KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

29
KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA SEBAGAI PREDIKTOR MOTIVASI SEMBUH PADA PENDERITA KANKER SERVIKS OLEH RINI WULANDARI 802012118 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagaian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

Page 1: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA

SEBAGAI PREDIKTOR MOTIVASI SEMBUH PADA

PENDERITA KANKER SERVIKS

OLEH

RINI WULANDARI

802012118

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagaian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …
Page 3: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …
Page 4: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …
Page 5: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …
Page 6: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …
Page 7: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA

SEBAGAI PREDIKTOR MOTIVASI SEMBUH PADA

PENDERITA KANKER SERVIKS

Rini Wulandari

Aloysius L. S. Soesilo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

i

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran koping dengan stress dan

dukungan sosial keluarga sebagai prediktor motivasi sembuh penderita kanker serviks.

Sampel (N=35) diambil dengan menggunakan teknik Incidental Sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga skala, yaitu skala koping

dengan stress, skala dukungan sosial keluarga, dan skala motivasi sembuh. Hasil

penelitian menggunakan teknik regresi linear berganda diperoleh adalah r = 0,708

dengan sig. 2-tailed = 0,001 (p < 0,05) menunjukkan bahwa koping dengan stres dan

dukungan sosial keluarga dapat menjadi prediktor motivasi sembuh penderita kanker

serviks.

Kata kunci: motivasi sembuh, koping dengan stres, dukungan sosial keluarga,

penderita kanker serviks.

Page 9: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

ii

Abstract

The aim of the present study is to find out the possibility of coping with stress and the

presence of social support for families toward patients of servix cancer motivation cure.

35 patients of servix cancer were recruited to participate in this study using incidental

sampling. Three types of questionnaires were distributed: coping with stress scale,

social support for families scale and motivation cure scale. All gathered datas were

processed and analyzed using a parallel linear regression shows r = 0,544 with sig. 2-

tailed = 0,001 (p < 0,05). The research shows that the two factors above could be

places as motivation cure predictors for the patients of servix cancer.

Keywords: motivation cure, coping with stress, social support for families,

patients of servix cancer.

Page 10: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

1

PENDAHULUAN

Dewasa ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian

utama yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Kecenderungan perubahan

tersebut di pengaruhi oleh gaya hidup, globalisasi, diet yang salah dan lain-lain.

Penyakit yang tergolong penyakit tidak menular adalah kanker, diabetes mellitus,

kardiovaskular, gangguan mental, dan lain-lain. Kanker adalah penyakit akibat

pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker.

Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga

dapat menyebabkan kematian (Allan & Schiffman dalam Susilawati, 2013).

Penyakit kanker merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia.

Berdasarkan laporan Kemenkes RI (2015) mengungkapkan bahwa pada tahun 2012

sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Lebih dari 30% kematian akibat

kanker disebabkan oleh lima faktor resiko perilaku dan pola makan, yaitu indeks massa

tubuh tinggi, kurang mengkonsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik, penggunaan

rokok, dan konsumsi alkohol berlebihan. Selain itu berdasarkan data World Health

Organization (WHO) mengungkapkan bahwa jumlah penderita kanker di dunia setiap

tahunnya bertambah 7 juta orang, dan dua per tiga diantaranya berada di negara-negara

yang sedang berkembang sedangkan di Indonesia tiap tahunnya diperkirakan terdapat

100 penderita baru per 100.000 penduduk. Ini berarti dari 237 juta penduduk, ada

sekitar 237.000 penderita kanker baru tiap tahunnya (Yayasankankerindonesia).

Salah satu jenis kanker yang mengalami peningkatan cukup tinggi adalah kanker

serviks. Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks

uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ reproduksi perempuan yang merupakan

Page 11: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

2

pintu masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak antara rahim dan liang senggama

(vagina) atau rahim bagian bawah. Kanker serviks merupakan jenis kanker kedua

setelah payudara yang paling umum diderita oleh perempuan (Yatim dalam Lindayati,

2011). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2006 melaporkan 493.234 jiwa

per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian 273.505 jiwa

per tahun (Emilia dalam Lindayati, 2011).

Terlihat peningkatan penderita kanker serviks pada kelompok umur 25-34 tahun,

35-44 tahun, dan 45-54 tahun. Secara nasional prevalensi penyakit kanker serviks

tertinggi terdapat pada Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi

D.I. Yogyakarta yaitu sebesar 1,5%. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker

serviks dan kanker payudara terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Timur dan Provinsi

Jawa Tengah (Kemenkes, 2015).

Berdasarkan data Kemenkes RI (2015) jumlah penderita kanker serviks

terbanyak berada di RS Kanker Dharmais selama 4 tahun berturut-turut. Selama tahun

2010-2013 kanker payudara, kanker serviks , dan kanker paru merupakan tiga penyakit

terbanyak di RS Kanker Dharmais, dan jumlah kasus baru serta jumlah keatian akibat

kanker tersebut terus meningkat.

Insiden mortalitas kanker serviks di negara berkembang menempati urutan

pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada wanita usia reproduksi aktif.

Demikian halnya di Indonesia, kanker serviks masih menempati urutan pertama dari

seluruh kejadian kanker pada wanita dan lebih dari separuh penderitanya datang ke

fasilitas pengobatan pada stadium lanjut (Edianto dalam Lindayati, 2011). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Martin dan Dajoux (dalam Allifni, 2011) pada 1000 wanita

ditemukan bahwa hanya 48 wanita yang mempunyai leher rahim normal. Besarnya

Page 12: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

3

angka kejadian kanker serviks yang ditemukan, membuat kanker serviks menjadi salah

satu jenis kanker yang paling ditakuti wanita. Selain itu sampai saat ini kanker serviks

masih menyebabkan kematian pada wanita yang cukup tinggi, diperkirakan sebesar

4.900 orang per tahun.

Tingginya angka kematian penderita kanker serviks lebih banyak disebabkan

oleh keterlambatan pengobatan. Menurut Yatim (dalam Allifni, 2011), penderita yang

datang berobat ke rumah sakit sebagian besar sudah berada pada stadium lanjut, yakni

IIB - IVB sebanyak 66,4%, stadium IIB sebanyak 37,3%, serta stadium IA - IIA 28,6%.

Keterlambatan ini tentunya sangat merugikan penderita sendiri karena tingkat harapan

hidup penderita kanker sangat ditentukan oleh stadium atau tingkat keparahan penderita.

Sayangnya sebanyak 70% - 80% penderita kanker serviks datang ke rumah sakit sudah

pada stadium lanjut dan ini mengakibatkan angka harapan hidup penderita kanker

serviks kian menipis (Tempo.com).

Permasalahannya adalah kurangnya pengetahuan setiap individu mengenai

kanker serviks hingga akhirnya mereka datang ke rumah sakit sudah pada stadium

lanjut, ditambah lagi dengan biaya pengobatan yang pastinya cukup mahal. Seperti yang

diungkapkan oleh Smet (1994) bahwa mahalnya biaya tarif pengobatan dijadikan alasan

setiap individu untuk tidak menganggap serius penyakitnya. Bukan hanya biaya

pengobatan saja yang menjadi permasalahan, melainkan diagnosa kanker dan

pengobatan juga membawa perubahan pada kehidupan pribadi pasien, dalam perannya

dalam kegiatan sehari-hari, pekerjaan, pertemanan, dan keluarga mereka, dan hal ini

terkait dengan stres yang tinggi pada pasien. Stres tersebut memunculkan kecemasan

dan memicu depresi pada pasien (Zabalegui, Sanchez & Juando dalam Karabulutlu,

Billici, Cayir, Tekin, & Kantarci, 2010). Kecemasan dan depresi adalah masalah

Page 13: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

4

psikologis yang paling umum ditemui pada penderita kanker. Kecemasan dapat

didefinisikan sebagai pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan terkait dengan

persepsi ancaman nyata atau dibanyakan dan merupakan gejala umum behubungan

dengan kanker (Ahlberg, Ekman, Wallgren, & Johansson dalam Karabulutlu, Billici,

Cayir, Tekin, & Kantarci, 2010). Kecemasan terutama terkait dengan ketidakpastian

tentang diagnosis, efek samping dari pengobatan kemoterapi atau radioterapi,

kurangnya kontrol sosial, kerusakan fisik yang progresif, dan pikiran hampir mati

(Zabalegui, Sanchez & Juando dalam Karabulutlu, Billici, Cayir, Tekin, & Kantarci,

2010). Pasien yang mengalami depresi juga mungkin memiliki gejala fisik yang sulit

hilang dan hal ini dapat meningkatkan depresi mereka ketika menjalani pengobatan

(Lloyd dalam Karabulutlu, Billici, Cayir, Tekin, & Kantarci, 2010).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Bintang, Ibrahim & Emaliyawati (2012)

menyatakan bahwa penderita kanker mengalami tingkat kecemasan, stres dan depresi

yang bervariasi dari sedang hingga berat ketika menjalani kemoterapi. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 34,28% mengalami kecemasan sedang, 12,86%

mengalami kecemasan berat, 4,28% mengalami kecemasan sangat berat, 10%

mengalami stres sedang, 2,86% mengalami stres berat, 11,43% mengalami depresi

sedang, 8,57% mengalami depresi berat, dan 2,86% mengalami depresi sangat berat.

Kecemasan dan depresi yang dialami penderita memberi dampak psikologis lain

seperti takut, murung, dan juga penolakan atas vonis kanker. Setelah ini berlalu pada

akhirnya penderita akan sadar dan menerima kenyataan bahwa jalan hidupnya telah

berubah. Sedikit banyak penderita akan mulai berpikir dan berperasaan lebih realistis

dan mempercayakan sepenuhnya kepada dokter untuk kelanjutan pengobatannya

Page 14: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

5

(Taylor, 2009). Oleh karena itu dalam proses pengobatannya penderita harus memiliki

motivasi untuk sembuh yang kuat.

Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri seseorang

yang menimbulkan, menggerakkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi

pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya tindakan dan

memberikan kekuatan yang mengarahkan kepada pencapaian tujuan. Motivasi inilah

yang mendorong seseorang untuk beraktifitas dalam pencapaian tujuan (Syasra, 2011).

Penderita kanker serviks yang memiliki motivasi sembuh yang kuat akan berusaha

bangkit melawan penyakitnya, sebaliknya jika motivasi sembuh rendah maka penderita

kanker serviks akan berputus asa dan tidak mau berusaha melawan penyakitnya.

Adanya motivasi akan mampu mempengaruhi kesembuhan pasien, karena dengan

adanya motivasi pasien akan mau melakukan pengobatan (Syasra, 2011).

Keadaan pikiran pasien sangat berpengaruh untuk dapat menghambat atau

mendorong kesembuhan pasien dari penyakit. Motivasi untuk sembuh menjadi suatu

kekuatan yang berasal dari dalam diri pasien yang mendorong perilaku menuju

kesembuhan yang ingin dicapai. Banyak persoalan timbul ketika seseorang menderita

penyakit tertentu tidak memiliki motivasi kesembuhannya sendiri (Puri dalam Syasra,

2011).

Cara untuk mengurangi stres yang dialami penderita akibat perubahan kondisi

fisik maupun psikis mereka adalah dengan mendapatkan dukungan sosial dan

melakukan koping. Dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi

penderita terhadap efek negatif dari stres berat yang mereka alami. Orang dengan

dukungan sosial yang tinggi ada kecenderungan tidak mengabaikan stres karena mereka

tahu akan mendapatkan pertolongan dari orang lain (Sarafino dalam Prayascitta, 2010).

Page 15: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

6

Dengan adanya dukungan sosial penderita merasakan penerimaan dari kebersamaan

orang-orang disekitarnya. Dukungan sosial secara tidak langsung mempunyai manfaat

emosional yang akan memberikan kekuatan bagi penderita untuk melawan penyakitnya

itu. Cohen & Syme (dalam Syasra, 2011) menyatakan bahwa keluarga sebagai pihak

terdekat memiliki peluang yang banyak untuk dapat mendampingi, mereka memberikan

dukungan dengan memberi rasa aman, menerima apa adanya, tidak menyalahkan apa

yang terjadi padanya, bersikap tulus, menginggat keluarga adalah dukungan sosial yang

penting berarti dukungan keluarga memiliki arti yang sama dengan dukungan sosial.

House (dalam Syasra, 2011) menjelaskan dukungan sosial sebagai transaksi

interpersonal yang meliputi perhatian emosional (perasaan suka, cinta, dan empati),

batuan instrumental (barang/jasa), informasi dan penilaian (informasi yang berhubungan

dengan evaluasi diri). Hal tersebut diperkuat lagi oleh Johnson & Johnson (dalam

Syasra, 2011) bahwa dukungan sosial adalah pertukaran sumber yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan serta keberadaan orang-orang yang mampu diandalkan

untuk memberikan bantuan, semangat, penerimaan, dan perhatian. Dukungan sosial

keluarga ini sangatlah memberikan pengaruh yang positif untuk mengatasi masalah.

Dukungan sosial dapat meningkatkan cara seseorang dalam menghadapi atau

memecahkan masalah yang terfokus pada pengurangan reaksi stres melalui perhatian,

informasi, dan umpan balik yang diperlukan seseorang untuk melakukan koping

terhadap stres sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk sembuh (Jhonson dalam

Prayascitta, 2010).

Lazarus (dalam Prayascitta, 2010) mengartikan koping sebagai kemampuan

mengubah kognitif atau perilaku secara konstan agar tuntutan-tuntutan eksternal

maupun internal khususnya yang diperkirakan membebani dan melampaui kemampuan

Page 16: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

7

individu melemah. Koping yang ditampilkan individu dapat berbeda-beda tergantung

pada masalah yang dihadapi, tetapi apabila koping terhadap stres yang ditampilkan dan

digunakannya pada suatu masalah dirasa cocok dan dapat menyelesaikan masalah maka

ada kemungkinan untuk mengulangi jika dihadapkan pada masalah serupa di masa

mendatang ( Effendi & Thahjono, 1994).

Terkait dengan hal tersebut Moos dan Schaefer (dalam Ogden, 2007)

menggambarkan tiga proses koping yaitu penilaian kognitif (cognitive appraisal),

penyesuaian pada tugas-tugas (adaptive tasks), dan keterampilan koping (coping skills).

Cognitive appraisal merupakan tahap ketidakseimbangan yang dipicu oleh penyakit.

Terkait dengan bagaimana suatu penyakit akan dinilai oleh penderita. Adaptive tasks

meliputi menjaga keseimbangan emosional, menjaga kepuasan citra diri dan

mempertahankan kemampuan, mempertahankan hubungan dengan keluarga dan teman-

teman serta mempersiapkan masa depan. Coping skills dibagi menjadi tiga bentuk yaitu

appraisal- focused coping, problem- focused coping, dan emotion- focused coping.

Appraisal- focused coping melibatkan upaya untuk memahami penyakit dan merupakan

pencarian makna. Problem- focused coping melibatkan cara yang digunakan untuk

mengatasi suatu masalah, serta emotion focused- coping melibatkan cara pengelolaan

emosi dan menjaga keseimbangan emosional.

Pasien kanker melakukan koping sebagai tindakan untuk mengurangi stres yang

dialaminya. Stres meliputi kejadian atau fakta di lingkungan yang dirasakan oleh

individu sebagai ancaman dan reaksi individu terhadap stressor tersebut. Pasien kanker

mengalami stres akibat dari perubahan-perubahan yang dilaminya yang mereka rasakan

sebagai suatu ancaman terhadap kesejahteraan fisik maupun psikologisnya dan

Page 17: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

8

menimbulkan ketidakpastian akan kemampuannya untuk menghadapi kejadian tersebut

(Prayascitta, 2011).

Vonis kanker serviks yang diberikan dokter memiliki dampak tersendiri pada

penderitanya. Dimana mereka memiliki resiko yang mengalami stres yang akan

berpengaruh pada motivasi mereka untuk sembuh. Kondisi stres yang dialami penderita

kanker bisa saja membuat mereka tidak mau menjalani pengobatan karena terfokus pada

penyakitnya tersebut. Berbagai masalah yang dialami penderia kanker akibat dari

penyakitnya membuat mereka membutuhkan dukungan sosial keluarga yang besar

untuk memunculkan kembali motivasi mereka untuk sembuh. Selain itu untuk

menghadapi tekanan yang dihadapinya, penderita kanker serviks membutuhkan koping

yang baik agar gangguan fisik dan psikis tidak terjadi dan dengan demikian tidak akan

mengganggu motivasi sembuh mereka. Beberapa hal yang dapat membantu pasien

kanker mengurangi stres adalah mendapatkan dukungan sosial dan melakukan koping,

sehingga penulis tertarik untuk melihat lebih dalam peran “koping dengan stress dan

dukungan sosial keluarga sebagai prediktor motivasi sembuh pada penderita kanker

serviks.”

Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang dikemukakan, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah “terdapat peran dari koping dengan stres dan

dukungan sosial keluarga sebagai prediktor motivasi sembuh pada penderita kanker

serviks.” Artinya semakin tinggi koping dengan stres dan dukungan sosial keluarga

maka semakin tinggi motivasi sembuh. Begitupun sebaliknya semakin rendah koping

degan stres dan dukungan sosial keluarga maka semakin rendah motivasi sembuh.

Page 18: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

9

METODE PENELITIAN

Partisipan

Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 35 pasien kanker serviks dengan

rentang usia 20 - 53 tahun di ruang Angsoka II, RSUP Sanglah, Bali yang dilakukan

pada tanggal 18-29 April 2016 dengan karakteristik pasien kanker serviks stadium IIIA,

menjalani rawat inap, dan kemoterapi dengan menggunakan teknik incidental sampling.

Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan tiga buah skala yaitu : Pertama, Skala

Dukungan Sosial Keluarga yang disusun menggunakan skala Likert dengan empat

alternatif jawaban dari Sangat Setuju hingga Sangat Tidak Setuju. Skala terdiri dari 15

item yang dimodifikasi dari skala milik Syasra (dalam Syasra, 2011) dengan koefisien

alpha sebesar 0,931 dan daya beda item valid bergerak dari 0,328 - 0,799.

Instrument kedua adalah Skala Motivasi Sembuh yang dimodifikasi dari skala

milik Syasra (dalam Syasra, 2011) yang berdasarkan pada aspek motivasi dari Conger

(dalam Syasra, 2011). Skala terdiri dari 18 item dengan koefisien alpha sebesar 0,889

menggunakan skala Likert yang terdiri dari empat kategori jawaban dari Sangat Setuju

hingga Sangat Tidak Setuju.

Instrument ketiga yaitu Skala Koping Dengan Stres yang disusun oleh peneliti.

Terdiri dari 61 item yang didasarkan pada aspek koping yang dikemukakan oleh Moss

& Schaefer (dalam Ogden, 2007) yaitu penilaian kognitif (cognitive appraisal),

penyesuaian terhadap tugas-tugas (adaptive tasks) dan keterampilan koping (coping

skills) yang terdiri dari empat alternatif jawaban dari Sangat Setuju hingga Sangat Tidak

Setuju dengan menggunakan skala Likert.

Page 19: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

10

HASIL

Reliabilitas dan Seleksi Item

Uji reliabilitas pada skala koping dengan stres dilakukan sebanyak dua kali

putaran dengan menggunakan Alpha Cronbach. Putaran pertama untuk menyeleksi butir

item yang lolos (memenuhi konversi seleksi item) dan mengeliminasi item gugur

dimana dari 61 item terdapat 19 item yang gugur yaitu dengan koefisien reliabilitas

sebesar 0,897. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan 42 item yang tersisa dan

didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,962 dengan minimal indeks daya diskriminasi

item 0,30.

Pada skala dukungan sosial keluarga hasil uji reliabilitas dan daya diskriminasi

item pada tahap uji coba diperoleh koeefisien reliabilitas sebesar 0,831 yang berarti alat

ukur tersebut tergolong reliabel. Pada uji reliabilitas selanjutnya skala dukungan sosial

keluarga mengalami penambahan dari 0,831 menjadi 0,889 dengan minimal indeks daya

diskriminan item sebesar 0,467.

Kemudian pada skala motivasi sembuh, uji reliabilitas daya diskriminasi item

pertama dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,850. Setelah dilakukan seleksi item dan

membuang item yang gugur, pada perhitungan reliabilitas selanjutnya diperoleh

koefisien reliabilitas sebesar 0,924 dengan daya beda item valid bergerak dari 0,509 –

0,742.

Analisis Deskriptif

Peneliti membagi skor dari setiap skala menjadi 5 kategori mulai dari “sangat

rendah” hingga “sangat tinggi” menggunakan rumus kategorisasi (Hadi, 2000). Tabel 1,

2, 3, menunjukkan kategori skor untuk setiap variabel.

Page 20: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

11

Tabel 1. Kriteria skor untuk koping dengan stres

No. Interval Kategori F Persentase Mean

1 142,8 ≤ x < 168 Sangat tinggi 16 45,71%

2 117,6 ≤ x < 142,8 Tinggi 8 22,86% 132,94

3 92,4 ≤ x < 117,6 Sedang 11 31,43%

4 67,2 ≤ x < 92,4 Rendah - 0%

5 42 ≤ x < 67,2 Sangat rendah - 0%

Total 35 100%

Min : 97 Max :159 Std :18,25 Mean : 132,94

Tabel 2. Kriteria skor untuk dukungan sosial keluarga

No. Interval Kategori F Persentase Mean

1 40,8 ≤ x < 48 Sangat tinggi 13 37,14%

2 33,6 ≤ x < 40,8 Tinggi 14 40,00% 38,46

3 26.4 ≤ x < 33,6 Sedang 8 22,86%

4 19,2 ≤ x < 26,4 Rendah - 0%

5 12 ≤ x < 19,2 Sangat rendah - 0%

Total 35 100%

Min : 28 Max :48 Std :5,71 Mean : 38,46

Tabel 3. Kriteria skor untuk motivasi sembuh

No. Interval Kategori F Persentase Mean

1 40,6 ≤ x < 56 Sangat tinggi 24 68,57% 45,74

2 39,2 ≤ x < 47,6 Tinggi 2 5,72%

3 30,8 ≤ x < 39,2 Sedang 9 25,71%

4 22,4 ≤ x < 30,8 Rendah - 0%

5 14 ≤ x < 22,4 Sangat rendah - 0%

Total 35 100%

Min : 32 Max :53 Std : 7,221 Mean : 45,74

Page 21: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

12

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini memakai Uji Kolmogrov-Smirnov (K-S)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Koping dengan

stress (X1)

Dukungan sosial

keluarga (X2)

Motivasi sembuh

(Y)

N 35 35 35

Normal Parametersa Mean 132.94 38.46 45.74

Std. Deviation 18.250 5.716 7.221

Most Extreme Differences Absolute .271 .224 .312

Positive .122 .133 .169

Negative -.271 -.224 -.312

Kolmogorov-Smirnov Z 1.601 1.323 1.846

Asymp. Sig. (2-tailed) .012 .061 .002

a. Test distribution is Normal.

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa nilai probabilitas koping dengan

stres sebesar 1,601 (1,601>0,05), dukungan sosial keluarga sebesar 1,323

(1,323>0,05), dan motivasi sembuh dengan probabilitas sebesar 1,846

(1,856>0,05), sehingga dapat disimpulkan data tersebut memenuhi syarat yaitu

berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Dari hasil perhitungan nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF),

menunjukkan VIF sebesar 2,347 (2,347 < 10) dengan nilai Tolerance sebesar 4,26

(4,26 > 0,100) untuk variabel koping dengan stres dan VIF sebesar 2,347

(2,347<10) dengan nilai Tolerance sebesar 4,26 (4,26 > 0,100) untuk variabel

dukungan sosial keluarga. diketahui bahwa tidak ada hubungan antara variabel

koping dengan stres dan dukungan sosial keluarga.

Page 22: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

13

3. Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil perhitungan autokorelasi, dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat autokorelasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (DW) sebesar

1,283 dimana nilai DW berada di atas 1 dan lebih kecil dari 3, maka tidak ada

autokorelasi.

4. Uji Linieritas

Hasil uji linieritas pada variabel koping dengan stres dan motivasi sembuh

diketahui bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,001 dengan

F(1, 20) = 6,694. Selanjutnya uji linieritas juga dilakukan pada variabel dukungan

sosial keluarga dan motivasi sembuh. Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar

0,038 (p < 0,05) dengan F (1, 12) = 2,395.

Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji korelasi variabel koping dengan stres dan dukungan sosial

keluarga dengan motivasi sembuh menunjukkan adanya hubungan positif yang kuat

antara kedua prediktor tersebut dengan motivasi sembuh penderita kanker serviks.

Dari hasil tersebut diatas diketahui bahwa hubungan positif antara koping

dengan motivasi sembuh berada pada derajat yang tergolong kuat dengan besar nilai

r = 0,800 (p < 0,05). Demikian juga bila melihat hubungan dukungan sosial keluarga

dengan motivasi sembuh terdapat korelasi yang positif dan kuat dengan sumbangan

nilai r = 0,777 (p < 0,05). Untuk melihat pengaruh bersama-sama dari variabel koping

dengan stres dan dukungan sosial keluarga terhadap motivasi sembuh, maka dilakukan

analisis multiple regression, lihat tabel 4.

Page 23: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

14

Tabel 4. Hasil uji multiple regression.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1255.183 2 627.592 38.807 .000a

Residual 517.502 32 16.172

Total 1772.686 34

a. Predictors: (Constant), Dukungan sosial keluarga (X2), Koping dengan stress (X1)

b. Dependent Variable: Motivasi sembuh (Y)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .841a .708 .690 4.021 1.283

a. Predictors: (Constant), Dukungan sosial keluarga (X2), Koping dengan stress (X1)

b. Dependent Variable: Motivasi sembuh (Y)

Dari perhitungan diatas menunjukkan adanya pengaruh yang kuat dengan

koefisien korelasi (Ryx1,x2) = 0,841. Sedangkan kontribusi atau sumbangan secara

simultan variabel koping dengan stres dan dukungan sosial keluarga terhadap motivasi

sembuh (R2)= 0,708. Hal ini berarti motivasi sembuh penderita kanker serviks diperoleh

dari koping dengan stres dan dukungan sosial keluarga dengan sumbangan sebesar

70,8%, sedangkan sisanya 29,2% ditentukan oleh faktor lain yaitu religiusitas (allifini,

2011), dan komunikasi terapeutik (Hardhiyani, 2013).

Melalui uji Anova diperoleh besar nilai F (2,32) = 38,807 dengan tingkat

probabilitas signifikansi 0,001 < 0,05 sehingga model regresi ganda dapat digunakan

untuk memprediksi motivasi sembuh.

Page 24: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

15

PEMBAHASAN

Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

yang kuat antara koping dengan stres (x1) dengan motivasi sembuh (y) penderita kanker

serviks di ruang Angsoka II, RSUP Sanglah. Hasil tersebut ditunjukkan dengan angka

koefisien korelasi ryx1= 0,800, dengan besar p = 0,001 (p< 0,05). Hal ini menjelaskan

bahwa koping yang tinggi oleh penderita kanker serviks cenderung akan diikuti

tingginya tingkat motivasi sembuh penderita kanker serviks.

Hal tersebut di atas dapat dijelaskan Moos & Schaefer (dalam Ogden, 2007)

yang menyatakan bahwa penilaian terhadap penyakit, penyesuaian terhadap tugas, serta

keterampilan koping yang digunakan dapat memotivasi serta membantu individu untuk

dapat beradaptasi dengan kondisinya, sehingga meningkatkan kualitas hidup dan

kesejahteraannya. Keterampilan koping yang baik pada penderita kanker akan membuat

mereka mampu untuk lebih memahami dan memaknai penyakitnya secara mendalam

sehingga mereka mampu mengelola emosinya dalam mengatasi masalah terkait dengan

penyakitnya.

Penelitian ini menunjukkan jumlah subjek dengan koping yang tergolong tinggi

dengan sebanyak 24 orang dan 11 orang memiliki tingkat koping yang sedang. Kondisi

ini dimungkinkan terjadi karena subjek penelitian menjalani rawat inap di rumah sakit

dimana karakteristik subjek secara umum masih kental dengan kebiasaan saling

menjaga komunikasi yang baik bahkan saling memberikan kata-kata yang positif.

Dengan demikian, penderita kanker serviks tidak sekedar dapat memahami situasi sulit

tersebut sebagai kondisi yang dapat diubah tetapi juga terbentuknya sistem keyakinan

pada mereka untuk memandang penyakitnya lebih positif.

Page 25: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

16

Selain pada koping, penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan positif

antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi sembuh yang tergolong kuat dengan

besar nilai r = 0,777 (p< 0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa individu yang

cenderung memiliki dukungan sosial keluarga yang tinggi akan memiliki tingkat

motivasi sembuh yang tinggi pula. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan

Pradjatmo & Gakidau (dalam Susilawati, 2013) yang menyatakan dengan adanya

dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita

dalam menghadapi proses pengobatan penyakitnya.

Dukungan yang diterima individu akan dipahami sebagai pesan bahwa ia

disayangi, dipedulikan, dan diterima keberadaannya. Kenyamanan dan ketenteraman

berada di tengah-tengah komunitas atau orang-orang yang mendukung dia sangat

membantu individu menghadapi masa sulit ataupun tekanan yang dialami (Lopez,

2009).

Secara teoritis korelasi antara koping dengan motivasi sembuh lebih besar, maka

variabel koping lebih berpengaruh terhadap motivasi sembuh dibandingkan dengan

dukungan sosial keluarga. Hal ini terjadi karena motivasi kesembuhan seseorang

bergantung pada bagaimana seseorang mampu memahami, menerima, serta memaknai

sakit yang dideritanya. Besarnya kontribusi secara simultan variabel koping dan

dukungan sosial keluarga terhadap motivasi sembuh ditunjukkan dengan nilai R2

sebesar 0,708. Hal ini berarti bahwa motivasi sembuh penderita kanker serviks

diperoleh dari koping dan dukungan sosial keluarga dengan sumbangan sebesar 70,8%,

sedangkan sisanya 29,2% ditentukan oleh faktor lain, seperti religiusitas dalam

penelitian yang dilakukan Allifni (2011) menyatakan bahwa keyakinan akan Tuhan

dapat menimbulkan rasa aman dan tentram pada jiwa serta komunikasi terapeutik

Page 26: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

17

(Hardhiyani, 2013) dimana kemampuan terapeutik perawat dapat memberikan

dukungan dan semangat serta informasi yang menjadi jalan keluar yang positif bagi

pasien untuk menerima keadaannya.

Page 27: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

18

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa koping dengan stres dan dukungan sosial

keluarga dapat menjadi prediktor motivasi sembuh penderita kanker serviks. Dimana

kemampuan koping berperan lebih besar untuk menumbuhkan motivasi sembuh

penderita kanker serviks dibandingkan dengan dukungan sosial keluarga. Dengan

keterampilan koping yang baik pada penderita kanker akan mampu untuk lebih

memahami dan memaknai penyakitnya secara positif sehingga mereka mampu

mengelola emosinya dalam mengatasi masalah terkait dengan penyakitnya.

SARAN

Melalui penelitian ini diharapkan bagi keluarga untuk meningkatkan fungsi

dukungan secara positif, dimana dengan dukungan tersebut pasien akan merasa lebih

disayangi, dipedulikan dan dapat menciptakan rasa nyaman dan tentram pada diri pasien

sehingga dapat meningkatkan motivasi sembuh. Selain itu, bagi penderita kanker

serviks perlu untuk mencari informasi secara menyeluruh mengenai penyakit yang

sedang diderita agar tercipta pemahaman dan juga penerimaan terkait dengan

kondisinya, sehingga penderita kanker serviks bisa mengembangkan pikiran yang

positif yang bisa meningkatkan motivasi sembuh mereka. Untuk peneliti selanjutnya,

diharapkan lebih memodifikasi alat ukur yang digunakan sesuai dengan tempat

penelitian serta berupaya agar suasana dan lingkungan pada saat partisipan menjawab

kuesionernya lebih dikontrol dan meminimalisir intervensi dari anggota keluarga lain

sehingga partisipan lebih bebas mengisi angket sesuai dengan kondisi yang dirasakan

oleh partisipan.

Page 28: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

19

DAFTAR PUSTAKA

Allifni, M. (2011). Pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi

berobat pada penderita kanker serviks. Skripsi diterbitkan. Jakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Bintang, Y. A., Ibrahim, K., & Emaliyawati, E. (2012). Gambaran tingkat kecemasan,

stress dan depresi pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di salah satu

RS di Kota Bandung. E-Journal Unpad, 4(1), 719-1405.

Effendi, R, W., Tjahjono, E. (1999). Hubungan Perilaku Coping dan Dukungan Sosial

Dengan Kecemasan Pada Ibu Hamil Anak Pertama. Jurnal Anima, 14(54),

214-227.

Gravertter, F. J. & Forzano, L. (2009). Research method for the behavioral sciences.

(Fourth Edition). Canada: Wadsworth, Cengage Learning.

Hadi, S. (2000). Statistik. Yogyakarta: Andi.

Hardhiyani, R. (2013). Hubungan Komunikasi Therapeutic Perawat Dengan Motivasi

Sembuh Pada Pasien Rawat Inap Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum

Daerah Kalisari Batang. Skripsi. Semarang: Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Karabulutlu, E. Y., Billici, M., Cayir, K., Tekin, S. B., & Kantarci, R. (2010). Coping,

Anxiety and Depression in Turkish Patients with Cancer. European Journal of

General Medicine, 7(3), 296-302.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.

Lindayati. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap wanita pasangan usia

subur dengan tindakan pencegahan penyakit kanker serviks di kelurahan air

Page 29: KOPING DENGAN STRES DAN DUKUNGAN SOSIAL …

20

tawar barat wilayah kerja puskesmas air tawar kecamatan padang utara tahun

2011. Skripsi diterbitkan. Padang: Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

Lopez, S. J. (2009). The Encyyclopedia Psychology. (Vol II). Willey-Blackwell.

Ogden, J. (2007). Health Psychology : A Text Book (Fouth Edition). MC Graw Hill.

Prayascitta, P. (2010). Hubungan antara coping stress dan dukungan sosial dengan

motivasi belajar remaja yang orangtuanya bercerai. Skripsi diterbitkan.

Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo.

Susilawati, D. (2013). Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

penderita kanker serviks paliatif di RSUP DR Sardjito Yogyakarta. Jurnal

Keperawatan, 4(2), 2086-3071.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeta.

Syasra, P. A. (2011). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi

kesembuhan pasien tuberkolosis di kota Pekanbaru. Skripsi diterbitkan. Riau:

Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau Pekanbaru.

Taylor, E. S. (2009). Health Psychology. (Seventh edition). John Willey and Sons.

www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2015/06/21 diakes pada 21 juni 2015.

www.yayasankankerindonesia.org diakses pada 8 Mei 2015.