Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

30
Kata Pengantar Alhamdulillah puji syukur Penulis panjatkan atas rahmat-Nya sehingga Penulis bisa menyajikan makalah yang berjudul “PASAR SEMEN DI INDONESIA MENGARAH OLIGOPOLI” sebagai persyaratan dan bahan akademis dalam menjalankan pendidikan di Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957. Dengan segala keterbatasan informasi dan buku-buku penunjang yang Penulis miliki, maka Penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyampaikan dan membuat makalah ini seobjektif mungkin dan sesuai dengan pemahaman yang sebenarnya. Oleh karena itu Penulis harapkan pembaca mampu memberikan masukan kepada Penulis guna memperluas wawasan Penulis dan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Retna Rindayani

description

Makalah Teori Ekonomi Mikro : Pasar Semen di Indonesia Mengarah Oligopoli

Transcript of Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

Page 1: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur Penulis panjatkan atas rahmat-Nya sehingga Penulis bisa

menyajikan makalah yang berjudul “PASAR SEMEN DI INDONESIA MENGARAH

OLIGOPOLI” sebagai persyaratan dan bahan akademis dalam menjalankan pendidikan

di Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957.

Dengan segala keterbatasan informasi dan buku-buku penunjang yang Penulis

miliki, maka Penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyampaikan dan

membuat makalah ini seobjektif mungkin dan sesuai dengan pemahaman yang

sebenarnya. Oleh karena itu Penulis harapkan pembaca mampu memberikan masukan

kepada Penulis guna memperluas wawasan Penulis dan untuk perbaikan di masa yang

akan datang.

Retna Rindayani

Page 2: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

DAFTAR ISI

Daftar isi i

Kata Pengantar ii

BAB I: Pendahuluan

1.1Latar Belakang 1

1.2Batasan Masalah 2

1.3Manfaat 2

1.4Metode Pengumpulan Data 2

BAB II: Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Dasar Oligopoli 3

2.2 Penilaian Terhadap Pasar Oligopoli 5

2.3 Hambatan Memasuki Pasar Oligopoli 6

2.4 Kebijakan Pemerintah 7

BAB III: Pembahasan

3.1 Oligopoli Industri Pasar Semen dalam tubuh

Undang-Undang 9

3.2 Situasi Persaingan Industri Pasar Semen di Indonesia 10

3.3 Produsen dan Kapasitas Produksi Semen 13

3.4 Dilihat Dari Aspek Kepemilikan Saham 14

3.5 Situasi Persaingan Perusahaan Semen Ternama

di Indonesia 14

BAB IV: Penutup

4.1Kesimpulan 19

4.2Saran 19

BAB V: Daftar Pustaka 20

Page 3: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

BAB I

PENDAHLUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di dalam kondisi negara Indonesia yang terus tumbuh saat ini di tahun 2009

dengan laju pertumbuhan 4,3% menimbulkan segala konsekuensi terhadap

pertumbuhan riil bangsa Indonesia. Tercatat laju inflasi terus stabil yang

mencapai 3,9 % YoY pada tahun 2009 sedangkan pada bulan November 2009

terjadi deflasi sebesar 0,03%. Namun suku bunga Bank Indonesia (BI rate)

cenderung tidak berubah, sementara inflasi semakin melemah. Tercatat BI rate

tetap berada pada kisaran 6,5 % sejak semester II-2009, sedangkan laju inflasi

hingga 2010 diperkirakan berada disekitar 5% plus minus 1%, sehingga

diperkirakan penguatan pertumbuhan Negara Indonesia hingga tahun 2010

masih akan berlanjut. Selain itu, depresiasidollar terhadap mata uang negara lain

juga akan menguatkan investasi terhadap negaranegara berkembang.

Fenomena pertumbuhan ekonomi negara yang terus bergerak naik serta

dukungan pemerintah terhadap iklim investasi memberikan beberapa harapan

terhadap perkembangan sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang

cukup baik untuk dicermati adalah sektor semen yang juga mendapat dukungan

dari pemerintah berupa program kerja pemerintah terhadap pembangunan

infrastruktur negara.

Contoh industri yang termasuk oligopoly adalah industri semen di

Indonesia. Pasar semen di Indoensia di golongkan ke dalam pasar oligopoly hal

ini dikarenakan produksi semen di Indonesia hanya dikuasai oleh beberapa

perusahaan saja. Diantaranya adalah Semen Cibinong, Indocement, Holcim,

Semen Padang dan Semen Gresik.

Pasar semen di Indonesia dapat digolongkan ke dalam pasar oligopoli, hal

ini dikarenakan produksi semen di Indonesia hanya dikuasai oleh beberapa

perusahaan saja, diantaranya adalah Semen Cibinong, Indocement, Holcim,

Semen Padang dan Semen Gresik.

Page 4: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

1.2 BATASAN MASALAH

1. Mengapa Pasar semen di Indonesia dianggap oligopoli?

2. Gambaran Situasi Industri Pasar Semen di Indonesia?

3. Seperti apa situasi Persaingan Perusahaan Semen Ternama di Indonesia?

1.3 MANFAAT

Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan kontribusi

bagi dunia pendidikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi

pembaca tentang jenis pasar oligopoly dalam hal ini memperdalam salah satu

contoh jenis pasar oligopoly yaitu pasar semen dan gambaran tentang

persaingan pasar semen di Indonesia.

1.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam pengumpulan data Penulis menggunakan metode kepustakaan

dimana Penulis mengumpulkan data dan informasi-informasi dari buku, serta

beberapa rujukan dari internet

Page 5: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh

beberapa perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi

kurang dari sepuluh (Wikipedia, 2011).

Dalam Pasar Oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai

bagian yang terikat dengan permainan Pasar, di mana keuntungan yang mereka

dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka. Sehingga semua

usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan

sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing

mereka.

Praktek Oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk

menahan perusahaan-perusahaan potensial untuk masuk kedalam Pasar, dan

juga perusahaan-perusahaan melakukan Oligopoli sebagai salah satu usaha

untuk menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan

harga jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku

usaha yang melakukan praktek Oligopoli menjadi tidak ada.

Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999, oligopoli dikelompokkan ke

dalam kategori perjanjian yang dilarang, padahal umumnya oligopoli terjadi

melalui keterkaitan reaksi, khususnya pada barang-barang yang bersifat

homogen atau identik dengan kartel, sehingga ketentuan yang mengatur

mengenai oligopoli ini sebagiknya digabung dengan ketentuan yang mengatur

mengenai kartel.

Pasar Oligopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan

penawaran dimana terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai

seluruh permintann pasar. Pasar Oligopoli adalah suatu bentuk persaingan

pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah

area.

Contoh industry yang termasuk oligopoly adalah:

- Industri semen di Indonesia

Page 6: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

- Pasar layanan operator seluler

- Industri mobil (pasar otomotif)

- Pasar yang bergerak dalam industry berat

- Dll

Sifat Pasar Oligopoli:

- Harga produk yang dijual relative sama

- Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses

- Sulit masukke pasar karena butuh sumber daya yang besar

- Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain

Untuk membedakan pasar oligopoly dengan pasar lainnya, dapat dilihat

berdasarkan cirri-ciri berikut:

- Terdapat banyak pembeli di pasar

- Terdapat beberapa penjual/produsen dominan yang menguasai pasar (4-8

perusahaan) dalam kasus khusus dalam industri hanya terdapat dua

perusahaan (duopoli).

- Produk yang dijual bias bersifat identik, namun bisa pula berbeda dengan

standar kualitas yang sudah ditentukan

- Adanya hambatanuntuk memasuki pasar bagi pesaing baru

- Adanya saling ketergantungan antar perusahaan (produsen)

- Penggunaan iklan sangat sensitif

- Barang yang diperjualbelikan dapat homogeny dan dapat pula berbeda

corak (differentiated product), seperti air minum aqua

- Satu diantaranya para oligopolies merupakan price leader yaitu penjual

yang memiliki pangsa pasar yang terbesar. Penjual ini memiliki kekuatan

yang besar untuk menetapkan harga dan para penjual lainnya harus

mengikuti harga tersebut. Contoh: pasar air mineral

- Pengambilan keputusan interdependen

- Persaingan non harga

Page 7: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

Kaitan antar produsen yang tidak melakukan persepakatan:

Dalam pasar Oligopolis, penurunan harga dari suatu perusahaan

berkecenderungan menyebabkan perusahaan lain melakukan penurunan

harga agar tidak kehilangan pelanggan

Jika terdapat satu perusahaan yang menaikkan harga, perusahaan lain

tidak ikut menaikkan harga yang akan berakibat bertambahnya

konsumen/pelanggan bagi mereka

Berdasarkan produk yang diperdagangkan, pasar oligopoly dapat

dibedakan menjadi 2 jenis:

- Pasar Oligopoli Murni (pure Oligoply) ini merupakan praktek oligopoli dimana

barang yang diperdagangkan merupakan barang yang bersifat identik,

misalnya praktek oligopoli pada produk air mineral dalam kemasan. Produk-

produk air mineral dalam kemasan merupakan salah satu contoh bentuk

praktek pasar oligopoli murni, sebab barang yang dipasarkan besifat identik.

Selain itu pasar semen juga termasuk pasar Oligopoli Murni.

- Pasar Oligopoli dengan pembedaan (differentiated oligopoly) pasar ini

merupakan suatu bentuk praktek Oligopoli dimana barang yang

diperdagangkan dapat dibedakan, misalnya pasar sepeda motor di Indonesia

yang dikuasai oleh beberapa merk terkenal seperti Honda, Yamaha dan

Suzuki.

2.2 Penilaian Terhadap Pasar Oligopoli

Efisiensi dalam pembangunan sumberdaya dipandang kurang efisien sebab

MR=MC,harga jual (konsumen membeli terlalu mahal). Dipandang efisien jika

menikmati skala ekonomis dibandingkan perusahaan bersaing sempurna

dengan bersaing dalam jumlah output yang sedikit.

Pengembangan teknologi dan inovasi didorong demi memaksimalkan

efisiensi manajemen ini bertujuan agar perusahaan menikmati laba diatas

normal dan perusahaan menilai bahwa bersaing dalam teknologi dan inovasi

lebih memungkinkan dari pada bersaing dalam bidang harga.

Page 8: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

Keuntungan perusahaan yang diatas normal akan mengakibatkan harga

barang menjadi lebih tinggi dan pilihan barang semakin terbatas yang akan

mendorong kearah monopoli.

Pada prakteknya pasar Oligopoli memiliki keuntungan dan kelemahan.

Kelebihan:

- Adanya efisiensi dalam menjalankan kegiatan produksi

- Persaingan diantara perusahaan akan member keuntungan bagi konsumen

dalam hal harga dan kualitas barang

Kelemahan:

- Dibutuhkan investasi dan modal yang besar untuk memasuki pasar, karena

adanya skala ekonomis yang telah diciptakan perusahaan sehingga sulit

bagi pesaing baru untuk masuk kedalam pasar

- Apabila ada perusahaan memiliki hak paten atas sebuah produk, maka tidak

memungkinkan bagi perusahaan lain untuk memproduksi barang yang

sejenis

- Perusahaan yang telah memiliki pelanggan setia akan menyulitkan

perusahaan lain untuk menyainginya

- Adanya hambatan jangka panjang seperti pemberian hak waralaba oleh

pemerintah sehingga perusahaan lain tidak bisa memasuki pasar

- Adanya kemungkinan terjadi kolusi antara perusahaan dipasar yang dapat

membentuk monopoli atau kartel yang merugikan masyarakat. Kartel adalah

kelompok produsen independen yang bertujuan menetapkan harga untuk

membatasi suplai kompetisi

2.3 Hambatan Memasuki Pasar Oligopoli

Skala ekonomi merupakan salah satu hambatan produsen baru masuk pasar

dimana makin rendah biaya per unit produksi sehingga harga jual bias semakin

rendah. Jika terdapat permintaan tambahan mereka memunyai kesempatan

yang lebih besar untuk merebut penambahan tersebut sehingga mereka

semakin menguasai pasar.

Biaya produksi yang berbeda juga merupakan hamabatan memasuki

pasar Oligopoli karena jumlah output yang berbeda, biayapun bias berbeda

Page 9: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

pada tingkat output yang sama. Pengetahuan lawan produsen yang lebih dalam

akan bidang tersebut. Pekerja lebih berpengalaman dalam menjalankan

produksi. Akses dana, bahan baku dan jaringan perdagangan lebih mudah.

Keistimewaaan hasil produksi juga merupakan hambatan memasuki biaya

produksi, ini terjadi karena terkenalnya suatu produk (terpercaya), produknya

rumit (komplek), menghasilkan banyak produk yang sejenis.

2.4 Kebijakan Pemerintah

Guna menghindari dampak buruk yang mungkin ditimbulkan oleh pasar

oligopoli, maka pemerintah dapat membuat kebijakan sebagai berikut:

1. Memberi aturan kemudahan bagi perusahaan baru untuk masuk ke dalam

pasar dan ikut menciptakan persaingan, seperti masuknya Petronas dan

Shell

2. Memberlakukan Undang-Undang anti kerjasama antar produsen, yaitu

dengan diberlakukannya UU anti monopoli No.5 tahun 1999

Salah satu indicator tingkat oligopoly adalah CR4 yaitu Rasio Konsentrasi

Market oleh 4 perusahaan terbesar atau dominan. Sebuah industry dikatakan

berstruktur oligopoli bila CR4 >40%.

Faktor terjadinya pasar Oligopoli:

1. Efisiensi skala besar

a. Investasi awal sangat besar

b. Biaya produksi murah bila skala produksi sangat besar

2. Kompleksitas manajemen

a. Industry padat modal dan ilmu pengetahuan

b. SDM kualitas tinggi

c. Multi disiplin

d. Persaingan non harga

e. Intelijen bisnis

Kekuatan dan keterbatasan oligopoli:

1. Kekuatan:

a. Mampu mengakumulasi laba super normal

Page 10: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

b. Produksi paling prima dan dinamis

c. Pionir riset dan pengembangan teknologi

d. Pionir pengembangan SDM

2. Keterbatasan:

a. Berpotensi membentuk kekuatan monopoli

b. Kapasitas tak terpakai

c. Kesejahteraan yang hilang

Tiga model oligopoli:

1. Non Kolusi (Kinked Demand Model) diantara oligopolies tidak mau

melakukan kerjasama

2. Kolusi dalam penetapan harga (Collusive Pricing) kerja yang dilakukan

misalnya secara resmi dengan membentuk kartel, tetapi jika secara resmi

dilarang, dapat dilakukan secara informal atau implicit

3. Kepemimpinan harga (price leadership) perusahaan-perusahaan yang

dominan memegang kendali dalam penetapan harga sehingga mendapat

harga yang lebih besar

Page 11: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Oligopoli Industri Pasar Semen dalam tubuh Undang-Undang

Di dalam Undang-Undang Antimonopoli Oligopoli tidak didefinisikan secara

eksplisit. Lain halnya dengan monopoli adalah penguasaan produksi atas dan

atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu yang

dilakukan oleh satu atau beberapa pelaku usaha. Walaupun dalam Undang-

Undang itu tidak ada teks definisi tentang oligopoly, tetapi dalam pasal 4

Undang-Undang Antimonopoli ada penjelasan mengenai oligopoli.

Sesuai dengan Undang-Undang Antimonopoli, oligopoli ditetepkan melalui

suatu perjanjian tetapi menurut kebiasaan Oligopoli tidak dilakukan melalui

suatu perjanjian, melainkan melalui penyesuaian (penyelarasan) perilaku

masing-masing pelaku usaha.

Secara umum pengertian Oligopoli adalah jika beberapa pelaku usaha

yang mempunyai kekuatan pasar kurang lebih sebanding. Salah satu

karakteristik pasar yang oligopolistik yang diperdagangkan adalah barang-

barang yang homogeny seperti bensin, minyak mentah, bahan bangunan, pipa

baja dan lain-lain.

Di dalam pasar Oligopoli khususnya barang-barang yang homogen, terjadi

keterkaitan reaksi. Jika satu pelaku usaha menaikkan atau menurunkan harga

produknya maka akan diikuti oleh pesaing yang lain. Kondisi tersebut disebut

dengan perilaku yang saling menyesuaikan diantara pelaku usaha. Hal ini

terjadi, karena sifat barang yang homogen mengakibatkan tidak terdapat

persaingan kualitas. Barang yang homogen umumnya mempunyai kualitas

yang hamper sama.

Oleh karena itu pasar Oligopoli tidak dilakukan melalui suatu perjanjian.

Bertitik tolak dari penjelasan singkat ini, maka Oligopoli menurut Undang-

Undang Antimonopoli agak berbeda dengan apa yang dikenal dalam hokum

persaingan usaha di Negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan

lain-lain.

Page 12: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

Pada dasarnya Undang-Undang Antimonopoli mempunyai tujuan untuk

terselenggaranya persaingan yang sehat didalam pasar wilayah Republik

Indonesia. Mengapa Undang-Undang Antimonopoli berupaya melindungi

persaingan yang sehat? Supaya pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha

yang lain dapat bersaing berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Jika

pada pelaksanaannya ada pelaku usaha yang melakukan tindakan-tindakan

yang bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Antimonopoli, maka

Undang-Undang Antimonopoli dapat diterapkan atas pelanggaran (tindakan)

pelaku usaha itu.

Dengan demikian jika pelaku usaha industri semen melakukan kartel

harga, penetapan jumlah produksi atau penetapan wilayah pemasaran yang

mengakibatkan tidak ada kompetisi lagi diantara pelaku usaha semen tersebut,

maka UU Antimonopoli tersebut diterapkan kepada para anggota kartel

tersebut.

3.2 Situasi Persaingan Industri Pasar Semen di Indonesia

Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang

terus melakukan pembangunan, semen menjadi sesuatu yang mutlak. Terlebih

lagi, beberapa tahun ke depan ini, pembangunan infrastruktur terus digenjot.

Sehubungan dengan ini, kita perlu mengantisipasi akan terjadinya kelangkaan

(shortage) semen untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri dalam beberapa

tahun ke depan. Kekhawatiran terjadinya shortage semen di dalam negeri ini

cukup berasalan. Saat ini kapasitas produksi terpasang industri semen nasional

sekitar 47,5 juta ton per tahun yang tersebar di sembilan lokasi pabrik semen di

Indonesia. Sementara itu, rata-rata tingkat pemanfaatan efektif kapasitas

produksi pabrik semen mencapai antara 80%-85% atau sekitar 38-40 juta per

tahun. Sedangkan, tingkat konsumsi semen saat ini mencapai sekitar 33 juta

ton. Untuk saat ini masih ada surplus pasokan semen di dalam negeri. Namun,

bila tidak ada investasi baru untuk menambah kapasitas, diperkirakan tidak

sampai 10 tahun ke depan, Indonesia akan mengalami shortage semen di

dalam negeri. Katakanlah, tingkat pemanfaatan efektif kapasitas produksi

Page 13: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

pabrik semen mencapai 90% atau sekitar 42,75 juta ton per tahun, dengan

tingkat pertumbuhan konsumsi diperkirakan mencapai 7% per tahun (asumsi

pertumbuhan ekonomi), Indonesia akan mengalami shortage pada 2012. Pada

saat itu, diperkirakan kebutuhan semen dalam negeri mencapai sekitar 47 juta

ton sehingga ada shortage sekitar 5 juta ton. Bisa saja shortage ini dipenuhi

dengan impor, misalnya dari China. Saat ini China memiliki kapasitas pabrik

sekitar 1.100 juta ton sehingga menguasai 45% pangsa pasar produksi semen

dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.000 juta ton diperuntukkan memenuhi

kebutuhan dalam negeri dan selebihnya yaitu 100 juta ton akan diekspor.

Sejak 2007 ini, diperkirakan China mengalami oversupply sekitar akibat

telah selesainya pengerjaan sejumlah stadion raksasa untuk Olimpiade 2008.

Diperkirakan, China akan melempar kelebihan pasokan itu ke Asia dan Timur

Tengah dengan harga yang murah. Persoalannya, jika shortage ini dipenuhi

dari impor, hal itu bisa merusak industry semen dalam negeri. Oleh karenanya,

untuk memenuhi kepentingan industri dan konsumen, jalan terbaik adalah

ekspansi pabrik baru. Dan untuk mendukung ekspansi pabrik di dalam negeri

ini, jelas membutuhkan investasi besar. Dengan masa konstruksi pembangunan

pabrik semen sekitar 3-4 tahun, memang tidak bisa lagi menunda

pembangunan pabrik baru. Penambahan kapasitas yang optimal adalah sekitar

2,5 juta ton per pabrik guna mencapai skala ekonomis terbaik. Investasi yang

dibutuhkan membangun satu pabrik berkapasitas 2,5 juta ton ini sekitar

US$275 juta – US$325 juta, tergantung lokasinya. Supaya komposisi supply –

demand tetap terjaga seperti sekarang (yaitu masih ada ekspor), maka perlu

penambahan kapasitas pabrik semen baru sekitar 20 juta ton agar pada 2012

nanti kapasitas nasional menjadi sekitar 65 juta ton. Sehingga, setidaknya

dibutuhkan sekitar 4 pabrik baru.

Saat ini ada tujuh produsen semen yang beroperasi di Indonesia, yaitu

Semen Gresik Group (SGG) yang menguasai sekitar 45%, Indocement 30%,

Holcim Indonesia (15%) dan lainnya sebesar 10% dibagi kepada Semen

Andalas, Semen Baturaja, Semen Bosowa, dan Semen Kupang. Dilihat dari

penguasaan pangsa pasar tersebut terdapat dua pelaku usaha yang

Page 14: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

mempunyai pangsa pasar sebagai market leader, yaitu SGG (Semen Gresik

Group) dan Indocement. Dengan struktur pasar seperti itu, pasar semen

Indonesia adalah pasar yang oligopoli. Mungkin karena oligopoli, ada

kecenderungan perilaku yang saling menyesuaikan diantara produsen semen.

Sebagai contoh, sempat ramai menjadi pemberitaan bahwa di tahun 2007 ini

beberapa produsen semen (seperti SGG, Indocement, dan Holcim) berencana

mendirikan pabrik baru dengan kapasitas total 10 juta ton. Indocement bahkan

diberitakan akan membangun pabrik baru dengan kapasitas 5 juta ton. Namun,

entah kenapa, semua produsen semen tersebut seolah sepakat untuk menunda

rencananya. Berdasarkan pemberitaan, SGG menganggarkan dana sekitar

US$1,325 miliar, dimana sebesar US$645 juta untuk pembangunan pabrik baru

dan US$350 juta untuk pembangunan pembangkit listrik (Antara News, 28 Juni

2007). Dana US$1,325 miliar tersebut sebesar 35% diambil dari kas internal

dan 65% diambil dari luar (obligasi atau perbankan). Namun, rencana

pembangunan pabrik baru, tampaknya paling cepat dapat dilakukan pada 2008,

karena keputusan RUPS SGG kemarin belum final dan baru akan diputuskan

pada RUPS Luar Biasa yang akan datang. Holcim menunda rencana

pembangunan pabrik baru semen di Tuban, Jawa Timur karena pihaknya

menilai tingkat kapasitas terpasang yang ada belum optimal, sehingga pihaknya

memilih untuk meningkatkan produksi lebih dahulu ketimbang merealisasikan

rencana pembangunan pabrik baru. Langkah ini diambil terkait dengan strategi

Holcim yang akan meningkatkan pangsa pasar di Pulau Jawa dari 19% pada

tahun 2006 menjadi 21% pada 2007. Jawa menjadi salah satu fokus penjualan

semen Holcim mengingat Jawa merupakan pulau dengan populasi terpadat di

Indonesia. Sebelumnya, Holcim menganggarkan nilai investasi pembangunan

pabrik semen baru berkapasitas 3 juta ton per tahun itu sebesar US$300 juta

atau sekitar Rp2,7 triliun. Holcim menjelaskan bahwa pada tahun depan

perseroan akan lebih memfokuskan pada upaya efisiensi penggunaan energi.

Sejak tahun lalu, perseroan telah menggunakan bahan bakar alternatif dari

hasil olahan cangkang sawit (palm kernel shell) di samping memanfaatkan

minyak bekas pakai. Indocement berencana akan meningkatkan kapasitas

Page 15: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

produksi menjadi 20 juta ton per tahun mulai 2009 dengan membangun pabrik

baru. Keinginan tersebut dilakukan dengan strategi, yaitu selain membangun

pabrik baru di lokasi pabrik yang sekarang, Indocement juga tengah

menyiapkan berbagai proyek untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pada

2007 kapitas produksi Indocement ditargetkan mencapai 17,1 juta ton per

tahun, tahun lalu yang hanya 16,5 juta ton. Setelah tahun 2009, Indocement

berencana membangun pabrik semen baru dengan kapsitas 10 ribu ton klinker

per hari. Tetapi, sama dengan Holcim, Indocement tampaknya akan lebih

memilih untuk melakukan peningkatan utilitasi atas pabrik yang telah terpasang

dibandingkan harus membangun pabrik baru. Sebagai catatan, tingkat utilitasi

atas kapasitas pabrik Holcim dan Indocement masih lebih rendah dibandingkan

SGG, yaitu kurang dari 80%, sementara SGG sudah lebih dari 90%. Oleh

karenanya, langkah yang diambil oleh Holcim dan Indocement ini, dipandang

dari sisi kepentingan perusahaan adalah tepat. Pertanyaannya adalah kapan

merupakan waktu tepat untuk melakukan ekspansi, sementara ancaman

shortage sudah di depan mata? Adakah dibalik penundaan tersebut merupakan

trik untuk mempertahankan agar harga semen tetap tinggi di masa mendatang?

Meski dugaan ini masih prematur, para pelaku industri semen sepertinya

berupaya menjaga “keseimbangan” permintaan dan penawaran yang muaranya

adalah untuk menjaga tingkat keuntungan masing-masing.

3.3 Produsen dan Kapasitas Produksi Semen

Saat ini sembilan produsen semen yang beroperasi di Indonesia yang terbagi

atas 5 perusahaan milik pemerintah, yaitu Semen Gresik Group (SGG) yang

menguasai sekitar 45 pangsa pasar semen, serta 4 perusahaan lainnya milik

swasta, yaitu Indocement yang menguasai 30% pangsa pasar, Holcim

Indonesia yang menguasai 15% pangsa pasar, dan produsen semen lainnya

yang terbagi atas Semen Andalas, Semen Baturaja, Semen Bosowa, dan

Semen Kupang, menguasai 10% pangsa pasar secara total. Dilihat dari

penguasaan pangsa pasar tersebut, terdapat dua pelaku usaha yang

mempunyai pangsa pasar sebagai market leader, yaitu SGG dan Holcim.

Page 16: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

Berdasarkan struktur pasar tersebut, pasar semen Indonesia adalah pasar

oligopoli.

Berdasarkan kapasitas produksinya, perusahaan semen swasta saat ini

mempunyai kapasitas produksi yang lebih besar dibanding perusahaan semen

milik negara (BUMN), yaitu mencapai 60% dari total kapasitas produksi

nasional, sisanya sebesar 40% milik BUMN. Perusahaan semen yang

mempunyai kapasitas produksi terbesar saat ini adalah PT Indocement Tunggal

Prakasa Tbk dengan kapasitas produksi sebesar 15,65 juta ton/tahun.

Peringkat kedua adalah PT Holcim Indonesia Tbk dengan kapasitas terpasang

9.7 juta ton/tahun, sedangkan peringkat ketiga dikuasai oleh PT Semen Gresik

Tbk dengan kapasitas produksi 8,65 juta ton/tahun. Selanjutnya adalah PT

Semen Padang dengan kapasitas produksi 5,87 juta ton/tahun dan PT Semen

Tonasa dengan kapasitas produksi 3,48 juta ton/tahun. SGG sendiri secara

total memiliki kapasitas produksi terbesar, yaitu mencapai 20 juta ton/tahun.

Total kapasitas produksi semen Indonesia di tahun sejak 2006 hingga 2008

tidak berubah, yaitu sebesar 46,54 juta ton/tahun. Bahkan kami estimasikan

angka kapasitas produksi tersebut tidak akan berubah hingga 2011.

3.4 Dilihat Dari Aspek Kepemilikan Saham

Tinjauan kepemilikan saham pada perusahaan semen sangat menarik, karena

bebasnya pelaku usaha asing membeli saham di pasar Indonesia. Dengan

bebasnya investor asing membeli saham perusahaan semen, ada pihak yang

mengkhawatirkan akan terjadi kartel semen internasional. Jika sampai itu terjadi

maka harga semen dipasar domestic bias menjadi lebih tinggi dari harga semen

yang sekarang.

Dilihat dari kepemilikan saham pelaku usaha asing telah mendominasi

kepemilikan saham pasar semen nasional. Heidelberger menguasai 60,60%

saham PT. Indocement, Holcim menguasai 68,11% saham PT. Semen

Cibinong, Lafarge menguasai 71,70% saham PT. Semen Andalas dan PT.

Cemex Indonesia menguasai 25,53% saham PT. Semen Gresik Group dan

Page 17: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

akan menguasai 51% saham kelompok PT Semen Gresik Group (SGG) jika

pemerintah melepasnya.

Dengan komposisi pemilikan saham perusahaan asing yang demikian,

apakah akan terjadi kartel semen internasional? Hal ini bergantung pada isi

masing-masing perjanjian jual beli saham dan pemerintah. Sejauh mana

wewenang dan kebijakan pelaku usaha asing untuk memasarkan produk di

pasar domestik dan pasar internasional? Kalau produsen bebas menentukan

untuk mengekspor produknya, maka pasokan untuk dalam negeri bias

berkurang dan tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan pasar domestik.

Akibatnya harga semen dalam negeri menjadi tinggi, seperti yang terjadi

di Filipina beberapa tahun yang lalu. Dengan komposisi pemilikan saham

perusahaan asing seperti itu, pelaku usaha dapat melakukan persaingan

oligopolistik atau melakukan kartel.

Semen termasuk produk yang homogen sehingga perusahaan (produsen)

cenderung tergoda untuk melakukan kartel dan tindakan oligopolistik.

Persaingan kualitas produk semen tidak besar dan nyaris tidak ada.

3.5 Situasi Persaingan Perusahaan Semen Ternama di Indonesia

Didalam pasar oligopoli terdapat dua atau lebih pelaku usaha yang mempunyai

market share yang hamper sama. Biasanya pelaku usaha cenderung memiliki

perilaku yang sama. Pasar semen domestic dikuasai oleh kelompok Semen

Gresik dan PT Semen Indocement yang masing-masing menguasai market

share 43% dan 34%. Kedua perusahaan inilah yang dapat disebut Market

Leader. Sebagaimana diketahui semen adalah salah satu produk yang homogen.

Artinya, persaingan kualitas semen antara produsen semen hampir tidak ada.

Oleh karena itu jika salah satu pelaku usaha menaikkan harga semen dan pelaku

usaha lain ikut menaikkan harga produknya dan sebaliknya jika satu pelaku

usaha menurunkan harga produknya, maka pelaku usaha lain juga akan

menurunkan harga produknya. Hal itulah yang disebut keterkaitan antara pelaku

usaha yang memproduksi barang yang homogen dan akibatnya harga semen

cenderung berubah-ubah dan membuat kondisi pasar semen tidak menentu.

Page 18: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

Kondisi pasar demikian membuat para produsen cenderung untuk

bertemu dan membicarakan penetapan harga, seperti yang dikatakan oleh

Adam Smith: “People of the same trade seldom meet together, even for

merriment and diversion, but the conversation ends in a conspiracy against the

public, or in some contrivance to raise prices”.

Dari tindakan menaikkan dan menurunkan harga maka pihak yang

dirugikan adalah konsumen dan produsen semen yang berkapasitas kecil. Jika

produsen kecil tidak dapat mengikuti irama tindakan yang oligopolistic tersebut,

produsen semen kecil tadi akan bangkrut.

Disinilah peran KPPU sangat menentukan. KPPU harus menggunakan

wewenangnya untuk melakukan investigasi, apakah para produsen semen

melakukan kartel atau tidak. Tugas KPPU adalah mengawasi persaingan para

pelaku usaha semen, apakah dalam menjalankan bisnisnya dipasar yang sama

dan atau dari pasar hulu ke hilir telah menyelenggarakan persaingan sehat

dalam pasar domestik dengan menerapkan Undang-Undang Antimonopoli

secara baik dan benar?

Saat ini ada tujuh pelaku usaha semen di Indonesia yang terdiri dari

empat perusahaan swasta dan tiga perusahaan milik Negara. Perusahaan

semen swasta adalah PT Semen Andalas menguasai pangsa pasar 2,9%, PT

Indocement 33,3%, PT Semen Cibinong 20,6% dan PT Semen Bosowa 3,8%.

Sedangkan perusahaan milik Negara adalah kelompok Semen Gresik

menguasai 35,9%, PT Semen Baturaja 2,5% dan PT Semen Kujang menguasai

1,2%.

Dilihat dari struktur penguasaan pangsa pasar, tidak ada pelaku usaha

yang mempunyai posisi yang lenih dominan sehingga bisa menimbulkan praktik

monopoli dan atau praktik persaingan tidak sehat, semaunya mengatur jumlah

produksi dan menetapkan harga produk sehingga merugikan konsumen.

Persaingan bisnis semen masih terjadi antara PT Indocement dan

Kelompok Semen Gresik. Dengan demikian harga pasar masih dapat ditentukan

oleh persaingan yakni melalui mekanisme pasar.

Page 19: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

Berdasarkan data produksi dari setiap produsen semen di Indonesia PT

Indocement Tungga Prakasa Tbk masih menguasai 30% total produksi nasional,

kemudian disusul oleh PT Semen Gresik Tbk dengan kontribusi sekitar 24%, dan

di tempat ketiga masih dikuasai oleh PT Holcim Indonesia Tbk dengan kontribusi

sebesar 15%. Namun secara kelompok SGG menjadi urutan pertama yang

menguasai 47% produksi semen nasional.

Tabel 1

Produksi Semen Nasional Tahun 2003-2008 (.000 ton)

Tahun SGG Indocement Holcim

2003 17.899704 5.120.331 6.431.939

2004 20.287.567 5.647.850 7.912.589

2005 20.287.567 5.647.850 7.912.589

2006 20.371.459 4.557.317 8.021.565

2007 21.580.554 5.517.564 7.868.834

2008 24.141.143 5.773.650 8.643.179

Dilihat berdasarkan Penjualan Semen Nasional 2004-2009 SGG masih

menempati posisi teratas dengan persentase 67,5% disusul Holcim dengan

persentase 20,01% dan kemudian Indocement dengan persentase 12,4% (Tabel

2).

Tabel 2

Penjualan Semen Nasional 2004-2009 (’000 ton)

Page 20: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

Ketua KPPU, Benny Pasaribu mengatakan KPPU telah mengumpulkan data-

data yang menyimpulkan pada praktik usaha tersebut. Selain tidak sehat, kinerja semen

di Indonesia dianggap belum optimal.

Estimasi KPPU menyebutkan bahwa ketiga grup produsen semen cenderung

mengarah pada struktur oligopoli dengan kisaran penguasaan kapasitas produksi

mencapai plus minus 89% dari total kapasitas produksi nasional.

Namun dari penguasaan tersebut menurut data Departemen Perindustrian

justru mengindikasikan utilisasi produksi yang rendah selama 2007-2008.

"Kurang lebih hanya sekitar 49%."

Pihaknya juga mengatakan fenomena kenaikan harga terus terjadi secara

sistematis sejak 2007. Bahkan, berdasarkan data tersebut, harga semen

diprediksi akan kembali naik antara 5-10% pada semester dua 2009.

Melihat dugaan industri semen yang mengarah pada struktur industri yang

oligopoli, KPPU akan terus mengkaji dan memonitor perkembangan industri

semen. Apabila berdasarkan analisa tersebut diperoleh dugaan praktek

monopoli, maka KPPU akan mendekatkan pada usaha penegakan hukum.

2004 2005 2006 2007 2008 2009 %

SGG 23.054.475 24.360.852 24.360.85226.101,5

528.202,22 27.739,019 67,5

Indocemen

t4.354.226 4.793.114 4.793.114 4.044,2 4.972,938 5.372,601 12,4

Holcim 6.325.277 7.903.365 7.903.3657.817,19

27.399,327 8.351,054 20,1

Total 33.733.978 37.057.601 37.057.60137.962,9

440.574,49 41.462,674 100

Page 21: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Keuntungan terbesar perseroan berasal dari hasil penjualan semen dalam

negeri dikawasan timur Indonesia. Kondisi saat ini, konsumsi semen dalam

negeri tinggi memberikan cukup keuntungan bagi produsen semen nasional

terutama produsen-produsen besar yang cukup memiliki andil dalam pasar

semen yang mengarah ke Oligopoli ini.

4.2 SARAN

HARGA semen mulai meresahkan konsumen. Karena itu, ada usulan agar

harga semen sebaiknya diserahkan ke mekanisme pasar. Pasalnya, apabila

diatur oleh pemerintah, dapat memicu terjadinya persengkongkolan. Seperti

selama ini, harga semen itu kan ditentukan oleh pasar. Kalau pemerintah mau

mengatur, justru akan mendorong peluang untuk persekongkolan harga.

Sebaiknya, memang serahkan saja ke pasar, tergantung supply dan demand.

Kemudian daripada itu pihak Pemerintah harus tetap jeli dalam mengawasi

persaingan bisnis semen diIndoensia apakah tindakan oligopolistik terjadi

karena persaingan atau karena adanya konspirasi diantara oligopolies.

Page 22: Pasar semen di indonesia mengarah oligopoli

DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, Udin. 2007. Perusahaan Saling Mematikan dan Bersekongkol Bagaimana Cara Menenangkan. Jakarta: Gramedia

Arga Paradita Sutiyono. 2009. Outlook Semen Indonesia 2010. [pdf].

Suprapto, Hadi. 2009. Industri Semen Diduga Lakukan Oligopoli. http://bisnis.vivanews.com/news/read/42909-industri_semen_diduga_lakukan_oligopili.

Agus Maulana Hidayat. 2010. Pasar Oligopoli. http://www.slideshare.net/f4uzi3zi3/pasar-oligopoli.