repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · KOMUNIKASI...
KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU ASUH DENGAN
ANAK ASUH DALAM MENGENALKAN NILAI-NILAI
ISLAMI DI HIMAWARI DAYCARE
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh
FATIA NURUL ISMI
NIM: 11150510000046
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2019/1440 H
iv
ABSTRAK
Fatia Nurul Ismi, 11150510000046, Komunikasi
Interpersonal Ibu Asuh dengan Anak Asuh Dalam
Mengenalkan Nilai-Nilai Islami di Himawari Daycare,
dibawah bimbingan Dudun Ubaedullah, M.Ag
Komunikasi interpersonal antara ibu asuh dan anak asuh
sangatlah penting.. Emosi yang belum stabil dan kurangnya
penguasaan kosakata merupakan hambatan komunikasi pada
anak-anak. Sehingga komunikasi interpersonal ibu asuh dengan
anak asuh diperlukan dalam membangun hubungan di daycare.
Pengenalan nilai-nilai Islami sedari usia dini dilakukan sebagai
kewajiban seorang muslim untuk pedoman kehidupan mereka
kelak.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskanlah
pertanyaan penelitian ini yaitu bagaimana tahapan orientasi,
bagaimana tahapan eksplorasi, bagaimana tahapan pertukaran
afektif dan bagaimana tahap pertukaran stabil pada komunikasi
interpersonal yang dilakukan oleh ibu asuh di Himawari daycare
dalam mengenalkan nilai-nilai islami.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif, dengan menggunakan paradigma
konstruktivis. Teknik pengumpulan datanya berupa observasi,
wawancara dan dokumentasi foto.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
penetrasi sosial Irwin Altman dan Dalmas Taylor yang
menjelaskan bagaimana proses terjadinya pembangunan sebuah
hubungan secara bertahap. Tahapan dalam teori ini adalah tahap
orientasi, tahap pertukaran penjajakan afektif, tahap pertukaran
afektif dan pertukaran stabil.
Hasil penelitian ini adalah tahap orientasi ibu asuh di
Himawari Daycare dengan melakukan interaksi bersifat umum,
melakukan koordinasi dengan orangtua. Tahap eksplorasi dengan
berbagi cerita pengalaman pribadi. Tahap pertukaran afektif
dengan berinteraksi secara spontan dan kritis, memberi solusi.
Tahap pertukaran stabilnya adalah mampu menduga dan menilai
perilaku.
Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Penetrasi sosial,
Himawari Daycare
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala nikmat, karunia, rahmat, sera kemudahan dan
kelancaran sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselasaikan.
Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar,
Nabi Muhammad SAW, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Komunikasi
Interpersonal Ibu Asuh dengan Anak Asuh Dalam Mengenalkan
Nilai-Nilai Islami Di Himawari Daycare. Semoga skripsi ini
bermanfaat dan bisa menjadi bentuk pembelajaran.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa
masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan sehingga
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.Namun berkat
pertolongan Allah SWT dan berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan, pemikiran serta motivasi Alhamdulillah
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memudahkan dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Suparto, M.Ed.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BSW. MSW
sebagai wakil dekan I bidang Akademik. Dr. Sihabuddin
Noor, M.Ag sebagai Wakil Dekan II bidang Administrasi
vi
Umum. Dr. Cecep Castrawijaya, MA. Sebagai Wakil Dekan
III bidang Kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam beserta Dr. H. Edi Amin, MA, selaku
Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
3. Fita Fathurokhmah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing
Akademik KPI A 2015 yang telah banyak memberi masukan
dan nasehat dalam pembuatan proposal.
4. Dudun Ubaedullah, M. Ag, selaku dosen pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk membantu,
mengarahkan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan
kepada penulis selama menjalani studi.
6. Seluruh staff dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis
dalam berbagai urusan administrasi dan dalam mencari
berbagai literature yang menunjang skripsi ini.
7. Segenap pihak Himawari Daycare, khususnya ibu Gita, ibu
Rini dan para ibu guru yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian dan wawancara.
8. Terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak Nuryadin dan
Ibu Ismayati, S. pd, yang telah memberikan dukungan moril
maupun materi, kasih sayang, restu, doa, motivasi dan
segalanya kepada penulis. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Amin
vii
9. Fizna Sa’diyya dan Tuti Awaliyah, teman seperjuangan
penulis yang telah banyak membantu dan menemani penulis
selama empat tahun berkuliah. Terima kasih atas dukungan
dan kebaikan kalian. Tetap menjadi teman yang baik dan
saling mendukung.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kelancaran skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan
kebaikan dan karunia yang tidak terhingga kepada kita semua.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan dapat
memberikan kontribusi positif bagi bidang keilmuan.
Tangerang, 12 November 2019
Fatia Nurul Ismi
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........ ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................... 7
C. Batasan Masalah ................................................ 8
D. Rumusan Masalah ............................................. 9
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ......... 9
F. Kajian Pustaka ................................................... 11
G. Metodologi Penelitian ....................................... 14
H. Sistematika Penulisan ........................................ 18
BAB II LANDASAN TEORI DAN KONSEP ................... 21
A. Dakwah Fardiyah............................................... 21
B. Komunikasi........................................................ 23
1. Definisi Komunikasi .................................... 23
2. Karakteristik Komunikasi ............................ 24
3. Hambatan Komunikasi ................................ 25
C. Komunikasi Interpersonal ................................. 28
1. Definisi Komunikasi Interpersonal ............. 28
2. Komponen-Komponen Komunikasi
Interpersonal ............................................... 29
ix
3. Tujuan Komunikasi Interpersonal .............. 32
4. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ........ 34
D. Teori Penetrasi Sosial Irwin Altman dan Dalmas
Taylor ................................................................ 37
1. Definisi Teori Penetrasi Sosial .................... 37
2. Asumsi Teori Penetrasi Sosial ..................... 40
3. Tahapan Penetrasi Sosial ............................. 41
E. Nilai-Nilai Islami ............................................... 46
1. Definisi Nilai ............................................... 46
BAB III GAMBARAN UMUM............................................ 53
A. Sejarah Himawari Daycare ............................... 53
B. Program Pengasuhan Himawari Daycare ......... 55
C. Jadwal Pengasuhan Himawari Daycare ............ 56
D. Struktur Pengurus Himawari Daycare .............. 65
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................ 67
A. Pendekatan Ibu Asuh terhadap Anak di
Himawari Daycare ............................................ 67
B. Proses adaptasi anak asuh di Himawari
Daycare ............................................................. 68
C. Pengenalan Nilai-nilai Islami di Himawari
Daycare ............................................................. 71
1. Aqidah ......................................................... 71
2. Ibadah .......................................................... 75
3. Akhlak ......................................................... 78
D. Hambatan Komunikasi ibu asuh dalam
mengenalkan nilai-nilai Islami kepada ana6
asuh di Himawari Daycare............................... 80
x
1. Gangguan .................................................... 80
2. Kepentingan ................................................ 82
3. Motivasi terpendam ..................................... 83
4. Prasangka .................................................... 83
E. Hasil Komunikasi Interpersonal dalam
mengenalkan nilai-nilai Islami kepada anak
asuh di Himawari Daycare ................................ 84
BAB V PEMBAHASAN ..................................................... 93
A. Tahap Orientasi (Orientation Stage) ................. 93
B. Tahap Pertukaran Penjajakan Afektif
(Exploratory Affective Stage) ........................... 98
C. Tahap Pertukaran Afektif
( Exploratory Exchange Stage) ........................ 100
D. Tahap Pertukaran Stabil
(Stable Exchange Stage) ................................... 103
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................... 123
A. Simpulan ............................................................ 123
B. Saran .................................................................. 124
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 127
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Analogi Bawang ……………………………….. 39
Gambar 2.2 Ruang Lingkup Penetrasi sosial………………….. 45
Gambar 2.3 kerangka konsep…………………………………. 51
Gambar 3.1 Kegiatan Memasak Tempe……………………… 57
Gambar 4.1 Hadits dan Buku Kisah Nabi…………………..... 74
Gambar 4.2 Interaksi dalam Pengenalan Nilai Islami………... 74
Gambar 4.3 Kelas Tiga Tahun dan Lima Tahun
Sholat Dzuhur…………………………………… 77
Gambar 4.5 Berdoa Sebelum Makan………………………… 79
Gambar 4.6 Anak Yang Tidak Mau Sholat Dibiarkan……….. 90
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Sejenis Terdahulu
Dengan Penelitian Yang di
lakukan……………………………………………. 11
Tabel 3.1 Jadwal Kegaiatan di Himawari Daycare………….. 56
Tabel 5.1 Analisis Komunikasi Interperonal Ibu Asuh
dengan Anak Asuh Dalam
Mengenalkan Nilai-nilai Islami…………………… 104
Tabel 5.2 Analisis Hasil Komunikasi Interpersonal
Ibu Asuh dengan Anak Asuh Dalam
Mengenalkan Nilai-nilai Islami……………………110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang harus bersosialisasi
agar dapat bertahan hidup. Sosialisasi dilakukan karena manusia
memerlukan hubungan, memerlukan bantuan, dan memerlukan
pengakuan dengan individu lainya yang berada di sekitar. Salah
satu cara manusia untuk bersosialisasi dimulai dari komunikasi.
Menurut Agus Hardjana“Relasi antar manusia dibangun melalui
komunikasi, dengan kata lain komunikasi menjadi sarana yang
ampuh untuk membangun sebuah relasi antara kita dengan orang
lain.”1
Untuk mempelajari cara berkomunikasi dengan baik,
komunikasi mempunyai bermacam ilmu yang dapat dipelajari
dan dilakukan oleh manusia sesuai dengan kebutuhan dan media
yang digunakanya. Salah satunya adalah komunikasi
Interpersonal yang frekuensi penggunaanya terjadi cukup tinggi
di butuhkan manusia untuk memulai berkomunikasi. Dengan
komunikasi interpersonal seseorang dapat memulai percakapan
dan menjalin hubungan dengan manusia lainya.
Menurut Herdiyan dan Gumgum Gumelar “Komunikasi
interpersonal adalah salah satu bentuk komunikasi yang
dilakukan antar komunikator dengan komunikan, komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung
1 Agus M. Harjadna, Komunikasi Interpersonal dan Intrapersonal,
(Yogyakarta: Kansius, 2003), 11.
2
baik secara verbal maupun non verbal.2
Dapat dikatakan
komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan
oleh orang-orang dengan skala yang kecil atau terbatas,
berlangsung dengan tidak berstruktur dan bertujuan untuk saling
mengenal orang lain berdasarkan karakteristiknya masing-
masing. Oleh karena itu, komunikasi interpersonal dianggap
sebagai komunikasi yang cocok digunakan untuk mengenal
seseorang lebih dalam.
Salah satu tempat terjadinya komunikasi interpersonal adalah
di Tempat Pengasuhan Anak. Menurut Yuliani dan Sujiono
“Tempat Pengasuhan Anak merupakan wahana pendidikan dan
pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti
keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya
berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam
mengasuh anaknya karena berkerja atau sebab lain”3
Banyaknya daycare yang menawarkan program pengasuhan
dan fasilitas menarik menjadi alasan para orangtua untuk
mendaftarkan anak mereka di daycare. Selain itu di daycare
anak akan belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang
lain yang mana hal ini tidak akan didapatkan anak jika orangtua
membayar pengasuh untuk menjaga anak mereka. Di Daycare
anak akan dijaga oleh ibu pengganti yang disebut ibu asuh.
Sebagai ibu pengganti, peran ibu asuh di Daycare sama
pentingnya dengan ibu kandung. Ibu asuh harus bisa
2Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan
Persuasi, (Jakarta: Akademia Permata 2013),75. 3Yuliani N. dan Sujiono. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta:
PT Indeks, 2009), 24.
3
memberlakukan anak dengan baik dan menjadi contoh teladan
yang baik bagi anak asuhnya.
Di Tempat Pengasuhan Anak, komunikasi interpersonal
sangat sering dilakukan oleh ibu asuh sebagai komunikator yang
berfungsi untuk memberikan informasi dan memulai percakapan
dengan anak asuh. Kemudian, anak asuh berperan sebagai
komunikan yang menerima informasi. Ibu asuh diharuskan untuk
aktif dalam melakukan komunikasi interpersonal agar kebutuhan
akan informasi yang disediakan oleh Daycare untuk anak asuh
dapat terpenuhi.
Komunikasi interpersonal yang terjalin antara ibu asuh
dan anak asuh bertujuan untuk proses belajar. Tujuan Ibu asuh
melakukan komunikasi interpersonal agar anak asuh dapat
meningkatkan dan mengembangkan kemampuanya dalam
berinteraksi dengan orang lain sehingga secara perlahan anak
akan membuka dirinya.
Beragam karakter anak asuh dari latar belakang yang
berbeda-beda harus dihadapi ibu asuh untuk memenuhi
kebutuhan mereka akan pendidikan dan pengasuhan yang
diterapkan di Daycare. Dalam memenuhi kebutuhan anak asuh
untuk mengenalkan program yang diterapkan di Daycare terdapat
hambatan dalam komunikasi interpersonal salah satunya terjadi
karena faktor situasional yang mempengaruhi persepsi karena
usia anak yang ada di Daycare berkisar antara 0-5 tahun dimana
anak belum dapat mengontrol emosinya dengan baik.
4
Kurangnya penguasaan kosa kata bagi anak asuh juga
menjadi masalah dalam komunikasi interpersonal. Dalam
program yang diberikan oleh Daycare kepada anak, banyak
informasi yang diberikan oleh ibu asuh sehingga jika penguasaan
terhadap kosa kata anak- anak masih kurang akan sulit untuk
dapat mengikuti perintah dengan baik. Contohnya, ketika ibu
asuh bertanya dan anak diam saja biasanya itu terjadi karena
mereka tidak tahu harus menjawab apa dan ini termasuk ke dalam
kurangnya penguasaan dalam kosa kata.
Setting sosial dalam penelitian ini adalah anak-anak yang
berkisar usia tiga sampai lima tahun sehingga terdapat perbedaan
cara pembangunan sebuah hubungan dan komunikasi antara
orang dewasa dengan anak-anak. Sehingga, Penelitian ini
berangkat dari teori penetrasi sosial yang berupaya
mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman
seseorang dalam menjalani hubungan dengan orang lain.
Alasan pengambilan daycare sebagai subjek penelitian adalah
bahwa ibu asuh dan anak asuh ini merupakan dua orang asing
yang tidak saling mengenal dan tidak mempunyai hubungan
darah sehingga daycare merupakan subjek yang sesuai untuk
melihat proses perkembangan sebuah hubungan dari dua orang
asing yang terlibat. Anak akan berada di daycare dalam waktu
yang lama dan interaksi dilakukan hanya dengan orang-orang
berada di daycare yaitu ibu asuh. Sehingga proses pembangunan
sebuah hubungan di daycare akan terus berlanjut. Anak-anak
tidak punya pilihan lain untuk masuk ke dalam proses penetrasi
5
sosial dengan ibu asuh yang mana ibu asuh merupakan orang
asing bagi anak-anak.
Di Daycare, anak juga dikenalkan dengan pembelajaran
tentang agama hal ini disebabkan karena penanaman nilai-nilai
agama akan lebih efektif jika sudah ditanamkan sedari usia dini.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim Ayat 24
yang berbunyi:
تا طيبتا كشجسة طيبت أصهها ثابت يثلا كه أنى تس كيف ضسب للاه
اء وفسعها ف انسه
”Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpaan kalimat yangbaik seperti pohon
yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit”.(Q.S.Ibrahim ayat 24)
Maksud dari quran Ibrahim ayat 24 adalah penanaman
nilai islami yang dilakukan sedari usia dini merupakan pondasi
tauhid agar anak menghafal dan tertanam dalam jiwa dan hati
mereka sedari kecil. Tauhid yang baik akan menghasilkan amalan
dan akhlak yang baik dan kelak akan meghasilkan buah
kebahagiaan di dunia dan akhirat.4
Pengenalan nilai Islami yang diterapkan Daycare
meliputi aqidah, syariat dan akhlak. Anak akan dikenalkan
dengan siapa TuhaNya, Nabi, Rasul juga rukun Iman dan Islam.
Pengenalanya dengan cara menceritakan kisah Nabi,
mengingatkan anak untuk selalu bersyukur dalam keadaan
apapun, menghafalkan rukun Iman Islam dan menghafal surat
pendek.
4https://wahdah.or.id. Diakses pada hari Senin 29 Juli 2019 Pukul 14:46 WIB.
6
Contoh aqidah yang dikenalkan adalah kepercayaan akan
adanya Allah yang dibuktikan dengan keteraturan dan keindahan
alam semesta ini. Kemudian contoh ibadah yang dikenalkan salah
satunya peraturan atau ketetapan Allah yang diperintahkan
kepada hambanya seperti anak-anak diharuskan sholat lima
waktu, di beri pengertian tentang puasa, zakat haji dalam bentuk
cerita. Dan Akhlak yang diperkenalkan seperti di berikan contoh
akhlak yang baik dan buruk kemudian ganjaran dari berbuat
akhlak yang baik dan buruk sehingga anak dapat memahami
maksud dari pengenalan akhlak.
Himawari daycare merupakan tempat penitipan anak
pertama di Indonesia yang menggabungkan pengasuhan dan
pendidikan dalam proses belajar, sehingga anak akan belajar
mengerjakan sesuatu sendiri dan bertanggung jawab atas apa
yang dikerjakan tanpa dilayani oleh ibu asuhnya dengan
menerapkan metode pengasuhan dari Negara Jepang dan
berkonsep Islami. Bertempat di Komplek Kejaksaan Agung
SUAD blok A11, Kreo, Larangan, Tangerang. Himawari
Daycare merupakan tempat penitipan anak yang bekerja sama
dengan Kyourei Hoikuen Daycare di Tokyo yang telah
berpengalam selama 60 tahun lebih. Kyourei Hoikuen juga
tempat anak-anak pendiri Himawari daycare belajar selama
tinggal di Tokyo.
Di Himawari daycare anak-anak dibiasakan untuk mandiri
dalam mengurus dirinya tidak dilayani oleh ibu asuh seperti ke
toilet, memakai dan membuka baju, merapikan mainan terkadang
anak belum terbiasa dengan hal seperti ini yang menyebabkan
7
anak menolak perintah dari ibu asuh disinilah komunikasi
interpersonal berperan dalam menangani masalah perbedaan pola
asuh yang diterapkan di Daycare dan di rumah.
Melalui pendekatan teori penetrasi sosial yang berisi
bagaimana hubungan berkembang dari tahap pengenalan sampai
ke tahap yang lebih mendalam dan intim diharapkan ibu asuh
dapat mengenalkan nilai islami lewat komunikasi interpersonal
sehari-hari dengan baik. Sehingga, baik ibu asuh dan anak asuh
dapat memperoleh manfaat yang baik dari hubungan komunikasi
interpersonal.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka
penelitian ini ingin mengamati tentang komunikasi interpersonal
ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan nilai-nilai islami
di Himawari Daycare.
B. Identifikasi Masalah
Setting sosial dalam penelitian ini adalah anak-anak dimana
terdapat perbedaan cara pembangunan sebuah hubungan antara
orang dewasa dan anak-anak. Emosi yang belum stabil dan
kurangnya penguasaan kosakata merupakan salah satu hambatan
komunikasi yang dialami anak-anak. Penyebabnya adalah usia
yang masih muda sehingga anak perlu mengetahui bagaimana
cara menyalurkan emosi dan memperbanyak interaksi dengan
lingkungan sekitar.
Anak-anak yang dititipkan di daycare harus bisa mengatasi
hal itu agar mereka dapat beradaptasi di lingkungan yang jauh
dari orangtua. Anak-anak yang baru pertama kali dititipkan
8
biasanya mengalami masalah seperti tidak bisa berinteraksi
dengan orang lain, merasa tidak nyaman dengan lingkungan
sekitar, dan setiap kali akan dititipkan selalu menangis.
Ibu asuh sebagai pengganti orangtua berusaha untuk
memahami setiap karakter anak yang berbeda-beda. Di Himawari
daycare ibu asuh menggabungkan metode pengasuhan dan
pendidikan dalam satu pengajaran yang tujuanya agar anak bisa
melakukan segala sesuatunya secara mandiri.
Alasan Anak-anak di titipkan di daycare umumnya karena
orangtua tidak bisa menjaga mereka dikarenakan sibuk bekerja
atau hal lain. Himawari daycare mengambil peran sebagai rumah
kedua bagi anak-anak untuk tumbuh kembang dalam pendidikan
dan pengasuhan ibu asuh yang didasari oleh nilai-nilai keislaman.
Oleh karena itu, penulis ingin mengamati bagaimana komunikasi
interpersonal ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan
nilai-nilai islami di Himawari Daycare.
C. Batasan Masalah
Untuk membantu dan mempermudah peneliti dalam
menganalisis hasil penelitian, maka peniliti membatasi masalah
agar ruang lingkup penelitian kali ini fokus, terarah dan tidak
meluas. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka fokus
penelitian ini adalah tahapan penetrasi sosial yang dilakukan ibu
asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan nilai-nilai islami.
Peneliti juga membatasi penelitian dengan meneliti empat orang
ibu asuh dan sembilan orang anak asuh yang berkisar di usia tiga
sampai lima tahun yang mempunyai sifat diam, biasa saja dan
aktif.
9
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap Orientasi yang dilakukan oleh ibu asuh
dengan anak asuh dalam mengenalkan nilai-nilai islami di
Himawari Daycare ?
2. Bagaimana tahap pertukaran penjajakan afektif yang
dilakukan oleh ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan
nilai-nilai islami di Himawari Daycare ?
3. Bagaimana tahap pertukaran afektif yang dilakukan oleh ibu
asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan nilai-nilai islami
di Himawari Daycare ?
4. Bagaimana tahap pertukaran stabil yang dilakukan oleh ibu
asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan nilai-nilai islami
di Himawari Daycare ?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui tahap Orientasi yang dilakukan oleh ibu
asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan nilai-nilai
islami di Himawari Daycare ?
b. Untuk mengetahui tahap pertukaran penjajakan afektif yang
dilakukan oleh ibu asuh dengan anak asuh dalam
mengenalkan nilai-nilai islami di Himawari Daycare ?
c. Untuk mengetahui tahap pertukaran afektif yang dilakukan
oleh ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan nilai-
nilai islami di Himawari Daycare ?
d. Untuk mengetahui tahap pertukaran stabil yang dilakukan
oleh ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan nilai-
nilai islami di Himawari Daycare ?
10
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Yakni penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang nyata dan positif dalam bidang ilmu
akademik khususnya ilmu komunikasi bagi mahasiswa atau
mahasiswi terutama jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam agar mengetahui dampak komunikasi interpersonal
terhadap kedekatan hubungan antara manusia.
b. Manfaat Praktis
Yakni penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperluas wawasan keilmuan serta dapat dijadikan
masukan bagi para orangtua dan ibu asuh dalam
mengenalkan nilai nilai islami kepada anak melalui
komunikasi interpersonal.
11
E. Kajian Pustaka
Tabel 1. Perbandingan Penelitian Sejenis Terdahulu Dengan
Penelitian Yang dilakukan
Judul
penelitian
Komunikasi
Antarpribadi
dalam
Membangun
Relasi Antara
Pengasuh
dengan Anak
Yatim dan
Dhuafa Studi
Kasus Asrama
Griya Yatim dan
Dhuafa Cabang
Bintaro
Tangerang
Selatan”.
Komunikasi
Interpersonal
Antara Guru
dan Anak
Tunarungu
Dalam
Meningkatka
n Kualitas
Ibadah Shalat
Di Sekolah
Luar Biasa
Negeri 1
Lebak Bulus.
Peranan
Komunik-
asi
Interperson
al
Pengasuh
Anak
Terhadap
Kemampu
an
Interaksion
al Anak
Asuh
(Studi
Pada
Tempat
Penitipan
Anak Fun
Daycare
Bandar
Lampung).
Komunikasi
interpersonal ibu
asuh dengan anak
asuh dalam
mengenalkan
nilai-nilai islami
di Himawari
Daycare.
Peneliti Olivia Nabila
Ayu
Eko
Wahyudi
Mia
Kartika
Chandra
Fatia Nurul Ismi
12
Lembaga
dan
Tahun
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta Tahun
2016
UIN Syarif
Hidayatulla
h Jakarta
Tahun 2013
Universitas
Bandar
Lampung
Tahun
2019
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta Tahun
2019
Masalah
penelitian
Bagaimana
tahapan penetrasi
sosial pengasuh
dan anak yatim
dalam tahapan
orientasi,eksplora
si, afektif dan
pertukaran stabil
dalam
membangun
relasi
Bagaimana
komunikasi
interpersona
l guru dan
anak tuna
tunggu
dalam
meningkatk
an kualitas
ibadah
shalat
bedasarkan
teori
interaksi
obat
simbolik
Bagaimana
peranan
komunikas
i
interperson
al
pengasuh
anak
berdasarka
n
pendekatan
humanistik
Bagaimana
tahapan penetrasi
sosial ibu asuh
dengan anak asuh
dalam tahap
orientasi,
eksplorasi, afektif
dan pertukaran
stabil sebuah
hubungan
Tujuan
penelitian
Untuk
mengetahui
bagaimana
tahapan penetrasi
sosial dalam
membangun
relasi antara
pengasuh dan
anak yatim
Untuk
mengetahui
bagaimana
komunikasi
interpersona
l guru dan
anak tuna
tinggi
dalamening
katkan
kualitas
ibadah
Untuk
mengetahu
i
pendekatan
humasnitik
yang
paling
mendomin
asi dalam
peranan
komunikas
i
interperson
al
pengasuh
dan anak
asuh
Untuk
mengetahui
bagaimana
tahapan orientasi,
eksplorasi, afektif
dan pertukaran
stabil
13
Teori Penetrasi sosial Interaksiona
l Simbolik
Humanisti
k
Penetrasi sosial
Metode
penelitian
Studi kasus Deksriptif Studi
kasus
Deksriptif
Hasil
penelitian
Pada tahap
orientasi
pengasuh akan
berinteraksi
secara umum
dengan
menanyakan
biodata anak pada
tahap eksplorasi
anak sudah
mulaibuka
informasi
mengenaik
dirinya pada
tahap afektif anak
mulai curhat
masalah pribadi
dan meminta
solusipengasuh
pada tahap
pertukaran stabil
pengasuh sudah
dapat memahami
masalah yang
terjadi dari raut
wajah anak tanpa
ditanya
Temuan
dalam
penelitian
ini adalah
komunikasi
interpersona
l yang
dilakukan
guru
terhadap
anak tuna
rugu dalam
meningkatk
an kualitas
ibadah
shalat
menggunaka
n metode
demonstrasi
dan oral
dengan cara
memperaga
kan barang,
kejadian
atau urutan
melakukan
suatu
kegiatan
kegiatan
Komunika
si
interperson
al
berdasarka
n lima
aspek
humanistik
yang
paling
mendomin
asi tingkat
keberhasila
n
komunikas
i
interperson
al adalah
aspek
keterbukaa
n
Pada tahap
orientasi anak
anak akan
mengalami masa
adaptasi yang
berbeda paling
lama satu bulan
dan paling cepat
dua Minggu pada
tahap eksplorasi
anak akan
membuka
informasi
mengenai dirinya
dengan bercerita
pada tahap afektif
anak akan
spontan bercerita
tanpa diminta dan
akan ada
pemberian solusi
yang diberi oleh
ibu asuh pada
tahap pertukaran
stabil baik ibu
asuh dan anak
asuh sudah tidak
lagi salah tafsir
karena sudah
mengetahui
pribadi masing-
masing
14
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konstruktivis yang memandang realitas sosial bukanlah realitas
yang natural, tetapi realitas sosial yang terbentuk dari hasil
konstruksi.5Paradigma konstruktivis ini berpandangan bahwa
pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman
terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi
pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap
realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan objek, hal ini
berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman
semata, tetapi merupakan juga konstruksi oleh pemikiran.6
2. Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deksriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-
orang atau prilaku yang diamati. Penelitian kualitatif berusaha
mencari apa yang ada di balik tindakan, bukan fenomena luar
tetapi fenomena dalam dan lebih menekankan pada makna dan
proses daripada hasil dari suatu aktifitas7
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview)
5Eriyanto.Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian
IlmuKomunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainya. (Jakarta:Kencana, 2011), 43 6Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,
(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012), 140. 7Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke 26, h. 3.
15
Wawancara merupakan suatu kegiatan Tanya jawab
dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara
(interviewer) dan yang diwawancarai (interviewer) tentang
masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud
memperoleh persepsi, sikap, dan pola pikir yang diteliti.
Karena wawancara itu dirancang oleh pewawancara maka
hasilnya pun dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
pewawancara8.
Wawancara dilakukan secara mendalam dengan
melakukan tanya jawab pada pokok persoalan yang ingin
diketahui dan diteliti oleh peneliti sehingga informasi yang
didapat dan dikumpulkan adalah sebuah fakta yang teruji
kebenaranya. Peneliti melakukan wawancara dengan lima
ibu asuh dan kepala Daycare di Himawari Daycare
b. Observasi
Metode observasi adalah pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan.9 Penelitian ini menggunakan
metode observasi dengan terjun langsung ke lapangan dan
mengamati fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan.
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk
mengamati dan melihat langsung fenomena yang terjadi
kemudian mencatat perilaku dan fakta yang terjadi di
lapangan. Peneliti melakukan observasi pada komunikasi
8Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,
(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 161 9Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif.( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), h. 115
16
interpersonal yang dilakukan sehari-hari antara ibu asuh dan
anak untuk mengenalkan nilai islami di Himawari Daycare.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui
peninggalan tulisan berupa arsi-arsip, buku-buku dan surat
kabar sebagai bukti yang menunjukan peristiwa atau kegiatan
yang berhubungan dengan penelitian ini. Dokumen adalah
profil data berupa bahan tulis ataupun film yang dapat berupa
dokumen pribadi dan dokumen resmi10
. Dalam hal ini
peneliti memperoleh dokumen dari berbagai sumber seperti
buku perpustakaan, arsip dan jurnal yang diperoleh dari
internet, dan foto kegiatan, profil dan sarana juga prasarana
yang ada di Daycare.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah teknik Miles dan Huberman (1994), terdiri dari tiga
tahapan yaitu, reduksi data, paparan data dan penarikan
kesimpulan11
(Pawito 2007, 104). Berikut penjelasanya:
a. Reduksi data (Data Reduction )
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhaaan, dan pentransformasian “data mentah“ yang
terjadi dalam catatan-catatian lapangan yang tertulis.
Sebagaimana kita ketahui, reduksi data terjadi secara
kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan
10
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. ke 26, h. 216 11
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif,( Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi
Aksara, 2007), h. 104
17
secara kualitatif12
. Dari sekian banyak data yang diperoleh
di lapangan, peneliti memilih menyederhanakan beberapa
data yang benar-benar diperlukan dan yang peneliti anggap
penting serta sesuai dengan penelitian ini.
b. Paparan data (data display)
Penyajian data adalah proses pemberian sebuah informasi
yang telah disusun sedemikian rupa sehingga
memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dan mengambil
tindakan.13
Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut
pokok permasalahan dan dibuatkan dalam bentuk matriks
sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola
hubungan satu data dengan data lainya.
c. Penarikan data kesimpulan (conclusion
drawing/verification)
Penarikan kesimpulan adalah menyimpulkan dan
melakukan verifikasi atas data-data yang sudah di proses ke
dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola pemecahan
permasalahan yang dilakukan.
5. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah empat ibu asuh
dan Sembilan anak asuh Sedangkan objek dalam penelitian ini
adalah penetrasi sosial yang dilakukan ibu asuh terhadap anak
asuh dalam mengenalkan nilai-nilai islami di Himawari
daycare. Melalui pendekatan KAP.
12
Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali
Pers,2011), h. 129 13
Mulyadi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Pekanbaru: Diktat, 2011), 56
18
6. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tempat penitipan anak
Himawari Daycare beralamat di Komplek Kejaksaan Agung
SUAD blok A11, Kreo, Larangan, Tangerang. Waktu
peneltian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober 2019.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini menggunakan pedoman
penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) berdasarkan
keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
Adapun sistematika penulisanya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini pendahuluan meliputi latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi penjelasan tentang
komunikasi interpersonal, penjelasan tentang teori
penetrasi sosial, penjelasan tentang nilai islami.
BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini membahas mengenai profil umum
Himawari Daycare, seperti sejarah singkat
Himawari Daycare, program Himawari Daycare,
jadwal kegiatan Himawari Daycare, fasilitas dan
struktur pengurus dan tugas pengurus Himawari
Daycare
19
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini berisi penyajian data dan temuan
penelitian hasil data wawancara, observasi dan
dokumentasi yang dilakukan di Himawari
Daycare. Data temuan tersebut berkaitan dengan
teori penetrasi sosial yang dilakukan ibu asuh
dalam mengenalkan dan nilai Islami,
BAB V PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi uraian data dan temuan
penelitian yang dikaitkan dengan Teori penetrasi
sosial.
BAB VI PENUTUP
Dalam bab ini meliputi simpulan, dan saran atas
penelitian yang telah dibahas dalam skripsi ini.
Kemudian menjelaskan simpulan dan saran yang
akan dilakukan oleh Himawari Dayacare.
20
21
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KONSEP
A. Dakwah Fardiyah
1. Definisi Dakwah Fardiyah
Dakwah fardiyah adalah proses ajakan atau seruan kepada
jalan Allah yang dilakukan oleh seorang da’i kepada
perorangan (interpersonal), yang dilakukan secara langsung
tatap muka (face to face), atau langsung tetapi tidak tatap
muka (bermedia) yang bertujuan memindahkan mad’u pada
keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah14
. Dakwah
fardiyah memiliki tiga pengertian yaitu:
a. Mafhum Fakwah: usaha seorag da’I mengenal dan menjaga
hubungan baik dengan mad’u untuk dituntun ke jalan Allah.
b. Mafhum Haraki: menjalin hubungan dengan masyarakat
umum, kemudian memilih salah seorang dari mereka untuk
membina hubungan lebih dekat, menampkan kecintaan dan
perhatian.
c. Mafhum Tanzimi: pengarahan (Tanzih) berupa bimbingan
seorang da’I kepada mad’u dalam rangka berdakwah
kepada Allah untuk membantu memahami keadaan dirinya,
memahami persoalan-persoalan dan hambatan-hambatan
yang dihadapinya, menunjukan dengan cara halus tentang
kemampuan dan kelebihan yang ia miliki.
Berdasarkan definisi diatas dakwah fardiyah merupakan
dakwah yang berinteraksi secara tatap langsung sehingga dai
14
Enjang dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya
Padjadjaran, 2009), 67.
22
dapat mengetahui respon mad’u terhadap pesan
dakwahnya baik itu respon yang baik ataupun buruk.
2. Tahapan Dakwah Fardiyah
Menurut Syaikh Mustafa tahapan dakwah fardiyah ada tujuh
yaitu:
a. Membina hubungan dan mengenal setiap orang yang ingin
didakwahi.
b. Membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa
c. Membantu memperbaiki keadaan dirinya dengan
mengenalkan perkara-perkara yang bernuansa ketaatan
kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan.
d. Menjelaskan tentang pengertian ibadah secara syamil
menyeluruh atau komprehensif tida hanya terbatas pada
masalah shalat, puasa, zakat dan haji saja.
e. Harus menjelaskan kepada mad’u bahwa keberagaman kita
tidak cukup hanya dengan keislaman diri kita sendiri, hanya
sebagai seorang muslim yang taat menjalankan kewajiban
ritual, berperilaku baik dan tidak menyakiti orang lain
selain itu tidak ada lagi.
f. Menjelaskan bahwa kewajiban diatas tidak mungkin dapat
ditunaikan secara individu, masing-masing orang secara
terpisah tidak mungkin mampu menegakan Negara islam
dan mengembalikan system kekhalifahan.
23
g. Menjelaskan tentang kepentingan sorang mad’u kepada
sebuah jamaah 15
B. Komunikasi
1. Definisi Komunikasi
Istilah communication berasal dari bahasa latin, yaitu
communicatius yang berarti berbagi atau menjadi milik
bersama. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau
bersama-sama. Dengan demikian komunikasi menurut
Lexicographer (ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu
upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. 16
Komunikasi bersifat sistematis, yaitu bahwa komunikasi
terjadi dalam suatu sistem pada bagian yang saling
berhubungan yang memengaruhi satu sama lain. selain itu fisik
dan waktu merupakan elemen-elemen dari sistem itu yang
memengaruhi interaksi.17
Jadi kesimpulanya adalah komunikasi merupakan sebuah
sistem yang mengatur informasi dan dapat disampaikan atau
tersampaikan. Komunikasi dapat terjadi hanya jika ada
setidaknya dua orang yang berinteraksi melalui penyampaian
suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol baik verbal
maupun non verbal yang disebut sebagai komunikator dan
satunya lagi disebut sebagai komunikan.
15
Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta
Press,2003), 121-122. 16
Marhaeni Fajar, Ilmu Komuniasi Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009), 31. 17
Julia T. Wood, Komunikasi Teori dan Praktik (Komunikasi dalam
kehidupan kita), (Jakarta: Salemba Humanika, 2013), 3.
24
2. Karakteristik Komunikasi
a. Komunikasi suatu proses
Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa
komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa
yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama
lainya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi
melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor atau unsur
yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau
peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajianya),
saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan
pesan, waktu, tempat hasil atau akibat yang terjadi.
b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai
tujuan
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan
dari pelakunya. Pengertian sadar disini menunjukan bahwa
kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya
berada dalam kondisi mental psikologis yang terkendalikan
bukan dalam keadaan mimpi.
c. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari
para pelaku yang terlibat
Kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik
apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau
lebih ) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai
perhatian yang sama terhadap topic pesan yang
dikomunikasikan.
25
d. Komunikasi bersifat simbolis
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang,
misalnya bahasa
e. Komunikasi bersifat transaksional
Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan:
memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya
perlu dilakukan secara seimbang atau proposional oleh
masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.
f. Komunikasi membantu faktor ruang dan waktu
Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang
maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat
dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta
tempat yang sama. Dengan adanya berbagi produk
teknologi komunikasi seperti telepon, faksmili, teleks dan
lain-lain kedua faktor tersebut (waktu dan ruang) bukan lagi
menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi. 18
3. Hambatan Komunikasi
Hambatan dalam berkomunikasi merupakan terganggunya
pesan atau informasi ketika seseorang berkomunikasi sehingga
pesan atau informasi yang tersampaikan tidak sesuai dengan
keinginan pengirim.
a. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalanya komunikasi yang
menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
18
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, 33-34
26
1. Gangguan mekanik
Gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan
saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
Termasuk gangguan mekanik adalah bunyi mengaung
pada pengeras suara atau riuh hadirin atau bunyi
kendaraan lewat ketika seseorang sedang berpidato dalam
suatu pertemuan.
2. Gangguan semantic
Gangguan semantic adalah gangguan yang bersngkutan
dengan pesan komunikasi yang pengertianya menjadi
rusak. Gangguan semantic tersaring ke dalam pesan
melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan
mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang
terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan
semantic dalam pesanya. Gangguan semantic terjadi
dalam salah pengertian. Semantic adalah pengetahuan
mengenai pengertian kata-kata yang sebenarnya atau
perubahan pengertian kata-kata.
b. Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang
selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan.
Orang hanya akan memperhatikan perangsang yang ada
hubunganya dengan kepentinganya. Kepentingan bukan
hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga
menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah
laku kita akan merupakan sifat reaktif terhadap segala
27
perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan
dengan suatu kepentingan.
c. Motivasi terpendam
Motivation atau motivasi akan mendorong
seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan
keinginan, kebutuhan dan kekuranganya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar
kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik
oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya komunikan
akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai
dengan motivasinya. Dalam pada itu sering kali pula
terjadi seorang komunikator tertipu oleh tanggapan
komunikan yang seolah-oleh tampaknya khsus
menanggapinya, sungguhpun pesan komunikasi tak
bersesuaian dengan motivasinya. Tanggapan semu dari
komunikan itu tentunya mempunyai motivasi terpendam.
d. Prasangka
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu
rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan
komunikasi oleh karena orang yang mempunyai
prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan
menentang komunikator yang hendak melancarkan
komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk
menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa
menggunakan pikiran yang rasional. Sesuatu yang
objektif pun akan dinilai negative. Prasangka bukan saja
dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti sering kita dengar
28
melainkan juga terhadap agama, pendirian politik,
kelompok dan pendek kata suatu perangsang yang dalam
pengalaman pernah memberi kata yang tidak enak. 19
C. Komunikasi Interpersonal
1. Definisi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan salah satu bagian
dari ilmu komunikasi yang paling banyak frekuensi
penggunaanya untuk memulai sebuah komunikasi. Sebab,
dalam komunikasi interpersonal informasi yang diterima
terjadi pada saat itu juga dan bertimbal balik sehingga para
actor komunikasi saling menerima informasi secara maksimal
komunikasi interpersonal juga merupakan komunikasi yang
paling efektif untuk memulai sebuah hubungan.
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi antara
individu-individu atau tatap muka antar dua atau beberapa
orang, dimana pengirim dapat menanggapi secara langsung
pula.20
Dikatakan oleh R.Wayne Pace dalam Hafied Cangara
mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal ”merupakan
proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau
lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan
pesan secara langsung dan penerima dapat menerima dan
menaggapi secara langsung.21
19
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2003), 49 20
Agus M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), 20 21
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 1998), 32
29
Komunikasi interpersonal berperan dalam
mempengaruhi perilaku seseorang dan terlibat dalam proses
perubahan dan pengembangan. Sebab di dalam komunikasi
interpersonal pihak-pihak yang terlibat akan secara aktif terus
menerus memberikan semangat atau dorongan sehingga dapat
merubah perasaan, pikiran dan perilaku sesuai yang
diharapkan.
2. Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal
a. Komunikator
Komunikator merupakan orang yang mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk
membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat
emosional maupun informasional dengan orang lain.
kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk memengaruhi
sikap dan tingkah laku orang lain. Di dalam konteks
komunikasi interpersonal komunikator adalah
orang/individu yang menciptakan, memformulasikan, dan
menyampaikan pesan.
b. Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator
dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol
verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-
aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik
komunikan.
30
c. Pesan
Pesan merupakan hasil encoding. Pesan adalah
seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal,
atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus
komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain.
D. Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari
sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke
orang lain secara umum. Dalam konteks komunikasi
interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata
karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan
komunikasi secara tatap muka.
E. Komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami dan
menginterpretasi pesan.Dalam konteks komunikasi
interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima
pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan
umpan balik.
F. Decoding
Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri
penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-
macam data dalam bentuk ”mentah”, berupa kata-kata dan
simbol-simbol yang harus diubah ke dalam pengalaman-
pengalaman yang mengandung makna.
31
G. Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk
dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon
dapat bersifat positif, netral, maupun negatif.Respon positif
apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral
berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan
komunikator. Dikatakan respon negative apabila tanggapan
yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh
komunikator.
H. Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barrier beraneka ragam, untuk
itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di
dalam komponen-komponen manapun dari sistem
komunikasi. Noise merupakan apa saja yang menggangu atau
membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan,
termasuk yang bersifat fisik dan phsikis.
I. Konteks Komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu,
paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu dan
nilai.Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan
nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman
dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan
komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore,
malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang
memengaruhi suasana komunikasi seperti: adat istiadat,
32
situasi rumah, norma sosial, norma pergaulan, etika, tata
krama, dan sebagainya.22
3. Tujuan Komunikasi Interpersonal
a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain
Untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain. Dalam
hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa,
tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan,
menanyakan kabar kesehatan partnernya dan sebagainya.
b. Menemukan diri sendiri
Artinya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal
karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri
pribadi berdasarkan informasi dari orang lain. Bila
seseorang terlibat komunikasi interpersonal dengan orang
lain, maka terjadi proses belajar banyak sekali tentang diri
maupun orang lain.
c. Menemukan dunia luar
Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan
untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain,
termasuk informasi penting dan aktual. Jadi komunikasi
merupakan “jendela dunia”karena dengan berkomuikasi
dapat mengetahui berbagai kejadian di dunia luar.
d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis
Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang
yang paling besar adalah membentuk dan memelihara
hubungan baik dengan orang lain. semakin banyak teman
22
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 7-
9
33
yang dapat diajak bekerja sama maka semakin lancarlah
pelaksanaan kegiatan dalam hidup sehari-hari. Oleh karena
itulah setiap orang telah menggunakan banyak waktu untuk
komunikasi interpersonal yang diabdikan untuk membangun
dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain.
e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan
menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah
mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab, pada
dasarnya komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah
pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna pada
situasi kehidupan manusia, termasuk memberi makna
tertentu terhadapa kemungkinan terjadinya perubahan sikap.
f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu
Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi
interpersonal sekedar mencari kesenangan atau
hiburan.Berbicara dengan teman mengenai olahraga,
bertukar cerita-cerita lucu. Komunikasi interpersonal
semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting
dalam pikiran yang memerlukan suasana rileks dari semua
keseriusan berbagai kegiatan sehari-hari.
g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi
Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian
akibat salah komunikasi dan salah interpretasi yang terjadi
antara sumber dan penerima pesan.Karena dengan
komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan
34
pendekatan secara langsung, menjelaskan berbagai pesan
yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi.
h. Memberikan bantuan (konseling)
Ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi
menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan
professional mereka untuk mengarahkan klienya. Tanpa
disadari setiap orang ternyata sering bertindak sebagai
konselor maupun konseli dalam interaksi interpersonal
sehari-hari.
4. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan
lima kualitas umum yaitu keterbukaan (Openness), empati
(empathy), dukungan (supportiveness), positif (positiveness),
kesetaraan (equality).
a. Empati (Empathy)
Empati merupakan proses kemampuan menangkap hal-
hal yang terdapat di dalam komunikasi dengan orang lain
dengan cara menganalisis pembicaraan, nada suara
sehingga seseorang dapat menangkap pikiran dan perasaan
yang sesuai dengan orang yang bersangkutan.23
Orang yang
empatik akan mampu memahami perasaan dan sikap orang
lain. Seseorang dapat berkomunikasi secara empati baik
secara verbal maupun non verbal. Seperti halnya empati
secara verbal adalah memberi perhatian dengan cara
23
Abd. Khalik, Filsafat Komunikasi, (Cet. I; Makassar: Alaudin Press, 2014).
31
35
berinteraksi dan empatik secara non vebal dengan cara
postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik.
b. Keterbukaan (Openness)
Keterbukaan (openness) merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antarpribadi.
Sebuah keterbukaan mensyaratkan adanya kejujuran.
Menurut De Vito dalam Suciati keterbukaan diri seseorang
meliputi lima hal: 24
1. Kesediaan untuk mengungkap diri.
2. Kesediaan mengungkap sisi diri terlepas dari identitas
diri, yang akan diukur melalui kemampuan untuk
mengungkap sikap, pikiran perasaan dan ekspresi.
3. Kesediaan untuk menerima orang lain apa adanya diukur
melalui ada tidaknya orang lain menerima seseorang.
4. Kesediaan untuk mendengarkan dan memahami masalah
pribadi seseorang.
5. Tingkat keluasaan yang akan diukur dari luas sempitnya
jenis topik yang dikomunikasikan kepada seseorang.
Keterbukaan dapat diwujudkan melalui sikap yang
jujur dan emmbuka diri dalam berinteraksi serta dapat
mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan
merupakan milik pribadi.
24
Suciati, Komunikasi Interpersonal, (Cet I; Yogyakarta: Mata Padi Persindo,
2015), 31-32
36
c. Dukungan (Supportiveness)
Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan
yang dimana terdapat sikap support. Memilki komitmen untuk
mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Gaya
spontan membantu menciptakan suasana mendukung. Orang
yang spontan dalam berkomunikasi cenderung akan berterus
terang terhadap suatu hal dalam mengutarakan pikiranya.
Bertindak secara provisional, pikiran terbuka dan kesadaran
penuh serta ada kesediaan untuk mengubah sikap dan pendapat
akan mendorong sikap mendukung 25
d. Sikap positif (Positiveness)
Ditunjukan dalam bentuk sikap dan perilaku dengan cara
menghargai orang lain, tidak menaruh curiga, memberikan
pujian dan penghargaan. Sikap positif yang tercermin dalam
diri seseorang akan mengeluarkan citra yang baik tentang
dirinya sehingga jika seseoang mempunyai sikap positif akan
dirinya perasaan ini akan menyebar kepada perasaan orang
lain sehingga komunikasi akan berjalan dengan efektif.
e. Kesetaraan
Kesetaraan termasuk pada salah satu karakteristik
efektivitas dalam komunikasi antarpribadi. Hal ini terjadi
ketika satu mitra komunikasi melihat mitra lainya memberikan
kontribusi dalam interaksi mereka. 26
kesetaraan meliputi
penempatan diri setara dengan orang lain, mengakui
25
Joseph De Vito, Komunikasi Antar Manusia, (Edisi Kelima, Alih Bahasa,
Agus Maulana, Jakarta: Professional Books), 262. 26
Suciati, Komunikasi Interpersonal, (Cet I; Yogyakarta: Mata Padi Presindo,
2015), 75
37
pentingnya kehadiran orang lain, tidak memaksakan kehendak,
saling memerlukan. Dengan adanya persamaan pihak yang
terlibat dalam komunikasi juga dapat saling menghargai dan
menghormati perbedaan dan keyakinan27
D.Teori Penetrasi Sosial Irwin Altman dan Dalmas Taylor
1. Definisi Teori Penetrasi Sosial
Teori penetrasi sosial merupakan salah satu teori dari
komunikasi interpersonal yang membahas bagaimana
perkembangan dan kedekatan dalam sebuah hubungan. Teori
ini dipopulerkan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor
(1973). Teori penetrasi sosial (social penetration theory)
berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan
dan keintiman seseorang dalam menjalani hubungan dengan
orang lain.28
Teori penetrasi sosial merupakan teori dalam
memulai dan membangun sebuah hubungan menjadi hubungan
yang awalnya bersifat tidak pribadi menjadi pribadi. Penetrasi
sosial mempunyai tahapan awal mula individu dalam menjalin
sebuah hubungan dan bagaimana hubungan itu berkembang.
Dapat dipahami bahwa semakin dalam dan semakin
pribadi informasi diri yang disampaikan menandakan bahwa
hubungan tersebut semakin akrab dan intim hal itu disebabkan
oleh emosi yang terjadi di antara individu seperti adanya rasa
nyaman untuk berkomunikasi dan berhubungan.
27
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 2000),
135. 28
Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana
Prenada Group,2013), 296
38
Diperkirakan bahwa proses penetrasi sosial umumnya
akan menunjukan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat
selama tahap awal atau menengah, daripada tahap
perkembangan selanjutnya29
. Maksud dari hal ini disebabkan
karena lapisan kepribadian yang lebih sentral digambarkan
memiliki penghalang yang lebih kuat daripada lapisan luar
membuatnya lebih mudah diakses oleh orang lain.
Teori penetrasi sosial mempunyai peran yang besar dalam
bidang psikologi dan komunikasi. Model teori penetrasi sosial
menyediakan jalan yang lengkap untuk menggambarkan
perkembangan hubungan interpersonal dan untuk
mengembangkanya dengan pengalaman individu sebagai
proses pengungkapan diri yang mendorong kemajuan
hubungan30
Proses penetrasi sosial mencakup di dalamnya perilaku
verbal (kata-kata yang digunakan), perilaku non verbal (postur
tubuh kita, sejauh mana kita tersenyum dan sebagainya) dan
perilaku yang berorientasi pada lingkungan (ruang antara
komunikator, objek fisik yang ada dalam lingkungan dan
sebagainya)31
. Maksudnya dalam proses penetrasi sosial
simbol yang dikeluarkan individu dalam berkomunikasi dapat
dikatakan bagian dari penetrasi sosial sebab simbol yang
digunakan dimaknai sebagai ungkapan individu pada saat
29
Irwin Altman dan Dalmas Taylor, Social Penetration: The Development of
Interpersonal Relationship, (USA: Holt, Rinehart and Winston,Inc., 1973), 44 30
A. Supraticcknya, Komunikasi Antarpribadi, Tinjauan Psikologis,
(Yogyakarta: Kanisius, 1995) 26 31
West dan Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2008), cet-3, 196
39
berkomunikasi. Contohnya bahasa yang hanya dimengerti oleh
individu yang bersangkutan dimaknai bahwa hubungan yang
terjalin sudah dekat sebab hanya mereka yang menggunakan
kata-kata tersebut dalam berkomunikasi. Kemudian, simbol
nonverbal seperti senyum yang menandakan mengiyakan suatu
hal akan dimaknai bahwa hubungan mereka sudah sangat
dekat karena individu dapat menafsirkan pesan non verbal
yang disampaikan oleh individu lainya.
Analogi bawang adalah analogi yang menjelaskan
bagaimana sebuah hubungan itu dapat terjadi. Sebagaimana pada
gambar 2.1 pada lapisan terluar individu hanya akan
menampilkan informasi yang sangat umu seperti usia, kediaman,
pekerjaan. Pada lapisan selanjutnya atau lapisan tengan yang di
tampilkan adalah informasi mengenai selera music, pandangan
politik dan kegiatan dikala senggang. Lapisan terdalam
menampilkan informasi yang sangat privasi seperti watak, konsep
diri32
32
https://medium.co,/@billymeredith175/social-penetration-theory.com
40
Gambar 2.1 Analogi Bawang Penetrasi Sosial
2. Asumsi Teori Penetrasi Sosial
Richard West dan Lynn H. Turner mengemukakan bahwa
Teori Penetrasi Sosial dibangun diatas sejumlah asumsi
sebagai berikut33
:
a. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak
intim menjadi intim
b. Hubungan komunikasi Secara umum, perkembangan
hubungan sistematis dan dapat diprediksi
c. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi
(penarikan diri) dan disolusi
d. Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan
Pada asumsi pertama dikatakan hubungan yang
terjadi pada individu berawal dari hubungan yang tidak
dekat, hubungan yang terjalin hanya sebatas pemberian
informasi yang tidak pribadi namun lambat laun individu
akan mengalamikemajuan dalam hubungan dikarenakan
kenyamanan dalam berhubungan atau kesaamaan dalam cara
pandang sehingga hubungan yang semula tidak akrab
menjadi hubungan yang dekat. antar individu dimulai pada
tahapan supefisal dan bergerak pada sebuah kontinum
33
Richard West dan Lyn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis
dan Aplikasi (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2012), 196.
41
menuju tahapan yag lebih intim.34
Pada asumsi kedua Hubungan yang terjalin pada individu
berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. Kita tahu
bahwa dalam sebuah hubungan akan ada waktunya dimana
individu mulai tertarik dan membuat hubungan dengan
individu lainnya semakin dekat. Dalam proses tersebut
penetrasi sosial dapat memprediksi dugaan-dugaan yang
terjadi dalam sebuah proses kedekatan hubungan tersebut.
Pada asumsi ketiga hubungan yang terjadi antar individu
dapat mengalami konflik yang pada akhirnya hubungan
tersebut akan berantakan dan runtuh dan keruntuhan dalam
hubungan ini akan menyebabkan disolusi hubungan dan
hubungan akan semakin jauh.
Pada asumsi keempat pembukaan diri dapat didefinisikan
sebagai proses pembukaan informasi diri sendiri kepada
orang lain yang memiliki tujuan.35
Ketika individu memulai
berkomunikasi dengan individu lainya secara tidak langsung
individu akan memberikan informasi mengenai diri yang
akan di respon langsung oleh individu bersangkutan sehingga
komunikasi yang berlangsung akan berkembang ke dalam
hubungan selanjutnya.
3. Tahapan Penetrasi Sosial
Dalam penetrasi sosial terdapat empat tahapan untuk
memulai hubungan dari tingkat yang kecil ke tingkat yang
34
Richard West dan Lyn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis
dan Aplikasi (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2012), 197 35
West dan Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, 199
42
lebih tinggi hal ini berkaitan dengan perilaku individu dalam
proses pembentukan hubungan sebagai berikut.36
:
a. Tahap Orientasi (Orientation Stage)
Pada tahap ini adalah tahapan paling awal dalam
memulai hubungan dengan orang lain. Hanya sedikit
mengenai diri kita yang terbuka untuk orang lain. individu
akan berhati-hati untuk membuka informasi pribadi kepada
individu lain. Biasanya, pada tahap ini kita menampilkan
sisi yang diaangap baik secara sosial sehingga konflik tidak
akan timbul dalam tahap ini. Orang-orang akan melakukan
percakapan ringan seperti topik-topik umum yang biasa di
bicarakan orang sekitar meliputi alamat, profesi, tren model
terbaru, masalah politik yang sering dibahas dan kejahatan
dijalanan.
Namun pada pembicaraan topik ini tidak dilakukan
penyelidikan berlebihan terhadap orang lain dikarenakan
pada tahap ini individu berhati-hati dan menghhindari
konflik sehingga mereka masih mempunyai kesempatan
untuk berhubungan kembali jika dirasa pada pertemuan
pertama masing-masing merasa ada imbalan yang cukup
didapat dari percakapan pertama mereka akan melanjutkan
ke tahap penetrai sosial selanjutnya.
b. Tahap Pertukaran Penjajakan Afektif (exploratory
affective exchange stage)
36
Budayatna dan Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2014), 228-229
43
Pada tahap ini, manusia mulai menjadikan informasi
tentang dirinya menjadi informasi publik. Pada tahap awal
informasi mengenai dirinya bersifat privasi kemudian
dalam tahapan ini informasi dirinya berubah menjadi publik
hal ini dikarenakan kemunculan rasa nyaman individu
dengan satu sama lain dalam melakukan sebuah interaksi
sehingga dalam tahap ini individu tidak akan berhati-hati
dalam berbicara. Namun informasi yang disampaikan masih
terbatas.
Altman dan Taylor mengatakan pada tahap ini hubungan
dicontohkan seperti halnya interaksi dengan rekan kerja,
tetangga, komite sekolah dan anggota asosiasi. Yang mana
dalam hubungan seperrti ini orang kerap memberikan
informasi mengenai dirinya satu sama lain hanya untuk
berfungsi dalam kelompok dan seringnya berinteraksi
dalam kerangka kerja tujuan kelompok.
Maksudnya adalah hubungan yang terjalin tingkat
kedalamanya dangkal karena para individu yang terlibat
hanya menampilkan sedikit informasi tentang kepribadian
mereka hanya untuk bisa bertahan di dalam kelompok. Dan
banyak hubungan yang bergerak tidak melebihi tahap ini.
c. Tahap pertukaran afektif (affective exchange stage)
Pada tahap ini interaksi yang dilakukan lebih dekat dan
intim. Individu akan merasa nyaman untuk berhubungan
dengan individu yang bersangkutan dikarenakan interaksi yang
berjalan bersifat spontan tanpa memikirkan ketakutan akan
44
kesalahan-kesalahan kata dalam berbicara.
Imbalan yang diterima pada tahapan sebelumnya sesuai
untuk membuat individu yang terlibat mengembangkan
hubunganya ke tahap ini. Ada kemungkinan bahwa pada tahap
ini individu yang terlibat akan mulai berinteraksi pada tingkat
yang lebih intim atau pribadi. Topik pembicaraan yang terjadi
dapat seputar latar belakang keluarga, filosofi membesarkan
anak, pandangan politik, filosofi hidup dan masalah keuangan.
Pada tahap ini juga pelaku dapat bertukar ide dan
menerima atau memberi solusi. Tahap ini menunjukan
hubungan yang berkomitmen antara individu dengan individu
lainya. Namun, dalam tahap ini konflik akan muncul
dikarenakan kemunculan beberapa masalah seperti perbedaan
pandangan, ketidak setujuan, kesalah pahaman.
Dalam tahap ini, ketika konflik muncul individu akan
dihadapkan oleh pengambilan keputusan untuk melanjutkan
atau tidak hubunganya dengan individu lain.
d. Tahap Pertukaran Stabil (stable exchange stage)
Pada tahap ini hanya sedikit individu yang dapat
mencapai tahap ini, karena di tahap yang sebelumnya apabila
individu terkena konflik dan memutuskan untuk tidak
melanjutkan hubunganya maka tahapan penetrasi sosial hanya
sebatas itu.
Namun, individu yang melanjutkan ke dalam tahap ini
merupakan individu mengambil keputusan untuk melanjutkan
hubungan ini dikarenakan terdapat emosi antar individu yang
45
terjalin sehingga hubungan tersebut menjadi berada dalam
tahap keintiman yang tinggi. Dalam tahap ini, tahapan yang
sebelumnya akan bermunculan kembali namun individu sudah
dapat memahami, menduga dan merespon individu yang
bersangkutan dengan baik dan akurat.
Ruang lingkup penetrasi sosial dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.2 Ruang lingkup Penetrasi sosial
Ruang lingkup dapat dirumuskan dalam dua hipotesis:
1. Bahwa pertukaran yang bersifat antarpribadi mengalami
kemajuan (Perkembangan) secara bertahap, mulai dari tingkat
permukaan yang dangkkal dan kurang akrab ke lapisan diri yang
lebih akrab dan dalam dari pelaku. Jadi umumnya orang akan
menjadikan dirinya diketahui oleh orang lain melalui cara
Pertumbuhan dan
perkembangan
hubungan interpersonal
Maksud yang
tersembunyi dan jelas
berproses dalam…..
Melalui waktu
sebagai fungsi
dari….
Faktor-faktor
diadik (imbalan
dan biaya)
Karakteristik
personal
individu
Melemah dan
terputusnya hubungan
antarpribadi
Faktor-faktor
situasional
46
bertahap. Pertama yang ditampilkan ialah informasi yang kurang
akrab sifatnya dan lambat laun baru aspek-aspek yang lebih
bersifat pribadi ditampilkan
2. dalam proses pertukaran, orang menentukan nilai atau besarnya
imbalan (Reward) dan biaya (cost), kepuasan dan kekecewaan,
yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain. Bahwa
peningkatan dari suatu hubungan sangat bergantung kepada
jumlah dan sifat dari imbalan dan biaya.37
F. Nilai-Nilai Islami
1. Definisi Nilai
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan
yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberi corak
khusus kepada pola pemikiran, perasaan, ketertarikan maupun
perilaku.38
nilai merupakan kepercayaan yang terbentuk dari
sebuah fenomena, peristiwa yang telah dianut seseorang dalam
waktu yang lama sehingga nilai menjadi sesuatu identitas bagi
suatu kepercayaan. Nilai keagamaan adalah konsep mengenai
penghargaan tinggi yang diberikan oleh masyarakat kepada
beberapa masalah pokok di kehidupan yang bersifat suci,
37
Irwin Altman dan Dalmas Taylor, Social Penetration: The Development of
Interpersonal Relationship, (USA: Holt, Rinehart and Winston,Inc., 1973), 6-
7. 38
Zakiah Daradjat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
260
47
sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan
warga masyarakat bersangkutan.39
2. Macam-macam Nilai Islami
Nilai keislaman bersumber kepada Alquran dan Sunnah
seperti di dalam A-Qur’an telah menyimpulkan bahwa nilai-
nilai keislaman mencakup tiga nilai yang mewakili
keseluruhan aspek kehidupan manusia. Yaitu nilai aqidah,
syariat dan akhlak:
a. Aqidah
Aqidah secara etimologis berarti ikatan, sangkutan
dan secara teknis berarti kepercayaan, keyakinan iman.
Aqidah di dalam Islam meliputi40
:
1. Kepercayaan akan adanya Allah dan segala sigat-
sifatNya, yaitu sifat wajib, mustahil dan sifat jaiz serta
wujudNya yang dapat dibuktikan dengan keteraturan
dan keindahan alam semesta ini.
2. Kepercayaan tentang alam gaib, yang percaya akan
adanya alam yang ada di balik alam nyata ini, yang
tidak bisa diamati oleh indra. Demikian pula makhluk-
makhluk yang ada di dalamnya, seperti malaikat, jin,
iblis setan dan ruh.
3. Kepercayaan kepada kitab Allah yang diturunkan
kepada rasul agar dijadikan pedoman hidup
39
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesua,
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Penyuluhan Bahasa, (Jakarta:
Balai Pustaka), cet ke-1, 615 40
Endang Sifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pokok Fikiran tentang
Islam dan Umatnya (Jakarta: CV. Rajawali, 1969), 27
48
masyarakat sesuai dengan zamanya. Dengan
mempedomani kitab Allah sehingga manusia dapat
membedakan yang baik dan buruk, yang hak dan
bathil serta yang halal dan yang haram.
4. Kepercayaan kepada para nabi dan rasul yang telah
dipilih Allah untuk memberi petunjuk dan bimbingan
kepada manusia agar melakukan hal-hal yang baik dan
yang hak.
5. Kepercayaan kepada hari akhir serta peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada saat itu, seperti ba’ats
(bangkit dari kubur), mizan (timbangan amal baik dan
amal buruk), pahala, siksa, surga dan neraka.
6. Kepercayaan kepada takdir (qadha dan qadar).
Dengan takdir Allah itu lah terciptanya alam dan
segala isinya.41
b. Ibadah
Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada
Allah SWT karena didorong dang dibangkitkan oleh
akidah tauhid. Ibadah secaraa umum berarti mencakup
seluruh aspek kehidupan sesuai dengan ketentuan Allah
SWT atau dapat dikatakan pula bahwa ibadah dalam arti
umum semuanya dibolehkan kecuali yang dilarang.
41
Toyib Sah Saputra, Aqidah AkhlakI, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1996), 9-10.
49
Sedangkan ibadah dalam artian khusus yaitu semuanya
dilarang kecuali yang diperintahkan dan dicontohkan.42
Ketentuan ibadah termasuk salah satu bidang
ajaran Islam dimana akal manusia tidak berhak campur
tangan, melainkan hak dan otoritas milik Allah SWT
sepenuhnya. Dalam hal ini, kedudukan manusia yaitu
mematuhi, mentaati, melaksanakan dan menjalankanya
sebagai bukti pengabdian dan rasa terimakasih kepada
Allah. 43
Disimpulkan bahwa ibadah merupakan segala
sesuatu yang wajib dilakukan manusia sesuai yang
diperintahkan Allah SWT. Sebab segala sesuatu yang
diperintahkan oleh Allah SWT merupakan suatu kebaikan
bagi diri manusia itu sendiri yang nantinya akan
memperoleh manfaat dari segala sesuatu yang Allah SWT
perintahkan.
Sebab, Allah SWT tidak akan memerintahkan
hambanya apabila suatu perkara tersebut tidak
mempunyai manfaat. Oleh karena itu tugas manusia
adalah beribadah kepada Allah dengan melaksanakan
semua perintahnya dan menjauhi laranganya. Yang
merupakan bentuk dari rasa syukur dan terimakasih atas
42
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan
Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2011), 144-145. 43 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan
Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2011), 144-145.
50
segala sesuatu yang telah diberikan Allah SWT kepada
hambanya.
c. Akhlak
Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab jamak
dari khulk, khulk di dalam kamus al-Munjid berarti budi
pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Akhlak adalah
kekuatan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang
menyatu, membentuk atau kesatuan tindak akhlak yang
dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang
terdapat didalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, yang bermanfaat dan yang tidak berguna, mana
yang cantik dan mana yang buruk44
. Pada dasarnya akhlak
terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Akhlak yang baik atau terpuji (akhlakul karimah) yaitu
tingkah laku terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlakul
karimah atau akhlak terpuji dilahirkan berdasarkan
sifat-sifat terpuji. Sesuatu yang dikatakan baik apabila ia
memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, sesuai
dengan yang diharapkan, dapat nilai positif oleh orang
yang menginginkanya.45
44
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:
Ruhama, 1995) Cet. Ke-2, 10 45
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran, (Jakarta:
Amzah, 2007), cet. ke- 1, 39-40
51
2. Akhlak yang buruk atau tercela (akhlakul madzmumah)
ialah perangai atau tingkah laku yang tercermin pada diri
manusia, cenderung dalam bentuk yang tidak
menyenangkan orang lain. sesuatu yang dikatakan buruk
apabila membuat orang lain menjadi tidak senang
dengan apa yang diperbuatnya, tidak memberikan
kenikmatan terhadap sesuatu yang dibuatnya juga tidak
sesuai dengan yang diharapkan, sesuatu yang dinilai
negatif oleh orang yang menginginkanya.
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Dakwah Fardiyah
( Syaikh Mustafa)
Teori Penetrasi Sosial
Tahap Orientasi Tahap
Eksploratif
Tahap pertukaran
Afektif
Tahap Pertukaran
Stabil
Pendekatan KAP
1. Diadik
2. Data Psikologis
3. Norma Relations
4. Transactional
5. Mutual
6. Discrimination Stimulus
7. Seeking Information
52
53
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Himawari Daycare
Himawari daycare berdiri atas keinginan pendirinya yaitu ibu
Femina Sagita Borualogo dan bapak Iko Pramudiono untuk
menyediakan alternatif pengasuhan anak bagi orang tua yang
terpaksa menitipkan pengasuhan pada orang lain. Untuk itu,
Himawari sebagai partner pengasuhan anak bagi orang tua,
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi demi keselamatan,
kesehatan dan tumbuh kembang anak.Ide pendirian Himawari
Daycare ini diadopsi ketika keluarga pendiri sedang studi di
Jepang.Anak-anak mereka dititipkan di sebuah daycare bernama
Kyourei Hoikuen yang berlokasi di Hachioji Tokyo, Jepang.
Pengasuhan di Kyourei Hoikuen sangat telaten, terstruktur
rapi, dan penuh kasih sayang. Anak-anak merasakan keceriaan
yang luar biasa ketika mereka berada disana. Mereka tidak hanya
diasuh tetapi juga diasah jiwa, pikiran dan fisik. Untuk
mengadopsi konsep, kurikulum dan metode Kyourei Hoikuen
tersebut, pendiri Himawari daycare berangkat ke Jepang pada
tanggal 13-19 Mei 2016 kemudian Kyouei Hoikuen telah
menyatakan kesediaan menjadi partner bagi Himawari daycare.
Pendiri yakin, konsep Islam yang holistic
(menyeluruh/syumul) sangat indah bila dipadukan dengan konsep
pendidikan dan pengasuhan Jepang yang telah terbukti
menghasilkan masyakarat modern yang unggul. Himawari
daycare berkomitmen untuk menjalankan motonya yaitu: ceria,
cerdas dan mandiri.
54
Himawari Daycare menawarkan pengasuhan anak yang
berbasis metode pengasuhan Jepang dalam membentuk karakter
anak yang ceria, cerdas dan mandiri yang sebagaimana menjadi
karakter bangsa Jepang pada umunya. ”Dengan Pujian bukan
kemarahan “ adalah istilah yang dipakai dalam pengasuhan anak
di Jepang.
Ini adalah satu dari sekian banyak kunci sukses Jepang
dalam mengasuh dan mendidik anak.anak yang tumbuh kembang
dalam suasana ceria dan bahagia akan menjadi pribadi yang
positif dan selalu ceria. Membangun rasa ingin tahu, dengan
menciptakan suasana aktif belajar dari alam, masyarakat sekita,
buku dan eksperimen adalah salah satu cara orang Jepang menajdi
bangsa yang cerdas.
Kecerdasan ini berasal dari rasa ingin tahu yang tinggi.
Uniknya, usia prasekolah di Jepang tidak memaksakan anak untuk
belajar membaca dan berhitung. Orang tua menstimulasi rasa
ingin tahu anak melalui suasana belajar sehingga anak memiliki
keinginan dari dirinya sendiri untuk menjadi orang yang
berpengetahuan dan metode ini membentuk anak yang cerdas.
”Kerjakan sendiri urusanmu”.Adalah kalimat yang
membentuk karakter orang Jepang yang mandiri. Tidak
diharamkan meminta tolong, tetapi ketika meminta tolong, anak
dibuat sadar bahwa ia harus berterima kasih kepada orang lain
yang telah melakukan kebaikan untuk urusan dirinya. Anak
dilatih untuk melakukan sendiri urusanya, mulai dari hal-hal kecil
sesuai kemampuanya. Misalkan, selesai makan agar mengangkat
sendiri piring ke tempat yang sudah ditentukan, mengangkat dan
55
merapikan kembali meja dan kursi makanya. Kemandirian ini
akan membentuk rasa tanggung jawab.
Diatas semua karakter itu, anak akan dididik mengenal
siapa Tuhanya, siapa Nabinya, dan bagaimana hidup dalam
naungan Islam.muatan Islami diberikan dalam percakan sehari-
hari seperti misalnya mengingatkan anak tentang rasa syukur
kepada Allah sebagai alasan kenapa kita harus selalu berdoa dan
beribadah. Hafalan Al-Qur’an juz 30 (Juz’amma) dibrikan secara
bertahap sesuai perkembangan usia anak di waktu-waktu yang
efektif.
Sholat berjamaah diawal waktu bersama-sama dengan
pengasuh, dilakukan agar terbangun suasana keindahan beribadah
dalam hati anak. Karakter Islami dibangun melalui latihan ibadah
keseharian, dan obrolan keseharian yang membangunpemahaman
anak bahwa dirinya adalah hamba Allah Metode pengasuhan
Jepang dan pendidikan keislaman ini yang menjadi nafas dalam
keseharian di Himawari Daycare. Himawari daycare berlokasi di
dalam Komplek Kejaksaan Agung SUAD blok A11, Kreo,
Larangan, Tangerang. Himawari merupakan satu-satunya tempat
pengasuhan anak di Indonesia yang menerapkan sistem
pendidikan dan pengasuhan.46
B. Program Pengasuhan Himawari Daycare
1.Kurikulum yang menstimulasi semua kecerdasan anak
berdasarkan segmen usia
2. Pembentukan karakter anak 46
http://himawaridaycare.com. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2019 Pukul
13:52 WIB
56
Karakter yang akan dibentuk adalah:
a. Mampu berpikir kritis
b. Giat beribadah dengan berpedoman kepada Islam (Al-
quran dan As Sunnah)
c. Rapi mengurus diri sendiri
d. Makan dengan Tertib
e. Lentur motorik kasar dan halus
f. Mau mendengarkan orang lain dan dapat berbicara
dengan sopan
g. Suka membaca dan menulis
h. Memiliki minat yang tinggi tehadap berhitung
i. Menyukai permainan berkelompok yang memiliki
aturan main
j. Menyanyikan lagu-lagu Indonesia yang menyenangkan
k. Sopan santun
l. Bertanggung Jawab
3. Praktek sholat dan doa
4. Jam belajar 1 kali sehari (usia 0-2 tahun) dan sehari 2 kali
(3-6 tahun)
5. Program outdoor: jalan-jalan pagi, bersepeda, ayunan dan
perosotan
6. Miburi kara Kotoba He (Mulai dari gerak tubuh, menjadi
dapat bicara)
C. Jadwal Pengasuhan Himawari Daycare
Rutinitas sehari-hari di Himawari daycare tidak jauh
berbeda jika anak Homeschooling dirumah.Perbedaanya hanya
pada kurikulum yang Himawari susun. Himawari menyusun
57
kurikulum yang diadopsi dari Jepang, dipadukan dengan muatan
Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan yang dilaksanakan pada jam
09.00-10.30 WIB yaitu waktu efektif anak untuk di stimulasi
dengan sebaik-bainya.
Gambar 3.1 kegiatan memasak Tempe
Gambar diatas merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan
oleh Himawari Daycare untuk menstimulasi motoric kasar dan
bertujuan untuk mengenalkan bentuk tempe, kandungan tempe
dan cara memasak tempe. Setelah selesai para ibu asuh akan
membuat catatan anak-anak yang menyukai tempe mentah dan
anak-anak yang menyukai tempe matang untuk dilaporkan kepada
orang tua mereka. Alasanya adalah tempe mentah mempunyai
kandungan gizi yang tinggi dan lebih sehat sehingga ibu asuh
perlu untuk melaporkan temuanya kepada orang tua.
58
Berikut adalah jadwal harian yang dikelompokan per kelas usia
(dikelompokan berdasarkan kelahiran setelah 30 Juni).
a. Jadwal harian usia 1 tahun
Tabel 1.1 jadwal kegiatan anak-anak di Himawari Daycare
Jam Kegiatan
07.00-08.00 Bermain bebas di halaman depan
(sepeda, mobil-mobilan,
Ayunan, berlarian). Yang belum sempat
sarapa dirumah,
makan sarapan yang dibawanya dari rumah,
ditemani
bu guru di ruang tengah.
08.00-08.30 Olah raga (jalan pagi keliling komplek, senam pagi)
08.30-08.40 Toilet training #1
08.40-09.00 Duduk di bangku masing-masing,
lap tangan dengan
lap basah milik masing-masing,
makan buah snack pagi
09.00-09.30 Circle time (absensi dengan menyebutkan
nama-nama
Teman, doa, gerak dan lagu, dibacakan buku,
bermain indoor)
09.30-09.45 Toilet Training #2
09.45-10.30 Tema belajar (setiap hari berbeda-beda,
menstimulasi semua panca indra,
59
seperti membuat berlatih menyobek kertas,
mewarnai, bermain pasir, bermain air, dll)
10.30-11.00 Toilet Training #3, bermain bebas sambil
menunggu
Waktu makan
11.00-11.30 Duduk dibangku masing-masing,
lap tangan dengan
lap basah milik masing-masing, makan siang
menu variatif setiap hari
11.30-12.00 Toilet Training #4 bermain bebas sambil
menunggu waktu minum susu, minum susu,
sikat gigi
ganti baju tidur
12.00-14.00 Tidur siang
14.00-14.30 Dibangunkan tidur, toilet training #5
14.30-15.00 Duduk di bangku masing-masing,
lap tangan dengan lap basah milik masing-masing,
makan snack sore
15.00-16.00 Toilet training # 6, mandi sore, bermain bebas di
dalam ruang kelas 1 tahun
16.00-17.00 Turun ke lantai 1, bermain bebas indoor atau
outdoor
sambil menunggu wakti dijemput
60
b. Jadwal Harian Usia 2 Tahun
07.00-08.00 Bermain bebas di halaman depan
(sepeda, mobil-mobilan, Ayunan, berlarian),
atau di dalam kelas (masak-masakan, lego, dll)
Yang belum sempat sarapa dirumah,
makan sarapan
yang dibawanya dari rumah, ditemani
bu guru di ruang tengah.
08.00-08.30 Olah raga (jalan pagi keliling komplek,
senam pagi)
08.30-08.40 Toilet time#1 cuci tangan
08.40-09.00 Makan buah snack pagi
09.00-09.30 Circle time (absensi dengan menyebutkan nama
lengkap setiap anak, doa, gerak dan lagu,
dibacakan
buku, Bermain bebas indoor)
09.30-09.45 Toilet time #2
09.45-10.30 Tema belajar (setiap hari berbeda-beda,
menstimulasi semua panca indra,
seperti membuat
berlatih menyobek kertas, mewarnai, bermain
pasir, bermain air, dll)
10.30-11.00 Toilet time #3, cuci tangan, ganti baju jika basah,
bermain bebas
61
11.00-11.30 makan siang menu variatif setiap hari
11.30-12.00 Toilet time #4 bermain bebas sambil
menunggu waktu minum susu, minum susu
, sikat gigi
12.00-14.00 Tidur Siang
14.00-14.30 Dibangunkan tidur, toilet time #5, cuci tangan
14.30-15.00 Duduk di bangk masing-masing,
makan snack sore
15.00-16.00 Toilet time #6 mandi sore, bermain bebas
di dalam
Ruang kelas 2 tahun
16.00-17.00 Bermain bebas indoor atau outdoor,
sambil menunggu waktu dijemput.
c. Jadwal Harian Usia 3 Tahun
Jam Kegiatan
07.00-08.00 Bermain bebas di halaman depan
(sepeda, mobil-mobilan, Ayunan, berlarian),
atau di dalam kelas (masak-masakan, lego, dll)
Yang belum sempat sarapa dirumah, makan sarapan
yang dibawanya dari rumah, ditemani
bu guru di ruang tengah.
08.00-08.30 Olah raga (jalan pagi keliling komplek, senam pagi)
62
08.30-08.40 Toilet time#1 cuci tangan
08.40-09.00 Makan buah snack pagi
09.00-09.45 Circle time (absensi dengan menyebutkan nama
lengkap setiap anak, doa, gerak dan lagu, dibacakan
hadist, buku, Bermain bebas indoor)
09.45-10.30 Tema belajar (setiap hari berbeda-beda,
menstimulasi semua panca indra, seperti membuat
berlatih menyobek kertas, mewarnai, bermain
pasir, bermain air, dll)
10.30-11.00 Toilet time #2, cuci tangan, ganti baju jika basah,
bermain bebas sambil menunggu
Waktu makan
11.00-11.30 Makan siang. Anak bisa memilih salah satu dari
dua sayur yang disediakan. Lauk yang tersedia ada
dua jenis. Jika ada lauk yang tidak disukai,
sejak awal anak tidak mengambil lauk itu ke
piringnya. Jika anak mau nambah, boleh nambah
nasi,
atau sayur maupun lauk
dengan izin terlebih dahulu ke ibu guru
11.30-12.00 Bermain bebas sambil menunggu
waktu minum susu,
toilet time #3 sikat gigi, wudhu,
sholat dzuhur berjamaah
63
D.Fasilitas Himawari Daycare
1. Fasilitas tempat: Himawari Daycare memiliki fasilitas tempat
seperti rumah yang luas, bersih, nyaman dan berada di dalam
komplek yang tenang dan aman. Kamar tidur berAC yang luas,
IP Camera (CCTV), indoor dan outdor play ground (taman lalu
lintas, farming, mini pool, bak pasir.
2. Makan: makanan yang disediakan di Himawari Daycare dibagi
menjadi tiga bagian yaitu: snack pagi berupa buah, biscuit,
susu atau jus. Makan siang berupa menu lengkap. Snack sore
berupa makanan yang cukup mengenyangkap seperti mie baso,
omelet, siomay.
3. Pengasuhan dengan perbandingan guru dengan anak asuh:
a. Pengasuhan satu ibu guru dengan dua bayi usia 0-1 tahun
b. Pengasuhan satu ibu guru dengan tiga anak usia 1-2 tahun
12.00-14.00 Tidur Siang
14.00-14.30 Dibangunkan tidur, cuci tangan
14.30-15.00 Duduk di bangku masing-masing,
makan snack sore
15.00-16.00 Toilet time #4 mandi sore,
bermain bebas di dalam
Ruang kelas 3 tahun
16.00-17.00 Bermain bebas indoor atau outdoor,
sambil menunggu waktu dijemput.
64
c. Pengasuhan satu ibu guru dengan tujuh anak usia 3-6
tahun
4. Kurikulum Islami dengan metode Jepang
a. Mainan edukatif bermutu dari Jepang
b. Kurikulum yang menstimulasi semua kecerdasan anak
berdasarkan segmen usia
c. Pembentukan karakter anak
d. Jam belajar sehari satu kali (usia 0-2 tahun) dan sehari dua
kali (3-6tahun)
e. Praktek sholat dan doa setiap hari
f. Program outdoor seperti: jalan-jalan pagi, farming, taman
lalu lintas
5. Jam pengasuhan:
a. Standar: jam 07.00-17.00 WIB
b. Over time: jam 06.00-07.00 atau 17.00-20.00 (dengan
biaya over time Rp. 15.000 per 30 menit)
6. Pencatatan tumbuh kembang anak
a. Buku absensi diadopsi dari buku absensi TK Jepang
b. Buku penghubung orang tua dan guru (melaporkan
kondisi anak di rumah dan di seolah melalui tulisan)
c. Catatan hasil pemeriksaan dokter anak, dokter gigi dan
psikolog yang rutin tiga bulan sekali
7. Layanan bulanan:
a. Buletin Himawari (berisi info kegiatan dan menu makan
bulan yang akan datang)
65
b. Pengukuran berat dan tinggi badan
Perayaan ulang tahun diadakan secara sederhana oleh
Daycare
8. Kegiatan tahunan:
a. Hari olah raga
b. Piknik orang tua dan anak
c. Pertemuan orang tua sekaligus guru, orang tua
berkesempatan bermain dengan anak di day care dan
pameran hasil karya anak.
E. Struktur Pengurus Himawari Daycare
1. Pembina : Iko Pramudiono
2. Kepala : Femina Sagita B.
3. Wakil kepala : Marini
4. Staff Keuangan : Nur Hidayah
5. Staff Kurikulum : Dede Fitriyah N.
6. Staff pengajar : Guru
7. Staf Memasak : Cook
8. Staff Kebersihan : K3
66
67
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Pendekatan Ibu Asuh terhadap Anak di Himawari Daycare
Pendekatan ibu asuh kepada anak asuh di himawari dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan karakter setiap
anak. Anak-anak yang berada di himawari daycare berusia dari
nol sampai lima tahun. Anak-anak dikelompokan berdasarkan
segmentasi usia. Di setiap kelas terdapat dua orang ibu asuh yang
ditugaskan untuk mengajar dan mengasuh anak-anak. Dede
Fitriyah mengatakan bahwa karakter setiap anak berbeda ada
yang ketika datang menangis sehingga pendekatanya diberi rasa
nyaman agar ketika ditinggal orangtua baik-baik saja.
“Pendekatanya kurang lebih sama kaya anak-anak kalau
mau mendekat ke kita. Dari sini saya belajar juga nih
saya pertama amatin dulu karakter anaknya bagaimana,
karena karakter anak kan juga beda-beda ya ada yang
baru datang langsung nangis nah yang seperti harus kita
alihkan dengan cara gimana caranya biar anak itu
enggak nangis kita bikin dulu anak itu supaya nyaman
sehingga ketika ditinggal gapapa dan harus selalu
diingatkan seperti itu kita main dulu disini ya gapapa ya
ditinggal dulu kan nanti sore dijemput lagi kita lakukan
cara seperti dibujuk47
”.
Anak-anak mempunyai emosi yang belum stabil.
Sehingga menurut Ibu asuh menangis adalah hal wajar ketika
berada diligkungan yang baru. Ibu asuh sebagai pengganti
orangtuawajib menyesuaikan diri dengan anak-anak agar mereka
merasa nyaman dititipkan di daycare. Anak yang pertama kali
47
Wawancara pribadi dengan ibu Dede Fitriya, Ibu Asuh kelas 5 Tahun
Himawari Daycare, Tangerang 10 Oktober 2019
68
dititipkan di daycare akan mengalami proses adaptasi. Dalam hal
ini Ibu asuh melakukan interaksi yang dilakukan secara terus
menerus dengan anak,tujuanya adalah agar anak mau membuka
diri mereka. Anak-anak yang baru datang ke daycare biasanya
tidak mau untuk langsung masuk kelas mengikuti kegiatan yang
biasanya sudah terjadwal. Tindakan yang dilakukan ibu asuh
adalah menuruti kemauan mereka sampai mereka siap untuk
masuk ke kelas.
“Kita ajak bujuk, rayu pelan-pelan kita turutin maunya
apa biasanya kan anak pertama gamau masuk kelas
lansung maunya main ya kita turutin main dulu selama
beberapa hari kalau udah mau ya kita ajak masuk
langsung”
B. Proses adaptasi anak asuh di Himawari Daycare
Untuk memasuki sebuah lingkungan yang baru semua
individu membutuhkan adaptasi. Adaptasi adalah suatu
penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat
berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan,
juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan
pribadi.48
Beragam karakter anak-anak menentukan berapa lama
waktu yang dibutuhkan seorang untuk beradaptasi di himawari.
Ada yang membutuhkan pembiasan selama dua minggu
saja dan ada yang membutuhkan pembiasan selama satu bulan.
Untuk usia bayi adaptasi yang dibutuhkan hanyalah persamaan
waktu tidur dikarenakan di himawari setiap harinya mempunyai
jadwal yang disusun secara teratur yang bertujuan untuk
48
Kamus Sosiologi Antropologi, (Surabaya: Penerbit Indah, 2001), 10
69
membiasakan anak untuk disiplin dengan menaati peraturan dan
jadwal yang telah ditentukan oleh himawari. Waktu tidur untuk
bayi sudah di atur dan bayi harus beradptasi dengan waktu tidur
yang sama dengan yang ditentukan.
Masa bayi diaggap sebagai masa dasar, karena merupakan
dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini
banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi terbentuk.49
Sehingga pada bayi proses adaptasi di tempat penitipan belum
terlalu terasa. Untuk anak dua sampai lima tahun yang sudah bisa
bicara proses adaptasi akan sangat terasa untuk dijalani sebab
mereka sudah bisa mengenali lingkungan yang berbeda, sudah
bisa memahami jika pertama kedatangan bersama orangtua
kemudian tidak lama setelah itu orangtua masing-masing
meninggalkan mereka di daycare. Sehingga biasanya jika anak-
anak yang masih dalam proses adaptasi akan menangis ketika
ditinggal orang tua.
Perbedaan lamanya waktu yang dibutuhkan anak untuk
adaptasi disebabkan oleh karakter yang berbeda. Di rumah anak-
anak selalu mendapatkan perhatian penuh dari orangtua mereka,
namun di daycare anak harus siap berbagi apapun dengan anak
lainya. Kondisi lingkungan seperti ini yang membuat anak harus
melakukan penyesuaian diri untuk berbagi dengan anak-anak
lain.
Untuk membantu anak dalam melakukan pembiasaan diri di
daycare peran orangtua juga dibutuhkan. Anak yang belum bisa
untuk adaptasi cenderung tidak merasa nyaman di daycare
49
Yudric Jahya. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), 169
70
mereka tidak memercayai orang-orang yang berada disana.
Sehingga satu-satunya orang yang akan membuat anak merasa
nyaman dan dipercayainya adalah orangtua. Oleh karena itu
orangtua perlu memberikan pemahaman kepada anak untuk bisa
beradaptasi dengan cepat di daycare. Sebagaimana Dede Fitriyah
mengakatan bahwa penitipan ini menuntut kerja sama juga dari
orangtua
“Biasanya dua minggu, tapi ada juga yang pembiasaan
sampai sebulan biasanya rata-rata tergantung dari orang
tuanya juga karena penitipan ini kan juga menuntut
kerjasama dari kedua belah pihak gak hanya ibu gurunya
aja tapi bagaimana orangtuanya di rumah menjelaskan,
membujuk terus ketika dititipkan pun bagaimana
kepercayaan orang tua kepada gurunya juga berpengaruh
banget sih50
”
Dalam membantu anak untuk bisa dengan cepat terbiasa
di daycare ibu asuh selalu mengajak anak-anak untuk mengikuti
kegiatan bersama, bergabung bersama kelompok bermain. Hal ini
dilakukan agar anak merasa nyaman untuk bermain bersama
teman-teman seumuranya. Namun, anak-anak yang masih dalam
proses adaptasi akan sulit untuk diajak bergabung. Anak akan
bermain sendiri dan tidak mau bergabung, alasan anak bersikap
seperti ini di karenakan memang kepribadianya yang pemalu
sehingga untuk masuk kedalam kelompok yang berisi tidak
sedikit anak akan mengalami kesulitan.
50
Wawancara pribadi dengan ibu Dede Fitriya, Ibu Asuh kelas 5 Tahun
Himawari Daycare, Tangerang 10 Oktober 2019
71
C. Pengenalan Nilai-nilai Islami di Himawari Daycare
Himawari daycare merupakan tempat penitipan anak yang
menjunjung nilai-nilai keislaman. Nuansa islami diberikan pada
kegiatan sehari-hari di himawari. Penting untuk mengenalkan
agama sedini mungkin bagi anak. ntuk kelak pedoman hidup
mereka nanti. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun
perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberi
corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, ketertarikan
maupun perilaku.51
Nilai keislaman bersumber kepada Alquran dan Sunnah seperti
di dalam A-Qur’an telah menyimpulkan bahwa nilai-nilai
keislaman mencakup tiga nilai yang mewakili keseluruhan aspek
kehidupan manusia. Yaitu nilai aqidah, syariat dan akhlak.
1. Aqidah
Aqidah secara etimologis berarti ikatan, sangkutan dan
secara teknis berarti kepercayaan, keyakinan iman.
Karakteristik akidah islam bersifat murni, baik dalam isi
maupun prosesnya, dimana hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang wajib diyakini, diakui dan disembah. Keyakinan tersebut
sesungguhnya tidak boleh dialihkan kepada suatu yang lain,
karena akan mengakibatkan penyekutuan atau musyrik yang
berdampak pada pengharapan selain Allah. 52
Sebagaimana
Allah berfirman dalam al-quran surat Al-A’raf ayat 172:
51
Zakiah Daradjat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
260 52
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan
Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offiset, 2011), 125
72
ى ه ت ه ي ز ى ذ ه ىز ه ظ ي و ي آد ب ي ك ب ر ز خ أ ذ إ و
ه ىا ب ن ا ق ى ك ب س ب ت س ن أ ى ه س ف أ ه ى ع ه د ه ش أ و
ي ه اف ا غ ر ه ا ع ه ا ك ه إ ت اي ي ق ان و ى ىا ي ىن ق ت أ ا د ه ش
Artinya: Dan(ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",( Al-A’raf
:172)
Berdasarkan temuan data di lapangan bentuk aqidah yang
dikenalkan Himawari Daycare meliputi :
1. Anak-anak diperkenalkan Asmaul Husna yang mana dengan
diperkenalkan Asmaul Husna, berarti meyakini adanya Allah
dan segala sifat-sifat Allah.
2. Anak-anak diperkenalkan kepercayaan tentang dunia ghaib
yaitu surga dan neraka, dengan obrolan sehari-hari dan kisah-
kisah yang menunjang.
3. Anak-anak diperkenalkan dengan hafalan surat dan bacaan
solat, yang merupakan isi dari al-qur’an. Dengan mengenalkan
73
bacaan solat kepada anak-anak secara tidak langsung ibu asuh
memperkenalkan anak dengan al-qur’an yang merupakan
pedoman hidup manusia.
4. Anak-anak diperkenalkan dengan nabi dan rasul yang
merupakan manusia pilihan Allah yang bertugas untuk
memberi petunjuk dan bimbingan kepada manusia. Lewat
membacakan kisah-kisah para nabi dan rasul juga
memperingati hari lahir Nabi Muhammad dengan
mengadakan pawai keliling komplek.
Temuan data pada saat observasi diatas didukung oleh hasi
wawancara dengan ibu Rini selaku wakil kepala Himawari
Daycare yang mengatakan bahwa di Himawari sedari usia dini
anak sudah dikenalkan dengan muatan Islami untuk membantu
menanamkan karakter Islami pada anak
“Muatan Islami diberikan dalam percakapan
sehari-hari, seperti misalnya mengingatkan anak
tentang rasa syukur kepada Allah, sebagai alasan
kenapa kita harus selalu berdoa dan beribadah.
Karakter Islami dibangun melalui latihan ibadah
keseharian, dan obrolan keseharian yang
membangun pemahaman anak bahwa dirinya
adalah hamba Allah”53
.
Sebagaimana yang dimaksud dari aqidah adalah
kepercayaan, keyakinan iman seorang muslim. Sehingga
Himawari membuat anak menyadari bahwa mereka adalah
53
Wawancara pribadi dengan ibu Rini Wakil Kepala Himawari Daycare,
Tangerang 10 Oktober 2019
74
hamba Allah yang harus percaya dan meyakini karakteristik
aqidah islam seorang muslim.
Gambar 4.1 hadits dan buku kisah Nabi
Gambar diatas berupakan bukti pengenalan nilai akidah
kepada anak-anak dengan membacakan kisah-kisah nabi dan
memberi penggalan hadits setiap harinya yang dihafalkan oleh
anak-anak.
Gambar 4.2 interaksi dalam pengenalan nilai islami
Gambar diatas merupakan bukti proses komunikasi
interpersonal yang dilakukan ibu asuh dalam mengenalkan
nilai-nilai Islami pada waktu circle time yaitu waktu yang
khusus digunakan sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
Pada circle time ibu asuh memulai dengan memerintahkan
kepada anak-anak untuk membaca doa belajar, mengulang
hafalan dan membacakan kisah-kisah nabi dan rasul.
75
2. Ibadah
Ibadah merupakan tujuan Allah menciptakan makhluk di
bumi. Dengan beribadah kepada Allah kita akan senantiasa
menjalankan apa yang diperintakan dan menjauhi apa yang
dilarang oleh Allah SWT. Sebagaiman yang difirmankan Allah
SWT dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56:
س إله نيعبدو ه وال ويا خهقت انج
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Adz-Dzriyat:
56)
Salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan seorang muslim
adalah solat. Karena solat merupakan tiang agama apabila
seseorang sedari kecil tidak diajari latihan solat akan sulit
untuk mengajari ketika dewasa oleh karena itu di Himawari
pengenalan solat dilakukan sedari usia dini.
Sebagaimana berdasarkan hasil wawancara dengan ibu
Dede Fitriyah
“Untuk semua kelas kita perdenganrkan murotal Al-
Fatihah dikelas baby 0 tahun jadi 1-2 tahun pengenalan
murotal Al-fatihah setiap tidur siang jadi disetel untuk
yang sehari-harinya kita ajarkan doa-doa sehari seperti
doa makan doa tidur gurunya yang mengucapkan kalau
dikelas 2 tahun itu gurunya mengucapkan dan anak-anak
mengikuti sepotong-sepotong yang penting anak tau
sebelum makan baca doa dan setelah makan baca doa.
Kemudian di kelas 3-5 tahun mulai diajarkan hafalan
hadits, surat-surat pendek dan sholat. Kalau kelas 3
hanya solat Dzuhur kelas 4 dan 5 sholat Dzuhur dan
76
Ashar Diajarkan juga hadits sehari-hari yang ringan
dari umur 1 tahun”.54
Berdasarkan temuan data yang ada di lapangan,
Himawari mengenalkan bentuk ibadah seperti sholat,
membaca doa sehari-hari dan hadits yang nantinya akan di
hafalkan anak-anak sesuai kelasnya masing-masing. Dalam
praktik solat di Himawari, ibu guru memajukan jam solat dari
waktu asli solat tersebut yaitu solat Dzuhur dilaksanakan pada
jam 11. Hal ini dilakukan untuk melatih kedisiplinan anak
untuk solat di awal waktu. Solat dilaksanakan dengan
berjamaah untuk kelas tiga ibu guru masih membacakan
bacaan solat bersama-sama, untuk kelas empat dan lima anak-
anak sudah bisa membaca bacaan solat tanpa dibantu ibu guru.
Alasan bacan solat disuarakan adalah untuk melatih daya ingat
anak akan bacaan solat.
Sebagaimana dalam Firman Allah surat An-Nahl ayat 97
م ع فهحييهه حياةا طيبتا ي وهى يؤي ث ذكس أو أ ا ي صانحا
هى يا كاىا يع ى بأحس ى أجسه ونجزيهه
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan. (QS. An-Nahl : 97)
54
Wawancara pribadi dengan ibu Dede Fitriya, Ibu Asuh kelas 5 Tahun
Himawari Daycare, Tangerang 10 Oktober 2019
77
Gambar 4. 3 kelas tiga dan lima tahun solat Dzuhur
Gambar diatas merupakan bukti ibadah yang dilakukan
di Himawari. Ibadah yang dilakukan adalah solat.
Pengenalan sholat dilakukan sedari usia tiga tahun namun
pada usia tiga tahun ibu asuh membacakan bacaan sholat
dan anak-anak diminta untuk mengikuti dengan bersuara
keras, kegiatan sholat pada usia tiga tahun hanya dikerjakan
pada waktu sholat Dzuhur.
Alasanya adalah pada usia tiga tahun anak baru mulai
diperkenalkan dengan sholat berbeda untuk usia empat
tahun dan lima tahun yang mengerjakan sholat pada waktu
Dzuhur dan Ashar hal ini disebabkan karena untuk usia
empat tahundan lima tahun sholat merupakan kegiatan yang
wajib dan sudah bukan lagi hanya sekedar pengenalan dan
latihan. Pada usia empat dan lima tahun, ibu asuh tidak
membacakan bacaan sholat. Anak-anak diminta
membacakan sendiri dengan bersuara keras.
78
3. Akhlak
Penanaman akhlak baik wajib ditanam sedari kecil. Sebab
ketika kecil segala sesuatu yang akan dipelajari sedari kecil
akan terserap dan teringat selalu ketika dewasa. Akhlak juga
merupakan cerminan baik dan buruknya seseorang sehingga
biasakan sedari kecil anak-anak diajari untuk selalu bersikap
baik dimana pun ia berada.
Salah satunya adalah kita harus berkata baik yang bertujuan
agar tidak menyakiti hati seseorang dan menjaga lisan kita dari
perkataan kotor yang akan menyebabkan kerugian di
kemudian hari sebab ucapan adalah doa. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 263:
غي حهيى قىل يعسوف صدقت يتبعها أذاي وللاه ويغفسة خيس ي
Artinya: Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik
dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun (Q.S Al-Baqarah: 263)
Di Himawari Daycare pengenalan akhlak baik diajarkan
melalui hadits yang awal mulanya dikisahkan, dihafalkan
kemudian diterapkan hal ini bertujuan agar anak dapat
memahami bahwa bersikap baik adalah perintah Allah SWT
“Kita selalu setiap datang kita ajarkan utuk memberi
salam pulang pun seperti itu kaya salim dengan guru-
gurunya. Kita ajarkan melalui hadits seperti hadits
berkata baik. Kemudian kita juga ada lagu-lagu tentang
hadits salah satunya hadits saling menyayangi teman.
Lagu itu sudah diajarkan di umur 1 tahun jadi ketika
anak-anak mulai memasuki umur 3 tahun lagu-lagu
79
tersebut terjawab dan dihafalkan kemudian anak jadi
paham perintah ibu guru sedari kelas 1 untuk menyayangi
teman adalah perintah Allah”.55
Gambar 4.5 Berdoa sebelum makan
Gambar diatas menerangkan kegiatan yang dilakukan
anak-anak sebelum makan adalah membaca doa makan
bersama-sama dengan bersuara keras. Kemudian dilanjutkan
dengan intruksi ibu asuh untuk menghabiskan makanan dan
tidak boleh ada yang tersisa.
Bedasarkan temuan data di lapangan. Pengenalan akhlak di
Himawari tergolong sangat baik dan berhasil. Sebab,
diinformasikan ketika melakukan penelitian anak-anak disana
sangat sopan dan tanpa diminta bertemu dengan orang lain
yang tidak mereka kenal, mereka akan memberi salam dengan
mencium tangan.
Kemudian bedasarkan wawancara dengan bu Neni terdapat
pertengkaran ringan yang terjadi antara anak dengan temanya
yang nantinya salah satu diantara yang bertengkar akan lebih dulu
meminta maaf bukti ini diperkuat dengan observasi yang peneliti
lakukan karena peneliti melihat secara langsung anak-anak yang
berkelahi ringan dan dengan segera meminta maaf kepada
55
Wawancara pribadi dengan ibu Neni, Ibu Asuh kelas 4 Tahun Himawari
Daycare, Tangerang 10 Oktober 2019
80
temanya. Hal ini, dikarenakan pemahaman yang dilakukan ibu
guru kepada anak-anak untuk sesama teman harus saling
menyayangi bedasarkan hadits yang mereka hafalkan dan
kemudian mereka amalkan.
D. Hambatan Komunikasi ibu asuh dalam mengenalkan nilai-
nilai Islami kepada anak asuh di Himawari Daycare
Terdapat hambatan atau kendala yang dialami ibu asuh ketika
mengenalkan Nilai-Nilai Islami kepada anak asuh di Himawari
Daycare yang disebabkan oleh beberapa faktor.
1. Gangguan
Ada dua jenis gangguan dalam komunikasi yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Gangguan mekanik
Gangguan mekanik disebabkan oleh saluran komunikasi
yang mengalami gangguan seperti bunyi kendaraan, pengeras,
atau bunyi-bunyian yang dapat menganggu jalanya
komunikasi. Sebagaimana halnya dalam wawancara dengan ka
Safira selaku ibu asuh kelas 5 tahun
“Cuma misalkan gini aja loh kalau ada yang
mainan kursi disaat lagi kegiatan kita bilangin
kursi itu buat duduk bukan buat mainan kita kasih
penjelasan yang real dan jelas ke anak-anak terus
kita kasih pengertian agar anak paham”56
Berdasarkan ungkapan diatas bahwa gangguan mekanik
yang terjadi adalah bunyi-bunyian yang disebabkan oleh anak
56
Wawancara pribadi dengan ibu Shafira Nisa, Ibu Asuh kelas 3 Tahun
Himawari Daycare, Tangerang 10 Oktober 2019
81
yang mendorong kursi sehingga kegiatan pun merasa
terganggu. Oleh karenanya ka Safira langsung menghentikan
perbuatan anak tersebut dengan memberikan penjelasan bahwa
kursi bukanlah untuk dimainkan tetapi untuk diduduki. Selain
bunyi yang di sebabkan oleh anak yang mendorong kursi,
terdapat juga bunyi dari saluran air di ruang kelas lima tahun
tahun yang nyaring bunyinya.
b. Gangguan semantik
Gangguan semantik disebabkan oleh rusaknya pesan yang
disampaikan komunikator. Kesalahan persepsi dan kurangnya
penguasaan bahasa atau istilah yang tidak sama dimengerti
menjadi salah satu penyebab dari gangguan semantik.
Sebagaimana berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yona
yang mengatakan :
“Pasti ada kaya vici dia ngomongnya belum
jelas jadi agak susah disuruh ngikutin kaya hadits
perkataan baik jadi kata perkataan itu belum lumrah
dan itu anak-anak susah jadi saya ganti jadi berkata
karena anak-anak banyak yang bilang berkata jadi
berkara oleh karena itu mimik mulut kita sama anak-
anak harus jelas jadi kita bilang ber- ka- ta kata kata
ditambahin be57
r.
Ibu Yona mengatakan bahwa anak yang bernama Vici
mengalami gangguan semantic karena bicaranya yang belum
jelas membuat pesan yang disampaikan akan berbeda
maksudnya. Selain melihat kesusahan yang di alami Vici ibu
Yona melihat anak-anak lain yang kesusahan untuk
57
Wawancara pribadi dengan ibu Yona, Ibu Asuh kelas 4 Tahun Himawari
Daycare, Tangerang 10 Oktober 2019
82
mengucapkan salah satu kalimat yang ia perintahkan.
Sehingga disepakati untuk mengganti kata tersebut agar anak-
anak merasa bahwa kata tersebut mudah untuk di baca
sehingga pesan komunikasinya jelas.
2. Kepentingan
Kepentingan juga merupakan penyebab dari hambatan
komunikasi dikarenakan seseorang akan mengutamakan dan
menanggapi suatu pesan jika pesan itu menurutnya ada
hubunganya dengan kepentinganya. Namun, jika menurutnya
pesan komunikasi tersebut tidak ada kepentingan pelaku
cenderung akan mengabaikan pesan tersebut.
“Kendalanya tiap anak kemampuanya
beda-beda kadang disini terbiasa untuk solat,
hafalan tapi dirumah engga jadi malah ketingalan
jauh sama temen-temen disini terus kalau ada
yang gamau solat dihapus aja reward bintangnya
itu buat dikelas lima karena dia udah kaka besar
jadi ada reward setiap dia berhasil melakukan
sesuatu”58
Berdasarkan ungkapan dari Ka Shafira bahwa anak-anak
di Himawari mempunyai kepentingan untuk mengikuti
kegiatan yang ada disana salah satunya solat. Namun, ketika
sudah tidak berada di Himawari kepentingan itu pun berubah
sehingga individu akan menyepelekan anjuran yang
seharusnya mereka kerjakan diluar likungan tersebut. hal ini
juga terjadi akibat dari linkungan keluarga yang tidak
58
Wawancara pribadi dengan ibu Shafira Nisa, Ibu Asuh kelas 3 Tahun
Himawari Daycare, Tangerang 10 Oktober 2019
83
menganjurkan anak beribadah sehingga anak akan mempunyai
kepentingan lain di luar Himawari
3. Motivasi terpendam
Motivasi merupakan dorongan gejolak dalam diri yang
akan menyebabkan seseorang memiliki rasa semangat dan
keinginan oleh apa yang belum dipenuhi menjadi terpenuhi. Di
dalam komunikasi motivasi akan membuat seseorang
menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator sebab
komunikan merasa komunikasi yang disampaikan sesuai
dengan motivasi yang ada di dalam dirinya.
Namun jika komunikasi yang disampaikan komunikator
tidak sesuai dengan motivasinya pesan tersebut tidak akan
dapat diterima dengan baik oleh komunikan seperti halnya
berdasarkan wawancara yang mengatakan anak baru bernama
Rara yang diam saja ketika diinstruksikan oleh ibu asuh.
“Anak baru sih yang ada kendalanya kaya
rara karena dia diem jadi kita ngomong apa dia
ga ngerti jadi harus kita arahkan kaya kita bilang
rara kursinya dirapihkan dia masih belum paham
akhirnya harus kita arahkan dengan menunjukan
kursinya rara kursi kursinya rapihkan baru dia
paham.”59
4. Prasangka
Prasangka juga merupakan hambatan dalam komunikasi.
Sebab, jika seseorang mempunyai prasangka negatif terhadap
seseorang bisa dipastikan segala sesuatu yang dilakukan orang
59
Wawancara pribadi dengan ibu Yona, Ibu Asuh kelas 4 Tahun Himawari
Daycare, Tangerang 10 Oktober 2019
84
tersebut tentunya akan dinilai salah. Berdasarkan hasil
wawancara yang mengatakan ada anak bernama Vici yang
memang suka melebih-lebihkan cerita yang membuat
prasangka yang tidak baik kepada ibu gurunya:
“kaya si vici juga sama anaknya juga lebai
kadang kalau di tegur gabaik atau pas solat
gerakanya gabener dia langsung bilang galak
galak, terus bilang ke mamahnya nunjuk-nunjuk
katanya kalau kita benerin dia bilangnya dicubit.60
Sehingga dalam komunikasi prasangka merupakan
hambatan terberat sebab ketika komunikator yang di
prasangka berbicara komunikan tidak akan bisa menerima
pesan yang disampaikan oleh komunikator meskipun pesan
yang disampaikan baik untuk komunikan.
E. Hasil Komunikasi Interpersonal dalam mengenalkan nilai-
nilai Islami kepada anak asuh di Himawari Daycare
Komunikasi interpersonal yang efekif akan melalui lima
dasar kualitas umum yaitu empati, keterbukaan, sikap positif,
sikap mendukung dan kesetaraan. Komunikasi interpersonal yang
dilakukan oleh ibu asuh bertujuan untuk mengenal karakter
anak-anak secara dekat. Sebagai seorang pengajar dan pengasuh
ibu asuh harus dapat memahami beragam karakter anak-anak
disana. Sehingga dengan mengetahui karakter anak-anak ibu asuh
dapat memberikan pengasuhan dan pengajaran yang caranya
sesuai dengan karakter anak-anak. berikut adalah temuan data
yang berisi hasil komunikasi interpersonal ibu asuh dengan anak
60
Wawancara pribadi dengan ibu Neni Ibu Asuh kelas 4 Tahun Himawari
Daycare, Tangerang 10 Oktober 2019
85
asuh berdasarkan lima hukum efektivitas komunikasi
interpersonal.
1. Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk dapat
merasakan apa yang sedang dialami atau dirasakan orang lain
berdasarkan sudut pandang orang lain. Komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi yang sering digunakan
untuk memulai hubungan sehingga sikap empati dapat
membuat nyaman untuk berkomunikasi dengan kita sebab
kita bisa memahami apa yang mereka rasakan. Bedasarkan
wawancara dengan ibu Dede Fitriyah
“jadi saya pernah liat kasus ada anak yang egonya
sangat tinggi cuman dia yang boleh dipegang sama guru
itu anak yang lain gaboleh diasuh sama guru itu setelah
disampaikan berulang kali bahwa sama-sama ayo
sayangi teman juga jadi anak itu lama-lama perhatian ke
temenya ketika temenya kesusahan dia nolongin ketika
disuruh gurunya ngumpul buat cerita ada anak yang
masih asik sendiri dia nyamperin anak itu ayuk ayuk
ngajak temenya buat gabung baca cerita61
”
Hasil wawancara dengan ibu Dede Fitriyah ditemukan
bahwa empati yang dirasakan ibu asuh adalah ibu asuh dapat
memahami bahwa anak-anak yang dititipkan di daycare
mempunyai latar belakang dan karakter yang berbeda sehingga
61
Wawancara pribadi dengan Dede Fitriyah, ibu asuh kelas lima tahun
Himawari Daycare, Tangerang pada tanggal 10 Oktober 2010
86
jika terdapat anak asuh yang mempunyai ego yang tinggi
karena sebelumnya dia belum pernah dititipkan sehingga tidak
mau berbagi dengan temanya ibu asuh akan paham dan tidak
akan menyalahkan anak yang tidak mau berbagi. Ibu asuh
memahami bahwa dibutuhkan proses agar anak dapat berubah
sehingga dilakukan komunikasi secara interpersonal dengan
dibicarakan terus menerus untuk saling berbagi dengan
temanya sehingga lama kelamaan anak tersebut mau berbagi
dengan temanya dan mempuyai rasa empati kepada temanya
ketika temanya kesusahan dia langsung menolong.
2. Keterbukaan
Keterbukaan adalah sikap bagaimana kita dapat menerima
masukan dari orang lain dan dapat memberikan informasi
mengenai diri kita kepada orang lain agar komunikasi yang
dilakukan ada timbal balik dari individu yang berkomunikasi.
Anak-anak biasanya akan berkata jujur apabila berbicara
sehingga dalam tahap keterbukaan tidak aka nada hambatan
dalam berkomunikasi dengan anak-anak.
“kita tanya kenapa marah, kenapa nangis kalau dia
jawab mau ini yaudah kalo mau ini jangan marah
jangan nangis kalau gak nangis nanti dikasih kalau
yang gampang cepet langsung kalau yang lama dia
marah dorong-dorong kursi kalau gitu ya kita Tanya
terus62
.”
62
Wawancara pribadi dengan Nurul Safitri, ibu asuh kelas tiga tahun
Himawari Daycare, Tangerang pada tanggal 10 Oktober 2010
87
Keterbukaan berarti kita tidak berkata bohong terkait dengan
informasi yang kita punya. Jika kita tidak berbicara dengan
yang sebenarnya komunikasi yang sedang berjalan akan tidak
efektif sebab keterbukaan ditandai dengan adanya kejujuran
dalam merespon stimulus komunikasi. Sebagaimana
bedasarkan dengan hasil wawancara bahwa terdapat anak yang
marah dengan ibu asuh bahkan anak tersebut sampai
menangis.
Setelah megetahui bahwa anak tersebut seperti itu ibu
asuh langsung menanyakan apa yang terjadi dan anak tersebut
dengan jujur mengatakan keadaan yang terjadi sehingga ibu
asuh dapat mengetahui hal yang membuat anak tersebut marah
kepadanya dan penyebab anak tersebut menangis.
Keterbukaan dalam komunikasi ibu asuh dan anak asuh sangat
berperan penting untuk ibu asuh agar dapat menemukan solusi
yang tepat dalam mengatasi perilaku anak tersebut.
3. Sikap mendukung
Sikap mendukung dalam komunikasi interpersonal
ditujukan dengan adanya dukungan seperti anggukan kepala
atau senyuman yang membuat individu merasa di dukung.
Ketika berkomunikasi dan merespon jawaban lawan bicara
dalam sikap mendukung adalah dengan memberikan
pemaparan yang bersifat naratif dan tidak evaluative sehingga
jika kita memberikan respon yang bersifat naratif lawan bicara
akan menilai bahwa dalam pembicaraan kita tidak terkesan
menggurui atau menghakimi. Sebagaimana bedarsakan
wawancara dengan ibu Yohana yang mengakatan:
88
“Rara itu tinggal keberanianya untuk ngomong
aja. Tapi insya allah dia akan interaksi terus
disini63
.”
Maksud dari wawancara dengan ibu Yohana adalah
terdapat anak usia empat tahun bernama Rara yang merupakan
anak baru di himawari daycare dalam proses adaptasi di
himawari Rara terkesan anak yang tidak banyak bicara
sehingga ibu asuh menstimulasi terus menerus agar Rara mau
untuk bereskplorasi dengan cerita-cerita sebagaimana yang
dilakukan oleh teman-temanya. Sehingga ibu asuh bersikap
supportiveness untuk membuat Rara agar berinteraksi secara
terbuka.
4. Sikap positif
Sikap positif dapat ditujukan dalam bentuk sikap dan
perilaku. Orang yang mempunyai sikap positif tidak memiliki
perasaan curiga dan prasangka buruk. Sikap positif dalam
komunikasi interpersonal ditujukan salah satunya dalam
memberikan pujian dan penghargaan. Di himawari daycare
anak-anak di kelas lima tahun mempunyai papan penghargaan
yang bertujuan agar mereka berperilaku yang baik. Tetapi jika
mereka tidak berperilaku baik bintang yang ada di papan
penghargaan akan di cabut.
Berdasarkan temuan data pada saat observasi di himawari
daycare sikap positif yang ditujukan oleh ibu asuh adalah
dengan memberikan pujian ketika terdapat anak yang berhasil
63
Wawancara pribadi dengan Nurul Safitri, ibu asuh kelas tiga tahun
Himawari Daycare, Tangerang pada tanggal 10 Oktober 2010
89
melakukan pekerjaan seperti anak-anak makanya habis ibu
asuh memberikan pujian dengan menyebutkan “hebat
makanya habis” kemudian ketika ada anak yang lancar hafalan
“kais pinter udah hafal “ sikap positif yang dilakukan ibu asuh
akan membuat suasana yang menyenangkan bagi anak-anak.
5. Kesetaraan
Kesetaraan termasuk pada salah satu karakteristik
efektivitas dalam komunikasi antarpribadi. Hal ini terjadi
ketika satu mitra komunikasi melihat mitra lainya memberikan
kontribusi dalam interaksi mereka.64
Kesetaraan adalah posisi
dimana individu yang terlibat komunikasi tidak memiliki
pandangan bahwa ia lebih hebat dari lawan bicaranya.
Kesetaraan berarti keduanya merupakan orang-orang yang
saling memerlukan dan sama-sama memiliki kepentingan. Di
himawari daycare ibu asuh tidak diperbolehkan untuk
memaksa anak-anak agar ikut dengan kegiatan yang
berlangsung. Jika anak-anak tidak memiliki minat dengan
kegiatan yang ada anak-anak akan dibiarkan sampai mereka
mau mengikuti kegiatan yang ada di himawari.
Sikap yang dilakukan oleh ibu asuh untuk membiarkan
anak dan tidak memaksa anak-anak agar mengikuti kegiatan
merupakan standar operasional dalam mengasuh dan mendidik
anak-anak di himawari daycare. Sebab himawari daycare
melakukan pengasuhan dan pengajaran dengan menumbuhkan
suasana yang ceria agar anak-anak dapat tumbuh dan
64
Suciati, Komunikasi Interpersonal, (Cet I; Yogyakarta: Mata Padi Presindo,
2015), 75
90
berkembang dengan pribadi yang ceria berkat proses
pengasuhan dan pengajaran yang ceria.
Sehingga kesetaraan yang terjadi adalah ibu asuh
membangun suasana komunikasi yang akrab dan nyaman
dengan tidak merasa bahwa segala sesuatu yang diperintahkan
ibu asuh harus dituruti oleh anak-anak karena ibu asuh tidak
memaksakan kehendak agar anak-anak mau tidak mau harus
menuruti perintah dan kegiatan yang ada di himawari.
Ibu asuh menempatkan diri setara dengan anak-anak ketika
terdapat anak yang tidak mau mengikuti kegiatan. Ibu asuh
tidak akan merasa atau menunjukan bahwa ibu asuh yang lebih
tua atau lebih berpengalaman atau yang harus dihormati
sehingga anak harus selalu mematuhi perintah. Hal ini akan
bertentangan dengan visi dan misi himawari daycare dalam
menumbuhkan suasana yang ceria dalam proses tumbuh
kembang anak agar anak menjadi pribadi yang ceria.
Gambar 4.6 anak yang tidak mau solat dibiarkan
Gambar diatas merupakan bukti bahwa di Himawari tidak
ada pemaksaan kepada anak dalam melakukan kegiatan. Pada
91
gambar 4.6 terdapat anak yang tidak mau sholat sehingga ibu
asuh membiarkan anak tersebut dengan syarat tidak mengganggu
temanya. Di awal ibu asuh sempat membujuk dan meminta agar
anak tersebut sholat namun anak itu tidak ingin sholat dalam hal
ini kesetaraan muncul dimana ibu asuh tidak memaksakan
kehendak kepada anak yang tidak ingin sholat untuk sholat.
Karena apabila dipaksakan yang terjadi adalah anak akan kesal
dan terjadi konflik dengan ibu asuh.
92
93
BAB V
PEMBAHASAN
A. Tahap Orientasi (Orientation Stage)
Tahap orientasi merupakan tahap awal dalam proses tahapan
penetrasi sosial. Dalam tahap ini komunikasi yang dilakukan
bersifat tidak pribadi. Individu yang terlibat dalam komunikasi
hanya menampilkan sisi umum dari informasi yang mereka
sampaikan. Menurut Richard dan Lynn pada tahap ini individu
cenderung menampilkan sesuatu yang dianggap baik. Selain itu
individu tersenyum dan manis dan bertindak sopan pada tahap
orientasi.
Setting sosial dalam penelitian adalah anak-anak, mereka
menampilkan sisi apa adanya mereka. Di Himawari Daycare bagi
anak-anak yang baru pertama kali datang dan sebelumnya belum
pernah dititipkan akan mengalami proses adaptasi. Karena
mereka harus siap berbagi apa pun ketika orangtua memutuskan
untuk menitipkan anak di Daycare mungkin yang biasanya di
rumah semua perhatian tercurah kepadanya di Daycare anak akan
berbagi dengan anak-anaklain. Beragam karakter anak-anak pun
akan menentukan berapa lama waktu yang mereka butuhkan
untuk beradaptasi. Peneliti mengambil sample masing-masing
tiga anak pada usia tiga sampai lima tahun yang mempunyai
karakter aktif, diam dan biasa saja. Guna melihat perbedaan
dalam proses penetrasi sosial yang dialami anak-anak di daycare.
94
Maka dari itu penetrasi sosial dalam tahapan orientasi yang
di lakukan oleh ibu asuh ialah:
a. Melakukan pendekatan dengan melakukan interaksi yang
bersifat umum.
Pada tahap orientasi individu yang terlibat dalam
komunikasi membutuhkan adaptasi dengan lawan bicaranya.
Sehingga merupakan hal yang wajar apabila sikap pertama kali
yang ditampilkan seorang anak berbeda dengan sikap orang
dewasa ketika pertama kali bertemu. Anak-anak akan
menampilkan sisi apa adanya mereka dalam proses adaptasi
ini. Pada tahap orientasi anak-anak cenderung menangis dan
diam saja ketika ibu asuh melakukan pendekatan.
Pendekatan yang dilakukan oleh ibu asuh terhadap anak-
anak dilakukan dengan cara menanyakan perihal informasi
yang bersifat umum. Bahwa untuk memulai percakapan
dengan anak-anak dilakukan dengan cara yang sama dengan
orang dewasa yaitu menanyakan seputar hal yang bersifat
umum. Seperti menanyakan nama, alamat, saudara, makanan
dan minuman kesukaan juga mainan kesukaan mereka.
Pertanyaan yang ditanyakan bersifat sederhana dan umum.
Menurut Talylor dan Altman (1987) orang memiliki
kecenderungan untuk enggan memberikan evaluasi atau
memberikan kritik karena akan dinilai sebagai tidak pantas dan
menganggu hubungan di masa depan.
Di kelas tiga tahun tiga orang anak yang menjadi sample
peneliti adalah Noval yang mempunyai karakter aktif, jahil,
Baim yang mempunyai karakter pendiam dan Thariq yang
95
mempunyai karakter biasa saja. Pada pendekatan awal
bedasarkan wawancara dengan Nurul Safitri selaku ibu asuh
kelas tiga tahun dikatakan bahwa Noval karena karakternya
yang aktif ia mudah untuk didekati oleh ibu asuh dan waktu
pendekatanya pun tidak memakan satu bulan.
Selanjutnya tahap pendekatan pada Baim yang
mempunyai karakter diam, penurut dan mudah didekati pada
tahap pendekatan Baim hanya mengeluarkan kata-kata yang
penting saja dan tidak akan bersuara ketika tidak diminta.
Kemudian Thariq yang mempunyai karakter biasa-biasa saja
dalam pendekatan ini sulit didekati Nurul Safitri mengatakan
sewaktu awal pendekatan Thariq akan menangis jika bertemu
dengan orang baru sehingga untuk dapat mendekatinya Nurul
Safitri harus membuat ia percaya bahwa ia aman di daycare.
Di kelas empat tahun tiga orang yang menjadi sample
peneliti adalah Ibam yang mempunyai karakter aktif, semangat
dan cerewet, Rara yang mempunyai karakter diam dan Salsa
yang mempunyai karakter biasa-biasa saja. Pada pendekatan
awal berdasarkan wawancara dengan Neni selaku ibu asuh
kelas empat tahun dikatakan bahwa pada tahap pendekatan
Ibam termasuk anak yang mudah didekati karena ia suka
mengobrol dan banyak bertanya, dengan orang baru pun tidak
takut dan mendekati orang baru tersebut.
Rara karena mempunyai sifat yang pendiam pada tahap
pendekatan mudah didekati dan menuruti perintah ibu asuh
namun kendalanya tidak mau berbicara dan menurut orang
tuanya adaptasinya memang lama. Kemudian Salsa yang
96
mempuyai karakter biasa-biasa saja pada tahap pendekatan
mudah didekati namun pada awal pendekatan tidak mau
masuk kelas.
Di kelas lima tahun tiga orang yang menjadi sample
peneliti adalah Surya yang memiliki karakter aktif karena
merupakan anak yang berkebutuhan khusus, Latifah yang
memiliki karakter diam dan Qois yang memiliki karakter
biasa-biasa saja. Pada pendekatan awal berdasarkan
wawancara dengan Fitri Amalasih selaku ibu asuh kelas lima
tahun dikatakan pada tahap pendekatan Surya ia merupakan
anak berkebutuhan khusus sehingga komunikasi yang terjalin
tidak satu arah Fitri Amalasih yang harus menstimulasi Surya
agar mau mengikuti arahanya.
Kemudian Latifah yang mempunyai karakter pendiam
pada tahap pendekatan mudah didekati namun pada di awal
pendekatan Latifah tidak bisa mendengar suara yang keras
sehingga Fitri Amalasih selalu berulang mengingatkan Latifah
untuk tidak menutup telinganya. Qois yang mempunyai
karakter biasa-biasa saja pada tahap pendekatan ketika Fitri
Amalasih mendekati, Qois akan menjauh sehingga
penanganan untuk Qois adalah tidak memberi perhatian yang
lebih karena lama kelamaan Qois sendiri yang akan
mendekati.
Pada tahap orientasi beragam karakter anak-anak dari
berbagai usia mempunyai perbedaan dalam tahap pendekatan
membangun sebuah hubungan dengan ibu asuh. Namun,
interaksi yang dilakukan ibu asuh pun sama setiap anak
97
dengan menanyakan informasi yang masih bersifat umum
kepada anak-anak yang baru datan ke daycare.
b. Melakukan koordinasi dengan para orangtua untuk membantu
anak agar cepat beradaptasi
Bukan hal yang mudah bagi anak untuk beradaptasi
dengan suasana dan lingkungan yang baru. Bagi anak-anak
yang belum pernah dititipkan di daycare akan membuat anak-
anak mengalami perubahan suasana dan lingkungan. Anak-
anak diharuskan berbagi dengan anak lain, anak-anak
diharuskan untuk menyayangi teman-teman. Bagi yang tidak
terbiasa dengan suasana ramai akan sangat sulit untuk
beradaptasi. Sebab bagi anak-anak yang sebelumnya belum
pernah di titipkan mereka belum terbiasa untuk berbagi
segalanya yang ada di daycare, mungkin di rumah segala
perhatian tercurah hanya kepadanya namun di daycare anak
harus siap berbagi dengan temanya.
Dalam tahap orientasi pihak daycare menuntut peran
orangtua karena sangat dibutuhkan dalam membuat anak agar
cepat terbiasa di daycare. Orang tua harus memberikan
pengertian kepada anak dengan menjelaskan tujuanya
mengapa anak-anak dititipkan serta kepercayaan orang tua
terhadap guru sangat berpengaruh terhadap anak sebab, ketika
orangtua percaya dengan gurunya mereka akan menjelaskan
ke anak-anak bahwa guru tersebut baik dan bisa menjaga
mereka ketika orangtua tidak di samping mereka.
Ibu Dede Fitriyah mengatakan bahwa untuk membuat
anak cepat beradaptasi orangtua dituntut untuk menjelaskan ke
98
anak, membujuk terus anak-anaknya dan memberi pengertian
kepada anak mengapa orangtua harus menititipkan anak-anak
ke daycare.
B. Tahap Pertukaran Penjajakan Afektif (Exploratory Affective
Stage)
Tahap ini merupakan tahapan kedua dari proses penetrasi
sosial. Pada tahap ini kepribadian individu mulai terlihat. Orang
mungkin mulai untuk menggunakan beberapa frase yang hanya
dapat dimengerti oleh mereka yang terlibat dalam hubungan.65
Dalam tahapan kedua pada penetrasi sosial individu mulai
memunculkan informasi mengenai dirinya walaupun informasi
yang tersedia masih terbatas. Rasa kehati-hatian sudah mulai
berkurang. Hal ini membuktikan hubungan yang berlanjut ke
tahap dimana aspek-aspek kepribadian individu mulai muncul.
Tahap pertukaran penjajakan afektif yang dilakukan oleh ibu
asuh dengan anak asuh adalah sebagai berikut:
a. Mulai membuka kepribadian dengan berbagi cerita
pengalaman pribadi.
Interaksi yang dilakukan pada tahap penjajakan afektif
mulai bersifat santai. Anak-anak secara perlahan mulai
membuka kepribadian mereka walaupun masih terbatas
informasi yang ditampilkan. Anak-anak sudah bisa bercerita
mengenai pengalaman pribadinya kepada ibu asuh.
Pada tahap eksplorasi yang dialami oleh tiga anak dari
kelas tiga tahun bedasarkan wawancara dengan Nurul Safitri
65
Richard West & Lynn H. Turne, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan
Aplikasi (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008), 206
99
selaku ibu asuh kelas tiga tahun bahwa pada Noval dia
membuka informasi tentang pribadinya dengan menceritakan
kegiatan yang ia lakukan ketika libur bersama orangtuanya,
kemudian menceritakan tempat yang ia suka kunjugi.
Selanjutnya Baim menurut Nurul Safitri tidak pernah
mengeluarkan suara kecuali jika ditanya sehingga pada tahap
eksplorasi ini Baim belum memasukinya karena tidak ada
informasi mengenai dirinya yang ia buka kepada ibu asuh.
Lalu Thariq pada tahap ini mulai membuka dirinya dengan
bercerita masalah pribadi yang ada di rumahnya dan
kesenanganya ketika mengunjungi rumah neneknya.
Tahap eksplorasi pada kelas empat tahun yang terjadi
dengan Ibam, Neni mengatakan bahwa Ibam anak yang suka
berbicara sehingga pada tahap ini Ibam membuka banyak
informasi tentang dirinya seperti akan mempunyai adik,
kesenangan dibelikan barang dan tempat yang kemarin ia
kunjungi bersama orangtuanya. Selanjutnya Rara menurut
Neni masih belum mau untuk berbicara sehingga Rara belum
memasuki tahap eskplorasi sebab belum ada informasi yang ia
buka mengenai dirinya kepada ibu asuh. Salsa pada tahap
eksplorasi membuka informasi mengenai dirinya tentang
ketidaksukaanya dengan teman, kemudian bercerita kegiatan
apa saja yang ia lakukan ketika dirumah.
Tahap eksplorasi pada kelas lima tahun yang terjadi
dengan Surya, Fitri Amalasih mengatakan karena Surya
merupakan anak yang berkebutuhan khusus komunikasi yang
terjadi tidak dua arah sehingga Surya belum memasuki tahap
100
eksplorasi. Latifah pada tahap eksplorasi membuka informasi
mengenai dirinya dengan kesenanganya diperbolehkan
menonton youtoube oleh ayahnya. Qois pada tahap eksplorasi
mengungkapkan informasi mengenai dirinya tentang
kesedihanya ketika dimarahi oleh kakanya .
Tahap ekspolorasi yang dilalui anak anak di daycare
berbeda waktunya pada saat ini anak-anak yang belum
memasuki tahap ini adalah anak-anak yang adaptasinya di
daycare cukup lama mereka belum merasa nyaman dan
kemampuan untuk berbicara dengan orang lain yang
menurutnya masih asing masih kurang sehingga tahap
eksplorasi yang akan dilalui oleh anak-anak sebeumnya harus
mendapatkan kepercayaan dari mereka ketika di tahap
orientasi bahwa pada tahap eksplorasi mereka akan baik-baik
saja ketika mereka membuka informasi mengenai dirinya
sendiri.
C. Tahap Pertukaran Afektif ( Exploratory Exchange Stage)
Pada tahap ketiga dari penetrasi sosial yaitu tahap pertukaran
afektif disini individu yang terlibat tidak akan memasuki tahap ini
kecuali pada tahap sebelumnya individu menerima imbalan yang
cukup dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Maksudnya
adalah ketika individu puas dengan timbal balik dari lawan
bicaranya individu akan lebih terbuka kepada lawan bicaranya.
Tahap ini ditandai dengan hubungan yang terjalin semakin
dalam dan dekat. Interaksi yang dilakukan lebih tanpa beban dan
spontan. Tahap pertukaran afektif menggambarkan komitmen
101
lebih lanjut kepada individu lainya, para interaktan merasa
nyaman satu dengan yang lainya.
Tahapan pertukaran afektif yang dilakukan ibu asuh dengan
anak asuh adalah sebagai berikut:
a. Berinteraksi secara spontan tanpa rasa keberhati-hatian dalam
bercerita.
Anak-anak yang sudah memasuki tahap ini mempunyai
hubungan yang sangat dekat dengan ibu asuh. Mereka
bereaksi secara spontan tanpa takut mengalami masalah atau
memikirkan masalah jika bereaksi seperti itu. Anak-anak
berinteraksi tanpa beban dan santai. Di kelas tiga tahun untuk
Noval, nurul safitri mengatakan Noval tiba-tiba bercerita pergi
bersaama ayah dan ibunya. Kemudian Thariq yang selalu
menceritakan kejadian apapun yang terjadi dirumah dan
menurut Nurul Safitri Thariq akan bercerita tanpa diminta
terlebih dahulu mengenai masalah yang sedang dialaminya.
Dikelas empat tahun Ibam pada tahap afektif dia akan
bercerita tentang keadaan yang terjadi dengan dirinya seperti
ketika ia sakit ia langsung memberi tahu ibu asuh bahwa
dirinya sakit. Kemudian Salsa pada tahap afektif Salsa mulai
menceritakan masalah pribadinya ketika ia tidak suka dengan
temanya kepada ibu asuh. Selanjutnya di kelas lima tahun
hanya ada satu anak yang mencapai tahap ini yaitu Qois. Fitri
Amalasih mengatakan pada tahap afektif Qois akan
mengatakan ketidaksukaan kepada suatu hal tanpa rasa ragu
seperti halnya ia memberitahu ibu asuh bahwa beliau terlihat
102
pilih kasih denganya karena menurut Qois ibu Fitri lebih
sayang temanya respon Qois yang spontan mengatakan seperti
itu kepada bu Fitri terjadi karena hubungan yang berkembang
antara mereka sehingga sudah tidak ada lagi rasa keberhati-
hatian dalam bercerita.
Altman dan Taylor mengatakan pada tahap ini muncul
perasaan kritis dan evaluatif pada level yang lebih dalam. Hal
ini membuktikan bahwa interaksi yang lebih tanpa beban dan
santai dimana komunikasi sering kali berjalan spontan dan
individu membuat keputusan yang cepat.
b. Memberi solusi untuk menyelesaikan masalah
Pada tahap ini tingkatan interaksi yang terjadi cukup
dalam dan intim. Pada tahap ini individu akan bertukar ide
dengan pasanganya atau saling menerima dan memberikan
solusi. Ibu asuh mengatakan pada saat anak-anak berkelahi
terdapat anak yang mengadu ke pada dirinya bahwa anak lain
mengambil mainanya pada kasus ini keberanian anak untuk
menceritakan hal yang dianggapnya menganggu merupakan
bentuk dari kepercayaan seorang anak kepada gurunya untuk
bisa mengambil tindakan terhadap anak yang menganggunya.
Namun, ibu asuh memberi solusi kepada anak yang
bertengkar dengan membuat pilihan untuk bermain bersama
atau jika tidak ada yang mau bermain besama ibu guru tidak
memperbolehkan keduanya untuk bermain mainan tersebut.
Pertukaran afektif dalam kasus ini berawal dari anak yang
mengadu kepada ibu asuhnya bahwa dirinya terganggu dan ibu
asuh memberikan solusi atas permasalahan yang dialaminya
103
dalam hal ini kedua belah pihak sudah bisa memberikan
perhatian baik dalam diri anak yang sudah mulai percaya
untuk menceritakan hal yang menganggunya dan begitu juga
dengan ibu guru yang sudah memberikan solusi atas masalah
yang dialaminya. Pada dikelas tiga tahun nurul Safitri
mengatakan ia memberikan nasihat kepada Noval agar tidak
menjahili temanya dan berlaku baik dengan semua temanya.
Di kelas empat tahun Neni mengatakan pemberian nasihat
kepada Ibam dilakukan ketika Ibam harus berbagi mainan
bersama-sama dengan temanya dan harus gentian, kemudian
Salsa Neni memberikan nasihat ketika Salsa marah dengan
temanya karena bacaan solatnya cepat akhirnya Salsa tidak
bisa mengikuti. Untuk kelas lima tahun untuk Surya menurut
Fitri Amalasih karena Surya tidak bisa komunikasi dua arah
ketika ia terlihat sedih Fitri akan langsung mendekati dan
bertanya dan diberi nasihat agar tidak murung lagi. Untuk Qois
ketika Qois terlihat tidak suka bermain dengan temanya Fitri
Amalasih akan langsung bertanya alasanya dan memberi
nasihat lewat hadits yang sudah diajarkan bahwa tidak baik
berperilaku seperti itu terhadap temanya.
D. Tahap Pertukaran Stabil (Stable ExchangeStage)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari tahap penetrasi
sosial. Pada tahap ini disebut pertukaran stabil karena pada tahap
ini individu yang terlibat berada dalam tingkat keintiman yang
tinggi dan perilaku diantara keduanya kadang kala terjadi
kembali.
104
Namun kali ini individu sudah dapat memprediksikan
perilaku yang terulang kembali. Informasi yang dibicarakan
sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing
pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi
yang terdalam. Tahap terakhir dalam penetrasi sosial dicirikan
dengan keterbukaan yang berkesinambungan pada semua lapisan.
Kedua belah pihak saling mengetahui perasaan masing-masing
dan dapat memprediksi perilaku masing-masing. Pada tahap
pertukaran stabil tidak semua anak-anak memasuki tahap ini
hanya sebagian yang sudah melewati semua tahap yang dapat
masuk kedalam tahap pertukaran stabil.
Maka dari itu tahapan pertukaran stabil yang dilakukan
oleh ibu asuh dengan anak asuh adalah sebagai berikut:
a. Sudah tidak salah tafsir terhadap perilaku anak yang sekiranya
tidak berperilaku seperti biasanya.
Tidak banyak individu yang dapat masuk kedalam tahap
ini, sebab tahap pertukaran stabil merupakan tahapa terdalam
yang hanya bisa dimasuki oleh individu yang sudah merasa
sangat dekat dengan lawan interaksinya sehingga walaupun
individu tidak berperilaku seperti biasanya lawanya akan
memahami apa yang terjadi. Sebagaimana halnya yang terjadi
pada dikelas tiga tahun yaitu Noval, Nurul Safitri mengatakan
bahwa ketika awal pendekatan ia mengira bahwa Noval anak
yang jahil dan tidak bisa diatur namun ternyata pada saat itu
ibu asuh masih salah tafsir karena belum mengenal Noval
secara mendalam. Oleh karena hubungan yang terus berjalan
105
dan berkembang akhirnya ibu asuh sudah mulai memahami
bahwa Noval anak yang baik dia berperilaku jahil dengan
temanya karena ia ingin berteman namun caranya salah.
Ketika Noval sudah mulai murung tidak seperti biasanya ibu
asuh langsung memahami bahwa ia melakukan kesalahan.
Kemudian dengan Thariq, Nurul Safitri mengatakan ketika
Thariq di awal datang ke kelas terlihat murung tandanya ada
teman dikelasnya yang tidak masuk sehingga Thariq terlihat
murung.
Pada kelas empat tahun pertukaran stabil yang terjadi
dengan Ibam adalah ibu asuh sudah bisa mengetahui hal buruk
yang terjadi dengan Ibam apabila ketika awal kedatangan ke
kelas Ibam tidak bersemangat seperti mengucakpkan salam
dan membuka pintu pasti terjadi suatu hal biasaya karena Ibam
sakit. Untuk Salsa pertukaran stabil yang dialaminya adalah
ketika Salsa terlihat dari raut wajahnya yang tidak enak sama
halnya dengan Ibam pasti terjadi suatu masalah dirumah
biasanya kalau Salsa karena jam penjemputan yang tidak
sesuai dengan keinginanya.
Pada kelas lima tahun hanya Qois yang mencapai tahap
pertukaran stabil. Fitri Amalasih mengatakan salah tafsir yang
terjadi ketika belum mengenal Qois lebih dalam adalah ketika
Qois menurutnya hendak mencubit temanya padahal yang
dilakukan Qois adalah untuk membantu temanya. Pribadi Qois
merupakan anak yang moodyan sehingga Fitri Amalasih akan
mengetahui apa yang terjadi dengan Qois tanpa bertanya
hanya melihat dari raut wajah dan gerak geriknya.
106
Berdasarkan temuan penelitian yang penulis dapatkan, maka
tabel dibawah ini dapat menjelaskan secara ringkas tentang
hasil penelitian.
Tabel 5. 1 Analisis Penetrasi Sosial Ibu Asuh dengan Anak
Asuh dalam mengenalkan Nilai-Nilai Islami di Himawari
Daycare
No. Tahapan Penetrasi Sosial Temuan
1. Tahap Orientasi (Orientation
Stage) : Membuka Sedikit
Demi Sedikit
a. Melakukan pendekatan
dengan melakukan interaksi
yang bersifat umum.
-Menanyakan
nama, hobi,
mainan kesukaan
Ibu Neni selaku
ibu asuh kelas
empat tahun
melakukan
interaksi dengan
mengucapkan:
“namanya siapa
kamu suka ga
main ini main
little pony, atau
main hamtaro”
107
No. Tahapan Penetrasi Sosial Temuan
b. Melakukan koordinasi
dengan para orangtua untuk
membantu anak agar cepat
beradaptasi
c. Pengenalan Islami pada
orientasi
-Menjelaskan dan
membujuk anak
“kakak sekarang
main disini dulu,
nanti sore pulang
kerja ibu jemput
lagi”
-Dilakukan
dengan cara di
dengarkan
murotal lewat
audio untuk bayi
dan untuk 1-5
tahun dengan
mengikuti
perkataan yang
diucapkan ibu
asuh.
108
No. Tahapan Penetrasi Sosial Temuan
2. Tahap Pertukaran Penjajakan
Afektif (Exploratory Affective
Stage): Munculnya Diri
a. Mulaimembuka kepribadian
dengan berbagi cerita
pengalaman pribadi.
b. Pengenalan Islami pada
tahap eksplorasi
- Terdapat anak di
kelas lima tahun
Bernama Qois
yang membuka
Informasi tentang
dirinya dengan
mengucapkan
“kemaren aku
diomelin sama
Kaka”
Mulai
mengenalkan
hadits lewat lagu-
lagu. Seperti
hadits
menyayangi
teman
109
No. Tahapan Penetrasi Sosial Temuan
3. Tahap Pertukaran Afektif
(Exploratory Exchange Stage ):
Komitmen dan Kenyamanan
a. Berinteraksi secara spontan
tanpa rasa keberhati-hatian
dalam bercerita.
b. Memberi solusi untuk
menyelesaikan masalah
-Anak-anak
mulai
menunjukan sifat
kritis seperti
ketidak sukaan
terhadap sesuatu.
seperti ungkapan
spontan Qois di
kelas lima tahun.
“aku gamau sama
bufit”
“bufit tau ga
kemaren aku
kenapa marah
sama bufit ? aku
gasuka soalnya
bufit lebih sayang
sama Alisa”
-Ibu asuh
memberikan
perhatian untuk
110
No. Tahapan Penetrasi Sosial Temuan
hubungan dengan
memberikan
solusi ketika
terdapat anak-
anak yang
bertengkar untuk
menyelesaikan
masalah. Seperti
pada kasus yang
terjadi di kelas
empat tahun Ibu
Neni
mengucapkan
“ibam saya
tanya kenapa si
bam? Emang
emir kenapa ?”
“oh begitu iya
gantianya tadi
kan ibam udah
sekarang emir
terus saya suka
bilang mainya
bersama-sama
kalau enggak
111
No. Tahapan Penetrasi Sosial Temuan
c. Pengenalan nilai Islami
pada tahap Afektif
nanti ibu ambil”
-Anak-anak mulai
dipilih untuk
berlatih siapa
imam dan iqamah
ketika
melaksanakan
sholat berjamaah.
-Anak
mempraktekan
hadits dalam
kehidupan sehari-
hari ketika
melihat temanya
dalam masalah .
4.
3
Tahap Pertukaran Stabil (Stable
Exchange Stage ): Kejujuran Total
dan Keintiman
a. Sudah tidak salah tafsir terhadap
perilaku anak yang sekiranya tidak
berperilaku seperti biasanya.
-Ibu asuh dapat
memahami sifat
anak yang tidak
berperilaku
seperti biasanya.
112
No. Tahapan Penetrasi Sosial Temuan
Dan bisa
memahami dari
raut wajah. Qois
di kelas lima
tahun yang suka
mencubit temanya
sembunyi-
sembunyi tiba-
tiba membantu
temanya.
113
Tabel 5.2 Analisis Hasil Penetrasi Sosial Ibu Asuh dengan
Anak Asuh dalam Mengenalkan Nilai-Nilai Islami di
Himawari Daycare
NO Nama Anak Hasil
Komunikasi
Interpersonal
Tahapan
Penetrasi
Sosial
1. Noval - Pada tahap
orientasi Noval
mudah didekati
karena karakter
anaknya yang
jahil dan dekat
dengan siapa saja
adaptasi yang
dialami oleh
Noval tidak
memakan waktu
yang lama
- Pada tahap
eksplorasi
informasi tentang
pribadinya
dengan
menceritakan
kegiatan yang ia
lakukan ketika
libur bersama
orangtuanya,
kemudian
menceritakan
tempat yang ia
suka kunjugi
-Pada Tahap
Afektif tiba-tiba
bercerita pergi
bersaama ayah
- Tahap
Orientasi
-Tahap
Eksplorasi
-Tahap
Afektif
114
dan ibunya.
-Pada tahap
pertukaran stabil
ibu asuh sudah
mulai memahami
bahwa Noval
anak yang baik
dia berperilaku
jahil dengan
temanya karena ia
ingin berteman
namun caranya
salah. Ketika
Noval sudah
mulai murung
tidak seperti
biasanya ibu asuh
langsung
memahami bahwa
ia melakukan
kesalahan
-Tahap
Pertukaran
Stabil
2. Baim
-Pada Tahap
Orientasi
mempunyai
karakter diam,
penurut dan
mudah didekati
-Pada tahap
pendekatan Baim
hanya
mengeluarkan
kata-kata yang
penting saja dan
tidak akan
bersuara ketika
tidak diminta.
-Tahap
Orientasi
115
3. Thariq -Pada Tahap
Orientasi Thariq
pendekatan ini
sulit didekati
sewaktu awal
pendekatan
Thariq akan
menangis jika
bertemu dengan
orang baru
-Pada Tahap
Eksplorasi
bercerita masalah
pribadi yang ada
di rumahnya dan
kesenanganya
ketika
mengunjungi
rumah neneknya.
-Pada tahap
Afektif Thariq
akan bercerita
tanpa diminta
terlebih dahulu
mengenai
masalah yang
sedang
dialaminya.
-Pada Tahap
Pertukaran Stabil
Thariq di awal
datang ke kelas
terlihat murung
tandanya ada
teman dikelasnya
-Tahap
Orientasi
-Tahap
Eksplorasi
-Tahap
Afektif
-Tahap
Pertukaran
Stabil
116
yang tidak masuk
sehingga Thariq
terlihat murung.
4. Ibam -Pada tahap
Orientasi Ibam
termasuk anak
yang mudah
didekati karena ia
suka mengobrol
dan banyak
bertanya, dengan
orang baru pun
tidak takut dan
mendekati orang
baru tersebut.
-Pada Tahap
Eksplorasi Ibam
membuka banyak
informasi tentang
dirinya seperti
akan mempunyai
adik, kesenangan
dibelikan barang
dan tempat yang
kemarin ia
kunjungi bersama
orangtuanya
-Pada tahap
Afektif bercerita
tentang keadaan
yang terjadi
dengan dirinya
seperti ketika ia
sakit ia langsung
memberi tahu ibu
-Tahap
Orientasi
-Tahap
Eksplorasi
-Tahap
Afektif
117
asuh bahwa
dirinya sakit.
-Pada tahap
Pertukaran Stabil
ibu asuh sudah
bisa mengetahui
hal buruk yang
terjadi dengan
Ibam apabila
ketika awal
kedatangan ke
kelas Ibam tidak
bersemangat
seperti
mengucakpkan
salam dan
membuka pintu
pasti terjadi suatu
hal biasaya
karena Ibam sakit
-Tahap
Pertukaran
Stabil
5. Rara -pada tahap
orientasi Rara
karena
mempunyai sifat
yang pendiam
pada tahap
pendekatan
mudah didekati
dan menuruti
perintah ibu asuh
namun
kendalanya tidak
mau berbicara
dan menurut
orang tuanya
adaptasinya
-Tahap
Orientasi
118
memang lama.
6. Salsa -pada tahap
orientasi
mempuyai
karakter biasa-
biasa saja pada
tahap pendekatan
mudah didekati
namun pada awal
pendekatan tidak
mau masuk kelas.
-Pada tahap
Eksplorasi
membuka
informasi
mengenai dirinya
tentang
ketidaksukaanya
dengan teman,
kemudian
bercerita kegiatan
apa saja yang ia
lakukan ketika
dirumah.
-Pada Tahap
Afektif Salsa
pada tahap afektif
Salsa mulai
menceritakan
masalah
pribadinya ketika
ia tidak suka
dengan temanya
kepada ibu asuh.
-Pada Tahap
-Tahap
Orientasi
-Tahap
Eksplorasi
-Tahap
Afektif
-Tahap
119
Pertukaran Stabil
yang dialaminya
adalah ketika
Salsa terlihat dari
raut wajahnya
yang tidak enak
sama halnya
dengan Ibam pasti
terjadi suatu
masalah dirumah
biasanya kalau
Salsa karena jam
penjemputan yang
tidak sesuai
dengan
keinginanya.
Pertukaran
Stabil
7. Surya - Pada Tahap
Orientasi Surya ia
merupakan anak
berkebutuhan
khusus sehingga
komunikasi yang
terjalin tidak satu
arah Fitri
Amalasih yang
harus
menstimulasi
Surya agar mau
mengikuti
arahanya.
-Tahap
Orientasi
8. Latifah -Pada tahap
Orientasi Latifah
yang mempunyai
karakter pendiam
pada tahap
pendekatan
mudah didekati
namun pada di
awal pendekatan
Latifah tidak bisa
-Tahap
Orientasi
120
mendengar suara
yang keras
9. Qois -Pada Tahap
Orientasi Qois
akan menjauh
sehingga
penanganan untuk
Qois adalah tidak
memberi
perhatian yang
lebih karena lama
kelamaan Qois
sendiri yang akan
mendekati.
-Pada Tahap
Eksplorasi
mengungkapkan
informasi
mengenai dirinya
tentang
kesedihanya
ketika dimarahi
oleh kakanya
-Pada Tahap
Afektif
Qois mengatakan
ketidaksukaan
kepada suatu hal
tanpa rasa ragu
seperti halnya ia
memberitahu ibu
asuh bahwa
beliau terlihat
pilih kasih
denganya
-Tahap
Orientasi
-Tahap
Eksplorasi
-Tahap
Afektif
121
-Pada tahap
Pertukaran Stabil
salah tafsir yang
terjadi ketika
belum mengenal
Qois lebih dalam
adalah ketika
Qois menurutnya
hendak mencubit
temanya padahal
yang dilakukan
Qois adalah untuk
membantu
temanya.
-Tahap
Pertukaran
Stabil
122
123
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pengamatan yang
dilakukan penulis tentang komunikasi interpersonal ibu asuh
dengan anak asuh dalam mengenalkan nilai-nilai Islami di
Himawari Daycare, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tahap orientasi, tahap dimana anak-anak mulai beradaptasi
dengan lingkungan yang ada di daycare. Waktu paling cepat
yang dibutuhkan anak untuk beradaptasi bedasarkan hasil
penelitian adalah dua minggu sedangkan untuk waktu yang
paling lama adalah satu bulan. Hal ini di sebabkan karena
setiap anak mempunyai karakter yang berbeda. Ibu asuh
melakukan pendekatan dalam tahap ini dengan menanyakan
informasi yang sifatnya sederhana dan umum.
2. Tahap pertukaran eksploratif, tahap dimana kepribadian
seseorang mulai muncul. Pada tahap ini anak mulai
membuka kepribadian dengan menceritakan permasalahan
yang terjadi sehingga secara perlahan anak membuka
kepribadian melalui pengalaman yang ia ceritakan walaupun
masih terbatas.
3. Tahap pertukaran afektif, tahap dimana kedua belah pihak
yang sudah mulai terbiasa bersikap terbuka dengan ibu asuh,
anak sudah bisa bersikap kritis tanpa takut adanya
konsekuensi setelah dia bersikap kritis. Karena pada tahap ini
124
interaksi yang berjalan bersifat santai dan spontan tanpa
kehati-hatian untuk salah dalam berbicara.
4. Tahap pertukaran stabil, tahap dimana kedua belah pihak
mampu untuk menilai dan menduga perilaku lawan
bicaranya dengan cukup akurat. Ibu asuh dapat memahami
sikap anak asuh dari mimik dan sikapnya.
B. Saran
Maka beberapa saran yang penulis sampaikan diantaranya:
1. Pengasuh sekaligus pendidik Himawari Daycare harus
menggunakan cara persuasive yang dapat membuat anak-anak
lebih cepat dalam beradaptasi di daycare.
2. Pengasuh sekaligus pendidik Himawari Daycare harus lebih
sabar dalam berinteraksi dengan anak-anak, ciptakan suasana
yang akrab dan nyaman agar anak-anak dapat cepat adaptasi di
daycare.
3. Pengasuh sekaligus pendidik Himawari Daycare harus lebih
bisa memahami karakter anak, agar tidak salah dalam menilai
sikap dan perilaku anak.
4. Pengasuh sekaligus pendidik Himawari Daycare harus lebih
bisa mengatur intonasi dan volume suara ketika
mengintruksikan sesuatu kepada anak-anak, agar anak-anak
merasa nyaman berada di lingkungan Daycare.
5. Penelitian ini merupakan penelitian awal, sehingga penulis
selanjutnya dapat memilih penelitian selanjutnya dengan
masalah komunikasi yang ada di tempat penitipan anak
Himawari Daycare.
125
6. Penelitian ini masih ditemukan banyak kekurangan, maka
dapat disempurnakan pada penelitian
selanjutnya.
126
127
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abd. Khalik, Filsafat Komunikasi, Cet. I; Makassar: Alaudin
Press, 2014
Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran,
Jakarta: Amzah, 2007.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam: Upaya
Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011.
Altman, Irwin dan Dalmas Taylor, Social Penetration: The
Development of Interpersonal Relationship, USA: Holt,
Rinehart and Winston,Inc., 1973.
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma
Baru, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012.
A Supraticcknya, Komunikasi Antarpribadi, Tinjauan
Psikologis,Yogyakarta: Kanisius, 1995
Budayatna dan Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2014.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010.
Cangara, Hafied . Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 1998.
Daradjat, Zakiah. Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan
128
Bintang, 1984.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesua, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Penyuluhan Bahasa, Jakarta: Balai Pustaka.
De Vito, Joseph. Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Alih
Bahasa, Agus Maulana, Jakarta: Professional Books.
Effendy , Onong Uchjana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi,
Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003.
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta:
Rajawali Pers,2011.
Eriyanto. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian
IlmuKomunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainya.
Jakarta:Kencana, 2011.
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komuniasi Teori dan Praktik, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009.
Kamus Sosiologi Antropologi, Surabaya: Penerbit Indah, 2001.
Jahya, Yudric. Psikologi Perkembangan, Jakarta:
Kencana, 2011.
M. Hardjana, Agus. Komunikasi Interpersonal, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005.
Maulana, Herdiyan dan Gumgum Gumelar, Psikologi
Komunikasi dan Persuasi, Jakarta: Akademia Permata 2013.
129
Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi
Revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, Jakarta:
Kencana Prenada Group,2013.
Mulyadi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Pekanbaru: Diktat,
2011.
N, Yuliani dan Sujiono. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: PT Indeks, 2009.
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LkiS
Pelangi Aksara, 2007.
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja
Karya, 2000.
Sah Saputra, Toyib. Aqidah AkhlakI, Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1996.
Sifuddin Anshari, Endang . Wawasan Islam Pokok-pokok
Fikiran tentang Islam dan Umatnya Jakarta: CV.
Rajawali, 1969.
Suciati, Komunikasi Interpersonal, Cet I; Yogyakarta: Mata Padi
Persindo, 2015.
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011), 7-9.
T. Wood, Julia. Komunikasi Teori dan Praktik (Komunikasi
130
dalam kehidupan kita), Jakarta: Salemba Humanika,
2013.
West, Richard dan Lyn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi :
Analisis dan Aplikasi Jakarta: Penerbit Salemba
Humanika, 2012.
Karya Ilmiah
Nabila Ayu, Olivia. Komunikasi Antarpribadi dalam
Membangun Relasi Antara Pengasuh dengan Anak Yatim
dan Dhuafa Studi Kasus Asrama Griya Yatim dan Dhuafa
Cabang Bintaro Tangerang Selatan, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2016
Wahyudi , Eko. Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak
Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat
Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus. Eko
Wahyudi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
Kartika Chandra, Mia. Peranan Komunikasi Interpersonal
Pengasuh Anak Terhadap Kemampuan Interaksional
Anak Asuh (Studi Pada Tempat Penitipan Anak Fun
Daycare Bandar Lampung). Mia Kartika Chandra
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung Bandar Lampung 2019.
131
Internet
https://wahdah.or.id. Diakses pada hari Senin 29 Juli 2019 Pukul
14:46 WIB.
https://www.himawaridaycare.com/. Diakses pada 19 Agustus
2019 pukul 14:52 WIB
LAMPIRAN
OPEN CODING - TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber Pertama
Topik Riset: Tahapan Penetrasi Sosial ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan
nilai-nilai Islami
Konsep : Identifikasi Informan, Orientasi, Pertukaran Eksploratif, Pertukaran
Afektif, Pertukaran Stabil.
Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2019
No Refleksi
Diri Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/
Konsep
1. Perkenalan
diri narsum
P: ibu nama lengkapnya
siapa?
J: DedeFitriyah
P:tempat tanggal lahir
ibu ?
J: 23 April 1991
P: Alamat ibu dimana?
J: Jln. Suakarsa 1 blok B
No. 13 Kreo
P: kapan ibu mulai
bergabung di Himawari?
J: saya gabung disini
sekitar tahun 2017
Latar belakang
narsum:
Dede Fitriyah
Usia: 28 tahun
Alamat: Jln.
Suakarsa 1 blok
B No. 13 Kreo
Bergabung:
2017
Status/Jabatan:
Ibu asuh kelas
lima tahun
Identifikasi
informan
2. Pendekatan
dengan
anak-anak
yang
pertama
kali datang
dan waktu
yang
dibutuhkan
anak agar
dapat
beradaptasi
P: bagaimana pendekatan
ibu dengan anak-anak
yang baru pertama kali
datang?
J: Pendekatanya kurang
lebih sama kaya anak-
anak kalau mau
mendekat ke kita. Dari
sini saya belajar juga nih
saya pertama amatin dulu
karakter anaknya
bagaimana, karena
karakter anak kan juga
beda-beda ya ada yang
Pendekatan
yang dilakukan
bu Dede dengan
membuat anak
percaya dan
nyaman untuk
menetap di
Daycare.
pembiasaan
yang dialami
anak-anak untuk
beradaptasi
berbeda
tergantung
karakter anak-
Orientasi
(Dede F.N)
No Refleksi
Diri Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/
Konsep
baru datang langsung
nangis nah yang seperti
harus kita alihkan dengan
cara gimana caranya biar
anak itu enggak nangis
kita bikin dulu anak itu
supaya nyaman sehingga
ketika ditinggal gapapa
dan harus selalu
diingatkan seperti itu kita
main dulu disini ya
gapapa ya ditinggal dulu
kan nanti sore dijemput
lagi kita lakukan cara
seperti dibujuk.
Tapi ada juga ketika saya
masuk kelas itu anak
ngeliatin ketika dideketin
anak itu nangis ketika
menghadapi anak yang
seperti itu saya pribadi.
Saya cari muka bukan
pura-pura so baik ya jadi
ketika dia ngeliat ke kita
kita main sama temenya
eh mau ini ga biar dia liat
dan membuat dia berfikir
oh ini orang baik.
Jadi kita membuat
image yang baik dulu di
depan anak itu baru
ketika mendekati dia pun
dia mau. Jadi gak yang
ayo dong sini dan
terkesan memaksa tiba-
tiba.
Karena saya pengalaman
kaya gitu ke dua anak
jadi bener-bener dia yang
nyamperin saya sendiri
karna waktu itu saya
deketin dia nangis.
anak
(Dede F.N)
No Refleksi
Diri Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/
Konsep
P: Bagaimana sikap anak
ketika pertama kali
datang?
J: Rata-rata nangis
meskipun ada yang
langsung mau main ada
juga yang ujung-
ujungnya nangis pas mau
ditinggal, ada juga yang
ngerti kaka main dulu
disini ya nanti sore ibu
jemput tapi rata-rata
semuanya nangis.
P: Butuh waktu berapa
lama agar anak terbiasa
di day care?
J: Biasanya dua minggu,
tapi ada juga yang
pembiasaan sampai
sebulan biasanya rata-
rata tergantung dari
orang tuanya juga karena
penitipan ini kan juga
menuntut kerjasama dari
kedua belah pihak.
Gak hanya ibu gurunya
aja tapi bagaimana
orangtuanya di rumah
menjelaskan, membujuk
terus ketika dititipkan
pun bagaimana
kepercayaan orang tua
kepada gurunya juga
berpengaruh banget sih.
(Dede F.N)
No Refleksi
Diri Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/
Konsep
3. Proses anak
membuka
diri
P: Pernah gak bu? Ada
anak yang marah sama
ibu?
J: Kalau marah mungkin
ngambek ya karena anak-
anak kan walaupun
sesame anak-anak marah
cuman sedetik ya itu
pasti ada karena kan
anak-anak yang bukan
baru ya tapi yang udah
lama disini lebih ke
ngambek karena
keinginan dia tidak bisa
terwujud.
P:bagaimana penanganan
ibu terhadap anak yang
marah?
J: Biasanya diberikan
pengertian, misalkan dia
mau main tapi jamnya
makan terus dibilangin
iya nanti boleh main tapi
setelah selesai makan ya
Seperti itu sih.
Ibu Dede
menjelaskan
bahwa anak-
anak yang bisa
ngambek itu
adalah anak-
anak yang
bukan anak baru
dimana pada
kasus ini anak-
anak yang sudah
melewati tahap
orientasi akan
mulai
memunculkan
kepribadian
mereka salah
satunya dengan
ngambek karena
keinginan yang
tidak terwujud.
Pertukaran
Eksploratif
.
(Dede F.N)
4. Pemberian
solusi
ketika
ditemukan
masalah
P: biasanya kalau ada
anak yang bertengkar
bagaimana cara ibu
melerainya?
J: Pertama saya cari tau
dulu kenapanya biar saya
tau cara penangananya
dan kalau ternyata
rebutan mainan saya
akan bilang kalau gamau
main sama-sama gentian.
Ketika anak-
anak bertengkar
bu Dede selalu
mencari
penyebab
kenapa anak
berkelahi
biasanya terjadi
karena rebutan
mainan setelah
itu bu Dede
memecahkan
masalah dengan
Pertukaran
afektif
(Dede F.N)
No Refleksi
Diri Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/
Konsep
Biasanya suka pada
gamau terus saya bilang
yaudah kalau gamau
gentian ka dede simpen
kalau ka dede simpen
gada yang bisa main
mangkanya mendingan
gentian ini dulu baru ini.
Jadi apa yah anak marah
itu bener-bener harus
kitanya yang cerewet tapi
kalau kita terus menurus
ucapkan anak akan
mengerti sendiri
memberi solusi
dengan
memerintahkan
anak untuh
memilih berbagi
atau tidak boleh
ada yang
bermain.
5. Bisa
memahami
perilaku
berulang
yang terjadi
dengan
anak
P: biasanya anak-anak
setelah marah menjauh
dengan ibu?
J: Menjauh sih enggak ya
selama masing-masing
guru gimana caranya bisa
melobi anak karena kan
anak itu perekam yang
baik jadi dia selalu ingat
apa saja yang di janjikan
kepada anak selama dia
mengingat apa saja yang
kita janjikan kepadanya
kaya waktu itu ada anak
yang ketika waktunya
makan masih sibuk main
akhirnya saya buat
perjanjian makan dulu
nanti sehabis makan
boleh main lagi akhirnya
anak nurut terus
makanya habis ya hebat
ya makanya tapi setelah
itu saya lupa kalo janji
sama dia akhirnya dia
diem aja disuruh ini
gamau pokonya dia
marah saya deketin saya
tanya kamu marah sama
ka dede? kenapa? dan
Bu Dede sudah
dapat
memahami
perilaku anak
dengan melihat
sikapnya yang
diam. Hal ini
disebabkan
hubungan yang
telah terjalin
sudah pada
tahap yang
intim dimana bu
Dede sudah
dapat
mengetahui
sikap anak yang
diam saja berarti
dia marah.
Pertukaran
Stabil
(Dede F.N)
No Refleksi
Diri Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/
Konsep
bener-bener ditanyakan
agar anak bisa
mengekspresikan kenapa
marah? Kenapa ngambek
agar tidak menjadi-jadi
sampai dia pulang
sampai besok masih
marah karena kan gaenak
ya dimarahin apalagi
sama anak. Akhirnya dia
bilang kalau saya janji
abis makan main tapi
saya malah nyuruh dia
yang lain.
6. Metode/car
a khusus
agar anak
mau
mengikuti
instruksi
P: Bagaimana cara ibu /
adakah metode khusus
agar anak-anak mau
mengikuti apa yang ibu
instruksikan di daycare?
J: Kalau metode khusus
lebih karna disini tidak
ada unsur pemaksaan
terutama dalam hal
belajar karena disini
belajar sambil bermain
jadi anak-anak gak
merasa kalau ini belajar
jadi kala gamau yaudah
tapi tetep dibujuk kalau
setalah dibujuk tetep
gamau yaudah biarin aja
karna lama-kelamaan
anak-anak pun akan mau
dan mengikuti intruksi
dari guru. Jadi anak
butuh proses lah
Komunikasi
persuasive yang
dilakukan ibu
asuh dalam
proses
pembelajaran di
daycare adalah
dengan tidak
memakai unsur
pemaksaan
dalam
pembelajaran di
daycare.
Cara
persuasive
(Dede F.N)
7. Upaya yang
dilakukan
ibu asuh
dalam
mengambil
peran
sebagai
orang tua
P: Sebagai pengganti
orang tua, upaya /cara
apa yang ibu lakukan
agar anak-anak bisa
merasa dekat seperti
dengan orang tua
sendiri?
Pola pendidikan
dan pengasuhan
yang berada di
daycare
tentunya
berbeda dengan
di rumah.
Sehingga untuk
Upaya
dalam
mengambil
peran
sebagai
orang tua.
No Refleksi
Diri Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/
Konsep
pengganti J: Dengan memberikan
kepercayaan keanak.
Bikin anak nyaman dulu
ke kita bahwa kita tuh
ngajak main diajak main
bunda gak ninggalin
nanti sore dijemput dari
abis bunda nganter kita
main dulu disini
pemikrian seperti itu
yang kita sampaikan ke
anak terlebih kalau anak
udah lupa itu aman
kadang ada anak yang
gamau pulang udah
dijemput gamau pulang
hehe
membuat anak-
anak nyaman
seperti dengan
orangtua sendiri
ibu asuh
memberikan
kepercayaan
kepada anak
bahwa ibu asuh
akan membuat
mereka nyaman.
8. Contoh
keislaman
yang
dikenalka
P: Apa saja contoh
keislaman yang
dikenalkan kepada anak
di daycare?
J: Kalau untuk semua
kelas kita perdenganrkan
murotal Al-Fatihah
dikelas baby 0 tahun jadi
1-2 tahun pengenalan
murotal Al-fatihah setiap
tidur siang jadi disetel
untuk yang sehari-
harinya.
kita ajarkan doa-do
sehari seperti doa makan
doa tidur gurunya yang
mengucapkan kalau
dikelas 2 tahun itu
gurunya mengucapkan
dan anak-anak mengikuti
sepotong-sepotong yang
penting anak tau sebelum
makan baca doa dan
setelah makan baca doa.
Kemudian di kelas 3-5
Nilai-nilai
Islami yang
dikenalkan di
daycare pada
usia 0-1 tahun
adalah dengan
diperdengarkan
murotal surat
Alfatihah ketika
tidur siang.
Usia 2 tahun
dikenalkan doa
sehari-hari
Usia 3-5 tahun
hafalan hadits,
surat pendek
dan praktek
sholat dzuhur
untuk kelas 3
tahun dan
praktek sholat
Dzuhur dan
Ashar kelas 4-5
tahun.
Nilai-nilai
Islami
(Dede F.N)
No Refleksi
Diri Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/
Konsep
tahun mulai diajarkan
hafalan hadits, surat-
surat pendek dan sholat.
Kalau kelas 3 hanya solat
Dzuhur kelas 4 dan 5
sholat Dzuhur dan Ashar
Diajarkan juga hadits
sehari-hari yang ringan
dari umur 1 tahun.
Dalam percakapan
sehari-hari ketika anak
bercerita kemudian
dibeliin sesuatu yang dia
sukai saya ingatkan
untuk selalu bersyukur
kepada Allah.
9. Cara
mengenalka
n keislaman
kepada
anak
P: Bagaimana cara ibu
mengenalkan keislaman
kepada anak di daycare?
J: untuk pengenalan
keislaman prtama semua
mungkin sama-sama jadi
tahapanya pas anak udah
bisa mengikuti nanti
dipilih siapa yang jadi
imam siapa yang iqomah
terus ketika solat sama-
sama diucapkan dari
mulai takbiratul ihram
sampai salam dan
diucapkan dengan suara
keras.
Anak-anak bisa hafal
bacaan solat karena di
setiap circle time di
ucapin bareng-bareng
jadi circle time itu
kegiatan pagi hari
sebelum aktivitas
kegiatan utama dan
biasanya mereka baca
doa sebelum belajar dan
Cara pengenalan
nilai-nilai islami
pada tahap awal
pengenalan
dilakukan secara
serentak kepada
anak-anak tanpa
melihat karakter
anak.
maksudnya
adalah anak-
anak yang
masih belum
lancar berbicara,
anak yang
kemampuan
agamanya
kurang, dan
anak yang
kurang tertarik
dengan agama
akan dikenalkan
keislaman.
Selanjutnya
anak akan
mudah
Cara
pengenalan
nilai Islami
(Dede F.N)
No Refleksi
Diri Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/
Konsep
di kelas 3-5 hafalan dulu
diucapin bareng-bareng
doa-doa dan hadist dan
mungkin awalnya anak-
anak Cuma dengerin ibu
gurunya ngomong dan
duduk tapi dengan begitu
dengerin pun insyaallah
masuk
jadi lama-lama anak-
anak paham dan hafal.
Kemudian kita juga ada
lagu-lagu tentang hadits
salah satunya hadits
saling menyayangi
teman. Lagu itu sudah
diajarkan di umur 1
tahun jadi ketika anak-
anak mulai memasuki
umur 3 tahun lagu-lagu
tersebut terjawab dan
dihafalkan kemudian
anak jadi paham perintah
ibu guru sedari kelas 1
untuk menyayangi teman
adalah perintah Allah.
menghafal
bacaan sholat,
surat dan hadits
karena selalu
diucapkan
bersama.
10. Hambatan
komunikai
dalam
mengasuh
anak di
daycare
P: Apa saja hambatan
komunikasi yang ibu
alami dalam mengasuh
anak?
J: Ketika anak itu masuk
diumur 3 tahun dan
biasanya umur segitu
anak udah mulai bisa
bicara tapi anak itu
speech delay
nah memang jadi kita
yang harus aktif untuk
Hambatan
komunikasi yag
dialami adalah
ketika
menemukan
anak yang
belum bisa
bicara sehingga
anak yang
mengalami
speech delay
lebih sering
menangis
karena tidak
bisa
mengucapkan
apa yang
Hambatan
komunikasi
(Dede F.N)
No Refleksi
Diri Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/
Konsep
meyebutkan jadi anak
yang gabisa ngomong
lebih sering nangis jadi
kita kesusahan dan kita
sampaikan mau apa
jangan nangis bilang mau
susu bilang mau apa
minum minum jadi
sampai anak itu bilang
mau minum jadi kita ga
main tebak-tebakan anak
maunya apa jadi kita
harus berusaha agar anak
harus menyebutkan dulu
diinginkan.
(Dede F.N)
(
OPEN CODING - TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber Kedua
Topik Riset: Tahapan Penetrasi Sosial ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan
nilai-nilai Islami
Konsep : Identifikasi Informan, Orientasi, Pertukaran Eksploratif, Pertukaran
Afektif, Pertukaran Stabil.
Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2019
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
1. Perkenalan diri
narsum
P:Namanya siapa
kak?
J:Shafira Nisa
P: Tempat tanggal
lahir kaka?
J: Februari 1999
P:Alamat kaka
dimana?
J: Jln. Puri Kartika
Baru 5 Ciledug 1
P: Sejak kapan kaka
bergabung di
Himawari?
J: Sejak 2018
Latar belakang
narsum:
Shafira Nisa
Usia : 20 tahun
Alamat: Jln.
Puri Kartika
Baru 5 Ciledug
1
Bergabung:
2018
Status/Jabatan:
ibu asuh kelas 5
tahun
Identifikasi
informan
2. Pendekatan
dengan anak
yang baru
pertama kali
datang dan
waktu yang
dibutuhkan
agar anak
cepat beradap
tasi.
P:bagaimana
pendekatan ibu
dengan anak yang
pertama kali datang
ke Daycare?
J: Kalau baru pertama
kali datang paling
kaya nyapa siapa
namanya terus
kenalin diri kita terus
kita Tanya udah
sarapan belum intinya
Proses ka
Shafira dalam
melakukan
pendekatan
dengan anak
yang baru
datang ke
daycare adalah
dengan
melakukan
komunikasi
ringan yang
berisi
Orientasi
(Shafira N)
No
Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
kita seramah
mungkin jadi dari ya
sampe akhirnya kan
dari yang ih siapa sih
baru liat sampai
akhirnya mereka tahu
oh itu ibu guru
mereka gatau
P: Bagaimana sikap
anak ketika pertama
kali datang?
J: beda beda sih kalau
anak lama karena
terbiasa udah tahu
tapi kalau anak yang
baru tiap datang
nangis terus.
P:butuh waktu berapa
lama agar anak
terbiasa di daycare?
J: Tiap anak berbeda
sih tapi paling lama
sebulan.
pertanyaan
seputar
informasi awal
mengenai diri
anak.
(Shafira N)
3. Proses anak
membuka diri
P: Pernah gak ka ada
anak yang marah
sama kaka?
J: Ada kaya
waktunya toilet
training tapi dia kesel
gamau toilet training
karena dia masih
mainan.
Pada proses ini
anak
menunjukan
sedikit
informasi
kepribadian
tentang dirinya
yang kesal
karena sedang
bermain tetapi
disuruh untuk
toilet training
Pertukaran
eksploratif.
4. Pemberian
solusi ketika
ditemukan
masalah
P: Bagaimana
penanganan kaka?
J: Karena kita disini
tidak boleh memaksa
anak, jadi saya
biarkan dahulu entar
ketika dia liat temen-
Menemukan
solusi anak yang
susah untuk
diajak
berkegiatan di
biarkan sampai
ia mau tanpa
dipaksa
Pertukaran
afektif
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
temenya pada toilet
training lama-lama
mau ikut buat toilet
training
5. Bisa
memahami
perilaku yang
terjadi pada
anak.
P: menurut kaka
manfaat dari
melakukan
komunikasi secara
interpersonal ke anak
apa?
J: Kalau manfaatnya
supaya anak lebih
ngerti jadi misalakan
kita liat anak itu kaya
kesulitan untuk
ngikutin kegiatan
disini kemudian kita
lakukan kontak mata
dengan anak kalau
kita ngebilangin anak
teriak dari jarak jauh
itu otomatis anak gak
akan bisa
ngedengerin jadi kita
harus hadepin kontak
mata banget dengerin
hadep hadepan
komunikasi ke
mereka jelasin secara
jelas jadi anak itu
bisa ngerti
Pertukaran
stabil yang
dialami ibu asuh
dengan anak
asuh adalah ibu
asuh dapat
memahami
kesulitan anak
hanya dengan
melihat dari raut
wajah sehingga
dilakukan
kontak mata
dengan anak.
Pertukaran
stabil
6. Metode/cara
khusus agar
anak mau
mengikuti
instruksi
P: Bagaimana cara
ibu / adakah metode
khusus agar anak-
anak mau mengikuti
apa yang ibu
instruksikan di
daycare?
J: Cuma misalkan
gini aja loh kalau ada
yang mainan kursi
disaat lagi kegiatan
Komunikasi
persuasive yang
dilakukan ibu
asuh kepada
anak adalah
dengan
menerangkan
kegunaan
sebuah benda
disaat terdapat
anak yang tidak
mengikuti
kegiatan. benda
Cara
persuasive
(Shafira N)
No
Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
kita bilangin kursi itu
buat duduk bukan
buat mainan kita
kasih penjelasan yang
real dan jelas ke
anak-anak terus kita
kasih pengertian agar
anak paham
8. Contoh
keislaman yang
dikenalka
P: apa saja contoh
keislaman yang
dikenalkan kepada
anak di daycare?
J: Kalau disini kita
ajarin solat, da-doa
asmaul husna setiap
tidur kita dengerin
murotal terus ada
hafalan doa-doa
harian dan hadits-
hadits
Nilai keislaman
yang dikenalkan
adalah praktek
sholat, hafalan
doa-doa, asmaul
husna, hadits
Nilai-nilai
Keislaman
9. Cara
mengenalkan
keislaman
kepada anak
P: bagaimana cara
ibu mengenalkan
keislaman kepada
anak di daycare ?
J: Lakuin rutinitas itu
setiap hari dan
berulang dengan
diperdengarkan jadi
anak-anak akan terus
inget
Cara
mengenalkan
nilaikeislaman
dengan
perkenalkan
setiap hari dan
berulang
Cara
mengenalk
an nilai-
nilai
keislaman
10. Hambatan
komunikai
dalam
mengasuh anak
di daycare
P: apa saja
hamabatan
komunikasi dalam
mengasuh anak di
daycare?
J: Jadi ada anak yang
kontak matanya
gabisa dua arah jadi
cuman searah terus
Hambatan
Komunika
si
(Shafira N)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
misalkan kita
ngebilangin mereka
karna mereka belum
bisa mengerti jadinya
susah tapi ada anak
yang suka bingung
saya bilang dengerin
ka nisa liat mata ka
nisa nanti dia jadi
paham.
(Shafira Nisa)
OPEN CODING - TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber Kedua
Topik Riset: Tahapan Penetrasi Sosial ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan
nilai-nilai Islami
Konsep : Identifikasi Informan, Orientasi, Pertukaran Eksploratif, Pertukaran
Afektif, Pertukaran Stabil.
Wawancara dilakukan pada tanggal 06 Januari 2020
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkip Keterangan Kategori/Konsep
1. Perkenalan
diri narsum
P: siapa nama
ibu?
J: Fitri
Amalasih
P: tempat
tanggal lahir
ibu?
J: Medan, 13
Februari 1978
P: Aalamat ibu
dimana?
Jln Dana Bakti 3
No 13 Kreo
Identifikasi Informan
2 Pendekatan
dengan anak-
anak yang
pertama kali
datang dan
waktu yang
dibutuhkan
anak untuk
beradaptasi
P: Bagaimana
cara awal
pendekatan ibu
dengan Surya ?
J: Karena
memang
istimewa saya
suka bilang ke
temenya dia itu
istimewa jadi
dia tuh anak
berkebutuhan
Tahap Orientasi
(Fitri Amalasih)
khusus jadi kaya
yang lebih lari
lari sendiri
ngobrol dengan
dunianya sendiri
tapi kalo cape
diem sendiri.
Tapi kalo sama
guru yang baru
pas saatnya
dibangun dia
akan teriak
teriak krena
caranya beda
pokonya cara
dia menolak
dengan teriak.
Surya lebih
karena kita
ngomong hrus
lebih tegas Sam
dia ngomongnya
hrus berurutan
perintah harus
berurutan kaya
surya rapihkan
tas tapi selama
sebulan dia
udah g denger
perintah lagi
sama dia harus
tegas gabisa
lemah lembut.
Sama temenya
dia g ngobrol
jadi temeny
yang lebih
sering ngobrol
kaya kita tanya
dia jawb tapi dia
ngulang
pertanyaan kita
jadi harus
berulang diajak
interaksi terus
tapi sebenernya
anaknya pinter
(Fitri Amalasih)
P:Butuh waktu
berapa lama
agar Surya
dekat dengan
ibu?
J: Dua Minggu
buat saya tau
penanganan
untuk dia
P: Bagaimana
cara awal
pendekatan ibu
dengan Latifa?
J: atifah itu
dulunya dia
dikelas Bu Neni
tadinya baru
masuk gabisa
denger suar
keceng jadi
denger temenya
ngomomg
kenceng ketawa
dia.lamgsung
tutup telimham
nangis tapi sama
saya suk saya
bilangin Latifah
tidak tutup
telinga tidak
tutup telinga
tidak apa apa
akhirnya
sekarang udah
bisa denger
suara kenceng
dia juga gabisa
gak makan kalo
lauknya gak
keriuk jadi suka
saya
sembunyikan
sayuran di
bawah nasi lama
lama enjoy
(Fitri Amalasih)
biasanya dia
cepet mau
ngikutin tapi
sekarang kaya
yang gamau
ngapa2in
makanya lama
akhirnya saya
tanya ke ibunya
akhirnya ibunya
bilang karena
ayahnya
manjain dia
akhirnya saya
denger dia
bilang aku kalo
dirumah ga
belajar dong
tidur terus
nonton jadi dia
secara gak
langsung bilang
kalo dia enak
dirumah karena
bebas disini kan
dia harus toilet
training jadi
makanya gitu
lama udah
gapernah ikut
solat juga. Jadi
temenya solat
dia belum
selesai makan
jadi dia gasolat
dan udah dia
minggu seperti
itu dan dia enjoy
karena ga diapa-
apain tapi kan
kalo yg lain kalo
ga solat saya
gakasih reward
karena setiap
Jumat suka saya
kasih hadiah
jdinya mereka
semangat si
(Fitri Amalasih)
Latifah udah
dua Jumat
gadapet awlnya
nanya kaya ko
saya gadapet
tapi sekarang
udah biasa aja
kemaren dia
masih mikirr
gadapet kalo
sekarang udah
biasa biasa saja
pokonya kita
gamaksain anak
mau gimana
takutnya nanti
dari anaknya
yang gau
sekolah
P: Butuh waktu
berapa lama
agar Latifah
dekat dengan
ibu?
J: Lama hampir
sebulan karena
dia diem terus
lama adaptasi
karena liat saya
rata rata anak
gamau galak
tapi kalo udah
masuk kelas
saya udah biasa
aja udah enjoy
sama saya
P: Bagaimana
cara awal
pendekatan ibu
dengan Qois?
J: Qois itu dia
kaya yang
sebentar saya
perhtain
(Fitri Amalasih)
sebentar saya ga
pura pura
peduliin soalnya
pernah saya
peduliin tapi dia
kaya yang jauh
Sam saya jdiny
yaudah dia kaya
suka bilang aku
gmu belajr
kenapa aku cape
karena dia
orangnya gabisa
cape karena
langsung
mimisan tapi
lama kelamaan
dia yg deketin
kita sendiri
P: Butuh waktu
berapa lama
agar Qois dekat
dengan ibu?
J: Dari dia udah
di kelas 3
karena kenal
udah lama
Deket sama dia
pling
semingguan
(Fitri Amalasih)
2. Proses Anak
Membuka
diri
P: Apakah
pernah Surya
curhat tentang
masalah pribadi
?
J: Kita gabisa
ngomong
komunikasi dua
arah. Jadi kita
tanya misal
Surya kemaren
Keman dia
bakal jawab
kemaren
Tahap Eksplorasi
kemana... Jadi
ga langsung
dijwab kecuali
kalo kita tanya
Surya mami
mana baru dia
bilang mami
kerja intinya
hrus kita
contohi n
P: Apakah
pernah Latifah
curhat tentang
masalah pribadi
?
J: Enggak
pernah dia suka
tanya ini hari
apa hari Jumat
masih lama
karena dia
nunggu Sabtu
Minggu soalnya
libur.
P: Apakah
pernah Qois
curhat tentang
masalah pribadi
?
J: Sering kaya
dia bilang
kemaren aku
diomelin sama
Kaka kenapa
emang dimrahin
gatau bufit terus
dia cerita ibu
kemaren pulang
kampung jdi dia
suka cerita
langsung tanpa
(Fitri Amalasih)
ditanya apa aja
diceritain
3. Pemberian
Solusi ketika
ditemukan
masalah
P: Biasanya
kalau Surya ada
masalah
biasanya anak
ini langsung
cerita apa ibu
yang memulai?
Biasanya anak
ini suka cerita
apa sama ibu?
J: Masuk dateng
langsung tiduran
kita bilang
Surya belom
waktunya tidur
tapi di tereak
berati dia lagi
ada masalah
dirumahnya
bisanya saya
suruh tidur dulu
diruangn lain.
Marah pernah
dia kalau marah
gasuka dia
dorong dorong
gasuka temenya
dia dorong kalo
ke gruu lain dia
suk nginjek kaki
kaya liat kaki
kita dia
langsung
nginjek dia kalo
gamau kaya
saya bantuin
potong tempe
dia dorong
tempenya dia
nolak tapi kaya
kalonsaya
bilang sayang
dia langsung lari
Tahap Afektif
(Fitri Amalasih)
meluk
P: Biasanya
kalau adaQois
ada masalah
biasanya anak
ini langsung
cerita apa ibu
yang memulai?
Biasanya anak
ini suka cerita
apa sama ibu?
J: Pernah dia
kira saya lebih
sayang sama
Alisa tiba tiba
dia bilang aku
gamau sama
bufit dia di aja
terus
kebesokanya dia
lgsg bilmh bufit
tau ga kemaren
aku kenapa
marah sama
bufit kenapa
dong aku
gasuka soalnya
bufit lebih
sayang sama
Alisa terus saya
langsung bilang
ohyaudah
maafin bufit
yaa. Jadi di
bilang alasan
marah gak
dihari itu juga
jadi dihari itu
dia khusus
ngambek hari
besoknya baru
dia cerita.
(Fitri Amalasih)
4. Sudah tidak
lagi salah
tafsir kepada
anak
P: Pernah gak
ibu Surya
pribadinya
biasanya ceria
namun tiba-tiba
pada suatu
waktu dia
berperilku
sebaliknya?
Pada saat itu ibu
langsung paham
tanpa menanyai
sebab apa
ditanya?
J: Udah saya
udah tau
karakternya kalo
dia sedih saya
suka ngeliatin
saya panggung
saya pangku
kadang kalo
saya duduk dia
gelendotan udah
ya jangan
ngambek terus
dia pergi dia
udah ga
ngambek lgi
sama temennya
juga dia ikut
nimbrung tapi
biasanya dia
ambil mainan
terus dia main
sendiri
P: Apakah ibu
bisa memahami
sesuatu yang
terjadi dengan
Surya hanya
melihat dari
wajah?
J: Kalo lagi
(Fitri Amalasih)
sedih saya tau
tapi karena
apanya saya
gatau kaya sama
ibunya saya
tanya
P: Pernah gak
ibu anak Latifah
pribadinya
biasanya ceria
namun tiba-tiba
pada suatu
waktu dia
berperilku
sebaliknya?
Pada saat itu ibu
langsung paham
tanpa menanyai
sebab apa
ditanya?
J: Latifah tidak
pernah marah
pribadinya itu
kurang lebih
sama kaya surya
orangnya ceria
cuman Latifah
orangnya
sensitif kaya
temenya salah
ngomong dikit
dia keluar air
mata terus suka
saya tanya
Latifah kenapa
nangis ank anak
suka bilang
gatau dia begitu
karena ada anak
namanya Alisa
suka bilang
Latifah jangan
taro kerudung
sembarang ntr
sore dibawa
pulang kaya gitu
(Fitri Amalasih)
sih
P: Apakah ibu
bisa memahami
sesuatu yang
terjadi dengan
Latifah hanya
melihat dari
wajah?
J: Gabisa harus
ditanya dulu dan
dia gabisa
kontak mata
kalo diajak
ngomong dia
langsung noleh
kemana mana
P: Pernah gak
Qois kan
pribadinya
biasanya ceria
namun tiba-tiba
pada suatu
waktu dia
berperilku
sebaliknya?
Pada saat itu ibu
langsung paham
tanpa menanyai
sebab apa
ditanya?
J: Pribadi qois
dia tuh
moodyan bisany
itu dibawa dari
rumah kalo dari
rumah seneng
kesini dia
ssneng.
P: Apakah ibu
bisa memahami
sesuatu yang
terjadi dengan
Qois hanya
(Fitri Amalasih)
melihat dari
wajah?
J: Bisa kalo dia
lagi kesel sama
orang psti
keliatan dia
gamau main
sama temenya
terus kalo
temenya yg
bikisn kesel
ngajak ngomong
dia diem aja
terus saya
panggil qois
kenapa kesel
sama ini? Iya
jadi suka saya
bilangin kalo
lagi gitu saya
ingetin lewat
hadits dia pinter
loh jadi kalo
temenya lagi
bermasalah dia
suka ngeluarin
hadits
ketemenya
P: pernah gak
ibu salah tafsir
sama Qois?
J: Pernah , qois
itu kan agak
jutekan anaknya
jadi saya dulu
tuh takut karena
dia dulu suka
nyubit temenya
sembunyi dari
belakang kalau
dia udah
ngerasa saya
lebih sayang
sama temenya
biasanya gitu
(Fitri Amalasih)
jadi dia udah
kaya mulai mau
nyubit ters saya
bilang Qois
jangan ya
jangan kan
temenya
gaksalah. Kan
aku bukan mau
nyubit bufit
orang aku mau
bantu terus saya
Tanya iya
emang gesit?
Kata gesit iya.
OPEN CODING - TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber Ketiga
Topik Riset: Tahapan Penetrasi Sosial ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan
nilai-nilai Islami
Konsep : Identifikasi Informan, Orientasi, Pertukaran Eksploratif, Pertukaran
Afektif, Pertukaran Stabil.
Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2019
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/K
onsep
1. Perkenalan
Narsum
P: siapa nama ibu?
J: Yohana
P: tempat tanggal lahir ibu?
J: Jakarta, 10 Agustus 1977
P: Aalamat ibu dimana?
J: Jln. Pesantren Jamiya
Islamiyah RT 03/ No. 30
Pondok Aren.
P: sudah berapa lama ibu
bergabung di Himawari
Daycare?
J: Dari 2017
Latar belakang
narsum:
Yohana
Usia: 42 tahun
Alamat:Jln.Pesantre
n Jamiya Islamiyah
RT 03/ No. 30
Pondok Aren.
Bergabung: 2017
Status/Jabatan: ibu
asuh kelas empat
tahun
Identifikasi
informan
2. Pendekatan
dengan anak-
anak yang
pertama kali
datang dan
waktu yang
dibutuhkan
anak untuk
beradaptasi
P: bagaimana pendekatan ibu
dengan anak-anak yang
pertama kali datang?
J: Kalo pendapat saya sih anak
itu kan berbeda-beda ya
karajter dan emosionlanya
kalau rara itu termasuk anak
yang mudah tapi tipenya yang
pendiem juga karena anak ini
anak yang sering dikasih
gadget dia itu tadinya tinggal
sama pengasuh, pengasuhnya
resign ibunya bingung
akhirnya dapet kesini itu awal
masuk dia dipakein pamper.
Ibu Yona selaku ibu
asuh kelas empat
tahun menerangkan
terdapat anak yang
pada saat itu baru
pertama kali
dittipkan di daycare
diumur empat tahun
anak tersebut
cenderung diam
sehingga
pendekatan yang
ibu Yona lakukan
adalah
menstimulasi Rara
agar terus mau
Orientasi
(Yohana)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/K
onsep
kalau ditanya masih bungkam
diam, gak ngomong jadi kita
juga bingung mendekatinya
terus kalau datang juga selalu
ngantuk selalu tidur, jadi harus
tidur padahal disini kita ada
kegiatan tidak bleh ternyata
kita Tanya-anya orangtuanya
katanya sering tidur malam
gara-gara gadget padahal
misalkan dia suka tidur jam8
udah tidur terus tiba-tiba jam 2
bangun dia suka ngambil
gadget sendiri kata ibundanya
segala sesuatu yang dia pingin
dia tidak mau bilang diam gitu
jadi seperti itu ini dia lagi
masa-masa perkenalan jadi
kurang harus kita yang
menstimulasi jadi kalau
ditanya sebenernya dia diam
jadi harus kita ajak. anaknya
sebenernya udah lancar
ngomongnya soalnya setiap
mamahnya jemput dia
ngomong mamah ini mamah
itu dan yang baru kita denger
disini dia ngomong itu kata
awas sama ini jadi satu kata
satu kata yang dia ucapkan
masih malu-malu
P: butuh waktu berapa lama
agar anak terbiasa di daycare?
J: Setiap anak itu sifatnya
berbeda jadi tergantung
karakter anak. kalau Rara
tinggal keberanianya aja untuk
ngomong Insya Allah dia
bakalan terus interaksi disini.
P: bagaimana sikap anak
ketika pertama kali datang?
berbicara. Dan
proses adaptasi
yang dialami anak
berbeda-beda
menurutnya Rara
hanya tinggal
keberanianya saja
untuk berbicara.
(Yohana)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/K
onsep
J: Kalau Rara dia waktu
pertama kali datang tidur kita
bangunin jam 9 nangis kita
ajak keluar gamau kita main
gamau yaudah kita bangunin
lagi jam 11 sampai kegiatan
toilet training bangun lah dia
makan terus ikut solat.
karena dia jarang dikasih
makan jadi ya gitu kaya yang
harus disuapin karena dia
seringnya dikasih susu dan
susunya masih di dot
mangkanya giginya banyak
yang keropos.
kemudian saya lepas dotnya
saya ajarin karena disini
gabisa di umur segitu masih
pake dot akhirnya saya suruh
kalau mau minum susu di
gelas diatur tapi alhamdulilah
mau walaupun lama
(Yohana)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/K
onsep
3. Proses anak
membuka diri
P: pernah gak bu ada anak
yang marah?
J: Ada juga yang ga kita
Tanya lamgsung cerita kaya
masalah dirumah biasanya
alvira kalau datang tiba-tiba
marah gara-gara dirumah dia
tidak suka bekal sarapanya
marahnya ke kita
Ibu Yona
menerangkan
terdapat anak yang
sudah
memnuculkan
kepribadianya
dengan
memunculkan
kepribadianya
dengan marah tidak
suka dibawakan
bekal seperti itu.
Pertukaran
eksploratif
4. Pemberian
solusi ketika
ditemukan
masalah
P: biasanya kalau ada anak
yang badmood apa yang ibu
lakukan?
J: Pendekatan sih secara
personal Biasanya si vici terus
kita Tanya sambil pangku
biasanya emang tadi kamu
kenapa nanti kan biasanya dia
langsung curhat.
Ada juga yang ga kita Tanya
lamgsung cerita kaya masalah
dirumah biasanya alvira kalau
datang tiba-tiba marah gara-
gara dirumah dia tidak suka
bekal sarapanya marahnya ke
kita
Terdapat anak yang
badmood kemudian
ibu Yona mengatasi
hal tersebut dengan
memangku anak
tersebut agar anak
merasa nyaman
untuk bercerita apa
yang dialami. Pada
tahap afektif
individu mulai
memberikan solusi
dan sedikit
perhatian pada
hubungan mereka.
Pertukaran
afektif
5. Bisa
memahami
perilakuyang
terjadi dengan
anak
P: ada yang pernah marah
sama ibu gak?
J: Ada kaya alvira itu ya lucu
kalau gasuka kadang dia kaya
gitu karena ada maunya dia
suka bilang ih aku gasuka
sama ibu gamau sama ibu
terus saya tanya kenapa alvira
dia langsung ketawa langsung
meluk terus dirayu dengan
makanan tapi dia mah kaya
caper doang,
Ibu Yona
menerangkan
bahwa ia sudap
sapat memahami
perilaku anak
seperti Alvira yang
menurutnya
bersikap tidak
menyukai ibu Yona
hanya karena
mencari perhatian.
Dimana dalam
tahap pertukaran
stabil individu
sudah dapat
Pertukaran
stabil
(Yohana)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/K
onsep
memahami perilaku
lawan bicaranya.
6. Metode/cara
khusus agar
anak mau
mengikuti
instruksi
P: bagaimana cara ibu/ adakah
metode khusus agar anak mau
mengikuti apa yang ibu
instruksikan?
J: Biasanya metodenya kita
main tepuk jadi sebelum
memulai pelajaran biasalah
cara anakanak 4 taun cara
menertibkanya dengan
bertepuk, bercerita jadi kalau
saya kan fokusnya di hafalan
jadi di umur 4 tahun ini anak-
anak hafalanya banyak doa
pendek, hadits murojaah juz
30 disini kan al fil.
Salah satunya ada anak kaya
vici dia itu kurang suka
kurang interest sama hafalan
tapi kan itu disini wajib karena
kitaposisi islam jadi
tergantung kondisi orang
tuanya karena dia orangtuanya
dokter dan suka pulang malam
jadi dirumah tidak diulangi
lagi yang diajarkan disini jadi
tergantung kondisi orang
tuanya juga jadi ga cuman
disini tapi dirumah juga harus
ada timbal baliknya
Basanya perayat surat al-fil
hari ini ita hafalan surat al fil
ya kita kasih tau surat alfil ada
berapa surat terus
terjemahanya yang biasaya
saya kisahkan ke anak-anak
Komunikasi
persuasive yang
dilakukan ibu asuh
adalah dengan main
tepuk maksudnya
adalah ketika
kegiatan sudah mau
dimulai untuk
mengalihkan
perhatian anak-anak
dari apapun selalin
dirinya adalah
dengan bertepuk
sehingga ibu asuh
dapat menertibkan
anak untuk
memulai kegiatan.
Cara
persuasive
(Yohana)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/K
onsep
7. Upaya yang
dilakukan ibu
asuh dalam
mengambil
peran sebagai
orang tua
pengganti
P: Sebagai pengganti orang
tua, upaya /cara apa yang ibu
lakukan agar anak-anak bisa
merasa dekat seperti dengan
orang tua sendiri?
J: Ya kita harus mendidiknya
dengan kasih sayang lemah
lembut kalau kita tidak
menghadirkan kasih sayang
itu hanya pengajaran saja
bukan mendidik karena guru
harus mengajar dan mendidik
bukan hanya mentransfer ilmu
saja
Dengan
menghadirkan kasih
sayang dalam
mendidik sebab
untuk mendidik
adalah
menghadirkan kasih
sayang berbeda
halnya dengan
hanya dikasih
pengajaran.
Cara yang
dilakukan
dalam
mengambil
peran
sebagai
pengganti
orang tua
8. Contoh
keislaman
yang dikenalka
P: apa saja contoh keislaman
yang dikenalkan?
J: Disini hari raya besar selalu
merayakan kaya pawai satu
muharam terus kaya mauled
kita ceritakan kisah nabi 365
nabi Muhammad selama
minggu pertama menuju ke
hari maulid terus pawai
keliling komplek, terus pas
idul adha anak-anak bikin
prakarya kambing teru bikin
ketupat anak-anak masukin
beras terus proses ketupat dari
beras terus makan bersama-
sama hasilnya
Merayakan hari
besar Islam,
menceritakan kisah
nabi-nabi, pawai.
Nilai-nilai
keislaman
(Yohana)
9. Cara
mengenalkan
keislaman
kepada anak
P: bagaimana cara ibu
mengenalkan keislaman
kepada anak?
J: Dengan cerita tentang nabi,
segala sesuatu aktifitas disini
kita wajibkan anak baca doa
seperti masuk keluar kamar
mandi mau tidur baca doa mau
Cara mengenalkan
nilai keislaman
adalah dengan
berkisah tentang
nabi, menganjurkan
baca doa ketika
akan memulai
melakukan aktifitas,
Cara
mengenalk-
an nilai
keislaman
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/K
onsep
makan baca doa ya seperti iu
kita setiap aktivitas disini kita
awali dengan baca doa
10
.
Hambatan
komunikai
dalam
mengasuh
anak di
daycare
P: apa saja hambatan
komunikasi yang dialami?
J: Anak baru sih yang ada
kendalanya kaya rara karena
dia diem jadi kita ngomong
apa dia ga ngerti jadi harus
kita arahkan kaya kita bilang
rara kursinya dirapihkan dia
masih belum paham akhirnya
harus kita arahkan rara kursi
kursinya rapihkan baru dia
paham
Terdapat anak baru
yang pasif sehingga
harus terus
diarahkan.
Hambatan
komunikas-i
(Yohana)
OPEN CODING - TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber Keempat
Topik Riset: Tahapan Penetrasi Sosial ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan
nilai-nilai Islami
Konsep : Identifikasi Informan, Orientasi, Pertukaran Eksploratif, Pertukaran
Afektif, Pertukaran Stabil.
Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2019
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
1. Perkenalan
Diri Narsum
P: nama lengkap ibu siapa?
J: Ibu Neni
P: tempat tanggal lahir ibu?
J: Semarang 5 Juli 1987
P: Aalamat ibu?
J: Komplek Pasak Pondok
Aren
P: Sudah berapa lama ibu
bergabung di Himawari?
J: Akhir 2017
Latar belakang
narasumber:
Neni
Usia: 32 tahun
Alamat:
Komplek
Pasak Pondok
Aren
Staus/jabatan:
ibu asuh kelas
empat tahun
Identifikasi
informan
2. Pendekatan
dengan anak-
anak yang
pertama kali
datang dan
waktu yang
dibutuhkan
untuk anak
beradaptasi
P: Bagaimana pendekatan
ibu dengan anak yang baru
pertama kali datang?
J: kaya rara itu kali ya tadi
ya itu gimana ya sebenernya
tergantung anak sih
sebenrnya ini anak nurut
Cuma yaitu kadang pas pagi
karena datangnya nangis
datengnya tidur tapi karena
datang pagi ya kadang ada
juga anak yang agak susah
dia gamau di deketin gamau
disentuh yah itu lama
banget.
Pendekatan
yang
dilakukan
kepada anak
adalah
beriteraksi
dengan
pertanyaan
yang sifatnya
umum. Dan
pembiasaan
anak-anak
untuk cepat
beradptasi di
daycare
tergantung
Orientasi
(Nur Aini )
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
Ya kita iniin aja ajak buju,
rayu pelan-pelan kita turutin
maunya apa biasanya kan
anak pertama gamau masuk
kelas lansung maunya main
ya kita turutin main dulu
selama beberapa hari kalau
udah mau ya kita ajak masuk
langsung.
Kaya kita nanya namanya
siapa kamu suka ga main ini
main little pony, atau main
hamtaro lebih ajak ke
mainan sih. Kalo kaka besar
rata-rata kita rayu pake
mainan lama-lama dia
bakalan luluh.
P: bagaimana sikap anak
ketika pertama kali datang?
J: kalo kaya Rara dia
pertama kali datang nangis.
Apa-apa harus dilayani
Makan pun juga gamau
langsung buka mulut lebar
jadi sedikit harusnya kan 4
taun udah pandai jadi karena
pola dirumah gitu karena
kan anak tergantung gimana
polanya dirumah kan
P: Butuh waktu berapa lama
agar anak terbiasa di
daycare?
J: Tergantung sesuai dengan
kemampuan anak kaya anak
si vici itu dia lama buat
adaptasi hampir sebulan itu
emang dia karena dia itu
tipe-tipe yang baru pertama
dengan
kemampuan
anak untuk
bersosialisasi.
(Nur Aini)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
kali dititipin jadi awalnya itu
emang dia kaya gitu
susahhhh banget jadi hampir
sebulan buat adaptasi dan
main sama temen-temenya
jadi dia selama masa itu
sukanya sendiri karena
emang bener-bener gamau
gabung Kalo disuruh pun
gamau dia nangis karena kita
gaboleh memaksa anak jadi
ampe anak itu nyaman dulu
P: Jadi saya mau mengambil
tiga sample di kelas empat
tahun anak yang aktif, anak
yang diam dan yang biasa-
biasa saja. Yang memiliki
kriteria tersebut siapa aja
yah bu?
J: Mereka itu lebih kaya
gabisa diem kalo kelas
empat ada yang aktif
namanya Ibam, yang diam
Rara dan yang biasa saja
Salsa
P: bagaimana cara awal
pendekatan ibu dengan
Ibam?
J: Dia itu kaya lebih gabisa
diem dan cerewet anaknya
aktif gak yang bandel tapi
bnyk ngomong dan banyk
gerak tapi ga ngelukain
temenya. Dia dari kelas udah
megang dari kelas dua dia
anknya gampng mau sama
siapa aja krena anaknya suka
(Nur Aini )
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
ngobrol banyak tanya suka
salting sendiri suka nanya
nanya yang g penting.
P: Butuh waktu berapa lama
agar anak ini dekat dengan
ibu?
J: Cepet sehari juga udah
Deket karena gampang
P: bagaimana cara awal
pendekatan ibu dengan
Rara?
J: Rara Belom mau
ngomong kalo ditanya juga
sama sekali gajawab disuruh
makan diem aja ga jawab
kaya harusnya jawab iya Bu
mau makan tapi ini enggak
dan mukanya biasa datar flat
kalo ketawa ya ketawa main
Ama temenya tapi ga
ngomong kalo pendekatan
Sama siapa aja mau. Tapi
satu kalo dateng dia ngantuk
dia nangis tapi ga bilang
langsung nangis aja ga
ngomong ngeluarin air mata
P: Butuh waktu berapa lama
agar Rara dekat dengan ibu?
J: cepet sama guru lain mau
(Nur Aini )
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
anaknya nurut diajak apa aja
mau tapi yaitu ga ngomong
P: Bagaimana cara awal
pendekatan ibu dengan
Salsa?
J: Sebenernya dia di kelas
tiga tapi gamau masuk
akhirnya di kelas empat
sebenernya gampang tapi
awalnya gamau masuk kelas
akhirnya mulai mau main
ngobrol Sama temen
temenya
3. Proses anak
membuka diri
P: Apakah pernah Ibam
curhat tentang masalah
pribadi ?
J: Dia tuh suka keseringan
anaknya cerita kalo
mamahnya di dalam
perutnya ada adenya terus
seneng jalan kemana terus
seneng dibeliin sepatu terus
ada Ade sepupu dia juga
cerita.
P: Apakah pernah Rara
curhat masalah pribadi?
J:Gak pernah orang
ngomong aja gamau
P: Apakah pernah Salsa
Pertukaran
eksploratif
(Nur Aini )
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
curhat masalah pribadi?
J: Pernah dia cerita Kya
dirumah ngapain dia gasuka
temen temenya siap aja
anaknya gampang sih
P: Pernah gak bu ada anak
yang marah sama ibu?
J: ada kaya si vici juga sama
anaknya juga lebai kadang
kalau di tegur gabaik atau
pas solat gerakanya gabener
dia langsung bilang galak
galak, terus bilang ke
mamahnya nunjuk-nunjuk
katanya kalau kita benerin
dia bilangnya dicubit.
Ibu Neni
menerangkan
proses
pembukaan
diri anak
ketika ada
anak yang
ketika ditegur
tidak terima
dan berbicara
bahwa ibu
Neni galak
4. Anak mulai
bercerita
masalah
pribadi
Pemberian
Solusi ketika
ditemukan
masalah
P: Biasanya kalau Ibam ada
masalah biasanya dia
langsung cerita apa ibu yang
memulai? Biasanya anak ini
suka cerita apa sama ibu?
J: tiba tiba udah keliatan
mukanya gaenak tapi kita
harus Tanya dulu kenapa
bam? Entar dia langsung
cerita iya nenek belom
pulang dari Padang dia cerita
masalah yang ada di rumah.
P: Biasanya kalau Rara ada
masalah biasanya dia
langsung cerita apa ibu yang
memulai? Biasanya anak ini
suka cerita apa sama ibu?
J:Gak pernah orang
ngomong aja gamau
Pemberian
solusi
dilakukan
ketika terdapat
anak yang
berkelahi
kemudian
diberikan
pilihan atas
solusi yang
dikeluarkan
ibu asuh.
Pertukaran
afektif
(Nur Aini )
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
P: Biasanya kalau Salsa ada
masalah biasanya dia
langsung cerita apa ibu yang
memulai? Biasanya anak ini
suka cerita apa sama ibu?
J: Dari mukanya keliatan
kalo muknya gaenak kita
tanya kenapa kak pengen
dijemput jam segini tapi kata
ayah begini
P: Biasanya kalau anak ada
bertengkar bagaimana cara
ibu melerainya?
J: Biasa anak berantem
karena mainan sih sukanya
suka ngadu bu yona emir
begini begitu tapi ga main
fisik sih. Terus biasanya
kaya si ibam saya tanya
kenapa si bam? Emang emir
kenapa ? Ini si emir terus
dia jelasin biasanya kan si
emir anaknya suka main
mobil oh begitu iya
gantianya tadi kan ibam
udah sekarang emir terus
saya suka bilang mainya
bersama-sama kalau enggak
nanti ibu ambil
(Nur Aini)
5. Bisa
memahami
perilaku anak P: Pernah gak ibu kan Ibam
pribadinya aktif biasanya
ceria namun tiba-tiba pada
suatu waktu dia berperilku
sebaliknya? Pada saat itu ibu
langsung paham tanpa
menanyai sebab apa
ditanya?
J: Pernah sih paling sakit
doang kaya tiduran itu juga
Ibu asuh dapat
memahami
perilaku anak
yang mana
karakter anak
tersebut
memang
bersifat
berlebihan
sehingga
ketika anak
tersebut
menunjukan
Pertukaran
Stabil
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
kemaren doang dia suka
bilang anaknya suka bilang
kaya ibam lagi sakit sakit
perut ibam.
P: Apakah ibu bisa
memahami sesuatu yang
terjadi dengan anak ini
hanya melihat dari wajah?
J: Bisa sih kalo dia
datengnya biasa aja ga
semangatt berati ga mood ntr
kita Tanya tapi Kalo dia
datangnya udah semangat
salamualikum langsung buka
pintu berati lagi baik-baik
aja
P: Apakah ibu bisa
memahami sesuatu yang
terjadi dengan Rara hanya
melihat dari wajah?
J: Bisa sih mukanya polos
banget anaknya polos beda
dari yang lain dia diem aja
kalo ditany diem aja kalo dia
kalo pengen sesuatu dia kaya
nyentuh nyolek gitu nunjuk
tapi dia ga ngomong kalo
mau pipis juga ga ngomong
dia cuman gerak gerik mau
pipis
P: Pernah gak ibu kan Salsa
pribadinya biasanya ceria
namun tiba-tiba pada suatu
waktu dia berperilku
sebaliknya? Pada saat itu ibu
langsung paham tanpa
menanyai sebab apa
ditanya?
J: pernah paling marah
sama temenya kaya marah
sikap tidak
baik ibu asuh
mengerti
bahwa anak
tersebut
bersikap
seperti itu
disebabkan
karena
karakternya.
(Nur Aini )
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
biasa kaya tadi diem solat
kenapa ka Emir tuh bacanya
cepet cepet salsa gabisa
ngikutin sama temenya juga
marah biasa aja
P: Pernah gak bu ada anak
yang marah sama ibu?
J: kaya si vici juga sama
anaknya juga lebai kadang
kalau di tegur gabaik atau
pas solat gerakanya gabener
dia langsung bilang galak
galak, terus bilang ke
mamahnya nunjuk-nunjuk
katanya kalau kita benerin
dia bilangnya dicubit
6. Metode/cara
khusus agar
anak mau
mengikuti
instruksi
P: bagaimana cara ibu/
adakah metode khusus agar
anak mau mengikuti apa
yang ibu instruksikan?
J: Biasanya metodenya kita
main tepuk jadi sebelum
memulai pelajaran biasalah
cara anakanak 4 taun cara
menertibkanya dengan
bertepuk, bercerita jadi kalau
saya kan fokusnya di hafalan
jadi di umur 4 tahun ini
anak-anak hafalanya banyak
doa pendek, hadits murojaah
juz 30 disini kan al fil.
Salah satunya ada anak kaya
vici dia itu kurang suka
kurang interest sama hafalan
tapi kan itu disini wajib
karena kitaposisi islam jadi
tergantung kondisi orang
tuanya karena dia
orangtuanya dokter dan suka
pulang malam jadi dirumah
tidak diulangi lagi yang
Komunikasi
persuasive
yang
dilakukan ibu
asuh adalah
dengan main
tepuk
maksudnya
adalah ketika
kegiatan sudah
mau dimulai
untuk
mengalihkan
perhatian
anak-anak dari
apapun selalin
dirinya adalah
dengan
bertepuk
sehingga ibu
asuh dapat
menertibkan
anak untuk
memulai
kegiatan.
Cara
persuasive
(Nur Aini )
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
diajarkan disini jadi
tergantung kondisi orang
tuanya juga jadi ga cuman
disini tapi dirumah juga
harus ada timbal baliknya
Basanya perayat surat al-fil
hari ini ita hafalan surat al fil
ya kita kasih tau surat alfil
ada berapa surat terus
terjemahanya yang biasaya
saya kisahkan ke anak-anak
7. Upaya yang
dilakukan ibu
asuh dalam
mengambil
peran sebagai
orang tua
pengganti
P: Sebagai pengganti orang
tua, upaya /cara apa yang ibu
lakukan agar anak-anak bisa
merasa dekat seperti dengan
orang tua sendiri?
J: Ya kita harus
mendidiknya dengan kasih
sayang lemah lembut kalau
kita tidak menghadirkan
kasih sayang itu hanya
pengajaran saja bukan
mendidik karena guru harus
mengajar dan mendidik
bukan hanya mentransfer
ilmu saja
Dengan
menghadirkan
kasih sayang
dalam
mendidik
sebab untuk
mendidik
adalah
menghadirkan
kasih sayang
berbeda
halnya dengan
hanya dikasih
pengajaran.
Cara yang
dilakukan
dalam
mengambil
peran
sebagai
orangtua
(Nur Aini)
8. Contoh
keislaman
yang dikenalka
P: apa saja contoh keislaman
yang dikenalkan?
J: Disini hari raya besar
selalu merayakan kaya
pawai satu muharam terus
kaya mauled kita ceritakan
kisah nabi 365 nabi
Muhammad selama minggu
pertama menuju ke hari
maulid terus pawai keliling
komplek, terus pas idul adha
Merayakan
hari besar
Islam,
menceritakan
kisan nabi,
praktik sholat,
pawai,
prakaraya
dalam
merayakan
hari besar
Nilai-nilai
Islami
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
anak-anak bikin prakarya
kambing teru bikin ketupat
anak-anak masukin beras
terus proses ketupat dari
beras terus makan bersama-
sama hasilnya
9. Cara
mengenalkan
keislaman
kepada anak
P: bagaimana cara ibu
mengenalkan keislaman
kepada anak?
J: Kita selalu setiap datang
kta ajarkan utuk memberi
salam pulang pun seperti itu
kaya salim dengan guru-
gurunya kalau si rara itu
memang agak suli t harus
pendekatan secara individu
soalnya di kan udah
termasuk ketinggalan ya dia
bener-bener masih bawah
banget jadi kita sebenernya
keberatan juga jadi saya
bilang ke orang tuanya untk
diajarkan juga dirumah
Dengan
mengajarkan
sopan santun
untuk
memberi
salam dengan
ibu asuh.
Cara
mengenalk
an
keislaman
10
.
Hambatan
komunikai
dalam
mengasuh
anak di
daycare
P: P: Apa saja hambatan
komunikasi yang ibu alami?
J: Pasti ada kaya vici dia
ngomongnya belum jelas
jadi agak susah disuruh
ngikutin kaya hadits
perkataan baik jadi kata
perkataan itu belum lumrah
dan itu anak-anak susah jadi
saya ganti jadi berkata
karena anak-anak banyak
yang bilang berkata jadi
berkara oleh karena itu
mimik mulut kita sama
anak-anak harus jelas jadi
kita bilang ber- ka- ta kata
kata ditambahin ber. Jadi
harus sabar Kendalanya
kaya si rara itu ya karena dia
Hambatan
komunikasi
yang terjadi
adalah
terdapat anak
yang
bicaranya
belum lancar
dalam
mengucapkan
suatu kalimat
sehingga
penyelesaiany
a adalah
mimic mulut
harus jelas
dalam
berbicara, dan
sabar dalam
berinteraksi
Hambatan
Komunika
si.
(Nur Aini)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
si rara itu memang agak suli
t harus pendekatan secara
individu soalnya di kan udah
termasuk ketinggalan ya dia
bener-bener masih bawah
banget jadi kita sebenernya
keberatan juga.
dengan anak-
anak.
(Nur Aini S.)
OPEN CODING - TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber kelima
Topik Riset: Tahapan Penetrasi Sosial ibu asuh dengan anak asuh dalam mengenalkan
nilai-nilai Islami
Konsep : Identifikasi Informan, Orientasi, Pertukaran Eksploratif, Pertukaran
Afektif, Pertukaran Stabil.
Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2019
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
1. Perkenalan
diri Narsum
P: Nama lengkap kaka siapa?
J: Nurul Safitri
P: Tempat tanggal lahir kaka?
J: Februari 1998
P: Alamat Kakak?
J: Peninggilan Japos
P: sudah berapa lama kaka
bergabung di Himawari?
J: sejak Oktober 2018
Latar belakang
narsum:
Nurul safitri
Usia: 21 tahun
Alamat:
Peninggilan
Japos
Bergabung:
Oktober 2018
Status/jabatan:
ibu asuh kelas
tiga tahun
Identifikasi
informan
2. pendekatan
dengan anak
yang pertama
kali datang
dan waktu
yang
dibutuhkan
anak untuk
beradaptasi
P: Bagaimana cara awal pendekatan
ibu dengan Noval?
J: noval iitu anaknya jahil udah kita
bilangin entar dia nurut tapi kalo
misalkan kita galiatinn dia iseng
lagi nanti temenya Siapa gitu marah
karena dia orangnya jail selalu
ngejailin temenya pasti dia ada aja
tingkahnya pendekatan saya
panggil saya samperin ngomong
empat mata abis dibilangin nurut
tapi besoknya gitu lagi
Pendekatan
yang
dilakukan
adalah
membuat anak
tenang dan
nyaman.
Sebab setiap
anak yang
pertama kali
datang selalu
menangis. Dan
proses
adaptasi yang
dialami anak-
anak di
daycare antara
Orientasi
(Nurul S)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
P: Butuh waktu berapa lama agar
anak ini dekat dengan ibu?
J: gak tentu juga yak karena dia gak
deket sama semua guru dia random
sama siapa aja mau dia ga nempel
sama guru
P: Bagaimana cara awal pendekatan
ibu dengan Baim?
J: Baim orangnya pendiam banget
seuaranya ga keluar Sam sekali
sampe sekarang cuman kata kata
yang penting aja padahal dirumah
dia ngomong tapi karena disini dia
masih Malu jadi tetep diem. Kesini
saya kasih tau Baim kalo ditanya
jawab ada suara kan jadi jawab
temen temen disini kalo ditanya
jawab. Akhirnya setelah itu dia
jawab iya iya aja Baim mau pipis
iya mau makan iya sering kita tanya
jawabnya iya aja. Sampe sekarang
juga diem aja sih di baru 3 bulan
disini
P: Butuh waktu berapa lama agar
anak ini dekat dengan ibu?
J: Terlalu diem anaknya sama guru
juga ga ngedeketin cuma senyum
senyum aja anaknya banyak
senyum.
P: Bagaimana cara awal pendekatan
ibu dengan Thariq?
J: Susah dideketin karena harus
percaya dulu orangnya gabisa
langsung percaya Sama guru baru.
Kaya waktu itu saya baru dateng
buka pintu dia langsung nangis
dua minggu
sampai satu
bulan
(Nurul S)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
padahal saya ga ngapa2in
pendekatanya kita tanya aja so
Deket aja tanya tadi ngapain
dirumah kalo lagi main sama
temenya ikut aja nimbrung tapi
akhirnya dia mulai mau cerita cerita
P: Butuh waktu berapa lama agar
anak ini dekat dengan ibu?
J: Satu Bulan
P: Bagaimana pendekatan ibu
dengan anak yang pertama kali
datang?
J: Kita sih biasanya kalau yang baru
datang biasanya lebih sering nangis
jadi kita coba aja tenangin aja
biasanya kalo lebih sering di
tenangin anak akan deket ke kita
P: Bagaimana sikap anak ketika
pertama kali datang?
J: Biasanya nangis, susah dan
gamau buat ikut kegiatan, gamau
makan, gamau tidur siang biasanya
tergantung anak juga buat dia
nyaman dulu kalau dia datang mau
main dulu yaudah biarin aja dulu
main.
P: Butuh waktu berapa lama agar
anak terbiasa di daycare?
J: Kalo cepet beradaptasi Biasanya
2 minggu udah engga tapi ada yang
sampe 1 bulan karna susah
beradptasi. Kalau yang susah
beradptasi itu biasanya sifat
anaknya diem, gamau main bareng,
sibuk sendiri tapi kalau disuruh
(Nurul S)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
nurut dan ngikutin kalau ibu guru
ngasih perintah atau minta tolong
alaupun adaptasinya lama.
3. Proses anak
membuka
diri
P: Apakah pernah Noval curhat
tentang masalah pribadi ?
J:Iya paling suka cerita kaya
kemaren jalan jalan kemana gitu
kemaren Noval pergi sama bunda
Kemaren Noval pergi sama ayah
lewat jalan tol
P:apakah pernah Baim curhat
masalah pribadi?
J: Gak pernah kita tanya dulu kaya
Baim dirumah ngapain main
jawabnya singkat karena diem
banget marah ngmbek juga
gapernah
P: Apakah Thariq pernah curhat
masalah pribadi?
J: Pernah sih di kalo ada apa apa
dirumahnya selalu cerita tanpa
diminta cerita tiba tiba kaya nanti
Thariq mau jalan jalan setiap hari
pasti ada cerita
P: pernah gak ka ada yang marah
Anak mulai
membuka diri
dengan
mengatakan
kemauanya
kepada ibu
asuh.
Pertukaran
eksploratif
(
(Nurul S)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
sama kaka?
J: ya itu banyak sering. Tiba-
tibamarah tiba-tiba nangis saya
tanya tanya kenapa marah, kenapa
nangis kalau dia jawab mau ini
yaudah kalo mau ini jangan marah
jangan nangis kalau gak nangis
nanti dikasih kalau yang gampang
cepet langsung kalau yang lama dia
marah dorong-dorong kursi kalau
gitu ya kita Tanya terus
4.
Pemberian
solusi ketika
ditemukan m
asalah
P: Biasanya kalau ada masalah
Noval langsung cerita apa ibu yang
memulai? Biasanya anak ini suka
cerita apa sama ibu?
J: Biasanya dia diem aja kalo lagi
ada masalah dia ga mood tapi cepet
nanti dia ceria lagi jadi harus
ditanya
P: Biasanya kalau ada masalah
Baim langsung cerita apa ibu yang
memulai? Biasanya anak ini suka
cerita apa sama ibu?
J: Gak pernah kita tanya dulu kaya
Baim dirumah ngapain main
jawabnya singkat karena diem bgt
marah ngambek juga gapernah
P: Biasanya kalau ada masalah
Thariq langsung cerita apa ibu yang
memulai? Biasanya anak ini suka
cerita apa sama ibu?
J: kalo ada apa apa dirumahnya dia
selalu cerita tanpa diminta cerita
tiba tiba
P: bagaimana cara ibu melerai
ketika ada anak yang bertengkar?
Ibu asuh
memberi
solusi ketika
Pertukaran
afektif
(Nurul S)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
J: biasanya rebutan mainan atau
mau sama guru yang lain kemudian
saya bilangin tidak boleh memukul,
tidak boleh rebutan, berbagi harus
sama-sama , disini kita sama-sama
berbagi dengan teman
anak
bertengkar
dengan
perlakukan
verbal yang
membuat anak
dapat
meredamkan
kemarahanya.
5. Bisa
memahami
perilaku yang
terjadi
dengan anak
P: Pernah gak bu? Noval
pribadinya biasanya ceria namun
tiba-tiba pada suatu waktu dia
berperilku sebaliknya? Pada saat itu
ibu langsung paham tanpa
menanyai sebab apa ditanya?
J: enggak pernah berubah biasanya
harus ditany jadi saya galangsung
tau tapi gasemua ngasih penjelasan
biasanya diem dulu. Dia gapernah
marah jadi gapernah cerita buruk.
Kalo diem biasanya dia lagi kurang
fit
P: Pernah gak bu? Baim pribadinya
biasanya pendiam namun tiba-tiba
pada suatu waktu dia berperilku
sebaliknya? Pada saat itu ibu
langsung paham tanpa menanyai
sebab apa ditanya?
J: Enggak sih gapernah ngerengek
anaknya nurutnya banget Kaya
Baim makan ini ya iya
P: Pernah gak bu? Thraiq
pribadinya biasanya ceria namun
tiba-tiba pada suatu waktu dia
berperilku sebaliknya? Pada saat itu
ibu langsung paham tanpa
menanyai sebab apa ditanya?
J: Kadang dia kalo dateng mukanya
muram pasti gara gara temenya
gamasuk atau pasti karena yang
Ibu asuh dapat
memahami
perilaku anak
yang menjauh
dan tidak mau
diajak atau
disuruh.
Pertukaran
stabill
(Nurul S)
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
nganter. Terus kalo udah gerak
gerak tanganya pasti karena takut
P: Apakah ibu bisa memahami
sesuatu yang terjadi dengan Noval
hanya melihat dari wajah?
J: Bisa dia paling kelitan kalo lagi
tkut biasanya kalo takut dia
dipojokan udah ngerasa dulun dia
kalo udah buat salah dan bisanya
kalo ketemu orang baru mukanya
langsung berubah tegang
P:Apakah ibu bisa memahami
sesuatu yang terjadi dengan Baim
hanya melihat dari wajah?
J: Bisa sih kaya mau pipis dia kan
ga bilang tapi keliatan kalo pingin
pipis
P: Biasanya kalau ada anak yang
badmood bagaimana
penangananya?
J: Biasaya kalo ada yang badmood
dia menjauh kita suruh ini gamau
kitaajak ini gamau yaudah Kita
ajakin ngobrol aja, kita pangku kita
Tanya kenapa dan biasanya mereka
ngobrol sendiri nanti
(Nurul S)
6. Metode/cara
khusus agar
anak mau
mengikuti
instruksi
P: Bagaimana cara ibu / adakah
metode khusus agar anak-anak mau
mengikuti apa yang ibu
instruksikan di daycare?
J: Kaya misalkan saya minta tolong
ikutin kegiatan dia gamau yaudah
kita kasih perjanjian mau apa?
Komunikasi
persuasive
yang
dilakukan ibu
asuh dalam
meminta anak
untuk
melakukan
kegiatan
Cara
persuasive
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
Kenapa gamau ikut kegiatan terus
anak jawab yaudah nanti ya abis
belajar
adalah dengan
perjanjian jika
terdapat anak
yang tidak
mau
mengikuti
kegiatan.
7. Upaya yang
dilakukan ibu
asuh dalam
mengambil
peran sebagai
orang tua
pengganti
P: Sebagai pengganti orang tua,
upaya /cara apa yang ibu lakukan
agar anak-anak bisa merasa dekat
seperti dengan orang tua sendiri?
J: Balik lagi Kita bikin nyaman
misalkan kalau dia lagi ngambek
kita balikin moodnya pokonya lebih
sering ditanya dan diajak interaksi
walaupun cerita mereka ga buat
ngerti yang penting dengerin
Membuat anak
nyaman dan
sering diajak
interaksi.
Cara yang
dilakukan
dalam
mengambil
peran
sebagai
orang tua.
8. Contoh
keislaman
yang
dikenalkan
P: Apa saja contoh keislaman yang
dikenalkan kepada anak di daycare?
J: Belajar Baca doa pendek surat
pendek, belajar solat, hadits
pendek, praktek solat
Belajar baca
doa pendek,
surat pendek,
sholat, hadits
pendek,
Nilai-nilai
Islami
9. Cara
mengenalkan
keislaman
kepada anak
P:Bagaimana cara ibu mengenalkan
keislaman kepada anak di daycare?
J: Biasanya kita pas sambilcircle
time jadi sebelum nyayi kita baca
doa baca surat jadi dia ngerasanya
tuh kaya lagi nyanyi-nyanyi aja
kaya lagi main kaya hiburan tapi
dijaddin hafalan mereka tuh juga
inget sambil main mereka sambil
baca hafalan-hafalanya tiba-tiba
lagi maen ngucapin hafalanya
Membuat
hafalan
menjadi
hiburan dan
membuat anak
merasa bahwa
ketika hafalan
adalah
bernyanyi
Cara
mengenalk
-an
keislaman
(Nurul S)
10. Hambatan
komunikai
dalam
mengasuh
P: Apa saja hambatan komunikasi
yang ibu alami dalam mengasuh
anak?
Ketika anak
menggunakan
bahasa asing
ketika
Hambatan
komunikas
-i
No Refleksi Diri
Peneliti
Isi Transkrip Keterangan Kategori/
Konsep
anak di
daycare
J: Biasanya anak-anak yang dari
rumah dibiasain bahasa luar kadang
saya kesulitan dan kadang
bicaranya masih belum jelas dan
pengucapanya ditambah kosakata
yang mereka dapat dari rumah itu
bukan kosakata bahasa Indonesia
biasanya mereka yang anak suka
nonton youtoube yang beda
bahasanya
berinteraksi
dengan ibu
asuh.
(Nurul S)
TABEL AXIAL CODING
Tahapan penetrasi sosial di Himawari Daycare
Konsep: Identifikasi Informan, Orientasi, Pertukaran Eksploratif, Pertukaran
Afektif, Pertukaran Stabil
No. Konsep Dimensi Narsum 1 Narsum 2 Narsum 3 Narsum 4 Narsum 5
1. Identifikasi
Informan
Usia,
alamat
dan
Jabatan
Usia: 28
tahun
Alamat: Jln
Suakarsa 1
Blok B No.
13 Kreo
Jabatan: ibu
asuh kelas
lima tahun
Usia: 20 tahun
Alamat: Jln.
Puri Kartika
Baru 3
Ciledug
Jabatan: ibu
asuh kelas
lima tahun
Usia: 42 tahun
Alamat: Jln.
Pesantren
Jamya
Islamiyah
Pondok Aren
Jabatan: ibu
asuh kelas
empat tahun
Usia: 32
tahun
Alamat:
Komplek
Pasak
Pondok
Aren
Jabatan: Ibu
asuh kelas
empat tahun
Usia: 21
tahun
Alamat:
Peninggilan
Japos
Jabatan: ibu
asuh kelas
tiga tahun
2. Orientasi Waktu
yang
dibutuhk
an untuk
anak
beradapt
asi
Dua minggu
sampai satu
Bulan
Satu bulan Tergatung
karakter anak
Hampir satu
bulan
Dua minggu
sampai satu
bulan
Pendekat
an
dengan
anak
yang
pertama
kali
datang
Dengan
membuat
image yang
baik agar
anak mau
bermain
dengan kita
Dengan
berinteraksi
yang sifatnya
umum seperti
bertanya nama
Dengan
menstimulasi
anak agar mau
berbicara
Dengan
menanyakan
pertanyaan
sederhana
seperti
namanya
siapa,
mainan
kesukaanya
apa dan
membiarkan
anak
melakukan
apa saja
Dengan
menenangka
n anak agar
tercipta
suasana
nyaman.
Sikap
anak
yang
pertama
kali
datang
Menangis menangis Tidur dan
mennagis
Tidur dan
menangis
Menangis
No. Konsep Dimensi Narsum 1 Narsum 2 Narsum 3 Narsum 4 Narsum 5
3. Pertukaran
eksploratif
Proses
anak
mem-
buka
anadiri
Memuncul-
kan
kepribadian
dengan
ngambek
karena
keinginan
tidak
terwujud
Memunculkan
kepribadian
dengan kesal
karena disuruh
melakukan
kegiatan lain
Memunculkan
kepribadian
dengan marah
karena ada hal
yang
menurutnya
tidak sesuai
Memuncul-
kan
kepribadian
dengan tidak
suka ketika
ditegur
Memuncul-
kan
kepribadian
dengan
marah ketika
keinginanya
tidak
terpenuhi
4. Pertukaran
Afektif
Pemberi-
an solusi
ketika
ditemu-
kan
masalah
Ketika anak
berkelahi
dicari tau
penyebabnya
kemudian
diberikan
solusi untuk
peneyelasain
ya
Ketika anak
tdiak mau
toilet training
akhirnya
diberikan
solusi untuk
dibiarkan
sampai anak
mau sendiri
Ketika anak
badmood
memberikan
solusi dengan
memangkunya
dan
menanyakan
anak apa yang
terjadi
Ketika anak
mengadu
bahwa
temanya
merebut
mainan
kemudian
diberi solusi
untuk
memilih
bermain
bersama atau
diambil
Ketika anak
berkelahi
diberikan
solusi
dengan
diberi
pemahaman
untuk harus
berbagi
5.
Pertukaran
Stabil
Bisa
memaha-
mi
perilaku
yang
sedang
terhadi
dengan
anak
Bisa, tiba-
tiba anak
tidak mau
mengikuti
perintah,
diam saja
dan marah
Bisa, dengan
melihat wajah
anak yang
terlihat
kesulitan
Bisa, dengan
melihat
tingkah laku
anak yang
pura-pura
maraha
padahal anak
itu mencari
perhatian
Bisa, melihat
perilaku
anak yang
berlebihan
yang
dapatmembu
at ibu asuh
tidak
berasumsi
negative
kepada anak
Bisa, anak
menjauh dan
diam saja
No. Konsep Dimensi Narsum 1 Narsum 2 Narsum 3 Narsum 4 Narsum 5
6.
Cara
persuasive
Metode/
cara
khusus
agar
anak
mau
mengiku
-ti
instruksi
Tidak
melakukan
pemaksaan
terhadap
anak
Memberikan
pengertian
tentang
kegunaan
suatu barang
Dengan
bertepuk
untuk melatih
fokus
Anak
Dengan
bertepuk
untuk
melatih
fokus anak
Dengan
mebuat
perjanjian
dengan anak
7.
Cara yang
dilakukan
dalam
mengambil
peran
orangtua
Upaya
yang
dilakuka
n ibu
asuh
dalam
mengam
bil peran
sebagai
orang
tua
penggan
ti
Menanamka
n
kepercayaan
dengan anak
dengan
membuat
anak
nyaman
Dengan
emmbuat anak
nyaman
Dengan
menanamkan
kasih sayang
bahwa dalam
pengasuhan
dan
pendidikan
etrdapat kasih
sayang bukan
hanya
pengajaran
saja
Dengan
menanamka
n kasih
sayang
bahwa
dalam
pengasuhan
dan
pendidikan
etrdapat
kasih sayang
bukan hanya
pengajaran
saja
Dengan
memberikan
rasa nyaman
ke anak.
8.
Nilai-nilai
Keislaman
Contoh
keislama
n yang
dikenalk
an
Diperdengak
an murotal
dari baby,
diajarkan
gerakan
solat, bacaan
solat,
dibacakan
kisah kisah
nabi,
diajarkan
menghafal
hafalan surat
pendek dan
doa sehari
Diperdengaka
n murotal dari
baby,
diajarkan
gerakan solat,
bacaan solat,
dibacakan
kisah kisah
nabi, diajarkan
menghafal
hafalan surat
pendek dan
doa sehari-hari
Diperdengaka
n murotal dari
baby,
diajarkan
gerakan solat,
bacaan solat,
dibacakan
kisah kisah
nabi, diajarkan
menghafal
hafalan surat
pendek dan
doa sehari-hari
Diperdengak
an murotal
dari baby,
diajarkan
gerakan
solat, bacaan
solat,
dibacakan
kisah kisah
nabi,
diajarkan
menghafal
hafalan surat
pendek dan
doa sehari
Diperdengak
an murotal
dari baby,
diajarkan
gerakan
solat, bacaan
solat,
dibacakan
kisah kisah
nabi,
diajarkan
menghafal
hafalan surat
pendek dan
doa sehari
No. Konsep Dimensi Narsum 1 Narsum 2 Narsum 3 Narsum 4 Narsum 5
9.
Cara
mengenalk
-an
keislaman
Cara
mengena
lkan
keislama
n
kepada
anak
Mengenalka
n dengan
dibacakan
dan meminta
anak untuk
mengikuti
Lakuin
rutinitas itu
setiap hari dan
berulang
dengan
diperdengarka
n jadi anak-
anak akan
terus inget
Dengan cerita
tentang nabi,
segala sesuatu
aktifitas disini
mewajibkan
anak baca doa
seperti masuk
keluar kamar
mandi mau
tidur baca doa
mau makan
baca doa ya
seperti iu
setiap datang
selalu di
ajarkan utuk
memberi
salam
pulang pun
seperti itu
Ketikacircle
time jadi
sebelum
nyayi kita
baca doa
baca surat
jadi dia
ngerasanya
tuh kaya lagi
nyanyi-
nyanyi aja
kaya lagi
main kaya
hiburan tapi
dijaddin
hafalan
mereka
10.
Hambatan
Komunika-
si
Hambat-
an
komunik
ai dalam
mengasu
h anak
di
daycare
Speech
Delay
Kontak mata Komunikan
pasif
Bicara yang
belum jelas
Penggunaan
bahasa
Ingris
DOKUMENTASI
Bersama Wakil kepala Himawari Daycare
Wawancara bersama ibu asuh kelas 4 tahun
Wawancara bersama ibu asuh kelas 5 tahun
Wawancara bersama ibu asuh kelas 5 tahun
Wawancara bersama ibu asuh kelas tiga tahun
Foto Bersama kaka kelas 5 tahun