive Maintenance
Yaitu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu peralatan setelah
gangguan itu terjadi dan evaluasi dilaksanakan pada saat kondisi mesin
(peralatan) dimatikan atau mati dengan sendirinya pekerjaan ini dapat
direncanakan, kecuali pelaksanaan dengan conditional monitoring atau terjadi
perbaikan karena kondisi memang harus dilaksanakan.
5. Overhaul
Yaitu memperbaiki mesin–mesin secara total bisa dikarenakan karena
trouble (gangguan) yang besar atau karena kondisi peralatan (mesin) yang
harus diperbaiki atau penggantian suku cadang. Oleh karena itu pekerjaan
dapat direncanakan dan disusun jadwalnya dengan baik. Overhaul dilakukan
dengan bahan pertimbangan atas dasar gabungan dari time based
maintenance dan condition based maintenance suatu peralatan / mesin itu
sendiri. Pekerjaan ini timbul dalam usaha melakukan improvement terhadap
exiting plant. Oleh karena itu pekerjaan perbaikan yang secara total
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 41
menyangkut kegiatan-kegiatan proses produksi dalam waktu yang lama
tenaga pekerja yang banyak serta dalam kondisi mesin yang mati.
Kegiatan ini harus dikoordinasikan dengan seksi-seksi yang lain berkaitan
dengan proses produksi semen untuk pekerjaan yang kecil (modifikasi)
dilakukan sendiri. Pekerjaan yang besar dan membutuhkan penanganan
secara serius dengan waktu yang lama , maka pekerjaan tersebut dilakukan di
bengkel mesin dan bila di bengkel mesin PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
tidak mampu menyelesaikan dengan cepat, maka pekerjaan ini diserahkan
diluar unit kerja di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
3.6. Quality Control
3.6.1. Unit Jaminan Mutu
Guna menjaga jaminan mutu produksi maka Pabrik Semen Indonesia
memiliki Jaminan Mutu. Tugas dari unit adalah melakukan penganalisaan,
pengujian dan pengawasan terhadap bahan mentah yang dipasok dan produk /
semen yang sudah jadi agar sesuai dengan standar yang telah ditentukan seperti
yang telah terlampir. Sedangkan pengujian dan pengawasan terhadap bahan
baku selama proses sampai menjadi produk merupakan tugas dari Unit
Pengendalian Proses.
Bahan mentah yang dianalisa setiap hari adalah :
A. Pasir Silika
1. SiO2 yang terkandung minimal 90%
2. H2O yang terkandung maksimal 6%
B. Pasir Besi
1. Fe2O3 yang terkandung minimal 65%
2. H2O yang terkandung maksimal 6%
Sebagai bahan pengganti dapat digunakan Cooper Slag yang harganya relatif
murah.
C. Gypsum
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 42
CaSO4.2H2O yang terkandung minimal 91%. Gypsum didatangkan dari PT.
Petrokimia Gresik dalam bentuk granular.
D. Trass
Fungsinya sebagai pozzolan material untuk membuat semen PPC. Pada
dasarnya sifat trass sama seperti semen. Untuk itu trass diuji menggunakan
Pozzolanic Activity (untuk menguji sifat semen pada trass). Jumlah SiO2,
Fe2O3 dan Al2O3 minimal 75%. Kadar air yang diizinkan maksimal 10%.
Pengujian terhadap bahan mentah dan semen dilakukan secara fisika dan
kimia, sehingga Unit Jaminan Mutu PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
memiliki 2 laboratorium, yaitu :
1. Laboratorium Fisika
a. Bahan Mentah
Bahan mentah yang diuji dalam laboratorium ini hanya trass. Trass diuji
kekuatan tekannya (pozzolan activity).
b. Semen
Pengujian sifat semen, meliputi :
Kehalusan
» Pengujian kehalusan dengan alat Blaine
Standar kehalusan dengan alat Blaine adalah sebagai berikut :
- Untuk semen OPC : 2900-3400 cm2/gram
- Untuk semen PPC : 3400-3800 cm2/gram
» Pengujian kehalusan dengan ayakan
Pengujian konsistensi normal, yaitu pengujian dengan
menggunakan jarum vicat.
Pengujian waktu pengikatan, antara lain :
- Pengujian dengan menggunakan jarum vicat.
- Pengujian waktu pengikatan dengan menggunakan jarum billmore.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 43
Kekekalan bentuk
Standar prosedur pengujian pemuaian dengan autoclaf. Metode ini
meliputi penentuan pemuaian semen Portland dengan alat autoclaf
yang menggunakan benda uji berukuran 25 x 25 x 286 mm.
Standar pengujian kuat tekan
Metode ini meliputi penentuan kuat tekan mortar semen hidrolis
menggunakan benda uji berukuran sisi 50 mm.
- Pengujian peningkatan semu (False Time)
Pengujian ini menggunakan jarum vicat. Metode ini meliputi
penentuan kekuatan awal dalam pasta semen Portland.
- Pengujian panas hidrasi
Pengujian ini menggunakan alat kalorimeter yaitu dengan
mengukur kalor pelarutan semen kering dan kalor pelarut semen
yang telah terhidrasi selama 7 hari dan 28 hari.
Pengujian tekan dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan yang
dapat memberikan informasi berapa kuat tekan pada beton yang dibuat
dari semen hasil penggilingan di finish mill. Sedangkan untuk menguji
LOi dan Insoluble digunakan furnace sebagai pemanas bahan uji.
2. Laboratorium Kimia
a. Bahan mentah
Pengujian bahan mentah meliputi :
Pemeriksaan komponen silica dioksida (SiO2)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bahan metah batu kapur, tanah liat,
pasir silika, pasir besi dan lain-lain.
Pemeriksaan ferri oksida
Memeriksa komponen besi pada bahan mentah batu kapur, tanah liat,
pasir silika, pasir besi dan lain-lain. Selain itu juga memeriksa kadar
airnya.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 44
Pemeriksaan fosfo gypsum
Pemeriksaan ini meliputi cara uji fosfo gypsum (H2O bebas, H2O terikat
dan perhitungan CaSO4, 2H2O) sebagai bahan tambahan untuk
pembuatan semen Portland. Fosfo gypsum adalah padatan yang
diperoleh dari hasil pembuatan asam fofat, berwarna abu-abu sampai
putih kekuning-kuningan yang komponen terbesarnya terdiri atas
CaSO4 . 2 H2O.
Pemeriksaan batu trass
Standar ini meliputi cara pemeriksaan kimia (SiO2 dan R2O3) dan kadar
air pada batu trass. Batu trass (pozzolan) adalah bahan penambah pada
pembuatan semen Portland (PPC) yaitu bahan alam atau bahan yang
terutama terdiri atas senyawa alumina silica yang telah mempunyai
sifat semen dalam keadaan tunggal, tetapi apabila dicampur dengan
kapur dan air pada suhu kamar dapat membentuk bahan yang bersifat
semen.
b. Terak dan Semen
Sampel terak dan sampel semen dianalisa di laboratorium telah
disediakan oleh laboratoriun mix control. Sedangkan laboratorium
kimia adalah memeriksa oksida-oksida yang terkandung dalam terak
dan semen, seperti :
- % SiO2
- % Al2O3
- % Fe2O3
- % CaO
- % MgO
- % free lime dan SO3
Standar mutu bahan :
a. Batu kapur :
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 45
CaO 50 %
MgO 3 %
Free H2 10 %
Size 50 cm
b. Gypsum :
Free H2O 9 %
CaSO4. 2H2O 91 %
c. Besi :
Fe2O3 66 %
Free H2O 6 %
d. Silica :
SiO2 90 %
Free H2O 6 %
e. Trass :
SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 75 %
Pozzolan activity 800 psi
Free H2O 10 %
3.6.2. Unit Pengendalian Proses
Tugas utama dari unit pengendalian proses adalah untuk mengendalikan
kualitas bahan selama proses produksi yang sedang berlangsung yaitu mengatur
komponen bahan baku (raw mix design) sehingga didapatkan produk dengan
kualitas yang diinginkan. Seksi Pengendalian Proses mempunyai suatu
laboratorium yang difungsikan untuk menguji dan menganalisa komposisi
bahan setiap keluar dari satu unit ke unit lain. Parameter yang dianalisa
mencakup komposisi pile, komposisi bahan masuk dan keluar dari raw mill,
komposisi umpan masuk kiln, komposisi terak, komposisi pencampuran terak
dan gypsum pada finish mill serta komposisi produk semen. Kandungan yang
dianalisa dalam laboratorium ini meliputi kandungan CaO, MgO, SiO2, Al2O3,
Fe2O3, K2O, Na2O, H2O, Cl, LSF, Alumina ratio dan Silica ratio. Pengujian yang
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 46
dilakukan terhadap bahan baku semen dengan menggunakan analisa kimia dan
metode QCX yaitu Quality Control X-Ray.
Bahan uji keluaran dari tiap unit diambil sample dan dimasukkan ke
dalam kapsul untuk dikirim ke laboratorium pengendalian proses melalui alat
transport khusus. Alat transport ini berupa pipa-pipa yang didalamnya dialiri
oleh udara bertekanan yang dihasilkan kompresor.
Setelah bahan uji yang berupa sample diterima oleh laboratorium, maka
bahan uji diambil dan ditimbang sebesar 50 gr untuk diuji kadar air nya dengan
menggunakan alat moisture balance. Sedangkan sisa sample ditimbang dengan
timbangan elektronik untuk diuji kandungannya.
Bahan uji yang akan diuji harus ditimbang beratnya terlebih dahulu.
Setelah bahan uji ditimbang, maka bahan uji dihaluskan dengan menggunakan
mesin giling. Bahan uji diletakkan dalam mangkuk besi yang disertai dengan
penggiling kemudian mangkuk giling yang telah berisi bahan uji diletakkan
dalam mesin giling. Proses penggilingan bertujuan agar bahan uji menjadi lebih
halus dan bisa dianalisa dengan menggunakan mesin X-ray.
Setelah bahan uji ditumbuk dengan mesin giling, maka bahan uji
ditempatkan pada ring untuk diperiksa dengan mesin X-ray. Karena bahan uji
berbentuk serbuk, maka bahan uji harus dipadatkan terlebih dahulu dengan
menggunakan mesin press. Setelah di-press, bahan uji baru bisa diinspeksi
untuk mengetahui kandungan semen dengan menggunakan mesin X-ray. Dari
mesin X-ray, kita dapat mengetahui kandungan-kandungan dalam semen dalam
satuan persen (%).
Untuk pengambilan sample hasil dari kiln, pengambilan dilakukan secara
manual karena produk dari kiln berupa bongkahan-bongkahan. Selain itu pada
tahap penyiapan awal bahan uji, produk dari kiln perlu dihancurkan dulu dengan
menggunakan small crusher yang terdapat di laboratorium pengendalian proses.
Selain diperiksa kandungan bahan dalam semen, sample juga diuji tingkat
kehalusannya dengan menggunakan alat uji mesh dan blaine. Mesh merupakan
tingkat kehalusan butiran semen, sedangkan blaine adalah luasan yang dicapai
tiap gram nya.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 47
Pengujian kehalusan mesh dan blaine menggunakan alat uji yang
berbeda. Alat uji mesh menggunakan jet sleve. Prinsip kerja alat ini adalah
sample semen diletakkan dalam alat yang terdapat ayakan dengan ukuran mesh
tertentu, setelah itu mesin mulai mengayak. Sample yang tidak lolos ayakan
akan dihitung jumlahnya dalam satuan persen sehingga diketahui mesh rata-rata
sampel.
Sedangkan alat uji blaine bekerja berdasarkan aliran material uji yang
bergerak karena gaya gravitasi. Mula-mula sample dihitung beratnya dengan
menggunakan timbangan, setelah itu sample diletakkan dalam tempat pengujian
dan dihitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk cairan melewati jarak antara
dua garis batas horizontal dengan menggunakan stopwatch.
Secara garis besar kegiatan yang dilakukan seksi Pengendalian Proses
adalah :
1. Inspeksi
Meliputi pengamatan atau pengambilan contoh pada tiap tahapan proses.
2. Analisa
Meliputi analisa kimia di laboratorium kimia dan analisa dengan
instrumentasi di laboratorium X-Ray.
3. Pengambilan tindakan
Diadakan pengambilan tindakan bila produk yang didapat dari proses
tidak sesuai dengan persyaratan.
Pengontrolan dilakukan terhadap :
- Bahan baku semen
- Umpan masuk roller mill
- Kiln feed
- Clinker
- Produk semen dari finish mill
- Masukan dan keluaran dari coal mill
Pengontrolan tersebut meliputi syarat fisika dan kimia dari material dengan
perincian sebagai berikut :
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 48
1. Bahan baku semen
STANDAR BAHAN BAKU SEMEN
Standar (%) Batu kapur Tanah liat Pasir silika Pasir besi
H2O
CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
MgO
-
-
-
-
-
Max 5
Max 10
-
56-67
Max 20
-
-
Max 12
-
Min 88
-
-
-
Max 10
-
-
-
Min 63
-
2. Raw Mill
Kontrol terhadap umpan dilakukan dengan menganalisa kandungn SiO2,
Fe2O3, CaO, MgO dan modulus semen yaitu LSF, SR dan AR.
Sedangkan kontrolnya dilakukan setiap 1 jam.
STANDAR RAW MILL
Komponen Standar Target
LSF
SR
AR
H2O
Mesh
-1200 mesh
Min 95
2,1-2,4
1,61-1,85
Max 1 %
15-19 %
78-82 %
99,0
2,35
-
-
-
-
3. Kiln Feed
Pengambilan sampel untuk kiln feed dilakukan setiap 2 jam sekali.
STANDAR KILN FEED
Komponen Standar
LSF Min 98
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 49
SR
AR
H2O
Mesh
-1200 mesh
2,1-2,4
1,6-1,85
Max 1 %
15-19 %
78-82 %
4. Clinker
Standar clinker yang digunakan adalah :
- C3S sebesar 58-65 %
- Free lime sebesar max 2 %
5. Produk semen dari finish mill
Kontrol terhadap produk semen dari finish mill tergantung terhadap type
semen yang diproduksi. Dalam hal ini yang diproduksi adalah type I (OPC)
dan semen type PPC.
STANDAR PRODUK SEMEN DARI FINISH MILL
Komponen OPC PPC
Blaine (cm3/g)
Setting time (menit)
FL (%)
CaO
SO3
2900-3400
Min 100
Max 1,5
-
1,9-2,5
3400-3800
Min 100
Max 2,5
56-58
1,9-2,5
STANDAR GYPSUM DAN TRASS
Komponen H2O SO3
Gypsum
Trass
Max 10 %
Max 18 %
Min 40 %
-
Untuk menentukan kehalusan semen digunakan alat Blaine, yaitu jika
kehalusan semen yang diukur tinggi maka udara akan sulit menembus
partikel-partikel semen sehingga waktu yang dibutuhkan udara untuk
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 50
menembus semen lebih lama. Jadi waktu yang diperoleh dikalikan dengan
faktor teretntu sehingga diketahui kehalusan semen tersebut.
6. Masukan dan keluaran dari coal Standar yang digunakan adalah :
H2O in : Max 12 %
H2O out : Max 3,5 %
Mesh : 70 – 80 %
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 51
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Struktur Organisasi Unit Kerja
(Terlampir)
4.2. Tugas Pokok Unit Kerja
Agar pelaksanakan kegiatan perawatan dan perbaikan dapat berjalan dengan
lancar, perlu adanya penjabaran mengenai tugas dan tanggung jawab yang harus
dilakukan oleh masing-masing sub unit pemeliharaan. Uraian tugas dan tanggung
jawab sub unit pemeliharaan dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 4.1. job description sub unit maintenance
Waktu Sub unit Tugas dan tanggung jawab
Waktu
kejadian dan
terjadi
kerusakan
Sub unit
produksi
1. Mencatat waktu kejadian
2. Melaporkan atau membuat perintah kerja ke SE shift
engineering pemeliharaan
3. melaporkan informasi mengenaI kejadian apabila diperlukan
Sub unit
Shift
engineering
l. menerima laporan atau perintah kerja dari sub unit produksi
2. mencatat waktu kejadian dan permasalahan
3. mengadakan call out tenaga bila diperlukan
4. meneruskan perintah keja ke pemeliharaan area
Sub unit
pemeliharaa
n
1. menerim
a laporan dari sub unit produksi
2. mencatat
waktu kejadian dan permasalahan
3. menyiap
kan peralatan dan material untuk penanganan masalah
Waktu mulai
perbaikan
Sub unit
produksi
1. memberikan info tentang kejadian bila diperlukan
2. mencatat waktu mulai perbaikan
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 52
3. memantau pelaksanaan perbaikan atau penanganan
Sub unit
Shift
engineering
1. memantau pelaksanaan perbaikan atau
penanganan
2. mengkoordinasikan atau sub unit terkait
dalam perbaikan.
3. Menerima laporan dari pemeliharaan
area mencatat waktu mulai pelaksanaan perbaikan
Sub unit
pemeliharaa
n
1. Melaksanakan perbailan dan penanganan
2. Mencatat waktu mulai perbaikan
3. Mencatat kendala dalam penanganan
Tabel 4.2. job description sub unit maintenance
Waktu
selesai
perbaikan
Sub unit
produksi
1. Mengadakan trial individu bersama pelaku keja SE
2. Mencatat waktu selesai perbaikan atau penanganan
3. Mencatat waktu selama perbaikan
4. Menerima laporan dari sub unit produksi dan
pemeliharaan area
Sub unit
pemeliharaa
n
1. Mengadakan trial individu bersama operator
2. Mencatat waktu selesai perbaikan
3. Mencatat langkah yang diambil Dalam perbaikan
4. Serah terima pekerjaan dengan sub unit produksi
Waktu
persiapan
operasi
Sub unit
produksi
1. Mencatat waktu persiapan (start up)
2. Melaporkan ke SE tentang rencana start up
3. Mengadakan startup bersama SE dan pemeliharaan area
Sub unit
shift
engineering
1. Menerima laporan dari sub unit produksi mengenai waktu
persiapan operasi
2. Mengikuti dan menkoordinasi pelaksanaan start up
3. Memantau mesin atau peralatan selama start up
Sub unit
pemeliharaa
n
1. Mencatat waktu on Reel
2. Melaporkan waktu on reel ke SE
3. Mencatat waktu total pemberhentian operasi
Waktu on
reel
Sub unit shift
engineering
1. Mencatat waktu on reel
2. Mencatat waktu total pemberhentian
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 53
Sub unit
pemeliharaa
n
1. Mencatat waktu on reel
2. Mencatat waktu total pemberhentian
4.3. Tugas Umum
Dalam tugas ini kami mempelajari tentang Maintenance Pemeliharaan
Mesin Roller Mill 3-4.
Maintenance Pemeliharaan Mesin Roller Mill 3-4 merupakan pemeliharaan
mesin-mesin mulai dari reclaimer sampai dengan Raw Mill. beserta alat2
transportasi yang digunakan. Beberapa diantaranya Apron Feeder (Silica/Besi),
Appron Feeder (Mix), Appron Feeder (Correction), Screw Conveyor, Separator,
Tripple Gate, Belt Bucket Elevator, Chain Bucket Elevator. Fungsi dari
Maintenance Pemeliharaan Mesin Roller Mill 3-4 adalah untuk homogenisasi
seluruh material untuk keperluan pembuatan semen.
Pada penugasan ini, penjelasan umum untuk beberapa deskripsi alat yang
akan di maintenance kami mengacu pada jadwal skedul servis untuk area raw mill
tuban 3. Untuk Reclaimer dan Raw Mill Tuban 3 akan menjadi tugas pembahasan
khusus.
(Jadwal inspeksi yang dilakukan beserta service berkala terlampir)
Berikut penjelasan umum alat-alat kerja yang berada pada naungan seksi
Maintenance Pemeliharaan Mesin Roller Mill 3-4.
1. Appron Feeder
Appron feeder merupakan jenis pesawat pemindah bahan yang
mempunyai kapasitas pemindahan yang besar, dalam proses penyediaan bahan
baku apron feeder berfungsi sebagai pengumpan bagi belt conveyor, kemudian
belt conveyor akan memindahkan material tersebut untuk diproses lebih lanjut.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 54
Dalam pelaksanaannya apron feeder dapat dioperasikan dengan dua system
control, yaitu dengan system control secara otomatis dan system control secara
manual, dimana dengan system control tersebut kita bisa mengontrol kapasitas
feeder sesuai kebutuhan.
Gambar 4.1 Appron Feeder
Appron feeder yang termasuk dalam ranah kerja seksi Pemeliharaan Mesin
Roller Mill 3-4 adalah untuk silica dan besi. Lalu appron feeder juga digunakan
pada transportasi material yang sudah Mix.
2. Bucket Elevator
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 55
Gambar 4.2 Bucket Elevator
Bucket Elevator adalah suatu pesawat pemindah bahan yang berfungsi
untuk memindahkan material curah maupun material unit dengan jarak
pemindahan yang panjang, mempunyai beberapa kelebihan dan keuntungan,
seperti lebih ekonomis, lebih aman, lebih beragam penggunaannya, variasi
kapasitas yang lebih luas dan kontinyu.
Bucket elevator digunakan untuk alat transportasi silika maupun besi.
Maintenancenya juga meliputi belt dan chain bucket elevator.
3. Screw Conveyor
Gambar 4.3 Screw Conveyor
Screw conveyor merupakan salah satu jenis alat pemindah bahan yang
berbentuk ulir dan berfungsi untuk memindahkan material curah serta dapat pula
untuk mencampurkan, memampatkan material yang dipindahkan dengan merubah
tipe ulir. Bagian utamanya adalah poros yang dilengkapi screw yang berputar
dalam casing, poros tersebut diputar oleh motor yang terletak pada sisi luar
casing.
4. Seperator
Separator adalah tabung bertekanan yang digunakan untuk memisahkan
fluida sumur menjadi air dan gas (tiga fasa) atau cairan dan gas (dua fasa).
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 56
Separator dapat ditemui di dalam raw mill. Dimana pemisahannya dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Prinsip penurunan tekanan.
b. Gravity setlink
c. Turbulensi aliran atau perubahan arah aliran
d. Pemecahan atau tumbukan fluida
4.4. Tugas Khusus
Berikut penjelasan dari Reclaimer Tuban 4 dan Raw Mill Tuban 3.
4.4.1. Reclaimer
Reclaimer adalah alat yang bekerja untuk homogenisasi antara batu kapur
dan tanah liat. Juga mengurangi kandungan air pada material tersebut.
Gambar 4.4 Reclaimer pada pabrik Tuban 4
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 57
Prinsip kerja
Bridge scraper beroperasi dengan dua pile. Satu pile ditumpuk sewaktu
pile yang lainnya ditarik. Material yang memasuki storage dengan belt
conveyor di-discharge dari stacker yang bergerak dengan kecepatan
tersentu sepanjang storage pada relnya. Jaraknya di atas puncak pile dijaga
minimum untuk mengurangi emisi debu.
Gambar 4.5 Desain Reclaimer
Keuntungan bridge scraper adalah:
1. Cocok untuk material yang kering sampai tingkat stick sedang
2. Pengumpanan langsung pada free flowing material.
3. Penyetelan dapat dilakukan dengan efisien untuk bahan menta yang
komposisi kimianya bervariasi dalam rentang waktu yang panjang.
4. Kapasitas storage dapat dinaikkan
Peralatan yang terdapat pada reclaimer untuk menggerakan reclaimer antara
lain:
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 58
1. Travel Unit,
merupakan unit penggerak reclaimer dari timur ke barat dan sebaliknya untuk
perpindahan reclaimer. Travel unit di gerakan motor listrik dilengkapi transmisi
gear turbo, turbo coupling dan motor break. Elektrik system dilengkapi limit
switch untuk automatik gerakan travel unit dan limit switch untuk emergency
stop.
Pelengkap lainnya adalah magnetic switch gunanya untuk menetralisir
gerakan roda travel unit, rail clamp berfungsi untuk pengerem saat reclaimer tidak
running, tiap rail clamp dilengkapi limit switch sebagai signal operasi. Juga
dilengkapi cable rel yang merupakan mekanik sistem untuk menggulung dan
mengulur kabel secara teratur di sepanjang stockyard. Kabel rel ini dua yaitu
Kabel merah untuk power supply tegangan tinggi dan kabel hitam untuk power
supply tegangan rendah di sistem panel control. Kelengkapan kabel ini: kabel
drum, motor penggerak, guide cable dan dua limit switch pembalik gerak motor
dan emergency stop.
2. Bridge Belt Conveyor,
merupakan belt conveyor penerus yang membujur di sepaanjang reclaimer,
fungsinya untuk mentransfer pellet yang diambil dari bucket wheel. Bridge
conveyor ini digerakkan sebuah motor listrik dan dilengkapi transmisi gear box,
turbo coupling dan motor break, dilengkapi limit switch penggerak motor bridge
conveyor yang bekerjanya diatur oleh chute table.
3. Carriage Traverse,
berfungsi sebagai pembawa bucket whell, disamping itu mempunyai limit
switch emergency stop, magnetik monitor untuk membalik gerakan carriage
travers jika reclaimer pindah posisi, serta garu yang berfungsi untuk meruntuhkan
tumpukan pellet agar mudah dikeruk oleh bucket wheel.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 59
4. Bucket wheel,
fungsinya mengambil atau mengeruk pellet dari stockyard selanjutnya di
transfer ke bridge belt conveyor melalui corong (chute table). Mempunyai bucket
yang bergerak memutar mengelilingi bridge belt conveyor reclaimer,
penggeraknya motor listrik, sedangkan sistem pelumasan untuk putaran bucket
wheel menggunakan grease dengan lubrication central unit, dilengkapi dengan
sistem magnetik monitor untuk mendeteksi putaran serta kontak box ( operasi
single / local ). Cara kerja automatic dari reclaimer adalah hubungan sinkron
antara bucket wheel, carriage traverse, bridge belt conveyor dan travel unit.
Karena putaran bucket wheel konstan, kecepatan carriage traverse dan bridge belt
conveyor tetap atau konstan sedangkan kecepatan travel unit bisa diatur sesuai
jumlah bahan baku yang akan diambil.
Gambar 4.6 Bentuk bucket pada reclaimer
Pada skedul servis yang di terapkan pada Seksi Pemeliharaan Mesin RM
3-4 Pabrik Tuban. Salah satu pemeliharaan RM Tuban 3-4 yang paling sering di
inspeksi dan service adalah bridge reclaimer. Hal ini dikarenakan jantung
homogenisasi pertama ada pada reclaimer. Ketika reclaimer rusak atau mengalami
kendala, maka batu kapur dan tanah liat tidak dapat dialirkan ke conveyor
sehingga proses selanjutnya dapat terhenti.
Pre-homogenisasi
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 60
Prehomogenisasi adalah suatu mekanisme atau proses yang bertujuan
untuk menghomogenkan komposisi kimia dan kehalusan bahan baku setelah
diambil dari tambang dan dipecah (crushing) sehingga berukuran tertentu.
Prehomogenisasi bahan baku dapat diperoleh pada saat bahan baku tersebut
disimpan (penuangan dari alat transport ke tempat penyimpanan sementara) dan
diambil dari storage.
Dengan demikian proses prehomogenisasi erat sekali kaitannya dengan
mekanisme penuangan bahan baku dari alat transport, penyimpanan dan
pengambilan bahan baku ke atau dari storage sebelum mengalami proses
selanjutnya. Oleh sebab itu teknik penyimpanan dan pengambilan bahan baku ini
merupakan hal penting dalam menyeragamkan awal komposisi kimia dan ukuran
butirnya.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pemilihan
stacker dan reclaimer adalah sebagai berikut:
1. Efek homogenisasi yang dibutuhkan.
2. Kemungkinan menaikkan
kapasitas storage.
3. Sistem penyimpanan
terbuka atau tertutup.
4. Sistem pengumpanan
mill.
5. Karakteristik kimia material
yang akan di- handle
Kendala atau masalah yang dialami:
1. Bucket
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 61
Gambar 4.7 Bucket pada reclaimer dengan modifikasi
Kelengketan tanah liat dan batu kapur pada bucket ketika material tersebut
basah. Hal ini berpengaruh pada beban kerja reclaimer saat pengangkutan. Ketika
material lengket maka material yang akan dialirkan ke conveyor akan sedikit.
Juga dapat merusak sistem kerja reclaimer. Namun masalah tersebut dapat diatasi
dengan lapisan polimer yang tahan terhadap erupsi yang ternyadi pada bucket
tersebut. Seksi pemeliharaan RM Tuban 3-4 memasang polimer dengan merek
xyliton. Yang pada gambar dibawah ini berwarna merah. Namun xyliton sangat
mahal. Maka tidak semua bucket di lapisi xyliton. Xyliton diberi setiap lima
bucket. Maka dari itu Seksi pemeliharaan RM Tuban 3-4 masih mencari material
apa yang dapat mengurangi lengketnya material namun dengan harga yang minim
untuk mengurangi biaya produksi.
4.4.2. Raw Mill
Untuk penggilingan Raw Material di pabrik Tuban 3 digunakan Vertical
Roller Mill dengan tipe Fuller Loesche Mill Size LM-59.42, yang mempunyai
Grinding Table dengan diameter 5,9 m, dan empat buah Grinding Roller.
Kapasitas terpasang dari Roller Mill adalah 600 MTPH. Raw Mill System untuk
Fuller Loesche Mill tipe LM-59.42, dilengkapi dengan tiga buah Mill Fan system
sehingga bisa disebut sebagai Air Swept Vertical Roller Mill.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 62
Gambar 4.8 Desain Vertical Raw Mill
Prinsip Kerja
Bahan mentah utama yang terdiri dari batu kapur dan tanah liat di garuk
dengan menggunakan reclaimer dari stock pile masing – masing , kemudian
bahan koreksi yang berupa pasir silika dan pasir besi di campur dengan bahan
mentah uatama dalam sebuah belt conveyor untuk di umpankan ke dalam
vertical mill. Di dalam vertical mill keempat bahan mentah yang telah
bercampur dengan proporsi tertentu itu mengalami proses penggilingan dan
pengeringan. selanjunya, material yang telah halus di hisap dengan sebuah fan.
Untuk mendapatkan produk vertical mill tepung baku atau raw meal yang
memiliki kehalusan sesuai dengan standard , maka material yang terhisap harus
melewati separator terlebih dahulu dan selanjutnya di pisahkan dari gas panas
dengan menggunakan 4 buah cyclone.
Tujuan utama mesin raw mill :
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 63
1. Grinding
Material campuran yang masuk dihaluskan lagi, yang semula 700 mm,
setelah keluar dari RM (Raw Mill) menjadi 9 Mikro.
2. Drying
Material campuran dikeringkan sampai kelembaban 1%. Media
pengeringan adalah hot gas yang berasal dari Kiln.
3. Transport
Hot gas yang dipakai untuk mengeringkan material juga berfungsi untuk
mentransportasikan material campuran tersebut. Karena pada prinsipnya udara
panas akan menuju ke atas, sehingga material yang sudah halus akan naik dan
terhisap pada separating, yang nantinya akan memisahkan material.
4. Separating
Selama proses di RM, material yang sudah halus kemudian menuju
tahapan proses berikutnya, sedangkan yang masih kasar akan terus mengalami
penggilingan (grinding) kembali sampai halus. Setelah keluar dari RM, bahan
material ini disebut dengan istilah Raw Mix atau Raw Meal. Raw meal ini
kemudian masuk lagi ke sebuah storage atau biasa disebut Blending Silo. Selain
bertujuan untuk penyimpanan sementara, Blending Silo berfungsi untuk tempat
homogenisasi. Proses homogenisasi intinya sama seperti Pre-homogenisasi, cuma
ukurannya saja yang berbeda dan bahan penyusunnya juga sudah tercampur. Pre-
homogenisasi materialnya hanya limestone saja, sedangkan Homogenisasi terdiri
dari empat bahan baku semen. Sehingga proses homogenisasi yang dilakukan
bertujuan untuk memaksimalkan pencampuran dari keempat bahan tersebut.
Kendala atau masalah yang dialami :
1. False Air (udara luar masuk kedalam Raw Mill)
Hal ini di akibatkan karena adanya modifikasi sendiri pada saat
pemeliharaan pada bagian lengan hidrolik yang menopang grinda penghalus pada
mesin Raw Mill, yang sebelumnya tidak terjadi false air/udara luar yang masuk ke
dalam mesin Raw Mill karena adanya Seal yang mencegah udara luar masuk.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 64
Setelah perbaikan dengan modifikasi yang ukurannya tidak sesuai lagi dengan
standar mesin yang digunakan sebelumnya, terjadi ketidak sesuaian pada fungsi
Seal yang ada, sehingga terdapat celah yang mengakibatkan udara luar masuk ke
dalam Raw Mill.
Pada saat Raw Mill bekerja, temperatur di dalam proses umumnya
mencapai 350oC dengan menggunakan udara panas yang di ambil dari panas kiln.
Karena adanya udara yang masuk dari luar, hal ini menyebabkan turunnya
temperatur kerja pada Raw Mill, sehingga operator harus menambahkan lagi
udara panas untuk mencapai temperatur yang di inginkan.
Dengan adanya penambahan udara panas yang terus menerus, hal ini
berpengaruh pada kinerja mesin Fan yang menyalurkan udara panas, dan
mengakibatkan pemakaian energi listrik yang cukup banyak dan tidak efisien,
serta pengaruh penggunaan listrik yang berhubungan dengan faktor ekonomi yang
ada.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses produksi semen terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a. Tahap I : Penyiapan bahan baku
b. Tahap II : Penggilingan bahan baku
c. Tahap III : Pembakaran
d. Tahap IV : Penggilingan akhir
e. Tahap V : Pengemasan
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 65
2. Bahan baku pembuatan semen terdiri dari :
Batu kapur ± 80%
Tanah liat ± 15%
Pasir silika ± 4%
Pasir besi ± 1% +
Jumlah 100%
Gypsum ± 4% (merupakan bahan baku tambahan untuk penghambat
proses pengeringan pada semen)
3. Proses pemeliharaan mesin-mesin produksi ada beberapa macam, yaitu :
a. Preventive Maintenance
b. Predictive Maintenance
c. Corrective Maintenance
d. Breakdown Maintenance
e. Overhaul
Secara umum pemeliharaan yang dilakukan pada Seksi
Pemeliharaan Packer Machine menggunakan sistem Planned Maintenance
atau yang biasa disebut sebagai pemeliharaan secara terencana, yang
digolongkan menjadi dua jenis pemeliharaan, yaitu: (1) Preventive
Maintenance dan (2) Predictive Maintenance. Kedua jenis pemeliharaan
tersebut dilakukan secara terencana. Namun demikian keduanya mengacu
pada dua faktor yang berbeda dalam pelaksanaannya dimana untuk
Preventive Maintenance lebih didasarkan pada waktu atau biasa disebut
dengan Time Based Maintenance (TBM), sedangkan Predictive
Maintenance lebih didasarkan oleh kondisi peralatan atau mesin-mesin
yang dijalankan atau biasa disebut dengan Conditional Based Maintenance
(CBM).
4. Kerusakan yang sering terjadi pada Bucket Reclaimer yang mengalami
kelengketan material saat material basah (musim hujan).
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 66
5. Besarnya pengaruh akibat standar alat – alat yang ada karena tidak sesuai
pada saat alat tersebut di gunakan, sehingga pada saat maintenance, alat –
alat tertentu di modifikasi menurut pengalaman dan perhitungan dari pihak
seksi pemeliharaan sendiri.
5.2. Saran
Dari kerja praktek yang telah dilakukan, penulis menyumbangkan saran –
saran yang nantinya mungkin dapat membantu dalam perbaikan kinerja
perusahaan yaitu:
1. Penghijauan sekitar pabrik hendaknya ditingkatkan agar kesegaran udara
dapat terjaga dan polusi udara dapat dikurangi.
Jurusan Teknik Mesin – FTI – ITS 67