Jurnal PI Hubungan Stres Dengan Mekanisme Koping

download Jurnal PI Hubungan Stres Dengan Mekanisme Koping

of 24

Transcript of Jurnal PI Hubungan Stres Dengan Mekanisme Koping

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hayurkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Adapun makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Ilmiah Literature Review Di dalam makalahh ini tim penulis memilih tema hubungan ansietas dengan mekanisme koping.

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ansietas atau kecemasan merupakan fakta hidup, individu bereaksi secara berbeda terhadap stressor bergantung pada berbagai faktor yang salah satunya oleh bagaimana individu memaknai peristiwa yang menimbulkan ansietas tersebut (stressor). Manajemen koping, daya psikologis, optimisme, dukungan sosial, merupakan faktor psikologis yang dapat mengurangi atau menahan stress. Ansietas dapat terjadi dimanapun dan pada siapapun. Dalam keadaan cemas seseorang cenderung lebih cepat marah dan sangat sensitif dan mudah putus asa. Pengaruh pada kognitif dan emosi ini akan menyokong terjadinya perubahan perilaku yang meliputi penurunan penurunan minat dan aktivitas, penurunan energi, tidak mau masuk kerja, cenderung melemahkan tanggung jawab. Dalam menghadapi kecemasan, setiap individu akan melakukan mekanisme koping untuk pertahanan dirinya. Mekanisme koping yang dilakukan dapat bersifat adaptif atau maladaptif. Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi (Sulistiawati, 2005). Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi.mereka bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada. Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan

perubahan, serta respon terhadap situasi yang me ng a nc a m ( Ke l i a t , 1 9 9 9 ) . S e d a n g k a n m e n u r u t L a z a r u s ( 1 9 8 5 ) , k o p i n g adalah perubahan kognit if dan

perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah caara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Di dalam makalah ini tim penulis akan membahas dan membandingkan beberapa jurnal yang berhubungan dengan ansietas dan mekanisme koping individu secara meluas. Jurnal yang akan di bahas antara lain : Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSU Pandan Arang Boyolali, Anxiety and Depressive Symptoms and Coping Strategies in Nasopharyngeal Carcinoma Patients in Hospital Kuala Lumpur, dan Personality Disorders and Coping Among Anxious Older Adults.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu : Apakah ada hubungan antara tingkat ansietas dengan mekanisme koping yang dilakukan oleh individu?

C. Tujuan

Tujuan dari telaah jurnal ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkatan ansietas dengan tipe mekanisme koping yang dilakukan individu dalam menghadapi kecemasan tersebut serta untuk menentukan aplikasi keperawatan dalam mennghadapi ansietas dalam masing-masing jurnal.

BAB 2 KRITIK ARTIKEL

A. Pembahasan

Pada jurnal pertama yang berjudul Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSU Pandan Arang Boyolali yang ditulis oleh Atina Inayah Ihdaniyati dan Winarti Nur A pada tahun 2008 seluruh komponen yang ada didalam jurnal sudah cukup lengkap. Didalam jurnal ini penulis mencantumkan dua tujuan untuk menulis jurnal tersebut yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penulis pada jurnal ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif di RSU Pandan Arang Boyolali. Sedangkan tujuan khusus penulis dibagi menjadi dua yaitu untuk mengetahui gambaran tingkatan kecemasan pada pasien gagal jantung kongestif dan untuk mengetahui mekanisme kopining yang digunakan pasien gagal jantung, apakah adaptif atau maladaptive. Pasien dengan gagal jantung sering merasa cemas, ketakutan dan depresi. Didalam abstrak dan pendahuluan jurnal ini dijelaskan bahwa kecemasan yang dialami pasien gagal jantung kongestif disebabkan karena mereka yang mengalami keadaan sulit untuk bernapas dan nyeri dada. Kecemasan yang terjadi pada kebanyakan pasien gagal jantung bervariasi, mulai dari kecemasan ringan hingga kecemasan berat. Hal ini dikarenakan mereka mengalami kesulitan mempertahankan oksigenasi yang adekuat sehingga mereka cenderung sesak nafas dan gelisah. Kecemasan yang dialami ketika terjadi serangan adalah kecemasan berat sehingga memerlukan bantuan untuk oksigenasi dan konseling yang tepat. Hampir semua pasien menyadari bahwa jantung adalah organ yang penting dan ketika jantung mulai rusak maka kesehatan juga terancam. Ketika penyakitnya meningkat dan manifestasinya memburuk, pasien sering memiliki ketakutan yang berlebihan karena cacat permanen dan kematian. Para pasien mengekspresikan ketakutan dengan berbagai cara seperti mimpi buruk, insomnia, kecemasan akut, depresi dan memungkiri kenyataan. Terkadang kecemasan dapat terlihat dalam bentuk lain, seperti sering bertanya tentang penyakitnya dan berulang meskipun

pertanyaan sudah dijawab, pasien terlihat gelisah, sulit istirahat dan tidak bergairah saat makan. Tingkat dan respon kecemasan yang ditunjukkan pada pasien gagal jantung kongestif berbeda-beda, mereka dapat merespon kecemasan yang datang dengan melakukan mekanisme koping yang adaptif dan mekanisme koping maladpatif. Jenis penelitian pada jurnal ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan rancangan deskriptif korelatif yaitu rancangan penelitian yang bermaksud untuk mencari hubungan antara dua variabel. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional karena pengumpulan data kedua variabel dilaksanakan dalam waktu bersamaan atau dalam satu waktu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien Gagal Jantung Kongestif yang mengalami kecemasan pada bulan Februari-Maret 2008 dengan rata-rata pasien perbulan sebanyak 18 pasien. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Aksidental sampling. Analisa data dilakukan secara univariat untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, tingkatan penyakit, tingkat kecemasan dan mekanisme koping. Sedangkan analisa bivariat menggunakan Kendal tau-b dengan uji signifikansi menggunakan uji z. Di dalam jurnal, penulis membuat dua buah table sebagai hasil penelitian yang telah ditemukan oleh penulis. Dimana tabel tersebut terdiri dari dua jenis. Tabel pertama adalah table hasil hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping dan table kedua merupakan table hasil uji normalitas. Di dalam tabel, diambil sampel sebanyak 30 pasien dengan gagal jantung kongestif yang mengalami kecemasan menunjukkan bahwa pasien yang mempunyai kecemasan tingkat ringan melakukan mekanisme koping adaptif sebanyak 5 orang (16,7%), dan tidak ada yang melakukan mekanisme koping maladaptif. Pasien dengan kecemasan tingkat sedang yang melakukan mekanisme koping adaptif sebanyak 20 orang (66,7%), dan tidak ada yang melakukan mekanisme koping maladaptif. Pasien yang mempunyai kecemasan tingkat berat melakukan mekanisme koping maladaptif sebanyak 5 orang 16,7%) dan tidak ada yang melakukan mekanisme koping adaptif. Sedangkan pada table hasil uji normalitas yang menggunakan system SPSS 10.0 diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,745 dengan probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Dari 5 responden yang mengalami kecemasan ringan, semuanya belum pernah dirawat dengan penyakit yang sama, sehingga kerusakan organ jantung belum terlalu parah. Pasien dengan kecemasan ringan masih mampu mengendalikan mekanisme koping untuk menurunkan kecemasannya. Jadi ketika terjadi serangan sesak nafas dan nyeri dada, mereka segera memeriksakan diri ke dokter atau rumahsakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Sebanyak 20 responden yang mengalami kecemasan sedang mereka mengalami sesak nafas, tekanan darah naik dan denyut nadi yang cepat. Dalam penelitian ini responden yang mengalami kecemasan sedang mampu melakukan mekanisme koping yang adaptif dikarenakan mereka mendapat ketenangan batin dari dukungan keluarga yang kuat supaya lekas sembuh. Sedangkan 5 responden yang mengalami kecemasan berat, kesemuanya sudah pernah mengalami gagal jantung dan dirawat di rumah sakit. Kelima responden tersebut semuanya melakukan mekanisme koping yang maladaptif. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan mekanisme koping individu dengan memberikan dukungan emosi dan saran-saran mengenai strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan mengajak orang lain berfokus pada aspekaspek yang lebih positif. Pasien gagal jantung dengan kecemasan sedang mengharapkan dukungan berupa dukungan emosi, saran dan informasi dari keluarga dan petugas kesehatan (dokter dan perawat) yang berkaitan dengan penyakitnya. Sehingga selain pengobatan medis adanya dukungan sosial yang positif akan membantu seseorang untuk beradaptasi lebih baik secara emosional dengan mencegah perasaan cemas dan sedih yang berlarut-larut terhadap penyakit. Selain mendapat dukungan dari keluarga, pasien gagal jantung kongestif yang mengalami kecemasan sedang juga melakukan pendekatan religius dengan cara berdzikir, berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing dan melakukan sholat meskipun dengan berbaring. Dengan melakukan pendekatan religius tersebut, kebanyakan pasien dapat merasakan ketenangan batin sehingga mampu mengendalikan kecemasannya dan melakukan mekanisme koping yang adaptif. Pada jurnal kedua yang berjudul Anxiety and Depressive Symptoms and Coping Strategies in Nasopharyngeal Carcinoma Patients in Hospital Kuala Lumpur yang ditulis

oleh KO Noor Jan Naing, AA Noor Azilah, I Nooriny, CH Tan, YY Yeow, dan A Hamidin pada tahun 2010 bertujuan untuk membandingkan tingkat symptom kecemasan yang dialami oleh pasien yang mengalami kanker nasofaring dan pasien yang tidak mengidap kanker serta jurnal ini bertujuan untuk meningkatkan strategi penyembuhan dan menurunkan tingkat kecemasan bagi pasien yang mengalami kanker nasofaring. Pada pendahuluan dijurnal kedua dijelaskan bahwa pasien yang megidap kanker biasanya menghadapi gangguan psikologi dibandingkan dengan pasien lain. Hal ini ditunjukkan besarnya jumlah pasien yang tidak dapat mengontrol kecemasan yang dialaminya selama mejalani sejumlah perawatan sehingga proses penyembuhan yang diinginkan tidak tercapai. Proses perawatan yang tidak biasa dan juga panjang bagi pasien kanker juga berkontribusi dalam meningkatkan tingkat emosional didalam diri para penderita kanker. Dengan adanya penelitian yang dilakukan diharapkan dapat membantu untuk mendapatkan sutu teknik perawatan yang baru dan menarik bagi penderita kanker tanpa membuat pasien itu sendiri merasa cemas. Metode penelitian pada jurnal ini menggunakan penelitian yang objektif menentukan jenis-jenis/symptom kecemasan dan depresi, dengan membandingkan tingkat mekanisme koping yang dilakukan pasien dengan kanker dan pasien dengan non kanker dan juga mengukur hubungan antara tingkat kecemasan dan depresi. Metode yang digunakan pada jurnal ini juga menggunakan pendekatan cross sectional dimana sampel yang diambil adalah seluruh pasien di ruang Radiotherapy and Oncology Department dan Ear, Nose, and Throat Department (ENT) di Kuala Lumpur Hospital periode 12-29 May 2008 dan juga pasien yang tidak mengalami kanker. Metode pengukuran menggunakan dua versi kusioner yaitu Malaysia dan Inggris yang dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama disebut dengan socio-demographic data yang terdiri dari informasi pribadi dan data kesehatan yang harus diisi. Sesi kedua yaitu Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), dan sesi yang ketiga yaitu COPE kuesioner. Data yang telah dihasilkan akan dianalis menggunakan system SPSS ver 16 serta menggunakan uji t. Hasil penelitian pada jurnal ini dari total 26 pasien NPC dan 35 pasien ENT yang diterima selama penelitian hanya 22 pasien NPC dan 30 pasien dari grup berbeda setuju ikut berpartipasi dalam penelitian. Dimana terdapat sebesar 72.7% NPC pasien umur 40-59 tahun

dan sebesar 46.7% NPC pasien berumur 20-39 tahun. NPC memiliki jumlah kecemasan yang tinggi dimana pria China berumur 40-59 tahun dan juga penghasilan dan tingkat pendidikan yang rendah. Dilihat dari hubungan socio demoghrapic di kelompok NPC, pasien keturunan China menunjukkan tingkat depresi yang tingggi, pasien dengan jumlah pendapatan yang rendah juga mengalami tingkat depresi yang tinggi, sedangkan pada pasien dengan tingkat pendidikan yang rendah mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi. Sementara itu, kedua sampel penelitian juga menggunakan mekanisme koping yang berbeda dimana kelompok NPC menggunakan mekanisme koping dukungan keluarga dan grup lain menggunakan mekanisme koping keyakinan/agama. Selain itu strategi koping dengan menggunakan dukungan instrumental (use of instrumental support) menunjukkan penurunan tingkat kecemasan pada pasien. Sementara itu strategi koping dengan humor menunjukkan penurunan tingkat depresi tetapi koping yang menggunakan self-blame menunjukkan peningkatan kecemasan dan depresi. Self-Blame strategy menunjukkan hasil yang kuat dan positif dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan depresi pasien. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan metode ini memberikan efek yang negatif didalam diri pasien itu sendiri yang dapat merusak proses penyembuhan karena pasien tidak dapat mengontrol stres psikologikal. Sementara dengan strategi humor menunjukkan tingkat depresi pasien berkurang/menurun. Hal ini mungkin dikarenakan humor dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan terapeutik untuk depresi. Kebanyakan gangguan psikologi dialami oleh pasien wanita dibandingkan dengan pasien pria. Pada jurnal ketiga yang berjudul Personality Disorders and Coping Among Anxious Older Adults yang ditulis oleh Frederick L. Coolidge,Ph.D, Daniel L. Segal,Ph.D, Julie N. Hook, M.A, dan Sharon Stewart, B.A pada tahun 2000 bertujuan untuk menguji hubungan antara kecemasan, gangguan kepribadian, dan strategi koping yang digunakan pada pasien dengan usia dewasa tua yang mengalami kecemasan, dewasa tua yang tidak cemas, dan dewasa awal yang mengalami kecemasan. Komorbiditas yang dialami antara ganggguan psikiatrik dan gangguan personality merupakan masalah yang luas dan kesempatan yang menentukan bagi ahli kesehatan yang mendiagnosa ataupun merawat pasien dengan gangguan multiple ataupun kompleks. Didalam pendahuluan jurnal ketiga, penulis menyebutkan bahwa metode yang digunakan

pada jurnal ini menggunakan evaluasi komprehensif dimana sampel yang digunakan adalah usia dewasa tua yang mengalami kecemasan, dewasa tua yang tidak cemas, dan dewasa awal yang mengalami kecemasan. Diamana sampel usia dewasa tua diambil dari anggota keluarga atau teman di kelas psikologi atau pusat senior local. Dimana partisipan usia dewasa tua dibagi menjadi dua yaitu yang mengalami kecemasan dan juga yang tidak berdasarkan skor Brief Symptomp Inventory (BSI)anxiety scale. Dewasa tua dengan rentang umur 55-89 tahun dan dewasa tua yang tidak mengalami kecemasan dengan rentang umur 55-79 tahun. Sementara untuk dewasa awal, sampel diambil dari peserta undergraduted dari kelas psikologikal sebanyak 276 orang. Sementara itu, penelitian ini menggunakan tiga metode pengukuran yaitu The Brief Inventory Symptomp (BSI) yang digunakan sebagai alat pengukur tingkat kecemasan dimana yang terdiri sari 53 item dan skala skor dari Sembilan simptomp serta peserta yang berpartisipasi merespon keseluruhan item dengan menggunkan skala lima poin . BSI biasanya digunakan sebagai klinikal practice dan juga penelitian. Kedua yaitu The Coping Orientation to Problems Experienced Scaleskala teoritis yang digunakan untuk melakukan pengukuran 60 item diri dimana COPE Scale terdiri dari tiga grup utama skal lima untuk setiap grup dan empat item untuk setiapa skala. Terakhir yaitu The Coolidge Axis II Inventory adalah 225 item laporan pengukuran diri dimana setiap responden menggunakan 4 poin skala Likert dengan skala mulai dari sangat benar sampai sangat tidak benar. Hasil yang ditunjukkan pada penelitian jurnal ini yaitu terdapat perbedaan antara mekanisme koping yang dilakukakn orang-orang usia dewasa tua dan dewasa awal ketika mengalami stress. Dimana mekanisme koping yang dilakukan tergantung pada sifat dari individu-individu tersebut.

B.

Kelebihan dan kekurangan

Maka dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis jurnal pertama,kedua, dan ketiga, kami menemukan beberapa kelebihan dan kekurangan pada jurnal tersebut. Menurut tim penulis, kelebihan pada jurnal pertama, penelitian dilakukan pada lingkup yang jelas, dimana sampel yang diambil adalah pasien dengan gagal jantung kongestif yang dirawat di

RSU Pandan Arang Boyolali pada periode waktu Maret-Februari 2008 dan juga hasil penelitian menunjukkan hasil yang sama dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS 10. Begitu juga pada jurnal kedua, dimana penelitian dilakukan di Kuala Lumpur Hospital, dengan menggunakan perbandingan dua sampel yaitu pasien yang

mengalami kanker dan pasien yang tidak mengalami kanker periode 12-29 May 2008. Dalam kedua jurnal ini juga menunjukkan hasil bahwa kecemasan yang dialami pasien terdiri dari tiga tingkatan yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, dan kecemasan berat. Namun dalam kedua jurnal tidak dijelaskan seperti apa tingkat kecemasan tersebut. Dan juga pada jurnal pertama dan kedua tidak disebutkan tingkatan umur pasien yang mengalami kecemasan sehingga dalam kedua jurnal tersebut bisa dikatakan sampel yang diambil masih terlalu sempit atau kecil. Sedangkan pada jurnal ketiga sampel yang diambil sudah cukup luas dimana pasien yang mengalami kecemasan berada pada usia dewasa awal dan dewasa tua. Untuk mekanisme koping pada jurnal pertama hanya menggunakan strategi koping berupa dukungan keluarga dan religi. Kemudian pada jurnal kedua ditambahkan strategi koping yang dapat dilakukan tidak hanya dukungan keluarga dan religi setiap diri individu namun juga dapat digunakan dukungan instrumental dan humor. Serta didalam jurnal pertama dan kedua terdapat juga factor yang sama yang dapat meningkatkan tingkat kecemasan yaitu factor psikologi. Dan didalam jurnal kedua juga ditambahkan factor yang dapat meningkatkan tingkat stress dan deperesi yaitu factor etnis demografi. Dimana orang yang beretnis China mengalami tingkat kecemasan yang tinggi dibandingkan orang yang beretnis Melayu dan juga terdapat factor sosial dimana orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah lebih mudah mengalami kecemasan dan depresi dibandingkan dengan orang yang berpendidikan tinggi serta factor ekonomi dimana orang yang memiliki penghasilan yang rendah lebih sering mengalami ansietas.

C. Kesimpulan

Dari ketiga jurnal yang kami dapat dapat kami simpulkan bahwa ketiga jurnal memiliki pembuktian bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkatan ansietas dengan mekanisme koping individu dalam menghadapi kecemasan.

Dimana dalam jurnal pertama menunjukkan bahwa terdapat tiga tingkatan ansietas dengan masing-masing tingkatan melakukan mekanisme koping sebagai berikut : ansietas ringan dan sedang melakukan koping adaptif dan ansietas berat melakukan kopingg maladaptif. Sedangkan pada jurnal kedua juga menemukan hubungan yang menunjukkan bahwa depresi dan ansietas beerat pada diri seseorang membuat individu tersebut melakukan mekanisme koping maladaptif. Serta pada jurnal ketiga juga menunjukkan adanya perbedaan mekanisme koping yang dilakukan oleh masing-masing individu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ketiga jurnal telah menemukan hubungan antara tingkatan ansietas dengan mekanisme koping individu dalam menghadapi kecemasan.

BAB 3 APLIKASI DALAM KEPERAWATAN

Pada ketiga jurnal, tim penulis menyarankan peran perawat dalam mengatasi ansietas pasien untuk lebih ditekankan pada pemberian konseling sehingga pasien dapat mengendalikan kecemasannya dan melakukan koping yang bersifat konstruktif. Perawat juga harus memvalidasi pasien tentang perasaan cemasnya dari asumsi yang ada. Dalam melakukan hal ini, dapat digunakan pertanyaan terbuka, serta kaitkan perilaku klien dengan perasaan klien. Tindakan lainnya, dorong klien untuk melakukan koping adaptif yang efektif serta bantu klien untuk mengidentifikasi cara untuk membangun kembali pikiran positif, perilaku adaptif, penggunaan sumber-sumber koping, dan menguji respon koping yang ada.

BAB 4 LAMPIRAN

Jurnal 1

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALIAtina Inayah Ihdaniyati (Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan FIK UMS Jln A. Yani Tromol Post I Kartasura) & Winarsih Nur A. (Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln Ahmad Yani Tromol Pos 1 Kartasura) Keyword: anxiety level, coping mechanism, congestive heart failure.

Abstract Background : Anxiety on congestive heart failure patient resulted because they experience out of breath and chest pain so they tend to concerned. Anxiety could motivate the individual to appropriate with to stressor and conduct an action to correct it. Coping mechanism is the result of an individual action to face of the stressor. When individual could face the stressor very well, it will deliver the adaptive coping. But when individual unable to find the good solution, it will conduct the maladaptive coping. Target of research : To know the relation between anxiety level with the coping mechanism on congestive heart failure patient. Research method : This Research has the non-experimental character with the descriptive method of correlation use the cross sectional approach. Sampling techniques which used are accidental sampling with the total samples are 30 responders. Validity test use the Product Moment test and reliability test use the Alpha Cronbach test. For data analysis, it uses the Kendal tau-b test with test of normality data use the z test. Result of research : Result of Kendal tau-b correlation analysis indicate that the count value equal to -0,745 with the probability 0,000 (p z table . The results indicate that there is a capable and significant of negative relation between anxiety level with the coping mechanism.

Pendahuluan Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya terutama pada lansia. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan bahwa kejadian gagal jantung per tahun pada orang berusia > 45 tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000 orang perempuan. Di Amerika hampir 5 juta orang menderita gagal jantung (Sani, 2007). Insiden penyakit gagal jantung di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meskipun pengobatan gagal jantung kian maju tetapi angka kematiannya masih saja tinggi yaitu 40 %. Ada kecenderungan peningkatan jumlah penderita gagal jantung dari tahun ke tahun, bahkan dalam kurun waktu 6 bulan pada tahun 2007 jumlahnya terus saja meningkat (Wikipedia, 2007). Pasien gagal jantung mengalami peredaran darah sistemik dan sirkulasi yang berjalan lambat. Pemindahan O2 dan CO2 dalam paru-paru berlangsung sukar, seluruh organ dan jaringan tubuh tidak dapat dipenuhi kebutuhannya akan oksigen dan zat-zat makanan. Terjadi awitan kesulitan nafas mendadak dan perasaan tercekik (Rilantono, 2004). Kecemasan yang terjadi pada kebanyakan pasien gagal jantung dikarenakan mereka mengalami kesulitan mempertahankan oksigenasi yang adekuat sehingga mereka cenderung sesak nafas dan gelisah (Smeltzer,2001). Kecemasan yang dialami ketika terjadi serangan adalah kecemasan berat sehingga memerlukan bantuan untuk oksigenasi dan konseling yang tepat. Pasien dengan gagal jantung sering merasa cemas, ketakutan dan depresi. Hampir semua pasien menyadari bahwa jantung adalah organ yang penting dan ketika jantung mulai rusak maka kesehatan juga terancam. Ketika penyakitnya meningkat dan manifestasinya memburuk, pasien sering memiliki ketakutan yang berlebihan karena cacat permanen dan kematian. Para pasien mengekspresikan ketakutan dengan berbagai cara seperti mimpi buruk, insomnia, kecemasan akut, depresi dan memungkiri kenyataan (Black, 2005). Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang (Ramaiah, 2003). Teori psikoanalitis klasik menyatakan bahwa pada saat individu menghadapi situasi yang dianggapnya mengancam, maka secara

umum ia akan memiliki reaksi yang biasanya berupa rasa takut. Kebingungan menghadapi stimulus yang berlebihan dan tidak berhasil diselesaikan oleh ego, maka ego akan diliputi kecemasan. Kecemaan sebagai syarat bagi ego untuk melakukan tindakantindakan yang tepat (Zaviera, 2007). Pasien gagal jantung banyak yang mengalami kecemasan. Kecemasan tersebut bervariasi dari kecemasan ringan sampai dengan kecemasan berat. Kecemasan yang dialami pasien mempunyai beberapa alasan diantaranya : cemas akibat sesak nafas, cemas akan kondisi penyakitnya, cemas jika penyakitnya tidak bisa sembuh, cemas dan takut akan kematian. Terkadang kecemasan dapat terlihat dalam bentuk lain, seperti sering bertanya tentang penyakitnya dan berulang meskipun pertanyaan sudah dijawab, pasien terlihat gelisah, sulit istirahat dan tidak bergairah saat makan. Pada pasien gagal jantung kongestif, perilaku koping yang kurang baik akan dapat memperparah kondisi pasien seperti pasien akan gelisah yang berlebihan sampai berteriakteriak, sesak nafas, tekanan darah meningkat, denyut nadi cepat dan tidak patuh dalam pengobatan sehingga penyakitnya tidak kunjung sembuh. Selain itu pasien mengalami gangguan dalam istirahat, terkadang terjadi halusinasi. Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif di RSU Pandan Arang Boyolali. Tujuan secara khusus : 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung kongestif. 2. Untuk mengetahui mekanisme koping yang digunakan pasien gagal jantung apakah adaptif atau maladaptif.

Kecemasan Kecemasan adalah pengalaman emosi yang tidak menyenangkan, datang dari dalam dan bersifat meningkat, menggelisahkan dan menakutkan yang dihubungkan dengan suatu ancaman bahaya yang tidak diketahui oleh individu. Perasaan ini disertai oleh komponen somatik, fisiologik, otonomik, biokimiawi, hormonal dan perilaku (Prawirohusodo, 1998). Tingkat kecemasan yang dikemukakan oleh Townsend (2005) ada empat tingkat yaitu : 1. Kecemasan Ringan : berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan seharihari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada. Manifestasi yang muncul

pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, kesadaran meningkat, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai dengan situasi. 2. Kecemasan Sedang : Manifestasi yang muncul pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, mampu untuk belajar namun tidak terfokus pada rangsang yang tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis. 3. Kecemasan Berat : Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi. 4. Panik : Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriakteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi. Panik dapat menagakibatkan peningkatan motorik, penurunan kemampuan

berhubungan dengan orang lain dan tidak mampu berfikir rasional.

Mekanisme Koping Menurut Kelliat (1999) koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam. Mekanisme koping ada dua macam : 1. Mekanisme koping adaptif adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat positif, rasional, dan konstruktif. 2. Mekanisme koping maladaptif adalah suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan yang bersifat negatif, merugikan dan destruktif serta tidak dapat menyelesaiakan masalah secara tuntas.

Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer, 2001). Penyebab gagal jantung antara lain : kelainan otot jantung, penyakit jantung lain, dan faktor sistemik. Manifestasi Klinik : Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru yang dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan edema perifer umum dan perubahan berat badan.

Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan rancangan deskriptif korelatif yaitu rancangan penelitian yang bermaksud untuk mencari hubungan antara dua variabel. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional karena pengumpulan data kedua variable dilaksanakan dalam waktu bersamaan atau dalam satu waktu (Nursalam, 2003). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien Gagal Jantung Kongestif yang mengalami kecemasan pada bulan Februari-Maret 2008 dengan rata-rata pasien perbulan sebanyak 18 pasien. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Aksidental sampling. Analisa data dilakukan secara univariat untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, tingkatan penyakit, tingkat kecemasan dan mekanisme koping. Sedangkan analisa bivariat menggunakan Kendal tau-b dengan uji signifikansi menggunakan uji z.

Hasil Penelitian Hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien Gagal Jantung Kongestif dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Mekanisme Koping Tingkat Kecemasan Ringan Sedang Berat Mekanisme Koping Adaptif 5 20 0 Mal Adaptif 0 0 5 N 5 20 5 - 0,745 P Value 0,000

Pada tabel 1 diketahui pasien yang mempunyai kecemasan tingkat ringan melakukan mekanisme koping adaptif sebanyak 5 orang (16,7%), dan tidak ada yang melakukan mekanisme koping maladaptif. Pasien dengan kecemasan tingkat sedang yang melakukan mekanisme koping adaptif sebanyak 20 orang (66,7%), dan tidak ada yang melakukan mekanisme koping maladaptif. Pasien yang mempunyai kecemasan tingkat berat melakukan mekanisme koping maladaptif sebanyak 5 orang (16,7%) dan tidak ada yang melakukan mekanisme koping adaptif. Uji normalitas data menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Cara menguji normalitas yaitu dengan membandingkan probabilitas (p) yang diperoleh dengan taraf signifikansi ( ) 0,05. Apabila nilai p > maka terdistribusi normal atau sebaliknya (Singgih,

2000: 179). Hasil uji normalitas masing-masing variabel dengan program SPSS 10.0 terhadap nilai residual diperoleh nilai probabilitas di atas 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi secara normal ( p > 0,05). Secara rinci uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Variabel Tingkat Kecemasan Mekanisme Koping Zhitung 0,536 0,875 Prob 0,936 0,429 Ket N N

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik non parametrik teknik bivariabel dengan uji korelasi Kendal tau-b untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis dua variabel. Dalam penelitian ini akan di uji hubungan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pasien Gagal Jantung Kongestif. Hasil analisis dengan program SPSS 10.0 diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,745 dengan probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan adanya

hubungan yang kuat antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Untuk menguji signifikansi korelasi menggunakan rumus z, hasil perhitungan uji z diperoleh nilai z sebesar 5,782 sedangkan nilai z tabel pada N = 30 adalah sebesar 1,96, berarti (z hitung > z tabel) maka Ho ditolak dan Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan mempunyai hubungan yang kuat dan signifikan dengan mekanisme koping pada pasien Gagal Jantung Kongestif.

Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Dari perolehan data didapatkan 5 responden mengalami kecemasan ringan, 20 responden mengalami kecemasan sedang dan 5 responden mengalami kecemasan berat. Dari 25 responden yang mengalami kecemasan ringan dan sedang, mereka dapat melakukan mekanisme koping yang adaptif dan tidak ada yang melakukan mekanisme koping maladaptif. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengendalikan perasaan cemas yang muncul sehingga mampu mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Sedangkan 5 responden yang mengalami kecemasan berat, semuanya melakukan mekanisme koping yang maladaptif. Hal ini disebabkan oleh karena mereka tidak mampu mengendalikan kecemasannya dan takut akan kematian yang sewaktu-waktu dapat mengancam jiwanya sehingga pada saat mereka jenuh dengan keadaanya, mereka cenderung pasrah pada keadaan dan melakukan koping yang destruktif dan merugikan. Dari 5 responden yang mengalami kecemasan ringan, semuanya belum pernah dirawat dengan penyakit yang sama, sehingga kerusakan organ jantung belum terlalu parah. Sesak nafas yang mereka alami dapat berkurang ketika diberikan bantuan nafas berupa oksigen. Pasien dengan kecemasan ringan masih mampu mengendalikan mekanisme koping untuk menurunkan kecemasannya (Prasetyo, 2006). Jadi ketika terjadi serangan sesak nafas dan nyeri dada, mereka segera memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Dalam penelitian ini sebagian besar responden yaitu sebanyak 20 responden mengalami kecemasan sedang. Pada kecemasan tingkat ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan

mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang terarah (Townsend, 2005).

Penemuan di lapangan menunjukkan bahwa responden yang mengalami kecemasan sedang, mereka mengalami sesak nafas, tekanan darah naik dan denyut nadi yang cepat. Ketika diajak bicara mereka menjawab dengan nada bicara yang keras dan cepat. Mereka seperti tergesa-gesa dalam menjawab pertanyaan dan terkadang menangis. Akan tetapi mereka masih dapat diajak untuk kerjasama dan mematuhi prosedur pengobatan. Menurut Smeltzer (2001) bahwa pada pasien gagal jantung kongestif, kecemasan yang dialami dikarenakan mereka mengalami kesulitan mempertahankan oksigenasi yang adekuat, maka mereka cenderung cemas dan gelisah karena sulit bernafas. Hal ini menyebabkan perhatian menjadi selektif dan terfokus pada rangsang yang tidak menambah kecemasan. Dalam penelitian ini responden yang mengalami kecemasan sedang mampu melakukan mekanisme koping yang adaptif dikarenakan mereka mendapat ketenangan batin dari dukungan keluarga yang kuat supaya lekas sembuh. Jadi meskipun mereka mengalami sesak nafas, nyeri dada dan rasa takut akan kematian, akan tetapi berkat kehadiran anggota keluarga yang selalu menemani dan memberikan dukungan positif, mereka mampu mengendalikan kecemasannya dengan baik dan mau mematuhi semua prosedur pengobatan sehingga mereka mampu melakukan mekanisme koping yang adaptif. Menurut Niven (2002) bahwa dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan mekanisme koping individu dengan memberikan dukungan emosi dan saran-saran mengenai strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan mengajak orang lain berfokus pada aspek-aspek yang lebih positif. Dari hasil wawancara dan pengamatan peneliti, bahwa pasien gagal jantung dengan kecemasan sedang mengharapkan dukungan berupa dukungan emosi, saran dan informasi dari keluarga dan petugas kesehatan (dokter dan perawat) yang berkaitan dengan penyakitnya. Sehingga selain pengobatan medis adanya dukungan sosial yang positif akan membantu seseorang untuk beradaptasi lebih baik secara emosional dengan mencegah perasaan cemas dan sedih yang berlarut-larut terhadap penyakit (Atkinson,1997). Selain mendapat dukungan dari keluarga, pasien gagal jantung kongestif yang mengalami kecemasan sedang juga melakukan pendekatan religius dengan cara berdzikir, berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing dan melakukan sholat meskipun dengan berbaring. Dengan melakukan pendekatan religius tersebut, kebanyakan pasien dapat

merasakan ketenangan batin sehingga mampu mengendalikan kecemasannya dan melakukan mekanisme koping yang adaptif. Sedangkan 5 responden yang mengalami kecemasan berat, kesemuanya sudah pernah mengalami gagal jantung dan dirawat di rumah sakit. Kelima responden tersebut semuanya melakukan mekanisme koping yang maladaptif. Pasien gagal jantung yang mengalami kekambuhan tidak hanya menyebabkan masalah psikologis, sosiologis dan finansial, tetapi beban fisiologis pasien akan menjadi lebih serius. Organ tubuh menjadi rusak dan serangan berulang dapat menyebabkan fibrosis paru, sirosis hepatis, pembesaran limpa dan ginjal, bahkan kerusakan otak akibat kekurangan oksigen selama episode akut (Smeltzer, 2001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan pasien maka akan semakin rendah atau semakin buruk mekanisme koping yang dilakukan. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian didapatkan bahwa 100% pasien dengan kecemasan ringan dan sedang mempunyai mekanisme koping adaptif dan 100% pasien dengan kecemasan berat mempunyai mekanisme koping maladaptif.

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan tujuan dalam penelitian ini, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Responden yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 16,7%, responden yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 66,7%, dan responden yang mengalami kecemasan berat sebanyak 5 responden atau 16,7%. Jadi sebagian besar responden dalam penelitian ini mengalami kecemasan sedang (66,7%). b. Responden yang melakukan koping adaptif sebanyak 83,3% dan responden yang melakukan koping maladaptif sebanyak 16,7%. Jadi sebagian besar responden dalam penelitian ini melakukan koping adaptif (83,3%). c. Hasil analisis korelasi Kendal tau-b menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,000 (p1,96) hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping.

Saran 1. Bagi Rumah Sakit Tingkat kecemasan mempunyai hubungan yang signifikan dengan mekanisme koping, oleh karena itu bagi pihak rumah sakit untuk lebih menekankan pada pemberian konseling sehingga pasien dapat mengendalikan kecemasannya dan melakukan koping yang bersifat konstruktif. 2. Bagi Peneliti Lain a. Penelitian ini hanya meneliti pada pasien Gagal Jantung Kongestif di RSU Pandan Arang Boyolali, sehingga hasil penelitian ini lemah dalam hal generalisasi, oleh karena itu bagi peneliti lain agar melakukan penelitian pada obyek penelitian yang berbeda dan juga faktor yang berbeda, sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian ini. b. Pada penelitian selanjutnya supaya meneliti karakteristik responden yang berhubungan dengan kondisi psikologis pasien yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan dan mekanisme koping pasien seperti tipe kepribadian. c. Kepada peneliti lain supaya mengklasifikasikan jenis-jenis mekanisme koping sehingga lebih memperjelas mekanisme koping yang digunakan pasien atau responden.

DAFTAR PUSTAKAAlwisol, 2006, Psikologi Kepribadian, UMM Press : Malang Atkinson, R.L., & Bem D.J., 1997, Pengantar Psikologi, Edisi Kedua, Interaksara : Jakarta. Black, J.M., & Hawks, J.K., 2005, Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Positive Outcomes, Volume II, 7th Edition, Elseviers Health Sciences Right Departement : Philadelphia. Kelliat, A.B., 1999, Penatalaksanaan Stress, EGC : Jakarta. Marwiati, 2005, Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Strategi Koping Pada Keluarga Yang Salah Satu Anggota Keluarga Dirawat Dengan Penyakit Jantung, STIKES Ngudi Waluyo Ungaran : Semarang. (Skripsi) Tidak dipublikasikan. Niven, N., 2002, Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain, Edisi Kedua, EGC : Jakarta. Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika : Jakarta. Prasetyo, D.H., 2006, Psikoneuro- imunologi Untuk Keperawatan, UNS Press : Surakarta. Prawirohusodo, 1998, Kumpulan Makalah Simposium Stress dan Kecemasan, FKUGM : Yogyakarta. Rilantono, dkk, 2004, Buku Ajar Kardiologi, Edisi Kelima, FKUI : Jakarta. Sani, A., 2007, Heart Failure : Current Paradigm, Cetakan Pertama, Medya Crea : Jakarta. Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi Kedelapan, Volume I, EGC : Jakarta. Sugiyono, 2005, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh, CV.ALFABETA : Bandung. Stuart & Sundeen, 1998. Prinsip dan Praktik Psikiatrik (Terjemahan), EGC : Jakarta. Zaviera, F., 2007, Teori Kepribadian Sigmund Freud, Prismasophie : Yogyakarta

Jurnal 2