“KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

31
“KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA DIKERJAKAN OLEH INDRI SRI UTAMI NIM: 142203045 PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 Universitas Sumatera Utara

Transcript of “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Page 1: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

“KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

OLEH

INDRI SRI UTAMI

NIM: 142203045

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 2: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkakn atas kehadiran Allah Yang Maha Esa.

Hanya karena berkat dan karunianya saya sebagai penulis kertas karya berjudul

“Koto Alat Musik Tradisional Jepang” ini dapat menyelesaikan kertas karya ini

sebagai persyaratan untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi

Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Banyaknya kekurangan dalam pengerjaan ini yang saya sadarin, materi

maupun penjelasan belumlah sempurna. Untuk itu saya harapkan kritik dan saran

yang membangun untuk di kemudian hari yang saya dapatkan.

Adapun pengerjaan kertas karya ini tak lepas dari dukungan dan bantuan

orang-orang terdekat. Untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono. M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Diah Syahfitri Handayani. M.Litt, selaku Ketua Jurusan Bahasa

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Adriana Hasibuan SS M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik

dan Dosen Pembimbing dalam pengerjaan kertas karya ini yang telah

meluangkan waktu dan tempat untuk memberi arahan kepada saya.

4. Kepada seluruh staf pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

5. Untuk yang teristimewa, Ibunda yang saya cintai, Candra Prasadianti yang

dengan segenap jiwa dan raga membesarkan saya. Ayahanda, Suriadi.

Kakak tercinta Dian Sari Pratiwi dan adik kita tersayang Cynthia Ayu

Lestari.

6. Terimakasih pula saya ucapka kepada teman saya Elfira yang selalu

mengdengarkan keluh kesah saya. Kepada Rahmawati Lubis, Dinda Nuri,

Nurmaya Marisa dan Tika Murniati selaku sahabat seperjuangan selama

menempuh jalan perkuliahan yang selalu mendukung serta semua teman-

teman yang tidak bisa saya sebut namanya satu persatu.

Medan, Agustus 2017

Penulis,

Indri Sri Utami

NIM: 142203054

Universitas Sumatera Utara

Page 4: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul ....................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 2

1.4 Metode Penulisan ................................................................................. 3

BAB II GAMBARAN UMUM ALAT MUSIK JEPANG

2.1 Pengertian Alat Musik ......................................................................... 4

2.2 Jenis-Jenis Alat Musik di Jepang ......................................................... 6

BAB III ALAT MUSIK KOTO

3.1 Pengertian Koto .................................................................................. 11

3.2 Sejarah Koto ....................................................................................... 14

3.3 Penggunaan Koto ............................................................................... 16

BAB IV KESIMPUAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19

4.2 Saran ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Page 5: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Jepang adalah salah satu negara di asia yang terkenal dengan budayanya yang

menarik. Bahkan dalam dunia yang berperang dalam globalisasi ini, Jepang masih

memegang unsur budayanya sendiri. Dari segi musik misalnya. Musik-musik

tradisional masih sering diperdengarkan pada kesempatan tertentu seperti; festival,

pertunjukan Kabuki ataupun ucapara adat. Selain itu alat-alat tradisional Jepang

masih dikembangkan hingga saat ini.

Alat musik tradisional Jepang yang terkenal ada beberapa jenis. Salah satunya

adalah koto. Koto adalah alat musik petik yang digunakan dalam ruang lingkup

istana pada zaman dahulu. Seiring bertambahnya waktu, alat musik koto mulai

populer di kalangan bangsawan sebagai alat musik yang elegan. Alat musik koto

berkedudukan sama dengan piano di Eropa. Dimainkan oleh anak perempuan

bangsawan sebagai sebuah prestasi. Alat musik yang menjadi juara dunia dalam

katagori alat musik rumahan yang bertahan melawan liburan siap pakai dewasa

ini.

Ketertarikan orang Jepang terhadap alat musik koto semakin tinggi karema

nada dari senar yang dimainkan terdengar lembut. Berbeda dari kebanyakan

musik di Jepang yang terdengar mencolok. Koto yang memang dimainkan solo

tanpa iringan membuat siapapun yang mendengarnya fokus pada nada koto itu

sendiri. Tak seperti shamisen atau biwa yang permainannya diiringin alat musik

Universitas Sumatera Utara

Page 6: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

lainnya untuk menyempurakan nada. Koto adalah alat musik tradisional Jepang

yang sempurna karena itulah koto tumbuh di ruang lingkup istana pada awal

kedatangannya di Jepang.

Dengan semua ketertarikan akan alat musik koto seperti yang terjabarkan di

atas, penulis memilih untuk memperdalam pengetahuan tentang alat musik koto

yang elegan. Pengambilan judul utama “koto alat musik tradisional Jepang” untuk

kemudian dikembangkan berdasarkan pengertian, sejarah hingga ke penggunaan

koto itu sendiri dari masa ke masa.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengenal alat musik tradisional Jepang khususnya “koto”

2. Sebagai pembelajaran bagi kita untuk lebih mencintai budaya dan

mengembangkannya.

3. Sebagai syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi

Bahasa Jepang.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam karya tulis ini, penulis membahas koto meliputi pengertian koto,

gambaran umum sejarah setra perkembangan alat musik koto di Jepang.

1.4 Metode Penulisan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Penulis menggunakan metode perpustakaan dalam menyelesaikan karya tulis

ini. Dimana pengumpulan data dilakukan dengan merangkum data yang di baca

pada buku tertentu dan penjaringan dari internet. Data akan dibahas terlebih

dahulu kemudian didiskripsikan dalam kertas karya ini.

BAB II

Universitas Sumatera Utara

Page 8: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

GAMBARAN UMUM ALAT MUSIK JEPANG

2.1 Pengertian Alat Musik

Alat musik adalah suatu instrument yang diciptakan atau dimodifikasi untuk

tujuan mengahasilkan musik. Pada prinsipnya, selaga sesuatu yang memproduksi

suara dan dengan cara tertentu dapat menghasilkan sebuah nada bisa disebut

sebagai alat musik. Walau demikian, istilah ini umunya mengarah pada alat yang

khusus ditujukan untuk musik. Ilmu untuk mempelajari sebuah alat musik dikenal

dengan sebutan Organologi.

Pada zaman dahulu alat musik diciptakan dari bahan-bahan yang ada di sekitar

masyarakat. Misalnya seperti berasal dari tumbuhan, kulit hewan atau kerang.

Seiring berjalannya waktu, alat musik banyak mengalami perubahan. Mulai dari

bentuk, bahan yang digunakan untuk menciptakan alat musik hingga nada yang

dihasilkan. Dengan perkembangannya, alat musik di dunia dapat dibedakan

menurut cara memainkannya, yaitu:

a. Alat musik pukul: alat musik yang menghasilkan suara sewaktu dipukul

atau ditambuh. Alat musik pukul dibedakan atas dua jenis yakni, bernada

dan tidak bernada. Contoh: Gendang.

b. Alat musik gesek: alat musik yang menghasilkan suara ketika senar

digesekan. Tinggi rendahnya nada pada alat musik ini tergantung pada

panjang-pendeknya dan tebal-tipisnya senar. Contoh: Biola

Universitas Sumatera Utara

Page 9: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

c. Alat musik tiup: alat musik tiup menghasilkan suara ketika suatu kolum

udara di dalamnya digetarkan. Tinggi renndahnya nada ditentukan oleh

frekuensi gelombang yang dihasilkan. Terkait dengan panjang kolum

udara dan bentuk instrument. Contoh: Terompet.

d. Alat musik petik: alat musik yang menghasilkan suara ketika senar

digetarkan dengan cara dipetik. Tinggi nada ditentukan oleh panjang dan

pendeknya serta tebal dan tipisnya senar itu sendiri. Contoh: Harva.

Selain dibedakan berdasarkan cara memainkannya, alat musik juga

dikelompokan berdasarkan sumber bunyinya. Hal ini terkadi karena setiap alat

musik dibuat dari komposisi yang berbeda-beda. Sehingga sumber bunyi yang

dihasilkan juga berbeda. Contoh kecilnya adalah alat musik gendang. Gendang

adalah alat musik yang sumber suaranya berasal dari suatu pukulan. Biasanya

terbuat dari kayu dan kulit hewan. Namun tidak semua gendang terbuat dari kayu

dan kulit hewan yang sama. Ini mempengaruhi kualitas suara dari alat musik itu

sendiri.

Alat musik dikelompokan juga berdaarkan sumber bunyinya. Berikut adalah

pembagian alat musik bedasarkan sumber bunyinya:

a. Idiofon: alat musik yang sumber bunyinya berasal dari bahan

dasarnya. Contoh: Drum

Universitas Sumatera Utara

Page 10: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

b. Aerofon: alat musik yang sumber bunyinya berasal dari henbusan

udara. Contoh: Suling

c. Kordofon: alat musik yang sumber bunyinya berasal dari senar.

Contoh: Kecapi

d. Membranofon: alat musik yang sumber bunyinya berasal dari

selaput atau membran. Contoh: Rebana

e. Elektrofon: alat musik yang sumber bunyinya berasal dari tenaga

listrik. Contoh: Keyboard

2.2 Jenis-Jenis Alat Musik di Jepang

Setiap negara memiliki alat musik yang berbeda. walau bentuk dan cara

memainkannya hampir sama, namun nada yang dihasilkan akan berbeda. Hal ini

terjadi karena alat musik di setiap negara dibuat dengan keadaan alam dan

geografis yang berbeda pula. Misalnya seperti kecapi dari Indonesia dan koto dari

Jepang. Bentuk kedua alat musik ini hampir sama, cara memainkannya pun

hampir sama, namun nada atau melodi yang dihasilkan berbeda.

Dalam bahasa Jepang musik berarti ongoku. On berarti suara dan gaku berarti

musik. Musik Jepang dari zaman dahulu adalah yang menarik karena memiliki

ciri khasnya tersendiri. Secara tradisional, musik Jepang terbagi atas dua bentuk.

Sejak zaman Nara dan Heian keberadaan dua jenis musik tradisional Jepang ini

sudah diakui sebagai musik Jepang tertua.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Yang pertama adalah shoumyou. Shoumyou berarti nyanyian Buddha Jepang.

Sementara yang berikutnya adalah gagaku. Gagaku sendiri berarti musik istana.

Gagaku adalah musik klasik yang telah ada pada istana kekaisaran sejak zaman

Heian. Gagaku dibagi atas dua jenis. Kangen atau yang disebut sebagai musik

instrument dan Bugaku yaitu musik gagaku yang mengiringin tarian istana.

Berikut adalah beberapa contoh alat musik tradisional Jepang:

1. Shamisen

Shamisen adalah alat musik petik tradisioal Jepang yang memiliki bentuk

yang indah seperti gitar berleher panjang. Banyak anggapan tentang lekuk tubuh

wanita yang menjadi inspirasi dari pembuatan alat musik ini. Namun belum ada

hipotesis yang menyakinkan tentang itu.

Shamisen memiliki tiga senar dengan ketebalan yang berbeda. senar yang

lebih tipis akan mengahasilkan nada yang lebih tinggi dan sebaliknya, suara yang

lebih rendah akan dihasilkan oleh senar yang lebih tebal. Biasanya senar ini

terbuat dari sutra, namun sekarang ini senar shamisen lebih sering menggunakan

bahan sintetis.

Shamisen adalah alat musik yang tumbuh dan berkembang di kalangan

masyarakat biasa di Jepang sejak abad ke-7. Kayu untuk membuat shamisen

bernama koboku. Yaitu kayu yang sangat keras dan berasal dari India Selatan.

Bagian depan dan belakang shamisen dilapisi oleh kulit hewan agar suara yang

dihasilkan lebih keras. Kulit yang digunakan adalah kulit perut kucing betina yang

Universitas Sumatera Utara

Page 12: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

belum kawin untuk kualitas tinggi. Sementara untuk kualitas yang lebih rendah

bisa menggunakan kulit punggung anjing sebagai lapis.

2. Taiko

Taiko dalam bahasa Jepang berarti gendang. Asal usul taiko sendiri belum

mendapat kepastian. Namun diperkirakan ada sejak abad ke-7. Ketika zaman

perang dulu, taiko digunakan untuk membangkitkan semangat para prajurit dan

sebagai alat komunikasi untuk memberi perintah tertentu. Taiko juga digunakan

dalam musik religius Buddha dan Shinto. Tidak hanya laki-laki, kaum perempuan

juga memainkan alat musik ini.

3. Biwa

Biwa adalah alat musik tradisional Jepang yang berbentuk seperti kecapi

berleher pendek. Hampir mirip seperti gitar. Biwa masuk ke Jepang sebelum

priode Nara. Biwa berasal dari Persia dan masuk ke Jepang melalui China sebagai

alat musik gagaku atau alat musik istana kekaisaran Jepang. Untuk memainkan

alat musik ini, biasanya menggunakan plektrum atau alat bantuk memetik senar.

Ada tiga variasi yang berbeda dari biwa. Yang pertama adalah Gaku biwa,

ciri-cirinya memiliki pasak yang tebal dan kecil untuk ukuran senarnya. Kedua

adalah Chikuzen biwa. Jenis ketiga dikenal sebagai Biwa Satsuma yang ditandai

oleh ukuran yang besar dengan jembatan yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

4. Sakuhachi

Sakuhachi adalah alat musik suling yang terbuat dari bambu. Masyarakat

sekarang mengenal alat musik ini dengan nama Fukusakuhachi. Berasal dari

zaman pertengahan era Kamakura yang dibawa oleh seorang biksu zen

bernama Kakushin. Biksu ini belajar di negeri China dan mempelajari lagu-

lagu sakuhachi untuk menyampaikan ajaran zen.

Sakuhachi dibuat dari bambu yang berada di dekat akar dengan diameter

3,2 cm sampai 4,0 cm. Ada lima lubang pengatur nada pada alat musik

sakuhachi. 4 lubang berada di bagian depan dan 1 berada pada bagian

belakang. Sisi dalam sakuhachi digosok hingga halus agar menghasilkansuara

yang hallus dan indah. Pada bagian mulut dipasangi tanduk rusa atau kerbau

agarlebih kokoh.

5. Koto

Koto adalah alat musik petik yang mirip kecapi yang berasal dari

Indonesia. penulis mengambil judul utama Koto untuk kemudian dibahas pada

bab selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

BAB III

ALAT MUSIK KOTO

3.1 Pengertian Koto

Koto adalah alat musik tradisional Jepang yang menyerupai kecapi di

Indeonesia. Koto adalah alat musik gagaku atau alat musik istana yang

dimainkan secara tunggal. Tanpa iringan dari alat musik lainnya atau

nyanyian, suara koto jadi terdengar lebih menarik. Terlebih pada dasarnya

suara yang dihasilkan koto bernuansa sendu dan lebih lembut, tidak seperti

kebanyakan musik Jepang yang terdengar mencolok.

Badan koto terbuat dari kayu kiri atau kayu paulownia. Lalu bagian dalam

kayu itu dilubangi untuk membentuk kotak suara. Di bagian dalam koto, pola

khusus yang disebut Ayasugi diukir untuk memperbaiki nada. Bentuk koto

biasanya hanya persegi panjang dengan bagian kanan lebih tinggi dari pada

bagian kiri.

Di Jepang, koto diibaratkan sebagai naga atau Ryu. Bagian-bagian alat

musik koto juga dinamai sesuai dengan anggota tubuh naga, yaitu: Ryukaku

atau tanduk naga, Ryukou atau mulut naga dan Ryubi atau ekor naga. Dari

zaman dahulu, orang Jepang menghormati naga seperti dewa dan dianggap

sebagai makhluk mitos dengan priritual yang tinggi. Sama seperti naga, koto

bagi orang Jepang zaman dahulu adalah sebuah kemuliaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Secara garis besar koto bisa dibagi atas dua jenis, yaitu Yamada koto dan

Ikuta koto. Jenis ini dibedakan berdasarkan teknik dan pengajaran koto.

Keduanya memiliki bentuk yang sedikit berbeda. Jika Yamada koto biasanya

berukuran enam kaki, maka Ikuta koto lebih panjang dan ramping. Perbedaan

ini juga terjadi pada tsume (kuku palsu) yang digunakan pengguna koto untuk

memetik senar. Jika Yamada kotomenggunakan tsume berbemtuk setengah

lingkaran seperti parabola, maka Ikuta koto menggunakan tsume dengan

bentuk persegi. Posisi duduk saat memainkan koto juga akan berbeda jika koto

yang dimainkan berbeda. ini karena bentuk tsume yang dipakai berpengaruh

pada posisi duduk saat memainkan koto. Pengguna Yamada koto biasanya

akan duduk disudut kanan koto dan pengguna Ikuta koto akan duduk pada

sudut miring ke koto.

Anatara koto dan senar terdapat penyanggah yang disebut ji. Untuk

mengatur nada dapat dilakukan dengan menggeser ji. Ji biasanya terbuat dari

kayu atau gading, namun untuk akhir-akhir ini ji terbuat dari plastik. Biasanya

koto dimainkan dengan menggunakan kuku palsu atau tsume yang dipakai

pada tiga jari di tangan kanan. Yaitu jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari.

Penggunaan kuku palsu ini dilakukan agar saat proses pemetikan senar

menjadi lebih mudah dan nada yang dihasilkan juga semakin nyaring karena

getaran senar itu semakin besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Ada beberapa tektik untuk memainkan koto. Biasanya pemain koto akan

menekan senar dengan tangan kiri lalu memetiknya hingga menghasilkan

suara bernada vibrato (bergetar). Ada juga teknik seperti menyapu panjang

satu senar dengan dua jari. Ini menghasilkan desisan aneh. Selain itu ada

teknik memutar tali dengan tangan kiri. Ini menghasilkan perubahan pitch dan

nada yang sangat halus. Bagaimanapun teknik-teknik ini hanyalah teknik

dasar dari permainan koto. Masih banyak teknik lainnya yang lebih menarik

yang telah dikembangkan oleh para musisi koto.

Awalnya koto memiliki lima senar. Kemudian bertambah menjadi tujuh.

Pada priode Nara, senar pada koto bertambah menjadi dua belas senar dan di

zaman modren ini senar pada koto bertambah menjadi tiga belas senar.

Alat musik tradisional Jepang pada dasarnya hanya menggunakan lima

tangga nada, yaitu; “do re mi sol la”. Kurang dua dari musik Eropa yang

memiliki tujuh tangga nada, “do re mi fa sol la si”. Namun seiring berjalannya

waktu, musik Jepang banyak menyerap musik di luar Jepang sehingga

beberapa alat musik tradisional Jepang yang kita temui saat ini ada yang sudah

memiliki tujuh tangga nada.

Koto yang merupakan alat musik tradisional Jepang juga memiliki lima

tangga nada. Meskipun koto hanya menggunakan lima tangga nada dalam

permainannya, nada yang dihasilkan bisa mencapai 2,5 oktaf, lebih tinggi atau

rendah dari notasi pada umumnya. Hal ini terjadi karena koto memiliki tiga

belas senar. Walaupun begitu, dengan menyerap beragam tangga nada lainnya,

Universitas Sumatera Utara

Page 17: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

musik koto bisa terdengar menjadi sedikit lebih berbelit namun menarik untuk

didengarkan.

3.2 Sejarah Koto.

Koto adalah alat musik yang berasal dari China, yaitu Guzheng. Kata koto

awal mulanya digunakan untuk semua alat musik yang memliki senar di Jepang.

Penggunaan kata yang praktis ini memang khas Jepang. Namun, bagaimanapun

tetap merujuk pada salah satu alat musik yang sumber bunyinya beraal dari senar

yang dipetik berbentuk persegi panjang.

Koto merupakan alat musik yang awal kedantangannya di Jepang adalah

sejak abad ke-7. Disebut berasal dari daratan China dan dimainkan sebagai bagian

dari musik istana untuk kaisar Jepang. Koto menjadi terkenal di kalangan

masyarakat sejak abat ke-17. Hal ini terjadi karena Yatsuhashi Kengyo, seorang

maestro koto, menciptakan karya-karya legendaris, yaitu Hachidan (delapan

babak) dan juga Midare (lagu berirama lepas). Yatsuhashi kengyo menciptakan

pakem dasar untuk lagu-lagi koto atau yang disebut sokyoku.

Dasar musik istanna atau musik aristokat diciptakan dengan menggunakan

nada “do re mi sol la” atau “re mo sol la si”. Cara ini disebut Yo-onkai yang

memiliki nada telatif riang.sementara Yatsuhashi Kengyo membuat Hirajoshi,

sebuah nada datar yang di dalam tangga nadanya menggunakan “mi fa la si do”

yang diantaranya ada semitone sebagai nada dasar. Nada ini disebut In-ongkai,

yaitu musik yang bernuansa lebih sendu dan menggugah emosi sehingga

masyarakat Jepang pada zaman itu kerap terharu mendengar musik koto. Setelah

Universitas Sumatera Utara

Page 18: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

memperkenalkan hirajoshi, sokyoku sangat berkembang dan digemarin sehingga

diakui sebagai musik rakyat Jepang.

Yatsuhashi Kengyo sebagai pencipta sokyoku meninggal dunia pada tahun

1685. Meninggalkan karya legendaris terbaiknya dan dikenang hingga saat ini. Di

tahun yang sama dengan kematiannya, Bach yang di kenal sebagai pencipta musik

barat lahir. Hal ini menjelskan bahwa musik koto jauh lebih tua dan bersejarah

dari pada musik barat.

Walau pada mula keberadaannya koto adalah alat musik tunggal, pada

abad ke-17 juga koto terlihat digunakan sebagai iringan tarian dan pertemuan

khusus. Ada pula koto yang dimainkan dengan koto lainnya (lebih dari satu koto).

Hal ini terjadih karena seorang guru bernama Ikuta Kengyo mendirikan sebuah

sekolah koto dengan gaya musik yang baru. Inovasi besarnya adalah

menggabungkan koto dengan shamisen dan mengembangkan musik yang lebih

menekankan pada peran instrumennya dari pada vocal.

Pada abad ke-18, guru koto lainnya beralih ke musik shamisen untuk

mempelajari gaya baru dalam permainan koto juga. Yamada Kengyo meminjam

gaya berbagai bentuk shamisen edo negatif. Di bawah pengaruh seperti ini,

sekolah Yamada mengembangkan gaya baru di mana jalur suara lebih penting.

Perbedaan utama antara sekolah Ikuta dan Yamada masih dijelaskan dalam hal

orientasi instrument dan vocal masing-masing.

Pada abad ke-20, musik koto telah menjadi yang paling sukses dari semua

bentuk alat musik tradisional Jepang dalam upaya membangun gaya musik baru

Universitas Sumatera Utara

Page 19: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

berdasarkan gagasan barat. Pria yang paling terkenal dalam bidang ini adalah

almarhum Miyagi Michio. Terjatuh dari kereta yang melaju cepat membuat

kematiannya menjadi terlalu dini, yakni pada tahun 1959. Hal ini menyebabkan

berakhirnya karir yang begitu cemerlang.

3.3 Penggunaan Koto

Seperti yang kita tahu bahwa Jepang adalah negara yang menghargai

budaya leluhur mereka. Walau banyak perubahan yang terjadi akibat globalisasi,

Jepang masih tetap mencoba mempertahankan budayanya. Begitu juga dengan

alat musik tradisionalnya.

Sama seperti di Indonesia, alat musik tradisional Jepang juga masih sering

dipertunjukan di kesempatan-kesempatan yang ada. Berikut adalah penggunaan

koto dari masa ke masa.

a. Penggunaan Koto pada Zaman Dulu

Sudah dijelaskan bahwa koto adalah alat musik istana atau yang disebut

sebagai gagaku ketika Jepang mengenalnya. Alat musik petik ini dimainkan untuk

menghibur kaisar Jepang dulunya. Namun pada abad ke-17, koto mulai dimainkan

oleh masyarakat kalangan bangsawan. Jika piano adalah alat musik elit di neraga-

negara Eropa, makan sama halnya dengan piano, koto pun begitu.

Anak-anak perempuan di kalangan bangsawan akan diminta oleh orang tuanya

untuk mempelajari dan menguasai tekni koto. Hal ini terjadi agar anak perempuan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

itu bisa memiliki setidaknya sedikit prestasi dalam bidang seni musik sebelum

pada akhirnya dinikahi seorang pria. Ini menunjukkan bahwa permainan koto oleh

anak perempuan pada zaman dahulu adalah sebagai alat pengukur kecerdasan dan

keterampilan. Koto juga merupakan iringan untuk para geisha dibeberapa tempat

di kota Kyoto dulunya ketika alat musik ini sudah lebih merakyat.

b. Penggunaan Koto pada Zaman Sekarang

Dunia dewasa ini sudah sangat modern hanya untuk menciptakan musik.

Orang-orang pun lebih tertarik pada musik yang tercipta dari aliran listrik karena

biasanya lebih mendorong emosi. Namun dibeberaoa negara seperti Jepang masih

tetap akan menyimpan musik-musik leluhur mereka. Alat musik yang sudah

‘ketinggalan zaman’pun akan ditampilkan sebagai sebuah penghormatan di

beberapa acara kebudayaan.

Jepang adalah negara dengan begitu banyak festival yang diselenggarakan

di setiap musimnya. Kesempatan ini digunakan untuk menampilkan budaya lama

yang harus dilestarikan. Di beberapa festival, koto masih sering diperdengarkan

sebagai alat musik klasik asal Jepang. ada pula yang menggunakan koto untuk

beberapa upacara adat.

Dikalangan istana sendiri koto masih dimainkan. Sekarang ini koto

dimainkan sebagai pengiring pertemuan khusus para pejabat. Bukan lagi sebagai

penghibur kaisar Jepang. pertemuan khusus ini bisa berupa pertemuan adat atau

Universitas Sumatera Utara

Page 21: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

pun pertemuan para petinggi Jepang. Bahkan ada kalanya koto dimainkan untuk

menyambut tamu dari luar negeri.

Peran koto di abad-21 ini tidak begitu mencolok. Lebih kepada pengguna

sampingan dari alat musik tradisional yang harus dilestarikan dan diperkenalkan

sebagai alat musik tua yang masih hidup di Jepang yang semakin menjadi negara

modern.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 kesimpulan

Dengan membaca tugas akhir ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

• Koto adalah alat musik petik tradisional Jepang yang awal keberadaannyya

merupakan alat musik istana yang disebut gagaku.

• orang yang pertama kali memperkenalkan musik koto pada masyarakat

luas adalah Yatsuhashi Kengyo melalui sokyoku atau aliran musik yang

bernada sendu pada abad ke-17.

• Permainan koto yang cendrung lembut membuat koto tampil lebih elegan

jika dibandingkan dengan permainan alat musik tradisional yang lainnya.

Hal ini pula yang mendasari musik koto diakui sebagai musik rakyat

Jepang.

• Koto diakui sebagai musik rakyat Jepang juga. Dari sejak zaman nara dan

Heian hingga di zaman modern ini, koto masih kerap dimainkan dalam

festival, upaara adat, atau pertemuan khusus.

• Koto adalah alat musik yang pada awalnya dimainkan secara tunggal

namun belakangan ini bisa dimainkan bersama-sama dengan koto lainnya

atau instrument lainnya. Sebagai pengiring tarian juga.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

4.2 Saran

Budaya adalah hal yang harus dilestarikan bahkan dari negara dan daerah

manapun. Dengan budaya yang diturunkan oleh leluhur, ada baiknya manusia bisa

melestarikannya agar hidup menjadi lebih harmonis.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

DAFTAR PUSTAKA

Tuttle Charles E. 1959. Manufactured in Japan. London. Prentice-Hell

International.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Musik_Jepan

https://id.m.m.wikipedia.org/wiki/Alat_musik

http://sawadaa.blogspot.co.id/2012/01/koto-alat-musik-tradisional-

jepang.html?m=1

http://www.japantimes.co.jp/culture/2000/11/04/musik/yamada-style-koto-mater-

performs-song-suite-classics/

Universitas Sumatera Utara

Page 25: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

ABSTRAK

Abstrak saya berjudul Koto alat musik tradisional Jepang. Untuk

melestarikan budaya lama, ada baiknya kita mengetahu budaya itu sendiri.

Khususnya di Jepang, negera yang terkenal kaya akan budaya. Salah satu budaya

itu adalah alat musik tradisional yaitu Koto.

Koto adalah alat musik petik yang mirip dengan kecapi di Indonesia.

Masuk ke Jepang pada abat ke -7. Koto terkenal sebagai alat musik istana atau

yang disebut dengan gagaku. Kemudian pada abad ke-17, Yatsuhashi Kengyo

memperkennalkan koto pada masyarakat. Dengan menggunakan nada yang sendu

dan menyentuh, aliran musik koto yang diciptakan Yatsuhashi Kengyo menjadi

terkenal.

Jenis koto muncul seiring berkembangnya teknik permainan koto. Sekolah

Ikuta koto yang pertama membuat inovasi baru. Menggabungkan permainan koto

dengan shamisen. Aliran musik Ikuta koto ini lebih menonjolkan peran

instrumennya dari pada vokal. Kemudian ada pula Yamada koto. Aliran musik ini

menonjolkan vokal. Yamada koto mengambil teknik permainan shamisen untuk

membuat inovasi baru.

Bentuk koto hanya persegi panjang. Terbuat dari kayu kiri yang di lubangi

dalamnya. Kira-kira panjangnya 6 kaki. Sisi kanan lebih tinggi dari sisi kiri.

Namun orang Jepang mengibaratkan koto sebagai naga. Karena itu bagian-bagian

badan koto dinamai dengan bagian-bagian tubuh naga juga.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Permainan koto sekarang ini hanya sebatas formalitas. Biasa di mainkan

pada festival, upacara adat atau dalam pertemuan khusus baik di bidang

pemerintahan maupun umum. Biasaya untuk menyambut datangnya tamu

terhormat dari negara lain juga.

Dari karya tulis yang saya buat bisa diambil kesimpulan bahwa: koto

adalah alat musik istana atau yang di sebut gagaku. orang yang pertama kali

memperkenalkan musik koto pada masyarakat luas adalah Yatsuhashi Kengyo

melalui sokyoku atau aliran musik yang bernada sendu pada abad ke-17.

Permainan koto yang cendrung lembut membuat koto tampil lebih elegan jika

dibandingkan dengan permainan alat musik tradisional yang lainnya. Koto diakui

sebagai musik rakyat Jepang juga. Dari sejak zaman nara dan Heian hingga di

zaman modern ini, koto masih kerap dimainkan dalam festival, upaara adat, atau

pertemuan khusus.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Universitas Sumatera Utara

Page 28: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Universitas Sumatera Utara

Page 29: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Universitas Sumatera Utara

Page 30: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Universitas Sumatera Utara

Page 31: “KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG KERTAS KARYA ...

Universitas Sumatera Utara