Kondisi Geomorfologi Pulau Bangka

7
1. Kondisi geomorfologi pulau Bangka Kondisi tofografi - Wilayah pada umumnya bergelombang - Berbukit dengan ketinggian 20-50m dpl - Memiliki kemiringan daerah antra 0-24% Secara morfologi - Derahnya berbentuk cekung dan pusat kota berada pada daerah yang rendah - Daerah buit mengelompok di bangian barat yaitu bukit menara/bkit manggis dan di bagian selatan kota panggkal pinang yaitu bukit girimaya Geologi Pulau Bangka 1. Geologi Regional Secara fisiografi, Pulau Bangka termasuk ke dalam Sunda Land dan merupakan bagian terangkat dari peneplain Sunda. Bila ditinjau dari sudut geologi, penyebaran bijih timah di Indonesia masih merupakan kelanjutan dari ”Granite Belt” yang berumur Yura – Kapur yang membentang mulai dari Birma, Muangthai, Malasyia, Kepulauan Riau (Pulau Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kundur), pulau Bangka dan Pulau Belitung hingga Pulau Karimata. ”Granite Belt” sendiri merupakan deretan formasi batuan granite kaya akan mineral cassiterite yang kemudian dikenal dengan sebutan ”The Tin Belt”. Pulau-pulau dari ”The Tin Belt” diinterpretasikan merupakan sisa bagian resisten dari gunung yang muncul pada masa terbentuknya Sunda Shelf. Pupili (1973) menyatakan bahwa Malaysia, Kepulauan Riau dan Bangkaberada dalam kelompok elemen tektonik yang sama. Evolusi tektonik di wilayah ini telah dimulai sejak Paleozoikum Bawah dimana berdasarakan Teori Tektonik Lempeng bahwa daerah penunjaman (subduction zone) berada di bagian timur Malysia dan pada Mesozoikum Bawah – tengah menghasilkan busur gunung api (magmatic arc) dalam bentuk deretan Pulau Kundur, Pulau Singkep, Pulau Bangka, Pulau Belitung dan sebagian dari Kalimantan Barat. 2. Beberapa Aspek Geologi

Transcript of Kondisi Geomorfologi Pulau Bangka

Page 1: Kondisi Geomorfologi Pulau Bangka

1. Kondisi geomorfologi pulau BangkaKondisi tofografi- Wilayah pada umumnya bergelombang

- Berbukit dengan ketinggian 20-50m dpl

- Memiliki kemiringan daerah antra 0-24%

Secara morfologi

- Derahnya berbentuk cekung dan pusat kota berada pada daerah yang rendah

- Daerah buit mengelompok di bangian barat yaitu bukit menara/bkit manggis dan di bagian selatan kota panggkal pinang yaitu bukit girimaya

Geologi Pulau Bangka

1. Geologi Regional

Secara fisiografi, Pulau Bangka termasuk ke dalam Sunda Land dan merupakan bagian terangkat

dari peneplain Sunda. Bila ditinjau dari sudut geologi, penyebaran bijih timah di Indonesia masih

merupakan kelanjutan dari ”Granite Belt” yang berumur Yura – Kapur yang membentang mulai dari

Birma, Muangthai, Malasyia, Kepulauan Riau (Pulau Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kundur), pulau

Bangka dan Pulau Belitung hingga Pulau Karimata. ”Granite Belt” sendiri merupakan deretan formasi

batuan granite kaya akan mineral cassiterite yang kemudian dikenal dengan sebutan ”The Tin Belt”.

Pulau-pulau dari ”The Tin Belt” diinterpretasikan merupakan sisa bagian resisten dari gunung

yang muncul pada masa terbentuknya Sunda Shelf. Pupili (1973) menyatakan bahwa Malaysia,

Kepulauan Riau dan Bangkaberada dalam kelompok elemen tektonik yang sama. Evolusi tektonik di

wilayah ini telah dimulai sejak Paleozoikum Bawah dimana berdasarakan Teori Tektonik Lempeng

bahwa daerah penunjaman (subduction zone) berada di bagian timur Malysia dan pada Mesozoikum

Bawah – tengah menghasilkan busur gunung api (magmatic arc) dalam bentuk deretan Pulau Kundur,

Pulau Singkep, Pulau Bangka, Pulau Belitung dan sebagian dari Kalimantan Barat.

2. Beberapa Aspek Geologi

P. Bangka merupakan daerah dengan stadia erosi tingkat lanjut, hal ini dicirikan dengan keadaan yang

umumnya relative datar dan adanya bukit-bukit sisa erosi(“monadrock”).

Bukit-bukit sisa erosi tersebut tersusun atas batuan beku granit yang umumnya menempati bagian tepi

P.Bangka.

 Di bagian utara : Granit Klabat, yang berrrientasi barat-timur melewati teluk Klabat,granit yang ada

disekitarnya terdiri atas granit Pelangas, granit Menumbing, granit Mangkol.

 Di bagian selatan : Tersusun atas pluton yang lebih kecil yaitu,Pluton Koba, Pluton Bebuluh, Pluton

Permis, dan granit Toboali, serta pluton yang lain yang terletak diantaranya.

Daerah pedatarAn menempati ± 80 % luas seluruh daerah. Daerah inilah merupakan tempat

endapan alluvial yang mengandung konsentrasi bijih Timah. Umumnya sungai-sungai yang ada mengalir

Page 2: Kondisi Geomorfologi Pulau Bangka

di atas endapan-endapan muda (Plistosen/Pliosen), kecuali pada hulu-hulu sungai /dekat pada daerah

perbukitan.A. Sejarah Geologi

Pada zaman Paleozoikum P. Bangka dan laut di sekitarnya merupakan daratan. Selanjutnya pada zaman Karbon-Trias berubah menjadi laut dangkal. Orogenesa kedua terjadi pada masa mesozoikum, P. Bangka dan Riau muncul ke permukaan. Intrusi granit menerobos batuan sedimen seperti batupasir, batulempung, dlll pada Trias-Yura atas. Pada batas antara sedimen dan granit terjadi metamorfosa sentuh. Bersamaan intrusi granit ini terjadi proses pneumotolitik yang menghasilkan kasiterit. Proses ini dengan proses hydrotermal yang menghasilkan kasiterit yang mengisi rekahan-rekahan pada granit. Erosi intensif terjadi pada kenozoikum dimana lapisan yang menutupi granit terkikis habis sehingga batuan granit tersingkap.

Selanjutnya diikuti oleh proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan di lembah-lembah. Suasana

daratan bangka berlanjut sampai Tersier. Pencairan es pada kala Pliostosen mengakibatkan beberapa

daerah di Bangka menjadi laut dangkal seperti sekarang ini. Erosi berlanjut membentuk P. Bangka

menjadi daratan hampir rata seperti sekarang ini

B. Stratigrafi

Batuan-batuan yang dijumpai terdiri atas batuan Pra-Tersier diantaranya, batu pasir, batulempung,lapisan-

lapisan pasir, lempung mengandung sisa tanaan, campuran antara lempung-pasir-lanau,dan sebagainya.

Pluton Granit di Pulau Bangka

Menurut Katili (1967) di P. Bangka terdapat 2 generasi granit. Granit yang tua tidak mengandung kasiterit

dan umunya terdapat di daerah rendah, yakni granit Klabat & A. Kapo. Granit generasi muda sebagai

pembawa Timah umumnya telah tererosi lanjut (“monadnock”).Menurut Suyitno, S (1981), generasi

granit tersebut adalah :

1. Granit Klabat-Jebus, terletak di utara.

2. Granit Belinyu-Sungailiat, menybar di bagian timur granit Jebus.

3. Granit Menumbing

4. Granit Tempilang

5. Granit Mangkol

6. Granit Pading-Koba

7. Granit Toboali

Granit yang terpenting adalah granit Klabat, Menumbing, Plangas, Tempilang, Mangkol, dan

Pading. Umumnya tubuh granit tersebut tersusun atas granit biotit, granit hornblende, granit muskovit;

mineral yang umum terdiri atas kwarsa, ortoklas, oligoklas, biotit, serta sebagai asesori zircon,apatit, dan

ortit.

Ada empat kelompok endapan yang dianggap mewakili sedimentasi Quarter di Pulau Bangka,

antara lain :

µ Lapisan Alluvium Muda, umumnya mengandung bijih timah, terdapat di lembah, di atas batuan Pra

Tersier dan dialasi lapisan lempung liat.

µ Lapisan Marine Muda, menutupi lapisan alluvium muda, berupa pasir hingga lempung.

µ Lapisan Alluvium Tua, mewakili keadaan daratan yang meluas pada saat regeresi muka ait laut karena

glacial.

Page 3: Kondisi Geomorfologi Pulau Bangka

µ Lapisan Marine Tua, merupakan bidang erosi dan dapat dikorelasikan dengan lapisan lempung liat

.

Jenis cebakan bijih timah sekunder di Pulau Bangka, yakni :

1. Endapan kulit

Ù Elluvium, terjadi akibat pelapukan pada batuan sumber diikuti pemindahan mineral cassiterite

secara vertical sehingga mengalami konsentrasi kemudian tertransport pada lereng yang relative

landai.

Ù Colluvium, terjadi sama dengan elluvium, namun sepanjang tertransport lebih jauh lereng menuju

lembah.

2. Endapan Kaksa, terjadi karena proses erosi selektif terhadap elluvium dan colluvium, dimana mineral

berat diendapkan dekat sumber dan mineral ringan diendapkan jauh dengan sumber. Endapan ini

terletak di atas Batuan Pra-tersier dengan keterdapatan dominant pada lembah.

3. Endapan Meican, terjadi akibat proses transportasi endapan sediment sebelumnya, berupa endapan

lebih tipis dan tidak terdapat di atas batuan Pra Tersier.

Diantara endapan-endapan tersebut di atas yang terpenting adalah endapan kaksa yang ditemukan

di atas batuan dasar. Sedangkan jenis-jenis batuan dasar yang sering dijumpai antara lain :

a. Batuan Dasar Granit lapuk

Batuan ini berwarna putih kekuningan dengan butir-butir mineral kuarsa berwarna putih susu atau

berwarna coklat terang, mineral biotit berwarana hitam gelap.

b. Batuan Dasar Batulempung

Batuan ini berwarna coklat kemerahan bergaris urat-urat mineral feldspar dan kuarsa.

c. Batuan Dasar Batu pasir

Batuan ini berwarna abu-abu gelap kompak, butiran kuarsa bertebaran dengan diselingi urat-urat

felsdpar.

d. Batu Dasar Malihan (Metamorf)

Biasanya berwaran abu-abu muda sampai abu-abu gelap. Sering terlihat lembaran-lembaran mika

yang halus dan berwarna putih mengkilat.

C. Struktur GeologiKatili (1968), mengatakan bahwa pada batuan metamorf dan sedimen di Bangka Utara terdapat

adanya perlipatan silang akibat dua deformasi perbadaan. Deformasi pertama mengakibatkan lipatan dengan arah barat laut-tenggara, umurnya sulit ditentukan dengan pasti. Struktur lipatan berarah timur laut-barat daya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura atas. Orogen yang kedua ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua.

Stratigafi P.Bangka (Osberger, 1965 Vide Katili, 1967)

Page 4: Kondisi Geomorfologi Pulau Bangka

Umur LitologiKeterangan

(Lingkungan pengendapan)

ResenPasir, Lempung dengan kasiterit

(kaksa)Endapan sungai dan pantai

Pleistosen ? ?

Pleiosen Pasir, lempung dan konglomerat Endapan sungai dan pantai

Miosen

……………………Ketidak selarasan…………………………Oligosen

EosenKapurYura

TriasSebagian batuan metamorf dinamik, batu pasir, serpih, rijang, batu gamping

berfosil, batu konglomerat, diabas (?), fosil ”noric”.

PermFilit, kwarsa, serpih, batu pasir dengan lensa batu gamping berfosil, rijang

yang menyisip dalam tuff vulkanik.

Karbon …………………….Ketidakselarasan………………………

Pra-karbon Batu metamorf dinamik

Tabel 1. Stratigafi P.Bangka (Osberger, 1965 Vide Katili, 1967)Sukendar Asikin dan Rubini Surya Atmaja (1972), berdasarkan penelitian dan analisa keduduka

rekahan-rekahan, urat-urat, dan korok-korok di daerah sambung giri dan pemali menyimpulkan bahwa gerak-gerak orogen sebelum Yura atas mengakibatkan terjadinya deformasi yang menyebabkan perlipatan pada batuan sedimen yang berumur karbon-trias. Deformasi ini selain membentuk lipatan NW-SE juga menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan (“Shear dan Tension fracture”).

Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi kecenderungannya mempunyai arah utara selatan (Katili, 1967). Ukoko (1983), mengatakan di P.Bangka terdapat beberapa sesar yang umurnnya berarah timur laut-barat daya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 30° E memotong granit klabat ke selatan sepanjang 3 km. Sesar utama ini dalam foto udara tampak sebagai kelurusan sepanjang 50 km.

Geografi

[sunting]Posisi geografis

Posisi geografis provinsi ini adalah 1º50' - 3º10' LS dan 105º - 108º BT.

[sunting]Tipologi

Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah dan

sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan

laut dan ketinggian daerah pegunungan antara lain untuk Gunung Maras mencapai 699 meter di Kecamatan Belinyu

(P. Bangka), Gunung Tajam Kaki ketinggiannya kurang lebih 500 meter diatas permukaan laut di Pulau Belitung.

Sedangkan untuk daerah perbukitan seperti Bukit Menumbing ketinggiannya mencapai kurang lebih 445 meter di

Page 5: Kondisi Geomorfologi Pulau Bangka

Kecamatan Mentok dan Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter di atas permukaan laut di Kecamatan

Pangkalan Baru.

[sunting]Keadaan Tanah

Keadaan tanah Kepulauan Bangka Belitung secara umum mempunyai PH atau reaksi tanah yang asam rata-rata

dibawah 5, akan tetapi memiliki kandungan aluminium yang sangat tinggi. Di dalamnya mengandung banyak mineral

biji timah dan bahan galian berupa pasir, pasir kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat dan lain-lain. Keadaan tanah

terdiri dari:

Podsolik dan Litosol:

Warnanya coklat kekuning-kuningan berasal dari batu plutonik masam yang terdapat di daerah perbukitan dan

pegunungan, kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat dan lain-lain.

Asosiasi Podsolik:

Warnanya coklat kekuning-kuningan dengan bahan induk kompleks batu pasir kwarsit dan batuan plutonik masam.

Asosiasi Aluvial, Hedromotif dan Clay Humus serta regosol:

Berwarna kelabu muda, berasal dari endapan pasir dan tanah liat.

[sunting]Hidrologi

Daerah Kepulauan Bangka Belitung dihubungkan oleh perairan laut dan pulau-pulau kecil. Secara keseluruhan

daratan dan perairan Bangka Belitung merupakan satu kesatuan dari bagian dataran Sunda, sehingga perairannya

merupakan bagian Dangkalan Sunda (Sunda Shelf) dengan kedalaman laut tidak lebih dari 30 meter.

Sebagai daerah perairan, Kepulauan Bangka Belitung mempunyai dua jenis perairan, yaitu perairan terbuka dan

perairan semi tertutup. Perairan terbuka yang terdapat di sekitar pulau Bangka terletak di sebelah utara, timur dan

selatan pulau Bangka. Sedangkan perairan semi tertutup terdapat di selat Bangka dan teluk Kelabat di Bangka

Utara. Sementara itu perairan di pulau Belitung umumnya bersifat perairan terbuka.

Di samping sebagai daerah perairan laut, daerah Kepulauan Bangka Belitung juga mempunyai banyak sungai

seperti : sungai Baturusa, sungai Buluh, sungai Kotawaringin, sungai Kampa, sungai Layang, sungai

Manise dan sungai Kurau.

Geografi kota pangkalpinang

[sunting]Topografi

Kondisi topografi wilayah Kota Pangkalpinang pada umumnya bergelombang dan berbukit dengan ketinggian 20-50

m dari permukaan laut dan kemiringan 0-25%. Secara morfologi daerahnya berbentuk cekung dimana bagian pusat

kota berada didaerah rendah. Daerah-daerah yang berbukit mengelompok dibagian barat dan selatan kota

Pangkalpinang. Beberapa bukit yang utama adalah Bukit Girimaya yang berada di ketinggian 50 m dpl dan Bukit

Menara. Sedangkan hutan kota seluas 290 ha berada di Kelurahan Tua Tunu Indah Berdasarkan luas wilayah Kota

Pangkalpinang dapat dirinci penggunaan tanahnya; luas lahan kering yang diusahakan untuk pertanian (tanaman

bahan makanan, perkebunan rakyat, perikanan dan kehutanan) adalah seluas 1.562 Ha, lahan yang sementara tidak

diusahakan seluas 1.163 Ha dan lahan kering yang dimanfaatkan untuk pemukiman seluas 4.130 Ha. Sedangkan

sisanya 2.085 Ha adalah berupa rawa-rawa, hutan negara dan lainnya.

[sunting]Keadaan tanah dan geologi umum

Tanah di daerah Kota Pangkalpinang mempunyai pH rata-rata di bawah 5 dengan jenis tanah podzolik merah

kuning, regosol, gleisoldan organosol yang merupakan pelapukan dari batuan induk. Sedangkan pada sebagian kecil

daerah rawa jenis tanahnya asosiasi Alluvial-Hydromorf dan Glayhumus serta regosol kelabu muda yang berasal dari

Page 6: Kondisi Geomorfologi Pulau Bangka

endapan pasir dan tanah liat. Keadaan tanah yang demikian kurang cocok untuk ditanami padi, tetapi masih

memungkinkan untuk ditanami palawija. Pada daerah pinggiran, yaitu Desa Tuatunu dan Desa Air Itam cukup

potensial menghasilkan lada dan karet. Kondisi geologi umum di daerah ini; formasi yang tertua adalah batu kapur

berumur Permo Karbon, menyusul Slate berumur Trias Atas dan terakhir Intrusi Granit berumur setelah Trias Jura.

Susunan batuan granit bervariasi dari granit sampai dioditik dengan inklusi mineral berwarna gelap yaitu Biotit dan

ada kalanya Amfibol Hijau.

[sunting]Hidrologi

Di wilayah Kota Pangkalpinang terdapat beberapa sungai, pada umumnya sungai-sungai kecil yang ada di wilayah

ini bermuara keSungai Rangkui. Di samping Sungai Rangkui terdapat juga Sungai Pedindang di bagian selatan.

Kedua sungai ini berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota yang kemudian mengalir ke Sungai

Baturusa dan berakhir di Laut Cina Selatan. Sungai-sungai ini selain berfungsi sebagai saluran utama pembuangan

air hujan kota, juga befungsi sebagai prasarana transportasi sungai dari pasar ke Sungai Baturusa dan terus ke laut.

Anak Sungai Rangkui merupakan kanal pengairan dari pintu air kolong kacang Pedang ke Sungai Rangkui yang

dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930-an. Sumber air untuk air bersih pada umumnya dari air

tanah disamping Kolong Kacang Pedang dan Kolong Kace. Pada dasarnya wilayah kota Pangkalpinang kalau dilihat

morfologinya berbentuk cekung dimana bagian pusat kota lebih rendah, sehingga keadaan ini memberikan dampak

negatif, yaitu rawan banjir terutama pada musim hujan atau pengaruh pasang surut air laut melalui Sungai Rangkui

yang membelah Kota Pangkalpinang. Adapun daerah yang tidak pernah tergenang terletak di sebelah Utara, Barat

dan Selatan kota. Sedangkan daerah Timur yang berbatasan dengan Sungai Rangkui dan Laut Cina Selatan dan

bagian tengah kota yang dilalui oleh sungai Rangkui sering tergenang oleh air pasang (rob), daerah yang tergenang

tersebut terutama Kecamatan Rangkui, Pangkal Balam dan Taman Sari.