PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

178
PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ADAPTASI MARJINAL MAHKOTA LOGAM PORSELEN TESIS AUGESWINA 157160013 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Page 1: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN

TERHADAP ADAPTASI MARJINAL MAHKOTA

LOGAM PORSELEN

TESIS

AUGESWINA

157160013

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN

TERHADAP ADAPTASI MARJINAL MAHKOTA

LOGAM PORSELEN

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Spesialis Prostodonsia

(Sp.Pros) dalam Bidang Ilmu Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

AUGESWINA

157160013

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Telah diuji

Pada Tanggal : 24 September 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Haslinda Z Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)

ANGGOTA : 1. Dr. Ir. Eng. M. Indra Nasution, MT

2. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros(K)

2. Syafrinani,drg., Sp.Pros(K)

3. Sumadhi, drg., Ph.D

4. Ariyani,drg., MDSc., Sp.Pros (K)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

PERNYATAAN

PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN

TERHADAP ADAPTASI MARJINAL MAHKOTA

LOGAM PORSELEN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Oktober 2019

Augeswina

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

DAFTAR ISTILAH

Ni-Cr = Nickel-Chromium

Co-Cr = Cobalt-Chromium

Au-Pd = Gold-Palladium

Au-Pt-Pd = Gold-Platinum-Palladium

Ag-Pd = Silver - Palladium

FPD = Fixed Partial Denture

PFM = Porcelain-Fused-to-Metal

GTC = Gigi Tiruan Cekat

ADA = American Dental Association

ISO = International Standard Organization

CAD/CAM = Computer Aided Design / Computer Aided

Manufacturing

SEM = Scanning Electron Microscope

µm = Mikron (satuan pengukuran)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

ABSTRAK

Mahkota logam porselen adalah salah satu restorasi yang mendapatkan

estetika yang baik dari tampilan porselen yang memiliki translusensi yang tinggi serta

kekuatan dari substruktur logam, dan memiliki adaptasi marjinal yang baik, namun

estetis pada logam porselen kurang memuaskan karena ada bayangan gelap didaerah

servikal dan perlu dibuatkan desain koping collarless. Ada tiga desain yang

digunakan dalam penelitian ini diantaranya metal collar, full metal collarless dan

modified metal collarless yang dibakar dengan suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh desain koping dan suhu

pembakaran terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen. Jenis penelitian ini

adalah eksperimental laboratoris. Gigi insisivus sentralis typodont dipreparasi dan

diduplikasikan menggunakan scan CAD / CAM sehingga menjadi dai zirkonia dan

ditanam dalam balok resin akrilik untuk pembuatan 30 sampel logam porselen.

Aplikasi lapisan opak pada ketiga desain koping yang di bakar pada suhu 950˚C dan

975˚C yang dilanjutkan dengan aplikasi dentin, enamel dan glazing. Pengukuran nilai

adaptasi marjinal pada kelompok sampel logam porselen dilakukan dengan alat

Stereomikroskop (Zeiss Stereo Discovery. V12, Germany) yang terdata secara

komputerisasi menggunakan software Axiovision Rel. 4.8 dalam satuan Mikron

(µm). Sampel diletakkan di bawah stereomikroskop pada lima titik yang akan

dilakukan perhitungan besarnya celah marjinal. Data statistik dengan uji one way

ANOVA terlihat perbedaan yang signifikan dengan nilai rerata celah marjinal dan

standar deviasi pada desain koping metal collar suhu pembakaran 950˚C adalah

(88,97 ± 0,95)µm, dan suhu pembakaran 975˚C adalah (61,69 ± 1,13) µm. Nilai

rerata celah marjinal dan standar deviasi pada desain koping full metal collarless suhu

pembakaran 950˚C adalah (113,05 ± 0,93) µm, dan suhu pembakaran 975˚C adalah

(87,70 ± 0,72) µm. Nilai rerata celah marjinal pada desain koping modified metal

collarless dan standar deviasi suhu pembakaran 950˚C adalah (92,66 ±1,07) µm, dan

suhu pembakaran 975˚C adalah (66,71 ± 1,29) µm. Pengaruh signifikan desain

koping metal collar, full metal collarless, dan modified metal collarless pada suhu

pembakaran 950˚C terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen dengan nilai

p=0,001 (p<0,05). Pengaruh signifikan desain koping metal collar, full metal

collarless, dan modified metal collarless pada suhu pembakaran 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen dengan nilai p= 0,001 (p<0,05). Hasil uji t

independent juga terlihat perbedaan yang signifikan pada suhu pembakaran 950˚C

dan 975˚C pada desain koping metal collar terhadap adaptasi marjinal mahkota

logam porselen dengan nilai p=0,001 (p<0,05), pada desain koping full metal

collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen dengan nilai p=0,001

(p<0,05), dan pada desain koping modified metal collarless terhadap adaptasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

marjinal mahkota logam porselen dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa desain koping modified metal collarless memiliki adaptasi

marjinal yang baik dengan celah lebih kecil dan dapat diterima klinis, sehingga desain

ini dapat direkomendasikan untuk aplikasi klinis pada kasus – kasus yang

memerlukan estetis maksimal

.

Kata Kunci: Desain koping, suhu pembakaran, adaptasi marjinal, mahkota logam

porselen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

ABSTRACT

Metal porcelain crown is one of the restorations that get a good aesthetic appearance

of porcelain which has high transparency and strength from metal substructure, and has good

marginal adaptation, but the aesthetics of metal porcelain are less satisfactory because there is

a dark shadow at the cervical area and needed to make collarless coping design. There are

three designs used in this study including metal collar, full metal collarless and modified

metal collarless that is burned with a firing temperature of 950°C and 975°C. The purpose of

this study was to determine the effect of coping design and firing temperature on the marginal

adaptation of metal porcelain crowns. This type of study is an experimental laboratory.

Typodontic central incisors were prepared and duplicated using CAD / CAM scans to form

zirconia die and embedded in acrylic resin blocks for the manufacture of 30 metal porcelain

samples. The application of opaque coating in all three coping designs at 950˚C and 975˚C

followed by applications of dentin, enamel and glazing. The measurement of marginal

adaptation values in the metal porcelain sample group was performed using a

stereomicroscope (Zeiss Stereo Discovery. V12, Germany) which was computerized recorded

using the Axiovision Rail software. 4.8 in Microns (µm). The sample is placed under the

stereomicroscope at five points to calculate the marginal gap. Statistical data with the one

way ANOVA test showed significant differences with the mean marginal gap and the

standard deviation in the design of the coping metal collar firing temperature of 950˚C was

(88.97 ± 0.95) µm, and the firing temperature of 975˚C was (61.69 ± 1.13) µm. The mean

value of marginal gap and standard deviation of the full metal collarless coping design of the

firing temperature of 950˚C was (113.05 ± 0.93) µm, and the firing temperature of 975˚C was

(87.70 ± 0.72) µm. The mean marginal gap for modified metal collarless coping design and

standard deviation of the firing temperature of 950˚C is (92.66 ± 1.07) µm, and the firing

temperature of 975˚C is (66.71 ± 1.29) µm. Significant influence of metal collar, full metal

collarless and modified metal collarless design on the firing temperature of 950˚C to the

marginal adaptation of metal porcelain crowns with a value of p = 0.001 (p <0.05). The

significant effect of metal collar, full metal collarless and modified metal collarless on the

firing temperature of 975˚C to the marginal adaptation of metal porcelain crowns with a

value of p = 0.001 (p <0.05). The independent t test results also showed a significant

difference in the firing temperatures of 950˚C and 975˚C in the design of metal collar coping

with marginal adaptation of metal porcelain crowns with a value of p = 0.001 (p <0.05), on

the design of full metal collarless coping with marginal adaptation of metal porcelain crowns

with a value of p = 0.001 (p <0.05), and the modified metal collarless coping design to

marginal adaptations of metal porcelain crowns with a value of p = 0.001 (p <0.05). The

results of the study can be concluded that modified metal collarless coping design has good

marginal adaptation with smaller gaps and has clinically acceptable, so this design can be

recommended for clinical applications in cases that require maximum aesthetics.

Key Words : Coping design, firing temperature, marginal adaptation, metal porcelain crown.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini selesai disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Prostodonsia pada Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada suami

tercinta dr. Fahmi Nurdin, Sp.B., zuriatku tersayang Aufasyathir Dhiaulhaq dan

Aufashahia Salsabila atas pengorbanan, keikhlasan dan motivasinya. Papa Dasrul

Rustam dan mama Nurhaida Chaniago, S.Ag pelita hidupku, papa dan mama mertua

dr. Nurdin Hasan dan Minahuma serta seluruh keluarga yang telah memberikan kasih

sayang tiada henti yang tidak akan terbalas, doa, pengertian, semangat dan dukungan

baik moril maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan

pendidikan ini.

Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapat pengarahan serta

bimbingan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat disusun dengan baik. Pada

kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Haslinda Z Tamin, drg., M. Kes., Sp. Pros (K) selaku dosen pembimbing

pertama penulis sekaligus sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi

Spesialis Prostodonsia PPDGS) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

koreksi, dan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

penulisan tesis ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Teladan yang diberikan

berupa semangat, motivasi yang tinggi, selalu berpikir positif, dan memperhatikan

segala sesuatu secara detail sangat berarti dalam membentuk pola berpikir penulis,

khususnya selama proses penyelesaian tesis ini. Dialah ibundaku, do`a tercurah untuk

beliau, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan, kekuatan, rezeki dan

umur yang barokah kepada ibunda tercinta.

2. Dr. Eng. Ir. M. Indra Nasution, MT selaku dosen pembimbing kedua

sekaligus sebagai Kepala Laboratorium Fakultas Teknik Mesin Universitas Sumatera

Utara yang dalam penulisan tesis ini juga telah meluangkan banyak waktu dan selalu

bijaksana untuk membimbing, memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis

selama penulisan tesis ini hingga selesai. Penulis juga merasakan pengorbanan dan

pengertian dari Bapak selama pelaksanaan penelitian.

3. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros (K) selaku pembimbing dan penguji yang

telah banyak berkorban dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

serta motivasi yang tinggi kepada penulis untuk mengerjakan penelitian dan

penyelesaian tesis dengan baik.

4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku tim penguji tesis sekaligus sebagai Ketua

Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang

telah banyak meluangkan waktu, mengarahkan, memberikan dorongan, semangat,

masukan, saran serta solusi kepada penulis selama penulisan tesis ini sehingga dapat

diselesaikan dengan baik. Teladan yang diberikan berupa kesabaran dan ketenangan

dalam menghadapi setiap masalah juga sangat berarti bagi penulis, terutama selama

penyelesaian tesis ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

5. Sumadhi, drg., Ph.D., selaku anggota tim penguji tesis yang juga telah

meluangkan banyak waktu, mengarahkan, memberikan saran dan masukan serta

solusi kepada penulis selama penulisan tesis ini sehingga dapat diselesaikan dengan

baik.

6. Aryani Dallmer, drg., MDSc., Sp. Pros (K) selaku anggota tim penguji yang

telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan saran dan masukan kepada

penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Tidak hanya sebagai anggota tim penguji,

penulis sangat merasakan bimbingan, perhatian dan ketulusan dalam membantu

mengarahkan agar tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

7. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG(K) sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp. Pros (K) selaku guru besar di

Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang

telah banyak memberikan pengarahan serta perhatian agar penulis dapat segera

menyelesaikan tesis ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

9. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., M.Kes dan Siti Wahyuni, drg., MDSc selaku

Kepala dan Manajer Unit Jasa Industri (UJI) Laboratorium Dental Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada

penulis selama melakukan penelitian dan menyelesaikan tesis ini.

10. Seluruh staf pengajar PPDGS Prostodonsia terutama Putri Welda Utami

Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros(K), serta staf aktif pengajar di Departemen

Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yaitu Prof.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Selamat Tarigan, drg., MS., Ph.D; Eddy Dahar, drg., M.Kes.; Siti Wahyuni, drg.,

MDSc yang telah memberikan saran, masukan, doa dan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

11. Staf pengajar Prostodonsia Ika Andryas, drg., MSc, dan Hubban Nasution,

drg., MSc., Veronica Angelia, drg., MDSc., Sp. Pros yang selalu memberi semangat,

saran, dan nasihat penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

12. Seluruh pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara yaitu Bu Yanti, Kak Naya, Nurul dan seluruh pegawai

UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara,

terutama Bang Budi, Kak Tun Kholida, Bang Wawan yang dengan ikhlas membantu

dan menyediakan waktu dalam proses penelitian dan penyelesaian tesis ini.

13. Bang Domu, bang Agus asisten Laboratorium Biologi Fakultas Ilmu

Matematika dan Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Negeri Medan yang telah

banyak membantu dan membimbing penulis dalam proses penelitian dan

penyelesaian tesis ini.

14. Kak Heni, Kak Cut Masyithah Thaib, M. Si, Apt yang telah membantu

penulis dalam analisis statistik data hasil penelitian penulis.

15. Silvia Pridana, drg., Sp. Pros, Theresia Tarigan,drg., selaku sahabat terbaik

penulis yang telah sangat membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini dan bang

Marsal Tarigan, drg, Selamat Suhardi, drg yang sama-sama berjuang, saling memberi

semangat, masukan dan dorongan dalam penyelesaian hasil penelitian tesis.

16. Rekan-rekan sejawat Residen PPDGS Prostodonsia FKG USU Angkatan VI,

VII terutama kepada Ivana, drg, Noni Harahap, drg yang baik hati yang telah ikut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

membantu dan memberi saran serta solusi dalam penyelesaian tesis ini serta

angkatan VIII yang selalu memberikan saran, semangat dan doa kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan

hasil penelitian tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Prostodonsia

Medan, Oktober 2019

Penulis,

Augeswina, drg.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Augeswina, drg.

Tempat / Tanggal Lahir : Duri, 15 Agustus 1979

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Koto Marapak No. 4B Padang

Nama Ayah : Dasrul Rustam

Nama Ibu : Nurhaida Chaniago, S.Ag

Nama Suami : dr. Fahmi Nurdin, Sp. B

RIWAYAT PENDIDIKAN

1985 - 1991 : SDN 005 Duri - Riau

1991 - 1994 : Islamic Boarding School Al-Mukmin Solo-Jateng

1994 - 1997 : SMA Swasta Mutiara YLPI Duri-Riau

1997 - 2001 : FE Universitas Andalas Padang

1998 - 2006 : FKG Universitas Baiturrahmah Padang

2015- sekarang : Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis

Prostodonsia FKG USU Medan

RIWAYAT PEKERJAAN

2006 – 2007 : Dokter Gigi di RS Siti Rahmah Padang

2011 – 2015 : Dokter Gigi di RS BMC Padang

2007 – sekarang : Staf Pengajar di FKG Unbrah Padang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

KARYA ILMIAH YANG TELAH DIPRESENTASIKAN

NO JUDUL KEGIATAN TEMPAT

1 Non Rigid Connector As

Alternative Treatment of Long

Span Bridge

7th Malaisian Association

for Prosthodontics (MAP)

Annual Scientific

Conference and AGM 2017

Balai Ungku Aziz,

Fakulti Pergigian

University Malaya,

Kuala Lumpur 5 – 8

Oktober 2017

2 Management of Disc

Displacement without Reduction

and Myofacial Pain With

Limited Opening Post

Activating Elastic Intermaxillary

in Fixed Appliance by Using

Repositioning Splint: A Case

Report

7th Indonesian Academy of

Craniomandibular

Disorders (IACMD) and

17th Asian Academy of

Craniomandibular

Disorders (AACMD)

Scientific Meeting 2017

JW Luwansa Hotel

and Convention Centre

Jakarta

21 – 23 Oktober 2017

3 The Role Of Collarless Metal

Coping Designs And Firing

Cycles On Marginal Adaptation

In Porcelain Fused To Metal:

A Literature Review

2nd

Medan International of

Prosthodontics (Medan

Inpro)

Santika Premier

Dyandra Hotel and

Convention Medan

30 Agustus – 1

September 2018

KARYA ILMIAH YANG TELAH DIPUBLIKASIKAN

NO JUDUL PUBLIKASI

1 Management of Disc Displacement without

Reduction and Myofacial Pain With Limited

Opening Post Activating Elastic Intermaxillary

in Fixed Appliance by Using Repositioning

Splint: A Case Report

Prosiding : 3rd

Indonesian

Prosthodontic Scientific Meeting.

(Bridging Sciences in Stomatognatic

System, Current and Update in

Esthetic and Implant Dentistry)

ISBN : 978-979-19022-2-9

2 The Role Of Collarless Metal Coping Designs

And Firing Cycles On Marginal Adaptation In

Porcelain Fused To Metal: A Literature

Review

Prosiding : 2nd

Medan INPRO

“Advance Prosthodontic Treatment In

Asean Economic Community”

ISBN : 978-602-53245-0-5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

PENGABDIAN YANG TELAH DILAKSANAKAN

NO JUDUL KEGIATAN TEMPAT

1 Meningkatkan Kualitas Hidup

Lansia Pada Posyandu Lansia

Keluarga Besar Wirawati Catur

Panca Cabang Medan dan

Korps Bela Negara

Penyuluhan Kesehatan

Gigi dan Mulut

Konsultasi Kesehatan

Gigi dan Mulut

Pemeriksaan,

Penambalan, Pencabutan

dan Pembersihan Karang

Gigi

Markas Besar Korps

Bela Negara Medan,

30 Juli 2016,

Medan

2 Program IPTEK Bagi

Masyarakat di Posyandu Lansia

Keluarga Besar Wirawati Catur

Panca Sumatra Utara

Penyuluhan Tentang :

1. Akibat kehilangan

gigi

2. Perawatan gigi yang

hilang

3. Hidup bahagia

dengan gigi tiruan

Kuisioner

Posyandu Lansia

Keluarga Besar

Wirawati Catur

Panca Medan

Sumatra Utara

16 September

2017

3 Program IPTEK Bagi

Masyarakat di Posyandu Lansia

Posyandu Lansia Bougenville

Titi Kuning

Penyuluhan Tentang :

4. Akibat kehilangan

gigi

5. Perawatan gigi yang

hilang

6. Hidup bahagia

dengan gigi tiruan

Kuisioner

Posyandu Lansia

Bougenville Titi

Kuning Medan

Sumatra Utara

23 September

2017

KURSUS YANG TELAH DIIKUTI

NO JUDUL KEGIATAN TEMPAT/WAKTU

1 Double Impression Technique

and Introduction of Dental

Impression Material

Alginoplast

Kuliah Pakar : Mariam

Almyra S Naranjlla, DMD,

MA, Ph.D

-Philippines-

Hands On

Istana Koki

2 Desember 2015,

Medan

2 The Keys of Success in Dental

Implant treatment

KPPIKG 2016 Jakarta Convention

Center (JCC)

24 – 27 Februari 2016

3 How To Design and Make

Treatment Plan of Removable

Partial Denture

Seminar Iprosi Medan

(Hands On)

Dental Specialist Care

Center (DSCC) Clinic

29 Juli 2016, Medan

4 Practical Method to Measure

Vertical Dimension

Seminar Iprosi Medan

Upgrading Theory and Live

Demo

Dental Specialist Care

Center (DSCC) Clinic

29 Juli 2016, Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

5 Mandibular Suction (HO – 6) International Indonesian

Prosthodontic Meeting

Indonesian Academy of

Craniomandibular Disorders

Joint Meeting

Paragon Hotel – Solo

15-17 September 2016

6 Practical Way to detect and

Examine TMD

Seminar dan Hands On

Integrated Continuing Dental

Education (ICDE) FKG UI

“Estetic and Functional Oral

Rehabilitation”

Grand Mercure Hotel,

Jakarta

24-26 februari 2017

7 Porcelain Veneer Part 1 Seminar dan Hands On

Integrated Continuing Dental

Education (ICDE) FKG UI

“Estetic and Functional Oral

Rehabilitation”

Grand Mercure Hotel,

Jakarta

24-26 februari 2017

8 Porcelain Veneer Part 2 Seminar dan Hands On

Integrated Continuing Dental

Education (ICDE) FKG UI

“Estetic and Functional

Oral Rehabilitation”

Grand Mercure Hotel,

Jakarta

24-26 februari 2017

9 Pemanfaatan Teknologi

CAD/CAM secara Klinis dan

Laboratoris dalam Perawatan

Prostodonsia

Pelatihan dan Live Demo Ruang Seminar

Prostodonsia

FKG USU

3 Mei 2017, Medan

10 Penulisan Artikel Ilmiah

Internasional Bereputasi untuk

Mahasiswa S2, Spesialis, dan

S3 Universitas Sumatera Utara

Sosialisasi : Drs Mahyuddin

K. M. Nasution, M.I.T., Ph.D

-USU-

Live Demo

Ruang Nazir Alwi

FKG USU

30 Agustus 2017

11 The All-on-4 Concept

Workshop

7th Malaysian Association for

Prosthodontics Annual

Scientific Conference and

AGM

Balai Ungku Azis,

Faculty of Dentistry,

Universiti Malaya,

Kuala Lumpur

Malaysia

5 – 8 Oktober 2017

12 Toothwear Course 7th Malaysian Association for

Prosthodontics Annual

Scientific Conference and

AGM

Balai Ungku Azis,

Faculty of Dentistry,

Universiti Malaya,

Kuala Lumpur

Malaysia

5 – 8 Oktober 2017

13 Master Preparation I Veneer Pertemuan Ilmiah Ilmu

Kedokteran Gigi 7 (IPERIL

IKG 7) 2018

2- 3 Februari 2018

Hotel Horison

Bandung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

14 Pink and white aesthetic

(Indirect Restoration) SHOFU

CERAMAGE

2nd

Medan International

Prosthodontic Scientific

Meeting

30 Agustus – 1

September 2018

Santika Dyandra Hotel

Medan

15 Rehabilitation for Post TMJ

Disorders Treatments (Live

Demo)

2nd

Medan International

Prosthodontic Scientific

Meeting

30 Agustus – 1

September 2018

Santika Dyandra Hotel

Medan

16 Simple Laboratory Procedure

in Fabricating Esthetic Ocular

Prosthesis

Workshop 6-8 September 2019

Raz Hotel and

Convention, Medan

SEMINAR ILMIAH YANG TELAH DIIKUTI

NO KEGIATAN TEMPAT/WAKTU

1 KPPIKG 2016 Jakarta Convention Center (JCC)

24 – 27 Februari 2016

2 Seminar International Indonesian Prosthodontic

Meeting (IIPROM)

Paragon Hotel – Solo

15-17 September 2016

3 Upgrading Theory and Live Demo Dental Specialist Care Center

(DSCC) Clinic Medan

29 Juli 2016

4 Seminar Integrated Continuing Dental Education

(ICDE) FKG UI

Grand Mercure Hotel – Jakarta

24-26 Februari 2017

5 Seminar 7th

Malaysian Association for

Prosthodontics Annual Scientific Conference and

AGM

Balai Ungku Aziz, Faculty of

Dentistry Universiti Malaya, Kuala

Lumpur Malaysia

5- 8 Oktober 2017

6 Seminar 2nd IACMD and 17th AACMD Hotel Luwansa Jakarta

21 – 22 Oktober 2017

7 Pertemuan Ilmiah Ilmu Kedokteran Gigi 7

(IPERIL IKG 7) 2018

Hotel Horison Bandung

2 - 3 Februari 2018

8 2nd Medan International Prosthodontic Scientific

Meeting

Santika Premier Dyandra Hotel and

Convention, Medan

30 Agustus – 1 September 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... i

ABSTRAK… ................................................................................................ ii

ABSTRACT…………………………………………………………… ....... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... x

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. .... xv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xx

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xxi

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xxii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxiii

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Permasalahan .......................................................................... 5

1.3 Rumusan Masalah .................................................................. 7

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 8

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 9

. 1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................... 9

. 1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10

2.1 Gigi Tiruan Cekat .................................................................... 10

2.1.1 Pengertian ...................................................................... 10

2.1.2 Klasifikasi Menurut Bahan ............................................ 10

2.1.2.1 Logam Penuh .................................................. 10

2.1.2.2 Porselen Penuh ............................................... 11

2.1.2.3 Logam Porselen ............................................. 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

2.2 Gigi Tiruan Cekat Logam-Porselen ........................................ 12

2.2.1 Koping Logam ............................................................ 14

2.2.2.1 Jenis Koping Logam ....................................... 16

2.2.2.2 Desain Koping Logam .................................... 20

2.2.1.2.1 Berdasarkan Tinggi Desain Koping 22

2.2.1.2.2 Berdasarkan Desain Marjinal .......... 23

2.2.2 Porselen ...................................................................... 30

2.2.2.1 Lapisan Porselen ............................................. 33

2.2.2.2 Sifat dan Karakteristik Porselen ..................... 36

2.3 Tahap Pembuatan ................................................................... 43

2.3.1 Klinik .......................................................................... 43

2.3.1.1 Preparasi Gigi ................................................. 44

2.3.1.2 Prinsip ............................................................. 45

2.3.1.3 Akhiran Servikal ............................................. 47

2.3.2 Komunikasi Dokter Gigi dengan Teknisi ................... 47

2.3.3 Teknik Pembuatan ...................................................... 49

2.3.3.1 Wax Up Koping .............................................. 49

2.3.3.2 Casting ............................................................ 51

2.3.3.3 Aplikasi Lapisan Porselen .............................. 52

2.3.3.4 Suhu Pembakaran Porselen ............................ 59

2.3.3.5 Proses Pembakaran porselen........................... 61

2.4 Faktor Keberhasilan Restorasi Logam Porselen ..................... 65

2.4.1 Preparasi gigi .............................................................. 65

2.4.2 Desain Marjinal .......................................................... 66

2.4.3 Estetis .......................................................................... 66

2.4.4 Ketepatan Adaptasi Marjinal ...................................... 67

2.5 Adaptasi Marjinal ................................................................... 68

2.5.1 Definisi ....................................................................... 68

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Marjinal .......... 72

2.5.2.1 Perubahan Suhu Pembakaran ......................... 73

2.5.2.2.Variasi Desain Marjin .................................... 75

2.5.3 Alat Pengukuran ......................................................... 78

2.6 Kerangka Teori ....................................................................... 80

2.7 Kerangka Konsep ................................................................... 81

2.8 Hipotesis Penelitian ................................................................ 82

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 84

3.1 Jenis dan Desain Penelitian .................................................... 84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 84

3.2.1 Lokasi Pembuatan Sampel ............................................ 84

3.2.2 Lokasi Pengujian Sampel .............................................. 84

3.2.3 Waktu Penelitian ........................................................... 84

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ..................................... 84

3.3.1 Sampel Penelitian .......................................................... 84

3.3.2 Besar Sampel Penelitian ................................................ 86

3.4 Variabel Penelitian ................................................................. 86

3.4.1 Klasifikasi Variabel Penelitian ...................................... 86

3.4.1.1 Variabel Bebas ................................................ 86

3.4.1.2 Variabel Terikat .............................................. 87

3.4.1.3 Variabel Terkendali ........................................ 87

3.5 Definisi Operasional ............................................................... 88

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................... 94

3.6.1 Alat Penelitian ............................................................ 94

3.6.1.1 Alat yang digunakan untuk Membuat Sampel 94

3.6.1.2 Alat yang digunakan untuk Menguji Sampel 97

3.6.2 Bahan Penelitian......................................................... 98

3.7 Cara Penelitian ........................................................................ 100

3.8 Pengukuran Celah Marjinal .................................................... 105

3.9 Kerangka Operasional Penelitian ........................................... 109

3.9.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian .................... 109

3.9.2 Pembuatan Sampel Koping Logam Ni-Cr .................. 110

3.9.3 Aplikasi Lapisan Porselen Opak, Dentin,

dan Enamel, dan Glazing ............................................ 111

3.10 Analisis Data.......................................................................... 112

BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................... 113

4.1 Nilai rerata celah marjinal mahkota logam porselen dengan

desain koping metal collar, full metal collarless, dan

modified metal collarless pada suhu pembakaran 950˚C dan

975 ˚C .................................................................................... 113

4.2 Pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless,

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal

mahkota logam porselen ......................................................... 116

4.2.1 Pengaruh desain koping metal collar, full metal

collarless, modified metal collarless terhadap adaptasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

marjinal mahkota logam porselen pada suhu

pembakaran 950˚C ............................................................. 116

4.2.2 Pengaruh desain koping metal collar, full metal

collarless, modified metal collarless terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada suhu

pembakaran 975˚C ............................................................. 118

4.3 Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen ........................ 120

4.3.1 Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada desain

koping metal collar ............................................................ 120

4.3.2 Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada desain

koping full metal collarless................................................ 121

4.3.3 Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada desain

koping modified metal collarless ....................................... 122

BAB 5. PEMBAHASAN ........................................................................... 124

5.1 Nilai rerata celah marjinal mahkota logam porselen dengan

desain koping metal collar, full metal collarless, dan

modified metal collarless pada suhu pembakaran 950˚C dan

975 ˚C .................................................................................... 125

5.2 Pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless,

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal

mahkota logam porselen ......................................................... 128

5.2.1 Pengaruh desain koping metal collar, full metal

collarless, modified metal collarless terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada suhu

pembakaran 950˚C ............................................................. 129

5.2.2 Pengaruh desain koping metal collar, full metal

collarless, modified metal collarless terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada suhu

pembakaran 975˚C ............................................................. 131

5.3 Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen ........................ 134

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

5.3.1 Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada desain

koping metal collar ............................................................ 134

5.3.2 Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada desain

koping full metal collarless................................................ 137

5.3.3 Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada desain

koping modified metal collarless ....................................... 138

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 141

6.1 Kesimpulan ............................................................................ 141

6.2 Saran .................................................................................... 142

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 144

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gigi tiruan cekat logam porselen potongan longitudinal ................. 13

2. Sketsa lapisan secara umum restorasi logam porselen ..................... 21

3. Desain koping pendek ...................................................................... 22

4. Desain koping panjang ..................................................................... 23

5. Ketepatan marginal diamati dibawah Stereomicroscope ................. 25

6. Desain koping full metal collar ........................................................ 27

7. Desain koping full metal collarless .................................................. 28

8. Desain koping modified metal collarless. ........................................ 29

9. Struktur tiga dimensi Leucite (KAlSi2O6) ........................................ 32

10. Ilustrasi propagasi retakan................................................................ 39

11. Diagram ilustrasi investment mould dibangun dari wax pattern ...... 51

12. Terminologi ketepatan restorasi berdasarkan Holmes dkk .............. 69

13. Stereomikroskop .. ........................................................................... 97

14. Gambar gigi typodont ........................................................................ 100

15. Gambar dai zirconia .......................................................................... 101

16. Gambar wax up koping ..................................................................... 102

17. Gambar pemasangan sprue ............................................................... 102

18. Gambar koping logam ....................................................................... 103

19. Gambar sampel suhu pembakaran 950˚C ......................................... 106

20. Gambar sampel suhu pembakaran 975˚C ........................................ 107

21. Gambar sketsa pengukuran celah marjinal mahkota logam porselen 107

22. Gambar pengukuran celah marginal menggunakan stereomikroskop 108

23. Gambar titik referensi pada celah marjinal………………………… 108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sifat-sifat fisik dan mekanis logam tuang ............................................. 20

2. Klasifikasi dental porcelain menurut temperatur pembakaran .............. 31

3. Komposisi porselen gigi ......................................................................... 35

4. Definisi operasional variabel bebas ...................................................... 88

5. Definisi operasional variabel terikat ...................................................... 89

6. Definisi operasional variabel terkendali................................................. 89

7. Peralatan penelitian……………………………………………………. 94

8. Bahan penelitian ..................................................................................... 98

9. Nilai rerata celah marjinal mahkota logam porselen.............................. 114

10. Pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, modified

metal collarless pada suhu pembakaran 950˚C .................................... 117

11. Pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, modified

metal collarless pada suhu pembakaran 975˚C .................................... 119

12. Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C pada desain koping

metal collar ............................................................................................ 121

13. Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C pada desain koping

full metal collarless ................................................................................ 122

14. Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C pada desain koping

modified metal collarless ....................................................................... 123

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Grafik nilai rerata celah marjinal mahkota logam porselen dengan

desain koping metal collar, full metal collarless dan modified metal

collarless pada suhu pembakaran 950˚C 975˚C .................................. 115

2. Pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless dan

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam

porselen pada suhu pembakaran 950˚C .............................................. 118

3. Pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless dan

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam

porselen pada suhu pembakaran 975˚C .............................................. 120

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Surat Keterangan Izin Pra-Penelitian di Unit Jasa Industri UJI) Dental

Laboratorium FKG USU

2. Surat Keterangan Izin Mendapatkan Ethical Clearance dari Dekan FKG USU

3. Surat Keterangan Izin Penerbitan Ethical Clearance pada Universitas Prima

Sumatera Utara

4. Ethical Clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEKP) Universitas

Prima Indonesia.

5. Surat Keterangan Izin Pembuatan Sampel Penelitian di Unit Jasa Industri (UJI)

Dental Laboratorium FKG USU

6. Surat Keterangan Izin Pengujian Sampel Penelitian di Laboratorium Biologi

Fakultas MIPA UNIMED

7. Data Nilai Adaptasi Marjinal Mahkota Logam Porselen

8. Hasil Uji Statistik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

1. BAB 1

2. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi tiruan cekat merupakan alat prostetik yang secara permanen

disemenkan pada gigi atau implan untuk menggantikan satu atau lebih gigi yang

hilang sehingga dapat mengembalikan fungsi, estetis dan kenyamanan. Gigi tiruan

cekat dipasang secara permanen pada permukaan luar mahkota yang dapat

melindungi struktur gigi dari kerusakan lebih lanjut. Mahkota ini dapat dibuat dari

aloi emas atau logam lain yang tidak mudah berkarat (Shillingburg 2012; Rosenstiel

dkk 2016).

Beberapa tahun terakhir, logam dan aloi digunakan untuk pembuatan gigi

tiruan cekat logam porselen. Bahan logam yang biasa dipakai dalam kedokteran

gigi adalah aloi emas, aloi cobalt chromium (Co-Cr), dan aloi nikel chromium

(Ni-Cr). Ketiga bahan gigi tersebut dapat dipilih sesuai kebutuhan dan disesuaikan

dengan ketersediaan biaya. Gigi tiruan cekat logam porselen masih populer

dikalangan dokter gigi karena harganya yang masih terjangkau. Mahkota logam

porselen memiliki adaptasi marjinal yang baik, memberikan estetis translusen alami

pada porselen dan kelebihan dalam kekuatan struktur logam, namun estetis yang

optimal tidak dapat dicapai dengan restorasi konvensional terutama di daerah labio

gingival marjin. Diskolorasi keabu-abuan terjadi di daerah sepertiga servikal pada

restorasi porselen yang tipis yang memberikan bayangan gelap pada pertemuan opak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

dan jaringan gingiva (Fahmy, 2012; Swati dkk, 2010).

Peningkatan estetika pada restorasi telah dilakukan pada lapisan labial

mahkota porselen. Mahkota logam porselen adalah salah satu mahkota yang

mendapatkan estetika yang baik dari tampilan porselen yang memiliki translusensi

yang tinggi serta kekuatan dari substruktur logam, namun sifat transmisi ringan di

daerah servikal tidak begitu meningkat, insidental cahaya gagal ditularkan melalui

seluruh bodi gigi karena adanya metal margin. Brecker pada 1956 pertama kali

memperkenalkan penggunaan metal collar untuk estetis pada daerah servikal gigi.

Metal collar menjadi penopang untuk memperkuat dan menahan kerusakan selama

siklus pembakaran porselen, namun menimbulkan bayangan gelap dibawah lapisan

gingiva yang mengganggu tampilan estetis. Sehingga hasil estetis pada restorasi

metal collarless lebih baik dibandingkan dengan metal margin (Vernekar dkk, 2011;

Dessouky RA EL, 2015). Menurut O` Boyle dkk menyarankan bahwa pengurangan 1

mm koping logam labial mengurangi efek penggelapan dan juga meningkatkan

estetika tanpa mengorbankan kekuatan fraktur restorasi. Berdasarkan penelitian

distorsi mahkota logam porselen terhadap pembakaran berulang serta variasi desain

marjinal menjadi catatan dalam pengamatan besarnya jarak, waktu dan deformasi

(Vernekar dkk, 2011; Patil dkk, 2013).

Berdasarkan klasifikasi dental porselen temperatur pembakaran porselen

mengikuti parameter low fusing pada suhu 850˚C – 1100˚C (Anusavice, 2013).

Adapun ketentuan standarisasi pabrik untuk porselen pada suhu 950˚C. Pelapisan

mahkota porselen terdiri dari lapisan opak, dentin dan enamel. Lapisan opak

merupakan lapisan pertama yang diaplikasikan dengan ketebalan 0,1 – 0,3 mm yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

berfungsi menutupi warna koping logam. Lapisan opak mengandung oksida

potassium serta leucite (KAlSi2O6) yang dapat meningkatkan kesesuaian ekspansi

termal dengan logam, sehingga meningkatkan kekuatan lekat mahkota logam

porselen. Fraktur pada restorasi logam porselen dapat terjadi karena kegagalan

penyatuan porselen, logam ataupun permukaan lainnya. Fraktur pada permukaan

dihubungkan pada ketidaksesuaian koefisien termal pada logam dan porselen,

kontaminasi pada permukaan koping logam, formasi lapisan oksida yang

berkelebihan dan buruknya kontrol suhu pembakaran (Saini, 2011). Mc Lean

menyarankan temperatur pembakaran porselen opak 20˚C lebih tinggi dari temperatur

yang disarankan pabrik (dikutip dari Olivieri dkk, 2005). Sementara dalam penelitian

Gupta 2011 pembakaran dengan argon maupun vacuum memberikan kekuatan lekat

yang tinggi pada temperatur 975˚C (Gupta, 2011). Lain halnya dalam penelitian Saini

2011 yang menggunakan sampel pembakaran 930˚C, 945˚C, 960˚C, 975˚C dan

990˚C, dimana pada temperatur pembakaran 930˚C terlihat besarnya jumlah poreus

dengan bentuk triangular maupun irregular, sementara temperatur pembakaran yang

ditingkatkan menjadi 975˚C jumlah poreus menurun karena penyatuan yang lebih

baik terhadap aliran partikel yang menyebabkan pengisian yang baik terhadap rongga

udara di antara partikel (Saini, 2011).

Porositas porselen gigi perlu diminimalkan untuk mendapatkan penampilan

dan kekuatan optik yang terbaik karena pori-pori menyebarkan cahaya, mengurangi

tembus cahaya, dan dapat bertindak sebagai pemrakarsa retak dengan konsentrasi

tegangan tinggi, menurunkan kekuatan pada tegangan dan geser. Sehingga kontrol

porositas akan menjadi pertimbangan mendasar dalam desain dan pemrosesan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

porselen. Getaran mekanis biasanya digunakan pada kondisi pertama untuk

mengurangi fraksi volume porositas dalam metode kepadatan bubuk porselen, jumlah

dan ukuran poreus tergantung pada distribusi ukuran. Oleh karena itu,

penggunaan getaran harus dikontrol dengan hati-hati, dan porositas yang besar

merupakan penyebab shrinkage pembakaran (Cheung KC, BW. Darvell, 2001).

Pembuatan mahkota logam porselen memerlukan aplikasi porselen dengan

beberapa siklus pembakaran temperatur tinggi untuk mendapatkan kontur, warna,

estetis dan kualitas marjinal yang baik, terutama menggunakan teknik pelapisan

porselen secara konvensional, tetapi tidak ada data keilmuan mengenai jumlah siklus

pembakaran yang tepat untuk mendapatkan restorasi yang sempurna (Jalalian dkk,

2015; Sayed, 2015; Rayyan, 2015). Porselen merupakan insulator termal yang baik

dan memiliki koefisien ekspansi termal yang dekat dengan gigi asli. Shrinkage pada

porselen menjadi penyebab distorsi (Yoon, 2005). Selama pembakaran ada sisa air

yang hilang dari bahan disertai dengan hilangnya pengikat yang menghasilkan

volume shrinkage sekitar 10-30%, karena pelepasan air selama sintering. Koreksi

build up dan distorsi pada porselen marjin selama pembakaran juga mempengaruhi

perubahan adaptasi marjinal. Oleh karena itu, kontrol yang tepat dari teknik

kondensasi dan pembakaran diperlukan untuk mengimbangi nilai shrinkage tersebut

selama konstruksi mahkota porselen (Babu PJ, 2015; Power JM, 2013; Sakaguchi RL

2012).

Salah satu keberhasilan mahkota logam porselen terhadap preparasi gigi

adalah dapat terlihat seperti gigi asli yang ditutupi opak, dentin dan email pada

substruktur logam. Keberhasilan ini juga bisa dinilai dari desain preparasi dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

ketepatan desain koping, ketebalan porselen serta adaptasi marjinal yang baik.

Adaptasi marjinal yang baik akan menunjang keawetan restorasi, sedangkan adaptasi

marjinal yang buruk akan meningkatkan resiko timbulnya karies pada gigi

penyangga, masuknya cairan, debris serta mikroorganisme kedalam celah antara

restorasi dan dinding gigi penyangga yang merupakan awal kerusakan periodontal

dan hilangnya gigi (Gracia dkk, 2011; Singh dkk, 2014).

Penggunaan desain koping full metal collarless dapat menggantikan metal

collar dengan lapisan porselen pada daerah marjinal. Warna opak pada logam dapat

memberikan solusi pada daerah marjinal terutama pada preparasi gigi yang tidak

cukup. Belle dkk dalam penelitian Yoon 2005 melaporkan bahwa mahkota collarless

konvensional memiliki ketepatan marjinal yang sama dengan desain koping

modifikasi. Ia juga mengatakan bahwa ketepatan marjinal internal secara umum lebih

buruk daripada ketepatan marjinal ekternal permukaan facial, sehingga desain koping

full metal collarless yang dimodifikasi dengan pemendekan tepi akhiran lapisan

logam 1-2 mm dari servikal dapat memecahkan masalah estetis (Chihargo, 2017;

Yoon JW dkk, 2005).

1.2 Permasalahan

Beberapa usaha telah dijelaskan untuk menghilangkan atau menutupi daerah

servikal metal collar. Marjin porselen metal collar telah dikembangkan dengan

menutupi metal collar dengan porselen untuk menyembunyikan logam dari

pandangan. Modifikasi marjin ini tidak dapat dilakukan tanpa adanya kontur berlebih

pada restorasi yang bisa mengakibatkan iritasi gingiva. Donovan dan Prince (1985)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

menemukan bahwa marjin dapat terjadi shrinkage saat pembakaran porselen, dan

sebaiknya mementingkan ketepatan restorasi. Desain koping collarless dan

modifikasi merupakan pendekatan alternatif untuk membuat restorasi logam porselen

yang mengkombinasikan kekuatan dari mahkota logam porselen dengan estetika.

Keuntungan lainnya adalah mudah dalam pelepasan plak ketika berkontak pada

jaringan gingiva dengan porselen glazing, namun memiliki kesulitan dalam proses

pembuatan dimana adaptasi marjinal tidak sebaik metal collar (Fahmy, 2012;

Dessouky, 2015).

Adaptasi marjinal merupakan faktor esensial terhadap keberhasilan restorasi

(Singh, 2014). Studi sebelumnya dilaporkan bahwa adaptasi marjinal pada restorasi

porcelain fused to metal konvensional dipengaruhi oleh suhu pembakaran yang

tinggi (Handal, 2016). Perubahan dimensi terjadi pada saat casting, dan

menyebabkan distorsi pada aloi yang merupakan hasil dari pelepasan tegangan sisa

dari proses casting dan oksidasi. Shrinkage dapat terjadi pada saat pembakaran

porselen dimana merupakan faktor kausatif yang signifikan dalam proses distorsi

(Patil dkk, 2013; Rosenstiel, 2016).

Berdasarkan beberapa pertimbangan dari desain koping dan suhu pembakaran,

maka peneliti perlu mengevaluasi pengaruh desain koping dan suhu pembakaran

terhadap adaptasi marjinal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka ditetapkan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Berapakah nilai rerata celah marjinal mahkota logam porselen dengan desain

koping metal collar, full metal collarless, dan modified metal collarless pada suhu

pembakaran 950˚C dan 975˚C?

2. Apakah ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen?

2.1 Apakah ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

pada suhu pembakaran 950˚C?

2.2 Apakah ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

pada suhu pembakaran 975˚C?

3. Apakah ada pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen?

3.1 Apakah ada pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada desain koping metal collar?

3.2 Apakah ada pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada desain koping full metal collarless?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

3.3 Apakah ada pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada desain koping modified metal

collarless?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui nilai rerata celah marjinal mahkota logam porselen dengan

desain koping metal collar, full metal collarless, dan modified metal collarless

pada suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C.

2. Untuk mengetahui pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen.

2.1 Untuk mengetahui pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless,

dan modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam

porselen pada suhu pembakaran 950˚C.

2.2 Untuk mengetahui pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless,

dan modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam

porselen pada suhu pembakaran 975˚C.

3. Untuk mengetahui pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen.

3.1 Untuk mengetahui pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada desain koping metal collar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

3.2 Untuk mengetahui pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada desain koping full metal

collarless.

3.3 Untuk mengetahui pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada desain koping modified metal

collarless.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang Kedokteran Gigi,

khususnya bagian Prostodonsia tentang adanya pengaruh desain koping

logam terhadap ketepatan adaptasi marjinal dengan perbedaan suhu

pembakaran.

b. Dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

adaptasi marjinal.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Membantu dan memperkaya pengetahuan dokter gigi tentang metode

analisis adaptasi marjinal pada gigi tiruan berbahan logam porselen.

b. Mampu memberikan kepuasan terhadap pasien dengan ketepatan adaptasi

marjinal dalam mengurangi resiko karies dan desain koping yang

berdampak bayangan gelap pada daerah servikal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

1.0 BAB 2

2.0 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Cekat

2.1.1 Pengertian

Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi yang direkatkan secara permanen

pada gigi yang telah dipersiapkan dengan tujuan untuk menggantikan gigi yang

hilang (Anusavice, 2013). Gigi yang digunakan sebagai perlekatan gigi tiruan cekat

disebut gigi penyangga. Gigi tiruan yang menggantikan gigi yang hilang disebut

pontik. Retainer merupakan restorasi yang disementasi pada gigi penyangga yang

telah dipreparasi. Pontik dan retainer dihubungkan dengan konektor. Konektor dapat

bersifat kaku (seperti solder joint atau konektor - tuang) atau tidak kaku (seperti

kaitan presisi atau stress breakers).

2.1.2 Klasifikasi Menurut Bahan

Bahan yang digunakan untuk membuat gigi tiruan cekat adalah (1) logam

penuh, (2) porselen penuh dan (3) logam porselen (Shilingburg dkk, 2012).

2.1.2.1 Logam Penuh

Bahan logam memiliki kekuatan dan tahan terhadap tekanan, namun logam

tidak memiliki sifat estetis yang baik. Pada gigi tiruan cekat terutama posterior dapat

dibuat seluruhnya oleh logam tuang. Keuntungan bahan logam adalah kerusakan pada

jaringan gigi sedikit karena preparasi pada gigi penyangga relatif sedikit, biayanya

kemungkinan paling murah (tergantung pada pilihan logam), teknik pengecoran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

logam lebih mudah dan menghasilkan adaptasi margin yang lebih akurat (Shilingburg

dkk, 2012).

2.1.2.2 Porselen Penuh

Bahan porselen penuh digunakan bila sangat membutuhkan estetis, karena

dapat meniru warna dan translusensi gigi asli. Mahkota porselen penuh, memiliki

kekuatan yang cukup untuk menahan beban fungsional normal bila di desain dan

dibuat dengan tepat, tetapi akan pecah bila diberikan kekuatan berlebihan. Kelebihan

Mahkota porselen penuh, yaitu: memiliki tampilan yang lebih alami menyerupai

gigi asli dibandingkan mahkota logam porselen. Kekurangan mahkota porselen

penuh, yaitu: rentan terhadap fraktur sehingga pemakaiannya terbatas pada keadaan

yang menghasilkan gaya beban kunyah rendah sampai sedang, dan hanya disarankan

untuk gigi yang tidak mengalami beban oklusal yang besar, seperti gigi insisivus

lateral, celah yang berlebih pada tepi mahkota porselen penuh dapat meningkatkan

resiko karies. Bahan porselen yang sangat keras dapat mengakibatkan keausan

enamel gigi antagonis (Shilingburg dkk, 2012; Hatrick dkk, 2011; Gladwin dkk,

2009).

Pada masing-masing tipe restorasi, marjin adalah salah satu komponen dari

restorasi gigi yang mudah terkena kegagalan baik secara biologis maupun secara

mekanis. Adaptasi yang baik pada akhiran marjin akan mengurangi akumulasi

bakteri, karies sekunder dan penyakit periodontal. Bagaimanapun juga adaptasi

marjinal yang buruk dapat menyebabkan beberapa kerusakan pulpa. Penggunaan

restorasi porselen penuh mengurangi secara drastis kejadian marjin subgingival untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

aspek estetis (Bajaj, 2013).

2.1.2.3 Logam Porselen

Gigi tiruan berbahan logam porselen terbuat dari porselen dengan koping

logam. Bahan ini banyak digunakan karena mengkombinasi kekuatan dari logam dan

estetis dari porselen. Mahkota logam porselen memberikan retensi maksimal, juga

dapat memenuhi persyaratan estetis yang tinggi. Mahkota ini dapat digunakan

sebagai retainer geligi tiruan sebagian cekat dengan penutupan keseluruhan gigi

dengan hasil estetik yang baik (Shilingburg dkk, 2012).

2.2 Gigi Tiruan Cekat Logam Porselen

Mahkota logam porselen terdiri dari substruktur mahkota logam yang

dilapisi dengan lapisan porselen sehingga dapat terlihat seperti gigi asli. Mahkota

logam porselen memberikan penggabungan yang baik antara sifat mekanis dental

aloi dengan sifat estetis yang baik dari porselen. Bahan ini banyak digunakan karena

mengkombinasi kekuatan dari logam dan estetis dari porselen. Namun, pemasangan

gigi tiruan cekat dengan bahan logam porselen harus mempunyai gigi antagonis yang

kuat (Shillingburg dkk, 2012). Secara umum, mahkota logam porselen terdiri dari

koping aloi yang berikatan dengan porselen seperti terlihat pada Gambar 2.1

(Rosenstiel, 2016; Mc Cabe dkk, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Gambar 2.1.Gigi tiruan cekat logam porselen potongan

longitudinal (A) Potongan longitudinal mahkota

logam-porselen (B) Mahkota logam porselen (C)

Metal substruktur memiliki perbedaan margin

terhadap lapisan akhir

(sumber : Rosenstiel,Land & Fujimoto, Text book of

contemporary fixed prosthodontics, ed. 5, 2016.)

Mahkota logam porselen sangat populer pada kedokteran gigi, karena

memiliki faktor estetis yang baik dari segi penampilan natural translusen dan

kekuatan yang baik dari struktur logamnya, namun hasil estetis yang optimum tidak

selalu dapat tercapai apabila menggunakan mahkota logam porselen konvensional,

terutama pada daerah labio gingival margin (Swati dkk, 2010).

Keuntungan:

- Estetis baik karena menyerupai gigi asli

- Substruktur logam yang kuat

- Memiliki kualitas retentif yang sangat baik karena semua dinding aksial

dipreparasi

- Biokompatibel

- Adaptasi terhadap jaringan cukup baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

- Memiliki kekuatan dan ketahanan cukup besar untuk menahan beban

pengunyahan

- Biaya lebih murah dibandingkan mahkota porselen penuh

Kerugian:

- Untuk mencapai estetis yang lebih baik, facial margin pada restorasi

anterior sering ke subgingiva sehingga berpotensi terjadinya penyakit

periodontal

- Mahkota logam porselen terlihat keabu-abuan sehingga estetis menjadi

kurang

- Kegagalan mekanis berupa fraktur dapat melepaskan porselen dari logam

2.2.1 Koping Logam

Logam yang digunakan untuk mahkota logam porselen harus memiliki

ikatan yang kuat dengan porselen, memiliki ketebalan dan kekakuan yang baik

terutama pada gigi tiruan cekat serta memiliki ketahanan yang tinggi terhadap

perubahan. Logam koping relatif tipis (0,3 - 0,5 mm). Preparasi harus menghasilkan

ruang yang cukup banyak untuk ketebalan aloi dan porselen sehingga mendapatkan

sifat estetis yang baik (Sakaguchi dan Powers, 2012).

Beberapa persyaratan logam aloi untuk restorasi logam penuh, yaitu (Mc

Cabe dkk, 2008) :

a. Memiliki temperatur titik lebur yang tinggi daripada temperatur porselen.

b. Kuat untuk menyangga material porselen yang bersifat rapuh walaupun keretakan

porselen tidak terelakkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

c. Logam aloi mampu berikatan dengan porselen hingga pada akhirnya tidak bisa

terlepas.

d. Memiliki koefisien pemuaian yang sama dengan porselen yang berikatan

dengannya.

Temperatur peleburan logam yang sama dengan temperatur pembakaran

porselen dapat menyebabkan distorsi ataupun koping melebur selama pembakaran

porselen. Perbedaan temperatur yang semakin besar di antara kedua bahan akan

semakin memperkecil masalah yang dihadapi selama pembakaran. Koefisien

ekspansi termal logam adalah 13,5-14,5x10¯6/ºC. Logam dan porselen harus

memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai, yaitu antara 0,5-1x10¯6/ºC, sehingga

porselen hanya mengalami sedikit tekanan selama proses pendinginan. Koping

logam harus memiliki ketebalan optimal untuk mencegah terjadi distorsi pada waktu

proses pembakaran. Ketebalan koping logam antara 0,2-0,7 mm, untuk kekuatan dan

kekakuan yang baik, tergantung jenis logam yang dipakai dan ketebalan preparasi

gigi yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik (Shillingburg dkk, 2012; Lopes dkk,

2009; Prado dkk, 2005; Anusavice dkk, 2013).

Koping logam seharusnya tidak meleleh selama pembakaran porselen

berlangsung dan juga mampu menahan stress akibat induksi panas yang dapat

menghasilkan deformasi sampai pada fenomena sag selama pembakaran porselen.

Sag adalah potensi deformasi pada substruktur logam yang pendek pada suhu

pembakaran porselen di bawah pengaruh dari massa logam itu sendiri. Ketebalan

akan berhubungan dengan flexural stress yang lebih besar dan flexural creep yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

lebih besar pula. Creep biasanya terjadi berkenaan dengan pendekatan temperatur

penggabungan dalam rentang ribuan derajat pada aloi (Prakash dkk, 2011).

Tahanan sag adalah kemampuan logam aloi untuk menahan aliran dalam

berat logam aloi tersebut selama pembakaran porselen dan pematrian (soldering).

khususnya pada long-span bridges, terjadi peningkatan berat pada gigi tiruan cekat,

temperatur pembakaran porselen boleh jadi menyebabkan substruktur aloi yang tidak

terdukung menjadi rusak atau cacat secara permanen, yang mana menghasilkan

restrorasi yang tidak sesuai. Long-span substructure beserta penghubungnya lebih

rentan untuk perubahan dimensi secara perlahan hingga peningkatan bending stress.

Fenomena sag mempengaruhi substruktur logam menjadi kepentingan utama untuk

keseluruhan mahkota logam porselen. Ketidaksesuaian oklusal dan marjinal yang

terjadi sebagai akibat siklus pembakaran porselen memudahkan terjadinya

ketidaksesuaian adaptasi marjinal, kebocoran marjinal, karies sekunder dan masalah

gigi (Prakash dkk, 2011).

2.2.1.1 Jenis Koping Logam

Aloi adalah bahan yang memiliki bahan dasar dua atau lebih logam,

biasanya sedikitnya 4-8 bahan logam. Persyaratan aloi yang digunakan untuk

keberhasilan restorasi, yaitu: memiliki kekuatan, stabilitas, ketahanan terhadap

korosi, dapat dilakukan pengecoran, dipoles, dikilapkan, dan biokompatibel. Aloi

untuk logam porselen memiliki sifat tambahan, yaitu koefisien ekspansi termal

porselen dan logam harus kompatibel untuk mencegah retak pada porselen saat

pendinginan selama proses pembuatan (Khmaj MR, 2012). Ekspansi termal dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

komposisi logam sangat mempengaruhi perlekatan antara logam dengan porselen

(Shillingburg dkk, 2012; Anusavice, 2004; O’Brien, 2002; Rosenstiel dkk, 2016).

Klasifikasi logam yang dipakai pada pembuatan mahkota logam porselen,

berdasarkan American Dental Association (ADA), dikelompokkan atas tiga bagian,

antara lain (Shillingburg dkk. 2012):

1. High noble alloy (gold-platinum-palladium, gold-palladium-silver, dan

gold palladium). Logam ini memiliki kandungan logam noble lebih besar dari 60%

dan 40% emas. Koefisien ekspansi termal emas sangat tinggi (14x10-6

/˚C),

sedangkan koefisien ekspansi termal porselen sangat rendah (2-4x10-6

/˚C),

sedangkan porselen yang akan melekat dengan koping logam harus mempunyai

temperatur pembakaran dan koefisien ekspansi termal yang hampir sama, sehingga

untuk menyeimbangkan koefisien ekspansi termal keduanya, perlu penambahan

palladium atau platinum pada logam emas. Mahkota logam porselen dengan bahan

logam emas telah digunakan secara luas karena restorasi yang dihasilkan memiliki

nilai estetis yang natural, ketahanan dan adaptasi tepi logam sangat baik. Aloi emas

paling sering digunakan diantara aloi logam mulia, karena sangat biokompatibel,

pengecoran baik, mudah dipoles, daktilitas tinggi, lebih lunak jika dibandingkan

dengan logam lainnya sehingga waktu pengerjaan di laboratorium lebih cepat,

ketahanan terhadap korosi baik, namun karena harga logam emas yang terus

meningkat memicu harga pembuatan yang lebih tinggi, sehingga perhatian terhadap

bahan logam lain untuk menggantikan logam emas mulai meningkat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

2. Noble alloy (palladium-silver dan high palladium), terdiri dari 25% logam

noble. Logam ini cenderung lebih murah dibandingkan dengan logam emas,

biokompatibel, tahan terhadap korosi, modulus elastisitas lebih tinggi, namun

memiliki koefisien ekspansi termal yang lebih tinggi daripada aloi konvensional

logam porselen, dan ini dapat mempengaruhi perlekatan antara aloi dan porselen

yang digunakan pada restorasi konvensional logam porselen. Hong dan Shin 2014,

menyatakan bahwa tipe aloi logam porselen mempengaruhi kekuatan lekat dengan

porselen. Hasil penelitian kekuatan lekat logam palladium-silver, nikel-kromium dan

emas, menyatakan bahwa aloi Ni-Cr memiliki perlekatan logam porselen paling kuat

dibandingkan dengan aloi emas, namun kekuatan lekat porselen dangan aloi Pd-Ag

tidak menunjukkan perbedaan signifikan dibandingkan aloi lainnya.

3. Predominantely base metal alloy (nikel-kromium, nikel-kromium-

berillium, kobalt-kromium, titanium). Logam ini terdiri dari <25% logam noble.

Logam ini memiliki kekerasan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan logam

noble dan harganya lebih murah. Keuntungan logam ini berupa nilai modulus

elastisitas yang sangat tinggi dan titik lebur tinggi. Keberhasilan pemakaian logam

untuk mahkota bergantung pada tingginya tingkat akurasi yang dilakukan pada

proses casting. Logam berbasis Ni-Cr sifatnya tidak sebaik logam emas dalam hal

kompensasi penyusutan. Salah satu kelebihan logam Ni-Cr terletak pada tingkat

kekerasan yang baik sehingga tidak merusak marjin mahkota selama polishing.

(McCabbe, 2008). Kekuatan untuk menahan korosi sangat tergantung pada sifat

kimianya, oleh karena itu logam ini sebaiknya dioksidasi untuk menutup permukaan

logam sehingga meminimalkan korosi. Kekuatan dan ketahan maksimum restorasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

didapatkan dengan kekakuan koping logam. Logam tidak boleh lentur selama

pemasangan atau dibawah tekanan oklusal karena lenturan akan menyebabkan

porselen mengalami tegangan dan memicu terjadinya retak. Logam harus cukup

keras dan desain koping harus memiliki ketebalan optimum untuk kekakuan. Koping

logam mulia sedikitnya harus memiliki ketebalan 0,3–0,5 mm (Rosenstiel dkk,

2004). Qiu dkk (2011), meneliti ketahanan korosi aloi Co-Cr dan Ni-Cr sebelum dan

setelah pembakaran porselen. Efek temperatur yang tinggi selama pembakaran

porselen dapat merubah komposisi oksida permukaan logam, yang juga dapat

merubah sifat korosi aloi. Hasil penelitian menyatakan bahwa aloi Co-Cr memiliki

ketahanan korosi lebih tinggi daripada aloi Ni-Cr. Jassim (2013), mengevaluasi

kekuatan lekat aloi Co-Cr dan Ni-Cr terhadap porselen. Hasil penelitian menyatakan

bahwa secara statistik tidak ada perbedaan signifikan kekuatan perlekatan antara aloi

Co-Cr dan Ni-Cr terhadap porselen.

Hampir semua logam pada mahkota porselen, logam dioksidasi (degassing,

out gasing dan pre-oxidation) terlebih dahulu sebelum pengaplikasian lapisan

porselen untuk menghilangkan udara yang terperangkap pada logam, menghilangkan

kotoran-kotoran dan membentuk lapisan oksida. Proses oksidasi dilakukan pada

temperatur 960°C–980°C sesuai instruksi pabrik. Lapisan oksida menyebarkan dan

memantulkan cahaya sehingga dapat menutup warna logam dibawahnya, serta

berfungsi untuk menyatukan logam dengan lapisan porselen pada saat siklus

pembakaran (Rokni dan Baradaran 2007; Rathi dkk. 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Tabel 2.1. Sifat fisik dan mekanis logam tuang.

Sumber: Powers JM dan Wataha JC 2008, Dental materials : properties and

manipulation, Mosby Elsevier,ed.9,hal.248.

Tipe Aloi Temperatur

Peleburan

(ºC)

Kepadatan

(g/cm3)

Yield

Strength

(0.2%,

MPa)

Kekerasan

(kg/mm2)

Kegunaan

Sangat mulia

Au-Pt (Zn) 1045 -1140 18.4 420/270 175/195 Mahkota logam

penuh

dan porselenlogam

Au-Pd (Ag) 1160 -1260 14.6 365/385 255/280 Mahkota logam

penuh

dan porselenlogam

Au-Cu-Ag 910 -1065 15.6 270/400 135/195 Mahkota

logampenuh Mulia

Au-Ag-Cu 865 -925 12.4 325/520 125/215 Mahkota

logampenuh Pd-Cu 1100 -1190 10.6 1145 425 Mahkota logam

penuh

dan porselenlogam

Ag-Pd 1020 -1100 10.6 260-320 140/155 Mahkota logam

penuh

dan porselenlogam

Logam dasar

Ni-Cr (Be) 1275 7.5 710 340 -Mahkota logam

penuh dan

porselenlogam

-Kerangka logam

GTSL Co-Cr 1400 -1500 7.5 870 380 -Mahkota logam

penuh dan

porselen logam

-Kerangka logam

GTSL Ti-O 1700 4 300 - -Implan endosseous

-Mahkota logam

porselen

-Kerangka logam

GTSL

2.2.1.2 Desain Koping Logam

Koping adalah suatu tuangan logam tipis yang menutupi seluruh daerah

preparasi gigi seperti mahkota penuh tetapi tidak memberi bentuk anatomis pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

gigi. Ada empat kriteria penting yang harus diperhatikan ketika mendesain koping

logam untuk mahkota logam porselen, antara lain adalah : (a) Ketebalan logam yang

akan dilapisi porselen, (b) daerah pertemuan antara logam dengan porselen, (c)

perluasan daerah yang akan dilapisi porselen, dan (d) desain tepi bagian labial.

(Gambar 2.2)

Gambar 2.2 Sketsa lapisan secara umum Mahkota

logam porselen

(Sumber: Shillingburg dkk, 2012,

Fundamentals of fixed prosthodontics,

ed 4. Quintessence publishing, hal.

1082)

Selama preparasi gigi, penting memperhatikan ketebalan metal coping 0,3-

0,5 mm dan untuk lapisan porselen sebesar 1,0 mm guna mendapatkan sifat estetis

yang optimal (Mc Cabe dkk, 2008). O’Boyle dkk dalam Swati dkk (2010)

merekomendasikan 1 mm reduksi facial logam untuk mahkota logam porselen pada

gigi anterior. Sesuai dengan itu, peningkatan yang drastis dalam segi estetis dengan

reduksi logam sebesar 1 mm tanpa adanya penurunan fracture strength yang

signifikan (Swati dkk, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

2.2.1.2.1 Berdasarkan Tinggi Desain Koping

a. Desain Koping Pendek

Desain koping pendek ini dibentuk di atas penyangga gigi yang memiliki

ketinggian di atas 5,5 mm dengan ketebalan koping logam sebesar 0,5 mm dan

lapisan porselen di daerah insisal sebesar 4 mm. Ketebalan lapisan porselen dari

puncak penyangga gigi sebesar 2,5 mm dari sisi mesial dan distal, sehingga koping

logam di daerah mesio- distal berbentuk konvergen (Shirakura dkk, 2009) (Gambar

2.3).

Gambar 2.3. Desain koping pendek

(Sumber: Shirakura dkk. The

influence of veneering

porcelain thickness of all

ceramic and metal ceramic

crown on failure resisteance

after cyclic loading. Journal of

Prosthetic Dentistry, 101, pp.

119-127)

b. Desain Koping Panjang

Desain koping panjang dibentuk di atas penyangga gigi yang memiliki

ketinggian di atas 5,5 mm dengan ketebalan koping logam sebesar 2,5 mm dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

lapisan porselen di daerah insisal sebesar 2 mm. Ketebalan lapisan porselen dari

puncak penyangga gigi sebesar 1,5 mm dari sisi mesial dan distal, sehingga koping

logam di daerah mesio-distal berbentuk divergen (Shirakura dkk, 2009) (Gambar

2.4)

Gambar 2.4. Desain koping panjang.

(Sumber: Shirakura dkk. The

influence of veneering

porcelain thickness of all

ceramic and metal ceramic

crownson failure resisteance

after cyclic loading. Journal

of Prosthetic Dentistry, 101,

pp. 119-127)

2.2.1.2.2 Berdasarkan Desain Marjinal

Adaptasi marjinal adalah kriteria penting yang digunakan dalam evaluasi

klinis restorasi gigi tiruan cekat. Terbukanya bagian marjinal dalam suatu restorasi

akan menyebabkan terpaparnya bahan luting pada lingkungan rongga mulut dan

dapat menyebabkan peningkatan kerusakan bahan semen, karies rekuren dan

kerusakan jaringan periodontal (Fahmy, 2012; Singh, 2012).

Adaptasi marjinal yang tepat diperlukan untuk sebuah keberhasilan restorasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

casting karena degradasi intraoral pada semen dapat membuat hilangnya marginal

seal dan meningkatkan retensi plak gigi. Salah satu faktor yang mampu

menimbulkan karies sekunder baik secara langsung maupun tidak langsung adalah

reaksi ketidaksesuaian adaptasi marjinal (Gambar 2.5) (Amarnath dkk, 2017).

Saat reduksi gigi dibutuhkan jarak yang cukup untuk logam dan porselen

terhadap persyaratan estetis dan mekanis yang memuaskan, perlakuan reduksi

seharusnya tidak membahayakan pulpa ataupun struktur periodontal pendukungnya.

Oleh karena itu, finish line yang ideal hendaknya memenuhi ketebalan optimum dari

logam dan porselen untuk meyakinkan persyaratan mekanis dan estetis, diantaranya

(Chatterjee,2012) :

a. Marjin yang dipilih haruslah memberikan tingkat yang dapat diprediksi dari

integritas marjinal.

b. Guna meminimalisir akumulasi plak, marjin yang dipilih haruslah menyajikan

bahan yang halus untuk gingival sulcus.

c. Marjin juga harus memenuhi faktor estetis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Gambar 2.5 Ketepatan marjinal diamati

dibawah Stereomicroscope

(Sumber: Armanath dkk,

2017, In vitro comparison

of marjinal fit of all metal,

porcelain fused to metal and

all ceramic crowns, Int. J

Biomed Sci, vol. 13, No. 3).

Terdapat tiga desain marjin servikal yang nampaknya bersesuaian dengan

adaptasi marjinal yang dapat diterima termasuk shoulder, shoulder-bevel, dan

sloped/slant shoulder. Desain marjin shoulder 90˚ dimungkinkan yang paling umum

digunakan untuk mahkota logam porselen. Marjin shoulder dan marjin shoulder-

bevel mampu menahan distorsi pada bagian yang melekat pada marjin logam. Marjin

shoulder dan marjin shoulder-bevel juga memenuhi kriteria terkait dengan

penggunaan material yang halus di gingival crevice. Beberapa peneliti melaporkan

tepi akhiran servikal shoulder menghasilkan distorsi yang lebih kecil dibandingkan

dengan tepi akhiran servikal chamfer setelah pembakaran lapisan porselen berulang

(Chatterjee, 2012; Comlekoglu dkk, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Beberapa variasi lainnya dalam desain marjin pada restorasi metal porselen

digunakan sebagai persyaratan suatu restorasi. Restorasi dengan adaptasi marjinal

yang tidak baik dapat berkontribusi terhadap karies dan penyakit periodontal,

sehingga preparasi desain memainkan peranan penting dalam mencapai keberhasilan

adaptasi marjinal. Secara tradisional desain koping logam pada mahkota logam

porselen labio marjinal memiliki beberapa tipe diantaranya desain koping logam

collar dan collarless beserta modifikasinya masing-masing yaitu full metal collar,

full metal collarless dan modified metal collarless (Chatterjee, 2012; Chihargo,

2017).

a. Desain Full Metal Collar

Desain koping full metal collar berfungsi sebagai penopang yang memperkuat

logam serta lapisan porselen dan mencegah perubahan bentuk dari lapisan porselen

pada saat siklus pembakaran (Bulbule dkk, 2014). Desain ini menghasilkan adaptasi

marjinal yang sangat baik, namun desain ini jarang digunakan pada gigi anterior

karena faktor estetik, terkecuali preparasi akhiran servikal gigi dilakukan pada

subgingiva, sehingga logam collar dapat tersembunyi di bawah gingiva marjin.

(Gambar 2.6).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Gambar. 2.6. Desain koping full

metal collar.

(Sumber: RosenstielSF,

Fujimoto J, Contemporary

fixed prosthodontics. Ed 5.

Mosby Elsevier; 2016)

b. Desain Full Metal Collarless

Desain tepi akhiran servikal gigi juga dapat mempengaruhi bentuk desain

koping logam pada daerah labio marjinal dari suatu mahkota logam porselen. Desain

metal collarless adalah desain koping mahkota logam porselen dengan koping logam

berakhir pada dinding aksial korona dan bagian tepi kavitasnya hanya dilapisi

porselen sehingga desain ini sangat estetis (Chatterjee, 2012; Comlekoglu dkk,

2009). Desain koping full metal collarless dengan lapisan logam yang tipis pada

dinding labial dengan memberikan lapisan opak dan dentin dari porselen diatasnya.

Bagian servikal dari desain ini tidak terlihat bayangan gelap, sehingga kualitas estetis

menjadi lebih baik (Swati, 2010; Afroz, 2010; Chatterjee, 2012) (Gambar 2.7).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Gambar. 2.7. Desain koping full

metal collarless.

(Sumber: RosenstielSF,

Fujimoto J, Contemporary

fixed prosthodontics. Ed 5.

Mosby Elsevier; 2016)

Walaupun lapisan porselen telah digunakan untuk menempati logam collar

pada dinding marjinal, hal ini masih tidak dapat menyelesaikan masalah seperti

lapisan opak porselen yang kurang memberikan distribusi cahaya untuk peningkatan

estetik pada daerah marjinal, terutama ketika preparasi gigi di bagian marjinal tidak

mencukupi, sehingga warna keruh pada lapisan opak masih kurang dapat ditutupi

oleh warna lapisan dentin pada daerah marjinal, sehingga terdapat alternatif desain

yaitu modifikasi metal collarless (Yoon, 2010; Afroz, 2010; Chihargo, 2017).

c. Desain Modifikasi Metal Collarless

Desain ini untuk mengatasi daerah gelap dan daerah berbayang yang

berdekatan dengan struktur akar gigi ke arah batas mahkota guna memperoleh

tampilan estetis yang baik. Desain ini juga meningkatkan pancaran cahaya ke

struktur akar gigi yang berdekatan. Saat ini, logam koping yang mampu mengatasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

masalah estetis dengan memendekkan tepi akhir koping logam sebesar 1-2 mm dari

shoulder. Hasilnya, logam tidak terlihat pada daerah labio cervical dan bayangan

transparan di area servikal menghilang. O’Boyle dkk, melaporkan bahwa porselen

labial yang tidak didukung sepanjang 2-3 mm pada marjin memberikan pencahayaan

yang lebih baik dibandingkan dengan yang berjarak 0-1 mm porselen marjin-nya.

Desain koping ini dapat digunakan untuk meningkatkan estetika pada servikal

(Gambar 2.8) (Yoon, JW dkk, 2010).

Gambar.2.8. Desain koping

Modifikasi metal

collarless.

(Sumber: Rosenstiel SF,

Fujimoto J,

Contemporary fixed

prosthodontics. Ed 5.

Mosby Elsevier; 2016)

Keuntungan menggunakan mahkota metal collarless adalah meningkatkan

faktor estetis dan kemudahan dalam penghilangan plak gigi ketika gingiva

bersinggungan dengan glazing porselen. Sedangkan kekurangannya adalah sulitnya

dalam proses fabrikasi, yang mana adaptasi marjinal tidak sebagus dengan logam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

penuh, peluang untuk terjadi keretakan pada marjin yang tidak tertopang selama

proses evaluasi ataupun sementasi, sehingga proses laboratorium akan menyita waktu

dan biaya lebih banyak (Afroz dkk, 2012).

Choung dkk dan Behrend dalam penelitian Yoon 2010 mengemukakan

konsep collarless ini. Titik terlemah pada desain ini adalah marjin labial porselen

yang tidak ditopang, yang mana hilangnya pengaruh ferrule dari metal collar.

Hasilnya, kekuatan restorasi menurun dibandingkan dengan restorasi konvensional

dengan metal collar. Porselen labial yang tidak tertopang dimungkinkan tidak

mampu menahan tekanan yang disebabkan proses sementasi dan mastikasi. Hal ini

disarankan bahwa lapisan porselen yang berada di atas 1 mm pada marjin shoulder

dapat digunakan secara aman pada situasi klinis (Yoon, JW dkk, 2010).

2.2.2 Porselen

Keramik gigi dibentuk dari bahan logam (seperti aluminium, kalsium,

litium, magnesium, kalium, natrium, timah, titanium dan zirkonia) dan bahan non

logam (seperti silikon, boron, fluorin dan oksigen), dikenal juga dengan istilah

porselen, yang sejak lama telah digunakan untuk menggantikan gigi. Porselen terdiri

dari feldspar, quartz, kaolin dan dibakar pada temperatur tinggi (Hatrick dkk, 2011).

Porselen untuk restorasi logam-porselen harus memenuhi persyaratan, yaitu: dapat

meniru tampilan gigi asli, melebur pada temperatur yang relatif lebih rendah dari

logam, memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai dengan logam (sekitar 12-

13,5×10-6

/°C) untuk perlekatan logam-porselen, dapat bertahan terhadap lingkungan

rongga mulut dan tidak menyebabkan abrasi gigi antagonis (Powers dkk, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Porselen termasuk bahan yang sangat rapuh, tetapi jika indikasinya sesuai, bahan ini

memuaskan secara fungsional oleh karena kekerasan dan kestabilan warnanya.

Porselen gigi tersedia dalam bentuk bubuk halus yang dicampur dengan liquid

menjadi adukan yang dapat dibentuk, kemudian dikeringkan dan dilakukan

pembakaran. Porselen gigi umumnya diklasifikasikan menjadi empat kelompok,

menurut temperatur pembakarannya (Henriques 2012; Powers dkk.2002).

(Tabel 2.2) Klasifikasi dental porcelain menurut temperatur pembakaran.

Sumber: Anusavice KJ 2013, Philips: buku ajar ilmu kedokteran gigi, EGC, ed.10,

hal. 426

Tipe porselen Aplikasi Temperatur rata-rata

sintering

High-fusing Elemen gigi tiruan

(sintered alumina and

zirconia core ceramic)

1300ºC (2372ºF)

Medium-fusing Presintered zirconia 1101-1300ºC (2013-2072ºF)

- Restorasi porselen penuh Low-fusing Mahkota logam porselen

(crown and bridge) 850-1100ºC (1562-2012ºF)

- Restorasi porselen penuh Ultra-low-fusing Crown and bridge

Veneer ceramic < 850ºC (1562ºF)

titanium

Secara estetis, porselen adalah material yang hampir sempurna untuk

menggantikan substansi gigi yang hilang. Tersedia berbagai rentang shaded dan juga

bervariasi tingkatan translusensi hampir seperti penampakan nyata. Permukaan inner

pada mahkota porselen secara normal dibangun dari material inti yang bersifat opak.

Semua ini terlapisi dengan material dentin yang lebih transluen dengan lapisan

akhirnya berupa porselen enamel translusen yang terbentuk pada sebagian besar

permukaan luarnya (McCabe dkk, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Mahkota logam porselen merupakan salah satu jenis porselen yang

didominasi glass. Glass merupakan ikatan tiga dimensi atom dengan susunan yang

tidak teratur atau tidak berbentuk (amorphous). Glass yang dipakai pada porselen

gigi merupakan turunan dari mineral feldspar, yang memiliki kandungan dasar silika

(oksida silikat) dan alumina (aluminium oksida), sehingga disebut juga sebagai kaca

alumino silikat. Feldspar adalah mineral yang terjadi secara alami, terdiri dari

natrium (N20), kalium (K20), alumina (Al203), dan silika (Si02) (Gambar 2.9) (Kelly

& Benetti 2011).

Gambar 2.9 Struktur tiga dimensi Leucite

(KAlSi2O6),K.Potasium, Si.

Silikon, Al, Alumunium; O,

Oksigen.

(Sumber: Power JM &

Sakaguchi RL 2012, Craig`s

restorative dental materials,

Mosby Elsevier, ed 13, hal.

268)

Salah satu identifikasi nyata formulasi porselen feldspatic adalah

memungkinkan kontrol sistematis terhadap suhu sintering dan koefisien ekspansi

termal. Komponen yang digunakan dapat menghasilkan paduan ikatan secara kimia

yang kompatibel dengan porselen feldspathic (Anusavice, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Bodi porselen yang dibakar atas lapisan opak biasanya berhubungan dengan

permukaan insisal. Hal ini memberikan beberapa translusensi dan oksidasi metalik

yang membantu dalam shade matching. Bodi porselen tersedia bermacam pilihan

terhadap kesesuaian gigi asli. Sebagian besar pabrikan porselen memberikan bentuk

opak pada tiap-tiap bodi. Vita VMK (VITA North America) merupakan variasi warna

yang signifikan (Rosenstiel, 2016).

2.2.2.1 Lapisan Porselen

Adapun lapisan porselen yang membentuk mahkota logam porselen terdiri

dari tiga lapisan, yaitu: lapisan opak, lapisan dentin, dan lapisan enamel.

a. Lapisan Opak

Porselen opak merupakan lapisan yang pertama diaplikasikan pada

permukaan logam dan mempunyai dua fungsi utama, yaitu : menutupi warna logam

dan membentuk perlekatan logam-porselen. Lapisan opak mengandung oksida logam

dalam jumlah lebih besar dari pada lapisan dentin, dan enamel. Oksida logam dalam

porselen opak diperkirakan berperan sangat penting untuk perlekatan logam-porselen

(Wood MC, 2007). Saat porselen diaplikasikan pada logam dan kedua bahan dibakar

bersama, porselen akan menyatu secara kimia dengan oksida pada logam,

membentuk ikatan kuat. Porselen opak harus dapat membasahi permukaan logam

saat pembakaran untuk mendapatkan ikatan kimia yang baik antara permukaan

logam-porselen. Koefisien ekspansi termal porselen harus sesuai dengan logam,

untuk meningkatkan perlekatan logam-porselen. Fraktur pada mahkota logam

porselen dapat terjadi karena kegagalan penyatuan porselen, logam ataupun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

permukaan lainnya. Fraktur pada permukaan dihubungkan pada ketidaksesuaian

koefisien termal pada logam dan porselen, kontaminasi pada permukaan koping

logam, formasi lapisan oksida yang berkelebihan dan buruknya kontrol suhu

pembakaran (Saini, 2011).

Penambahan oksida potassium dan pembentukan leucite (KAlSi2O6) akan

meningkatkan ekspansi termal porselen, sehingga sesuai dengan logam. Oksida

sodium dan potassium pada porselen opak juga berperan untuk merendahkan

temperatur pembakaran dibawah temperatur logam, hingga rentang 930˚C - 980˚C,

sehingga mengurangi kemungkinan terjadi distorsi logam. Porselen opak juga

mengandung oksida titanium, zirconium, barium, timah dan cerium untuk membantu

menutupi warna logam. Porselen opak harus dapat menutupi koping logam tanpa

ketebalan yang berlebih. Ketebalan lapisan opak berkisar antara 0,1 - 0,3mm

(Shillingburg dkk, 2012; Rosenstiel dkk, 2016). Sinamo S (2015) menyatakan bahwa

ketebalan lapisan opak 0,2 mm dengan lapisan dentin 1,0 mm akan menghasilkan

kesesuaian warna mahkota logam-porselen dengan shade guide. Barghi dkk (dikutip

dari Hadi dkk, 2016) menyatakan bahwa ketebalan minimum opak untuk melapisi

warna logam adalah 0,3 mm. Barghi menunjukkan bahwa ketebalan opak 0,2 mm

sesuai untuk porselen Ceramco, tetapi ketebalan opak 0,3 sangat dibutuhkan untuk

porselen Vita (Hadi dkk, 2016)

b. Lapisan Dentin

Lapisan dentin dibakar diatas lapisan opak, lebih translusen dan berfungsi

memberikan bentuk dan warna restorasi. Pemilihan porselen dentin didasarkan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

sifat estetisnya. Porselen dentin mengandung silika dalam jumlah besar dan oksida

logam dalam jumlah kecil, sehingga dapat memberikan translusensi dan merupakan

penentu warna utama pada mahkota logam porselen (Tabel 2.3). Kemampuan lapisan

porselen menutup warna logam disamping tergantung jumlah dan ukuran partikel

opak, juga sangat dipengaruhi jumlah partikel pigmen dentin dan kemampuannya

menyebarkan serta memantulkan cahaya. Ketebalan optimal lapisan dentin berkisar

0,5 -1 mm (Rosenstiel dkk. 2016).

Tabel 2. 3. Komposisi Porselen gigi

Sumber:Powers JM & Sakaguchi R L 2006, Craig’s restorative dental materials, Mosby

Elsevier,ed.12,hal.449.

Komposisi Opak

BiodentBG2

(%)

Opak

Ceramco60

(%)

OpakV.M.K

131

(%)

DentinBiodent

BD27(%)

Dentin

CeramcoT

69 (%)

SiO

2

52.0 55.0 52.4 56.9 6

2

.

2

Al2O3 13.55 11.65 15.15 11.80 13.40 Ca

O

- - - 0.61 0

.

9

8

K2

O

11.05 9.6 9.9 10.0 1

1

.

3

Na2O 5.28 4.75 6.58 5.42 5

.

3

7

TiO

2

3.01 - 2.59 0.61 - ZrO

2

3.22 0.16 5.16 1.46 0

.

3

4

SnO2 6.4 15.0 4.9 - 0

.

5

Rb2O 0.09 0.04 0.08 0.10 0

.

0

6

Ba

O

1.09 - - 3.52 - Zn

O

- 0.26 - - - UO

3

- - - - - B2O3, CO2,

dan H2O

4.31 3.54 3.24 9.58 5

.

8

5

Dari Nally JN, Meyer JM: 1970

c. Lapisan Enamel

Porselen enamel dilapis pada daerah insisal dan interproksimal, berfungsi

membentuk bagian luar mahkota. Porselen enamel tidak memiliki pigmen dan oksida

logam, sehingga lebih translusen jika dibandingkan dengan lapisan dentin, karena itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

warna yang diterima restorasi secara signifikan dipengaruhi warna porselen dentin

dibawahnya. Ketebalan lapisan enamel berkisar 0,1-0,7 mm.

Sifat optis gigi manusia dipengaruhi oleh konfigurasi eksternalnya.

Dimensi gigi, bentuk dan struktur permukaan menghasilkan jejak-jejak refleksi

cahaya yang mana mempengaruhi warna secara keseluruhan. Mengetahui bahwa

sejumlah refleksi dan serapan cahaya bergantung pada ketebalan dan transluensi dari

dentin dan enamel gigi, hal ini jelas bahwa ketebalan dentin dan enamel

mempengaruhi warna gigi (Bergmann dkk, 2013).

2.2.2.2 Sifat dan Karakteristik Porselen

Sifat mekanik dan optik porselen kedokteran gigi tergantung pada sifat dan

jumlah fase kristalin. Semakin banyak fase glasses maka porselen akan semakin

tembus pandang, namun jika ia semakin sedikit maka ia semakin lemah sehingga

mudah patah atau retak. Semakin banyak fase kristalin maka sifat mekanik semakin

baik (kuat) namun sifat estetis semakin berkurang. Porselen feldspatik atau

konvensional pada umumnya berupa porselen yang mengandung banyak fase non-

kristalin (fase glasses) biasanya sangat lemah dan rapuh sehingga mudah patah

bahkan dengan tekanan rendah (Raghavan, 2012).

A. Karakteristik Mekanik Porselen

Ada beberapa karakteristik mekanik porselen, diantaranya :

1. Strength

Strength atau kekuatan merupakan tekanan yang dapat menyebabkan fraktur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

atau sejumlah deformasi plastis tertentu. Kekuatan suatu bahan dapat digambarkan

dengan satu atau lebih dari sifat-sifat berikut ini: (1). Proportional limit (batas

proporsional), tekanan yang melebihi nilai tidak lagi sebanding dengan regangan. (2).

Elastic limit (batas elastis), tekanan maksimal yang dapat ditahan sebelum berubah

bentuk menjadi plastis. (3). Yield Strength (tahan tekanan), tekanan yang dibutuhkan

untuk menghasilkan suatu regangan plastis tertentu. (4). Ultimate tensile strength

(kekuatan tarik ultimat), shear strength (kekuatan geser), compressive strength

(kekuatan kompresi) dan flexural strength (kekuatan lentur), yang masing-masing

merupakan ukuran tekanan yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan

(Rosenstiel, 2016)

Porselen adalah material yang sangat kaku, keras dan rapuh/brittle, yang

mana kekuatannya berkurang dengan adanya ketidakteraturan permukaan ataupun

kekosongan internal dan berpori. Bentuk serbuk memberikan keseragaman

permukaan dibandingkan dengan bentuk serbuk yang kasar. Pembakaran pada

tekanan sisa dapat menurunkan porositas. Pembentukan retak superfisial selama

tekanan termal sebaiknya dihindari dengan cara pendinginan secara perlahan dari

suhu pembakaran. Retak dapat terinisiasi dari goresan kecil di permukaan yang

disebabkan oleh proses grinding dan hendaknya dihilangkan dengan proses

penghalusan atau dengan peleburan lebih lanjut. Retakan dalam mahkota porselen

berasal dari dalam permukaan unglazed fitting, dan menyebar keluar kearah

permukaan material yang tampak. Kerapuhan (brittleness) porselen kedokteran

merupakan gabungan dari kecenderungannya untuk mengalami static fatigue.

Maksudnya, penurunan kekuatan sejalan dengan waktu tanpa adanya pembebanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Prosesnya terjadi dengan gagasan terjadinya hidrolisis dari grup Si-O dalam struktur

porselen. Alkalinitas dengan hasil material berasal dari proses solubilization Na2O

dan K2O yang mana membentuk bagian komponen feldspatics dalam porselen.

Kelemahannya adalah percepatan lebih lanjut oleh pembebanan dinamis dan

keseluruhan proses hampir seperti stress corrosion cracking yang akan terjadi

dengan logam dan aloi. Usaha untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara

mengurangi proporsionalitas materi Na2O dan K2O (McCabe dkk, 2008).

Beberapa zat aditif boleh ditambahkan selama proses produksi alumina,

misalnya Magnesium Oxide (MgO), Zirconium Oxide (ZrO2) dan Chromium Oxide

(Cr2O3) agar meningkatkan karaketristik tertentu dan sifat mekanisnya. Lebih lanjut

lagi, mikrostruktur polikristalin alumina seperti halnya beberapa karakteristiknya

bergantung pada zat aditifnya dan kehadiran zat residu silikon dan kalsium oksida.

Oksida ini sangat umum dan pengendaliannya sangatlah penting. Beberapa dari

oksida memiliki low solubility di alumina dan terkonsentrasi pada batas serbuk. Laju

pemisahan oksida ini bervariasi dengan orientasi pada bidang kristal alumina. Pada

konsentrasi tinggi, oksida ini boleh jadi mendorong pembentukan fase glassy.

Pemberian zat aditif sintering selama pemprosesan alumina dapat mempengaruhi

proses pertumbuhan retakan (crack) dan secara konsekuen meningkatkan sifat

mekanis dari material porselen (Bergmann dkk, 2013). (Gambar 2.10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Gambar 2.10. Ilustrasi propagasi retakan dapat dihentikan (a) partikel Alumina

sebagai penghambat retakan (b) Propagasi retakan disekitar partikel

pengisi.(Sumber: McCabe dkk, 2008, Applied dental materials, 9th

ed, Blackwell Publishing, hal. 93)

2. Hardness

Hardness atau kekerasan didefinisikan sebagai banyaknya energi deformasi

elastik atau plastis yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan dan merupakan

ukuran dari ketahanan terhadap fraktur. Dalam uji kekerasan, sebuah beban

ditempatkan pada sebuah indentor yang didorong ke permukaan spesimen. Tingkat

masuknya indentor ke dalam sampel adalah ukuran kemampuan material untuk

melawan deformasi plastis. Hardness bergantung pada kekuatan dan kelenturan.

Semakin tinggi kekuatan dan semakin tinggi kelenturan semakin besar kekerasan

(hardness) (Bona AD, 2005; Anusavice, 2013)

Kekerasan porselen berkontribusi pada daya tahan kekuatan pengikisan,

tetapi bisa jadi gaya dapat meningkat melebihi kekuatan mahkota porselen sehingga

mengikis gigi antagonisnya. Hal ini telah nampak, penggunaan enamel dengan

mahkota porselen tidak dapat dengan mudah memperkirakan kekerasan dari porselen

itu. Beberapa porselen yang kasar nampaknya digunakan untuk menghasilkan

Retak berhenti

dengan diisi

penguat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

penggunaan enamel dibanding material yang halus. Bentuk kristalin menjadi faktor

penting dalam menentukan potensi abrasif dari bahan porselen. Tampilan restorasi

porselen bergantung pada bagian permukaan yang halus yang dapat dihasilkan

dengan menggunakan glaze atau polishing. Kekerasan porselen dinyatakan bahwa

polishing menggunakan abrasive sangatlah sulit, namun porselen yang berbeda

merespon abrasive polishing. Melakukan Polishing secara hati-hati dengan fine

abrasive seperti pumice, dapat memberikan permukaan yang memuaskan dengan

beberapa material. Dari pandangan klinis, permukaan porselen yang halus (polished)

akan mengakumulasi lebih plak dibandingkan dengan permukaan yang terlapis

(glazed). Oleh karenanya, porselen pada marjin mahkota lebih dimungkinkan untuk

dilapisi. (McCabe dkk, 2008).

3. Distortion

Selama siklus pembakaran porselen, terjadi perubahan dimensi saat casting

sebagai akibat dari peningkatan suhu. Perubahan ini memiliki banyak penyebab,

seperti perubahan pada seluruh aloi karena beberapa mekanisme metalurgi, distorsi

pada aloi akibat dari adanya tekanan residu dari proses casting dan oksidasi aloi.

Terakhir mungkin lebih tinggi untuk high- paladium dan aloi lain yang mengalami

oksidasi internal (ukuran besar dan kecil) dengan pembentukan partikel lapisan

endapan oksida di samping pembentukan lapisan oksida eksternal. Perubahan

dimensi yang terjadi pada aloi selama perlekatan porselen menjadi perhatian yang

lebih ditujukan kepada ketepatan klinis pada casting aloi, namun demikian dalam

kebanyakan kasus laboratorium gigi yang berpengalaman harus dapat memvariasikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

teknik guna memperoleh keberhasilan (Rosenstiel, 2016).

Secara klinis mahkota casting aloi dianggap memiliki ketepatan yang baik

dan cukup memiliki toleransi aksial terhadap kedudukan marjin dengan sudut garis

cavosurface preparasi gigi yang dinilai secara visual dan pemeriksaan. Dimensi pada

aloi ditentukan oleh dimensi pada ruang investment mould terhadap molten aloi. Jika

bahan yang digunakan selama proses casting tidak menyusut atau berkembang,

ukuran restorasi akhir akan sama dengan pola malam asli. Bagaimanapun perubahan

dimensi terjadi di sebagian besar tahap praktek, namun restorasi akhir mungkin tidak

persis sama ukuran polanya. Faktor etiologi yang diketahui dapat menjelaskan waktu

dan besarnya distorsi yang diamati adalah: (1) pelepasan tekanan yang dihasilkan

dari proses solidifikasi teknik casting, seperti pembatasan shrinkage aloi dalam

invesment casting dan (2) pelepasan tekanan pada pendinginan permukaan aplikasi

porselen. Beberapa penjelasan tentang etiologi distorsi siklus termal dalam mahkota

logam porselen harus diperhitungkan untuk diamati besarnya waktu dan arah

deformasi, misalnya teori bahwa shrinkage pembakaran porselen adalah faktor

kausatif yang signifikan dalam proses distorsi. Hal ini terbukti bahwa distorsi telah

terjadi terutama selama proses awal oksidasi pada aloi (sebelum aplikasi porselen).

Shrinkage pada porselen dapat menimbulkan kontraksi logam yang dapat merubah

adaptasi marjinal (Handal, 2016). Selanjutnya, anggapan bahwa shrinkage pada

porselen menyebabkan metal distorsi terlihat muncul sebelum adanya penemuan-

penemuan di literatur pada umumnya yang tersedia saat ini pada porselen gigi (Patil,

2013)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

B. Karakteristik Fisis Porselen ( Thermal Expansion/Contraction)

Koefisien ekspansi termal merupakan sifat krusial pada aloi yang melekat

pada porselen gigi. Koefisien ini harus sesuai sekitar 0,5 x 10-6

/˚C dibawah suhu

transisi kaca pada porselen. Koefisien kontraksi termal secara umum dianggap sama

sebagai ekspansi termal, harus sedikit lebih tinggi dari logam sehingga porselen

memiliki tekanan kompresif residual pada suhu kamar. Nilai berkisar dari 13,5 – 14,5

x 10-6

/˚C untuk logam dan 13,0 – 14,0 x 10-6

/˚C untuk porselen pada laju pemanasan

atau pendinginan porselen (Rosenstiel dkk, 2016).

Tekanan tarik yang tinggi dalam lapisan porselen juga dapat berkembang

dari ketidakcocokan koefisien kontraksi antara logam dan porselen. Tekanan tarik

yang diteruskan kedalam restorasi oleh gaya oklusal akan menambah tekanan tarik

termal residual. Meskipun demikian pada sistem logam porselen mempunyai

perbedaan koefisien kontraksi rata-rata 0,5 x 10-6

/˚C. Fraktur jarang terjadi kecuali

pada kasus konsentrasi tekanan yang ekstrem atau tekanan intraoral yang sangat

tinggi. Keadaan ini dikenal dengan sistem kompatibel secara termal. Beberapa

restorasi yang dibuat dari kombinasi logam porselen dengan perbedaan koefisien

kontraksi antara 0,5 dan 1,0 x 10-6

/˚C terbukti bertahan selama bertahun tahun. Hasil

ini dijelaskan melalui analisa probabilitas ketahanan hidup yang menganggap bahwa

tekanan gigit maksimal pada mahkota anterior jarang melebihi 890 N dan tekanan

maksimal pada mahkota porselen jarang melebihi 2224 N (Anusavice, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

2.3 Tahap Pembuatan

2.3.1 Klinik

Keberhasilan klinik dalam penggunaan restorasi didasarkan pada rencana

perawatan yang tepat, yang dilaksanakan dengan memilih bahan restorasi dan desain

yang cocok untuk kebutuhan pasien. Pada saat pembuatan dan efisiensi menjadi hal

yang penting, kebutuhan pasien lebih mendapat perhatian dibandingkan kenyamanan

dokter gigi. Ada beberapa faktor dalam pemilihan bahan dan desain restorasi

(Shillingburg 2012):

1. Kerusakan struktur gigi. Bila kerusakan dialami oleh gigi yang akan di

restorasi sedemikian rupa sehingga sisa struktur gigi harus mendapatkan

kekuatan dan perlindungan dari restorasinya, penggunaan logam porselen

atau porselen penuh lebih diindikasikan daripada amalgam atau resin

komposit.

2. Kontrol plak dan estetis yang harus dipenuhi dan dipertimbangkan. Desain

restorasi harus mempertimbangkan faktor-faktor yang memungkinkan

pasien memelihara kebersihan mulut yang baik agar restorasi berhasil.

3. Pertimbangan finansial. Faktor finansial ini mempengaruhi semua rencana

perawatan. Seorang klinisi yang baik harus menyediakan saran dan

memberikan pilihan kepada pasiennya. Alternatif perawatan yang optimal

akan mendukung rencana perawatan sesuai kondisi ekonomi pasien.

4. Retensi. Tipe retensi dalam suatu mahkota dapat menggunakan mahkota

“plastis” atau mahkota yang di “semen”. Mahkota plastis dimasukkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

dalam keadaan lunak ke dalam preparasi kavitas, yang kemudian akan

mengeras dan di pegang oleh undercut mekanik atau adhesi. Mahkota

yang di semen terbuat dari logam cor, logam porselen, atau porselen penuh

yang dibuat di luar ruang praktek yaitu laboratorium gigi.

5.

2.3.1.1 Preparasi Gigi

Preparasi merupakan suatu tindakan pengasahan gigi dengan tujuan untuk

menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan. Tujuan dari preparasi

adalah menghilangkan daerah undercut, memberi tempat bagi bahan retainer atau

mahkota, menyesuaikan sumbu mahkota, memungkinkan pembentukan retainer

sesuai dengan bentuk anatomi, membangun bentuk retensi dan menghilangkan

jaringan yang rusak oleh karies. Adapun persyaratan preparasi adalah :

1. Kemiringan dinding aksial

Preparasi yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk menentukan arah

pemasangan. Preparasi konus yang direkomendasikan berkisar dari 5 - 15

derajat. Sementara kemiringan yang ideal adalah 4-6 derajat

2. Ketebalan preparasi

Pengambilan jaringan preparasi sebaiknya seminimal mungkin. Ketebalan

preparasi berbeda sesuai kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai

retainer. Ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 – 2 mm,

untuk logam porselen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

3. Kesejajaran preparasi

Preparasi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara

satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus

dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan keras gigi.

4. Mengikuti bentuk anatomi

Preparasi harus mengikuti anatomi gigi, karena jika tidak akan dapat

membahayakan vitalitas pulpa dan mengurangi retensi retainer gigi tiruan.

Preparasi oklusal harus disesuaikan dengan morfologi oklusal.

5. Pembulatan sudut-sudut preparasi

Di akhir preparasi harus memperhatikan sudut-sudut pertemuan dua bidang

preparasi. Sudut-sudut yang tajam harus dibulatkan karena dapat

menimbulkan tegangan pada restorasi dan sulit dalam pemasangan.

2.3.1.2 Prinsip

Ada 5 prinsip dasar desain preparasi suatu mahkota logam porselen, yaitu :

(Rosenstiel, 2016; Shillingburg, 2014)

1. Mempertahankan Struktur Gigi.

Selain berfungsi sebagai pengganti struktur gigi yang hilang, restorasi harus

mampu mempertahankan struktur gigi yang masih ada. Preparasi harus dilakukan

pada sebagian kecil struktur gigi yang ada untuk mencegah kehilangan sejumlah

besar struktur gigi yang tidak terkontrol. Pengurangan bagian oklusal sebesar 1,5 mm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

pada waktu preparasi gigi. Logam pada permukaan oklusal dapat memberi

perlindungan terhadap kerusakan yang dramatis.

2. Retensi dan Resistensi

Agar mahkota dapat memenuhi tujuannya, maka restorasi harus memiliki

aspek retensi, yakni duduk pada tempatnya. Retensi mencegah terlepasnya mahkota

sepanjang arah masuk atau sumbu panjang preparasi. Resistensi mencegah

terlepasnya mahkota oleh gaya yang ditujukan ke apikal atau oblik dan mencegah

pergerakan mahkota bila terkena gaya oklusal. Retensi dan resistensi saling

berhubungan dan sering tidak dapat dipisahkan.

3. Ketahanan Struktural

Sebuah mahkota harus memiliki ketebalan bahan yang memadai untuk

menahan gaya oklusal. Ketebalan ini dibatasi oleh ruangan yang dibuat pada saat

preparasi gigi. Hanya dengan cara ini oklusi mahkota akan harmonis dan kontur

aksialnya normal, mencegah terjadinya kelainan periodonsium disekitar restorasi.

4. Integritas Marjinal

Suatu restorasi dapat bertahan dilingkungan biologis rongga mulut hanya bila

tepi restorasi sangat rapat dengan akhiran cavosurface preparasi. Konfigurasi akhiran

preparasi menentukan bentuk dan tebalnya bahan restorasi pada tepi restorasi. Hal ini

dapat mempengaruhi adaptasi marjinal dan derajat kedudukan suatu restorasi.

5. Mempertahankan Jaringan Periodonsium

Penempatan akhiran servikal berpengaruh langsung pada kemudahan proses

pembuatan restorasi dan kesuksesan sebuah restorasi. Tepi akhiran yang halus

memudahkan pembersihan dan memberikan hasil terbaik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

2.3.1.3 Akhiran Servikal

Restorasi yang baik harus mencakup tiga persyaratan yaitu kerapatan tepi

akhiran preparasi, tekanan kunyah yang kuat dan mudah dalam pembersihan.

Restorasi dapat bertahan lama didalam rongga mulut jika tepinya beradaptasi baik

dengan akhiran servikal. Konfigurasi akhiran servikal preparasi menentukan bentuk

dan ketebalan dari logam serta kecekatan tepi restorasi.

Menurut bentuknya, akhiran preparasi dibedakan atas knife edge, chamfer,

bevel shoulder dan shoulder. Dalam beberapa penelitian akhiran servikal shoulder

merupakan preparasi yang tepat untuk mahkota logam porselen. Preparasi ini lebih

menjamin adanya ruangan yang cukup di daerah servikal dan memberi keuntungan

yang lebih stabil selama pembakaran.

2.3.2 Komunikasi Dokter Gigi dengan Teknisi

Dokter gigi dan teknisi di laboratorium sebaiknya memiliki komunikasi yang

baik dan jelas untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam menentukan dan

menyesuaikan warna porselen pada pembuatan mahkota logam porselen. Berikut ini

beberapa ketentuan yang harus dimiliki oleh dokter gigi menurut American Dental

Association (ADA) untuk meningkatkan hubungan yang baik antara dokter gigi

dengan teknisi laboratorium, antara lain (Rosenstiel dkk, 2016):

a. Dokter gigi memberikan instruksi yang jelas secara tertulis disertai tanda

tangan tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh teknisi sehubungan dengan

gigitiruan yang telah diberikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

b. Dokter gigi harus memiliki bahan cetak yang akurat, model, catatan

interoklusal ataupun model sudah ditanam dalam artikulator.

c. Dokter gigi harus menandai margin, outline model, dan disain gigitiruan

yang telah diberikan kepada teknisi laboratorium.

d. Foto gigi dan penjelasan tentang warna gigitiruan.

e. Intruksi secara verbal jika ada modifikasi yang diperlukan sehubungan

dengan intruksi secara tertulis yang kurang jelas.

f. Menyimpan fotokopi lembar instruksi tertulis yang telah dikirimkan.

g. Memiliki shade guide yang sama dengan jenis bahan yang tersedia di

laboratorium.

Beberapa ketentuan yang harus dimiliki oleh teknisi laboratorium menurut American

Dental Association (ADA), antara lain:

a. Menghasilkan gigi tiruan sesuai dengan instruksi dokter gigi, dan menggunakan

cetakan, model serta catatan interoklusal atau model yang telah ditanam di

artikulator.

b. Mengevaluasi kembali kasus pada model yang telah dikirim oleh dokter gigi.

c. Menyesuaikan warna gigitiruan yang telah diinstruksikan oleh dokter gigi dengan

warna shade guide yang tersedia di laboratorium. Perlunya informasi yang jelas

tentang jenis shade guide yang dipakai di laboratorium kepada dokter gigi, dan

shade guide yang tersedia di laboratorium harus sama dengan jenis bahan yang

dipakai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

d. Memberitahukan segera kepada dokter gigi apabila ada pekerjaan yang tidak dapat

diproses di laboratorium.

e. Menyelesaikan gigi tiruan tepat pada waktunya sesuai dengan persetujuan kedua

belah pihak.

f. Menjelaskan bahan yang dipakai pada pembuatan gigi tiruan kepada dokter gigi.

2.3.3 Teknik Pembuatan (Laboratorium)

2.3.3.1 Wax Up Coping

Ada dua teknik untuk membuat model malam:

1. Teknik langsung, yaitu wax atau lilin langsung diukir di gigi yang sudah

di preparasi di dalam mulut

2. Teknik tidak langsung, yaitu wax atau lilin di ukir ke model stone yang

di buat dari cetakan gigi preparasi yang akurat.

Dalam pemilihan wax di bagi menjadi 2 tipe; tipe 1 untuk model wax intra

oral sedangkan tipe 2 untuk model wax ektra oral yang dilakukan untuk pembuatan

model wax tidak langsung dengan memenuhi persyaratan American Dental

Association (ADA) no. 4 yang mempunyai warna seperti biru, hijau atau merah yang

kontras dan mudah dibedakan dari dai stone serta tepinya. Adapun syaratnya adalah

(Shillingburg 2012):

- Wax harus mengalir dengan mudah ketika dipanaskan, tanpa gumpil,

retak atau kehilangan kehalusannya

- Jika dingin harus menjadi keras

- Harus dapar di ukir dengan baik, tanpa gumpil ataupun distorsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Untuk mencegah agar wax tidak menempel ke stone dai, dai harus

diulasi seluruhnya dengan pelumas, yang memungkinkan dai basah

selama beberapa menit, kemudian wax di alirkan di atas permukaan

preparasi dengan spatula yang di panaskan (Shillingburg 2012).

- Di ukir menurut kontur yang tepat, sewaktu mengukir bagian tepi

harus dengan hati-hati agar tidak membuat permukaan dai menjadi

aus (Anusavice, 2013)

Persyaratan utama pada wax untuk digunakan membuat wax pattern baik

dengan direct technique maupun indirect technique hendaknya memenuhi

persyaratan sebagai berikut (McCabe, 2008) :

a. Wax pattern harus sudah sesuai dengan ukuran, bentuk dan kontur dari

appliance yang akan dibuat.

b. Tidak ada perubahan dimensi pada wax pattern ketika dibentuk.

c. Tidak menghasilkan residu saat dan setelah proses penghilangan wax

dengan cara pembakaran.

Wax pattern didefinisikan sebagai bentuk dan ukuran dari peralatan yang

dihasilkan dan pada akhirnya digantikan oleh salah satu polimer atau aloi yang

digunakan dalam teknik lost-wax. Metode yang melibatkan pembuatan model dengan

cara menempatkan wax-pattern dikenal dengan indirect technique. Wax yang

digunakan dalam pembuatan pola baik dengan direct mupun indirect technique

harusnya memiliki sifat pengendalian yang tepat untuk menjadikan restorasi sesuai

gigi tiruan. Produksi Wax pattern baik dengan metode direct maupun indirect

technique, tahap berikutnya melibatkan invesmen pada wax pattern untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

membentuk mould. Sprue dilekatkan pada Wax pattern dan dikumpulkan pada satu

tempat dalam cincin casting (Gambar 2.11)(McCabe, 2008, Sakaguchi RL 2012).

Gambar 2.11 Diagram ilustrasi Investment Mould dibangun

dari Wax Pattern.

(Sumber: McCabe JF & Angus WG. Wall,

2008, Applied dental material, Blackwell, ed.

9, hal. 47)

2.3.3.2 Casting

Ruang pencetakan terbentuk dengan memenuhi invesmen di sekeliling pola

malam yang dihubungkan sprue former dan sprue base (wadah cetakan). Setelah

material invesment penuh, sprue base dan former dilepas selanjutnya pola malam

dibakar untuk menghasilkan rongga pencetakan. Pemilihan material invesmen

tergantung pada jenis aloi yang akan dicetak. Ring liner dibuat pada casting

memiliki tujuan ganda. Berbentuk lapisan lunak pada permukaan bagian dalam ring

cetakan logam yang kuat. Memberikan keadaan ekspansi termal tertutup pada

material invesmen. Karakteristik dari thermal insulating memastikan bahwa cetakan

invesmen tidak mengalami pendinginan secara cepat dan pengkerutan setelah

pelepasan dari oven pembakaran (McCabe, 2008; Shillingburg, 2012). Penyusutan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

setempat biasanya terjadi di dekat pertemuan sprue dengan tuangan, tetapi bisa

terjadi dimanapun diantara dendrit-dendrit dimana bagian terakhir tuangan yang

memadat adalah logam dengan titik pencairan rendah yang tetap bertahan cair ketika

cabang-cabang dendrit mulai terbentuk (Anusavice, 2013).

Faktor seperti panjang dan diameter sprue serta jarak rongga cetakan dari

pusat cetakan, kesemuanya memiliki pengaruh pada kualitas cetakan. Untuk cetakan

ukuran besar, dua atau lebih sprue boleh jadi penting untuk memastikan bahwa

molten aloi sanggup mencapai semua bagian dari rongga cetakan sebelum mengeras

(McCabe, 2008; Shillingburg, 2012).

2.3.3.3 Aplikasi Lapisan Porselen

a. Perbandingan bubuk dengan cairan porselen

Perbandingan antara bubuk porselen dengan cairannya harus sesuai dengan

instruksi pabrik. Porselen gigi biasa tersedia dari pabrikan dalam bentuk bubuk, yang

dicampur dengan air suling hingga konsistensinya kental membentuk pasta.

Campuran ini kemudian digunakan untuk membuat restorasi sesuai bentuk yang

diharapkan (Rosenstiel, 2016).

b. Teknik pelapisan porselen

Teknik pelapisan porselen secara konvensional dengan menggunakan sikat

khusus yang telah digunakan selama beberapa dekade (O`Brien 2009). Pada teknik

ini, setelah substrat aloi dibersihkan dan dioksidasi, porselen opak, dentin, enamel

diaplikasikan dan dibakar. Teknik pelapisan konvensional dapat memberikan estetis

yang maksimal karena memungkinkan penyesuaian saat porselen dibangun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Tahap-tahap pelapisan porselen: (Rosenstiel, 2016)

1. Aplikasi Porselen Opak.

- Bubuk dan cairan diaduk hingga konsistensi opak berbentuk krem. Substruktur

dilembabkan dengan air distilasi atau cairan khusus dan kemudian lapisan opak

diaplikasikan dengan ujung kuas terhadap koping yang dijepit menggunakan ujung

haemostat.

- Gunakan getaran ringan untuk menyebarkan bahan dengan tipis dan merata.

Kemudian oleskan kembali lapisan opak dengan cara yang sama.

- Ketika seluruh permukaan lapisan telah tertutup, lepaskan kelebihan bahan dari

permukaan lainnya dengan sisi sedikit dibasahi sikat.

- Sebelum pembakaran, periksa aplikasi opak hingga memenuhi kriteria: Seluruh

permukaan lapisan dilapisi secara merata dengan lapisan halus yang menutupi

warna logam. Tidak ada kelebihan bahan di lapisan permukaan dan tidak ada

bahan opak pada permukaan dalam substruktur

- Koping dipindahkan ke baki dan ditempatkan dekat tunggu pembakaran selama

beberapa menit. Hal ini memungkinkan untuk penguapan uap air.

- Lapisan opak kemudian di bakar berdasarkan ketentuan pabrik

- Setelah pembakaran, keluarkan dan atur pendinginan hingga ke suhu kamar.

- Periksa kembali lapisan opak terhadap retak maupun bintik-bintik tipis. Ketika

lapisan opak dikeluarkan dari tungku pembakaran terlihat berwarna kuning, dan

setelah dingin berwarna matt putih. Jika diperlukan, aplikasi lapisan opak kedua

dapat dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

2. Aplikasi porselen dentin dan enamel

- Porselen dentin diaduk dengan air distilasi atau cairan yang dianjurkan pabrik

sampai konsistensi seperti krim

- Oleskan diatas porselen opak menggunakan kuas, dan buat kontur keseluruhan

mahkota, lalu getarkan dan serap cairan menggunakan tisu. Kemudian di ulas

dengan kuas kondensasi bulu.

- Kurangi porselen dentin untuk tempat bagi porselen enamel. Aplikasikan porselen

enamel untuk mengembalikan kontur restorasi yang utuh. Kondensasikan porselen

dengan menutul-nutul dan keringkan dengan tisu dari bagian lingual dan fasial.

- Letakkan didepan tunggu selama beberapa menit, kemudian di bakar di bawah

kondisi vakum dengan pengaturan suhu pabrik

3. Pembuatan tepi dari porselen.

Mahkota dengan tepi fasial metal collar siap menerima aplikasi porselen

dentin dan enamel setelah aplikasi porselen opak. Restorasi dengan tepi fasial

porselen penuh, memiliki tahapan ekstra yang diperlukan. Dengan menggunakan

teknik direct lift, akhiran servikal shoulder dai ditandai menggunakan pensil

berwarna merah : (Shillingburg, 2012; Rosenstiel, 2016)

- Permukaan porous pada gypsum dai ditutup menggunakan bahan penutup

khusus atau dengan selapis tipis resin sianoakrilat ke daerah tepi servikal dai.

- Kelebihan cairan dihilangkan dengan hembusan udara untuk memperoleh

lapisan penutup yang tipis dan merata.

- Pelumas khusus atau bahan pelapis porselen diaplikasikan pada shoulder dai

yang sudah diberi seal dengan menggunakan kuas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

- Pasang koping yang telah dilapisi opak pada dai

- Bubuk porselen dicampur dengan air distilasi atau cairan anjuran pabrik

- Tempatkan pada porselen shoulder fasial, yang sedikit diperlebar 2-3 mm ke

arah koping. Kondensasikan porselen dengan menutul-nutulkan dan keringkan

menggunakan tisu

- Ukir dengan ekskavator untuk menghasilkan bevel yang kecil atau kontur

sebagian yang disediakan sebagai tempat lapisan tipis porselen dentin diatas

porselen shoulder.

- Haluskan porselen shoulder menggunakan kuas dan kondensasi

- Koping dilepas dengan hati-hati dari dai

- Keringkan didepan tungku pembakaran dan dibakar dibawah kondisi vakum.

Teknik pelapisan porselen pada daerah labio marjinal untuk mendapatkan

marjin porselen dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (Chatterjee, 2012)

1) Teknik Platinum Foil

Teknik ini telah banyak digunakan dengan hasil yang sangat baik dan

dianggap sebagai metode standar bila dibandingkan dengan metode lain. Platinum

foil dilekatkan pada koping logam dengan wax, dengan spot welding atau dengan

coating agent logam porselen. Penggunaan platinum foil dapat menghapus porselen

dari daerah marjinal, untuk memastikan bahwa koping logam berorientasi dengan

benar dan duduk pada dai, pembebasan (relief) internal dari casting atau dai harus

diberikan untuk mengakomodasi platinum foil. Ketebalan foil yang paling umum

digunakan adalah 25 mm, sehingga secara otomatis akan menciptakan perbedaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

marjinal yang cukup maupun kekurangan apapun yang dihasilkan karena penyusutan

porselen.

2). Teknik Refraktory Dai

Prinsip teknik refraktory dai melibatkan bahan perantara dan menghindari

pembakaran marjin secara langsung, yang akan menghasilkan integritas marjinal

lebih baik. Suatu teknik alternatif menggunakan bahan pelapis logam porselen pada

shoulder menyebabkan porselen menyusut ke arah marjin, yang dapat meningkatkan

kesesuaian lebih banyak lagi. Hasil yang memuaskan dapat dicapai. Kurangnya

perbedaan warna relatif antara bahan refraktory dai dan porselen bisa menjadi sulit

ketika membentuk marjin. Langkah tambahan duplikasi dai, ditambah dengan

kerapuhan bahan refraktori telah membuat teknik ini kurang menarik.

3). Teknik Direct Lift

Konsep direct lift melibatkan porselen langsung beradaptasi pada dai dan

mengangkatnya dari intact dengan bantuan separating medium. Keuntungan utama

dari teknik ini relatif sederhana, tidak memerlukan kecermatan dalam

mengadaptasikan platinum foil atau membuat dai refraktori yang mungkin rapuh.

Namun teknik ini memiliki kelemahan yaitu pada saat mengangkat porselen hijau dari

dai, serta perbedaan porselen air bubuk yang menyebabkan porselen tidak akan

mengalir ke celah yang kecil tanpa mengganggu lapisan separating medium.

Sebuah dai yang mengeras dan dilapisi dengan lapisan cyanoacrylate adalah

hal yang penting. Ada sejumlah variasi dari teknik direct lift, perbedaannya berkaitan

dengan bahan porselen yang digunakan dan urutan langkah-langkah yang diambil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

untuk mencapai penutupan marjinal. Teknik direct lift yang dilapisi dengan lapisan

resin cyanoacrylate, dan porselen langsung dikondensasi ke daerah tersebut (karena

dai tidak lagi menyerap kelembaban dari build-up porselen yang basah). Pemisahan

dicapai dengan porcelain release agent. Seperti teknik yang lain, pembakaran kedua

biasanya diperlukan untuk mendapatkan adaptasi marjinal yang memuaskan.

Kesulitan utama dengan teknik cyanoacrylate terjadi selama pewarnaan dan glazing,

karena porselen tidak didukung seperti pada teknik platinum foil, sehingga marjin

cendrung sedikit membulat.

4). Teknik Wax Porselen

Campuran bodi porselen dan wax (6:1 sesuai berat) diterapkan pada dai. Tidak

ada keuntungan yang signifikan dengan sistem ini. Masalah dalam mengangkat

porselen dari dai dihilangkan. Suspensi wax porselen tampaknya mengalir mudah ke

celah marjinal dalam hitungan menit, menghilangkan masalah yang dihasilkan dari

menambah porselen untuk marjin setelah penghapusan dari dai dan kemudian

mencoba untuk memasang kembali mahkota. Marjin dari beberapa mahkota menyatu

dapat dilakukan secara bersamaan karena kemudahan pembentukan porselen, tidak

memerlukan pengangkatan dai, dan kekakuan yang terbentuk oleh marjin wax

porselen. Sistem wax porselen dapat digunakan dengan salah satu teknik yang

sebelumnya di bahas yaitu teknik direct lift. Keuntungan dari metoda ini adalah

bahwa satu warna wax porselen akan cukup untuk beberapa restorasi karena hanya

diperlukan sejumlah kecil pada daerah marjin gingiva.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

c. Teknik kondensasi

Kondensasi porselen gigi diartikan sebagai suatu proses dimana porselen

gigi di padatkan sebelum pembakaran. Kondensasi adalah metoda untuk memperkecil

jarak antara partikel-partikel porselen dan menghilangkan sejumlah besar cairan dari

pasta porselen. Pengurangan jarak antara partikel akan menghasilkan kepadatan yang

maksimum. Massa yang padat dapat mengurangi penyusutan pembakaran, sehingga

terjadinya distorsi dan retak juga dapat dicegah melalui rendahnya penyusutan setelah

pembakaran. Tegangan permukaan cairan dianggap sebagai kekuatan pendorong

utama dalam proses kondensasi sempurna. Selama pembuangan cairan dari campuran

porselen, partikel-partikel cendrung lebih padat dengan adanya tegangan permukaan.

Pada proses kondensasi, cairan melewati celah antar partikel yang diameternya terus

mengecil dan kedekatan partikel meningkatkan efektifitas kekuatan adhesi. Partikel

akan mengalir bersama-sama dan cendrung menyatu lebih baik saat air dikeluarkan.

Partikel porselen yang lebih kecil ditarik antara butir-butir yang lebih besar, sehingga

meningkatkan kepadatan massa porselen. Keuntungan sepenuhnya dari proses

kondensasi tidak didapatkan, bila ukuran partikel terlalu besar atau bila partikel tidak

cukup saling berdekatan. Selama kondensasi, mobilitas partikel-partikel bergantung

pada viskositas massa. Viskositas yang tinggi akan menyebabkan udara mudah

terjebak diantara lapisan porselen.

Kondensasi porselen merupakan salah satu proses yang harus diperhatikan

pada proses pembuatan gigi tiruan porselen di laboratorium, karena dapat

mempengaruhi terjadinya retakan dan distorsi porselen dentin. Ada tiga teknik

kondensasi porselen, yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

a) Vibration technique (Getaran)

Metode ini sangat berguna untuk membuang kelebihan air pada saat pelapisan

porselen. Vibration method dapat dilakukan secara manual maupun dengan alat

ultrasonik. Kondensasi secara ultrasonik menghasilkan struktur porselen yang lebih

homogen, karena mempunyai kontrol yang lebih baik pada saat proses pelapisan

setiap lapisan porselen. Getaran yang berlebihan juga harus dihindari karena dapat

dengan mudah melepaskan lapisan porselen yang dibangun, detail permukaan juga

akan hilang.

b) Spatulation technique

Metode ini dilakukan dengan menggunakan spatula kecil untuk

mengaplikasikan dan menghaluskan porselen yang masih basah. Aksi penghalusan

akan membawa air naik ke permukaan sehingga bisa dibuang.

c) Brush technique

Metode ini dilakukan dengan menggunakan penambahan bubuk porselen

kering yang diletakkan dengan bantuan brush disisi yang berlawanan dengan adonan

porselen yang basah. Partikel yang basah akan terdorong dan saling melekat sewaktu

air tertarik kebubuk yang kering.

2.3.3.4 Suhu Pembakaran Porselen

Setelah pembakaran logam selesai, dilanjutkan dengan pembakaran lapisan

opak, lapisan dentin, dan lapisan enamel. Proses pembakaran porselen juga sangat

mempengaruhi warna porselen yang dihasilkan (Shillingburg dkk, 2012). Seiring

material porselen dipanaskan melebihi gradain temperaturnya, struktur fisik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

mengalami perubahan secara kontinyu. Diawali dengan meleburnya batas permukaan

serbuk feldspar dan ini akan memulai untuk penggabungan permukaan serbuk

feldspar dengan partikel sekitarnya. Dengan kenaikan suhu pembakaran, lebih banyak

serbuk/grain menerima alumina ke bentuk amorphous phase intermeshed dengan

partikel silika yang tidak reaktif. Sesaat temperatur pembakaran yang optimum

tercapai, maka terbentuklah fase homogen, yang mana memberikan kekuatan ke hasil

akhir terhadap tekanan mastikasi pada mulut berupa pengunyahan dan otot yang kuat

(Tripathi dkk, 2016).

Denry dkk menyatakan bahwa terjadinya retakan mikro selama pembakaran

menentukan keberhasilan suatu restorasi gigi. Gemalmaz dan Alkumru (dikutip dari

Handal dkk 2016) mengevaluasi distorsi siklus termal pada 3 unit Porcelain Fused to

Metal pada perbedaan pembakaran, dan distorsi terlihat lebih besar setelah aplikasi

porselen (Handal 2016). Buchanan dkk juga menyimpulkan bahwa prosedur

pembakaran tampak suatu tendensi meningkatnya pembukaan marjinal pertama dan

kemudian menurun menjadi perbandingan dengan kondisi logam (Handal 2016). Mc

Lean menyarankan temperatur pembakaran porselen opak 20˚C lebih tinggi dari

temperatur yang disarankan pabrik (dikutip dari Olivieri dkk, 2005). Sementara

dalam penelitian Gupta 2011 pembakaran dengan argon maupun vacuum

memberikan kekuatan lekat yang tinggi pada temperatur 975˚C (Gupta, 2011). Pada

penelitian Tripathi A dkk, siklus pembakaran yang direkomendasikan pabrik adalah

975˚C untuk lapisan opak, 960˚C dentin, 945˚C untuk glazing dan 940˚C untuk

tambahan (Tripathi A dkk 2016). Lain halnya dalam penelitian Saini 2011 yang

menggunakan sampel pembakaran 930˚C, 945˚C, 960˚C, 975˚C dan 990˚C, dimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

pada temperatur pembakaran 930˚C terlihat besarnya jumlah poreus dengan bentuk

triangular maupun irregular, sementara temperatur pembakaran yang ditingkatkan

975˚C jumlah poreus menurun karena penyatuan yang lebih baik terhadap aliran

partikel yang menyebabkan pengisian yang baik terhadap rongga udara diantara

partikel (Saini, 2011).

Dalam suatu penelitian disimpulkan bahwa porselen yang dibakar pada suhu

900˚C menunjukkan kekuatan kompresif yang tinggi, ketahanan terhadap abrasi yang

lebih tinggi, homogenitas yang optimum dan porositas yang rendah dan suhu

pembakaran 935˚C – 960˚C dapat meningkatkan integritas fungsional jangka panjang

(Tripathi dkk, 2016).

2.3.3.5 Proses Pembakaran Porselen

Pembakaran porselen diartikan sebagai proses pemanasan dan peleburan

partikel-partikel bahan porselen gigi yang telah dikondensasi dalam tungku

pembakaran pada temperatur yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan ikatan

antara partikel dan difusi yang cukup guna menaikkan kepadatan struktur.

(Manappallil JJ, 2010; Anusavice, 2013). Selama pembakaran, partikel-partikel

bubuk mengalir dan saling menyatu, membuat restorasi padat dan kuat. Reaksi

biokimia antara komponen-komponen bubuk porselen pada dasarnya berjalan

dengan tuntas selama proses pembuatan semula, oleh karena itu, tujuan pembakaran

adalah untuk menyatukan partikel-partikel bubuk secara tepat, guna membentuk

suatu restorasi. Beberapa reaksi kimia terjadi selama waktu pembakaran yang

panjang atau pembakaran multiple. Reaksi yang paling penting adalah perubahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

yang terlihat pada kandungan leucite dari porselen yang didesain untuk membuat

mahkota logam porselen. Leucite merupakan fase Kristal yang mempunyai

pemuaian yang tinggi atau kontraksi tinggi, dimana volume matriks kacanya sangat

mempengaruhi koefisien kontraksi termal dari porselen. Perubahan pada kandungan

leucite dapat menyebabkan terbentuknya koefisien kontraksi termal yang tidak sama

antara porselen dengan logam, sehingga menimbulkan tekanan selama pendinginan

yang dapat menyebabkan terjadinya pembentukan retak pada porselen. Keadaan

yang dapat dijumpai pada tahapan pembakaran porselen, yaitu: (Fraunhofer, 2010).

a. Low Bisque Stage

Tahap pertama dalam proses pembakaran disebut low bisque. Partikel-

partikel mulai melunak dan saling menyatu hanya berupa titik kontak dan porositas

sebenarnya tidak berubah. Karena porositas hampir tidak berubah, karakteristik

kepadatan porselen adalah berpori, sangat lemah, rapuh, dan menunjukkan

penyusutan yang sedikit.

b. Medium Bisque Stage

Pada pemanasan lebih lanjut, terjadi kohesi yang lebih besar diantara

partikel-partikel (partikel menyatu). Terjadi aliran cairan kental yang lebih lagi dan

mengisi rongga udara dibawah pengaruh tegangan permukaan dan udara dikeluarkan

dari celah-celah sebelum menutupi rongga. Setiap ruang-ruang menjadi semakin

kecil. Porositas menurun pada tahap ini dan terdapat penyusutan yang nyata.

Akhirnya, rongga-rongga ini menjadi berdiri sendiri dan berpori bulat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

c. High Bisque Stage

Tahap high bisque didapatkan bila penyusutan pembakaran telah sempurna

dan tidak terjadi penyusutan lebih lanjut. Porositas telah berkurang menjadi sedikit.

Permukaan porselen menjadi halus, dan cukup kuat untuk dikoreksi dengan grinding

sebelum akhirnya dilakukan glazing.

d. Glazing

Glazing adalah proses menghaluskan dan mengkilapkan permukaan restorasi

dengan terjadinya aliran kaca pada permukaan porselen. Tujuan glazing adalah

meningkatkan estetis, hygiene dan meningkatkan kekuatan. Glazing akan mencegah

terjadinya retak, karena itu porselen yang di glazing akan lebih kuat daripada yang

tidak di glazing (Manappallil, 2010).

Seluruh program pembakaran, yang disebut sebagai siklus pembakaran,

meliputi: pra pemanasan (pre-heating), pembakaran (sintering) dan pendinginan

(cooling) (Anusavice, 2013; Sakaguchi RL, 2012).

a. Pra pemanasan (pre-heating)

Massa porselen yang sudah di kondensasi tidak boleh ditempatkan langsung

kedalam tungku pembakaran yang panas, tetapi diletakkan di depan atau dibawah

muffle dari tungku yang sudah dipanaskan. Prosedur ini memungkinkan sisa uap air

dihilangkan.

Penempatan massa yang sudah dikondensasi langsung ke dalam tungku yang

cukup hangat akan menghasilkan produksi uap yang cepat, sehingga timbul lubang-

lubang atau fraktur pada sebagian besar lapisan. Setelah pra pemanasan selama kira-

kira 5 menit, porselen diletakkan ke dalam tungku dan pembakaran dimulai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Tungku pembakaran modern memiliki mekanisme yang dapat bekerja secara

bertahap, dikendalikan computer dan di program untuk mengontrol siklus

pembakaran. Program ini juga di ubah oleh operator.

b. Pembakaran / sintering

Mahkota porselen dapat dibakar dengan kontrol temperatur sendiri atau

dengan temperatur yang dikontrol oleh operator. Pada metode pertama, temperatur

tungku dinaikkan dengan laju konstan hingga tercapai temperatur tertentu. Pada

metode kedua, temperatur dinaikkan dengan laju yang ditentukan hingga tercapai

tingkat tertentu, setelah itu temperatur dipertahankan hingga reaksi yang diharapkan

terjadi sempurna. Porselen merupakan penghantar panas yang buruk, karena itu

pemanasan yang terlalu cepat mengakibatkan penyatuan yang berlebihan pada

lapisan luar sebelum bagian dalam dibakar dengan sempurna. Saat temperatur

meningkat, partikel porselen menyatu oleh sintering.

Sintering merupakan proses yang bertanggung jawab dalam menyatukan

porselen untuk membentuk massa yang kontinu. Proses sintering dapat dikendalikan

dengan waktu dan temperatur yang tepat. Pada temperatur pembakaran awal, lubang

kosong akan diisi oleh udara tungku dan sewaktu sintering dari partikel dimulai,

partikel-partikel porselen saling berikatan pada titik kontaknya.

Semakin tinggi temperatur sintering, kaca perlahan-lahan mengalir untuk

mengisi ruang udara. Meskipun demikian, udara tetap dapat terjebak dalam bentuk

pori-pori karena massa terlalu kental untuk memungkinkan keluarnya semua udara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

c. Pendinginan

Pendinginan mahkota porselen dari temperatur pembakaran ke temperatur

kamar harus dikontrol dengan baik. Proses pendinginan yang terlalu cepat dapat

menyebabkan porselen retak atau dapat memicu tekanan didalam yang akan

melemahkan porselen. Proses pendinginan yang terlalu lambat maupun pembakaran

ganda dapat memicu pembentukan leucite tambahan dan meningkatkan koefisien

ekspansi termal porselen, dan dapat juga menyebabkan retak permukaan. Proses

pendinginan terjadi saat pembukaan tungku pembakaran porselen, dilakukan secara

perlahan, merata, dan dikontrol oleh komputer.

2.4 Faktor Keberhasilan Mahkota logam porselen

2.4.1 Preparasi Gigi

Preparasi gigi merupakan salah satu tahap penting dalam keberhasilan

pembuatan mahkota logam porselen. Preparasi yang baik harus mengikuti prinsip

preparasi, diantaranya harus mempertimbangkan aspek biologis terhadap kesehatan

dan jaringan rongga mulut, mekanikal dan estetis (Rosenstiel, 2016). Adapun urutan

dari tahap-tahap preparasi adalah :

1. Pembuatan depth grooves

2. Preparasi permukaan insisal atau oklusal

3. Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual

4. Preparasi bagian proksimal

5. Pembulatan sudut preparasi bidang aksial

6. Pembentukan tepi servikal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Penyelesaian akhir preparasi diperlukan desain restorasi yang dibentuk untuk

meminimalkan retensi plak dan memaksimalkan adaptasi.

2.4.2 Desain Marjinal

Desain preparasi dapat mempengaruhi prognosis suatu restorasi, salah satunya

adalah dengan mengatur desain marjinal, karena desain marjinal mempengaruhi

kerapatan marjin suatu restorasi. Menurut bentuknya dikenal empat macam desain

marjin preparsi, yaitu knife-edge/feather edge, preparasi shoulder, preparasi bevel

shoulder, dan akhiran preparasi chamfer. Margin berbentuk shoulder dan chamfer

merupakan desain yang paling direkomendasikan untuk restorasi porcelain fused to

metal. Beberapa literatur mengatakan margin shoulder lebih baik daripada chamfer.

Mahkota logam porselen merupakan bahan yang mengkombinasikan

kekuatan dan estetis yang baik. Kekuatan dan estetis logam porselen sangat

dipengaruhi oleh desain koping. Desain koping yang digunakan antara lain metal

collar, full metal collarless dan modified metal collarles. Desain koping metal

collarless lebih mementingkan estetis.

2.4.3 Estetis

Kesesuaian warna mahkota logam porselen terhadap gigi asli merupakan

kunci keberhasilan untuk mencapai hasil estetis dalam suatu restorasi. Replikasi gigi

asli dengan mahkota gigi tunggal pada pasien dengan kebutuhan estetis yang tinggi

merupakan tugas yang menantang bagi seorang klinisi. Salah satu pertimbangan

penting adalah warna, terutama bagian servikal (Paniz G dkk, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Ketebalan preparasi gigi penyangga menjadi pertimbangan terhadap

keberhasilan warna mahkota logam porselen. Begitu juga dengan faktor penyesuaian

warna di laboratorium, teknik kondensasi porselen, siklus pembakaran porselen, jenis

porselen, perbandingan antara bubuk porselen dengan cairan pada saat pengadukan,

jenis logam dan ketebalan lapisan porselen (Naik dkk, 2011).

Mahkota logam porselen merupakan kombinasi yang baik antara estetis dan

kekuatan struktural. Masalah estetis dengan tipe restorasi dihubungkan terhadap

lapisan porselen opak yang digunakan sebagai pelindung warna gelap pada lapisan

logam. Aksi barrier terhadap tranmisi cahaya, lapisan opak ini menyebabkan

melemahnya warna dan translusensi pada bagian servikal. Untuk memenuhi

persyaratan estetis penggunaan restorasi metal collarless lebih disarankan (Paniz G

dkk, 2006).

2.4.4 Ketepatan Adaptasi Marjinal

Setelah estetis dan sifat-sifat mekanis mahkota logam porselen, adaptasi

marjinal dipertimbangkan sebagai salah satu kriteria penting dalam keberhasilan

klinis. Celah marjinal dapat disebabkan oleh tepi kavitas yang tidak halus,

penyusutan pada tepi porselen saat pembakaran, terjadi perubahan bentuk antara

permukaan logam dan porselen selama proses pembuatan dan keahlian teknisi yang

kurang baik. Ketidaksesuaian marjinal yang tinggi terhadap sementasi dan

mikroleakage dapat menyebabkan retensi plak, karies sekunder dan penyakit

periodontal (Monaco C dkk, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

2.5 Adaptasi Marjinal

2.5.1 Definisi

Adaptasi marjinal merupakan satu kriteria penting lainnya untuk menentukan

keberhasilan klinis dalam restorasi gigi. Adaptasi yang adekuat pada restorasi

meningkatkan longevity dan mengurangi resiko kerusakan periodontal (Gonzalo dkk

2007). Beberapa variasi yang sebagian besar dapat berkontribusi terhadap

kurangnya hubungan tentang definisi dari “fit”. Terminologi yang menggambarkan

ketepatan atau “fit” dan teknik yang digunakan untuk mengukur ketepatan sangat

bervariasi dalam literatur. Terminologi yang sama sering digunakan untuk merujuk

pada pengukuran yang berbeda, atau terminologi yang berbeda digunakan untuk

merujuk pada pengukuran yang sama. Meskipun ketepatan atau “fit” dapat dengan

mudah didefinisikan dalam istilah ketidaktepatan atau “misfit," pada beberapa lokasi

yang berbeda antara gigi dan restorasi yang dilakukan pengukuran. Secara geometris

pengukuran “misfit” dihubungkan satu sama lain yang didefinisikan sebagai celah

internal (internal gap), celah marjinal (marginal gap), vertical marginal discrepancy,

horizontal marginal discrepancy, overextended margin, underextended margin,

absolute marginal discrepancy dan seating discrepancy. Holmes dkk mendefinisikan

adanya suatu internal gap sebagai pengukuran tegak lurus dari permukaan dalam

mahkota ke dinding aksial gigi yang sudah di preparasi, sementara pengukuran yang

sama di lakukan pada daerah tepi disebut marginal gap. Tepi mahkota dapat

mengalami overextended atau underextended. Overextended margin merupakan jarak

tegak lurus celah marjinal yang di ukur sampai tepi mahkota. Underextended margin

merupakan jarak tegak lurus celah marjinal yang diukur sampai tepi sudut gigi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Sedangkan jarak angular dari kombinasi celah marjinal dan extension error

(overextension atau underextension) disebut sebagai marjinal diskrepansi absolut.

Jika tidak adanya overextension atau underextension pada mahkota, maka marjinal

diskrepansi absolut memiliki definisi yang sama dengan celah marjinal yaitu jarak

vertikal antara tepi mahkota restorasi dengan akhiran servikal gigi yang dipreparasi

untuk menghindari overextention atau underextension pada mahkota (Nawafleh dkk,

2013; Dessouky, 2015) (Gambar 2.12)

Gambar 2.12.Terminologi adaptasi marjinal berdasarkan Holmes dkk.

(Sumber: Dessouky RA El, 2015, Marjinal adaptation

versus esthetics for various dental restoration: a review

article, EC Dental science, 2.1 hal. 240-246)

Jika terdapat adaptasi marjinal yang buruk, maka hal ini menjadi

ketidaksempurnaan marjin, sehingga menyebabkan gigi sensitif dan tingginya atau

meningkatnya plak gigi yang akan menyebabkan karies dan peradangan pada gusi

(Amarnath dkk, 2017).

Kualitas adaptasi marjinal tidak hanya merupakan aturan penting dalam

pencegahan karies sekunder, tetapi juga mempengaruhi reaksi daripada periodontium

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

sekitarnya juga mempengaruhi karakteristik fisis, mekanis dan estetis pada restorasi

(Bhowmik, 2011). Meskipun adaptasi marjinal merupakan faktor fundamental dalam

keberhasilan klinis, tidak ada konsensus lebar maksimum marjinal gap yang secara

klinis dapat diterima. Nilai yang dilaporkan pada celah maksimum yang diterima

dalam scientific literature berkisar dari 50 – 200 µm, sehingga tidak ada terlihat

batasan objektif berdasarkan evidance keilmuan (Pradais G, 2014). Studi mengenai

adaptasi marjinal dari variasi margin porselen, Hung dkk (1990) menyimpulkan

bahwa rentang praktis untuk penerimaan klinis berkisar 50 µm - 70 µm. Kajian yang

dilakukan oleh West dkk (1985) melaporkan nilai mean marjinal gap berkisar 13.5 –

29.5 µm pada teknik direct lift menggunakan konvensional bodi porselen, dan

mengkonfirmasikan bahwa pembukaan margin labial porselen kurang dari 50 µm

secara konsisten tercapai (Fahmy, 2012). Dalam penelitian Fahmy, desain koping

modifikasi metal collarless 1,5 mm diatas sudut cavosurface memiliki adaptasi

marjinal yang lebih baik dari dua tipe restorasi full porcelain (IPS Empress dan IPS

Empress CAD) dan nilai marjinal diskrepansi restorasi metal collarless 32,5 dan 15,8

µm, terlihat sama dengan penelitian sebelumnya (Fahmy, 2012; Chihargo, 2017).

Sementara dalam penelitian Yoon 2005 menyatakan bahwa secara umum porcelain

facial margin lebih baik adaptasi marjinalnya daripada metal collar marjin, dan nilai

mean marjinal gap pada collarless berkisar 50 – 60 µm, dimana ketepatan marjinal

untuk restorasi porcelain fused to metal dapat diterima secara klinis hingga 70 µm

(Yoon, 2005).

Studi Moldovan dkk (dikutip dari Amarnath dkk, 2017) untuk mahkota

porcelain fused to metal dan all ceramic nilai rerata ketepatan marjinal 100 µm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

adalah baik, dan nilai 200 µm – 300 µm masih dapat diterima klinis (Amarnath dkk,

2017). Christensen dkk (dikutip dari Bhowmik 2011) mengevaluasi kedudukan pada

supragingiva dan subgingiva marjin pada gold inlay bahwa marginal gap

permukaan yang dapat diterima 39 µm. Sementara dilaporkan rata-rata marginal gap

yang dapat diterima secara klinis 34 µm – 119 µm untuk subgingiva dan 2 µm – 51

µm untuk supragingiva margin.

Lofstrom dan Barakat menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM)

pada supragingiva margin 7 µm – 65 µm. McLean dan Von Fraunhofer

menginvestigasi marginal gap ketebalan semen hingga 120 µm yang harus dalam

batas penerimaan klinis. Dalam 5 tahun studi klinis McLean dan Von Fraunhofer

pada 1000 restorasi menyimpulkan bahwa 120 µm merupakan jarak yang disarankan

(Polansky, 2010; Bhowmik 2011; Nawafles dkk, 2013; Amarnath, 2017).

Celah marjinal yang terdapat pada mahkota yang telah disementasi

maupun yang tidak disementasi juga mempengaruhi hasil pengukuran. Secara

keseluruhan ketidaksesuaian marjinal meningkat setelah sementasi, dan sementasi

medium tidak dapat dilanjutkan sepenuhnya untuk kedudukan mahkota penuh,

sehingga marjin menjadi tidak terpenuhi. Tehnik sementasi yang tidak terkontrol

finger pressure atau overfilling pada mahkota dengan semen dapat menyebabkan

aliran yang tidak merata pada salah satu dinding aksial. Oleh sebab itu tipe semen

juga dilaporkan mempengaruhi adaptasi marjinal mahkota gigi tiruan. Secara klinis

celah marjinal pada restorasi gigi tiruan cekat sulit untuk diidentifikasi ketepatannya

melalui literatur. Berdasarkan American Dental Association (ADA) spesifikasi no. 8

menyatakan bahwa ketebalan semen luting untuk suatu mahkota gigi tidak melebihi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

25 µm ketika menggunakan luting agent type I atau 40 µm ketika menggunakan

luting agent type II. Fransson dkk dan MCLean dan Von Fraunhofer membuktikan

bahwa penerimaan secara klinis celah marjinal setelah sementasi harus kurang dari

150 µm dan 120 µm. (Nawafleh NA dkk 2012).

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Marjinal

Ketepatan marjinal pada restorasi casting dipengaruhi oleh faktor klinis

dan laboratoris, seperti kualitas preparasi undercut, lokasi akhiran servikal,

pencetakan akhir, model studi, ketebalan dai spacer, kualitas wax yang digunakan,

kompensasi yang tepat terhadap shrinkage casting aloi yang digunakan, konfigurasi

sprue dan desain, ketebalan ring casting, kekasaran permukaan dan tipe semen dan

luting yang di aplikasikan. Keberhasilan restorasi dental casting merupakan faktor

esensial terhadap ketepatan adaptasi marjinal (Singh, 2014). Studi sebelumnya

dilaporkan bahwa adaptasi marjinal pada restorasi porcelain fused to metal

konvensional dipengaruhi oleh siklus suhu pembakaran yang tinggi. Sifat fisis pada

kontraksi termal adalah sangat penting dalam pilihan aloi yang kompatibel dengan

seleksi porselen. Ketika porselen dibakar pada substruktur logam untuk pertama kali,

logam akan mengalami beberapa perubahan temperatur dan tekanan yang

ditimbulkan oleh penyusutan porselen yang melapisinya. Daya tahan terhadap

perubahan menggambarkan kemampuan sebuah logam menahan perubahan yang

menetap atau perlahan-lahan yang disebabkan oleh tekanan termal. Hal ini penting

bagi long bridge, dimana temperatur pembakaran porselen dapat menyebabkan

struktur yang tidak didukung berubah bentuk secara permanen. Pada kondisi yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

terkendali, logam mengalami perubahan kurang dari 25 µm (Anusavice, 2013;

Rosenstiel, 2016).

Menurut Hung dkk (dikutip dari Singh, 2014) ketepatan marjinal pada

porcelain fused to metal dan dua tipe mahkota keramik terdapat pembukaan marjinal

yang diukur sebelum sementasi, sesudah sementasi dan setelah thermocycling.

Disimpulkan bahwa meningkatnya pembukaan marjinal setelah sementasi dan

setelah thermocycling, dan porcelain fused to metal signifikan memiliki ketepatan

marjinal yang lebih baik dari pada mahkota keramik (Singh, 2014; Nawafleh NA

dkk, 2012).

2.5.2.1 Perubahan Suhu Pembakaran

Beberapa studi mengindikasikan bahwa adaptasi marjinal dipengaruhi oleh

suhu pembakaran porselen. Balkaya dkk (dikutip dari Jalalian 2015)

menginvestigasikan pengaruh suhu pembakaran pada distorsi marjinal mahkota

porselen dan melaporkan bahwa temperatur yang tinggi selama pembakaran porselen

menjalani diskrepansi marjinal. Menurut Patteno dkk (dikutip dari citasi Jalalian

2015) mengevaluasi ketepatan marjinal pada tiga perbedaan logam porselen dan

terlihat bahwa marginal gap oleh aplikasi porselen dengan aloi yang digunakan pada

substruktur (Jalalian, 2015).

Perubahan distorsi pada aloi merupakan hasil dari pelepasan tegangan sisa

dari proses casting dan oksidasi. Ukuran perubahan dimensi yang terjadi dalam aloi

selama dalam rangkaian ikatan porselen, menjadi perhatian dalam kesesuaian klinis

untuk casting aloi tertentu. Namun demikian dalam banyak kasus laboratorium gigi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

yang berpengalaman harus dapat memvariasikan teknik untuk mencapai keberhasilan

(Rosenstiel, 2016).

Selama pembakaran, partikel-partikel bubuk mengalir dan saling menyatu,

membuat restorasi padat dan kuat. Reaksi biokimia antara komponen-komponen

bubuk porselen pada dasarnya berjalan dengan tuntas selama proses pembuatan

semula, oleh karena itu tujuan pembakaran adalah untuk menyatukan partikel-partikel

bubuk secara tepat, guna membentuk suatu restorasi. Beberapa reaksi kimia terjadi

selama pembakaran yang panjang atau pembakaran multipel. Reaksi yang paling

penting adalah perubahan yang terlihat pada kandungan leucite dari porselen yang

didesain untuk membuat mahkota logam porselen. Leucite merupakan fase Kristal

yang mempunyai pemuaian yang tinggi atau kontraksi tinggi, dimana volume matriks

kacanya sangat mempengaruhi koefisien kontraksi termal dari porselen. Perubahan

pada kandungan leucite dapat menyebabkan terbentuknya koefisien kontraksi termal

yang tidak sama antara porselen dengan logam, sehingga menimbulkan tekanan

selama pendinginan yang dapat menyebabkan terjadinya pembentukan retak pada

porselen (Fraunhofer JA, 2010).

Pendinginan porselen dari temperatur pembakaran ke temperatur kamar harus

dikontrol dengan baik. Proses pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan

porselen retak atau dapat memicu tekanan yang melemahkan porselen. Proses

pendinginan yang terlalu lambat maupun pembakaran ganda dapat memicu

pembentukan leucite tambahan dan meningkatkan koefisien ekspansi termal. Proses

pembakaran vakum mengurangi porositas. Proses dilakukan secara perlahan, merata,

dan dikontrol oleh komputer. Sewaktu porselen di letakkan pada tungku, partikel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

bubuk dimampatkan bersama-sama dengan saluran udara disekelilingnya. Sewaktu

tekanan udara didalam muffle tungku diturunkan sekitar sepersepuluh dari tekanan

atmosfer dengan pompa vakum, udara disekitar partikel juga akan berkurang sama

besar. Sementara sewaktu temperatur meningkat, partikel-partikel akan tersintering

bersama-sama membentuk lubang yang tertutup didalam massa porselen. Udara

didalam lubang tertutup ini diisolasi dari atmosfer tungku. Ketika temperatur berada

dibawah suhu pembakaran atas, vakum dilepas dan tekanan didalam tungku akan

meningkat sepuluh kali, lubang akan terkompresi menjadi sepersepuluh dari

ukurannya semula dan volume total dari porositas juga akan berkurang dalam jumlah

yang sama (Anusavice, 2013).

Laju penurunan porositas pada peningkatan waktu sintering penting untuk

semua produk terhadap suhu yang digunakan. Dimana faktor pengendali utama

adalah konduktivitas porselen, diperlukan waktu tertentu untuk mencapai suhu yang

diinginkan. Tingginya perubahan pada suhu 900 ˚C hingga 1000 ˚C kenaikan 10%

variasi waktu tidak akan mudah terdeteksi dalam suatu percobaan. Namun implikasi

waktu sintering minimum porselen yang harus dipanaskan secara merata terhadap

pengurangan porositas efektif secara keseluruhan (Cheung KC, BW. Darvell, 2001).

2.5.2.2 Variasi Desain Marjin

Beberapa faktor mengenai ketepatan marjinal pada mahkota logam

porselen telah dijelaskan. Beberapa studi in vitro yang mempertunjukan bahwa

adaptasi marjinal pada logam porselen dipengaruhi oleh tipe akhiran servikal,

shrinkage setelah prosedur pembakaran pada lapisan porselen, perbedaan koefisien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

ekspansi termal pada koping dan lapisan porselen serta beberapa ketebalan porselen

substruktur. Bagaimanapun hasil pada efek desain akhiran servikal pada marjinal

diskrepansi masih kontroversial dalam literatur. Dilaporkan bahwa tipe shoulder pada

preparasi memiliki distorsi marjinal yang lebih kecil daripada chamfer setelah

pembakaran porselen. Desain akhir pada marjinal dapat juga mempengaruhi desain

koping logam pada daerah labio marjinal mahkota logam porselen seperti desain

koping metal collar dan collarless. Seperti dalam suatu studi ketepatan marjinal pada

variasi marjin porselen oleh West dkk (1985) mengkonfirmasikan bahwa terbukanya

marjin porselen labial kurang dari 50 µm tetap tercapai (Fahmy, 2012; Handal, 2016;

Chihargo, 2017).

Dimensi mahkota logam porselen ditentukan setelah casting, namun

perubahan minor terjadi selama stase pembakaran porselen. Dalam mahkota logam

porselen faktor lain yang melibatkan perubahan adaptasi marjinal antara lain koreksi

build up. Distorsi marjin porselen terjadi selama pembakaran yang juga berpengaruh

terhadap perubahan celah marjinal. Shrinkage porselen dan gaya berat menjadi

penyebab distorsi (Fahmy, 2012).

Prosedur laboratorium yang termasuk dalam pembuatan metal substruktur

dimana variasi desain koping serta dengan pemendekan 1,5 mm permukaan labial

dengan aplikasi opak yang kemudian di bakar. Mahkota logam porselen yang terdiri

dari logam koping sedikitnya terdapat dua lapisan porselen yang dibakar. Lapisan

pertama adalah lapisan opak yang terdiri dari modifikasi porselen dengan oksidasi

opacifying. Lapisan ini berperan menyembunyikan warna gelap pada logam untuk

mencapai estetis yang adekuat. Lapisan opak juga berkontribusi terhadap perlekatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

logam porselen. Tahap berikutnya berupa build up dentin dan enamel yang terlihat

estetis seperti gigi asli. Aplikasi bubuk atau powder porselen dentin dan enamel

dicampur dengan liquid sehingga konsistensinya menjadi creamy. Partikel bubuk

mempunyai ukuran distribusi tertentu untuk menghasilkan porselen yang paling

mampat bila bubuk ini dikondensasikan dengan tepat. Jika partikel-partikel ini

mempunyai ukuran yang sama, kepadatan kemampatan tidak terlalu tinggi.

Kondensasi yang tepat dan menyeluruh juga penting dalam memperoleh kemampatan

yang padat dari partikel-partikel bubuk. Pemampatan yang padat dari partikel bubuk

memberikan dua keuntungan yaitu shrinkage waktu pembakaran yang lebih rendah

dan porositas yang lebih sedikit pada porselen yang sudah di bakar (Anusavice,

2013). Porositas porselen gigi perlu diminimalkan untuk mendapatkan penampilan

dan kekuatan optik yang terbaik karena pori-pori menyebarkan cahaya, mengurangi

tembus cahaya, dan dapat bertindak sebagai pemrakarsa retak dengan konsentrasi

tegangan tinggi, menurunkan kekuatan pada tegangan dan geser. Sehingga kontrol

porositas akan menjadi pertimbangan mendasar dalam desain dan pemrosesan

porselen. Getaran mekanis biasanya digunakan pada kondisi pertama untuk

mengurangi fraksi volume porositas dalam metode kepadatan bubuk porselen, jumlah

dan ukuran kehampaan yang tergantung pada distribusi ukuran. Oleh karena itu,

penggunaan getaran harus dikontrol dengan hati-hati, dan porositas yang besar

merupakan penyebab shrinkage pembakaran (Cheung KC, BW. Darvell, 2001).

Selama pembakaran partikel melebur dan menyatu pada permukaan,

setelah beberapa saat kemudian partikel menjadi dingin pada suhu ruangan dan

porselen yang dibakar terbentuk. Perubahan ratio crystalline terhadap fase

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

amorphouse terjadi pada saat pembakaran. Kompensasi Build up porselen menjadi

besar terhadap terjadinya shrinkage (25%-30%) yang diasosiasi signifikan terhadap

proses pembakaran (Power JM, Wataha JC, 2013; Anusavice, 2013; Sakaguchi RL,

Power JM, 2012; Babu PJ dkk, 2015).

2.5.3 Alat Pengukuran

Pengukuran besar celah marjinal, atau adanya marjinal gap dapat diamati

secara langsung dengan stereomicroscope, optical microscope, optical-microscope

dengan software imagean alizing, laser microscope, scanning electron microscope,

dan lain-lain (Bhowmik, 2011). Stereomikroskop merupakan alat yang paling sering

dipakai karena mudah untuk digunakan. Ruang ketajaman lensa stereomikroskop jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat

bentuk tiga dimensi benda yang diamati dan sumber cahaya berasal dari atas sehingga

obyek yang tebal dapat diamati. Pemeriksaan stereomikroskop pada bahan percobaan

dapat membantu dan memberi kita beberapa petunjuk vital mengenai keaslian, tipe

perkembangbiakan, struktur anatomi, mengukur panjang, tinggi maupun lebar jarak

sebagai detail identifikasi. Kerja stereomikroskop melibatkan dua set sistem optik,

yang pada gilirannya menghasilkan pembentukan dua jalur cahaya yang berbeda.

Tujuan dari konfigurasi lensa adalah untuk menciptakan gambar tiga dimensi yang

lebih jelas. Dengan demikian, dibandingkan dengan mikroskop lain yang

memberikan gambar dua dimensi, stereomikroskop lebih unggul. Secara rinci,

stereomikroskop memiliki 2 lensa objektif dan lensa okuler sehingga bayangan 3

dimensi dari pengamatan 2 mata, memiliki bidang penglihatan yang luas dan jarak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

kerja yang panjang. Oleh karena itu, stereomikroskop ini sering digunakan untuk

menilai tingkat kebocoran mikro pada restorasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Gigi Tiruan Cekat

Bahan

Komponen

Logam/Koping

Akhiran

Servikal

Shoulder

Adaptasi Marjinal

Preparasi

Gigi

Tahap Pembuatan

Porselen Penuh

Definisi

Logam Penuh Logam Porselen

Sifat Porselen

Ekspansi

Termal

Shrinkage

“Masalah”

Porselen Klinik

Jenis

Koping

Desain

Koping

Jenis

Porselen

Lapisan

Porselen

Ni-Cr

Co-Cr

Ti

Pd

Au

Vita

Ivoclar

Enamel

Dentin

Opak

Full Metal Collarless

Desain

Marjin

al Collarless

Laboratorium Komunikasi drg-Teknisi

Laboratorium

Desain

Restorasi

Semen

tasi

Wax up

Coping

Proses

Pemba

karan

Aplikasi

Porselen

Prinsip ZnPo4 GIC Resin

Mekanis Fisis

Strength

Hardness

Modified metal Collarless 1,5 mm

Casting

9750C 950

0C

Distortion

Collar

Full Metal Collar

Faktor Keberhasilan

Estetis

Warna

Ketepatan Marginal

2.6 Kerangka Teori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Mahkota Logam Porselen

Komponen

Logam/Koping Porselen

Desain

Koping

Enamel Dentin Opak

Full Metal Collar

Desain

Marginal

Modified Metal Collarless

1,5 mm

- Koping metal lebih pendek dari tepi

akhiran shoulder 1-2 mm

- Nilai Mean marginal gap pada

collarless 50-60 µm

- Desain koping modifikasi metal

collarless 1,5 mm diatas sudut

cavosurface memiliki adaptasi marginal

yang lebih baik dari dua tipe restorasi

full porcelain (IPS Empress dan IPS

Empress CAD)

-

µm

Pembakaran porselen

- Koping metal berakhir pada

dinding aksial korona

dengan lapisan logam yang

tipis pada dinding labial

- porcelain facial margin

lebih baik adaptasi

marginalnya daripada metal

collar margin

- Nilai Mean marginal gap

pada collarless 50-60 µm

-

µm

Pembakaran low fusing

Porselen dengan

temperature 850˚C –

1100˚C digunakan

untuk pembuatan

restorasi mahkota dan

jembatan

Temperature

Suhu pembakaran lapisan porselen

Oksidasi logam 980˚C

950˚C 975˚C

- Pembakaran

lapisan opak

- Pembakaran

porselen

homogen

- Dapat

meningkatkan

integritas

fungsional

jangka

panjang

- Pembakaran lapisan opak

- Memberikan kekuatan lekat

yang tinggi pada logam

porselen

- Jumlah poreus menurun

karena penyatuan yang lebih

baik terhadap aliran partikel

yang menyebabkan

pengisian yang baik

terhadap rongga udara

diantara partikel

Full Metal Collarless

- Koping metal sebagai

penopang penuh lapisan

porselen mencegah

perubahan bentuk saat

pembakaran

-

-

µm

2.7. Kerangka Konsep

Adaptasi Marginal (+++) Adaptasi Marginal (+) Adaptasi Marginal (+) Adaptasi Marginal (+) Adaptasi Marginal (++)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

2.8 Hipotesa Penelitian

1. a. Ho : Tidak ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada

suhu pembakaran 950˚C

Ha : Ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan modified

metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada suhu

pembakaran 950˚C

b. Ho : Tidak ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada

suhu pembakaran 975˚C

Ha : Ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan modified

metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada suhu

pembakaran 975˚C

2. a. Ho : Tidak ada pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada desain koping metal collar

Ha : Ada pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal

mahkota logam porselen pada desain koping metal collar

b. Ho : Tidak ada pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada desain koping full metal collarless

Ha : Ada pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal

mahkota logam porselen pada desain koping full metal collarless

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

c. Ho : Tidak ada pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada desain koping modified metal collarless

Ha : Ada pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal

mahkota logam porselen pada desain koping modified metal collarless

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

84

1.0 BAB 3

2.0 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories yaitu

kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang

timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

3.2.1 Lokasi Pembuatan Sampel

Pembuatan sampel dilakukan di Unit UJI Laboratorium Dental, Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Lokasi Pengujian Sampel Penelitian

Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Negeri Medan

(UNIMED).

3.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2019

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.3.1 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah koping logam Ni-Cr yang dilapisi porselen

(keramik feldspathic) dengan bentuk mahkota tunggal gigi insisivus sentralis

rahang atas dengan tiga desain koping logam pada daerah labio marjinal yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

85

berbeda, yaitu : (1) full metal collar (2) full metal collarless, (3) modified metal

collarless pemendekan 1,5 mm. (Rosenstiel dkk, 2016; Yoon dkk, 2005; Vernekar

dkk, 2011; Fahmy, 2012)

Full Metal Collar

Full Metal Collarless.

Modified Metal Collarless 1,5 mm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

86

3.3.2 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini dapat menggunakan rumus Frederer dalam

David dan Arkeman (2008) yaitu :

(t – 1) (r – 1) ≥ 15

Keterangan :

t = Jumlah kelompok perlakuan

r = Jumlah replikasi/sampel per kelompok

(5– 1) (r – 1) ≥ 15

4 (r – 1) ≥ 15

4r – 4 ≥ 15

4r ≥ 15 + 4

r ≥ 5

Dari hasil perhitungan diatas, besar sampel minimal untuk setiap kelompok adalah

sebanyak 5 sampel. Dalam penelitian ini ditetapkan 5 sampel setiap perlakuan,

dengan total seluruh sampel yang digunakan 30 sampel.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Klasifikasi Variabel Penelitian

3.4.1.1 Variabel Bebas

Desain koping logam :

1. Full Metal Collar

2. Full Metal Collarless

3. Modified Metal Collarless 1,5 mm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

87

Suhu Pembakaran :

1. Suhu Pembakaran porselen opak 950˚C

2. Suhu Pembakaran porselen opak 975˚C

3.4.1.2 Variabel Terikat

1. Adaptasi Marjinal mahkota logam porselen

3.4.1.3 Variabel Terkendali

1. Teknik pengukuran adaptasi marjinal

2. Preparasi gigi thypodont insisivus sentralis

3. Pembuatan wax pattern

4. Ukuran dan ketebalan koping logam

5. Jenis logam (Ni-Cr)

6. Proses surface treatment logam

7. Jenis porselen (Vita VMK Master)

8. Ketebalan lapisan opak pada daerah labio marjinal sesuai grup

sampel

9. Ketebalan lapisan dentin pada daerah labio marjinal sesuai grup

sampel

10. Ketebalan lapisan enamel pada daerah labio marjinal sesuai grup

sampel

11. Perbandingan bubuk dengan cairan porselen

12. Oksidasi logam

13. Teknik aplikasi porselen (porcelain build up)

14. Teknik kondensasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

88

15. Proses pembakaran porselen dan glazing

16. Prosedur pembersihan sampel : Ultrasonic cleansing

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Bebas

No

.

Variabel Bebas Definisi Operasional Skala

Ukur

Alat

Ukur

1. Desain coping margin

full metal collar

Logam coping yang terbuat dari bahan

casting Ni-Cr dengan desain marjinal full

metal collar yang dibentuk pada saat

pembuatan wax pattern dari green inlay

wax dan mencakup seluruh permukaan

struktur pendukung, kemudian dilakukan

aplikasi porselen dan dibentuk sesuai

anatomi struktur pendukung sebelum

dilakukan preparasi.

- -

2. Desain coping margin

full metal collarless.

Logam coping yang terbuat dari bahan

casting Ni-Cr dengan desain marjinal full

metal collarless yang dibentuk pada saat

pembuatan wax pattern dari green inlay

wax yang berakhir pada dinding aksial

korona, kemudian dilakukan aplikasi

porselen dan dibentuk sesuai anatomi

struktur pendukung sebelum dilakukan

preparasi.

- -

3. Desain coping margin

modified metal

collarless 1,5 mm dari

shoulder.

Logam coping yang terbuat dari bahan

casting Ni-Cr dengan desain marjinal

modified metal collarless dengan

pemendekan 1,5 mm dari shoulder yang

dibentuk pada saat pembuatan wax pattern

dari green inlay wax, kemudian dilakukan

aplikasi porselen dan dibentuk sesuai

anatomi struktur pen-dukung sebelum

dilakukan preparasi.

- -

4. Suhu pembakaran

porselen opak 950˚C

Suhu pembakaran lapisan porselen opak

merupakan suhu akhir yang perlu

disesuaikan dengan tepat pada tungku

pembakaran porselen, agar terjadi

peleburan dan penyatuan partikel-partikel

porselen. Vita VMK Master dengan suhu

pembakaran standarisasi pabrik 950˚C

0 Celcius

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

89

5. Suhu pembakaran

porselen opak 975˚C

Suhu pembakaran lapisan porselen opak

merupakan suhu akhir yang perlu

disesuaikan dengan tepat pada tungku

pembakaran porselen, agar terjadi

peleburan dan penyatuan partikel-partikel

porselen. Vita VMK Master dengan

meningkatkan suhu pembakaran sebagai

percobaan penelitian pada suhu 975˚C

0 Celcius

Tabel 3.2 Definisi operasional variable terikat

No. Variabel Terikat Definisi Operasional Skala

Ukur

Alat

Ukur

1. Adaptasi Marjinal

mahkota logam

porselen

Hubungan tepi restorasi dengan akhiran

preparasi yang dinyatakan baik atau tidak

pada mahkota logam porselen yang dinilai

terhadap jarak vertikal antara tepi restorasi

dengan akhiran preparasi (celah marjinal)

Rasio

Stereomi

kroskop

Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel Terkendali

No. Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala

Ukur

Alat

Ukur

1. Teknik pengukuran

adaptasi marjinal

Pengukuran dilakukan dengan teknik

pengamatan langsung

- -

2. Preparasi struktur

pendukung gigi

(Thypodont) gigi

insisivus sentralis.

Struktur pendukung gigi dipreparasi

dengan menggunakan mikromotor

handpiece yang dipasang pada surveyor

sesuai dengan prosedur dan ketebalan

preparasi gigi yang direkomendasikan oleh

Shillingburg dkk (2012) dan Rosenstiel dkk

(2016) serta menghasilkan akhiran servikal

berbentuk shoulder 1,5 mm pada daerah

labio-marjinal hingga ke mesio-distal dan

menyatu pada daerah palatal.

- -

6. Pembuatan wax

pattern

Dua lapis spacer diaplikasi pada seluruh

permukaan die zirconia kecuali 1 mm pada

daerah marjinal, kemudian dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

90

pelapisan dengan bahan inlay wax yang

dihangatkan terlebih dahulu hingga

mencair. Pada grup A coping logam berada

tepat pada daerah labio-marjinal sesuai

ketebalan dinding coping logam 0,3 mm,

pada grup B green inlay wax hanya terletak

tepat pada ujung permukaan labio marjinal,

pada grup C coping logam berada 1,5 mm

diatas permukaan labio marjinal.

7. Ukuran dan ketebalan

coping logam

Ketebalan coping logam sebesar 0,3 mm.

Pada grup A coping logam berada tepat

pada daerah labio marjinal sesuai ketebalan

dinding coping 0,3 mm. Pada grup B

coping logam berada tepat pada daerah

labio marjinal, dan grup C coping logam

1,5 mm diatas permukaan labio marjinal.

mm kaliper

8. Jenis logam Logam Nikel Kromium dengan koefisien

ekspansi thermal 14,1 × 10-6

K-1

dan

modulus elastisitas 115 GPa.

9. Surface treatment

logam

Pembersihan coping logam dengan cara

sandblasting menggunakan oksida

aluminum (Al2O3) ukuran 50 mikron dan

pembersihan ultrasonik dengan air destilasi

selama 10 menit.

10. Jenis porselen Porselen Vita VMK master yang memiliki

koefisien ekspansi termal 13,6 – 14,0 × 10-6

K-1

11. Ketebalan lapisan

porselen opak pada

daerah labio marjinal

Ketebalan lapisan opak Vita VMK master

pada daerah labio marjinal pada grup

A,B,C: (0,2 mm).

mm kaliper

12. Ketebalan lapisan

dentin pada daerah

labio marjinal

Ketebalan lapisan dentin Vita VMK master

pada daerah labio marjinal grup A: (0,7

mm), grup B (1.0 mm), dan grup C ( 1,2

mm)

mm kaliper

13. Ketebalan lapisan

enamel pada daerah

Ketebalan lapisan enamel Vita VMK

master pada daerah labio marjinal: (0,3

mm kaliper

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

91

labio marjinal mm).

14. Perbandingan bubuk

dengan cairan porselen

Perbandingan antara jumlah bubuk

porselen dengan liquid sesuai dengan

instruksi pembuatan.

15. Teknik aplikasi

porselen

Teknik aplikasi porselen menggunakan

teknik konvensional dengan menggunakan

kuas khusus

16. Teknik kondensasi Teknik kondensasi setelah aplikasi lapisan

porselen: teknik getaran 10x

17 Oksidasi Logam Pemanasan koping logam di dalam tungku

pembakaran porselen untuk membentuk

lapisan oksida yang terkontrol. Pada

temperatur 980˚C, 10 menit

18. Prosedur pembakaran

opak suhu 950˚C dan

glazing

Lamanya siklus pembakaran lapisan opak

yang dilakukan sesuai dengan skema

pembakaran dari pabrikan.

a. Pra pemanasan : 500˚C.

b. Waktu pra pemanasan : 2 menit

c. Pemanasan : 5,38 menit

d. Heating rate : 80˚C/menit

e. Peleburan : 1 menit

f. Pendinginan : 5,38 menit.

Lamanya siklus pembakaran lapisan dentin,

enamel dan glazing yang dilakukan sesuai

skema pembakaran dari pabrikan.

a. Dentin :

- Pra pemanasan : 6 menit.

- Pemanasan : 7,49 menit.

- Peleburan : 1 menit.

- Pendinginan : 7,49 menit.

b. Enamel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

92

- Pra pemanasan : 6 menit.

- Pemanasan : 7,38 menit.

- Peleburan : 1 menit.

- Pendinginan : 7,38 menit.

c. Glazing.

- Pra pemanasan : 4 menit.

- Pemanasan : 5,15 menit.

- Peleburan : 1 menit.

- Pendinginan : 5,15 menit.

Temperatur siklus pembakaran lapisan

dentin, enamel dan glazing yang dilakukan

sesuai skema pembakaran dari pabrikan.

a. Dentin :

- Pra pemanasan : 500˚C.

- Heating rate : 55˚C/menit

- Peleburan : 940˚C.

b. Enamel.

- Pra pemanasan : 500˚C

- Heating rate : 55˚C/menit

- Peleburan : 930˚C

c. Glazing.

- Pra pemanasan : 500˚C

- Heating rate : 80˚C/menit

- Peleburan : 920˚C

19 Prosedur pembakaran

opak suhu 975˚C dan

glazing

Lamanya siklus pembakaran lapisan opak

yang dilakukan sesuai dengan skema

pembakaran dari pabrikan.

g. Pra pemanasan : 500˚C.

h. Waktu pra pemanasan : 2 menit

i. Pemanasan : 5,38 menit

j. Heating rate : 80˚C/menit

k. Peleburan : 1 menit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

93

l. Pendinginan : 5,38 menit.

Lamanya siklus pembakaran lapisan dentin,

enamel dan glazing yang dilakukan sesuai

skema pembakaran dari pabrikan.

d. Dentin :

- Pra pemanasan : 6 menit.

- Pemanasan : 7,49 menit.

- Peleburan : 1 menit.

- Pendinginan : 7,49 menit.

e. Enamel.

- Pra pemanasan : 6 menit.

- Pemanasan : 7,38 menit.

- Peleburan : 1 menit.

- Pendinginan : 7,38 menit.

f. Glazing.

- Pra pemanasan : 4 menit.

- Pemanasan : 5,15 menit.

- Peleburan : 1 menit.

- Pendinginan : 0 menit.

Temperatur siklus pembakaran lapisan

dentin, enamel dan glazing yang dilakukan

sesuai skema pembakaran dari pabrikan.

d. Dentin :

- Pra pemanasan : 500˚C.

- Heating rate : 55˚C/menit

- Peleburan : 965 0C.

e. Enamel.

- Pra pemanasan : 500˚C

- Heating rate : 55˚C/menit

- Peleburan : 955 0C

f. Glazing.

- Pra pemanasan : 500˚C

- Heating rate : 80˚C/menit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

94

- Peleburan : 945˚C

20. Prosedur pembersihan

sampel

Prosedur pembersihan ultrasonik dengan

air destilasi di dalam alat ultrasonic

cleaning selama 10 menit.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

Dalam penelitian diperlukan peralatan untuk mempermudah pelaksanaan

penelitian. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada

Tabel 4.3. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada

Tabel 4.4.

3.6.1 Alat Penelitian

3.6.1.1 Alat yang Digunakan untuk Membuat Sampel

Tabel 3.4 Peralatan Penelitian

No. Nama Peralatan

1. Scalpel (Kohler, Germany) dan blade (Kohler No. 22, Germany)

2. Bur Diamond

4. Rubber bowl

5. Spatula

6. Vibrator

7. Lekron

8. Portable dental engine

9. Straight handpiece

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

95

10. Polishing brush

11. Kaliper

12. Pinset

13. Alat Sandblasting

14. Kuas / Brush untuk pelapisan

porselen

15. Mikromotor (Strong 204, Korea)

dan Surveyor (Bharti Dent,

India)

16. Wax Heater / Han D Waxer

17. Mata Bur coklat, hijau dan

polishing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

96

18. Moffel

19. Alat Burnout

20. Alat Casting

21. Alat Ultrasonic Cleaning

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

97

22. Vacuum Furnace

3.6.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel

Stereomikroskop (Zeiss Stereo Discovery. V12, Germany)

Gambar 3.1 . Stereomikroskop (Zeiss Stereo Discovery. V12, Germany)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

98

3.6.2 Bahan Penelitian

Tabel 3.5 Bahan Penelitian

No. Nama Bahan

1. Typodont gigi insisivus sentralis

rahang atas.

2. Dai zirkonia

3. Dai spacer

4. Inlay wax

5. Vaseline.

6. Wax Sprue (Inlay wax soft, Violet, Tokyo Japan )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

99

7. Investment Gips (Deyuan, China)

8. Logam Ni/Cr (KeraN Ni 61,27%;

Cr 26,44%; Mo 10,46%; Mn

0,001% dan C 0,02%)

9. Bahan sandblasting (pasir alumina 50 mikron)

10. Aquades

11. Bubuk dan cairan porselen (Vita

VMK Master), dengan

perbandingan 1:1

- Lapisan Opak

- Lapisan Dentin

- Lapisan Enamel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

100

12. Bahan Glazing (Vita VMK Master)

3.7 Cara Penelitian

A. Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian

a. Preparasi struktur gigi typodont dengan menggunakan mikromotor dan

handpiece yang dipasang pada surveyor sesuai dengan prosedur dan

ketebalan preparasi gigi yang direkomendasikan oleh Shillingburg dkk

(2012) dan Rosentiel dkk (2016), yaitu pengurangan daerah incisal 2 mm,

pembuatan depth guides sebagai panduan preparasi pada daerah labial 1,5

mm; pengurangan daerah proksimal dan palatal 1 mm; serta menghasilkan

akhiran servikal berbentuk shoulder 1,5 mm pada daerah labio-marjinal

hingga ke mesio-distal dan menyatu pada daerah palatal. (Gambar 3.2)

Gambar 3.2. Gigi Typodont

b. Gigi typodont yang telah dipreparasi dilakukan scanning dengan prosedur

CAD/CAM yang di milling, sehingga menjadi dai zirkonia

c. Akar gigi dai zirkonia di ditanam kedalam balok resin akrilik

swapolimerisasi berbentuk persegi (3×3×3) cm dai zirkonia. (Gambar

3.3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

101

Gambar 3.3 Dai Zirconia

B. Pembuatan Sampel Koping Logam Ni-Cr.

a. Dua lapis spacer diaplikasikan pada seluruh permukaan dai kecuali 1 mm

pada daerah marjinal. Kemudian dilakukan pelapisan dengan bahan inlay

wax yang dihangatkan terlebih dahulu dengan wax heater hingga mencair.

Pada grup A, inlay wax hanya terletak tepat pada daerah labio marjinal (0,3

mm); pada grup B, inlay wax hanya terletak pada ujung permukaan labio

marjinal (0,3 mm) dan pada grup C, inlay wax diletakkan 1,5 mm diatas

permukaan labio marjinal. (Gambar 3.4).

A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

102

B

C

Gambar3.4 Wax Up Koping

G G Gamb ar

b. Pemasangan spru pada green inlay wax, kemudian dilakukan penanaman

kedalam moffel, aduk investment gyps dengan perbandingan bubuk dan

cairan sesuai dengan instruksi pabrik, letakkan diatas vibrator(gambar 3.5).

Gambar3.5 Pemasangan Sprue

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

103

c. Prosedur burn out

d. Prosedur casting.

e. Penyelesaian akhir sampel coping Ni-Cr (gambar 3.6).

A

B

C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

104

Gambar 3.6. Koping Logam

f. Prosedur sandblasting dengan pasir alumina 50 mikron.

g. Prosedur oksidasi di dalam vacuum furnace dengan temperatur 980˚C.

h. Prosedur pembersihan ultrasonic dengan air destilasi di dalam alat

ultrasonic cleaning selama 10 menit.

C. Aplikasi Lapisan Porselen Opak, Dentin dan Enamel, Pembakaran dan

Glazzing.

a. Aplikasi lapisan opak.

- Aplikasi lapisan opak dengan ketebalan 0,3 mm diatas lempengan logam

Ni-Cr.

- Kondensasi dengan getaran 10 kali.

- Pembakaran dengan temperatur 950˚C dan 975˚C.

b. Aplikasi lapisan dentin.

- Aplikasi lapisan dentin di atas lapisan opak.

- Kondensasi dilakukan dengan getaran 10 kali.

- Pembakaran pada temperatur 940˚C dan 965˚C

c. Aplikasi lapisan enamel.

- Aplikasi lapisan enamel di atas lapisan dentin.

- Kondensasi dilakukan dengan getaran 10 kali.

- Pembakaran pada temperatur 930˚C dan 955˚C

d. Proses glazing pada temperatur 920˚C dan 945˚C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

105

D. Teknik Direct-Lift

a. Aplikasi porselen release agent pada margin shoulder dari dai.

b. Letakkan coping logam yang telah dilapisi opak porselen pada seluruh

permukaan pada dai.

c. Aduk bubuk dan cairan porselen, dan aplikasikan langsung pada dai dan

opak porselen.

d. Kondensasi dengan getaran 10 kali.

e. Setelah dilakukan pembakaran pertama dari shoulder porselen, letakkan

kembali restorasi pada dai. Pada saat ini, restorasi harus diperiksa apabila

ada diskrepansi marjin.

f. Lakukan penyesuaian pada permukaan labio marjinal dari restorasi dan

aplikasi lapisan porselen secara konvensional pada body dan incisal

porselen, diikuti dengan glazing dari restorasi final.

g. Pembersihan restorasi logam-porselen dengan air destilasi di dalam alat

ultrasonic cleansing selama 10 menit.

3.8. Pengukuran Celah Marjinal

Pengukuran celah marjinal pada mahkota logam porselen menggunakan

alat Stereomikroskop (Zeiss Stereo Discovery. V12, Germany)

1. Pada model induk dai zirkonia dibuatkan garis referensi (marker) pada

permukaan fasial, yaitu pada Proksimal Mesial (garis A), antara Mesial-

Tengah (garis B), Tengah (garis C), antara Tengah-Distal (garis D) dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

106

Proksimal Distal (garis E) untuk pengukuran semua sampel. (Gambar 3.7

dan 3.8)

2. Sampel mahkota didudukkan kembali ke dai zirkonia

3. Mahkota logam porselen beserta model dai zirkonia diletakkan pada

positioner kemudian diletakkan di atas meja mikroskop

4. Pengukuran jarak celah marjinal menggunakan stereomikroskop.

(Gambar 3.9)

5. Pengukuran dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan software

Axiovision Rel. 4.8. (Gambar 3.10)

6. Pengukuran dilakukan dari tepi mahkota logam porselen ke tepi akhiran

servikal dai zirconia pada 5 garis referensi (Gambar 3.11)

Gambar 3.7. Sampel Suhu Pembakaran 950oC

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

107

Gambar 3.8. Sampel Suhu Pembakaran 975oC

Gambar 3.9 Sketsa Pengukuran Celah Marjinal Mahkota Logam Porselen

Stereomikroskop

Lap. Enamel Lap. Dentin Lap. Opak

Koping

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

108

Gambar 3.10. Pengukuran Celah Marjinal Menggunakan Stereomikroskop

Tengah Distal Tengah Tengah Mesial

Proksimal Distal Proksimal Mesial

Gambar 3.11. Titik Referensi pada Celah Marjinal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

109

3.9 Kerangka Operasional Penelitian

3.9.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian

Gigi typodont dipreparasi menggunakan mikromotor dan handpiece

yang dipasang pada surveyor sesuai dengan prosedur

Gigi typodont yang telah dipreparasi dikirim ke laboratorium dental

untuk di lakukan scanning menggunakan CAD CAM milling

Zirkonia monolitik

Akar gigi zirkonia ditanam kedalam balok persegi (3x3x3 cm) berisikan

resin akrilik swapolimerisasi

Dai zirkonia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

110

3.9.2 Pembuatan Sampel Koping Logam Ni-Cr

Aplikasi dai spacer pada seluruh permukaan dai zirkonia

Pelapisan dengan bahan inlay wax yang dihangatkan terlebih dahulu

hingga mencair (wax pattern)

Group A

Inlay wax hanya

terletak tepat pada

ujung permukaan

labio marjinal (0,3

mm)

Pemasangan spru pada inlay wax dan tanam dalam moffel,

Aduk investment gyps dengan perbandingan bubuk dan cairan sesuai

dengan instruksi pabrik, letakkan diatas vibrator

Prosedur burn out

Penyelesaian akhir sampel koping Ni-Cr

Prosedur sandblasting dengan pasir alumina 50 mikron

Prosedur pembersihan dengan alat ultrasonic cleaning

Group B

Inlay wax hanya

terletak pada ujung

permukaan labio

marjinal (0,3 mm)

Group C

Inlay wax

diletakkan 1,5 mm

diatas permukaan

labio-marjinal

Prosedur Casting

Prosedur oksidasi dalam vacuum furnace

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

111

3.9.3 Aplikasi Lapisan Porselen Opak, Dentin dan Enamel, Pembakaran dan

Glazing

Lapisan Opak (semua sampel kelompok), Group A, B C

Kondensasi Pembakaran

950˚C

Pengukuran Adaptasi Marjinal

Aplikasi Lapisan Dentin

Pembakaran

975˚C

Kondensasi

Aplikasi Lapisan Enamel

Kondensasi

Pembakaran

940˚C

Pembakaran

965˚C

Glazing

Pembakaran

930˚C

Pembakaran

955˚C

Pembakaran

920˚C

Pembakaran

945˚C

Analisa Data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 141: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

112

3.10 Analisa Data

Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

1. Analisis Univarian, untuk mengetahui nilai rerata celah marjinal

mahkota logam porselen dengan desain koping metal collar, full metal

collarless, dan modified metal collarless pada suhu pembakaran 950˚C

dan 975˚C pada masing – masing kelompok

2. Uji One Way ANOVA untuk melihat pengaruh desain koping metal

collar, full metal collarless, dan modified metal collarless terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada suhu pembakaran

950˚C dan 975˚C

3. Uji t untuk melihat pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C

terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada desain

koping metal collar, full metal collarless, dan modified metal

collarless.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 142: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

113

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pembuatan sampel penelitian sebesar 30 sampel dilakukan di Unit UJI Dental

FKG USU. Kelompok sampel desain koping logam dibagi atas tiga kelompok, antara

lain desain koping metal collar, full metal collarless dan modified metal collarless

dengan suhu pembakaran porselen opak 950˚C dan 975˚C, yang masing-masing

kelompok terdiri dari 5 sampel. Desain koping yang digunakan sebagai kelompok

kontrol adalah desain koping metal collar.

4.1 Nilai Rerata Celah Marjinal Mahkota Logam Porselen dengan Desain

Koping Metal Collar, Full Metal Collarless, dan Modified Metal Collarless

pada Suhu Pembakaran 950˚C dan 975˚C

Pengukuran nilai celah marjinal pada kelompok kontrol dan sampel dilakukan

dengan alat Stereomikroskop (Zeiss Stereo Discovery. V12, Germany) di

laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA)

Universitas Negeri Medan (UNIMED). Hasil pengukuran dari nilai celah marjinal

yang terdata secara komputerisasi menggunakan software Axiovision Rel. 4.8 adalah

dalam bentuk satuan Mikron (µm), dengan pembesaran 18.0x. Pada setiap sampel

dibagi dalam lima titik pengukuran permukaan labial yaitu titik proksimal mesial,

mesial tengah, tengah, tengah distal dan proksimal distal. Dari kelima titik didapatkan

nilai rerata celah marjinal pada satu sampel. Nilai celah marjinal terkecil dari seluruh

kelompok terdapat pada desain koping metal collar suhu pembakaran 975˚C yaitu

60,59 µm, dan nilai celah marjinal terbesar terdapat pada kelompok desain koping

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 143: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

114

full metal collarless suhu pembakaran 950˚C yaitu 113,86 µm. Pada kelompok

desain koping metal collar nilai celah marjinal suhu pembakaran 950˚C terkecil 88,09

µm dan celah marjinal terbesar 90,58 µm. Pada desain koping metal collar suhu

pembakaran 975˚C celah marjinal terkecil 60,59 µm dan celah marjinal terbesar

63,44 µm. Pada kelompok desain koping full metal collarless suhu pembakaran

950˚C celah marjinal terkecil 111,46 µm dan celah marjinal terbesar 113,86 µm.

Pada desain koping full metal collarless suhu pembakaran 975˚C celah marjinal

terkecil 87,15 µm dan celah marjinal terbesar 88,69 µm. Pada kelompok desain

koping Modified metal collarless suhu pembakaran 950˚C celah marjinal terkecil

91,56 µm dan celah marjinal terbesar 93,84 µm, dan pada desain koping Modified

metal collarless suhu pembakaran 975˚C celah marjinal terkecil 64,87 µm dan celah

marjinal terbesar 68,15 µm (Tabel 4.1.1)

Tabel 4.1.1 Nilai rerata celah marjinal mahkota logam porselen (µm) dengan desain koping metal

collar, full metal collarless, dan modified metal collarless pada suhu pembakaran 9500C dan 975

0C

Sampel

A

Metal Collar

(µm)

B

Full Metal Collarless

(µm)

C

Modified Metal

Collarless (µm)

950˚C 975 ˚C 950

˚C 975

˚C 950

˚C 975

˚C

1 90,58 ** 63,44 ** 113,86** 87,15 * 91,88 67,12

2 88,09 * 62,17 113,44 87,19 93,77 67,42

3 88,89 61,01 113,14 88,69 ** 93,84** 68,15**

4 88,81 61,25 111,46 * 87,21 92,27 65,99

5 88,50 60,59 * 113,35 88,26 91,56 * 64,87 *

X± SD 88,97±0,95 61,69±1,13 113,05±0,93 87,70±0,72 92,66±1,07 66,71±1,29

Keterangan: * nilai terkecil ** nilai terbesar

Nilai rerata celah marjinal dianalisis dengan uji univarian. Nilai rerata celah

marjinal pada desain koping metal collar suhu pembakaran 950˚C adalah 88,97 µm,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 144: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

115

dengan standar deviasi (SD) adalah 0,95 µm. Pada desain koping metal collar suhu

pembakaran 975˚C nilai rerata celah marjinal adalah 61,69 µm, dengan standar

deviasi (SD) adalah 1,13 µm. Nilai rerata celah marjinal pada desain koping full

metal collarless suhu pembakaran 950˚C adalah 113,05 µm, dengan standar deviasi

(SD) adalah 0,93 µm. Nilai rerata celah marjinal pada desain koping full metal

collarless suhu pembakaran 975˚C adalah 87,70 µm, dengan standar deviasi (SD)

adalah 0,72 µm. Nilai rerata celah marjinal pada desain koping Modified metal

collarless suhu pembakaran 950˚C adalah 92,66 µm, dengan standar deviasi (SD)

adalah 1,07 µm, dan nilai rerata celah marjinal pada desain koping Modified metal

collarless suhu pembakaran 975˚C adalah 66,71 µm, dengan standar deviasi (SD)

adalah 1,29 µm (Grafik. 1)

Grafik.1. Nilai rerata celah marjinal mahkota logam porselen dengan desain

koping metal collar, full metal collarless, dan modified metal collarless pada

suhu pembakaran 950 0C dan 975

0C

Ket : : 950˚C : 975˚C

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

950 975 950 975 950 975

metal colar metal colar metalcolarless

metalcolarless

modiefiedmetal

colarless

modiefiedmetal

colarless

Ad

apta

si M

argi

nal

m)

88,97 ± 0,95

61,69 ± 1,13

113,05 ± 0,93

87,70 ±0,72

66,71±1,29

92,66±1,07

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 145: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

116

4.2 Pengaruh Desain Koping Metal Collar, Full Metal Collarless, Modified

Metal Collarless Terhadap Adaptasi Marjinal Mahkota Logam Porselen

Untuk mengetahui pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless,

dan modified metal collarless pada suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen, maka data sampel dilakukan analisa

statistik dengan uji One Way Anova.

4.2.1 Pengaruh Desain Koping Metal Collar, Full Metal Collarless, Modified

Metal Collarless Terhadap Adaptasi Marjinal Mahkota Logam Porselen

pada Suhu Pembakaran 950˚C

Untuk mengetahui pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless,

dan modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

pada suhu pembakaran 950˚C, maka data sampel dianalisis dengan uji One Way

Anova. Sebelum uji One Way Anova dilakukan, terlebih dahulu diketahui apakah

data sampel terdistribusi normal atau tidak dengan uji Shapiro-Wilk (n<50). Dari

hasil uji Shapiro-Wilk, diperoleh nilai signifikansi (p) pada semua kelompok sampel

logam-porselen. Pada desain metal collar nilai signifikansi p=0,180. Desain full metal

collarless nilai signifikansi p=0,097, dan desain modified metal collarless nilai

signifikansi p=0,182, yang memiliki makna bahwa data terdistribusi normal (p>0,05).

Homogenitas data pada kelompok sampel diuji dengan uji Levene. Dari hasil uji

Levene diperoleh hasil bahwa semua sampel logam-porselen dalam penelitian ini

berada pada 0,653 yang memiliki makna bahwa perbedaan nilai adaptasi marjinal

mahkota logam porselen diantara kelompok sampel yang diuji bersifat homogen

(p>0,05). Dari hasil uji Shapiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi

normal (p>0,05) dan hasil uji Levene yang menyatakan bahwa data bersifat homogen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 146: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

117

(p>0,05), memiliki makna bahwa data dapat dilanjutkan dengan uji One Way Anova.

Dari hasil uji One Way Anova diperoleh signifikansi p = 0,001 (p < 0,05), hal ini

menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari desain koping metal collar, full

metal collarless, dan modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota

logam porselen (Tabel 4.2.1.2)

Tabel 4.2.1.2 Pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, modified metal collarless

terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada suhu pembakaran 9500C

Desain Koping

Adaptasi Marjinal

n ± SD p

Metal Collar

5 88,97 ± 0,95

0,001*

Full Metal Collarless

5 113,05 ± 0,93

Modified Metal Collarless

5 92,66 ± 1,07

Keterangan: * signifikan (p < 0,05)

X

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 147: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

118

Grafik. 2. Pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, modified metal

collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada suhu pembakaran

950˚C

4.2.2 Pengaruh Desain Koping Metal Collar, Full Metal Collarless, Modified

Metal Collarless Terhadap Adaptasi Marjinal Mahkota Logam Porselen

pada Suhu Pembakaran 9750C

Untuk mengetahui pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless,

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada

suhu pembakaran 975˚C, maka data sampel dianalisis dengan uji One Way Anova.

Sebelum uji One Way Anova dilakukan, terlebih dahulu diketahui apakah data sampel

terdistribusi normal atau tidak dengan uji Shapiro-Wilk (n<50). Dari hasil uji

Shapiro-Wilk, diperoleh nilai signifikansi (p) pada semua kelompok sampel logam-

porselen. Pada desain metal collar nilai signifikansi p=0,506. Desain full metal

collarless nilai signifikansi p=0,059, dan desain modified metal collarless nilai

signifikansi p=0,800, yang memiliki makna bahwa data terdistribusi normal (p>0,05).

Homogenitas data pada kelompok sampel diuji dengan uji Levene. Dari hasil uji

Levene diperoleh hasil bahwa semua sampel logam-porselen dalam penelitian ini

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

950 950 950

metal colar metal colarless modiefied metal colarless

Ad

apta

si M

argi

nal

m) 113,05 ± 0,93

88,97 ± 0,95

92,66±1,07

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 148: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

119

berada pada 0,427 yang memiliki makna bahwa perbedaan nilai adaptasi marjinal

mahkota logam porselen diantara kelompok sampel yang diuji bersifat homogen

(p>0,05). Dari hasil uji Shapiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi

normal (p>0,05) dan hasil uji Levene yang menyatakan bahwa data bersifat homogen

(p>0,05), memiliki makna bahwa data dapat dilanjutkan dengan uji One Way Anova.

Dari hasil uji One Way Anova diperoleh signifikansi p = 0,001 (p < 0,05), hal ini

menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari desain koping metal collar, full

metal collarless, dan modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota

logam porselen (Tabel 4.2.2.3).

Tabel 4.2.2.3 Pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, modified metal collarless

terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada suhu pembakaran 975˚C

Desain Koping

Adaptasi Marjinal

n ± SD p

Metal Collar

5 61,69 ± 1,13

0,001*

Full Metal Collarless

5 87,70 ± 0,72

Modified Metal Collarless

5 66,71 ± 1,29

Keterangan: * signifikan (p < 0,05)

X

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 149: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

120

Grafik. 3 Pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, modified metal

collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen pada suhu pembakaran

975˚C

Ada pengaruh yang signifikan dari desain koping metal collar, full metal

collarless, dan modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam

porselen pada suhu pembakaran 975˚C

4.3 Pengaruh Suhu Pembakaran 950˚C dan 975˚C Terhadap Adaptasi

Marjinal Mahkota Logam Porselen

Untuk melihat pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C pada desain

koping metal collar, full metal collarless dan modified metal collarless terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen, maka dilakukan analisa uji statistik

menggunakan t Independent

4.3.1 Pengaruh Suhu Pembakaran 950˚C dan 975˚C Terhadap Adaptasi

Marjinal Mahkota Logam Porselen pada Desain Koping Metal Collar

Setelah dilakukan uji shapiro wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi

normal dengan nilai p>0,05 dan uji homogenitas dengan uji levene yang menyatakan

bahwa data bersifat homogen p>0,05, yang selanjutnya menentukan pengaruh suhu

pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

975 975 975

metal colar metal colarless modiefied metal colarless

Ad

apta

si M

argi

nal

m)

88,97 ± 1,13

87,70 ±0,72

66,71±0,29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 150: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

121

pada desain koping metal collar dengan uji t Independent. Hasil analisis

menggunakan uji t Independent menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan

antara suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C dengan nilai p= 0,001 (p<0,05) (Tabel

4.3.1.4 )

Tabel 4.3.1.4 Pengaruh suhu pembakaran 950˚˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal mahkota logam

porselen pada desain koping metal collar

Suhu

Pembakaran

n Adaptasi Marjinal Metal Collar

± SD

p

950˚C 5 88,97 ± 0,95 0,001*

975˚C 5 61,69 ± 1,13

Keterangan: * signifikan (p < 0,05)

4.3.2 Pengaruh Suhu Pembakaran 950˚C dan 975˚C Terhadap Adaptasi

Marjinal Mahkota Logam Porselen pada Desain Koping Full Metal

Collarless

Setelah dilakukan uji Shapiro-Wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi

normal dengan nilai p>0,05 dan uji homogenitas dengan uji Levene yang menyatakan

bahwa data bersifat homogen p>0,05, yang selanjutnya menentukan pengaruh suhu

pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

pada desain koping full metal collarless dengan uji t Independent. Hasil analisis

menggunakan uji t Independent menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan

antara suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C dengan nilai p= 0,001 (p<0,05) (Tabel

4.3.2.5)

X

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 151: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

122

Tabel 4.3.2.5 Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 9750C terhadap adaptasi marjinal mahkota logam

porselen pada desain koping full metal collarless

Suhu

Pembakaran

n Adaptasi Marjinal

Full Metal Collarless

± SD

p

950˚C 5 113,05 ± 0,93 0,001*

975˚C 5 87,70 ± 0,72

Keterangan: * signifikan (p < 0,05)

4.3.3 Pengaruh Suhu Pembakaran 950˚C dan 975˚C Terhadap Adaptasi

Marjinal Mahkota Logam Porselen pada Desain Koping Modified Metal

Collarless

Setelah dilakukan uji shapiro wilk yang menyatakan bahwa data terdistribusi

normal dengan nilai p>0,05 dan uji homogenitas dengan uji levene yang menyatakan

bahwa data bersifat homogen p>0,05, yang selanjutnya menentukan pengaruh suhu

pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

pada desain koping modified metal collarless dengan uji t Independent. Hasil analisis

menggunakan uji t Independent menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan

antara suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C dengan nilai p= 0,001 (p<0,05) (Tabel

4.3.3.6)

X

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 152: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

123

Tabel 4.3.3.6 Pengaruh suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal mahkota logam

porselen pada desain koping modified metal collarless

Suhu

Pembakaran

n Adaptasi Marjinal

Modified Metal Collarless

± SD

p

950˚C 5 92,66 ± 1,07 0,001*

975˚C 5 66,71 ± 1,29

Keterangan: * signifikan (p < 0,05)

X

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 153: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

124

BAB 5

PEMBAHASAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris, yaitu

kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau pengaruh

yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu. Penelitian ini menyelidiki

kemungkinan adanya pengaruh antara beberapa kelompok eksperimen dengan cara

memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil

dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

Pengukuran nilai adaptasi marjinal pada kelompok sampel logam-porselen

dilakukan dengan alat Stereomikroskop (Zeiss Stereo Discovery. V12, Germany)

yang terdata secara komputerisasi menggunakan software Axiovision Rel. 4.8 dalam

satuan Mikron (µm), dengan pembesaran 18.0x. Sampel dipasang pada dai yang telah

dibuat dengan bahan zirconia menggunakan CAD/CAM dengan tujuan untuk

mendapatkan permukaan marjinal yang rata dan kuat, kemudian dai ditanam pada

balok akrilik ukuran 3x3. Sampel yang akan di ukur dipasang pada dai dan diletakkan

dibawah stereomikroskop yang sebelumnya telah di marker pada lima titik yang akan

dilakukan perhitungan besarnya celah marjinal.

Dalam penelitian ini, desain koping metal collar dijadikan sebagai kelompok

kontrol karena dari berbagai penelitian menyatakan bahwa desain ini menghasilkan

adaptasi marjinal yang sangat baik, namun desain ini jarang digunakan pada gigi

anterior karena faktor estetik. Desain koping metal collar berfungsi sebagai penopang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 154: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

125

yang memperkuat logam serta lapisan porselen dan mencegah perubahan bentuk dari

lapisan porselen pada saat siklus pembakaran (Bulbule dkk, 2014). Jenis koping

logam yang dipakai dalam penelitian ini adalah Ni-Cr dengan ketebalan 0,3 mm,

karena logam ini memiliki kekerasan dan modulus elastisitas yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan logam yang lainnya (emas dan palladium), prosedur casting

yang lebih mudah, perlekatan yang baik terhadap porselen dan harganya relatif lebih

murah (Anusavice dkk., 2004; Rosenstiel dkk., 2006; O’Brien, 2009; Shillingburg

dkk., 2012).

Dalam penelitian ini ketebalan semua sampel mahkota logam porselen 1,5

mm, yang memiliki variasi pada daerah marjinal karena koping logam di daerah

servikal akan digantikan dengan lapisan porselen. Porselen harus memiliki ketebalan

minimum yang sesuai dengan estetis. Ketebalan minimum porselen adalah 0,7 mm,

dan ketebalan yang diharapkan adalah 1,5 mm. Ketebalan lapisan porselen oleh

lapisan dentin dan enamel pada daerah marjinal akan meningkatkan transmisi cahaya

pada struktur akar gigi, sehingga dapat memberikan nilai estetik yang lebih tinggi

(Yoon dkk., 2010).

5.1 Nilai Rerata Celah Marjinal Mahkota Logam Porselen dengan Desain

Koping Metal Collar, Full Metal Collarless, dan Modified Metal Collarless

pada Suhu Pembakaran 950˚C dan 975˚C

Dari semua kelompok penelitian nilai celah marjinal mahkota logam porselen

terkecil terdapat pada desain koping metal collar suhu pembakaran 975˚C sebesar

60,59 m dan nilai celah marjinal mahkota logam porselen terbesar terdapat pada

desain koping full metal collarless suhu pembakaran 950˚C yaitu sebesar 113,86 m.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 155: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

126

Sementara pada desain koping metal collar nilai celah marjinal terkecil yaitu sebesar

60,59m pada suhu pembakaran 975˚C, dan nilai celah marjinal terbesar 90,58m

pada suhu pembakaran 950˚C. Pada desain koping full metal collarless nilai celah

marjinal terkecil yaitu sebesar 87,15 m pada suhu pembakaran 975˚C, dan nilai celah

marjinal terbesar 113,86m pada suhu pembakaran 950˚C, dan pada desain koping

modified metal collarless nilai celah marjinal terkecil yaitu sebesar 64,87 m pada

suhu pembakaran 975˚C, dan nilai celah marjinal terbesar 93,84m pada suhu

pembakaran 950˚C. Berdasarkan keseluruhan desain koping, nilai rerata celah

marjinal dan standar deviasi terkecil terdapat pada pada kelompok desain koping

metal collar suhu pembakaran 975˚C yaitu sebesar 61,69 ± 1,13, dan nilai rerata

celah marjinal dan standar deviasi terbesar terdapat pada desain koping full metal

collarless suhu pembakaran 950˚C yaitu sebesar 113,05 ± 0,93. Dari keseluruhan

hasil penelitian dengan berbagai desain koping, nilai rerata celah marjinal terkecil

terdapat pada suhu pembakaran 975˚C.

Nilai rerata celah marjinal desain koping metal collar sebagai kelompok

kontrol pada penelitian ini karena memiliki nilai yang terkecil bila dibandingkan

dengan nilai rerata celah marjinal desain koping full metal collarless, dan modified

metal collarless. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya

yang menyatakan bahwa desain koping metal collar memiliki adaptasi marjinal

sangat baik (Yoon dkk., 2005; Bulbule dkk., 2014).

Pada suhu pembakaran 975˚C desain metal collar memiliki jarak yang lebih

kecil daripada suhu pembakaran 950˚C. Hasil ini memperlihatkan terjadinya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 156: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

127

shrinkage pada porselen ketika dibakar, namun porselen yang dibakar pada suhu

975˚C menyebabkan penyatuan yang lebih baik antara partikel-partikel dan mengisi

rongga yang kosong, sehingga porselen menjadi padat, penyusutan berkurang dan

adaptasi marjinal lebih baik. Lain hal dengan pembakaran suhu 950˚C, partikel-

partikel mengalir dan mengisi rongga, namun penyatuan tidak begitu baik dan

terdapat ruang-ruang berpori, sehingga penyusutan menjadi besar. Sesuai dengan

penelitian Handal 2016 (dalam sitasi Silver) bahwa shrinkage pada porselen dapat

menimbulkan kontraksi logam yang dapat merubah adaptasi marjinal (Handal, 2016).

Shrinkage pada pembakaran porselen juga merupakan faktor kausatif yang signifikan

dalam proses distorsi. Hal ini terbukti bahwa distorsi telah terjadi terutama selama

proses awal oksidasi pada aloi (sebelum aplikasi porselen). Selanjutnya, anggapan

bahwa shrinkage pada porselen menyebabkan metal distorsi terlihat muncul sebelum

adanya penemuan-penemuan di literatur pada umumnya (Patil, 2013)

Berdasarkan variasi celah marjinal setelah pembakaran porselen dapat

dihubungkan dengan beberapa alasan di bawah ini diantaranya pelepasan casting

yang disebabkan tekanan komprehensif sebagai hasil dari siklus awal oksidasi,

pembentukan lapisan oksida pada permukaan dalam aloi logam porselen selama

pemanasan, ketidaksesuaian tekanan termal, kontaminasi permukaan dalam pada

koping dengan porselen, berkurangnya resilien logam karena rigiditas porselen,

perkembangan butiran aloi, diameter mahkota yang menyempit, dukungan yang tidak

tepat pada koping selama pembakaran, desain koping yang inadekuat pada level

gingiva dan desain koping yang inadekuat keseluruhannya (Handal, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 157: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

128

Semua nilai celah marjinal pada hasil penelitian ini masih dapat diterima secara

klinis. Nilai yang dilaporkan pada celah maksimum yang diterima dalam scientific

literature berkisar dari 50–200 µm, sehingga tidak ada terlihat batasan objektif

berdasarkan evidence keilmuan (Pradies G dkk, 2014). Sementara studi Moldovan

dkk (dikutip dari Amarnath dkk, 2017) untuk mahkota porcelain fused to metal dan

all ceramic nilai rerata ketepatan marjinal 100 µm adalah baik, dan nilai 200 µm –

300 µm masih dapat diterima klinis (Amarnath dkk, 2017). Begitu juga dalam studi

klinis McLean dan Von Fraunhofer pada 1000 restorasi dalam 5 tahun

menyimpulkan bahwa 120 µm merupakan jarak yang disarankan (Nawafleh dkk,

2013; Amarnath, 2017). Nilai celah marjinal lebih besar daripada nilai yang

dianjurkan akan memberikan akses untuk perlekatan bakteri yang dapat berkontribusi

terhadap karies sekunder dan penyakit periodontal (Chatterjee, 2012; Nawafles dkk,

2013).

5.2 Pengaruh Desain Koping Metal Collar, Full Metal Collarless, Modified

Metal Collarless Terhadap Adaptasi Marjinal Mahkota Logam Porselen

Hasil analisa statistik uji One Way Anova terlihat bahwa ada pengaruh desain

koping metal collar, full metal collarless, dan modified metal collarless pada suhu

pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

dengan nilai p<0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 158: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

129

5.2.1 Pengaruh Desain Koping Metal Collar, Full Metal Collarless, Modified

Metal Collarless Terhadap Adaptasi Marjinal Mahkota Logam Porselen

pada Suhu Pembakaran 950˚C

Tabel 4.2.1 menunjukkan hasil analisis dengan uji One Way Anova yang

menyatakan bahwa ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless,

dan modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

pada suhu pembakaran 950˚C dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Desain koping metal

collar memiliki dukungan penuh dari logam di daerah labio-marjinal sehingga

adaptasi marjinalnya baik. Dari hasil penelitian ini terlihat nilai rerata adaptasi

marjinal terkecil pada desain metal collar (88,97 ± 0,95) yang kemudian diikuti

dengan desain modified metal collarless (92,66 ± 1,07), dan nilai rerata adaptasi

marjinal terbesar pada desain full metal collarless (113,05 ± 0,93). Hasil analisis uji

one way anova juga memperlihatkan adanya pengaruh yang signifikan pada desain

koping terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen dengan nilai p=0,001

(p<0,05). Dari data yang dihasilkan, ditemukan pada suhu pembakaran 950˚C bahwa

desain koping metal collar memiliki jarak adaptasi marjinal lebih kecil dibandingkan

kedua desain lainnya, hal ini dikarenakan lapisan porselen memiliki penopang logam

yang memperkuat porselen dan mencegah perubahan bentuk dari lapisan porselen

pada saat siklus pembakaran. Sementara pada desain koping full metal collarless,

koping metal berakhir pada dinding aksial korona sehingga bagian tepi kavitasnya

hanya dilapisi porselen. Hal ini juga terlihat dari ketebalan porselen di daerah servikal

tidak sama dengan ketebalan porselen desain koping metal collar. Sehingga terlihat

adanya peningkatan adaptasi marjinal yang lebih besar dibandingkan dengan desain

metal collar (Chatterjee, 2012; Comlekoglu dkk, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 159: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

130

Besarnya adaptasi marjinal pada desain full metal collarless ini sesuai dengan

pernyataan Gemalmaz dan Alkumru (dikutip dari Handal dkk 2016) yang

mengevaluasi distorsi siklus termal pada 3 unit Porcelain Fused to Metal pada

perbedaan pembakaran, dan distorsi terlihat lebih besar setelah aplikasi porselen

(Handal 2016). Buchanan dkk juga menyimpulkan bahwa prosedur pembakaran

tampak suatu tendensi meningkatnya pembukaan marjinal pertama dan kemudian

menurun sebagai perbandingan terhadap prosedur kondisi metal (Handal 2016).

Begitu juga halnya dengan desain koping modified metal collarless yang memiliki

adaptasi marjinal lebih kecil. Hal ini sesuai dengan penelitian Fahmy 2012, desain

koping modified metal collarless 1,5 mm diatas sudut cavosurface memiliki adaptasi

marjinal yang lebih baik dari dua tipe restorasi full porcelain (Fahmy, 2012).

Porselen adalah material yang sangat kaku, keras dan rapuh/brittle, yang mana

kekuatannya berkurang dengan adanya ketidakteraturan permukaan ataupun

kekosongan internal dan berpori. Bentuk serbuk memberikan keseragaman

permukaan dibandingkan dengan bentuk serbuk yang kasar. Pembakaran pada

tekanan sisa dapat menurunkan porositas. Saat porselen diaplikasikan pada logam dan

kedua bahan dibakar bersama, porselen akan menyatu secara kimia dengan oksida

pada logam, membentuk ikatan kuat. Porselen yang dibakar pada temperatur tinggi

dapat mengalir dan menyatu dengan oksida pada permukaan logam. Porselen opak

harus dapat membasahi permukaan logam saat pembakaran untuk mendapatkan

ikatan kimia yang baik antara permukaan logam-porselen. Koefisien ekspansi termal

porselen harus sesuai dengan logam, untuk meningkatkan perlekatan logam-porselen

(McCabe dkk, 2008; Zhang dkk, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 160: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

131

Selama siklus pembakaran porselen, terjadi perubahan dimensi saat casting

sebagai akibat dari peningkatan suhu. Perubahan ini memiliki banyak penyebab,

seperti perubahan pada seluruh aloi karena beberapa mekanisme metalurgi, distorsi

pada aloi akibat dari adanya tekanan residu dari proses casting dan oksidasi aloi. Pada

full metal collarless, faktor lain yang melibatkan perubahan adaptasi marjinal,

diantaranya koreksi build up dan distorsi pada margin porselen selama pembakaran

juga mempengaruhi perubahan adaptasi marjinal. Sesuai dengan penelitian Yoon

2005 bahwa shrinkage dan gravity pada porselen dapat menjadi penyebab distorsi

(Yoon dkk, 2005). Bagaimanapun perubahan dimensi terjadi di sebagian besar tahap

laboratorium, namun restorasi akhir mungkin tidak persis sama ukuran polanya.

Penyebab distorsi diantaranya pelepasan tekanan yang dihasilkan dari proses

solidifikasi teknik casting, seperti pembatasan shrinkage aloi dalam invesment casting

dan pelepasan tekanan pada pendinginan permukaan aplikasi porselen. Distorsi dalam

siklus termal mahkota logam porselen harus diperhitungkan, dan shrinkage

pembakaran porselen adalah faktor kausatif yang signifikan dalam proses distorsi,

namun demikian dalam kebanyakan kasus laboratorium gigi yang berpengalaman

harus dapat memvariasikan teknik guna memperoleh keberhasilan (Yoon dkk, 2005:

Rosenstiel, 2016).

5.2.2 Pengaruh Desain Koping Metal Collar, Full Metal Collarless, Modified

Metal Collarless Terhadap Adaptasi Marjinal Mahkota Logam Porselen

pada Suhu Pembakaran 975˚C

Tabel 4.2.2 menunjukkan hasil analisis dengan uji One Way Anova yang

menyatakan bahwa ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 161: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

132

dan modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

pada suhu pembakaran 975˚C (p<0,05). Desain koping metal collar memiliki

dukungan penuh dari logam di daerah labio-marjinal sehingga adaptasi marjinalnya

baik. Dari hasil penelitian ini terlihat nilai rerata adaptasi marjinal terkecil pada

desain metal collar (61,69 ± 1,13) yang kemudian diikuti dengan desain modified

metal collarless (66,71 ± 1,29), dan terbesar nilai rerata adaptasi marjinal pada desain

full metal collarless (87,70 ± 0,72). Hasil analisis uji one way anova juga

memperlihatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada desain koping terhadap

adaptasi marjinal mahkota logam porselen dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Dari data

yang dihasilkan, desain koping metal collar pada pembakaran suhu 975˚C terlihat

memiliki jarak adaptasi marjinal lebih kecil dibandingkan kedua desain lainnya, hal

ini dikarenakan lapisan porselen memiliki penopang logam yang memperkuat

porselen dan mencegah perubahan bentuk dari lapisan porselen pada saat siklus

pembakaran. Koping logam yang digunakan harus memiliki ketebalan optimal untuk

mencegah terjadi distorsi pada waktu proses pembakaran. Ketebalan koping logam

berkisar antara 0,2-0,7 mm, untuk kekuatan dan kekakuan yang baik, ketebalan

koping yang digunakan juga tergantung dengan ketebalan preparasi yang dilakukan

(Shillingburg dkk, 2012; Lopes dkk, 2009; Prado dkk, 2005; Anusavice dkk, 2013).

Sementara pada desain koping full metal collarless, koping metal berakhir pada

dinding aksial korona dan bagian tepi kavitasnya hanya dilapisi porselen (Chatterjee,

2012; Comlekoglu dkk, 2009). Hal ini terlihat ketebalan porselen didaerah servikal

berbeda dengan desain koping metal collar, sehingga terdapatnya porselen tipis yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 162: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

133

melekat pada koping di daerah servikal. Berbeda dengan desain koping modified

metal collar, pada desain ini koping lebih pendek 1,5 mm dari akhiran servikal,

sehingga terdapat lapisan porselen yang tebal pada daerah servikal.

Pada penelitian ini, suhu pembakaran porselen opak dinaikan 25˚C lebih

tinggi dari suhu pembakaran yang direkomendasikan pabrik, sehingga didapatkan

kekuatan lekat yang meningkat serta meningkatkan kerapatan terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam poselen. Hal ini sesuai dengan penelitian Gupta 2011, dan

penelitian Saini 2011 temperatur pembakaran yang ditingkatkan 9750C jumlah poreus

menurun karena penyatuan yang lebih baik terhadap aliran partikel yang

menyebabkan pengisian yang baik terhadap rongga udara diantara partikel (Saini,

2011). Porositas porselen gigi perlu diminimalkan untuk mendapatkan penampilan

dan kekuatan optik yang terbaik karena pori-pori menyebarkan cahaya, mengurangi

tembus cahaya, dan dapat bertindak sebagai pemrakarsa retak dengan konsentrasi

tegangan tinggi, menurunkan kekuatan pada tegangan dan geser. Sehingga kontrol

porositas akan menjadi pertimbangan mendasar dalam desain dan pemrosesan

porselen. Getaran mekanis biasanya digunakan pada kondisi pertama untuk

mengurangi fraksi volume porositas dalam metode kepadatan bubuk porselen, jumlah

dan ukuran kehampaan yang tergantung pada distribusi ukuran. Penggunaan getaran

yang dikontrol dengan hati-hati, sehingga porositas yang besar dapat dihindari pada

saat proses pembakaran dan terciptanya kerapatan adaptasi marjinal yang baik.

(Cheung KC, BW. Darvell, 2001).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 163: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

134

5.3 Pengaruh Suhu Pembakaran 950˚C dan 975˚C Terhadap Adaptasi

Marjinal Mahkota Logam Porselen

Hasil uji t-independent yang diperoleh dari perbedaan pengaruh suhu

pembakaran 950˚C dan 975˚C pada desain koping metal collar, full metal collarless

dan modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

terlihat signifikan dengan nilai p=0,001 (p<0,05)

5.3.1 Pengaruh Suhu Pembakaran 950˚C dan 975˚C Terhadap Adaptasi

Marjinal Mahkota Logam Porselen pada Desain Koping Metal Collar

Tabel 4.3.1 Hasil uji t Independent menunjukkan terdapat pengaruh yang

signifikan antara suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal

mahkota logam porselen pada desain koping metal collar dengan nilai p=0,001

(p<0,05).

Berdasarkan desain, desain koping metal collar memiliki penopang logam

yang memperkuat porselen dan mencegah perubahan bentuk dari lapisan porselen

pada saat siklus pembakaran. Koping logam seharusnya tidak meleleh selama

pembakaran porselen berlangsung dan juga mampu menahan stress akibat induksi

panas yang dapat menghasilkan deformasi selama pembakaran porselen. Koping

logam jenis Ni-Cr ini memiliki kekerasan yang lebih tinggi dengan harga relatif

murah. Logam ini memiliki nilai modulus yang sangat tinggi dan titik lebur tinggi.

Keberhasilan pemakaian logam untuk mahkota bergantung pada tingginya tingkat

akurasi yang dilakukan pada proses casting, namun sifat logam Ni-Cr ini tidak sebaik

logam emas dalam hal kompensasi penyusutan. Logam harus cukup keras dan desain

koping harus memiliki ketebalan optimum untuk kekakuan. Koping logam sedikitnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 164: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

135

harus memiliki ketebalan 0,3–0,5 mm (Rosenstiel dkk, 2004). Kekuatan untuk

menahan korosi sangat tergantung pada sifat kimianya, oleh karena itu logam ini

sebaiknya dioksidasi untuk menutup permukaan logam sehingga meminimalkan

korosi. Proses oksidasi dilakukan pada temperatur 960˚C–980˚C sesuai instruksi

pabrik. Lapisan oksida menyebarkan dan memantulkan cahaya sehingga dapat

menutup warna logam dibawahnya, serta berfungsi untuk menyatukan logam dengan

lapisan porselen pada saat siklus pembakaran (Rosenstiel dkk, 2004; Rokni dan

Baradaran 2007; Rathi dkk. 2011).

Suhu pembakaran opak 950˚C merupakan suhu pembakaran standarisasi

pabrik, dan suhu pembakaran 975˚C merupakan suhu pembakaran yang telah

dinaikkan 25˚C lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan kekuatan lekat pada

mahkota logam porselen, dan terlihat memiliki adaptasi marjinal yang lebih baik.

Proses pembakaran porselen terdiri atas pembakaran opak, dentin, enamel dan

glazing. Selama pembakaran, komponen utama dari porselen (Potassium (K), Silicon

(Si), Aluminium (Al) berinteraksi dengan oksida untuk membentuk ikatan oksida

yang kuat antara logam dan porselen. Partikel-partikel porselen melebur dan saling

berikatan pada titik kontak saat terjadi sintering, dan partikel-partikel yang

tersintering akan mengalir, menyatu dan mengisi ruang pori-pori. Partikel-partikel

porselen yang tidak tersintering baik, tidak mampu mengalir dan mengisi rongga-

rongga secara sempurna akan membentuk besarnya jumlah poreus (Saini dkk. 2011).

Porselen harus mudah mengalir menutupi seluruh permukaan logam dan melekat

dengan logam. Kemudahan porselen mengalir juga mempengaruhi luas terisinya

pori-pori. Tekanan tarik yang tinggi dalam lapisan porselen juga dapat berkembang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 165: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

136

dari ketidakcocokan koefisien kontraksi antara logam dan porselen. Tekanan tarik

yang diteruskan kedalam restorasi oleh gaya oklusal akan menambah tekanan tarik

termal residual. (Saini dkk, 2011; Gupta, 2011)

Pengaruh yang signifikan pada suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C pada

desain koping metal collar terlihat dari perbedaan besarnya adaptasi marjinal. Ketika

porselen dibakar pada substruktur logam untuk pertama kali, logam akan mengalami

beberapa perubahan temperatur dan tekanan yang ditimbulkan oleh penyusutan

porselen yang melapisinya. Daya tahan terhadap perubahan menggambarkan

kemampuan sebuah logam menahan perubahan yang menetap atau perlahan-lahan

yang disebabkan oleh tekanan termal (Anusavice, 2013). Suhu pembakaran yang

dinaikkan terdapat penyatuan partikel-partikel dengan porositas mengecil dan

kepadatan meningkat, sehingga penyusutan berkurang, kontraksi metal juga

berkurang. Pada suhu pembakaran standarisasi pabrik, distorsi terjadi karena

besarnya penyusutan yang menyebabkan logam berkontraksi. Temperatur logam aloi

berkisar antara 1150˚C – 1500˚C, dan temperatur pembakaran porselen low fusing

berkisar 850˚C–1100˚C. Peleburan logam yang sama dengan temperatur pembakaran

porselen dapat menyebabkan distorsi ataupun koping melebur selama pembakaran

porselen. Perbedaan temperatur yang semakin besar diantara kedua bahan akan

semakin memperkecil masalah yang dihadapi selama pembakaran. Koefisien

ekspansi termal logam adalah 13,5-14,5x10-6

/ºC. Logam dan porselen harus memiliki

koefisien ekspansi termal yang sesuai, yaitu antara 0,5-1x10-6

/ºC, sehingga porselen

hanya mengalami sedikit tekanan selama proses pendinginan. Koping logam harus

memiliki ketebalan optimal untuk mencegah terjadi distorsi pada waktu proses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 166: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

137

pembakaran (Shillingburg dkk, 2012; McCabe dkk, 2008Lopes dkk, 2009; Prado

dkk, 2005; Anusavice dkk, 2013.; Handal dkk, 2016).

5.3.2 Pengaruh suhu Pembakaran 950˚C dan 975˚C Terhadap Adaptasi

Marjinal Mahkota Logam Porselen pada Desain Koping Full Metal

Collarless

Tabel 4.3.2 Hasil uji t Independent menunjukkan terdapat pengaruh yang

signifikan antara suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal

mahkota logam porselen pada desain koping full metal collarless dengan nilai

p=0,001 (p<0,05), dimana pada suhu pembakaran 975˚C terlihat adaptasi marjinal

lebih kecil daripada suhu pembakaran 950˚C. Hal ini dapat diasumsikan bahwa

lapisan oksida yang berlebih pada pembakaran dianggap memiliki pengaruh pada

perlekatan metal porselen. Sehingga dengan ditingkatkannya suhu pembakaran

menjadi 975˚C kekuatan lekat logam porselen menjadi meningkat, serta poreus

menjadi berkurang dalam jumlah dan ukuran. Hal ini sesuai dengan penelitian Gupta

2011, yaitu besarnya diameter poreus menjadi kecil dengan ditingkatkannya suhu

pembakaran 975˚C (Gupta, 2011). Menurut Zhang 2015, menyatakan bahwa saat

temperatur pembakaran meningkat, kelarutan dan penyebaran porselen dan logam

akan meningkat. Pada proses peleburan porselen, elemen-elemen aloi dan keramik

dapat saling larut, sedangkan atom-atom berdifusi secara acak dan membentuk

lapisan oksida sebagai lapisan transisi. Komponen –komponen porselen yang

berinteraksi dengan oksida akan membentuk ikatan oksida yang kuat antara logam

dan porselen. partikel-partikel porselen akan melebur dan saling berikatan ketika

terjadi sintering, dan partikel-partikel yang tersintering akan mengalir dan mengisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 167: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

138

ruang pori-pori. Logam dan porselen dapat mengikat dengan tepat dengan suhu

pembakaran porselen low fusing sehingga koefisien kontraksi termal porselen harus

sesuai dengan koefisien kontraksi termal logam (Saini dkk, 2011; Gupta, 2011;

Anusavice, 2013).

Pada desain koping full metal collarless terdapat jarak rerata celah marjinal

yang lebih kecil pada suhu pembakaran 975˚C yaitu sebesar 87,70 µm daripada suhu

pembakaran 950˚C yaitu sebesar 113,05 µm. Pada desain ini terdapat porselen yang

tipis pada permukaan marjinal, hal ini terjadi kemungkinan adanya penyusutan

porselen yang tidak tertopang oleh metal selama proses pembakaran, namun

penyusutan masih dapat dikontrol dengan teknik aplikasi porselen serta kondensasi

yang maksimal untuk memperkecil jarak antara partikel-partikel porselen dan

menghilangkan sejumlah besar cairan dari pasta porselen. Pengurangan jarak antara

partikel akan menghasilkan kepadatan yang maksimum. Dengan pembakaran suhu

975˚C massa yang padat dapat mengurangi penyusutan, sehingga terjadinya distorsi

dan retak juga dapat dicegah melalui rendahnya penyusutan setelah pembakaran.

5.3.3 Pengaruh Suhu Pembakaran 950˚C dan 975˚C Terhadap Adaptasi

Marjinal Mahkota Logam Porselen pada Desain Koping Modified Metal

Collarless

Tabel 4.3.3 Hasil uji t Independent juga menunjukkan pengaruh yang

signifikan antara suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C terhadap adaptasi marjinal

mahkota logam porselen pada desain koping modified metal collarless dengan nilai

p=0,001 (p<0,05), dimana pada suhu pembakaran 975˚C terlihat adaptasi marjinal

lebih kecil daripada suhu pembakaran 950˚C.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 168: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

139

Dari penelitian ini kemungkinan dengan adanya penyatuan partikel-partikel

yang mengisi rongga udara dapat meminimalkan jarak adaptasi marjinal mahkota

logam porselen. Pada suhu pembakaran 950˚C desain modified metal collarless

terdapat jarak rerata celah marjinal yaitu 92,66 µm. Pada suhu pembakaran 975˚C

didapatkan jarak yang lebih kecil dibandingkan dengan suhu pembakaran 950˚C

yaitu 66,71 µm. Hal ini terjadi karena pada suhu pembakaran 975˚C jumlah porositas

semakin berkurang dengan diameter yang lebih kecil. Proses peleburan porselen pada

elemen aloi dan porselen dapat larut, sehingga atom-atom berdifusi secara acak dan

membentuk lapisan oksida. Partikel-partikel porselen yang melebur akan berikatan

pada saat sintering, dan partikel-partikel yang tersintering akan mengalir dan mengisi

rongga yang kosong. Dengan adanya massa yang padat dan tebal pada permukaan

marjinal, maka porositas menjadi berkurang pada saat sintering dan adaptasi marjinal

semakin meningkat. Suhu pembakaran porselen low fusing berkisar 850˚C – 1100˚C,

dimana koefisien kontraksi termal porselen harus sesuai dengan koefisien kontraksi

termal logam (Saini dkk, 2011; Gupta, 2011; Anusavice, 2013)

Pada desain modified metal collarless ini memerlukan ketelitian seorang

tehnisi, dimana koping metal tidak tertopang bahkan lebih pendek 1,5 mm dari

akhiran servikal. Aplikasi lapisan porselen yang dikontrol dengan ketebalan yang

diharapkan 1,5 mm serta tidak melebihi 2,0 mm karena akan rentan terhadap fraktur.

Porselen yang terdapat pada akhiran servikal ini akan membentuk suatu massa padat

yang dapat mengurangi penyusutan pembakaran, distorsi dan retak juga dapat di

cegah melalui rendahnya penyusutan setelah pembakaran sehingga didapatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 169: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

140

adaptasi marjinal yang lebih kecil (Powers dkk., 2006; Al Amri dkk., 2012; Rayyan,

2014).

Analisis dari penilaian visual juga terdapat perbedaan tekstur permukaan

porselen yang dibakar menggunakan suhu pembakaran 950˚C dan 975˚C. Pada

permukaan glazing porselen suhu pembakaran opak 975˚C lebih halus dan mengkilap

dibandingkan tekstur permukaan porselen suhu pembakaran opak 950˚C, dan terlihat

perbedaan warna mahkota logam porselen dari kedua suhu. Suhu pembakaran yang

di tingkatkan terlihat lebih terang dibanding dengan suhu pembakaran standarisasi

pabrik. Sehingga untuk aplikasi klinis, mahkota logam porselen dengan desain

koping modified metal collarless memiliki estetika yang lebih tinggi dan dapat

direkomendasikan untuk pasien yang diindikasikan untuk memakai mahkota logam

porselen pada gigi anterior sebagai restorasi akhir dari suatu perawatan prostodontik,

sehingga diperoleh hasil yang memuaskan bagi dokter gigi maupun pasien.

Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sulitnya

mengontrol ketebalan koping dan porselen dengan aplikasi manual, sehingga dengan

adanya kemajuan teknologi penggunaan CAD/CAM dapat dilakukan untuk hasil

yang maksimal.

Penelitian ini menggunakan aplikasi porselen feldspatic pada daerah servikal

dengan tujuan untuk mengontrol variabel-variabel yang tidak terkendali. Dengan

perkembangan bahan kedokteran gigi yang semakin meningkat, porselen margin

dapat digunakan untuk penelitian berikutnya sehingga diharapkan dapat mengurangi

penyusutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 170: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

1. Nilai rerata celah marjinal mahkota logam porselen dengan desain koping

metal collar suhu pembakaran 950oC adalah 88,97 ± 0,95 µm, dan suhu

pembakaran 975oC adalah 61,69 ± 1,13 µm. Nilai rerata celah marjinal pada

desain koping full metal collarless suhu pembakaran 950oC adalah 113,05 ±

0,93 µm, dan suhu pembakaran 975oC adalah 87,70 ± 0,72 µm. Nilai rerata

celah marjinal pada desain koping Modified metal collarless suhu pembakaran

950oC adalah 92,66 ±1,07 µm, dan suhu pembakaran 975

oC adalah 66,71 ±

1,29 µm.

2. Ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan modified

metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

2.1. Ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

pada suhu pembakaran 950oC dengan nilai p= 0,001 (p<0,05).

2.2. Ada pengaruh desain koping metal collar, full metal collarless, dan

modified metal collarless terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen

pada suhu pembakaran 975oC dengan nilai p= 0,001 (p<0,05)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 171: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

3. Ada pengaruh suhu pembakaran 950oC dan 975

oC terhadap adaptasi marjinal

mahkota logam porselen

3.1. Ada pengaruh suhu pembakaran 950oC dan 975

oC terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada desain koping metal collar dengan

nilai p=0,001 (p<0,05).

3.2. Ada pengaruh suhu pembakaran 950oC dan 975

oC terhadap adaptasi

marjinal mahkota logam porselen pada desain koping full metal collarless

dengan nilai p=0,001 (p<0,05).

3.3. Ada pengaruh suhu pembakaran 950oC dan terhadap adaptasi marjinal

mahkota logam porselen 975oC pada desain koping modified metal collarless

dengan nilai p= 0,001 (p<0,05)

Implikasi klinis dari hasil penelitian ini adalah desain metal collar memiliki

adaptasi marjinal yang paling baik dengan nilai rerata celah marjinal paling kecil

karena terdapatnya logam sebagai penopang untuk memperkuat porselen selama

pembakaran. Desain modified metal collarless memiliki adaptasi marjinal lebih baik

dan masih memenuhi syarat yang dapat diterima klinis, dan dapat direkomendasikan

untuk aplikasi klinis pada kasus–kasus yang memerlukan estetis maksimal.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh desain koping

logam dan suhu pembakaran pada daerah labio-marjinal terhadap kesesuaian

warna dengan shade guide.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 172: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang adaptasi marjinal pada desain

koping menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope).

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penggunaan alat CAD/CAM

dalam mengontrol ketebalan koping dan porselen.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penggunaan porselen marjin pada daerah

labio marjinal terhadap adaptasi marjinal mahkota logam porselen.

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat porositas lapisan porselen

dengan menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 173: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

DAFTAR PUSTAKA

Afroz, S., Chand, P. 2010. Collarless metal ceramic restoration to obscure the umbrella

effect. Indian J dent Res 21(4)

Amarnath GS, Ishita J, Hari AP, Mohammed Hilal, T. Anupama, Mridul Ayush, In

vitro comparison of marginal fit of all metal, porcelain fused to metal and all ceramic

crowns, International J. Biomed Sci, vol.13, no.3, 2017

Al Amri MD, Hammad IA, 2012. Shear bond strength of two forms of opaque porcelain

to the metal substructure, King Saud University Journal of Dental Sciences, Vol.3,pp.

41-8

Anonim. 2012. Scanning Electron Microscope (SEM). http://anita-widynugroho

.blogspot.co.id/2012/04/scanning-electron-microscope-sem.html?m=1 diakses pada 7-

11-2017 pukul 14.46 WIB.

Anusavice, K.J. 2013. Philips’ Science of Dental Materials. 12th Edition, Elsevier

Babu, P.J., Alla, R.K.,V.R., Datla, S.R., Konakanchi, A. 2015. Dental Ceramics : Part

1- An Overview of Composition, Structure, and Properties. American Journal of

Material Engineering and Technology,. 3 (1):13-8.]

Bajaj, Ganesh. B. 2013. A comparative study of the effect of four consecutive firing

cycles on the marginal fit of all: Ceramic crown system and metal ceramic crown

system. J Indian Prosthodontics Society13(3):247-253.

Bergmann, C., Stumpf, A. 2013. Dental Ceramics : Microstructure, properties and

degradation. Springer Heidelberg, New York.

Bhowmik, H., Parkhedkar, R. 2011. A comparison of marginal fit of glass infiltrated

alumina coping fabricated using two different technique and the effect of firing cycles

over them. Department of Prosthodontics, Singhad Dental College and Hospital, Pune,

India.

Bona AD, 2005. Characterizing ceramics and the interfacial adhesion to resin: II-The

relationship of surface treatment, bond strength, interfacial toughness and

fractography, J. Appl Oral Sci, vol.13(2),pp 101-9

Bulbule, N. dan Motwani, B. K. 2014. Comparative study of fracture resistance of

porcelain in metal ceramic restorations by using different metal coping designs: An in

Vitro Study. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 8(11), pp. 123-127.

Comlekoglu, M., Dundar, M., Özcan, M., Gungor, M., Gokce, B. dan Artune, C. 2009.

Influence of cervical finish line type on the marginal adaptation of zirconia ceramic

crowns. Journal of Operative Dentistry, 34(5), pp. 586-592.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 174: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Chatterje, Ujjal. 2012. Margin desain for estetic restoration : An overview.Journal of

Advance Oral Research.

Cheung, KC, Darvell, BW 2001. Sintering of dental porcelain: Effect of time and

temperature on appearance and porosity, Dental Material, vol. 18, pp. 163-173.

Chihargo, Tamin, H.Z. 2017. Role of coping design against fracture resistance of

porcelain in metal porcelain fixed partial denture : A Review. EPRA Journal vol:3.

Craig, R.G. Power J.M. dan Watana, J.C. 2008. Restorative Dental Material, 10th ed.

Mosbi, St Louis,p. 189-229.

Denry, I. dan Holloway, J. A. 2010. Ceramic for Dental Applications : A Review.

Materials, (3), pp. 351-368.

Dessouky R.A. 2015. Marginal adaptation versus esthetics for various dental

restorations: A Review Artickle, EC Dental Science 2.1: 240-246

Fahmy, A.M.2012. Comparison of marginal fit bbetween collarles metal ceramic and

two all ceramic restoration. Faculty of Dentistry, Misr International University, Cairo,

Egypt. Journal of American Science.

Fraunhofer, JA 2010, Dental Materials at a Glance, Wiley-Blackwell, England, pp. 22,

38-45.

Gupta KL, Neeraj Nagpal. 2011. Evaluation of the bond strength of porcelain to non

precious metal copings under different firing atmospheres, Indian Journal of Dental

Sciences, Issue:2,vol:3

Gladwin, Marcia, Bagby, Michael 2009, Clinical aspect of dental materials: theory

practice and cases, 3rd

ed, Wolters Kluwer, pp. 132-143

Hafezeqoran Ali, Roodabeh K, Ali E, Heydar N, Alireza S, 2014. Marginal adaptation

of metal ceramic crowns cast from four different base metal alloys before and after

porcelain aplication, Advences in Bioscience & Clinical medicine, Vol.03, No.02

Hadi, A, Massoumi, F, Mossaei, A 2016. Effect of opaque porcelain thickness on bond

strength of porcelain to Ni-Cr alloys, Journal of Dental School, vol. 34, no. 2, pp. 72-

81.

Handal, Guruprasad P., Walunj, U., Pathare, P., Sonawane, Y., Marathe, A., Shinde, G.

2016. Evaluation of effect porcelain firing on the marginal fit changes of porcelain

fused to metal crown fabricated utilizing two different margin design and two

commercially available base metal alloys. Journal of Research Dentistry 4(3):67-72.

Hatrick, CD, Eakle WS, Bird WF 2011, Dental Materials: clinical applications for

dental assistants and dental hygienists, 2nd

edn, Elsevier, St. Louis, Missouri, hal. 100-

2, 125-6.

Henriques, BAPC 2012, Bond Strength enhancement of metal ceramic dental

restoration by FGM design, PhD thesis, Universidade do Minho escola de Engenharia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 175: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Jalalian H, Bahrani Z 2015. A Comparison review of reability of multiple firing

techniques on the microtensile bond strength in lithium disilicate base ceramic: A

review study, Buletin of environment, Pharmacology and life sciences, vol.4, no.7, pp.

192-6

Jason E. Holden, DMD, Gary R. Goldstein, DDS, Eugene L. Hittelman, MA,EdD, dan

Elizabeth A. Clark, MS. 2008. Comparison of the marginal fit of pressable ceramic to

metal ceramic restoration. Journal of Prosthodontics 18 645-648 by The American

College of Prosthodontics.

Jassim, HH 2013, Evaluation of the shear bond strengths between two alternative metal

alloys and porcelain, MDJ, vol. 10, no. 2, pp. 161-6

Kelly, J.R., Benetti, P. 2011. Ceramic Material in Dentistry: Historical Evolution and

Current Practice. Australian Dental vol 56.

Khmaj, MR 2012, Comparison of metal ceramic bond strengths of four noble alloys

using press on metal (PoM) and conventional layering techniques, Master thesis, The

Ohio State University.

Lopes SC, Valeria O, Joau Manuel DDAR, Monica BL, Osvaldo LB. 2009. Correlation

between metal ceramic bond strength and coefficient of linear thermal expansion

difference. J Appl Oral Sci, 17(2): 122-8

Manappallil, J. J. 2010. Basic Dental Materials.3rd

ed. New Delhi: Jaypee Brothers

Medical Publishers (P) Ltd, pp. 479-93.

McCabe, J.F., Walls, Angus W.G. 2008. Applied Dental Material : 9 ed. Blackwell

publishing Ltd. Oxford, United Kingdom.

Monaco Carlo, Martin Rosentritt, Altin Liikajec, Paolo Baldisra, Roberto Scotti, 2016.

Marginal adaptation, gap width, and fracture strength of teeth restored with different all

ceramic vs metal ceramic crown system: An in vitro study, European Journal of

Prosthodontic and Restorative Dentistry, vol.24. pp. 130-137

Naik, A. V., Jurel, S. K. dan Gupta, D.S. 2011. Difference between shade guides and

fired porcelain - A Comparative Study. Journal of Indian Dental Sciences;3(2).

Nawafleh Noor A, Mack F, Evan J, Mackay J, Hatamleh MM. 2013. Accuracy and

reability of methods to measure marginal adaptation of crowns and FDPs: A Literature

Review. J Prosthodont,22(5):419-428

Notoatmodjo S 2010. Metodologi penelitian kesehatan, edisi revisi cetakan pertama.

Rineka Cipta, jakarta

Olivieri, KAN, Neisser, MP, Bottino MA, Miranda ME 2005. Bone characteristics of

porcelain fused to cast and milled titanium. Braz j Oral Sci, vol.4, no.15,pp 923-8

O`Brien.WJ 2002. Text Book of Dental Material and Their Selction, 3rd

ed, Quint.

Publish. Co, Inc, USA, pp. 44-68, 345-381

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 176: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Patil Abhijit, Kishan Singh, Sukant Sahoo, Suraj Suvarna, Prince Kumar, Anupam

Singh, 2013. Comparative assessment of marginal accuracy of grade II titanium and Ni-

Cr alloy before and after ceramic firing: An in Vitro Study, Eur J Dent, vol.7(3),pp 272-

7

Paniz G, Yongjeong K, Haythem A, Hiroshi H, 2011. Influence of framework design

on the cervical color of metal ceramic crowns. Jprosthet Dent. 106: 310-318

Prado, RA, Panzeri, H, Neto, AJF, Neves FD, Silva, MR, Mendonca, G 2005. Shear

bond strength of dental porcelains to nickel chromium alloys, Brazilian Dental Journal,

vol. 16, no. 3, pp. 202-6

Pradies G, Cristina Zarauz, Arelhys V, Alberto F, Fransisco MR, 2014. Clinical

evaluation comparing the fit of all ceramic crowns obtained from silicon and digital

intraoral impressions based on wavefront sampling technology. Elsevier.JJOD.2396.1-8

Prakash, M.P., D’Souza, Col DSJ., Kumar, Lt Col Manjit., Viswabaran, Col M. 2011.

Effect of firing cycle and surface finishing on the sag resistence of long-span metal

ceramic framework using base metal alloys – An In Vitro Study. MJAFI Vol 68 No.2.

Qiu, J, Yu, WQ, Zhang, FQ, Smales, RJ, Zhang, YL, Lu, CH 2011. Corrosion behavior

and surface analysis of a Co-Cr and two Ni-Cr dental alloys before and after simulated

porcelain firing, Eur J Oral Sci, vol. 119, pp. 93-101.

Polansky R, A. Heschi, G. Arnetzi, M. Haas, W. Wegscheider, 2010. Comparison of the

marginal fit of different all ceramic and metal ceramic crown system: An In Vitro

Study, J. Stomat. Occ. Med, vol.3, pp. 106-110

Powers, J. M. dan Sakaguchi, R. L. 2006. Craig’s Restorative Dental Materials. 12th

ed,

St. Louis: Mosby Elsevier, Missouri.

Rayyan MM. 2014. Effect of multiple firing cycles on the shear bond strength and

failure mode between veneering ceramic and zirconia cores. Egyption Dental Journal,

Vol. 60, No. 3, pp.3325-33

Rosenstiel, Land, Fujimoto. 2016. The Book of Contemporary Fixed Prosthodontics, 5th

ed.

Rokni, SR, Baradaran, H 2007. The effect of oxide layer thickness on bond strength of

porcelain to Ni-Cr alloy, Journal of Mashhad Dental School, no. 31, pp. 17-21

Rathi S, Parkash H, Chittaranjan B, and Bhargava A, Oxidation heat treatment affecting

metal-ceramic bonding, J Indian Den. Res. 2011;22(6)

Saini Monica, Yashpal S, Arvind T,Saumyendra VS, 2011. Effect of firing

temperatures on interface of porcelain fused to metal restorations: An in vitro study,

Indian J Stomatol:2(4): 222-26

Sakaguchi, R.L., Powers, J.M. 2012. Craig’s Restotative Dental Materials. 13th ed.

Elsevier Mosby, Philadelphia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 177: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Sayed NM, 2015. Shear bond strength and failure mode between veneering ceramic and

metal cores after multiple firing cycles, Egyption Dental Journal, Vol. 61, pp 659-66

Sembiring, N.P., Tamin, H.Z., Nasution, M.I. 2017. Effect of temperature and number

of opaque porcelain firing on bond strength of metal ceramic fixed partial denture.

IOSR Journal of Dental and Medical Sciences Vol. 16 PP 20-25.

Sinamo, S 2015. Pengaruh ketebalan lapisan opak dengan lapisan dentin terhadap

kesesuaian warna pada mahkota keramik logam, Tesis, hal. 112

Shillingburg, H.T, Sather, DA, Wilson, EL, Cain, JR, Mitchell, DL, Blanco, LJ,

Kessler, JC 2012. Fundamental of Fixed Prostodontics, 4th

ed, Quintessence Publishing

Co, USA, pp. 455-483.

Shirakura Akihiko, Heeje Lee, Alessandro Geminiani, Carlo Ercoli, Changyong Feng,

2009. The influence of veneering porcelain thickness of all ceramic and metal ceramic

crowns on failure resistance after cyclic loading. J Prosthet Dent, vol.101(2)

Singh, D., Nishad, S.G., Sharma, M., Sareen, A. 2014. Marginal integrity of metal

coping of various porcelain fused to metal alloys using different ring casting technique:

A Systematic Literature Review. Europan Journal of Prosthodontics, vol 2.

Swati, Sikka., Chowdhary, R. Patil, P.S. 2010. Marginal strength of collarless metal

ceramic crown. International Journal of Dentistry Vol.2010.

Tripathi, A., Bagchi, S., Singh, J., Gaurav, V., Negi, M.P.S. 2016. Effect of different

firing temperature on structural changes in porcelain. Journal of Prosthodontics,

American College of Prosthodontics.

Tripathi, A., Bagchi, S., Singh, J. 2016. Effect of firing temperature at the porcelain-

metal alloy interface in porcelain fused to metal restoration. A SEM/EDS Study.

American College of Prosthodontics.

Vernekar, N.V., Jagadish, P.K., Diwakar, S. Nadgir, R. Krishnarao, M.R. 2011.

Alternate metal framework design for the metal ceramic prosthesis to enhance the

esthetics. The Korean Academy of Prosthodontics; 3:113-8.

Wood, MC 2007. A comparison of debonding strengths of four metal ceramic systems

with and without opaque porcelain. Thesis. Dent Med. University off Connecticut.

Yoon JW, Jae-ho Y, Jung SH, Jaebong L, 2005. A Study on the marginal fit of

collarless metal ceramic fixed partial dentures, J Korean Acad Prosthodont: vol.43,

No.6

Yoon, JW., Kim, SH., Lee, JB., Han, JS., Yang, JH. 2010. A study on the fracture

strength of collarless metal ceramic fixed partial denture. The Korean Academy of

Prosthodontic.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 178: PENGARUH DESAIN KOPING DAN SUHU PEMBAKARAN TERHADAP ...

Zhang S, S, Yushu, DW, Liu, BX, Sun, B, Yan, CZ, Hao, L, Wei, QS, Shi, YS 2015.

Effect of firing temperature on the metal to ceramic bond strength of a porcelain fused

to metal restoration of a C0-Cr alloy by means of selective laser melting (SLM), Laser

in Eng, vol. 31, pp. 195-209

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA