KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

71
KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL-FATIHAH AYAT 1-7 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh Irvan NIM: 809011000009 Oleh Irvan NIM: 809011000009 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2014

Transcript of KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

Page 1: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN

KAJIAN SURAT AL-FATIHAH AYAT 1-7

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Irvan

NIM: 809011000009

Oleh

Irvan

NIM: 809011000009

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H/2014

Page 2: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul: “KONSEP IBADAH DALAM Al-QUR’ANKAJIAN

SURAT AL-FATIHAH AYAT 1-7”disusun oleh IRVAN, NIM. 809011000009,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah

sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai

ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 21 Juli 2013

Yang mengesahkan,

Dra. Hj. Elo Al-Bugis, MA.

NIP. 19560119 199403 2 001

Page 3: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Konsep Ibadah Dalam Al-Qur’an Kajian Surat Al-Fatihah Ayat

1-7” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada

tanggal 11 Januari 2013 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak

memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, 15 April 2014

Panitia Ujian Munaqosyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag

NIP : 19580707 198703 1 005 ……….. ……………..

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)

Marhamah Saleh, MA

NIP : 19720313 200801 2 010 ………... ……………...

Penguji I

Bahrissalim, M.Ag.

NIP : 19680307 199803 1 002 ………… ……………..

Penguji II

Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag.

NIP : 19670328 200003 1 001 ………... ……………...

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D.

NIP : 19591020 198603 2001

Page 4: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

iv

ABSTRAK

IRVAN: KONSEP IBADAH DALAM Al-QUR’AN KAJIAN SURAT AL-

FATIHAH AYAT 1-7

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arti ibadah dan pentingnya

ibadah bagi kehidupan kita sehari-hari serta mengetahui konsep ibadah yang

terkandung dalam surat al-Fatihah.

Ibadah adalah suatu istilah yang mencangkup segala sesuatu yang dicintai

Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang

tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). Seringkali dan banyak diantara

kita yang menganggap ibadah itu hanyalah sekedar menjalankan rutinitas dari hal-

hal yang dianggap kewajiban, seperti sholat dan puasa, sayangnya kita lupa bahwa

ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian kepada tauhid terlebih dahulu.

Dalam penelitian penulis menggunakan metode pendekatan deskritif

analitis, dengan mencari dan mengumpulkan data, menyusun, serta menguraikan

secara lengkap, teratur dan teliti terhadap obyek penelitian. Dalam mengumpulkan

data, peneliti menempuh langkah-langkah melalui riset kepustakaan (library

Research) yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan murni yang

berasal dari buku-buku dan karya ilmiyah dibidang tafsir dan pendidikan, yang

terdiri dari sumber primer dan sekunder.

Page 5: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

v

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : IRVAN

NIM : 809011000009

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat :Jl. Pulo Kambing Rt.010/03 No. 8 Kel: Jatinegara. Kec: Cakung.

Jakarta Timur

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi dengan judul “KONSEP IBADAH DALAM Al-

QUR’ANKAJIAN SURAT AL-FATIHAH AYAT 1-7”adalah benar hasil karya

sendiri di bawah bimbingan dosen:

Dra. Hj. Elo Al-Bugis, MA.

NIP.: 19560119 199403 2001

Demikian surat pernyaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima konsekuensi secara akademis, apabila ternyata skripsi ini bukan hasil

karya sendiri.

Jakarta, Juli 2013

Yang Menyatakan

IRVAN

Page 6: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, pemberi rahmat dan

hidayah, sehingga atas segala limpahan karunia dan nikmatnya akhirnya skripsi

ini dapat diselesaikan meskipun masih belum sempurna. Shalawat serta salam

semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, pemegang panji

kebenaran, membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Atas jerih

payah beliau kita dapat memeluk agama Islam.

Penulis sadar, bahwa dalam penulisan skripsi ini tak jauh dari kesalahan dan

kekeliruan. Kesempurnaan serta keberhasilan yang penulis dapatkan dalam

menyelesaikan skripsi ini tidak lain dan tidak bukan bekat bimbingan, bantuan

serta saran-saran dari semua pihak yang terkait. Tanpa adanya mereka penulis

tidaklah berarti. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

atas segala bantuan dan bimbingan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan, kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Hj. Elo al-Bugis, MA. dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan koreksi dan bimbingan

dengan baik serta senantiasa memberikan motivasi agar skripsi ini dapat

segera diselesaikan.

4. Para Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas telah memberikan ilmunya

kepada penulis selama masa kuliah.

5. Ibunda tercinta yang super luar biasa. Mama Barkah. Terimakasihatas

segalanya, tetesan air mata dan doa yang selalu mengalir tanpa henti dan

tanpa pamrih untuk selalu mendoakan dan merestui penulis dalam

menuntaskan studi demi meraih cita dan cinta.

6. Istri tercinta, Umi Kultsum binti H. Syamukri yang selalu mendampingi,

membantu dan menjadi penyemangat dalam segala situasi.

Page 7: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

vii

7. Rekan-Rekan seperjuangan tercinta yang tidak dapat disebutkan satu

persatu dan tidak bosan-bosannya memberikan motivasi sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan

8. Pihak-pihak lain yang berjasa baik secara langsung maupun tidak,

membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini.

Hanya rasa syukur yang dapat dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan anugerah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, sekali lagi penulis

berterima kasih kepada pihak yang telah bekerja keras membantu penulis, semoga

usaha tersebut dicatat sebagai bentuk amal kebaikan, dan mendapatkan balasan

yang setimpal dari-Nya, Amiin.

Jakarta, 21 Juli 2013

Penulis

Page 8: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

viii

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i

PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................. ii

PENGESAHANPENGUJI ............................................................................ iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH …………………………….. v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………........... viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................... 3

C. Rumusan dan Pembatasan Masalah .................................. 3

D. Tujuan Penelitian ............................................................... 3

E. Manfaat Penelitian ............................................................. 3

F. Sietematika penulisan ........................................................ 4

BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................... 6

A. Pengertian Ibadah ............................................................... 6

B. Tujuan Ibadah .................................................................... 7

C. Hikmah Ibadah ................................................................... 9

D. Macam-macam Ibadah ....................................................... 11

1. Ibadah Mahdloh ........................................................... 11

2. Ibadah Ghoiru Mahdloh ............................................... 13

E. Pengaruh ibadah terhadap jiwa manusia ........................... 14

1. Pengaruh Individu 16

2. Pengaruh Sosial ............................................................. 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 22

A. Metode Penelitian .............................................................. 22

B. Sumber Data ...................................................................... 22

C. Pengolahan Data ................................................................ 23

D. Analisa Data ...................................................................... 23

Page 9: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

ix

E. Tehnik Penulisan ............................................................... 23

BAB IVPEMBAHASAN& TEORI ............................................................. 24

A. 1.Teks Surat Al-Fatihah Ayat 1-7 ............................................................... 24

2. Pengertian dan Riwayat turunnya surat Al-Fatihah .............................. 24

3. Nama-nama surat Al-Fatihah ................................................................. 29

4. Keutamaan surat Al-Fatihah ....................................................................... 29

5. Tafsir surat Al-FatihahAyat 1-7 ............................................................. 31

6. kandungan surat Al-Fatihah Ayat 1-7 .................................................... 41

a. Keimanan ................................................................... 41

b. Ibadah ...................................................................... 43

c. Hukum-hukum dan peraturan-peraturan ..................... 44

d. Janji dan ancaman ....................................................... 45

e. kisah-kisah atau cerita-cerita ....................................... 47

B. Konsep Ibadah dalam surat Al-fatihah Ayat 1-7………. .. 48

1. A). .............................................................. 48

2. B). . ................................................. 52

BAB V PENUTUP ............................................................................... 55

A. Kesimpulan ....................................................................... 55

B. Saran-saran ......................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57

LAMPIRAN

Page 10: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Surat al-Fatihah adalah “Mahkota Tuntunan Ilahi”. Yang disebut dengan

“Ummul Qur’an” atau “Induk al-Qur’an”. Banyak nama yang disandangkan

kepada awal surat al-Qur’an itu. Tidak kurang dari dua puluh sekian nama. Dari

nama-namnya dapat diketahui betapa besar dampak yang dapat diperoleh bagi

para pembacanya. Tidak heran jika do’a dianjurkan agar ditutup dengan Al-

Hamdu lillahi Rabbil ‘Alamiin atau bahkan ditutup dengan surat ini.1

Ibnu Katsir mengatakan: “Mereka (para ulama) mengatakan bahwa al-

Fatihah, terdiri dari dua puluh lima kata. Sedangkan hurufnya berjumlah seratus

tiga belas huruf. Al-Fatihah dinamakan Ummul Kitab (induk Al-Qur’an) karena

penulisan Al-Qur’an dan bacaan shalat dimulai dengan surat Al-Fatihah dan

semua makna Al-Qur’an terkandung dalam surat Al-Fatihah tersebut2

Adapun mengenai sebab-sebab turunnya surat Al-Fatihah, banyak riwayat

yang menyebutkan. Sebagian menyebutkan bahwa surat Al-Fatihah diturunkan di

Mekkah, yaitu pada permulaan disyariatkannya shalat, dan surat ini yang pertama

kali diturunkan secara lengkap tujuh ayat.3Jadi Al-Fatihah termasuk surat-surat

Makiyah, dan diwajibkan membacanya didalam salat.4

Dari sebanyak 114 surat dalam al-Qur’an, sura al-Fatihah termasuk surat yang

paling populer, dikenal mulai dari kalangan anak-anak sampai dewasa, dari

kalangan kaum dlu’afa sampai kalangan kaum yang bertahta. Belum ada suatu

penelitian yang menjelaskan mengapa surat al-Fatihah itu begitu amat populer dan

dikenal luas oleh masyarakat, padahal surat yang pertama kali diturunkan bukan

surat al-Fatihah, melainkan surat al-Alaq.5

1.M. Quraish Shihab,Tafsir al-mishbah, volume 1 (jakarta: Lentera Hati,2002), hal: 3.

2 Sa’id Hawwa, Tafsir Al-Asas, (jakarta, Robbani Press1999), hal: 34.

3Abuddin Natta,Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2010),

hal: 17 4.Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirya, (yogyakarta: PT.Dana Bakti

Wakaf),Hal: 3. 5 Abuddin Natta,Op Cit, hal:11.

Page 11: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

2

Surat Al-Fatihah seringkali digunakan sebagai do’a yang dipanjatkan untuk

seseorang yang telah meninggal dunia atau dalam keadaan terkena musibah. Hal

ini tidak mengherankan, karena di dalam surat al-Fatihah terdapat kalimat yang

menunjukkan do’a6 seperti kalimat yang berbunyi:

“tunjukilah kepada kami jalan yang lurus. (Q.S. Al- Fatihah:6).

Selain itu, di dalam surat al-Fatihah juga terdapat pokok-pokok ajaran tentang

ibadah, sebagaimana diwakili oleh ayat:

“hanya Engkaulah yang Kami sembah. dan hanya kepada Engkaulah Kami

meminta pertolongan.(Q.S. Al- Fatihah: 5).

Maka ibadah yang pada intinya ketundukkan untuk melaksanakan segala

perintah Allah mengandung arti yang luas. Yaitu bukan hanya ibadah dalam arti

khusus seperti shalat,puasa, zakat, dan haji, melainkan juga ibadah dalam arti luas,

yaitu seluruh aktivatas kebaikan yang dlakukan untuk mengangkat harka dan

martabat manusia dengan tujuan ikhlas karena Allah SWT.7Oleh karena itu tidak

jarang orang muslim setiap melakukan suatu do’a atau kegiatan keagamaan yang

berkaitan dengan ibadah selalu dimulai dan di akhiri dengan membaca surat Al-

fatihah.

Melihat betapa pentingnya ibadah dalam kehidupan manusia sehari-hari dan

hubungan kita kepada Allah SWT, agar kita menjadi orang yang bertaqwa disisi

Allah SWT, maka penulis berminat untuk mengadakan penelitian terhadap konsep

ibadah menurur al-Qur’an yang tercantum dalam Surat Al-Fatihah ayat 1-7,

dengan judul “Konsep Ibadah dalam Al-Qur’an kajian Surat Al-Fatihah ayat

1-7”.

6Ibid,hal: 13

7.Ibid, hal: 31.

Page 12: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

3

B. Identifikasi masalah

1. Minimnya pengetahuan manusia tentang arti ibadah

2. Kurangnya kesadaran manusia dalam mengenal pentingnya ibadah dalam

kehidupan sehari-hari

3. Rendahnya minat manusia dalam melakukan ibadah

4. Rendahnya pemahaman manusia dalam menggali isi kandungan Surat al-

Fatihah.

C. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang penulis ungkapkan

adalah:

1. Untuk apa manusia dan jin diciptakan oleh Allah Swt ?

2. Bagaimana bentuk dan sifat ibadah yang kita laksanakan sehari-hari ?

3. Bagaimana keistimewaan surat al-Fatihah ?

4. Bagaimanakonsep ibadah yang terdapat dalam surat al-Fatihah ?

Memperhatikan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang diteliti oleh

penulis dibatasi hanya membahas tentang ibadah yang terkandung dalam surat al-

Fatihah.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut

1. Mengetahui arti ibadah dan pentingnya ibadah bagi kehidupan kita sehari-

hari.

2. Mengetahui konsep ibadah yang terkandung dalam surat al-Fatihah.

E. Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. ManfaatTeoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

a. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat

memotivasi peneliti lain untuk mengungkapkan sisi lain yang belum

Page 13: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

4

diterangkan dalam penelitian ini.

b. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam rangka peningkatan

motivasi diri untuk beribadah dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. ManfaatPraktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan kepada semua pihak dalam mengali isi kandungan dalam surat al-

Fatihah.

F. Sistematika Penulisan

Sistimatika pemahasan yaitu rangkaian pembahasan yang tercangkup dalam

isi skripsi, dimana satu dengan yang lainnya saling berkaitan sebagai satu

kesatuan yang utuh, yang merupakan urutan-urutan tiap bab. Agar memperoleh

gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai pembahasan ini. Secara

global akan penulis perinci dalam sistimatika pembahasan ini:

Sebelum masuk pada bab pertama akan dilengkapi dengan bagian yang

meliputi halaman judul, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata

pengantar, lembar abstraksi, daftar isi.

Bab I Pendahuluan terdiri atas : Latar belakang masalah,Identifikasi Masalah,

Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian. Sistematika Penulisan.

BabII Bab ini adalah kajian teori yang terdiri dari:Pengertian Ibadah, Tujuan

Ibadah, Hikmah Ibadah, Macam-macam Ibadah, Pengaruh ibadah

terhadap jiwa manusia.

Bab III Metodologi Penelitian, yang terdiri dari: Sumber Data, Pengolahan

Data, Analisa Data, Tehnik Penulisan.

Bab IV Pembahasan dan Teori, yang terdiri dari: pada bagian A: Teks Surat Al-

Fatihah Ayat 1-7, Pengertian dan Riwayat turunnya surat Al-Fatihah,

Nama-nama surat Al-Fatihah, Keutamaan surat Al-Fatihah, Tafsir surat

Al-FatihahAyat 1-7, kandungan surat Al-Fatihah yang terdiri dari:

Page 14: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

5

Keimanan, Ibadah, Hukum-hukum dan peraturan-peraturan, Janji dan

ancaman, kisah-kisah atau cerita-cerita.Kemudian pada bagian B

Konsep Ibadah dalam surat Al-fatihah Ayat 1-7 yang terdiri dari:iyyaka

na’budu dan Iyyaka nasta’iin.

Bab V Penutup meliputi kesimpulan, saran-saran dan bagian akhir berisi daftar

pustaka, lembar uji referensi, lampiran dan daftar riwayat hidup.

Page 15: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Ibadah

Ibadah secara etimologis berasal dari bahasa arab yaitu عبد يعبد عبادةyang

artinya melayani, patuh, tunduk. Sedangkan menurut terminologis adalah sebutan

yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai allah azza wa jalla, baik berupa

ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin1.

Ibadah pada hakekatnya adalah sikap tunduk semata-mata mengagungkan Dzat

yang disembah.Abu A‟la Al-Maududi menyatakan bahwa ibadah dari akar kata“Abd”

yang artinya pelayan dan budak.Jadi hakekat ibadah adalah penghambaan dan

perbudakan. Sedangkan dalam arti etimologi adalah penghambaan dan perbudakan,

dan arti terminologinya adalah usaha mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturan

Allah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai dengan perintah-perinyah-Nya,

mulai akil baligh sampai meninggal dunia. Indikasi ibadah adalah kesetiaan,

kepatuhan dan penghormatan serta penghargaan kepada Allah SWT serta dilakukan

tanpa adanya batasan waktu.2

Ibadah merupakan bentuk integral dari syari‟at, sehingga apapun ibadah yang

dilakukan oleh manusia harus bersumber dari syari‟at Allah SWT, semua tindakan

ibadah yang tidak didasari oleh syari‟at islam maka hukumnya bid‟ah. dan ibadah

tidak hanya sebatas menjalankan rukun islam saja, tetapi ibadah juga berlaku bagi

semua aktivitas duniawi yang didasari dengan rasa ikhlas untuk mencapai ridho Allah

SWT.3

Ibadah adalah buah dari keimanan kepada Allah, dengan segala sifat-sifat

kesempurnaan-Nya. Seseorang yang menyakini adanya segala sifat-sifat

1Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang :CV. Bima Sakti,2003), Hlm. 80.

2Muhaimin, Tadjab, ABD. Mudjib. Dimensi-dimensi Studi Islam, (Surabaya, Karya Ab

ditama, 1994), hal. 256 3ibid, hal. 257.

Page 16: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

7

kesempurnaan Allah, maka dia akan menyembah Allah.

Ibadah juga diartikan tunduk dan berhina diri kepada Allah SWT yang

disebabkan karena kesadaran bahwa Allah yang menciptakan alam ini, yang

menumbuhkan, yang mengembangkan, yang menjaga dan memelihara serta yang

membawanya dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Ibadah itu timbul dari

perasaan tauhid, maka orang yang suka memikirkan keadaan alam, memperhatikan

perjalanan bintang-bintang, kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia,

bahkan mau memperhatikan dirinya sendiri, Maka akan timbul dalam sanubarinya

perasaan bersyukur dan berhutang budi kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa, Maha

Pengasih dan Maha Mengetahui.

Maka perasaan inilah yang menggerakkan bibir seseorang selalu bersyukur

dan memuji Allah SWT, serta mendorong jiwa dan raganya untuk menyembah dan

berhina diri kepada Allah SWT.Tetapi ada juga manusia yang tidak mau berfikir, dan

tidak sadar akan kebesaran dan kekuasaan Allah, sering melupakan-Nya, sebab itulah

maka tiap-tiap agama disyari‟atkan bermacam-macam ibadah, agar dapat meng-

ingatkan manusia kepada kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.

Dari keterangan diatasmaka jelaslah bahwa tauhid dan ibadah itu tidak bisa

dipisahkan, keduanya saling mempengaruhi,dengan arti: tauhid menumbuhkan ibadah

dan ibadah memupuk tauhid.

B. Tujuan Ibadah

Tujuan utama dari ibadah ialah “takwa”.

Firman Allah SWT :

“ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang

yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah: 21)

Page 17: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

8

Orang yang bertakwa akan selalu menjalankan perintah Allah SWT, serta

menjauhi semua larangan-Nya, dan selalu ingat kepada Allah SWT dimanapun ia

berada, baik dalam keadaan senang maupun susah, baik dalam keadaan sendiri

maupun ramai. Dan Allah akan selalu bersama orang yang bertakwa. Firman Allah

SWT :

“Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang

bertakwa”.(Q.S. Al-Baqarah: 194)

Manusia diberi sarana oleh Allah SWT, diberi bumi untuk tinggal dan beribadah

kepada-Nya.Allah memberikan kewajiban-kewajiban kepada manusia.agar manusia

beribadah kepada-Nya, dengan tujuan agar manusia dapat terhindar dari sesuatu yang

buruk yang dapat merugikannya di dunia dan di akherat.4

Ibadah atau menghambakan diri kepada Allah SWT, secara logis memang sudah

merupakan tugas manusia sebagai ciptaan-Nya, karena Dia adalah sebagai kholik

(yang menciptakan). Tujuan ibadah dalam islam adalah semata-mata untuk

mendekatkan diri dan mencari ridho Allah SWT. Sebagaimana yang telah dijelaskan

dalam Al-Qur‟an :

“ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah

untuk Allah, Tuhan semesta alam. tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang

diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri

(kepada Allah)". (Q.S. Al-An‟am : 162-163).

4.M. Mutawalli Asy Sya‟rawi. Anda bertanya islam menjawab.(Jakarta, Gema Insani

Press,1999) hal. 23.

Page 18: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

9

Selain itu ibadah juga bertujuan untuk memenuhi kewajiban manusia kepada

Allah SWT.Sebab Allah menciptakan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah

menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT. Seperti yang

dijelaskan dalam firman Allah SWT :

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah

kepada-Ku.” (Q.S. Al-Dzariyat : 56)

Pada ayat ini telah ditegaskan bahwa seluruh hidup kita hanya untuk

menghambakan diri kepada Allah SWT.Bahkan seluruh alam yang ada dijagad raya

ini mulai dari langit yang bertingkat tujuh dan bumi seisinya, semuanya sujud kepada

Allah SWT, tunduk dan patuh pada kehendak-Nya.5 Ibadah adalah ghayah(tujuan)

dijadikannya jin dan manusia, oleh karena itu kita harus sadar dan harus tau betul

fungsi dan tujuan kita hidup didunia, agar ketika kita melaksanakan sesuatu yang

telah diwajibkan oleh sang pencipta kepada kita, timbul rasa ikhlas dan ridho dalam

mengerjakannya.

C. Hikmah Ibadah

Apabila tiap ibadah dalam syari‟at islam diteliti dan diselami hikmah dan

rahasianya, maka tidak ada suatu ibadah yang kosong dari hikmah, dan hikmah ada

yang terang dan ada yang tersembunyi. Mereka yang terang hatinya, cemerlang

pikirannya, dapat menyelami hikmah-hikmah tersebut. Dan mereka yang tidak terang

mata hatinya, tidak tembus pikirannya, maka tidak akan dapat menyelaminya. Para

muhaqqiq mengatakan : Tiap-tiap amal dari amalan-amalan syara‟ baik ibadah,

maupun akhlak terpuji ataupun tercela, terdapat hukum pada asal yang tertentu, ada

hikmah-hikmah yang diistimewakannya dari yang lain dan ada rahasia yang

5 Hamka, Studi Islam, pustaka panjimas, hal. 167.

Page 19: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

10

menghendakinya.6

Kita harus yakin bahwa segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-

Nya pasti memiliki manfaat dan hikmah dibalik perintah tersebut, begitu pula

sebaliknya semua larangan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya pasti mempunyai

mahdorot yang akan kembali pada pelakunya.Oleh karena itu tidak dapat diragukan,

bahwa tiap-tiap hukum syar‟i mengandung kemaslahatan, antara amal dengan

pembalasan ada persesuaian. Bukankah ibadah-ibadah hanya semata-mata ujian untuk

menguji patuh tidaknya seorang hamba.7

Manusia adalah makhluk yang hidup bermasyarakat, diciptakan dengan bentuk

sebaik-baiknya, dan lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya.Manusia juga

mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik atau buruk. Dalam aspek yang lain,

manusia diciptakan dengan sifat lemah, keluh kesah, melampaui batas, mengingkari

kodrat kemanusiaannya, suka membantah, suka mengikuti kehendak nafsunya, dan

tergesah-gesah. Pada prinsipnya, manusia sering menyiksa dirinya dalam suatu

tindakan dan perbuatan, serta banyak pula berbuat kemungkaran dan amalan-amalan

keji yang menimbulkan dosa.Amalan-amalan yang berefek buruk memberikan

implikasi negative kepada diri individu dan dapat pula menganggu pertumbuhan dan

perkembangan mental spiritualnya.8

Bagi agama Islam ibadah merupakan salah satu alternatif yang bisa merawat dan

mengobati gangguan psikologi. Shalat, puasa, zakat, haji, tilawah qur‟an, zikir dan

do‟a adalah sebagian diantara metodologi psikoterapi ibadah untuk merawat penyakit

mental. Melalui metode ini individu disarankan menjauhi sifat takabbur (sombong),

hasad (dengki), riyada mengumpat.9 Ibadah dalam islam merupakan metode untuk

menyucikan diri dari aspek psikologis ataupun aktivitas keseharian individu. Pada

prinsipnya ibadah adalah pengakuan akan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk

Allah, dan karena itu sebagai hamba-Nya manusia berkewajiban untuk mengabdi

6Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, kuliahibadah, (semarang, PT. Pustaka Rizki

Putra, 2011), hal 71 7ibid,hal 72

8 Khairunnas Rajab, Psikologiibadah, (Jakarta, AMZA, 2011), hal. 72

9Ibid,hal 73

Page 20: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

11

kepada Allah SWT sebagai Tuhan dan Zat tempat ia kembali.10

Ibadah yang dituntut Islam bukan saja sebagai jalan untuk pengabdian semata,

akan tetapi mengabdikan diri kepada Allah SWT bisa dijadikan sebagai metodologi

psikoterapi yang mampu merawat dan mengobati fenomena-fenomena gangguan

psikosis, neurosis, stress depresi dan gangguan mental lainnya. Dengan kata lain,

ibadah yang menjadi amalan individu, bukanlah bertujuan mengagungkan Allah

semata, tetapi ibadah lebih kepada peningkatan atas nilai-nilai spiritualitas, yaitu

dengan memberikan latihan rohani yang kontitunitas. Ibadah adalah upaya

mewujudkan ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, dan kesehatan mental.Semua

agama, termasuk agama penyembah berhala sekalipun, terdapat berbagai macam

ibadah yang beraneka ragam bentuk, syarat dan tujuan-tujuannya.Islam menjadikan

ibadah sebagai sarana untuk mensucikan jiwa dari segala dosa dan kejahatan.

D. Macam-macam ibadah

Praktek ibadah sangatlah beragam, tergantung dari sudut mana kita

meninjaunya,kalau penulis perhatikanjenis ibadah,maka penulis dapat

mengklasifikasikannya dalam beberapa bagian, yang dilihat dari beberapa sudut

pandang.

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan

bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya11

1. Ibadah Mahdloh

Ibadah mahdloh atau ibadah khusus ialah ibadah yang telah ditetapkan Allah akan

tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Adapun jenis ibadah yang termasuk

ibadah mahdloh adalah: wudhu, tayammum, mandi hadats, shalat, shiyam ( Puasa ),

haji, umrah. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari Al-

Qur‟an maupun Al-Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, dan keberadaannya

10

Ibid,hal 74 11

Muhammad Alim, Pendidikan agama islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006),

Hal. 144.

Page 21: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

12

tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika. Seperti Firman Allah SWT:

......

“…dirikanlah Shalat dan tunaikanlah zakat…" . (Q.S. An-Nissa: 77)

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana

diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S. Al- Baqaah:

183)

b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan

diutusnya rasul oleh Allah SWT adalah untuk memberikan contoh,12

hal tersebut

sekaligus dijelaskan oleh Rasulullah SAW.

“ Kerjakanlah shalat sebagaimana kamu melihatku melakukannya.”13

....

“Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa

yang dilarang, maka tinggalkanlah”…(Q.S. Al-Hasyr : 7).

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini

bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal

hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’.

Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya

12

Ibid, hal 145 13

Imam Abi Abdillah Muhammad bin ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al

Bukhari Al Ju”fi, Shahih Al-Bukhari, no hadis 595.

Page 22: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

13

bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai

dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat

dan rukun yang ketat.

d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari seorang hamba dalam melaksanakan ibadah

ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Seorang hamba wajib meyakini bahwa apa

yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan

kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutusnya

Rasul adalah untuk dipatuhi dan ditaati.14

Jadi,waktu dan tata cara pelaksanaan ibadah mahdloh sudah ditentukan dan

sudah diatur oleh Allah dan asul-Nya, manusia tidak boleh menambahkan atau

menambahi ibadah-ibadah yang sudah jelas dalil-dalilnya dan sudah diatur oleh al-

Qur‟an dan al-hadis.

2. Ibadah Ghairu Mahdloh

Ibadah ghairu mahdloh atau ibadah umum ialah semua amalan yang diizinkan

oleh Allah SWT. Contoh dari ibadah ghairu mahdloh ialah belajar, dzikir, tolong

menolong dan lain sebagainya.Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Keberadaannya didasarkan tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah

dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh dilaksanakan.

b. Pelaklaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, dalam ibadah

bentuk ini tidak dikenal istilah “bid‟ah” atau jika ada yang mengatakan, segala

sesuatu yang tidak dikerjakan oleh rasul maka hukumnya bid’ah, maka dalam hal

ini bid’ahnya adalah bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut

bid’ah dhalalah.

c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat

atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut

logika yang sehat, suatu ibadah yang ghairu mahdloh dianggap buruk, merugikan,

14

Muhammad Alim, Op Cit, hal 146

Page 23: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

14

dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d. Azasnya “Manfaat”, selama ibadah ghairu mahdloh itu bermanfaat, maka ibadah

tersebut boleh dilakukan.15

e. Dalam keterangan lain, seperti yang diterangkan dalam kitab Kaasyifah As-Sajaa

sarah Safina An-Naja Fii Usul Al-diin, ibadah terbagi menjadi dua, yakni :

1) Ibadah badaniyah Zohiroh, adalah ibadah yang dilakukan dengan fisik

anggota badan, seperti: shalat, puasa, haji, dan zakat.

2) Ibadah badaniyah Qolbiyah, adalah ibadah yang dilakukan dengan hati dan

keyakinan, seperti: iman, tafakur, tawakal,sabar,roja,ridho dengan qodlo dan

qadarnya Allah, taubat dan mahabbah kepada Allah SWT.

Dari dua bagian diatas, yakni ibadah badaniyah Zohiroh dan ibadah badaniyah

Qolbiyah, yang paling utama didahulukan adalah ibadah badaniyah

Qolbiyah.16

karena ibadah seseorang tidak akan diterima tanpa disertai dengan

keimanan.

E. Pengaruh Ibadah Terhadap Jiwa Manusia

Ibadah adalah mensyukuri nikmat Allah SWT, kita yakin bahwa Allah yang

memberikan nikma kepada kita, maka beribadah dengan mensyukuri Dzat yang

memberikan nikmat adalah wajib, dan sesuatu yang telah diwajibkan oleh Allah dan

Rasul-Nya mempunyai pengaruh bagi jiwa dan hidup kita baik secara langsung

maupun tidak, serta memberikan dampak yang positif bagi kehidupan kita baik di

dunia maupun di akhirat.

Setiap ibadah mempunyai pengaruh yang khusus dalam melapangkan akhlak

pribadi bagi orang yang beribadah, dalam mengheningkannya dan membawa pribadi

berangsur-angsur maju menuju kesempurnaan yang layak dan memperoleh derajat

15

Ibid, hal : 147 16

. Al imam Abi Abdi Al- Mu‟ti Muhammad Nawawi Al-jawi, Kaasyifah As-Sajaa sarah

Safina An-Naja Fii Usul Al-diin, pada fasal Arkan Al-Islam, daar ihya Al-Kutub Al-Arobiyah, hal. 6.

Page 24: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

15

yang tinggi di sisi Allah, yakni maqam taqarrub.17

Apabila diperhatikan tentang kedudukan ibadah dalam islam, maka ibadah

adalah jalan yang harus dilalui untuk mensucikan jiwa.18

Tiap-tiap ibadah yang

dikerjakan karena didorong oleh perasaan tauhid, nisacaya akan menimbulkan kesan

pada tabi‟at dan budi pekerti bagi orang yang beribadah. Seperti halnya orang yang

mendirikan shalat yang didasari oleh rasa kesadaran akan kebesaran dan kekuasaan

Allah, dan didorong oleh perasaan bersyukur dan berhutang budi kepada-Nya, maka

orang tersebut akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yangtidak baik, yang dilarang

Allah SWT. Dengan demikian ibadah shalat yang dia kerjakan itu akan mencegahnya

dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik.19

Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT:

“ bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan

dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji

dan mungkar.dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar

(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu

kerjakan”. (Q.S. Al-Ankabut: 45).

Ibadah yang dikerjakan bukan karena dasar keyakinanpada kebesaran dan

kekuasaan Allah SWT, dan bukan pula karena dorongan perasaan bersyukur dan

berhutang budi kepada Allah SWT, hanya karena ikut-ikutan, atau karena memelihara

tradisi yang sudah turun-temurun, maka hal tersebut bukanlah dinamakan ibadah

yang sebenarnya, walaupun hal tersebutmempunyai rupa dan bentuk ibadah, tetapi

tidak mempunyai jiwa ibadah, ibadah seperti itu sama halnya dengan gambar atau

patung, bagaimanpun juga miripnya dengan manusia, maka tidak bisadinamakan

17

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Op.Cit, hal. 74 18

ibid,hal 75 19

Universitas Islam Indonesia, op. Cit, hal: 25

Page 25: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

16

manusia. Ibadah yang semacam itu, tidak ada kesan dan tidak ada buahnya pada

tabiat dan akhlak orang yang mengerjaknnya.

1. Pengaruh Individu

Ibadah bagi Seorang Muslim sangatlah berpengaruh, baik di dunia maupun

diakhirat. Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut ini penulis akan sampaikan

beberapa poin penting yang menunjukkan besarnya pengaruh positif ibadah dan amal

shaleh yang dilaksanakan seorang muslim dalam hidupnya.

a. Membentuk kehidupan dan akhlak seorang muslim dengan corak rabbani, dan

menjadikannya berorientasi kepada Allah SWT dalam segala hal yang

dilakukannya, ia melaksanakannya dengan niat seorang abid yang khusus, dan

denga jiwa (ruh) seorang hamba yang tekun dan tenggelam dalam ibadah, hal ini

mendorongnya untuk memperbanyak amalan-amalan yang bermanfaat,

mengerjakan kreativitas yang baik dan segala sesuatu yang memudahkan baginya.

Serta menjalankan kehidupan secara optimal. Hal ini dapat menambahkan

depositonya yang berupa amal kebaikan dan taqorrub di sisi Allah Azza wa

jalla.20

Ibadah juga mengajarkan manusia untuk mengihsankan amal (pekerjaan)

duniawinya, meningkatkan kualitas dan menekuninya, selama ia

mempersembahkan amal ibadah itu hanya kepada Allah, demi mengharapkan

ridho dan kebaikan Allah SWT.

b. Memberikan kepada seorang muslim kesatuan orientasi dan kesatuan tujuan

dalam semua aspek kehidupan. ia ridho kepada Allah SWT dalam setiap apa

yang dilakukan dan yang ditinggalkannya serta menghadap (berorientasi) kepada

Rabbnya dengan segenap amal usaha, duniawi dan ukhrowi, tidak ada sikap

dikotomi, dilematika dan dualisme dalam keperibadian dan hidupnya.21

c. Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat

Allah Ta‟ala berfirman,

20

Yusuf Al-Qardawy, penganter kajian Islam, ( Jakarta,pustaka Al-Kautsar,1997) hal, 100, 21

ibid, hal 101

Page 26: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

17

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh (ibadah), baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan

kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan

balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah

mereka kerjakan” (Q.S. An- Nahl: 97).

Para ulama salaf menafsirkan makna “kehidupan yang baik (di dunia)” dalam

ayat di atas dengan tafsiran “kebahagiaan (hidup)” atau “rezki yang halal dan baik”

dan kebaikan-kebaikan lainnya yang mencakup semua kesenangan hidup yang hakiki.

Sebagaimana orang yang berpaling dari petunjuk Allah dan tidak mengisi

hidupnya dengan beribadah kepada-Nya, maka Allah Ta‟ala akan menjadikan

hidupnyasengsara di dunia dan akhirat. Allah Ta‟ala berfirman :

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya

baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari

kiamat dalam keadaan buta” (Q.S. Thaaha: 124)

d. Kemudahan semua urusan dan jalan keluar / solusi dari semua masalah dan

kesulitan yang dihadapi.

Allah SWT berfirman :

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan

baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya

rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (Q.S. Ath-Thalaaq:2-3).

Page 27: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

18

Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin dicapai kecuali dengan

menegakkan semua amal ibadah yang wajib dan sunnah, serta menjauhi semua

perbuatan yang diharamkan dan dibenci oleh Allah Ta‟ala.

Dalam ayat yang lain Allah berfirman :

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya

kemudahan dalam (semua) urusannya” (Q.S. Ath-Thalaaq:4).

Allah akan meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta menjadikan

baginya jalan keluar dan solusi yang segera (menyelesaikan masalah yang

dihadapinya).

e. Penjagaan dan taufik dari Allah Ta‟ala.

Apabila kita menunaikan hak-hak Allah dengan selalu beribadah kepada-Nya,

serta menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka Allah akan

selalu bersama kita dengan selalu memberi pertolongan dan taufik-Nya kepadamu.

f. Kemanisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda kesempurnaan iman

Sesorang akan merasaklan manis dan lezatnya iman apaila ia ridho Allah

sebagai Tuhannya, islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad SAW sebagai

Rasullnya. Karena dengan keridhoannya itu ia akan ikhlas melaksanakan ibadah dan

amalan-amalan yang telah diperintahkan oleh Allah dan asul-Nya, tanpa ada rasa

berat dan rasa terpaksa.

Sifat inilah yang dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah SAW, yang semua itu

mereka capai dengan taufik dari Allah SWT, karena ketekunan dan semangat mereka

dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta‟ala. Allah SWT berfirman:

Page 28: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

19

“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada

keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu

benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat.Mereka itulah orang-orang

yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS al-Hujuraat:7).

g. Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan agama Allah

Allah Ta‟ala berfirman,

“ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh,

dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang

zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”(Q.S. Ibrahim: 2

Fungsi ibadah mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka dengan taufik dari

Allah Ta‟ala orang yang beriman tidak akan mau berpaling dari keimanannya, karena

mereka merasakan manisan dan nikmatan iman.Walaupun cobaan dan penderitaan

datang silih berganti, bahkan semua cobaan tersebut menjadi ringan

baginya.Gambaran inilah yang terjadi pada para sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi

wa sallam dalam keteguhan mereka sewaktu mempertahankan keimanan mereka

menghadapi permusuhan dan penindasan dari orang-orang kafir Quraisy, di masa

awal Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mendakwahkan Islam.

2. Pengaruh Sosial

Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan

tatanan sosial tertentu. Ibadah dalam masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup

besar baik itu ibadah mahdloh atau ibadah ghairu mahdloh. Dan ibadah yang

diwajibkan kepada umat islam ternyata tidak saja mengandung nilai spiritual, tetapi

juga mengandung nilai-nilai solidaritas dan kesejahteraan sosial umat islam dan umat

Page 29: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

20

lainnya.

Dalam ibadah mahdloh seperti halnaya shalat yang biasanya dilakukan oleh

masyarakat secara berjamaah, baik shalat harian yakni lima waktu, mingguan pada

shalat jum‟at atau tahunan yakni shalat idul fitri dan idul adha. Semua itu mempunyai

pengaruh dalam kehidupan bermasyarakat dan mencerminkan persatuan dan kesatuan

umat.22

Dalam shalat berjamaah dapat membiasakan atau mendidik orang-orang mukmin

untuk berjiwa merdeka, berjiwa sama rata sama rasa dan menumbuhkan jiwa

persaudaraan. Manusia merasa sama dirinya dengan orang lain dalam menyembah

Allah SWT, hilang dari mereka rasa angkuh dan takabur. Dan dapat melatih

persatuan dalam hal tolong menolong, dan memberi pengertian bahwa satu sama lain

diibaratkan sama seperti tembok.23

Islam dalam aktifitas ibadahnya juga sering mengadakan pertemuan- pertemuan

yang besar dan mengadakan usaha-usaha sosial, disyari‟atkannya hari raya kecil dan

hari raya besar. Hari raya kecil, diletakkan sesudah puasa dan hari raya besar

diletakkan sesudah selesai wukuf di Arafah.Pada hari raya puasa disyari‟atkan zakat

fitrah dan pada hari raya haji, disyari‟atkan kurban.Oleh sebab itu, dituntut bagi

seluruh warga masyarakat agar keluar dan pergi untuk melaksanakan shalat Id

bejamaah.Dengan berkumpulnya mereka dalam satu tempat dan satu tujuan maka

terjadilah persamaan dan kedamaian dalam lingkungan masyarakat.

Begitu pula dalam ibadah mahdloh lainnya seperti halnya zakat, di dalam zakat

juga bisa kita temukan pengaruh yang begitu besar, baik bagi orang yang memberi

maupun orang yang menerima zakat. Bagi orang yang menerima zakat, mereka dapat

memelihara dirinya dari kehinaan, kesusahan dan aib kemiskinan, serta memantapkan

iman dalam hati mereka dan memperkokoh dasar jihad dijalan Allah serta

menegakkan kemaslahatan umum.Para ibnu sabildapat meneruskan perjalannya

22

Khairunnas Rajab, Op Cit, Hal 77 23

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Op.Cit, hal 158

Page 30: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

21

dengan pertolongan zakat.Anak-anak yang terlantar dapat disantuni dalam tempat-

tempat tertentu dengan biaya yang dikumpulkan dari harta zakat.24

Oleh karena itu menurut penulis, bahwa para penganut agama yang sama secara

psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan dalam ibadah, iman

dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan menimbulkan rasa solidaritas dalam

kelompok masyarakat maupun perorangan, bahka kadang – kadang dapat membina

rasa persaudaraan yang kokoh. dan rasa persaudaraan (solidaritas) itu dapat

mengalahkan rasa kebangsaan.

Maka dapat disimpulkan bahwa norma yang memberikan arahan dan makna bagi

kehidupan masyarakat ialah agama, dan agama tidak terlepas dari ibadah dan aturan-

aturannya. Masalah agama juga tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan

masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan

masyarakat.

24

Ibid, hal 180

Page 31: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskripstif analitis. Metode

Deskriptif Analitis akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan

data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Untuk

menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian,

yaitu menguraikan dan menjelaskan konsep ibadah dalam Al-Qur’an kajian surat

Al-Fatihah ayat 1-7.

Dalam pengumpulan data, peneliti menempuh langkah-langkah melalui riset

kepustakaan (Library Research) yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian

kepustakaan murni. Metode riset ini dipakai untuk mengkaji sumber-sumber

tertulis. Sebagai data primernya adalah buku-buku tafsir. Di samping juga tanpa

mengabaikan sumber-sumber lain dan tulisan valid yang telah dipublikasikan

untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Misalnya kitab-kitab, buku-buku,

dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis teliti

sebagai data sekunder.

B. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil data, dari pendapat para

ahli yang diformulasikan dalam buku-buku, istilah ini lazim disebut library

research yaitu pengambilan data yang berasal dari buku-buku atau karya ilmiah di

bidang tafsir dan pendidikan, yang terdiri dari sumber primer dan sekunder.

Sumber primer dalam dalam penulisan ini adalah tafsir Al-Qur’ansurat Al-Fatihah

ayat 1-7, Tafsir al-Misbah, Tafsir Al-Asas, Tafsir Al-Qurthubi, Tafsir Ath-

Thabari.

Adapun sumber sekundernya adalah buku-buku pendidikan yang relevan

dengan pembahasan skripsi, seperti buku tafsir Ayat-ayat pendidikan karangan

DR.H.Abuddin Nata,MA, Samudera Al-Fatihah karangan H. Bey Arifin, Kuliah

Ibadah karangan Prof. DR. Teungku Muhammad hasbi Ash-Shiddieqy dan kitab-

Page 32: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

23

kitab lainnya yang sesuai dengan permasalahan.

C. Pengolahan Data

Pengolahan data yang penulis lakukan adalah dengan cara membandingkan,

menghubungkan dan kemudian diselaraskan serta diambil kesimpulan dari data

yang terkumpul.

D. Analisa Data

Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan metode

tafsir tahlili yaitu suatu metode tafsir yang digunakan oleh para mufassir dalam

menjelaskan kandungan ayat Al-Qur’an dari berbagai seginya dengan

memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang tercantum dalam mushaf.

Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan, menjelaskan

makna lafazh yang terdapat di dalamnya, dan menjelaskan isi kandungan ayat

yang kemudian dikaitkan dengan education approuch.

E. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku PEDOMAN

PENULISAN SKRIPSI yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011

Page 33: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

24

BAB IV

PEMBAHASAN

A. 1. Teks Surat Al-Fatihah Ayat 1-7

Artinya :

1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

4. Yang menguasai di hari Pembalasan.

5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami

meminta pertolongan.

6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,

7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka,

bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang

sesat.

2. Pengertian dan Riwayat Turunnya Surat Al-Fatihah

Al-Fatihah berasal dari kata Fataha, yaftahu, fathah yang berarti

pembukaan dan dapat pula diartikan “ kemenangan”. Dinamai demikian kerena

dilihat dari posisi surat Al-Fatihah berada pada bagian awal yang mendahului

surat-surat lain, sedangkanAl-Fatihah dalam arti kemenangan dapat dijumpai

pada nama surat yang ke-48 yang bernam Al-Fath yang berarti

Page 34: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

25

kemenangan.1Peletakan surat Al-Fatihah berada pada permulaan Al-Qur‟an

adalah dengan perintah dari Nabi Muhammad SAW sendiri, yang dinamakan

dengan tauqifi.2

Para ulama berbeda pendapat tentang tempat turunnya surat Al-Fatihah ini. Paling

tidak ada tiga pendapat:

1. Makiyah (surat yang diturunkan di Makkah). Ini adalah pendapat Ibnu Abbas,

Qatadah,dan Abu Al-Aliyah.

2. Madaniyah (surat yang diturunkan di Madinah). Ini adalah pendapat Abu

Hurairah, Mujahid, Atha‟binYasar, Az-Zuhri dan lainnya.

3. Pendapat lain mengatakan bahwa separuhnya diturunkan di Makkah dan

separuhnya lagi diturunkan di Madinah.

Abu Laits As-Samarqandi berkata: Bahwa pendapat pertamalah yang kuat dan

shahih, berdasarkan firman Allah SWT.3

“Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca

berulang-ulang dan Al- Qur‟an yang agung.” (Q.S. Al-Hijr:87)

Yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ialah surat Al-Fatihah

yang terdiri dari tujuh ayat. sebagian ahli tafsir mengatakan tujuh surat-surat yang

panjang Yaitu Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Maaidah, An-Nissa', Al 'Araaf, Al

An'aam dan Al-Anfaal atau At-Taubah.4

Selanjutnya dalam kitab asbab al-Nuzul Imam Abi al-Hasan Ali bin Ahmad

al-Wakhidiy al-Naysaburi yang dinukil oleh Abuddin Nata, dalam bukunya Tafsir

Ayat-ayat Pendidikan mengatakan, bahwa dalam hal turunnya surat al-fatihah ini

terdapat perselisihan, namun menurut sebagian besar ahli tafsir mengatakan

bahwa surat Al-Fatihah tersebut turun di Mekkah dan termasuk surat Al-Qur‟an

yang pertama kali diturunkan.5

1Abuddin Natta, Op Cit, hal :14

2Universitas Islam Indonesia, op. Cit, hal: 3

3 H.Darwis Abu Ubaidah, Tafsir al-Asas,(Jakarta,Pustaka Al-Kautsar), hal:14

4.Al- Qur’an Dan Terjemahnya, departemen Agama RI

5Abuddin Natta,Op Cit. hal :17

Page 35: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

26

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbahnya mengatakan, hampir seluruh

ulama berpendapat bahwa surat ini bukanlah wahyu pertama yang diterima oleh

Nabi Muhammad SAW. Hadits-hadits yang menyebutkan bahwa lima ayat dari

surat Iqra‟ merupakan wahyu yang pertama, dan hadits tersebut begitu kuat dan

banyak yang meriwayatkan sehingga riwayat lain tidak wajar menggugurkannya6

Salah seorang ulama yang berpendapat bahwa Al-Fatihah adalah wahyu

pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW, bahkan sebelum Iqra’ Bismi

Rabbika adalah Syekh Muhammad Abduh. Alasan yang dikemukakan oleh beliau

antara lain sebuah riwayat yang tidak shahih (mursal) yang diriwayatkan oleh Al-

Baihaqi, di samping itu ia juga memakai argumen logika. Adapun kesimpulan

dalil yang beliau ungkapkan adalah bahwa: Ada sunnah/kebiasaan Allah SWT,

yang menyangkut penciptaan maupun dalam penetapan hukum, Allah selalu

memulainya secara umum dan global, baru kemudian disusul dengan rincian

secara bertahap. Menurut Abduh, surat Al-Fatihah dalam kedudukannya sebagai

wahyu yang pertama, atau keberadaannya pada awal al-Qur‟an merupakan

penerapan sunnah tersebut. Al-Qur‟an turun menguraikan persoalan-persoalan

seperti : 1) Tauhid, 2) Janji dan ancaman, 3) Ibadah yang menghidupkan tauhid,

4) Penjelasan tentang jalan kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan cara

mencapainya, 5) Pemberitaan atau kisah generasi terdahulu.7

Kelima pokok persoalan diatas, tercermin dalam ketujuh ayat surat Al-

Fatihah. Tauhid pada ayat kedua dan kelima, janji dan ancaman pada ayat

pertama, ketiga dan ketujuh, ibadah juga pada ayat kelima dan ketujuh, sedang

sejarah masa lampau diisyaratkan oleh ayat terakhir.

Alasan Abduh ini tidak diterima oleh mayoritas ulama, kendati ada yang

berusaha mengkompromikannya dengan mengatakan bahwa surat Al-Fatihah

adalah wahyu pertama dalam bentuk satu surat yang turun secara sempurna,

sedang Iqra‟ (surat Al-Alaq) adalah wahyu pertama secara mutla, walau ketika

turunnya baru terdiri dari lima ayat, seperti diketahui bahwa surat Iqra‟ terdiri dari

Sembilan belas ayat.

6M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, Hal: 4

7Ibid,hal: 5

Page 36: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

27

Uraian Abduh yang berdasarkan logika diatas tetap dapat diterima, tetapai

bukan dalam konteks membuktikan turunnya Al-Fatihah mendahului Surat Iqra‟,

tetapi dalam rangka membuktikan kedudukan Al-Fatihah sebagai Ummul Qur’an

atau untuk menjelaskan mengapa surat Al-Fatihah diletakkan pada awal al-

Qur‟an.8

Menetapkan sebab nuzul atau masa turunnya ayat haruslah berdasarkan data

sejarah yang antara lain berupa informasi yang shahih. Nalar dalam hal ini tidak

berperan kecuali dalam melakukan penilaian terhadap data dan informasi itu.

Mengabaikan informasi yang kuat atau riwayat yang shahih dan mengambil

riwayat yang dhaif, walau dengan mengukuhkannya dengan alasan logika,

bukanlah cara yang benar dalam menetapkan sejarah. Itu sebabnya murid dan

sahabat dekat Syekh Muhammad Abduh sendiri yakni Syekh Muhammad Rasyid

Ridha, berkomentar dalam Tafsir Al-Manar bahwa argumentasi gurunya itu aneh.9

Berdalih dengan Sunnah Allah yang disinggung oleh Abduh di atas, yakni

bahwa Allah selalu menyebutkan sesuatu secara global baru kemudian

memerincinya, bias juga diterapkan pada kelima ayat pertama surat Iqra‟. Dalam

surat itu disinggung persoalan pokok yang mengantar kepada kebahagiaan umat

manusia, yakni ilmu pengetahuan dan keikhlasan (ayat pertama dan ketiga).

Disinggung juga sifat-sifat Tuhan yang merupakan inti ajaran Islam.Demikian

juga uraian sejarah yang diwakili oleh penjelasan tentang asal kejadian manusia.

Ayat-ayat al-Qur‟an dalam berbagai surat dapat dapat dikatakan menjelaskan

pokok-pokok bahasan itu.10

Disisi lain dalam surat Al-Fatihah dapat ditemukan ayat yang dapat dijadikan

semacam indikator bahwa Al-Fatihah bukanlah wahyu yang pertama turun. Ayat

yang dimaksud adalah ayat kelima:

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami

mohon pertolongan”. (Q.S. Al-Fatihah: 5)

8Ibid,hal: 5

9Ibid,hal: 6

10Ibid,hal: 6

Page 37: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

28

Kata kami (bentuk jamak) memberi isyarat bahwa ayat ini baru turun setelah

adanya komunitas muslim yang menyembah Allah secara berjamaah. Ini tentu

saja tidak terjadi pada awal kenabian, lebih-lebih pada awal penerimaan wahyu-

wahyu Al-Qur‟an. Di samping itu kandungan surat ini jauh berbeda dengan

kandungan surat-surat pertama yang pada umumnya berkisar tentang pengenalan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pendidikan terhadap Nabi Muhammad SAW.

Menurut M. Quraish Shihab, ia tidak menemukan informasi yang pasti tentang

kapan persisnya surat ini turun. Ada riwayat yang menyatakan bahwa ia turun

sesudah surat Al-Muddatsir, ada juga yang berpendapat turunnya sesudah surat

Al-Muzammil dan Al-Qalam. 11

Sementara itu Mujahid berpendapat bahwa surat

Al-Fatihah termasuk surat yang diturukan di Madinah. Dalam kaitan ini al-Husain

bin fadhil berpendapat bahwa pendapat Mujahid termasuk pendapat yang

tergesah-gesah, dan tampaknya ia hanya sendiri yang berpendapat demikian, dan

ulama lain menyangkalnya.12

Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa surat Al-Fatihah

diturunkan dua kali, yaitu Mekkah dan Madinah dengan tujuan untuk memulikan

surat tersebut. Dalam hubungan ini Ibn Katsir mengatakan bahwa surat Al-Fatihah

diturunkan dua kali; sekali di Mekkah dan sekali lagi di Madinah. Semantara itu

ada pula pendapat Abu al-Laits al-Samarqandi yang mengatakan bahwa sebagian

surat Al-Fatihah turun d Mekkah dan sebagiannya lagi turun di Madinah. Namun

pendapat yang terakhir ini sangat aneh (gharib jidan)13

Dari berbagai pendapat diatas tentang tempat turunnya surat Al-Fatihah,

tampak jelas bahwa yang paling kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa

surat Al-Fatihah diturunkan di Mekkah. Namun demikan tidak terdapat

keterangan tentang sebab-sebab atau peristiwa yang menyertai turunnya surat Al-

Fatihah itu, serta dalam situasi dan kondisi yang bagaimana surat itu turun, dan

tahun berapa tepatnya surat itu turun ?pertanyaan ini belum ada riwayat yang

menjelaskannya. Namun dari keterangan bahwa surat Al-Fatihah itu turun pada

awal disyariatkannya shalat, maka dapat diperkirakan pada saat Isra‟ Mi‟raj Nabi

11

Ibid,hal: 6 12

Abuddin Natta,Op Cit. hal :19 13

ibid, hal :19

Page 38: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

29

Muhammad SAW, yang menurut sejarah disekitar satu tahun menjelang

Rasulullah SAW pindah (hijrah) kemadinah, yaitu pada tahun ke-13 dari kenabian

Muhammad SAW.14

3. Nama-nama Surat Al-Fatihah

Surat yang mulia ini memiliki nama cukup banyak dan begitu indah, berikut ini

adalah nama-nama lain dari surat Al Fatihah:

1. Ash-shalaah (shalat).

2. Al-Hamdu (segala puji).

3. Fatihatul Kitab (pembuka kitab).

4. Ummul Kitab (Induk Al-kitab).

5. Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an).

6. Al-Matsani (yang diulang-ulang).

7. Al-Qur’an Al-Azhim (Al-Qur’an yang agung).

8. Asy-Syifa’ (penawar / obat).

9. Ar-Ruqyah (mantera/jampi).

10. Al-Asas (dasar/fondasi).

11. Al-Waafiyah (yang lengkap/penyempurna).

12. Al-Kafiyah (yang mencukupi)15

.

4. Keistimewaan Surat Al-Fatihah

Surat Al-Fatihah ini memiliki banyak Fadhilah (keutamaan), seperti yang

diterangkan dalam beberapa riwayat,

14

ibid, hal :19 15

H. Darwis Abu Ubaidah, op cit, hal. 23 16

Imam Abi Abdillah Muhammad bin ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah

Al Bukhari Al Ju”fi, Shahih Al-Bukhari, 6/103, Bab Fatihatil Kitab

Page 39: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

30

“Ketika aku sedang sholat dipanggil oleh Nabi, aku tidak menjawabnya. Setelah

aku selesai sholat aku katakan kepada beliau bahwa aku tadi sedang sholat. Lalu

beliau bersabda, :bukankah Allah telah berfirman : Jawabalah seruan Allah dan

Rasul-Nya apabila ia (Allah dan Rasul-Nya) menyeru kamu” Kemudian beliau

berkata: “Ingatlah aku kakn mengajarkan kepadamu satu surat yang teragung di

dalam al_quran sebelum kamu keluar dari masjid itu, aku berkata: “Ya

Rasulullah, sesungguhnya engkau tadi mengatakan: ingatlah aku akan

mengjarkan kepadamu satu surat yang teragung di dalam al-Quran”. Beliau

bersabda: “Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Ia adalah tujuh ayat yang diulang-

ulang, dan al-Quran yang agung telah diberikan kepadaku.”

Dalam riwayat lain Rasullah SAW. Bersabda :

.17

“Allah tidak menurunkan seperti Ummul Quran (Al-Fatihah) di dalam

Taurat dan tidak pula di dalam Injil. Ia adalah As-Sab’ul Al-Matsaani (tujuh ayat

yang diulang), dia terbagi antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa

yang dia minta.”

Ibnu Hisar berkata : “ Heran kalau ada orang yang berbeda pendapat tentang

adanya keutamaan dan tidaknya suatu surat atau ayat, banyak dalil-dalil yang

menunjukan adanya keistimewaan atau kelebihan suatu surat atau ayat atas surat

yang lainnya “.18

Bukan hanya terdapat ayat atau surat saja, bahkan ada hari, bulan atau saat-

saat tertentu yang diistimewakan Allah SWT. Seperti halnya hari Jum‟at, malam

Jum‟at, bulan Ramadhan, dihari-hari Tasyriq dan lain-lainnya, adalah saat-saat

istimewa dalam beribadah.Bahkan ada pula tempat-tempat yang lebih

diistimewakan Allah SWT dari tempat-tempat yang lainnya untuk sholat dan

berdoa seperti Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan

Masjid al-Aqsho di Palestina.19

17

Abu Isa Muhammad bin Isa bin saurah At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, pada

pembahasan tafsir al-Quran, bab surah al-Hijr, 5/295 hadisno. 3125. dan Imam Malik dalam kitab

_Al-Muwaththa’ pada pembahasan tentang shalat, bab hadis tentang Ummul Quran 1/82, hadist

no. 37. 18

H. Bey Arifin, Op Cit, hal :2 19

Ibid, hal: 4

Page 40: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

31

Dari uraian dan dalil yang telah diterangkan diatas, berikut ini adalah

keistimewaan lain dari surat al-Fatihah:

1. Surat paling besar („Azham)

2. Tidak terdapat dalam kitab Taurot Injil dan Zabur

3. Hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

4. Langsung mendapat jawaban dari Allah SWT ketika seseorang

membacanya

5. Dengan membacanya maka kita akan aman dari segala bahaya

6. Sebagai obat sesuai dengan yang diniati pembaca al-Fatihah20

5. Tafsir Surat Al-FatihahAyat 1-7

Ayat 1

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang.”

Allah memulai kitab-Nya dengan Basmalah, dan memerintahkan Rasulullah

SWA sejak dini pada wahyu yang pertama untuk melakukan pembacaan dan

semua aktifitas dengan nama Allah, Iqra’ Bismi Rabbika, maka tidak keliru jika

dikatakan bahwa basmalah merupakan pesan pertama Allah kepada manusia,

pesan agar manusia memulai setiap aktivitasnya dengan nama Allah.21

Lafazh asalnya adalah Al-Ismu, musytaq dari lafzh Al-Summu yang

artinya Al-Rif’ah (luhur), dan Al-ulwu (tinggi).Ada yang mengatakan musytaq

dari lafazh Al-Simah.22

Menurut Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni pendapat

yang assoh adalah pendapat yang pertama (musytaq dari lafzh Al-Summu) dan itu

20

Ibid, hal: 9 21

M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, hal: 11 22

Al-Qurthubi, Jaami’I Al-Ahkam Al-Qur’an, juz 1, hal: 100. Diterangkan juga oleh

Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni dalam tafsirnya Rawa’iu Al-Abayan Tafsir Ayat Al-Ahkam Min

Al-Qur’an, juz 1, hal: 15.

Page 41: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

32

adalah pendapat para ulama Basroh. Karena jamaknya adalah lafazh firman

Allah SWT, “ “ “Dan Allah memiliki Asma‟ul Husnah (nama-

nama yang terbaik).”(Q.S. Al-A‟raf: 180).

Al-Qurthubi berkata: yang terkenal dikalangan ahli bahasa,

bahwa berasal dari kata basmala, para ulama berbeda pendapat tentang

penempatan huruf ba pada kalimat . Ada yang mengatakan bahawa

menempatkan huruf ba pada awal lafazh .sebagai perintah atau amr, yang

takdirnya anta yang berarti engkau, yang pada awalnya kalimat tersebut

ibda’bismillah “mulailah dengan membaca bismillah.” Begitulah pendapat Imam

Al-Farra‟.

Sedangkan Az-Zujaj berpendapat bahwa penempatan huruf ba pada

lafazh .adalah sebagai khabar atau berita, yang takdirnya adalah ana yang

berarati aku.Pada awalnya kalimat ini berbunyi ibtada’tu bismillah yang berarti

“aku memulai dengan membaca bismillah.”23

Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian dari kata “ Ismun “. Quthrub

berkata:“kata Ismun ditambahkan (ke dalam lafazh bismillah) untuk

mengagungkan dan memuliakan Allah SWT. Sedangkan Al-Akhfasy berkata, kata

“ismun” ditambahkan (ke dalam lafazh bismillah) untuk mengeluarkan (lafazh

tersebut) dari bentuk kalimat sumpah ke bentuk kalimat meminta berkah. Sebab

asal dari bismillah adalah billah.24

Abu Ubaidah Ma‟mar bin Al-Mutsanna

berpendapat bahwa kata ismun (yang terdapat pada lafazh ) adalah shillah

tambahan.25

23

H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 25 24

Tafsir Al-Qurthubi, Op Cit, hal: 257 25

Ibid, hal: 256

Page 42: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

33

Lafazh .Ditulis tanpa huruf alif, karena sudah tercukupi oleh huruf ba’

ilshaaq yang terdapat dalam lafazh dan tulisan bismillah.Hal ini sudah banyak

dilakukan. Berbeda halnya dengan firman Allah: “Bacalah dengan

(menyebut) nama Tuhanmu”(Q.S. Al-Alaq: 1) pada firman Allah ini huruf alif

tidak dibuang, karena jarang dilakukan.26

Sebagian ulama berpendapat, makna . (dengan menyebut nama Allah)

adalah, Aku memulai dengan pertolongan, taufik, dan keberkahan Allah

SWT.27

Huruf ba muta‟alaknya pada Fi‟il yang dibuang, yang mencocoki pada

keadaan si pembaca. Ketika seseorang ingin membaca sesuatu lalu ia memulai

dengan .Maka artinya adalah aqro‟u musta‟inan bismillah.28

Lafazh adalah merupakan nama Tuhan yang paling agung dan popular,

apabila kita bekata “Allah” maka apa yang kita ucapkan itu telah mencangkup

semua nama-nama-Nya yang lain, sedangkan apabila kita mengucapkan nama-

Nya yang lain misalnya Ar-Rahman, Al-Malik dan sebagainya, maka kita hanya

menggambarkan sifat Rahmat atau sifat kepemilikan-Nya saja.29

Tidak ada

seorang pun selain Dia yang dinamai dengan nama Allah baik secara hakikat

maupun majaz, sedang sifat-sifat-Nya yang lain secara umum dapat dikatakan bisa

disandang oleh mahluk-mahluk-Nya. Oleh karena itu lafazh Ini tidak

dijadikan tasniyah dan tidak dan tidak pula dijadikan jamak. Secara tegas Tuhan

Yang Maha Esa itu sendiri yang menamai dirinya Allah, dalam firman-Nya

dikatakan :

26

ibid,hal: 258 27

Ibid, hal: 256 28

Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni dalam tafsirnya Rawa’iu Al-Abayan Tafsir Ayat Al-

Ahkam Min Al-Qur’an, juz 1, hal: 15. 29

M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, hal: 17

Page 43: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

34

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah

Aku...”(Q.S. Taha: 14).

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:

“Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya ?.”(Q.S.

Maryam: 65)

Ayat ini dipahami oleh pakar Al-Qur‟an bermakna: “ Apakah engkau

mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini ? atau apakah engkau

mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan

sebagaimana pemilik nama itu (Allah) ?atau bermakna Apakah engkau

mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini ? juga dapat berarti

Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia(yang patut

disembah) ?.

Pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna sanggahan ini semuanya

benar, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya itu yang

berhak manyandang nama tersebut, sedangkan selain-Nya tidak ada bahkan tidak

boleh.30

Abu ja‟far berkata: lafazh mengikuti bentuk kata fa’laan yang berasal

dari akar kata rahima, dan mengikuti bentuk kata fa’iil dari akar kata

yang sama. Secara etimologi tidak seorangpun ahli bahasa yang memungkiri

bahwa kata memiliki makna yang lebih spesifik dari pada kata ,

meskipun keduanya berasal dari akar kata yang sama . Dari sisi riwayat ditemukan

sejumlah pendapat yang berbeda:

As-Sari bin Yahya At-Tamimi menceritakan kepadaku, dia berkata, Utsman

bin Zufar menceritakan kepada kami, dia berkata: aku mendengar Al-Arzami

menakwilkan: dia berkata, meliputi seluruh makhluk, dan

khusus untuk orang-orang beriman.31

30

Ibid, hal: 17 31

Tafsir Ath-Thabari, Op Cit, hal : 214

Page 44: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

35

Ayat 2

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam.”

Imam Al-Qurthubi berpendangan bahwa (segala puji) dalam bahasa

Arab adalah pujian /sanjungan yang sempurna, Alif dan Lam ( ) pada kalimat

adalah unuk istighraq (menghabiskant) terhadap segala bentuk pujian,

karena Dialah yang memiliki nama-nama yang baik/indah dan sifat-sifat yang

mulia.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa segala puji dan sanjungan hanya

milik dan kepunyaan Allah, selain dari Allah tidak setupun dari makhluk ini yang

pantas dan layak mendapat pujian.32

Kalmiat atinya Adalah yang berkuasa, setiap orang yang menguasai

sesuatu maka dialah rabb-nya. Rabb merupakan satu diantara nama-nama Allah

yang mulia, Rabb dapat diartikan yang menciptakan, mengatur, memperbaiki,

melindungi, yang melaksanakan, menghidup dan mematikan. Sedangkan

biasa diartikan semesta alam.Para ulama berbeda pendapat dalam

menjelaskan al-alamiin.33

Qatadah berpendapat bahwa al-alamiin adalah semua alam, segala yang ada

selain Allah. Ibnu Abbas bekata bahwa al-aalamiin adalah jin dan manusia,

berdasarkan surat al-furqan ayat pertama.

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-

Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”(Q. S. Al-

Furqan:1)

32

H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 36 33

Ibid, hal: 37

Page 45: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

36

Sedangkan hewan tidak termasuk kedalam ayat ini. Sementara Al-farra‟ dan

Abu Ubaidah berkata bahwa al-amiin adalah khusus untuk makhluk yang berakal,

dan hal itu ada empat kelompok: Jin, manusia, malaikat, dan setan. Oleh karena

itu hewan tidak termasuk didalamnya. Sedangkan Wahab bin Munabbih berkata :

Sesungguhnya Allah memiliki delapan belas ribu alam, dunia ini adalah satu

diantaranya.34

Abu Said Al-khudri berkata : Allah memiliki empat puluh ribu alam, dunia ini

dari Timur sampai ke Baratnya adalah satu diantaranya. Abu Aliyah berkata: Jin

adalah alam, manusia adalah alam, selain itu bagi empat penjuru bumi ini. Dan

setiap penjuru ada seribu lima ratus alam. Semuanya itu Allah ciptakan agar

mereka beribadah kepada Allah SWT.35

AYAT 3

“Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”

Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua sifat yang dimiliki Allah, dua nama

diantara nama-nama yang indah (asmaul husna) yang dimiliki Allah. Kedua sifat

ini berasal dari kata Ar-Rahman (kasih sayang) dalam bentuk kalimat

mubalaghah, Ar-Rahman lebih dari Ar-Rahim, karena Ar-Rahman adalah adalah

yang mempunyai kasih sayang yang mencangkup dan meliputi untuk semua

makhluk yang ada didunia ini, sedangkan Ar-Rahim hanyalah diperuntukkan

untuk orang-orang yang beriman diakhirat kelak. Ar-Rahim artinya bahwa Allah

mempunyai sifat kasih sayang bagi orang-orang yang beriman kelak dihari

kiamat.Demikianlah mayoritas pendapat para ulama.36

Di dalam salah satu firman-Nya Allah SWT telah menjanjikan bahwa Ar-

Rahim (kasih sayang)Nya itu hanya diperuntukkan kepada para hamba-Nya yang

beriman, firman Allah SW.

34

Ibid, hal : 37 35

Ibid, hal : 37 36

Ibid, hal : 38

Page 46: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

37

“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan

ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada

cahaya (yang terang).dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang

yang beriman.”(Al-Ahzab : 43).

AYAT 4

“Yang menguasai hari pembalasan.”

Maha bekuasanya Allah pada hari itu, hari kiamat, bukan berarti pada hari-

hari ini Allah tidak berkauasa.Kekuasaan Allah meliputi dunia dan akhirat.Hanya

saja dikhususkannya kekuasaan pada hari itu (hari pembalasan), karena pada hari

tersebut tidak ada seorang pun yang dapat berbuat apa-apa, bahkan berbicara pun

tidak sanggup, kecuali orang-orang yang dikasih izin oleh Allah.37

As-Syaikh

Muhammad Ali As-Sobuni mengomentari ayat Allah yang mulia ini dengan

mengatakan :

“yakni Dialah Allah yang maha suci yang berkuasa untuk memberikan

balasan dan hisab (perhitungan), yang bertindak pada hari pembalasan itu

sebagaimana tindakan seorang penguasa (raja) di dalam kekuasaan-Nya. yaitu

hari ketika seorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan

segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.”38

Pada ayat yang lain Allah kembali menyebutkan tentang siapa sesungguhnya

yang berkuasa pada hari yang dahsyat itu. Firman Allah SWT.

37

Ibid, hal :40 38

Muhammad Ali As-Shabuni, Shafwatut Tafasir, juz 1, hal 25

Page 47: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

38

“ Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya;

yang Maha Pemurah. mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.”“ Pada hari,

ketika ruh dan Para Malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata,

kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah;

dan ia mengucapkan kata yang benar.” Itulah hari yang pasti terjadi. Maka

Barangsiapa yang menghendaki, niscaya iamenempuh jalan kembali kepada

Tuhannya.”(An-Naba‟ : 37-39)

(Yaumuddin), secara umum diterjemahkan dengan hari

pembalasan.Sesungguhnya apa yang dimaksud dengan Yaumuddin itu sendiri

sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

“Dan Sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam

neraka.mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. Dan mereka sekali-

kali tidak dapat keluar dari neraka itu.Tahukah kamu Apakah hari pembalasan

itu? Sekali lagi, tahukah kamu Apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari (ketika)

seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. dan segala

urusanpada hari itu dalam kekuasaan Allah.” (Al-Infithar : 14-19).

(Yaumuddin), adalah salah satu diantara nama-nama Hari Kiamat yang

berikan oleh Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur‟an.

Ayat 5

Page 48: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

39

“Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami

memohon pertolongan.”

Ibadah adalah lambang ketundukan dan ketaatan yang paling tinggi.

Sementara memohon pertolongan adalah bukti kelemahan seorang makhluk yang

selalu membutuhkan bantuan dari sang pencipta yakni Allah SWT. Dalam ayat

tersebut mendahulukan maful bih yakni lafadz dari fi’ilnya yakni dan

, hal tersebut memberikan arti takhsis (memberikan nuansa kekhususan),

yakni kami khususkan ibadah hanya kepada-Mu dan kami khususkan mohon

pertolongan hanya kepada-Mu.

Ayat yang mulia ini mengandung pengerian yang sangat dalam dan

menyeluruh, karena didalamnya tertuang suatu ikrar (janji) seorang hamba kepada

zat yang maha agung. Jika ikrar itu diucapkan dengan sadar, penuh penghayatan,

tentulah hamba tersebut tidak akan terjerumus dalam kehinaan dan dosa.

Ayat 6

“Tunjukilah selalu kami jalan yang lurus”

Menurut Ibnu Qoyyim al-Jauzi : kata Ihdinayang berarti “Tunjukilah selalu

pada kami”. Beliau menyebut : 1). Berarti : tetapkanlah kami!. 2). Arsyidna yang

berarti “Tuntunlah kami “. 3). Waffiqna, yang berarti “ berikanlah kami taufiq”.

4). Al-himma yang berarti “ Berilah kami ilham”.39

Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab ra menggatakan di dalam kitabnya

yang berjudul “ Tafsir al-Fatihah “, bahwa shirothol mustaqim itu adalah jalan

yang jelas, jalan yang lurus, tidak bengkok. Dan yang dimaksud dengan demikian

itu adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul, shirothol mustaqim

juga mengandung makna jalan yang benar, jalan yang benar, jalan yang menjadi

kebutuhan seorang hamba untuk selamat dari azab dan siksa, jalan yang dapat

39

H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 61

Page 49: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

40

membawa manusia kepada kebahagiaan, ketenangan jiwa baik di dunia maupun

di akhirat.

Ayat 7

“ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;

bukan (jalan)mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua

golongan yang menyimpang dari ajaran Islam “.

Ayat ini menyebutkan jalan yang baik, jalan yang lurus, jalan yang telah

Allah SWT anugerahkan kepada para hamba-Nya, yaitu jalan yang telah ditempuh

para Nabi, shidiqin, syuhada, dan shalihin. Sekiranya manusia memiliki banyak

sifat yang tidak baik itu betul-betul butuh kepada shirothol mustaqim, hendaklah

manusia itu taat, patuh kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan cara

melaksanakan apa yang diperintahkannya secara maksimal, serta berusaha

menjauhkan diri dari larangan Allah SWT.40

Pengulangan kata Shiroth (jalan) dimaksudkan untuk menegaskan dan

memberitahukan bahwa jalan yang lurus itu adalah jalan kaum muslimin. Adapun

mereka yang diberi Allah SWT nikmat dengan jalan itu adalah kelompok yang

yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya :

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan

bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu:

Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang

saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS.An-Nissa‟:69)

“……..bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan jalan mereka yang sesat”.

40

Ibid,hal: 63

Page 50: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

41

Mayoritas ulama berpendapat bahwa jalan orang-orang yang dimurkai itu

adalah jalannya orang-orang Yahudi dan dan jalan mereka yang sesat itu adalah

jalannya orang-orang Nashara. Pandangan ini berdasarkan beberapa dalil :

Pertama, ketika Allah SWT menceritakan bagaimana keadaan kaum Nabi

Musa as yang ketika itu tidak merasa nyaman dengan makanan yang dihidangkan

selalu sama, manna dan salwa sehingga mereka mengajukan kepada Nabi Musa

as bentuk menu makanan dan minuman yang lainnya berupa sayur mayur,

ketimun kacang adas dan lain sebagainya.

Kedua, ketika Allah SWT menyebutkan bahwa orang-orang yang menjadikan

patung anak sapi sebagai tuhan yang mereka sembah, akan mendapat murka dan

kehinaan dari Allah SWT.

Ketiga, ketika Allah SWT menceritakan perilaku orang-orang Ahlul Bait

yang berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya yang pada akhirnya

menjerumuskan mereka kedalam kesesatan, bahkan menyesatkan banyak orang.41

6. Kandungan Surat Al-Fatihah

A. Keimanan

Misi yang pertama kali dibawa Al-Qur‟an adalah keimanan yang dibawa

melalui Nabi Muhammad SAW. Nabi-nabi dan rasul-rasul yang telah diutus

sebelum Nabi Muhammad SAW pun menanamkan keimanan kepada umatnya.

Keimanan yang dibawa oleh Al-Qur‟an meliputi keimanan kepada Allah,

rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya,

hari akhirat, serta qada dan qadar.

Ketika Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, keimanan

yang dibawa oleh rasul-rasul sebelumnya sudah kabur, tauhid yang kholis (murni)

tidak ada lagi, umat-umat terdahulu yang pernah diutus rasul-rasul kepada mereka

dan mempunyai kitab-kitab samawi telah menyimpang jauh dari ajaran-ajaran

rasul dan kitabnya, mereka menganggap rasul-rasul, orang-orang saleh dan

malaikat-malikat sebagai Tuhan, dan kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada

mereka sudah banyak yang dirubah oleh tangan mereka sendiri.

41

Ibid,hal: 69

Page 51: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

42

Bangsa Arab dan sekitarnya, walaupun sebagian dari mereka dulu pernah

menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, mereka banyak yang berpindah

kepercayaan menjadi penganut kepercayaan watsani, penyembah patung-patung

dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat disekitar ka‟bah terdapat 360 buah

patung.

Kedatangan Al-qur‟an sebagai kita suci samawi untuk mensucikan akidah

manusia dari kotoran-kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang

semurni-murninya, yang tidak bercampur dengan kepercayaan-kepercayaan dan

perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur‟an.

Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur‟an adalah akidah yang amat jelas

dan tegas. Dapat dicapai oleh akal dan paling sempurna dibandingkan agama-

agama selain agama Islam dan agama-agama yang datang sebelumnya.

Di dalam surat Al-Fatihah akidah tauhid ini didapat dalam ayat-ayat :

a. Ayat Pertama

“ segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”

Semua pujian itu hanya untuk Allah dan yang berhak dipuji hanyalah Allah

SWT karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji. Seseorang

apabila dipuji karena sifatnya yang mulia yang berada pada dirinya atau karena

jasa-jasa baiknya, maka pada hakikatnya pujian tersebut hanya untuk Allah,

karena Allahlah yang memiliki sifat-sifat sempurna yang memberikan kebaikan

dan kemuliaan kepada manusia. Pernyataan inilah yang menjadi inti dari

keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya.

Keimanan kepada Allah SWT serta segala kesempurnaan-Nya, dan akidah

tauhid yang semurni-murninya itu adalah salah satu dari ajaran Islam yang

terpenting, sebab hal tersebut didalam ayat ini ditegaskan lagi bahwa Allah SWT

adalah Rabb semesta alam.

Kata Rabb selain memiliki arti “ Yang Memiliki” juga memiliki arti “

Pendidik” atau “ Pengasuh”. Dengan ini jelaslah bahwa sesuatu apapun yang

berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah SWT. Allah-lah yang telah

Page 52: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

43

menciptakannya, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak

ada yang menyekutui Allah SWT. Sejalan dengan hal ini, jelaslah bahwa manusia

itu amat kecil, dan jauh tempatnya namun tetap berada dibawah pengetahuan,

lindungan, dan pemelliharaan Allah SWT. Allah SWT telah memberikan kepada

makhluk-Nya suatu bentuk yang amat sempurna, lalu dikarunikan kepada manusia

akal, naluri (instink) dan kodrat-kodrat alamiah, sebagai bekal untuk kelanjutan

hidup manusia tersebut di alam dunia untuk kehidupan selanjutanya di akhirat.

Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan, yang dilakukan oleh Allah SWT

wajib diperhatikan dan dipelajari oleh manusia sebagai bentuk tafakkur manusia

akan kekuasaan Allah SWT yang akan menghasilkan peningkatan kekuatan dalam

keimanan dan ketakwaan.

b. Ayat Kedua

“hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami

memohon pertolongan”

Ayat ini juga mengandung inti ibadah manusia kepada Allah SWT, karena

yang hanya berhak disembah hanya Allah SWT dan hanya kepada Allah SWT

sajalah manusia selalu memohon pertolongan. Hal ini karena manusia adalah

makhluk Allah SWT yang harus selalu berhubungan dengan Allah SWT sebagai

penciptanya. Manusia berdo‟a memohon sesuatu hanyalah kepada Allah SWT.

Dengan ayat ini akan terbongkarlah akar-akar dari bentuk-bentuk

kesyirikan (mempersekutukan Allah SWT dan membesarkan kekuasaan selain

kekuasaan Allah SWT), bentuk kepercayaan watsani (menyembah dewa-dewa,

matahari, bulan, bintang-bintang dan lain sebagainya), kepercayaan majusi

(menyembah api), dan kepercayaan lainnya yang banyak berkembang dan dianut,

sebelum datang agama Islam yang dirisalahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

B. Ibadah

Didalam Al-Qur‟an Allah berfirman:

Page 53: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

44

“hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-

lah kami memohon pertolongan”

Di dalam ayat , jika direnungi secara mendalam, maka

seorang

hamba tidak akan pernah sempurna dalam penyembahannya kepada Allah SWT,

namun karena sifat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ayat

sebagai bentuk rahmat Allah SWT yang diturunkan untuk

hamba-hamba Nya, hingga manusia hanya selalu memohon pertolongan kepada

Allah SWT . Jadi ayat tersebut diatas mengandung penafsiran ketauhidan dan

rahmat Allah SWT untuk bekal peribadatan seorang manusia kepada Allah SWT.

“tunjukilah (selalu) kami kepada jalan yang lurus”

Sempurnanya agama Islam untuk kebahagiaan manusia dia alam dunia

sampai akhirat, Allah SWT telah menetapkan batas-batas syariat yang berupa

peraturan-peraturan, hukum-hukum, dan menjelaskan kepercayaan, memberikan

pelajaran dan perumpamaan-perumpamaan. Semua ini merupakan tuntunan

menuju jalan yang lurus yang telah Allah SWT bentangkan untuk manusia agar

manusia tersebut sampai pada kebahagiaan hidup baik di dunia sampai alam

akhirat. Maka sungguh amat berbahagia manusia yang menjalani batas-batas

syareat yang telah Allah SWT tetapkan tersebut, dan amat sengsaralah manusia

yang menghindari dirinya dari jalan tersebut.

C. Hukum-hukum dan Peraturan-peraturan

Telah dijelaskan diatas bagaimana mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat, yaitu dengan adanya penetapan peraturan-peraturan dan hukum-

hukum, dan hal tersebut pun bercabang menjadi peraturan dan hukum yang

Page 54: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

45

berhubungan dengan hubungan manusia kepada Allah SWT, dan manusia dengan

masyarakat, dan juga siasat kenegaraan dan lain-lain. Sebagaimana ayat yang

mengandung peraturan dan hukum yang dicantumkan dalam surat Al-Fatihah

yang berbunyi :

“Tunjukilah (selalu) kami jalan yang lurus”

Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat adalah akidah-akidah yang benar, hukum-hukum dan peraturan-peraturan

serta perumpamaan-perumpamaan yang telah dijelaskan di dalam Al Qur‟an dan

Hadits.

D. Janji dan Ancaman

Al Qur‟an al Karim juga mengandung janji dan ancaman. Allah SWT

menjanjikan kebahagiaan kepada manusia yang beriman dan berbuat baik, dan

mengancam kepada siapapun manusia yang mempersekutukan Allah SWT,

membuat kerusakan dan kezhaliman di atas permukaan bumi dengan azab dan

siksaan. Janji dan ancaman Allah SWT itu bersifat umum kepada kaum dan

bangsa apapun.

Didalam surat Al Fatihah mengandung ayat-ayat yang yang berupa janji

dan ancaman, berbunyi :

a. Ayat Pertama

“dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang”

Dengan menyebut nama Allah “Yang Maha Pemurah” lagi “Maha

Penyayang”, Allah SWT menjanjikan kepada manusia yang beriman kepada Allah

SWT dan berbuat baik dengan limpahan karunia dan anugerah nikmat yang tiada

terhitung dari-Nya.

Page 55: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

46

b. Ayat Kedua

“Yang menguasai hari pembalasan”

Di hari itu segala bentuk perbuatan manusia akan dibalas. Balasan syurga

untuk manusia yang beriman kepada Allah SWT dan berbuat baik, balasan neraka

untuk manusia yang mempersekutukan Allah SWT, ingkar dan berbuat

kezhaliman. Yang hal ini adalah janji dan ancaman Allah SWT.

c. Ayat Ketiga

“Tunjukilah (selalu) kami jalan yang lurus”

Manusia yang mengikuti jalan yang telah ditetapkan, maka kebahagiaan

hidup di dunia dan akhiratlah yang akan diraihnya. Dan sebaliknya, manusia yang

menghindari tidak menjalankan yang telah ditetapkan, maka pastilah kebinasaan

hidup baik di dunia maupun akhirat. Dengan ini maka dapat dipahami adanya janji

dan ancaman Allah SWT.

d. Ayat keempat

“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan

(jalan)mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Yang

dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua

golongan yang menyimpang dari ajaran Islam “.

Ada orang-orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah SWT, yaitu para

Nabi, para Rasul, orang-orang sholeh dan shadiqin, mereka adalah orang-orang

yang akan menerima limpahan rahmat dan pahala dari Allah SWT berupa

Jannatinna‟im dan ini merupakan janji Allah SWT. Dan ada pula orang dimurkai

Allah SWT, yaitu mereka yang tidak mau menjalani jalan lurus yang telah

ditetapkan Allah SWT, padahal manusia itu telah mengetahui hakikat jalan lurus

tersebut, dan ada pula manusia yang tersesat, yaitu orang-orang yang tidak

Page 56: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

47

mengetahui jalan yang benar atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam

menempuh jalan tersebut. Mereka yang dimurkai Allah SWT dan tersesat akan

menerima siksaan yang pedih sebagai bentuk hukuman dari Allah SWT. Dan ini

adalah suatu ancaman.

E. Kisah-kisah atau Cerita-cerita

Sebagai bentuk panutan dan ketauladanan, pelajaran serta i‟tibar, maka Al

Qur‟an menceritakan kisah-kisah kaum-kaum dan bangsa-bangsa terdahulu yang

Allah SWT telah mengutus para Rasul dan Nabi-Nya kepada mereka dengan

membawa kerisalahan yang telah Allah SWT tetapkan baik berupa peraturan-

peraturan, hukum-hukum dan syariat, yang semua itu ditetapkan bertujuan untuk

kebahagian hidup mereka.

Diantara para kaum dan bangsa tersebut ada yang menerima dan ada pula

yang menolak, dan Allah SWT telah menerangkan akibat dari penolakan dan

peneimaan, untuk dijadikan i‟tibar dan pelajaran.

Lebih kurang ¾ dari isi Al Qur‟an adalah cerita tentang bangsa dan kaum-

kaum terdahulu, serta anjuran Allah SWT untuk mengambil i‟tibar dan pelajaran

dari apa yang mereka perbuat dan akibatnya.

Di dalam surat Al Fatihah keadaan bangsa dan kaum terdahulu telah

dijelaskan dengan ayat yang berbunyi :

“ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;

bukan (jalan)mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua

golongan yang menyimpang dari ajaran Islam “.

Dari penjelasan-penjelasan yang penulis uraikan diatas, kita dapat pahami

bahwa surat Al-Fatihah memiliki pengertian dan makna yang begitu dalam,

menjadi intisari kandungan Al-Qur‟an dan menjadi pembuka semua surat dalam

Al-Qur‟an.

Page 57: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

48

B. Konsep Ibadah Dalam surat Al-Fatihah Ayat 1-7

Seluruh persoalan agama tersimpan didalam dua kalimat pendek yang

terdapat dalam ayat:

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami

meminta pertolongan”.(QS. Al-fatihah: 5)

Ayat ini yang menjadi inti dari surat Al-fatihah ayat 1 sampai 7, dan Al-

fatihah adalah inti dari Al-qur‟an, dan Al-qur‟an adalah inti seluruh kitab suci atau

ajaran seluruh Nabi dan Rasul. Maka ayat ini adalah menjadi inti seluruh kitab-

kitab suci, dan inti seluruh ajaran Nabi-Nabi dan Rasul.42

1.

iyyaka na‟budu artinya: engkaulah yang kami sembah. Hanya engkau sajalah

yang kami sembah. Hanya untuk engkau sajalah kami beribadah. Tidak ada

selain engkau yang kami semah.

Ketika seseorang menyatakan iyyaka na’budumaka ketika itu tidak

sesuatu apapun, baik dalam diri seseorang maupun yang berkaitan dengannya,

kecuali telah dijadikan milik Allah, segala aktivitas manusia harus berakhir

menjadi ibadah kepada Allah SWT, dan ibadah merupakan kebutuhan manusia

lebih daripada satu kewajiban.

Ibadah atau pengabdian yang dimaksud dalam ayat kelima ini tidak

terbatas pada hal-hal yang diungkapkan oleh ahli hukum islam (fiqih) yakni

shalat, puasa,zakat dan haji saja, tetapi mencangkup segala macam aktivitas

manusia, baik pasif maupun aktif, sepanjang tujuan dari setiap gerak dan

langkah itu adalah Allah, sebagaiman tercermin dalam pernyataan yang

diajarkan Allah SWT43

:

42

H. Bey Arifin, Op Cit, hal :217 43

M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1,Op Cit Hal: 55

Page 58: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

49

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah

untuk Allah, Tuhan semesta alam.(Qs. al-An‟am: 162)

Ibadah adalah buah dari keimanan kepada Allah SWT dengan segala sifat

kesempurnaan-Nya. Seorang manusia yang meyakini adanya segala sifat-sifat

kesempurnaan-Nya, maka akan tumbuh perasaan dalam jiwanya membutuhkan

Allah SWT dengan sepenuh hati, hingga yang terlahir dalam diri seorang

manusia tersebut adalah bentuk ibadah atau penyembahan kepada Allah SWT

baik lahir maupun bathinnya.

Imam Ja‟far ash-Shadiq sebagaimana dikutip oleh Muhammad al-Ghazali

dalam bukunya Raka‟iz al-iman mengemukakan tiga unsur pokok yang

merupakan hakikat ibadah :

a. Seorang yang mengabdi tidak menganggap apa yang ada dalam genggaman

tangannya sebagai miliknya, karena yang dinamakan hamba tidak memiliki

sesuatu. Apa yang dimilikinya adalah milik tuannya.

b. Segala usahanya hanya berkisar pada mengindahkan apa yang diperintahkan

oleh yang memerintah (tuannya).

c. Tidak memastikan sesuatu untuk dia laksanakan kecuali mengaitkannya

dangan izin dan restu tuannya.

Ada dua syarat yang menjadikan ibadah itu bernilai disisi Allah SWT:

a. Ibadah itu harus ikhlas karena Allah dan untuk Allah semata. Hal ini harus

dilandasi rasa cinta dan tunduk taat kepada Allah SWT.

Orang yang hanya cinta saja, tetapi tidak tunduk, atau tunduk saja tetapi tidak

cinta, maka tidaklah dinamai ibadah. Cinta dan tunduk itu ditunjukkan hanya

kepada Allah SWT. Dan bila suatu ibadah dilakukan tidak ikhlas untuk Allah

maka ibadahnya tidak ada artinya dihadapan Allah SWT.

b. Cara beribadah harus sesuai seperti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah

Saw.Dalam al-Qur‟an Allah SWT berfirman:

….. ….

Page 59: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

50

“Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa

yang dilarang, maka tinggalkanlah”…(QS. Al-Hasyr: 7).

Dalam hal ini manusia terbagi menjadi 4 golongan dalam melaksanakan

ibadah:

1. Orang yang beribadah ikhlas 100% untuk Allah dan sesuai menurut cara atau

sunnah yang ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Mereka inilah yang benar-benar

ahli iyyaka na’budu. Amal atau perbuatan mereka seluruhnya untuk Allah dan

karena Allah, begitu juga semua perkataan yang keluar dari mulut mereka;

mereka member, menerima, menyuruh, atau melarang, cinta atau marah,

semua itu 100% karena Allah dan untuk Allah lahir dan bathin. Tidak karena

mengharapkan balasan dan pujian dari manusia, tidak pula untuk mencari

kebanggaan dan kemuliaan di hati sesama manusia, atau menghindari diri dari

kebencian sesama manusia.44

Buat mereka cukup hanya Allah saja yang

memuji, membalas dan menghargai atau memuliakan. Yang mereka harapkan

hanya pujian Allah, cinta kasih Allah, balasan Allah.

Berkata Al-Fudhail bin Ayyaadh: Amal yang baik itu ialah yang paling ikhlas

dan paling benar. Murid-muridnya lalu bertanya: Hai Abu Ali, apakah yang

dimaksud dengan paling ikhlas dan paling benar itu? Jawabnya: Amal sekalipun

ikhlas tetapi tidak benar, tidaklah diterima Allah, begitu juga bila benar tetapi

tidak ikhlas. Ikhlas ialah semata-mata karena Allah atau untuk Allah. Benar

ialah 100% menurut cara dan sunnah yang ditetapkan oleh Rasulullah Saw.

45Firman Allah :

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang

diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan

yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka

hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan

seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya".(QS. Al-Kahfi: 110)

44

H. Bey Arifin, Op Cit, hal :228 45

ibid, hal :228

Page 60: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

51

Setiap ibadah yang dilakukan tidak menurut contoh dari Rasulullah Saw.

Tidak akan menambah dekat kepada Tuhan tetapi menamah jauh, sebab Allah

SWT harus disembah sesuai cara yang diperintahkan-Nya, tidak menurut

kemauan atau keinginan manusia.

2. Ibadah yang dilakukan tidak ikhlas dan tidak pula sesuai dengan cara yang

dicontohkan oleh Rasulullah yaitu ibadahnya orang-orang yang riya dan

ibadahnya orang-orang yang ahli bid‟ah, ahli kesesatan dan syirik. Mereka

inilah yang dimurkai Allah46

dalam Al-Qur‟an:

“Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira

dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap

perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa

mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih”.

(QS. Ali Imran: 18)

3. Ibadah yang dilakukan dengan ikhlas, dan sesuai menurut contoh dari

Rasulullah Saw, banyak dilakukan oleh ahli ibadah tetapi mereka tidak

mengetahui aturan agama, lalu mereka menambahkan sendiri karena ingin

dipandang sebagai ahli tashawwuf, zuhud atau faqir. Kadang-kadang mereka

ibadah dengan disertai menangis-nangis, terseduh-seduh, kadang-kadang

mereka bernyanyi-nyanyi dengan berbagai irama, bersiul-siul. Kadang-kadang

mereka mengasingkan diri, tirakat menurut aturan mereka dengan

meninggalkan kewajiban Jum‟atan dan berjuang ditengah-tengah masyarakat,

kadang-kadang mereka berpuasa terus-menerus siang dan malam, kadang-

kadang mereka berpuasa dihari raya dan lain-lain.47

4. Ibadah yang dilakukan menurut yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, tetapi

tanpa dilandasi keikhlasan. Ibadah yang benar tetapi dasarnya yang salah.

Ibadah yan dilakukan secara benar tetapi disertai perasaan riya‟. Mereka maju

kemedan perang untuk mendapatkan julukan pahlawan atau pemberani atau

46

ibid, hal :229 47

ibid, hal :229

Page 61: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

52

untuk mendapatkan pangkat dan bintang, mereka melaksanakan haji ke

Mekkah hanya ingin dipanggil “Haji”, mambaca Al-Qur‟an hanya ingin

diketahui suaranya indah. Amalan dan ibadah meraka terlihat benar tetapi

yang sebenarnya semua salah dan tidak akan diterima Allah Swt.48

Firman

Allah Swt :

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan

memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang

lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;

dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.(QS. Al-Bayyinah: 5)

2. .

Iyyaka nasta‟iin artinya: engkaulah yang kami minta pertolongan. Engkau

sajalah yang kami mintai pertolongan. Hanya kepada Engkau sajalah kami minta

pertolongan, mohon bantuan, mohon perlindungan, mohon rezeki, mohon

keselamatan, mohon keselamatan, mohon kebahagiaan dan lain-lain.

Orang yang beragama atau beriman, harus menyembah (beribadah) kepada

Allah dan harus minta pertolongan kepada-Nya (berdo‟a). tidaklah dikatakan

beragama atau beriman bila kita hanya berdo‟a saja tanpa beribadah.

Kalau seseorang mengatakan ibadah maka termasukpula didalamnya

isti‟anah, akan tetapi pada kalimat isti‟anah didalamnya ibadah. Karena ibadah

lebih umum dibandingkan isti‟anah. Orang yang benar-benar beribadah pasti

didampingi dengan permohonan (isti‟anah), tetapi belum tentu orang yang

memohon dan berdo‟a kepada Allah mereka menjalankan ibadah. Berapa banyak

orang berdo‟a meminta kepada Allah agar diberikan kesehatan, kekayaan dan

lain-lain tetapi mereka tidak mau beribadah menyembah Allah Swt.

Walaupun demikian, isti‟anah tetap menjadi bagian atau sebagian dari ibadah.

Beribadah berarti mengerjakan sesuatu untuk Allah, sedang bermohon ialah

48

ibid, hal :230

Page 62: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

53

mengharapkan sesuatu dari Allah. Jadi ibadah jauh lebih tinggi dan lebih suci dari

isti‟anah. Sebab ibadah tidaklah dilakukan kecuali oleh orang-orang yang benar-

benar ikhlas. Sedang isti‟anah dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak ikhlas,

bahkan dilakukan oleh orang yang fasiq.49

Isti‟anah atau berdo‟a memohon kepada Allah adalah suatu pekejaan yang

amat besar dan amat penting. Rasulullah Saw diutus oleh Allah selain untuk

menajarkan tata cara beribadah, juga untuk mengajarkan cara-cara berdo‟a. para

ulama sudah berusaha mengumpulkan semua keterangan tentang berdo‟a yang

diambil dari hadis-hadis Rasulullah Saw, diantaranya adalah Imam Nawawi

dalam kitab beliau Al-Azkar.

Adab atau syarat-syarat berdo‟a yang dapat beliau simpulkan ialah

diantaranya sebagai berikut:

1. Menjauhi dari segala yang haram, baik makanan, minuman atau pakaiannya.

Karena makanan, minuman serta pakaian yang haram menyebabkan do‟a tidak

terkabulkan.

2. Ikhlas karena Allah Swt. Keikhlasan ini menjadi syarat terpenting dalam

berdo‟a dan beribadah. Firman Allah Swt:

....

“Berdo‟alah kepada Allah dengan ikhlas dalam beragama bagi-Nya.”(QS. Al-

Mu‟min: 14)

3. Suci dalam keadaan mempunyai wudhu.

4. Hendaknya berdo‟a dengan menghadap kiblat.

5. Mengangkat dan membuka telapak tangan.

6. Bertawasul dengan Nabi dan orang-orang soleh.

7. Berdo‟a dengan suara pelan.

8. Mengakui semua dosa yang pernah dilakukan.

9. Diawali dengan memuji Allah

10. Membaca solawat kepada Rasulullah Saw

49

Ibid, hal:220

Page 63: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

54

11. Mulai berdo‟a untuk dirinya sendiri lalu selanjutnya untuk orang lain atau

umat muslim.

12. berdo‟a dengan permohonan yang sungguh-sungguh.

13. Diulang-ulang mengucapkannya.

Ibadah itu tidak dapat dipisahkan dengan do‟a, karena orang yang beribadah

pasti berdoa. Begitu pula ibadah juga tidak biasa dipisahkan dari ketauhidan, dan

ketauhidan tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadahnya seorang manusia

kepada Allah SWT merupakan buah dari ketauhidannya kepada Allah SWT.

Maka tidak akan ada nilai dan harganya ibadah seorang manusia jika timbulnya

bukan dari perasaan ketauhidannya kepada Allah SWT, begitu juga tidak akan

subur ketauhidan seorang hamba kepada Allah SWT jika tidak dipupuk dengan

istiqomah melakukan ibadah kepada Allah SWT.

Dua ayat dibawah ini :

Kedua ayat diatas adalah inti dari ayat-ayat keimanan, tauhid dan ibadah yang

menyeru kepada ajaran tauhid dan memberantas kepercayaan syirik, watsani,

majusi. Adapun ayat-ayat lain yang membicarakan tentang tauhid, keimanan dan

ibadah adalah penjelasan dari kedua ayat tersebut diatas.

Page 64: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keterangan yang telah diuraian di atas dapat penulis silmpulkan sebagai

berikut:

1. Tujuan penciptaan manusia, jin dan makhluk lainnya adalah untuk beribadah

kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan Al-Qur’an:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah

kepada-Ku”.

2. Ibadah yang kita laksanakan sehari-hari, berdasarkan bentuk dan sifatnya terbagi

menjadi dua:

a. Ibadah mahdloh, yakni ibadah yang murni langsung berhubungan antara

hamba dengan Allah SWT. Seperti Shalat, puasa dan lain sebagainya.

b. Ibadah ghairu mahdloh, yakni aktifitas ibadah yang berhubungan dengan

manusia dalam bersosialisasi pada kehidupan sehari-hari. Seperti belajar,

mencari nafkah, membantu orang dan lain sebagainya.

3. Surat Al-Fatihah mempunyai keistimewaan yang luar biasa, semua inti sari

kandungan ayat Al-Qur’an terdapat dalam surat Al-Fatihah. Oleh sebab itu Al-

Fatihah dinamakan Ummul Kitab (Induk Kitab).

4. Konsep ibadah dalam surat Al-Fatihah tercankup dalam ayat ke lima yakniiyyaka

na’budu wa Iyyaka nasta’iin. Syarat dari iyyaka na’budu adalah harus ikhlas dan

harus sesuai seperti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Sedangkan syarat dari

Iyyaka nasta’iin adalah menjaga diri dan makanan dari perkara yang haram dan

khusyu dalam melaksanakannya.

B. Saran-saran

Apa yang dipaparkan penulis diatas adalah hanya sekedar nukilan-nukilan dari

beberapa buku dan kitab, serta pendapat-pendapat ulama salaf dan ulama modern

Page 65: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

56

yang istiqomah mengali dan memikirkan kalam Allah yang mulia. Adapun maksud

dan tafsiran dari surat al-Fatihah merupakan samudera yang luas, belum diketahui

dengan pasti ujung tepinya, begitu pula dalam dan luasnya, hanya sedikit yang kita

ketahui tentang isinya. Ijtihad dan pamikiran para ulama sangat kita harapkan dalam

mengali kandungan surat Al-Fatihah agar menjadi ilmu dan wawasan pengetahuan

untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga dengan pengertian-pengertian diatas akan dapat mendorong kita lebih

khusyu dalam membaca surat Al-Fatihah baik dalam Shalat maupun diluar shalat,

agar shalat kita dan ibadah kita dapat mencegah dari segala perbuatan keji dan

mungkar.

Page 66: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

57

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ubaidah, Darwis, Tafsir Al Asas, Jakarta: Pustaka Al Kautsar.

Al Khattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, terj. Mudzakir AS, Bogor :

Pustaka Litera Antar Nusa, 1996.

Al Qardawy, Yusuf, Pengantar Kajian Islam, Jakarta : Pustaka Al Kautsar.

Al Qurthubi, Jaami’ Al Ahkam Al Qur’an.

Ali Ash Shobuni, Muhammad, Tafsir Rawa’iu Al Bayan Ayat Al Ahkam Min Al

Qur’an.

Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006.

Arifin, Bey, Samudera Al Fatihah, Surabaya: PT. Ina Ilmu.

Ash Shidiqy, Teungku Muhammad Hasbi, Kuliah Ibadah, Semarang : PT. Pustaka

Rizqi Putra, 2011

Asy Sya’rawi, Mutawalli, Anda Bertanya Islam Menjawab, Jakarta : Gema Insan

Press, 1999

At Tirmidzi, Abu Ismail bin Isa bin Saurah, Sunan At Tirmidzi.

Departemen Agama RI, Al Qur’an Dan Terjemahnya.

Hamka, Studi Islam, Pustaka Panji Mas

Hawwa, Sa’id, Tafsir Al Asas, Jakarta: Robbani Press, 2010.

Imam Malik, Al Muwaththa.

LAL, Anshari, ‘Ulumu Al Qur’an, Jakarta : FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Muhaimin. Tadjab. Mujib, Abdul, Dimensi-Dimensi Studi Islam, Surabaya : karya

Ab ditama, 1994

Muhammad Nawawi Al Jawi, Abi Abdi Al Mu’thi, Kasyifah As Sajaa Syarah

Safinah An Najaa Fi Ushul Al Din, Dar Ihya Al Kutub Al Arobiyyah.

Muhammad, Abi Abdillah, Shahih Al Bukhari.

Natta, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: PT. Dana Bakti Wakaf.

Rajab, Khoirunnas, Psikologi Ibadah, Jakarta : AMZA, 2011

Page 67: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

58

Shihab, Quraish, Tafsir Al Mishbah, volume I, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Syukur, Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: CV. Bima Sakti, 2003.

Universitas Islam Indonesia, Al Qur’an Dan Tafsirnya, Yogyakarta : PT. Dana

Bakti Wakaf.

Wahab Khalaf, Abdul, Ilmu Ushul Al Fiqih, terj, Masdar Helmy, Bandung : Gema

Risalah Press, 1996.

Page 68: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …
Page 69: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …
Page 70: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

Jakarta, Juli 2013

Yang mengesahkan,

Dra. Hj. Elo Al-Bugis, MA.

NIP. 19560119 199403 2 001

Page 71: KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL …

BIODATA PENULIS

I. Identitas Pribadi

Nama : Irvan

NIM : 809011000009

Nama Orang Tua : Arbih (Alm) / Barkah

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 25 Mei 1982

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru Agama

Alamat Rumah : Kamp. Pulo Kambing RT.010/003 Kel. Jatinegara Kec. Cakung

Jakarta Timur 13930

II. Pendidikan

1. Lulus SD Tahun 1993 Di SDI Al-Karomiyah Kp. Lio Jatinegara kaum

Jakarta Timur.

2. Lulus SMP/MTS Tahun 1996 Di SMPN 90 Jakarta Timur.

3. Lulus SMA/SMK Tahun 1999 Di SMK Dinamika Pembangunan

Jakarta Timur