Kopi Untuk Wanita Hamil

28
MAKALAH “PENGARUH KAFEIN PADA IBU HAMIL” Dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan Maternitas Disusun oleh : Asepudin Cinthya Widyaningrum Onah Fatonah Riza Riva’i Sulis Tiawati Sawi Program Studi Ilmu keperawatan

description

Kopi Untuk Wanita Hamil

Transcript of Kopi Untuk Wanita Hamil

MAKALAH PENGARUH KAFEIN PADA IBU HAMIL

Dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugasMata Kuliah Praktik Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :AsepudinCinthya WidyaningrumOnah FatonahRiza RivaiSulis TiawatiSawi

Program Studi Ilmu keperawatanSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW beserta para sahabatnya.Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Keperawatan Maternitas dimana makalah ini berisi tentang Pengaruh Konsumsi Kafein Pada Ibu Hamil.Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiPENDAHULUANiii1.1 Latar Belakangiii1.2 Rumusan Masalahiv1.3 Tujuaniv1.4 Manfaat PenulisanivKASUS1PEMBAHASAN43.1 Pengertian Kafein43.2 Pengaruh Kafein4PENUTUP84.1 Kesimpulan84.2 Saran8DAFTAR PUSTAKA9

ii

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. Pembuahan itu sendiri berlangsung setelah terjadinya hubungan seksual (persetubuhan) antar lawan jenis, meskipun tidak semua hubungan seksual akan menghasilkan pembuahan.Proses kehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan sel sperma hingga terjadi pembuahan. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur), yang terjadi dua minggu setelahnya.Bayi lahir mati dan berat badan lahir rendah masih merupakan masalah kesehatan yang terbanyak di Indonesia, dimana lahir mati merupakan penyumbang angka kematian bayi yang tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Menurut WHO (2000), angka kematian bayi di negara maju maupun di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Angka kematian bayi di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Kelangsungan hidup bayi sangat ditentukan oleh kondisi pertumbuhan janin di dalam uterus (Susanto, 2010)Sasaran pembangunan kesehatan Milenieum Development Goals untuk menurunkan 3/4 angka kematian Ibu dan menurunkan 2/3 angka kematian bayi. Sasaran pembangunan Milleneum Development Goals dapat dicapai dengan mengetahui penyebab kematian Ibu di Indonesia antara lain perdarahan, eklampsia, infeksi, abortus. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, berat badan iii

lahir rendah, tetanus, infeksi, masalah pemberian ASI. Semua faktor resiko selama kehamilan & persalinan harus diatasi untuk mewujudkan tujuan MDGS 2015 (Wijaya M, 2009).Kelahiran di Indonesia jika diperkirakan sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi 56/1000, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Sebab-sebab kematian tersebut antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), berat badan lahir rendah (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1-3%) (Manuaba,2001).Salah satu faktor penyebab kematian bayi dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah adalah kebiasaan ibu hamil yang mengkonsumsi makanan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan embrio. Salah satu kebiasaan ibu hamil tersebut adalah mengkonsumsi kafein.Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang wanita yang sedang hamil untuk memperhatikan kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan, karena beberapa bahan makan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin yang berada di kandungannya.

1.2 Rumusan MasalahBeberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:1. Apa pengaruh kafein pada ibu hamil? 2. Apa pengertian dari kafein?3. Apa pengaruh kafein pada bayi yang akan dilahirkan?1.3 Tujuan Untuk mengetahui pengaruh kafein pada ibu hamil beserta bayi yang akan dilahirkannya1.4 Manfaat Penulisan 1. Mengetahui pengaruh kafein pada ibu hamil2. Mengetahui pengertian kafein 3. Mengetahui pengaruh kafein pada bayi yang akan dilahirkan

iv

BAB IIKASUS

Kopi untuk Wanita Hamil, Aman?Dikirim oleh Evariny Jika Anda penggemar kopi dan kebetulan sedang hamil, ada kabar baik untuk Anda ketahui. Menurut peneliti dari Denmark, minum kopi ternyata aman untuk wanita hamil, asal dalam jumlah secukupnya. Hasil penelitian tersebut mematahkan pendapat sebelumnya yang mengatakan bahwa minum kopi bisa meningkatkan risiko bayi lahir prematur dan ukuran bayi yang kecil.Riset yang dilakukan oleh British Medical Journal menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara wanita yang minum kopi dalam jumlah sedikit dengan wanita yang minum kopi non kafein. Jumlah yang dianjurkan di Inggris untuk wanita hamil tak lebih dari 300 mg kafein per hari.Menurut Food Standards Agency, jumlah tersebut setara dengan mengkonsumi sepotong cokelat, minum tiga cangkir teh, sekaleng softdrink dan secangkir kopi setiap hari.Peneliti dari University of Aarhus, Denmark, mengamati kesehatan lebih dari 1200 wanita hamil yang tergolong pecandu kopi, yakni minum lebih dari tiga gelas kopi perhari. Kesemua responden mengikuti riset tersebut setelah usia kehamilan 20 minggu. Mereka lalu dibagi dalam dua kelompok, yang mengkonsumsi kopi berkafein dan kopi non kafein, sehingga peneliti bisa mengetahui kelompok mana yang paling beriko mengalami kelahiran prematur atau memiliki bayi berukuran kecil.Tim peneliti juga melakukan wawancara kepada tiap responden untuk mengetahui apakah mereka juga mengkonsumsi minuman berkafein lain seperti teh atau softdrink. Data lain yang dikumpulkan yakni usia calon ibu, usia kehamilan, berat 1

badan sebelum hamil, kebiasaan merokok serta bobot bayi saat dilahirkan. Ternyata tidak ada perbedaan berarti antara dua kelompok tersebut. Kelompok yang mengkonsumsi kopi non kafein asupan kafeinnya lebih rendah 182 gr.Di antara wanita yang mengonsumsi kopi berkafein, 4,2 persen melahirkan prematur dan 4,5 persen ukuran bayinya kecil. Sementara itu, dalam kelompok yang mengonsumsi kopi non kafein, 5,2 persen bayinya lahir prematur dan 4,7 persen berat bayinya di bawah normal. Disimpulkan oleh tim peneliti bahwa mengurangi konsumsi kopi di masa akhir kehamilan tidak terlalu berpengaruh pada berat tubuh bayi dan usia kehamilan. Meski begitu, belum diketahui apakah ada efeknya jika mengkonsumsi kopi di usia awal kehamilan.Meski demikian, tetap dianjurkan bagi wanita hamil untuk tidak mengkonsumsi kopi lebih dari 300 g perhari. Selain itu, perbanyak minum air putih atau jus buah daripada minuman berkafein.Sumber: BBCHamil? Minum Kopi? Boleh Kok, tapi Secangkir SehariJumat, 23 Juli 2010, 07:24 WIB

REPUBLIKA.CO.ID NEW YORK--Perempuan hamil tidak perlu meninggalkan kebiasaan minum secangkir kopi di pagi hari. Satu riset oleh Lembaga Sejawat Kebidanan dan Kandungan AS (The American College of Obstetricians and Gynecologists) menemukan bahwa bila mengkonsumsi kafein secukupnya kemungkinan tidak meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran prematur.Sebelumnya, banyak penelitian yang hasil temuannya berlawanan, yakni dampak minum kafein bisa terjadi komplikasi kehamilan, tetapi lembaga perguruan tinggi tersebut telah meninjau ulang pendapat tersebut."Saya pikir sudah waktunya mengatakan dengan nyaman bahwa boleh untuk meminum secangkir kopi selama kehamilan," kata ketua komite perguruan tinggi tersebut, Dr. William Barth kepada wartawanReuters Health.

2

Komite itu mengatakan 200 miligram kafein per hari -- untuk satu cangkir kopi sekitar 355 mililiter -- tidak secara signifikan menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur. Definisi dari "konsumsi kafein secukupnya" juga termasuk meminum sekitar empat cangkir teh 237 mililiter atau lebih dari lima kaleng soda 355 ml per hari, atau makan 6-7 batang coklat murni.Komite tersebut mengakui bahwa penemuan itu masih belum jelas bila mengkonsumsi lebih dari 200 mg kafein per hari akan meningkatkan risiko kehamilan. Tim peneliti tersebut menimbang dua penelitian terakhir, masing-masing meneliti lebih dari 1.000 perempuan hamil.Satu penelitian, dipimpin oleh Dr. David Savitz dari Mount Sinai Medical Centre di New York, menemukan tidak ada peningkatan keguguran perempuan yang meminum kafein tingkat rendah, cukup, atau tinggi dalam dalam periode berbeda dalam kehamilan mereka. Pada penelitian kedua, Dr. De-Kun Li beserta beberapa koleganya di divisi riset di Oakland menemukan risiko keguguran pada perempuan yang meminum lebih dari 200 mg kafein per hari, tetapi tidak ada risiko tambahan pada kadar rendah.Komite juga menunjukkan pada dua penelitian lain yang menemukan bahwa seorang perempuan hamil yang meminum kafein secukupnya tidak membuatnya melahirkan secara prematur. Riset telah menunjukkan kafein bisa melewati plasenta, yang menyebabkan kekhawatiran bahwa bisa menimbulkan keguguran atau kelahiran prematur.Di Amerika Serikat, sekitar 16 persen dari seluruh kehamilan berakhir dengan keguguran dan sekitar 12 persen bayi terlahir secara prematur. Barth mengatakan penelitian terdahulu telah tercampur dan tidak jelas mengenai kaitan antara kafein dan risiko dalam kehamilan. Beberapa penemuan terbaru dari sekelompok besar perempuan yang membuat komite merasa yakin bahwa meminum kafein secukupnya aman bagi kesehatan bagi wanita hamil.

3

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Pengertian KafeinKafein merupakan senyawa alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metil. Sejak dulu kafein ini diperoleh dari ekstrak tumbuh-tumbuhan berupa biji kopi, teh, dan coklat (kakao) (Sunaryo, 2005).Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman cola, minuman berenergi, coklat, dan bahkan digunakan juga untuk terapi, misalnya pada obat-obat stimulan, pereda nyeri, diuretik, pereda demam, obat pengontrol berat badan, dan masih banyak lagi. Lebih dari 80% populasi di bumi mengonsumsi kafein dalam berbagai bentuk. Kopi sebagai salah satu minuman paling populer, dikonsumsi dalam jumlah banyak di seluruh dunia. Selain karena rasanya, kopi juga diminati oleh masyarakat karena efek stimulannya karena kopi mengandung suatu derivat metilxantin. Bergantung dari kandungan alkaloid dan metode penggilingannya, dalam 1 cangkir kopi kurang lebih mengandung 75 sampai 200 mg kafein.Kafein memiliki metabolisme kompleks pada sistem sirkulasi dan efek akhirnya sebagian besar bergantung pada kondisi pada saat pemberian, dosis yang digunakan dan riwayat pajanan terhadap derivat metilxantin. Melalui mekanisme kerjanya terhadap SSP kafein dapat meningkatkan kesadaran dan mengurangi kelelahan. Selain itu kafein dapat menyebabkan penurunan denyut jantung pada perangsangan vagal reseptor dan peningkatan tekanan darah pada perangsangan pusat vasomotor medulla. Sedangkan terhadap sistem kardiovaskuler, kafein dapat bersifat inotropik dan kronotropik positif dan dapat menurunkan tekanan darah karena sifatnya yang merelaksasi otot polos perifer (Katzung, 1987).

3.2 Pengaruh Kafein Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena asfiksia (Dewi dkk, 2005).Frekuensi berat badan lahir rendah (BBLR) di negara maju berkisar antara 4

3,6-10,8%, di negara berkembang berkisar antara 10-43%. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1:4 (Mochtar, 1998).Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi. Dari beberapa studi kejadian BBLR pada tahun 1994 sebesar 14,6% di daerah pedesaan dan 17,5% di Rumah Sakit, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 1999 angka berat badan lahir rendah sekitar 7,5% (Setyowati, 2004). Presentase berat badan bayi baru lahir di Sumatera Barat menurut RIKESDAS tahun 2010 kategori berat badan bayi < 2500 gram 6,0 %.Secara statistik menunjukkan 90 % kejadian berat badan lahir rendah terdapat di negara berkembang dan angka kematian nya 35 x lebih tinggi di banding pada bayi dengan berat lahir normal (BLN) (WHO,2007). Angka kejadian Berat badan lahir rendah di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain yaitu berkisar antara 9-30 %. Hasil studi diperoleh angka berat badan lahir rendah (BBLR) dengan rentang 21-19,2 %. Daerah nusa tenggara timur (NTT) merupakan daerah tertinggi angka berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu 19,2 %. Secara nasional berdasarkan analisis lanjut survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI), angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran Program Perbaikan Gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 6 % (IDAI, 2004).Salah satu faktor penyebab kematian bayi dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah adalah kebiasaan ibu hamil yang mengkonsumsi makanan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan embrio. Salah satu kebiasaan ibu hamil tersebut adalah mengkonsumsi kafein.Kafein banyak terkandung dalam minuman yang kita konsumsi hampir setiap hari. Ibu hamil yang mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan beberapa efek negatif. Kafein mengerutkan pembuluh darah ke rahim, sehingga aliran darah ke plasenta berkurang. Akibatnya, risiko melahirkan bayi berat lahir rendah menjadi lebih besar. Kafein juga dapat dengan mudah melewati sawar darah plasenta dan masuk ke dalam aliran darah janin dan meningkatkan denyut jantung janin. Bahkan efek ini dapat bertahan sampai bayi dilahirkan. Kopi dan teh selain 5

mengandung kafein juga mengandung fenol. Senyawa ini dapat menghambat penyerapan zat besi di saluran pencernaan. Akibatnya, ibu rentan untuk mengalami anemia (Suririnah, 2008).Konsumsi kafein sebaiknya tidak melebihi 300 mg sehari (Hardinsyah, 2008). Para ahli menyarankan 200-300 mg konsumsi kafein dalam sehari merupakan jumlah yang cukup untuk orang dewasa. Tapi mengkonsumsi kafein sebanyak 100 mg tiap hari dapat menyebabkan individu tersebut tergantung pada kafein (Siswono,2008).Ibu hamil yang mengkonsumsi kafein 300 mg atau lebih dalam sehari akan meningkatkan resiko komplikasi pada kehamilannya antara lain: keguguran, kelahiran premature, berat badan bayi rendah, gangguan pertumbuhan janin (Suririnah,2009).Ibu hamil yang mengkonsumsi kafein 300 mg atau lebih per hari (setara dengan 3 cangkir kopi instan atau 5 gelas teh) mempunyai risiko mengalami keguguran dua kali lipat dan berat badan bayi lahir rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi kafein. Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya menghindari minum kafein selama hamil (Weng, X et al,. 2008).Beberapa orang lebih sensitif terhadap kafein dibanding yang lain. Wanita hamil lebih sensitif karena memakan waktu lebih lama untuk membersihkan kafein dari tubuh dari pada orang yang tidak hamil. Kafein dapat diserap oleh lambung dan usus kecil dalam waktu 45 menit, dan diteruskan ke plasenta, sehingga dapat terakumulasi di janin dan cairan ketuban. Hal ini dimetabolisme tiga kali lebih lambat pada wanita hamil dibandingkan dengan wanita tidak hamil, kafein juga secara signifikan mengurangi aliran darah di vili plasenta (penyerapan zat gizi menjadi berkurang) dimana terjadinya penyempitan pembuluh (Michele, 2011).Perlu diketahui bahwa janin mendapatkan segala yang dibutuhkan melalui aliran darah termasuk gizi, oksigenasi, jika terhambat janin akan kurang mendapatkan semua yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Akibatnya, dari penyempitan pembuluh darah ini mungkin dapat mengakibatkan pertumbuhan terganggu dan dapat terjadi gangguan perkembangan (Michele, 6

9

2011). Kafein selama kehamilan melintasi plasenta dan mencapai bayi, sehingga dapat menurunkan aliran darah ke plasenta, sehingga membahayakan bayi (Weng,X et al,.2008).Food and Drug Administration pada tahun 1980. menemukan bahwa kafein melintasi barier otak dan darah dan diperkirakan bahwa janin mungkin tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk mendetoksifikasi diri dari kafein melalui proses yang dikenal sebagai demetilasi. Beberapa ilmuwan juga mencoba untuk menentukan bagaimana kafein mengganggu pertumbuhan sel dan perkembangan janin (Khoury et al,.2004).Berbagai studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan kuat dari efek kafein. Risiko keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi secangkir atau lebih dari kafein per hari ditunjukkan pada sebuah studi tahun 1998. Penelitian lain menunjukkan bahwa kafein dapat menyebabkan penurunan berat badan bayi untuk anak dan juga tingkat peningkatan aborsi spontan (Rasch, 2003).

7

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulankehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan sel sperma hingga terjadi pembuahan. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Selama proses kehamilan ada beberapa kebiasaan seorang ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan dan kondisi janin yang ada dalam kandungannya, salah satu kebiasaan yang dapat mempengaruhi hal tersebut adalah kebiasaan ibu dalam mengkonsumsi kafein yang terdapat dalam kandungan makanan maupun minuman yang dikonsumsi oleh sang ibu. Kebiasaan itu dapat mempengaruhi kondisi kehamilan dan janin karena kafein menyebabkan beberapa pengaruh dalam tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu diantaranya : Kafein mengerutkan pembuluh darah ke rahim, sehingga aliran darah ke plasenta berkurang. Akibatnya, risiko melahirkan bayi berat lahir rendah menjadi lebih besar. Perlu diketahui bahwa janin mendapatkan segala yang dibutuhkan melalui aliran darah termasuk gizi, oksigenasi, jika terhambat janin akan kurang mendapatkan semua yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Akibatnya, dari penyempitan pembuluh darah ini mungkin dapat mengakibatkan pertumbuhan terganggu dan dapat terjadi gangguan perkembangan.

4.2 Saran Dengan adanya makalah ini, hendaknya akan dapat menambah wawasan pembaca tentang pengaruh kafein pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya.

8

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro,H,2000. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGCSimpkin,P, 2009. Panduan lengkap kehamilan, melahirkan dan bayi. Jakarta :ArcanSherwood,L, 2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGCSuririnah, 2008. Buku pintar kehamilan dan persalinan. Jakarta: EGCWijaya,M, 2009. Milenium Development Gold. Http://wikepedia ensiklopedia bebas MDGS.Com. Diakses tanggal 18 maret 2014UNICEF, 2004 http://www.childinfo.org/low_birthweight.html. Diakses tanggal 18 maret 2014Michele, B, 2010. Caffeine During Pregnancy http://ezinearticles.com/?Caffeine-During-Pregnancy&id=3769217. Diakses tanggal 18 maret 2014Krisman Purwoko, 2010. Hamil? Minum Kopi? Boleh Kok, tapi Secangkir Sehari.http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/07/23/126187-hamil-minum-kopi-boleh-kok-tapi-secangkir-sehari. Diakses tanggal 18 maret 2014

9