Konsep koping

6
Konsep koping Koping adalah proses pemecahan masalah dimana seseorang mempergunakannya untuk mengelola kondisi stres. Derajat stres ditentukan oleh perbandingan antara apa yang terjadi (sumber stresor) orang akan secara sadar atau tidak sadar untuk mengatasi situasi tersebut (Smeltzer, 2001). Koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/ancaman. Koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres atau tekanan (Siswanto, 2007). Jenis mekanisme koping: Menurut Lazarus dan Folkman (1984, dalam Safaria dan Saputra, 2009), koping terbagi dalam 2 jenis yaitu : 1. Koping yang berfokus untuk mengatur emosi (Emotion-focused coping). Adalah suatu usaha untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang sangat menekan. Emotion– focused coping cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, yang dilakukan individu adalah mengatur emosinya. Sebagai contoh, ketika seseorang yang dicintai meninggal dunia, dalam situasi ini, orang biasanya mencari dukungan

description

koping

Transcript of Konsep koping

Page 1: Konsep koping

Konsep koping

Koping adalah proses pemecahan masalah dimana seseorang mempergunakannya

untuk mengelola kondisi stres. Derajat stres ditentukan oleh perbandingan antara apa

yang terjadi (sumber stresor) orang akan secara sadar atau tidak sadar untuk

mengatasi situasi tersebut (Smeltzer, 2001).

Koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi

yang dinilai sebagai suatu tantangan/ancaman. Koping lebih mengarah pada yang

orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang

membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang

ketika menghadapi stres atau tekanan (Siswanto, 2007).

Jenis mekanisme koping:

Menurut Lazarus dan Folkman (1984, dalam Safaria dan Saputra, 2009), koping terbagi

dalam 2 jenis yaitu :

1. Koping yang berfokus untuk mengatur emosi (Emotion-focused coping). Adalah

suatu usaha untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang sangat

menekan. Emotion–focused coping cenderung dilakukan apabila individu tidak

mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, yang

dilakukan individu adalah mengatur emosinya. Sebagai contoh, ketika seseorang

yang dicintai meninggal dunia, dalam situasi ini, orang biasanya mencari

dukungan emosi dan mengalihkan diri atau menyibukkan diri dengan melakukan

pekerjaan-pekerjaan rumah atau kantor.

Aspek dari koping yang berfokus untuk mengatur emosi:

a. Seeking social emotional support Mencoba memperoleh dukungan secara

emosional maupun sosial dari orang lain.

b. Distancing Mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah

atau membuat sebuah harapan positif.

c. Escape avoidance Menghayal mengenai situasi atau melakukan tindakan

atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan. Individu melakukan

fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk tidak

Page 2: Konsep koping

memikirkan mengenai masalah dengan tidur atau menggunakan alkohol yang

berlebih.

d. Self control Mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan

dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.

e. Accepting responsibility Menerima untuk menjalankan masalah yang

dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.

f. Positive reappraisal Mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi

dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat yang

religius.

2. Koping yang berfokus pada permasalahan (Problem-focused coping). Adalah

suatu usaha untuk mengurangi stresor, dengan mempelajari cara-cara atau

keterampilan-keterampilan yang baru untuk digunakan mengubah situasi,

keadaan, atau pokok permasalahan. Setiap hari dalam kehidupan kita secara

tidak langsung problemed-focused coping telah sering digunakan, saat kita

bernegosiasi untuk membeli sesuatu di toko, saat kita membuat jadwal pelajaran,

mengikuti treatment-treatment psikologis, atau belajar untuk meningkatkan

keterampilan.

Aspek koping yang berfokus pada permasalahan:

a. Confrontative coping: yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

sumber tekanan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang tinggi, dan

pengambilan resiko.

b. Seeking Social Support: atau mencari dukungan sosial yaitu usaha untuk

mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain.

c. Planful Problem Solving: yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.

Metode koping

Ada 2 metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah

psikologis seperti dikemukakan oleh Rasmun (2004) yang mengutip pendapat Bell

(1977), metode tersebut antara lain:

Page 3: Konsep koping

1. Metode koping jangka panjang (konstruktif). Merupakan cara yang efektif dan

realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang lama,

contohnya berbicara dengan orang lain, mencoba mencari informasi yang lebih

banyak tentang masalah yang sedang dihadapi, menghubungkan situasi atau

masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural, melakukan

latihan fisik untuk mengurangi ketegangan, membuat berbagai alternatif tindakan

untuk mengurangi situasi, mengambil pelajaran atau pengalaman masa lalu, dan

lain-lain.

2. Metode koping jangka pendek (destruktif). Cara ini digunakan untuk mengurangi

stres dan cukup efektif untuk waktu sementara, contohnya menggunakan alkohol

atau obat, melamun dan fantasi, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang

tidak menyenangkan, tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali

stabil, dan lain-lain.

Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah seperti

yang di kemukakan oleh Mc.Cubbin (1979, dalam Rasmun, 2004) adalah; mencari

dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga, tetangga, teman, atau keluarga

jauh, reframing yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat

menanganinya dan menerima, menggunakan pengalaman masa lalu untuk

mengurangi stres/kecemasa, mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka

agama atau aktif pada pertemuan ibadah, menggerakkan keluarga untuk mencari

dan menerima bantuan, penilaian secara pasive terhadap peristiwa yang di alami

dengan cara menonton tv, atau diam saja.

Tingkatan stress

a. Stres tahap l: Tahapan stres paling ringan, disertai perasaan semangat kera

besar bahkan berlebihan (overacting), senang dengan pekerjannya dan lebih

bersemangat.

b. Stres tahap II: Dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan

timbullah berbagai keluhan akibat cadangan energi yang menipis; merasa letih

dan tidak dapat santai.

Page 4: Konsep koping

c. Stres tahap III: Keluhan-keluhan semakin nyata dan mengganggu, gangguan

lambung dan usus semakin nyata, rasa tidak tenang dan ketegangan emosional

semakin meningkat, sulit tidur malam (insomnia), namun kelainan fisik pada

organ belum ditemukan.

d. Stres tahapIV: Suatu pekerjaan yang semula menyenangkan dan menjadi

membosankan dan sulit dikerjakan, tidak mampu melaksanakan kegiatan rutin

sehari-hari, rasa takut dan cemas tanpa sebab yang jelas.

e. Stres tahap V: Kelelahan fisik dan mental semakin mendalam tidak mampu kerja

ringan dan sederhana, gangguan sistem pencemaan semakin berat, rasa

ketakutan dan cemas meningkat, mudah bingung dan panik.

f. Stres tahap VI: Merupakan tahapan klimaks, Pasien mengalami serangan panik

dan perasaan takut mati, sering dibawa ke UGD/ICCU, keluhan jantung berdebar

sangat keras, sulit bernafas, tidak mampu kerja ringan (Maramis, 2005).

Sumber:

Siswanto, (2007) Kesehatan Mental, Konsep, cakupan dan perkembangannya,

ANDI Yogyakarta

Mc.Cubbin. 1979. Dalam Rasmun. 2004. Stres, Koping dan Adaptasi. Sagung

Seto: Jakarta.

Lazarus, R. S., & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. Dalam

Safaria, dkk. 2009. Manajemen Emosi. Bumi Saputra: Jakarta.

Maramis W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:

Surabaya.

Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.