Konsep Personal Hygiene

24
KONSEP PERSONAL HYGIENE Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat pentinu dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Fisiologi Kulit Sistem integumen terdiri atas kulit, lapisan subkutan di bawah kulit dan pelengkapnya, seperti kelenjar dan kuku. Kulit terdiri atas 2 lapisan yaitu lapisan epidermis yang terdapat pada bagian atas yang banyak mengandung sel-sel

Transcript of Konsep Personal Hygiene

KONSEP PERSONAL HYGIENE

KONSEP PERSONAL HYGIENEDalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat pentinu dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Fisiologi KulitSistem integumen terdiri atas kulit, lapisan subkutan di bawah kulit dan pelengkapnya, seperti kelenjar dan kuku. Kulit terdiri atas 2 lapisan yaitu lapisan epidermis yang terdapat pada bagian atas yang banyak mengandung sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini mudah sekali mengalami regeneras. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah.Lapisan kedua adalah lapisan dermis yang terdiri atas jaringan otot, saraf folikel rambut dan kelenjar. Pada kulit terdapat 2 kelenjar : pertama kelnejar sebasea yang menghasilkan minyak yang disebut sebun yang berfungsi meminyaki kulit dan rambut. Kedua, kelenjar serumen yang terdapat dalam telingga yang berfungsi sebagai pelumas dan berwarna cokelat.Fungsi Kulit : 1. Proteksi tubuh2. Pengaturan temperatur tubuh3. Pengeluaran pembuangan air 4. Sensasi dari stimulus lingkungan 5. Membantu keseimbangan carian da eletrolit 6. Memproduksi dan mengabsorpsi vitamin DMacam-macam Personal Hygiene 1. Perawatan kulit kepala dan rambut2. Perawatan mata3. Perawatan hidung 4. Perawatan telingga5. Perawatan kuku kaki dan tangan6. Perawatan genetalia 7. Perawatan kulit seruruh tubuh 8. Perawatan tubuh secara keseluruhanTujuan Personal Hygiene1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang2. Memelihara kebersihan diri seseorang3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang 4. Mencagah penyakit 5. Menciptakan keindahan6. Meningkatkan rasa percaya diriFaktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene1. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

1. Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene1. Status sosial-ekonomi

Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya

1. Pengetahuan

Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.1. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.1. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.1. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hyiene1. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

1. Dampak Psikososial

Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

DefinisiPersonal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri seseorang untuk memelihara kesehatannya.Seseorang tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri dipengaruhi kondisi fisik atau keadaan emosional klien.Oleh karena itu perlu bantuan orang lain.Peran perawat dalam personal hygiene adalah untuk mempertahankan atau membantu klien memelihara integritas kulit sehingga sel-sel kulit mendapat nutrisi dan hidrasi yang diperlukan untuk menahan cedera dan penyakit.Tujuan perawatan personal hygiene adalah Menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel kulit yang mati dan bakteri Menghilangkan bau badan yang berlebihan Memelihara integritas permukaan kulit Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit klien. Meningkatkan percaya diri seseorang Menciptakan keindahan Meningkatkan derajat kesehatan sesorangPrinsip dalam melakukan perawatan personal hygiene adalah Gunakan komunikasi terapeutik selama perawatan hygiene Selama dalam perawatan hygiene,Perawat dapat melakukan tindakan keperawatan yang lain, misalkan latihan gerakFaktor faktor yang mempengaruhi kebersihan diriCitra tubuhPenampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektifseseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang klien rapi sekali maka perawat mempertimbaagkan rincian kerapian ketika merencanakan keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan peraatan hygienis. Karena citra tubuh klien dapat berubah akibat pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.Praktik social.Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan kebersihan. 3. Status sosio-ekonomisumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Perawat hrus menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social klien.4. PengetahuanPengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.5. Variable kebudayaanKepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di Negara-negara eropa, bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu.6. Pilihan pribadiSetiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk yang berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.7. kondisi fisik.Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi.Anatomi dan fisiologiRongga mulut dilapisi dengan membran mukosa. Membra merupakan jaringan epitel yang melapisi dan melindungi organ ,mensekresi mukus untuk menjaga jalan saluran sistem pencernaan dan mengabsorbsi nutrien. Mulut atau bukal rongga yang terdiri dari bibir sekitar pembukaanmulut , lehersepanjang sisi dinding rongga,lidah serta otonya, langi-langit mulut bagian depan dan belakang yang mebentuk akar rongga. .Kelainan / Patofisiolologi gigi dan mulut Mulut merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi perkembangan bakteri. Bila tidak dibersihkan dengan sempurna, sisa makanan yang terselip bersama bakteri akan tetap melekat pada gigi kita dan akan bertambah banyak dan membentuk koloni yang disebut plak, yaitu lapisan film tipis, lengket dan tidak berwarna. Plak merupakan tempat pertumbuhan ideal bagi bakteri yang dapat memproduksi asam. Jika tidak disingkirkan dengan melakukan penyikatan gigi, asam tersebut akhirnya akan menghancurkan email gigi dan akhirnya menyebabkan gigi berlubang Selain itu plak ini juga berpengaruh terhadap kesehatan jaringan pendukung gigi seperti gusi dan tulang pendukungnya. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang menempel pada plak di atas permukaan gigi dan di atas garis gusi. Kuman-kuman pada plak menghasilkan racun yang merangsang gusi sehingga terjadi radang gusi, dan gusi menjadi mudah berdarah. Bila dibiarkan, keadaan ini dapat menjadi lebih buruk dengan bergeraknya gusi dari perlekatannya dengan gigi, sehingga mempengaruhi tulang pendukung dan ligamen (jaringan pengikat) sekitarnya dan menyebabkan tanggalnya gigi. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya, dan didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Pada kondisi normal, dari gigi dan mulut yang sehat ini tidak tercium bau tak sedap.Kondisi ini hanya dapat dicapai dengan perawatan yang tepat. Namun, oleh karena berbagai faktor (misalnya biaya dokter gigi yang relatif lebih mahal daripada dokter umum) kesehatan gigi seringkali tidak menjadi prioritas. Kita hanya pergi ke dokter gigi kalau keadaan gigi sudah parah dan rasa sakit tidak tertahankan lagi Padahal, gigi yang sudah dalam keadaan terinfeksi berat dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Selain itu, gigi yang tidak terawat juga menyebabkan nafas tidak segar yang ujung-ujungnya bisa menghambat pergaulan. Karena itulah, sebagai remaja (apalagi yang sedang melakukan pendekatan pada pujaan hati) kita harus tahu seluk beluk perawatan mulut dan gigi.Beberapa gangguan yang terjadi pada gigi dan mulut : Bau mulutSelain rasa sakit, akibat paling nyata dari buruknya kondisi mulut dan gigi adalah bau mulut. Bau mulut sendiri dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya disebabkan oleh penyakit sistemik yang merupakan tanda-tanda adanya masalah kesehatan lain, seperti diabetes melitus, kelainan pada saluran pencernaan atau pernafasan, penyakit-penyakit pada kerongkongan Sedangkan faktor eksternal disebabkan oleh jenis makanan yang dimakan seperti pengaruh minuman kopi, alkohol, makanan berbumbu bawang putih atau bawang merah, faktor pembersihan gigi yang tidak optimal, dan kebiasaan merokok. Mulut yang kering karena kurang minum air juga merupakan kontributor penyebab masalah bau mulut. Karena itulah, ketika bangun tidur di pagi hari bau mulut kita juga kurang sedap, yang segera hilang setelah kita sikat gigi dan minum air. Akibat lain dari gigi tidak terawatWalaupun amat jarang terjadi, penyakit gigi terkadang dapat juga menyebabkan kematian. Gigi berlubang yang didiamkan dan tidak dirawat akan menjadi sumber infeksi dan dapat mempengaruhi kondisi organ lainnya Bakteri dari gigi berlubang dapat terus menembus jaringan lebih dalam yang disebut pulpa gigi yang terdiri dari jaringan syaraf, pembuluh darah dan limfe. Bakteri kemudian menghancurkan seluruh pulpa, terkadang sampai tidak ada lagi jaringan pulpa yang masih hidup. Keadaan ini memungkinkan terjadinya pembengkakan pada ujung akar berbentuk kantung yang disebut granuloma. Granuloma mengandung jaringan lunak, bakteri, nanah dan lain sebagainya, yang dapat tertekan dalam aliran darah sehingga terbawa ke bagian lain dari tubuh. Selain aliran darah, penyebaran bakteri atau nanah ini dapat juga melalui saluran limfe, hubungan langsung dengan saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Penyebaran bakteri ke daerah lain juga dapat menimbulkan penyakit seperti misalnya pada mata, hidung, jantung, persendian, sakit, penyakit pada saluran pencernaan. Keadaan ini disebut sebagai infeksi fokal.. Dua tipe masalah besar adalah karies gigi (lubang) dan penyakit periodontal (pyorrhea). Karies gigi merupakan masalah mulut paling umum dari orang muda. Perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium. Kekurangan kalsium adalah hasil dari akumulasi musin, karbohidrat, basilus asam laktat pada asaliva yang secara normal ditemukan pada mulut, yang membentuk lapisan gigi yang disebut plak. Plak adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala gigi pada margin gusi. Plak mencegah dilusi asam normal dan netralisasi, yang mencegh disolusi bakteri pada rongga mulut. Asam akhirnya merusak gigi dan email, pada kasus yang berat, merusak pulpa atau jaringan spon dalam gigi. Lubang pertama kali mulai sebagai diskolorasi pengapuran putih dari gigi. Selanjutnya dengan berkembangnya lubang, gigi menjadi kecoklatan atau kehitaman. Untuk orang yang berusia lebih dari 35 tahun, masalah yang paling umum adalah pyorrhea. Penyakit periodontal adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membrane periodontal atau ligament periodontal (mosby, 1994). Diperkirakan bahwa 25% - 75% populasi orang dewasa dengan gigi alami memiliki beberapa bukti dari penyakit ini (Coleman, Nelson, 1993). Penambahan penyakit seperti berikut:Deposit kalkulus pada gigi digaris gusi.Gingiva menjadi bengkak dan perih.Peradangan menyebar, pembentukan celah atau kantong antara gusi dan gingival, gusi menyusut.Tulang alveolar hancur, dan gigi lepas (lewis, collier, 1996). Halitosis (bau nafas) merupakan masalah umum. Hal ini akibat hygiene mulut yang buruk, memasukkan makanan tertentu, atau proses infeksi atau penyakit. Hygiene mulut yang tepat mengeliminasi bau, kecuali penyebabnya adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes. Perawat seringkali menghadapi keilosis pada klien. Gangguan termasuk bibir yang retak, terutama pada sudut mulut. Defisiensi riboflavin, nafas mulut, dan saliva yang berlebihan dapat menyebabkan keilosis., pemberian minyak pada bibir mempertahankan kelembaban, dan salep antijamuratau antibakteri memperkecil perkembangan mikroorganisme. Gejala penyakit periodontal meliputi gusi yang berdaiah; bengkak, jaringan yang radang; garis gusi yang menyusut, dengan pembentukan celah atau kantong antara gusi dan gigi dan kehilangan gigi tiba-tiba. Jika perawatan mulut yang tepat tidak dipertahankan, maka bekteri mati, disebut tartar yang mengumpul disepanjang garis gusi. Tartar menyerang gusi dan serat yang menempel pada gigi, akibatnya kehilangan gigi. Tindakan preventif paling baik adalah pembersihan dengan flossing dan gosok gigi yang teratur. MASALAH MULUT LAINStomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi, seperti tembakau; defisiensi vitamin; infeksi oleh bakyeri, virus, atau jamur; atau penggunaan obat kemoterapi. Glositis adalah peradangan lidah hasil karena penyakit infeksi atau cidera, seperti luka bakar atau gigitan. Gengikitis adalah peradangan gusi, biasanya karena higiene mulut yang buruk atau terjadi tanda leukimia, defisiensi vitamin, atau diabetes melitus. Perawatan mulut khusus merupakan keharusan apabila klien memiliki masalah oral ini. Perubahan mukosa mulut yang berhubungan dengan mudah mengarah kepada malnutrisi, yang merupakan perhatian utama bagi klien yang memiliki kanker (Griefzu, Radjeski, Winnick, 1990). Nursing prosesA. PengkajianPengkajian perawat tentang bibir,gigi,mukosa buccal,gusi,langit-langit,dan lidah klien. Perawat memeriksa semuadaerah ini dengan hati-hati tentang warna,hidrasi,tekstur,dan lukannya.Klien yang tidak mengikuti praktik hygiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi,gusiyang meradang,gigi yang hitam (khususnya sepanjang margin gusi),karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis.Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala umum dari penyakit gusi atau gangguan gigi tertentu.Infeksi pada mulut melibatkan organisme seperti treponeme pallidum, neisseria gonorrhoeae, dan hominis virus herpes.Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi,sangat penting mungumpulkan data dasr mengenai keadaan rongga mult klien.Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk perwatan preventif bagi klien saat mereka melewati pengobatan ( Greifzu Radjeski, Winnick, 1990).Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan aktual atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dapat merefleksikan masalah atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukkan kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena defisit perawatan-diri. Identifikai diagnosa yang akurat memerlukan seleksi faktor yang berhubungan yang menyebabkan masalah klien. Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi, misalnya, akan memerlukan intervensi berbeda dari pada kerusakan mukosa akibat penempatan selang andotrakea. B.PerencanaanMenyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan higiene mulut termasuk mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan kemampuan fisik klien. Perawatan harus membina hubungan yang baik dengan klien untuk membantu praktik higiene mulut. Beberapa klien sanat sensitif tentang kondisi mulut mereka dan engganmembiarkan orang lain merawat. Dalam banyak kasus, klien (seperti yang terkena diabetes dan kanker ) juga tidak sadar bahwamereka berisiko penyakit gigi dan periodontal dan karenanya memerlukan pendidikan ekstensif. Klien yang mengalami perubahan mukosa akan memerlukan perawatan jangka panjang. Hasil tidak dapat terlihat untuk beberapa hari atau minggu. Keluarga dapat memainkan peranan penting dalam pembelajaran bagaimana untuk memeriksa rongga mulut klien terhadap perubahan dan memberikan higiene mulut meliputi sebagai berikut :1. Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik.2. Klien mampu melakukan sendiri perawatan higiene- mulut dengan benar.3. Klien akan mencapai rasa nyaman .4. klien akan memahami praktik higiene-mulut.C. ImplementasiHigiene mulut yang baik termasuk kabersihan, kenyaman, dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang seringkali tidak menerima perawatan agresif yang mereka butuhkan. Perwatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari. Frekuensi tindakan higiene bergantung pada rongga mulut klien. D. Evaluasi Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien Hasil yang diharapkan dari hygiene mulut tidak dapat dilihat dalam beberapa hari Pembersihan yang berulang-ulang harus sering kali dilakukan. Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi selama evaluasiHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PENDERITA STROKE

View clicksPosted March 12th, 2010 by on3g

Ilmu Keperawatanabstraks:

Banyaknya penderita stroke saat ini yang mengakibatkan gangguan fungsi otak lokal maupun global, menuntut perawat untuk memiliki pengetahuan yang baik dalam merawat pasien. Memenuhi kebutuhan sehari-hari (ADL), termasuk oral hygiene yang baik. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke di Rumah Sakit secara umum.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif riset dengan desain cross sectional melalui penyebaran kuesioner, sampel 37 perawat di ruang rawat inap Al Haji (Kelas I) dan ICU diRumah Sakit Islam Surakarta pada tanggal 24 Oktober sampai 29 Oktober 2005.Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan perawat akan oral hygiene baik, sikap perawat dalam pelaksanaan oral hygiene mempunyai sikap cukup baik, tetapi perilaku perawat masih kurang baik. Berdasarkan hasil perhitungan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku perawat dan tidak ada hubungan antara sikap dan perilaku perawat dalam pelaksanaan oral hygiene.Melihat hal itu perlu kiranya meningkatkan perilaku perawat menciptakan budaya kondusif, memberikan motivasi yang kuat untuk melakukan perubahan yang didukung prosedur oral hygiene sebagai prosedur tetap (Protap) dan diberikan pelatihan cara mensosialisasikan oral hygiene, dievaluasi secara berkala tentang kendala/keberhasilan yang dihadapi oleh perawat.

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangStroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) adalah penyakit neurogenik yang menyebabkan gangguan fungsi otak baik fokal maupun global dan merupakan penyebab kecacatan yang paling banyak. Penderita dapat mengalami berbagai masalah diantaranya gangguan kesadaran, gangguan mobilitas fisik, gangguan menelan dan gangguan perawatan diri (Doenges, 1999).Gangguan kesadaran akan menyebabkan ketidakmampuan penderita untuk mempertahankan patensi jalan napas, pemasangan alat-alat artificial airway (jalan napas buatan), oro-pharyngeal airway (mayo) sangat dibutuhkan ataupun nasogastric tube pada penderita yang mengalami gangguan menelan makanan sehingga ludah jarang mengalami pergantian hal ini akan merupakan sarana mikroorganisme, menyebabkan peningkatan simulasi sekresi mucus, menghambat fungsi fisiologis saluran napas bagian atas seperti menghangatkan, melembabkan dan filtrasi. Begitu pula mekanisme proteksiantara lain mengeluarkan sekret, gerakan mukosilia, kemampuan batuk efektif akan terganggu atau menurun (Barbara, 1989).Hal tersebut dapat menimbulkan kolonisasi oropharinx terjadi basil gram negatif dengan penyakit dasar lainnya, faktor predisposisi adalahoral hygiene yang jelek, gangguan menelan menyebabkan bertambahnya basil gram negatif di sel mukosa apabila dibiarkan keadaan tersebut dapat mendorong terjadinya infeksi rongga mulut apapun risikoyang lebih lanjut (Doenges, 1999).Hasil kajian kesehatan membuktikan kepentingan menjaga kesehatan mulut ada kaitan erat dengan kesehatan seluruh tubuh, mendapatkan hampir 90% simptom penyakit sistemik bermula dengan masalah dari mulut. Menurut artikel terbitan Mayo Clinic, Minnesota, mulut sehat bisa menghindarkan dari beberapa penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes. Dalam mulut kira-kira ada 500 species bakteriyang hidup subur dengan adanya saliva. ( http://www.hmetro.com.my/Current_News/HM/sunday/kesihatan/20050410103631... ).Pada penderita tersebut juga disertai defisit neurologis dari yang ringan sampai yang berat termasuk pemenuhan kebutuhan diri (Activity Daily Living), oral hygiene adalah merupakan tindakan yang mutlak dilakukan oleh perawat. Di Rumah Sakit Islam Surakarta tindakan tersebut belum dilakukan secara optimal karena belum menjadi budaya pelaksanaan dalam lingkungan dan kurangnya motivasiyang kuat untuk berubah meskipun tingkat pendidikan mereka cukup baik yaitu PP, SPK, Akper, Sarjana, tetapi peran perawat sebagai pemberi pelayanan dan pendidik belum terlaksana dengan baik.Adanya kasus di RS, penderita stroke yang mengalami penurunan kesadaran sehingga terjadi penurunan refleks menelan, dengan pemasangan mayo akumulasi sekret di saluran pernapasan atas semakin menumpuk meskipun sudah dilaksanakan suction jika diperlukan ataupun penggantian mayo tetapi belum menutup kemungkinan masih adanya akumulasi sekret kentalyang tertinggal dan menyumbat saluran pernapasan yang berakibat sangat fatal, suatu hal yang sering tidak kita pikirkan terhadap penderita tersebut jika tidak dilaksanakan oral hygiene dengan optimal.Pengetahuan beberapa perawat tentang oral hygiene di RSIS adalah baik, mereka dapat menjelaskan tentang dasar-dasar prosedur pelaksanaan oral hygiene meskipun mempergunakan alat-alat ataupun cara yang berbeda-beda, didukung dengan mayoritas pendidikan mereka cukup tinggi meskipun proses belajar dapat berlangsung di institusi pendidikan atau di luar institusi pendidikan. Belum terciptanya budayayang kondusif terhadap perilaku oral hygiene karena tidak adanya motivasi yang kuat untuk melakukan perubahan perilaku perawat terhadap oral hygiene. Salah satu faktornya adalah tingginya tingkat kesibukan perawat, ataupun tidak seimbangnya beban kerja. Kapasitas pasien yang melebihi kemampuan kerja perawat dalam melaksanakan perawatan, sehingga tindakan oral hygiene yang dianggap mudah atau tidak penting kadang tidak terlaksana dengan baik.Menurut Mantra (1994) makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorangakan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa. Dan sebagian dari mereka sudah bekerja dalam waktuyang lama, pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik.Menurut Notoatmodjo (1993), sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Diantara berbagai faktoryang mempengaruhi pembentukan sikap perawat adalah pengalaman pribadi kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 1998).Sikap perawat tentang tindakan oral hygiene di RSIS bahwa tindakan tersebut belum menjadi budaya rutin dalam keperawatan pasien yang akan berpengaruh besar dalam pembentukan sikap perawat. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting, dalam hal ini perawat model, kepala bangsal atau perawat yang bekerja lebih lama. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan berafiliasi dan keinginan menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut, sehingga apabila mayoritas dari perawat tidak melaksanakan tindakan oral hygiene maka akan sulit untuk menjadikan budaya rutinitas dalam tindakan keperawatan.Berdasarkan studi pendekatan wawancara dengan satu dua orang perawat pelaksana ruangan diketahui mereka menyatakan oral hygiene merupakan tindakan yang penting tetapi bukan merupakan tindakan yang vital akibatnya pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke di Rumah Sakit Islam Surakarta tidak berjalan dengan baik, pada akhirnya di rumah sakit kadang ditimbulkan komplikasi penyakit sistemik, gangguan nutrisi dan risiko yang berlanjut, misalnya terjadinya kasus infeksi pneumonia. Berdasarkan fakta diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku perawat dalam pelaksanaanoral hygiene pada pasien stroke di rumah Sakit Islam Surakarta.B. Rumusan MasalahAdakah hubungan faktor pengetahuan dan sikap dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke di rumah Sakit Islam Surakarta.C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumMengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke di Rumah Sakit Islam Surakarta.2. Tujuan Khususa. Mengetahui pengetahuan perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada penderita stroke di Rumah Sakit Islam Surakarta.b. Mengetahui sikap perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada penderita stroke di Rumah Sakit Islam Surakarta.c. Mengetahui perilaku perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada penderita stroke di Rumah Sakit Islam Surakartad. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada penderita stroke di Rumah Sakit Islam Surakarta.e. Mengetahui hubungan antara sikap perawat dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada penderita stroke di Rumah Sakit Islam Surakarta.D. Manfaat Penelitian1. Institusi Rumah SakitDiharapkan dapat menjadi masukan bagi pimpinan Rumah Sakit dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit terutama dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke.2. Institusi PendidikanSebagai informasi penelitian, yang dapat digunakan sebagai materi pembelajaran keperawatan klinis dan rekomendasi penelitian selanjutnya.3. Bagi PerawatMeningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan tindakan oral hygiene.4. Bagi Keluarga dan PenderitaMendapat pengetahuan baru, sehingga mampu untuk melaksanakan oral hygiene dan merawat penderita dengan baik sepulang dari rumah sakit.E. RelevansiPelaksanaan oral hygiene sangat penting bagi penderita stroke, ketidakmampuan penderita untuk merawat dirinya dan ketidakmampuan penderita untuk melakukan sirkulasi air liur, bila dibiarkan saja dapat mengakibatkan terjadinya infeksi rongga mulut. Oleh karena itu diperlukan tindakan oral hygiene. Untuk dapat melaksanakan perannya dengan baik sebagai pemberi layanan dan pendidik diperlukan pengetahuan dan sikap yang positif dari seorang perawat disamping ketrampilan yang memadai.