Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

86
PENDAHULUAN KOMUNIKASI Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Gambar 1.1 menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal komunikasi. Komunikasi mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa. Gambaran ini juga menunjukkan adanya beberapa komponen komunikasi yang 1

Transcript of Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

Page 1: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

PENDAHULUAN

KOMUNIKASI

Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang,

jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian

tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi

mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima

pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu,

mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan

balik.

Gambar 1.1 menggambarkan apa yang dapat kita namakan model

universal komunikasi. Komunikasi mengandung elemen-elemen yang ada dalam

setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi,

antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa. Gambaran

ini juga menunjukkan adanya beberapa komponen komunikasi yang terlibat.

Selain itu untuk mendapatkan proses komunikasi yang baik tidak bisa dilepaskan

dari pengaruh lingkungan.

1

Page 2: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

2

Gambar 1.1 Model Universal Komunikasi (PPSDM Depkes RI, 2006)

Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik

individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak,

komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia, paling tidak sejak ia dilahirkan

sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada

saat bayi dilahirkan adalah tanda komunikasi (Widjaja, 1986).

Sementara itu, untuk mejalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan

saling pengertian sesama anggota masyarakat. Dalam hal ini faktor komunikasi

memainkan peran penting, apalagi bagi manusia modern. Manusia modern yaitu

manusia yang cara berpikirnya berdasarkan logika dan rasional (penalaran) dalam

melaksanakan segala kegiatan dan aktivitasnya. Kegiatan dan aktivitas itu akan

Gangguan

PesanUmpan balik

Sumber atau

enkoder

Penerima atau

dekoder

Sumber atau

enkoder

Penerima atau

dekoder

Umpan balikPesan

Saluran atau

media

Saluran atau media

Konteks (Lingkungan)

Page 3: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

3

terselenggara dengan baik melalui proses komunikasi antar manusia. Komunikasi

menjadi bahan dari kehidupan manusia. Berhasilnya suatu komunikasi ialah

apabila kita menegtahui dan mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam

proses komunikasi. Unsur-unsur yang dimaksud adalah sumber (resource), pesan

(message), saluran (channel, media) dan penerima (receiver, audience).

Dalam proses komunikasi bersamaan tersebut diusahakan melalui tukar

menukar pendapat, penyampaian pesan informasi, serta perubahan sikap dan

perilaku. Pada hakekatnya setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur tersebut

yaitu sumber pesan, saluran, dan penerimaan, disamping masih terdapat pula

unsur pengaruh (effect) dan umpan balik (feedback). Setiap komunikasi senatiasa

menambah efek positif atau efektivitas komunikasi. Komunikasi tanpa efektivitas

adalah komunikasi yang tidak bertujuan. Efek dalam komunikasi adalah

perubahan yang terjadi pada diri penerima (komunikan atau khalayak), sebagai

akibat pesan yang diterima baik langsung maupun tak langsung maupun media

massa jika perubahan itu sesuai dengan keinginan komunikator, maka komunikasi

itu disebut efektif (Anwar Arifin; 1984).

Komunikasi terapeutik hubungan antara dokter dengan pasien dapat

diaplikasikan dengan sesuatu yang disebut anamnesis, yakni deskripsi pasien

tentang penyakit atau keluhannya, termasuk alasan berobat.

PENGERTIAN

Beberapa ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

Page 4: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

4

1. Menurut Book (1980) dimana ahli ini mengkhususkan human

communication menyampaikan bahwa komunikasi adalah suatu

transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang mengendalikan

lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama

manusia. (2) melalui pertukaran informasi. (3) untuk menguatkan sikap

dan tingkah laku orang lain. (4) serta berusaha mengubah sikap dan

tingkah laku.

2. Komunikasi adaslah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan,

dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata ,

gambar, figur grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi

itulah yang biasanya di sebut komunikasi. ( Bernard Berelson dan Bary

A,Stener)

3. Setiap tindakan komunikasi di pandang sebagai suatu transmisi

informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber

kepada penerima. (Thedore M. Newcomb).

4. Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang

(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang

verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). ( Carl I.

Hovland)

5. Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan

kepada penerima dengan niat yang di sadari untuk mempengaruhi

perilaku penerima. (Gerald R Miller)

Page 5: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

5

6. Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber

kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah

tingkah laku mereka. (Everett M. Rogers).

7. Komunikasi  (internasional) adalah suatu proses menyortir, memilih

dan mengirimkan simbol-simbol sedemikia rupa sehingga membantu

pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang

serupa dengan yang di maksudkan komunikator. ( Raymond S. Ross)

Dari definisi di atas ternyata tidak hanya satu definisi yang memberi

pengertian mengenai komunikasi tetapi bisa di ambil kesimpulan bahwa

komunikasi mengandung unsur: Sumber (sources), pegirim (sender), penyandi

(encoder), komunikator (communicator), dan pembicara (speaker). Sehingga akan

menarik sekali untuk terus menggali tentang definisi komunikasi.

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

Dalam pembahasan yang lalu kita mendefinisikan komunikasi dan

menjelaskan beberapa komponen komunikasi. Selanjutnya kita akan menggali

sifat atau hakikat atau karakteristik komunikasi dengan menyajikan delapan

prinsip komunikasi. Memahami prinsip-prinsip ini sangat penting untuk

memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya.

1. Komunikasi adalah paket isyarat

Perilaku komunikasi, apakah ini melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh,

atau kombinasi dari keduanya, biasanya terjadi dalam "paket". Biasanya, perilaku

verbal dan nonverbal saling memperkuat dan mendukung. Semua bagian dari

Page 6: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

6

sistem pesan biasanya bekerja bersama-sama untuk mengkomunikasikan makna

tertentu. Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan kata-kata sementara seluruh

tubuh kita bersikap santai. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil

tersenyum. Seluruh tubuh baik secara verbal maupun nonverbal bekerja bersama-

sama untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita.

Dalam segala bentuk komunikasi, apakah antarpribadi, kelompok kecil,

pidato di muka umum, atau media masa, kita kurang memperhatikan sifat paket

dari komunikasi. Ia berlalu begitu saja. Tetapi bila ada ketidakwajaran bila jabatan

tangan yang lemah menyertai salam verbal, bila gerak-gerik gugup menyertai

pandangan yang tajam, bila kegelisahan menyertai ekspresi nyaman dan santai

kita memperhatikannya. Selalu saja kita mulai mempertanyakan ketulusan, dan

kejujuran orang yang bersangkutan.

Pesan yang kontradiktif

Bayangkanlah seseorang yang mengatakan "Saya begitu senang bertemu

dengan anda," tetapi. berusaha menghindari kontak mata langsung dan melihat

kesana-kemari untuk mengetahui siapa lagi yang hadir. Orang ini mengirimkan

pesan yang kontradiktif. Kita menyaksikan pesan yang kontradiktif (juga dinamai

"pesan berbaur" oleh beberapa penulis) pada pasangan yang mengatakan bahwa

mereka saling mencintai tetapi secara nonverbal melakukan hal-hal yang saling

menyakiti, misalnya datang terlambat untuk suatu janji penting, mengenakan

pakaian yang tidak disukai pasangannya, menghindari kontak mata, atau tidak

saling menyentuh.

Page 7: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

7

Pesan-pesan tersebut ada juga yang mengatakan sebagai "diskordansi"

(discordance) merupakan akibat dari keinginan untuk mengkomunikasikan dua

emosi atas perasaan yang berbeda. Sebagai contoh, anda mungkin menyukai

seseorang dan ingin mengkomunikasikan perasaan positif ini, tetapi anda juga

tidak menyukai orang itu dan ingin mengkomunikasikan perasaan negatif ini juga.

Hasilnya adalah anda mengkomunikasikan kedua perasaan itu, satu secara verbal

dan lainnya secara nonverbal.

2. Komunikasi adalah proses penyesuaian

Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan

sistem isyarat yang sama. Ini jelas kelihatan pada orang-orang yang menggunakan

bahasa berbeda. Anda tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain jika

sistem bahasa anda berbeda. Tetapi, prinsip ini menjadi sangat relevan bila kita

menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem isyarat yang

persis sama. Orang tua dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki perbedaan kata

yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang

mereka gunakan.

Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang

lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami apa

artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali

isyarat-isyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan seringkali

membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang di

maksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau

dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang itu.

Page 8: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

8

3. Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan

Komunikasi, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, berkaitan dengan

dunia nyata atau sesuatu yang berada di luar (bersifat ekstern bagi) pembicara dan

pendengar. Tetapi, sekaligus, komunikasi juga menyangkut hubungan di antara

kedua pihak. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada

bawahannya, "Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini." Pesan sederhana ini

mempunyai aspek isi (kandungan, atau content) dan aspek hubungan (relational).

Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan yaitu,

bawahan menemui atasan setelah rapat. Aspek hubungan menunjukkan bagaimana

komunikasi dilakukan. Bahkan penggunaan kalimat perintah yang sederhana

sudah menunjukkan adanya perbedaan status di antara kedua pihak Atasan dapat

memerintah bawahan. Ini barangkali akan lebih jelas terlihat bila kita

membayangkan seorang bawahan memberi perintah kepada atasannya. Hal ini

akan terasa janggal dan tidak layak karena melanggar hubungan normal antara

atasan dan bawahan.

Dalam setiap situasi komunikasi, dimensi isi mungkin tetap sama tetapi

aspek hubungannya dapat berbeda, atau aspek hubungan tetap sama sedangkan

isinya berbeda. Sebagai contoh, atasan dapat mengatakan kepada bawahan

"Sebaiknya anda menjumpai saya setelah rapat ini" atau "Dapatkah kita bertemu

setelah rapat ini?" Dalam kedua hal, isi pesan pada dasarnya sama artinya, pesan

dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan perilaku yang sama tetapi

dimensi hubungannya sangat berbeda. Dal kalimat pertama, jelas tampak

hubungan atasan dengan bawahan, bahkan terasa kesan merendahkan bawahan.

Page 9: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

9

Pada yang kedua, atasan mengisyaratkan hubungan yang lebih setara dan

memperlihatkan penghargaan kepada bawahan.

Ketidakmampuan membedakan dimensi isi dan hubungan

Banyak masalah di antara manusia disebabkan oleh ketidakmampuan

mereka mengenali perbedaan antara dimensi isi dan hubungan dalam komunikasi.

Perbedaan atau perselisihan yang menyangkut dimensi isi relatif mudah

dipecahkan: Relatif mudah untuk memeriksa fakta yang dipertengkarkan. Sebagai

contoh, kita dapat memeriksa buku atau bertanya kepada seseorang tentang apa

yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, pertengkaran yang menyangkut dimensi

hubungan jauh lebih sulit diselesaikan, sebagian karena kita jarang sekali mau

mengakui bahwa per tengkaran itu sesungguhnya menyangkut soal hubungan,

bukan soal isi.

4. Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer

Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer. Dalam hubungan

simetris dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang

tercermin pada perilaku yang lainnya. Jika salah seorang mengangguk, yang lain

mengangguk, jika yang satu menampakkan rasa cemburu, yang lain

memperlihatkan rasa cemburu; jika yang satu pasif, yang lain pasif. Hubungan ini

bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada meminimalkan perbedaan di

antara kedua orang yang bersangkutan.

Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam bentuk persaingan dan

perebutan pengaruh di antara dua orang. Masing-masing orang dalam hubungan

simetris perlu menegaskan kesebandingan atau keunggulannya dibanding yang

Page 10: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

10

lain. Hubungan simetris bersifat kompetitif; masing-masing pihak berusaha

mempertahankan kesetaraan atau keunggulannya dari yang lain. Jika, misalnya,

salah satu pihak mengatakan bahwa sesuatu itu harus dilakukan dengan cara

tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia tidak

cukup kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan.

Terjadilah perebutan pengaruh. Tentu saja, kericuhan ini sebenarnya tidak

menyangkut tentang bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Kericuhan lebih

menyangkut tentang siapa yang berhak memutuskan. Kericuhan ini lebih

menyangkut siapa pihak yang lebih kompeten. Seperti dapat dengan mudah

dipahami, tuntutan pengakuan akan kesetaraan (atau keunggulan) seringkali

menimbulkan pertengkaran dan permusuhan.

Dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang

berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku

komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di antara

kedua pihak dimaksimumkan. Orang menempati posisi yang berbeda; yang satu

atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat, yang

lain lemah . Pada masanya, budaya membentuk hubungan seperti ini misalnya,

hubungan antara guru dan murid, atau antara atasan dan bawahan. Walaupun

hubungan komplementer umumnya produktif di mana perilaku salah satu mitra

melengkapi atau menguatkan perilaku yang lain, masih ada masalah. Salah satu

masalah dalam hubungan komplementer, yang dikenal baik oleh banyak

mahasiswa, adalah yang disebabkan oleh kekakuan yang berlebihan. Sementara

hubungan komplementer antara seorang ibu yan melindungi dan membimbing

Page 11: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

11

dengan anaknya yang sangat bergantung kepadanya pada suatu saat sanglt penting

dan diperlukan untuk kehidupan si anak, hubungan yang sama ketika anak ini

beranjak dewasa menjadi penghambat bagi pengembangan anak itu selanjutnya.

Perubahan yang begitu penting untuk pertumbuhan tidak dimungkinkan terjadi.

5. Rangkaian komunikasi dipunkuasi

Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal

dan akhir yang jelas. Sebagai pemeran serta atau sebagai pengamat tindak

komunikasi, kita membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab dan

akibat, atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan

arus kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil. Kita

menamai beberapa di antaranya sebagai sebab atau stimulus dan lainnya sebagai

efek atau tanggapan.

Setiap tindakan merangsang tindakan yang lain. Masing-masing tindakan

berfungsi sebagai stimulus bagi yang lain. Tetapi, tidak ada stimulus awal.

Masing-masing kejadian dapat dianggap sebagai stimulus dan masing-masing

kejadian dapat pula dianggap sebagai efek, tetapi tidak bisa ditentukan mana yang

stimulus dan mana yang tanggapan. Jika kita menghendaki komunikasi efektif

jika kita ingin memahami maksud orang lain maka kita harus melihat rangkaian

kejadian seperti yang dipunktuasi orang lain. Selanjutnya, kita harus menyadari

bahwa punktuasi kita tidaklah mencerminkan apa yang ada dalam kenyataan,

melainkan merupakan persepsi kita sendiri yang unik dan bisa keliru.

Page 12: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

12

Komunikasi adalah proses transaksional

Komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa

komunikasi merupakan suatu proses, hahwa komponen-komponennya saling

terkait, dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu

kesatuan atau keseluruhan.

Komunikasi adalah proses

Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupun kita

mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu yang statis,

yang diam, komunikasi tidak pernah seperti itu. Segala hal dalam komunikasi

selalu membuat kita akan berubah termasuk orang yang kita ajak berkomunikasi,

dan lingkungan kita.

Komponen-komponen komunikasi saling terkait

Dalam setiap proses transaksi, setiap komponen berkaitan secara integral

dengan setiap komponen yang lain. Komponen komunikasi saling bergantung,

tidak pernah independen: Masing-masing komponen dalam kaitannya dengan

komponen yang lain. Sebagai contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa penerima,

tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak akan umpan balik tanpa adanya

penerima. Karena sifat saling bergantung ini, perubahan pada sembarang

komponen proses mengakibatkan perubahan pada komponen yang lain. Misalnya,

anda sedang berbincang-bincang dengan sekelompok teman, kemudian ibu anda

datang masuk ke kelompok. Perubahan "khalayak" ini akan menyebabkan

perubahan-perubahan lain. Barangkali anda atau teman-teman anda akan

mengubah bahan pembicaraan atau mengubah cara membicarakannya. Ini juga

Page 13: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

13

dapat mempengaruhi berapa sering orang tertentu berbicara, dan seterusnya. Apa

pun perubahan yang pertama, perubahan-perubahan lain akan menyusul sebagai

akibatnya.

Komunikator bertindak sebagai satu kesatuan

Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai

satu kesatuan yang utuh. Secara biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai

makhluk yang utuh. Kita tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya pada tingkat

emosional atau intelektual saja, karena kita tidak demikian terkotak-kotak. Kita

pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual, secara fisik dan kognitif.

Kita bereaksi dengan tubuh dan pikiran. Barangkali akibat terpenting dari

karakteristik ini adalah bahwa aksi dan reaksi kita dalam komunikasi ditentukan

bukan hanya oleh apa yang dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan

apa yang dikatakan. Reaksi kita terhadap sebuah film, misalnya, tidak hanya

bergantung pada kata-kata dan gambar dalam film tersebut melainkan pada semua

yang ada pada kita tentang pengalaman masa lalu kita, emosi kita saat itu,

pengetahuan kita, keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain. Jadi, dua

orang yang mendengarkan sebuah pesan seringkali menerimanya dengan arti yang

sangat berbeda. Walaupun kata-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap

orang menafsirkannya secara berbeda.

6. Komunikasi tak terhindarkan

Anda mungkin menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja,

bertujuan, dan termotivasi secara sadar. Dalam banyak hal ini memang demikian.

Tetapi, seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa

Page 14: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

14

berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi. Dalam situasi interaksi, anda tidak

bisa tidak berkomunikasi. Tidaklah berarti bahwa semua perilaku merupakan

komunikasi; misalnya, jika sang murid melihat ke luar jendela dan guru tidak

melihatnya, komunikasi tidak terjadi.

Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita tidak bisa tidak

menanggapi pesan dari orang lain. misalnya, jika kita melihat seseorang melirik

ke arah kita, kita pasti bereaksi dengan cara tertentu. Seandainyapun kita tidak

bereaksi secara aktif atau secara terbuka, ketiadaan reaksi ini sendiri pun

merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa tidak bereaksi. Sekali

lagi, jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi.

7. Komunikasi bersifat tak reversibel

Anda dapat membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu. Sebagai

contoh, anda dapat mengubah air menjadi es dan kemudian mengembalikan es

menjadi air, dan anda dapat mengulang-ulang proses dua arah ini berkali-kali

sesuka anda. Proses seperti ini dinamakan proses reversibel. Tetapi ada sistem lain

yang bersifat tak reversibel (irreversible). Prosesnya hanya bisa berjalan dalam

satu arah, tidak bisa dibalik. Anda, misalnya, dapat mengubah buah anggur

menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi anda tidak bisa mengembalikan sari

anggur menjadi buah anggur. Komunikasi termasuk proses seperti ini, proses tak

reversibel. Sekali anda mengkomunikasikan sesuatu, anda tidak bisa tidak

mengkomunikasikannya. Tentu saja, anda dapat berusaha mengurangi dampak

dari pesan yang sudah terlanjur anda sampaikan; anda dapat saja, misalnya,

mengatakan, "Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar bermaksud

Page 15: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

15

mengatakan seperti itu." Tetapi apa pun yang anda lakukan untuk mengurangi

atau meniadakan dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri, sekali telah

dikirimkan dan diterima, tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah Indonesia yang

mengatakan, nasi telah menjadi bubur.)

Prinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala

macam bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam

situasi konflik, kita perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang

mungkin nantinya ingin kita tarik kembali. Pesan yang mengandung komitmen

suatu pesan "aku cinta kepadamu" dengan segala macam variasinya juga perlu

diperhatikan , lika tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu

posisi yang mungkin nantinya kitt sesali. Dalam situasi komunikasi publik atau

komunikasi masa, di mana pesan-pesan didengar oleli ratusan, ribuan, bahkan

jutaan orang, sangatlah penting kita menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak

reversibel.

MODEL KOMUNIKASI

Pada proses Komunikasi, banyak melalui perkembangan. Poses

komunikasi melalui model-model komunikasi itu sendiri, yaitu:

1. Model Komunikasi Aristoteles

Aristoteles menerangkan tentang model komunikasi dalam bukunya

Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan berjalan jika terdapat 3 unsur

utama:

a. Pembicara, yaitu orang yang menyampaikan pesan

Page 16: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

16

b. Apa yang akan dibicarakan (menyangkut Pesan nya itu sendiri)

c. Penerima, orang yang menerima pesan tersebut.

2. Model Komunikasi David K.Berlo

Dalam model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri

dari 4 Proses Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver)

lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan.

Proses utama adalah sebagai berikut:

a. Source (sumber), sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau

dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber

biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumber juga

melibatkan banyak individu. Misalnya, dalam organisasi, partai, atau

lembaga tertentu. Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender,

atau encoder.

b. Message (pesan), pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai

dan disampaikan oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat

menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat

propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu verbal dan

nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media

komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message, Content, atau

Information

c. Channel (media dan saluran komunikasi), sebuah saluran komunikasi

terdiri atas 3 bagian yaitu lisan, tertulis, dan elektronik. Media disini

adalah sebuah alat untuk mengirimkan pesan tersebut. Misalkan secara

Page 17: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

17

personal (komunikasi interpersonal), maka media komunikasi yang

digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media telepon, telegram,

handphone, dimana media ini bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi

yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak

(koran, surat kabar, majalah, dll), sedangkan media elektornik dapat

menggunakan internet, TV dan radio. Namun untuk internet, termasuk

media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa.

Karena, internet mencakup segalanya. Jika anda membuka website maka

media ini bersifat massal, namun jika anda chatting melalui yahoo

messenger, maka media ini bersifat interpersonal, dan jika anda

menuliskan Blog (blogging atau menulis diary), media ini bisa berubah

menjadi media yang bersifat intrapersonal (kepada diri sendiri).

d. Receiver (penerima pesan), Penerima adalah orang yang mendapatkan

pesan dari komunikator melalui media. Penerima adalah elemen yang

penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi. Karena, penerima

menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. Penerima dapat juga disebut

sebagai public, khalayak, masyarakat, dll.

Sedangkan yang termasuk proses sekunder adalah:

a. Feedback (umpan balik), umpan balik adalah suatu respon yang diberikan

oleh penerima. Penerima disini bukan dimaksudkan kepada penerima

sasaran (khalayak), namun juga bisa didapatkan dari media itu sendiri.

Misal, kita sebagai seorang penulis mengirimkan sebuah artikel kepada

suatu media massa. Lalu, bisa saja artikel kita ternyata bagus, namun ada

Page 18: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

18

beberapa hal yang harus di edit. Sehingga, pihak media mengembalikan

artikel kita untuk di edit ulang.

b. Efek, sebuah komunikasi dapat menyebabkan efek tertentu. Efek

komunikasi adalah sebuah respon pada diri sendiri yang bisa dirasakan

ketika kita mengalami perubahan (baik itu negatif atau positif) setelah

menerima pesan. Efek ini adalah sebuah pengaruh yang dapat mengubah

pengetahuan, perasaan, dan perilaku (Kognitif, afektif, dan konatif)

c. Lingkungan, adalah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya

suatu komunikasi. Situasi Lingkungan terjadi karena adanya 4 faktor :

i. Lingkungan Fisik (letak geografis dan jarak)

ii. Lingkungan Sosial Budaya (adat istiadat, bahasa, budaya, status

sosial)

iii. Lingkungan Psikologis (pertimbangan kejiwaan seseorang ketika

menerima pesan)

iv. Dimensi Waktu (musim, pagi, siang, dan malam)

3. Model Komunikasi Bovee dan Thill

Bovee dan Thill dalam bukunya Bussiness Communication Today,

menjelaskan bahwa proses komunikasi merupakan tahapan dari kegiatan.

Terdapat 5 tahapan:

a. Pengirim memiliki sebuah ideataugagasan. Komunikasi diawali dengan

adanya gagasan dari seorang pengirim, yang ingin disampaikan pada

penerima pesan tersebut.

Page 19: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

19

b. Ide dirubah menjadi pesan. ide bersifat abstrak dan tidak terstruktur,

sehingga tidak dapat dibaca oleh oraglain. Maka dari itu, pengirim harus

mengubah idenya tersebut menjadi sebuah pesan agar dapat dimengerti

oleh orang lain. Perubahan ide menjadi suatu pesan dinamakan

ENCODING.

c. Pemindahan pesan. Setelah sebuah ide diubah menjadi pesan, maka pesan

teresebut harus dipidahkan kepada penerima dengan berbagai bentuk

komunikasi (verbal, nonverbal, lisan atau tertulis), dan media

komunikasinya (tatap muka, telepon, surat, laporan, dll)

d. Penerima menerima pesan. Penerima pesan menginterpretasikan pesan

yang diterima.

e. Penerima pesan mengirimkan umpan balik. Umpan balik merupakan

sebuah elemen perantai pesan. Sebagai pengirim pesan, kita harus

mengevaluasi apa yang sebenarnya dipikirkan oleh penerima pesan.

Apakah pesan kita efektif apa tidak. Jika pesan kita ternyata tidak efektif,

maka pesan harus diulang.

Page 20: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

20

KOMUNIKASI EFEKTIF

PENGERTIAN

Yang dimaksudkan dengan komunikasi efektif menurut Steward L Tubbs

dan Sylvia Moss meliputi:

a. Pengertian: adalah penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang

dimaksudkan oleh comunicator.

b. Kesenangan: pada dasarnya komunikasi bukan sekedar penyampaian

informasi saja dan membentuk adanya saling pengertian, namun

komunikasi juga ditujukan untuk mendapatkan kehangatan dalam interaksi

dengan informasi atau pesan yang menyenangkan orang lain.

c. Mempengaruhi sikap: domain utama proses komunikasi sesungguhnya

adalah mempengaruhi sikap orang lain, untuk dapat mempengaruhi orang

lain maka diperlukan suatu pendekatan psikologis berupa emotional

appeals, ini bisa dilakukan apabila dalam komunikasi melakukan

pendekatan psikologis.

d. Hubungan sosial yang baik: komunikasi ditujukan untuk mencipatakan

hubungan sosial yang terbina dengan baik. Pada konteks berserikat dan

berasosiasi (inclusion) maka diperlukan komunikasi untuk bisa

meneguhkan hubungan antar anggota kelompok. Pada konteks ingin

menguasai dan dikuasai (control). Sementara itu pada konteks affection

yaitu ingin dicintai dan mencintai perlu mutlak komunikasi agar

kebutuhan tersebut dapat terungkapkan.

Page 21: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

21

e. Tindakan: mempengaruhi orang lain dapat berhasil apabila orang tersebut

melakukan tindakan nyata seperti apa yang di inginkan dan ini merupakan

indikator terkahir selain empat item terurai di atas. Tindakan merupakan

akumulasi dari proses komunikasi dan ini memerlukan pengetahuan

mekanisme faktor psikologi yang mempengaruhi tindakan seseorang.

SYARAT KOMUNIKASI EFEKTIF

Untuk mencipkatan komunikasi efektif diperlukan beberapa hal, yaitu:

1. Kontak Mata.

Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap

lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini

merupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik

pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan kontak mata sepanjang

pembicaraan, agar lawan bicara anda tak merasa diabaikan.

2. Ekspresi Wajah.

Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah

mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang.

Sebagai contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan kasih-

sayang, mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran, mengernyitkan

dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua emosi dan

berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi yang

berbeda yang tergambar di wajah. Jadi saat melakukan komunikasi

tunjukan ekspresi bahwa anda tertarik dengan bahan pembicaraan.

Page 22: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

22

3. Postur Tubuh.

Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan

kekuatan meyakinkan dari anda. Mereka bisa jadi semacam tambahan

untuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada secara

verbal. Sebagai contoh: menundukan kepala menunjukkan penyelesaian

pernyataan, mengangkat kepala menunjukkan akhir pertanyaan, terlalu

sering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan sedang bergegas atau

kebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik anda saat melakukan

komunikasi dengan lawan bicara.

4. Selera Berbusana.

Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang

berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik.

Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat dampak

pasti pada proses komunikasi. Kita semua berbusana dan mungkin banyak

diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal kecil ini memiliki

peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan bagaimana cara

berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampun komunikasi kita.

Menurut Stephen Covey, komunikasi merupakan ketrampilan yang paling

penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar

dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi

kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak

memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. Kita tidak pernah dengan

secara khusus mempelajari bagaimana menulis dengan efektif, bagaimana

Page 23: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

23

membaca dengan cepat dan efektif, bagaimana berbicara secara efektif, apalagi

bagaimana menjadi pendengar yang baik. Bahkan untuk yang terakhir, yaitu

ketrampilan untuk mendengar tidak pernah diajarkan atau kita pelajari dalam

proses pembelajaran yang kita lakukan baik di sekolah formal maupun pendidikan

informal lainnya.

Stephen Covey menekankan konsep kesalingtergantungan

(interdependency) untuk menjelaskan hubungan antar manusia. Unsur yang paling

penting dalam komunikasi bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita

katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan

kepada penerima pesan. Jika kata-kata ataupun tulisan kita dibangun dari teknik

hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian), bukan dari diri kita yang

paling dalam (etika karakter), orang lain akan melihat atau membaca sikap kita.

Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh

yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat. Berusaha benar-benar

mengerti orang lain. Ini adalah dasar dari apa yang disebut emphatetic

communication (komunikasi empatik). Ketika kita berkomunikasi dengan orang

lain, kita biasanya ”berkomunikasi” dalam salah satu dari empat tingkat. Kita

mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius membangun hubungan yang

baik. Kita mungkin berpura-pura. Kita mungkin secara selektif berkomunikasi

pada saat kita memerlukannya, atau kita membangun komunikasi yang atentif

(penuh perhatian) tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam diri kita. Bentuk

komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik, yaitu melakukan komunikasi

Page 24: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

24

untuk terlebih dahulu mengerti orang lain memahami karakter dan

maksudatautujuan atau peran orang lain.

Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecil begitu penting dalam suatu

hubungan, hal-hal yang kecil adalah hal-hal yang besar. Menjelaskan harapan,

penyebab dari hampir semua kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan

yang bertentangan atau berbeda sekitar peran dan tujuan. Harapan harus

dinyatakan secara eksplisit. Meminta maaf dengan tulus ketika anda membuat

penarikan. Memperlihatkan integritas pribadi. Integritas pribadi menghasilkan

kepercayaan dan merupakan dasar dari banyak jenis deposito yang berbeda.

Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang

efektif. Karena tidak ada persahabatan atau team work tanpa ada kepercayaan

(trust), dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada integritas. Integritas mencakup

hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran (honesty). Kejujuran mengatakan

kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas adalah

menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan

kejujuran bersifat pasif.

HUKUM KOMUNIKASI EFEKTIF

Pada pelaksanaan komunikasi efektif terdapat hukum komunikasi efektif

(the 5 inevitable laws of efffective communication) yang harus dipenuhi. Hukum

tersebut dikembangkan dan dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan

esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau

meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya

Page 25: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

25

bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati,

tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. Hukum tersebut adalah:

1. Respect.

Sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita

sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang

pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Prinsipnya manusia

ingin dihargai dan dianggap penting. Bahkan menurut Dale Carnegie

dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar

yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia

adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang

ahli psikologi, William James, juga mengatakan bahwa “Prinsip paling

dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.” Dia

mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun

keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus

dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak

tergoyahkan.

2. Empathy.

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi

atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama

dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan

atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh

orang lain.

Page 26: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

26

Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai

salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan

untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand

– understand then be understood to build the skills of empathetic listening

that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan

Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain

terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang

kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.

Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan

(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan

(receiver) menerimanya.

3. Audible.

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan

baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun

mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan

yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Dalam

komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara

atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

4. Clarity.

Adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi

interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula

berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu

mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau

Page 27: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

27

disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari

penerima pesan atau anggota tim kita.

5. Humble.

Artinya adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait

dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain,

biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Pada intinya

antara lain: sikap yang penuh melayani (Customer First Attitude), sikap

menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan

memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela

memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta

mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Salah satu konsep World Health Organization (Organisasi Kesehatan

DuniaatauWHO) tentang kriteria seorang dokter yang baik adalah “Comunicator”,

yang berarti mampu mempromosikan gaya hidup sehat melalui penjelasan dan

advokasi efektif. Seorang dokter untuk menjadi seorang ”Comunicator” yang baik

diperlukan sikap profesionalisme seorang dokter, yaitu:

1. Terbuka. Dokter yang profesional adalah sosok yang terbuka pada

pasiennya. Dengan kata lain, dia mau memberikan berbagai informasi

yang dibutuhkan seorang pasien, baik diminta ataupun tidak. Dokter juga

mampu memberikan penjelasan dengan baik dan benar. Tidak ada

keterangan yang sengaja ditutup-tutupi sehingga pasien tahu pasti apa

masalah yang dialaminya.

Page 28: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

28

2. Bersedia mendengarkan pasien. Dokter juga hendaknya mau

mendengarkan keluhan dan menanggapi pertanyaan pasiennya.

Komunikasi yang terjalin tidak berlangsung satu arah atau sepihak saja.

Dokter tidak hanya memberikan instruksi, tapi alangkah baiknya

menampung dan memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi

pasien.

3. Punya waktu cukup. Agar dapat memberikan informasi yang lengkap

dan bisa mendengarkan keluhan pasiennya, tentunya dokter butuh waktu

yang cukup. Dokter harus selalu bersedia menjelaskan pada pasien dan

keluarganya bagaimana kondisinya, mendiskusikan bagaimana strategi

pengobatannya, membantu pasien mengambil keputusan karena hak

memilih pengobatan ada di tangan pasien. Tentunya dengan dokter

memberikan informasi yang sejelas-jelasnya tentang untung-rugi sebuah

pengobatan dengan baik akan mengurangi angka kejadian tidak puasnya

pasien pada dokter. Namun kenyataannya hari ini, prosedur tersebut

menjadi sangat langka dan amat sulit untuk ditemui dalam praktek dokter

dinegeri ini. Hari ini, low-trust society sedang menghinggapi kita.

Page 29: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

29

KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER-PASIEN

PENGERTIAN dan TUJUAN

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan

oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa

mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter,

tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan

komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari.

Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien

pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses

penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh

dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin

bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya

bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.

Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak

memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit

waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin

sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif

antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter

dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien,

berdasarkan kebutuhan pasien.

Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum

disiapkan untuk melakukannya. Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran

Page 30: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

30

gigi, membangun komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi prioritas.

Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna

memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau keluarganya. Melalui

pemahaman tentang hal-hal penting dalam pengembangan komunikasi dokter-

pasien diharapkan terjadi perubahan sikap dalam hubungan dokter-pasien.

Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk

mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih

memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien

bagi keduanya (Kurtz, 1998).

PENDEKATAN

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan

komunikasi yang digunakan:

1. Disease centered communication style atau doctor centered

communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam

usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik

mengenai tanda dan gejala-gejala.

2. Illness centered communication style atau patient centered communication

style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang

penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini

termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang

menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.

Page 31: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

31

Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan,

serta kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak

memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style.

Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan

melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya

menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri

dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan

berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.

Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic

Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa

pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam

batasan definisi berikut:

a. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a

physician cognitive capacity to understand patient’s needs),

b. Menunjukkan afektifitas atau sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien

(an affective sensitivity to patient’s feelings),

c. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan atau menyampaikan

empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to

patient).

Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati

yang dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System

(ECCS) Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut:

Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien

Page 32: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

32

a. Mengacuhkan pendapat pasien

b. Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien

seperti “Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya,

lebih baik operasi saja sekarang.”

Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu

“A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan

badan, menyiapkan alat, dan lain-lain

Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit

a. Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”

b. Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?

Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien

“Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau

menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”

Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien

“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha

Anda untuk menyempatkan berolah raga”

Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and

experience) dengan pasien.

“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua.

Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah

kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir”

Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut

pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.

Page 33: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

33

MODEL

Prof. Dr. L. Jan Slikerveer dari Universitas Leiden Belanda

menyampaikan model komunikasi antara dokter pasien adalah:

1. Model of Activity – Passivity Relationship

Diibaratkan seperti komunikasi antara orang tua dengan anak kecil atau

anak balita, dimana dokter bertindak sebagai orang tua yang aktif

memerintah ini itu, dan pasien sebagai anak kecil yang hanya menurut dan

tidak dapat mengungkapkan berbagai keluhan rasa sakit yang dia rasakan

dan menyebabkan dia berobat ke dokter.

2. Model of Guidance – Cooperation Relationship

Diibaratkan seperti komunikasi antara orang tua dengan anak yang sudah

beranjak dewasa. orang tua tetap penentu kebijakan tunggal, namun

bersifat arahan bukan perintah

3. Model of Mutual – Participation Relationship

Diiibarat dua orang yang bekerjasama. saling melengkapi satu sama lain.

Dokter bukanlah satu-satunya pihak aktif, karena pasien juga aktif dalam

menyampaikan berbagai hal yang ingin dia ungkapkan kepada dokter

sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

4. Model of Provider – Consumer Relationship

Pasien diibaratkan sebagai konsumen. dimana “konsumen adalah raja” dan

dokter adalah pelayan. jadi tugas dokter adalah memberikan pelayanan

terbaiknya untuk si konsumen.

Page 34: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

34

Model yang disarankan untuk diterapkan dalam komunikasi kesehatan

tentunya model ketiga dan keempat. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat

kesehatan masyarakat, karena berbagai survei sudah membuktikan bahwa

sebenarnya salah satu faktor penting yang menentukan kesembuhan pasien adalah

sikap positif yang ditunjukkan oleh sang dokter dalam berkomunikasi dengan

sang pasien.

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan

komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition,

Depkes RI, 1999).

S = Salam

A = Ajak Bicara

J = Jelaskan

I = Ingatkan

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.

Salam:

Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu

untuk berbicara dengannya.

Ajak Bicara:

Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong

agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan

bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta

mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun

tertutup dalam usaha menggali informasi.

Page 35: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

35

Jelaskan:

Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin

diketahuinya, dan yang akan dijalaniataudihadapinya agar ia tidak terjebak oleh

pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai

penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.

Ingatkan:

Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan

berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian

akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk

persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti

benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua

belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.

Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti

sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah

perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,

2003). Model proses komunikasi digambarkan Schermerhorn, Hunt & Osborn

(1994) sebagai berikut:

Page 36: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

36

Sumber (source) atau kadang disebut juga pengirim pesan adalah orang

yang menyampaikan pemikiran atau informasi yang dimilikinya. Pengirim pesan

bertanggungjawab dalam menerjemahkan ide atau pemikiran (encoding) menjadi

sesuatu yang berarti, dapat berupa pesan verbal, tulisan, dan atau non verbal, atau

kombinasi dari ketiganya. Pesan ini dikomunikasikan melalui saluran (channel)

yang sesuai dengan kebutuhan.

Pesan diterima oleh penerima pesan (receiver). Penerima akan

menerjemahkan pesan tersebut (decoding) berdasarkan batasan pengertian yang

dimilikinya. Dengan demikian dapat saja terjadi kesenjangan antara yang

dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima pesan yang

disebabkan kemungkinan hadirnya penghambat (noise). Penghambat dalam

pengertian ini bisa diakibatkan oleh perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau

pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa, dan lainnya.

Page 37: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

37

Pada saat menyampaikan pesan, pengirim perlu memastikan apakah pesan

telah diterima dengan baik. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi agar

pesan diterima dengan baik dan memberikan umpan balik (feedback) kepada

pengirim. Umpan balik penting sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak

terjadi salah interpretasi.

Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan

sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian. Pasien

sebagai pengirim pesan, menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab

pertanyaan dokter sesuai pengetahuannya. Sementara dokter sebagai pengirim

pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan penyakit, rencana

pengobatan dan terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi, serta dampak dari

dilakukan atau tidak dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini, dokter

bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan.

Sebagai penerima pesan, dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan

setiap pernyataan pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud oleh pasien,

dokter sesekali perlu membuat pertanyaan atau pernyataan klarifikasi. Mengingat

kesenjangan informasi dan pengetahuan yang ada antara dokter dan pasien, dokter

perlu mengambil peran aktif. Ketika pasien dalam posisi sebagai penerima pesan,

dokter perlu secara proaktif memastikan apakah pasien benar-benar memahami

pesan yang telah disampaikannya.

Misalnya dalam menginterpretasikan kata “panas”. Dokter yang

mempunyai pasien berumur dua tahun memesankan kepada ibu pasien, “Kalau dia

panas, berikan obatnya.” Pengertian panas oleh ibu pasien mungkin saja berbeda

Page 38: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

38

dengan yang dimaksudkan oleh dokter. Dokter perlu mencari cara untuk

memastikan si ibu mempunyai pemahaman yang sama, misalnya dengan

menggunakan ukuran yang tepat, yaitu termometer. Dokter mengajarkan cara

menggunakan termometer untuk mengetahui keadaan anaknya. Si ibu diminta

memberikan obat yang telah diresepkan dokter kepada anaknya apabila suhu

tubuh anak mencapai angka tertentu yang dimaksud dokter mengalami “panas”.

Dalam dunia medik, warna yang berbeda, ukuran yang berbeda, rasa yang

berbeda bisa jadi merupakan hal yang amat vital, karena bisa membedakan

intensitas radang, intensitas nyeri, yang pada akhirnya bermuara pada perbedaan

diagnosis maupun jenis obat yang harus diminum. Peran dokter sebagai fasilitator

pembicaraan amat penting agar tidak terjadi salah interpretasi.

APLIKASI KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER-PASIEN

Sikap Profesional Dokter

Sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan

dengan tugasnya (dealing with task), yang berarti mampu menyelesaikan tugas-

tugasnya sesuai peran dan fungsinya; mampu mengatur diri sendiri seperti

ketepatan waktu, pembagian tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain

(dealing with one-self); dan mampu menghadapi berbagai macam tipe pasien serta

mampu bekerjasama dengan profesi kesehatan yang lain (dealing with others). Di

dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap profesional ini penting untuk

membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter, yang merupakan

landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif (Silverman, 1998). Sikap

Page 39: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

39

profesional ini hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama

proses konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi.

Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:

1. Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.

2. Memanggilataumenyapa pasien dengan namanya.

3. Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,

menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak

lelah).

4. Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas atau perannya (apakah dokter

umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan

tumbuh kembang, dan lain-lain).

5. Menilai suasana hati lawan bicara

6. Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah atau mimik, gerak atau

bahasa tubuh) pasien

7. Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna

menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.

8. Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi

yang tidak perlu.

9. Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap

menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.

10. Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau

pengambilan keputusan.

11. Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak.

Page 40: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

40

12. Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua

belah pihak.

13. Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.

Sesi Pengumpulan Informasi

Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu sesi

pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi

penyampaian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter dapat

terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau

motivasi dan konseling) secara prematur. Akibatnya pasien tidak melakukan

sesuai anjuran dokter. Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada

sesi penggalian informasi telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) dan

digambarkan dalam sebuah model yang sangat sederhana dan aplikatif.

a. Kotak 1: Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang

dikemukakan oleh dokter (Patient takes the lead through open ended

question by the doctor)

b. Kotak 2: Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup atau

terstruktur yang telah disusunnya sendiri (Doctors takes the lead through

closed question by the doctor).

c. Kotak 3: Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan

negosiasi kedua belah pihak (Negotiating agenda by both).

Page 41: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

41

Sesi penggalian informasi terdiri dari:

1. Mengenali alasan kedatangan pasien

Alasan kedatangan pasien belum tentu keluhan utama secara medis

(Silverman, 1998). Inilah yang disebut dalam kotak pertama model Van Dalen

(2005). Pasien menceritakan keluhan atau apa yang dirasakan sesuai sudut

pandangnya (illness perspective). Pasien berada pada posisi sebagai orang yang

paling tahu tentang dirinya karena mengalaminya sendiri. Sesi ini akan berhasil

apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif (active listerner). Pendengar

yang aktif adalah fasilitator yang baik sehingga pasien dapat mengungkapkan

kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini akan

membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang merupakan data-

data penting untuk menegakkan diagnosis.

a. Sampai di bagian tubuh mana hal tersebut dirasakan? (radiation)

b. Bagaimana karakteristik dari nyerinya, berdenyut-denyut? Hilang timbul?

Nyeri terus menerus? (character)

c. Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan kegiatan mengajar?

(severity)

d. Berapa lama nyeri berlangsung? Sebentar? Berjam-jam? Berhari-hari?

(duration)

e. Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan? Berulang-ulang? Tidak

tentu? (frequency)

Page 42: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

42

f. Apa yang membuatnya reda? Apa yang membuatnya kumat? Saat

istirahat? Ketika kerja? Sewaktu minum obat tertentu? (aggravating and

relieving factors)

g. Adakah keluhan lain yang menyertainya? (associated phenomenon)

2. Penggalian riwayat penyakit (Van Thiel, 2000)

Penggalian riwayat penyakit (anamnesis) dapat dilakukan melalui

pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian di ikuti pertanyaan tertutup yang

membutuhkan jawaban ”ya” atau ”tidak”. Inilah yang dimaksud dalam kotak

kedua dalam model Van Dalen (2005). Dokter sebagai seorang yang ahli, akan

menggali riwayat kesehatan pasien sesuai kepentingan medis (disease

perspective).

Selama proses ini, fasilitasi terus dilakukan agar pasien mengungkapkan

keluhannya dengan terbuka, serta proses negosiasi saat dokter hendak melakukan

komunikasi satu arah maupun rencana tindakan medis.

Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan:

a. Bagaimana pusing tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh?

b. Menurut Anda pusing tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu,

meminum obat tertentu, atau bagaimana menurut Anda?

Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi:

a. Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu

b. Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga

Page 43: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

43

c. Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan

pedoman Macleod’s clinical examination seperti disebutkan dalam Kurtz

(1998)

d. Di mana dirasakan? (site)

Sesi Penyampaian Informasi

Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka dokter dapat

sampai kepada sesi memberikan penjelasan. Tanpa informasi yang akurat di sesi

sebelumnya, dokter dapat terjebak kedalam kecurigaan yang tidak beralasan.

Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam

berkomunikasi dengan pasien, yaitu:

1. Materi informasi apa yang akan disampaikan

a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak

nyaman atau sakit saat pemeriksaan).

b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.

Page 44: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

44

c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan

diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek

sampingataukomplikasi.

d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk

menegakkan diagnosis.

e. Diagnosis, jenis atau tipe. (??)

f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan

masing-masing cara).

g. Prognosis.

h. Dukungan (support) yang tersedia.

2. Siapa yang akan diberi informasi

a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.

b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.

c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali atau pengampu dan

bertanggungjawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak

memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung

3. Berapa banyak atau sejauh mana informasi yang akan disampaikan

a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu

untuk disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental pasien.

b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasienataukeluarga kehendaki dan

sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan

selanjutnya.

Page 45: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

45

4. Kapan menyampaikan informasi

Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan.

5. Di mana informasi akan disampaikan

a. Di ruang praktik dokter.

b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.

c. Di ruang diskusi.

d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien atau

keluarga dan dokter.

6. Bagaimana menyampaikannya

a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak

melalui telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim

melalui pos, faksimile, SMS, internet.

b. Persiapan meliputi:

i. Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis,

prognosis sudah disepakati oleh tim);

ii. Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang

lalu lalang, suara gaduh dari tvatauradio, telepon;

iii. Waktu yang cukup;

iv. Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh

keluarga atau orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir

sebaiknya lebih dari satu orang).

c. Jajaki sejauh mana pengertian pasienataukeluarga tentang hal yang akan

dibicarakan.

Page 46: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

46

d. Tanyakan kepada pasien atau keluarga, sejauh mana informasi yang

diinginkan dan amati kesiapan pasien atau keluarga menerima informasi

yang akan diberikan.

Contoh hasil komunikasi efektif:

a. Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat.

Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun

mengerti anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau

menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium,

foto rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan

kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan sebagainya).

b. Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang

dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter.

c. Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami

keterbatasan kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai

kondisi dan situasinya, dengan segala konsekuensinya.

d. Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya

pengobatan/perawatan kesehatannya.

Contoh hasil komunikasi tidak efektif:

a. Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan,

hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat dan mencatat

seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk

Page 47: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

47

kembali, atau memeriksakan ke laboratorium, foto rontgen, dan

sebagainya.

b. Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal

ia yang merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia

mengerti dan karenanya ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia

karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat

resep saja.

c. Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata sebagai objek,

bukan sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit.

d. Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak.

e. Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain.

f. Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau

komplementer atau menyembuhkan sendiri (self therapy).

KEWAJIBAN dan HAK

Kewajiban dan hak pasien

Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Paragraf 7 mengatur kewajiban dan hak pasien sebagai berikut:

Kewajiban Pasien

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya;

2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan

Page 48: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

48

4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Hak Pasien

1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain (second opinion)

3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

4. Menolak tindakan medis; dan

5. Mendapatkan isi rekam medis

Kewajiban dan Hak Dokter

Sebagaimana lazimnya suatu perikatan, perjanjian medik pun memberikan

hak dan kewajiban bagi dokter. Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

Tentang Praktik Kedokteran, hak dan kewajiban dokter atau dokter gigi terdapat

dalam paragraf 6, yaitu;

Kewajiban dokter/dokter gigi

1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;

2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian

atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan atau pengobatan;

3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan

juga setelah pasien meninggal dunia;

4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia

yakin ada orang lain yang bertugas mampu melakukannya;

Page 49: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

49

5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran atau kedokteran gigi.

Hak Dokter atau Dokter Gigi

1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai

dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;

2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar

prosedur operasional;

3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau

keluarganya;

4. Menerima imbalan jasa.

PENTINGNYA INFORMASI

Unsur-unsur yang perlu diinformasikan meliputi prosedur yang akan

dilakukan, risiko yang mungkin terjadi, manfaat dari tindakan yang akan

dilakukan, dan alternatif tindakan yang dapat dilakukan. Di samping itu perlu

diinformasikan pula kemungkinan yang dapat timbul apabila tindakan tidak

dilakukan, juga ramalan (prognosis) atau perjalanan penyakit yang diderita. Pasien

berhak mendapatkan informasi mengenai perkiraan biaya pengobatannya.

Prosedur yang akan dilakukan perlu diuraikan lagi, meliputi alat yang akan

digunakan, bagian tubuh mana yang akan terkena, kemungkinan perasaan nyeri

yang timbul, kemungkinan perlunya dilakukan perluasan operasi, dan yang

penting tujuan tindakan itu, untuk diagnostik atau terapi.

Page 50: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

50

Risiko tindakan dapat dirinci dari sifatnya, apakah mengakibatkan

kelumpuhan atau kebutaan; kemungkinan timbulnya, sering atau jarang; taraf

keseriusan, apakah kelumpuhan total atau parsial; waktu timbulnya, apakah segera

setelah tindakan dilakukan atau lebih lama lagi. Akan tetapi untuk menentukan

secara mutlak informasi yang seharusnya diberikan oleh dokter kepada pasiennya

itu sangat sulit, sebab hal itu tergantung pada keadaan pasien.

Selain itu, informasi dari dokter pun merupakan hasil diagnosis dokter

berdasarkan anamnesis atau riwayat penyakit pasien yang disusun oleh dokter dari

keterangan yang diberikan pasien secara sukarela (keluhan pasien). Keterangan

yang diperoleh dengan melakukan wawancara dengan penderita atau orang yang

mengetahui benar-benar tentang kesehatan pasien, dan berdasarkan hasil

pemeriksaan klinis pada tubuh pasien, dokter menentukan diagnosis. Dengan kata

lain, sumber informasi dokter berkaitan dengan rumusan hasil diagnosisnya

didasarkan pada informasi dari pasien mengenai keluhan-keluhan yang

dideritanya, dan didasarkan pada hasil pemeriksaan klinis tubuh pasien.

Fungsi informasi bagi dokter, menurut Verberne, adalah:

“Informasi itu tidak hanya sungguh-sungguh penting untuk memperoleh

izin/persetujuan yang disahkan oleh hukum, tetapi juga sesuatu yang

bagaimanapun menjadi hak setiap pasien, antara lain karena adanya itikad baik

yang mendasari setiap situasi perjanjian/kontrak”. Ini berarti bahwa fungsi

informasi itu adalah untuk melindungi dan menjamin pelaksanaan hak pasien

yaitu untuk menentukan apa yang harus dilakukan terhadap tubuhnya yang

dianggap lebih penting daripada pemulihan kesehatannya itu sendiri. Di samping

Page 51: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

51

itu, informasi dari dokter tersebut harus diberikan berdasarkan itikad baik dari

dokter yang bersangkutan. Dalam memberikan informasi dokter tidak hanya

memberikan informasi atas semua pertanyaan yang diajukan oleh pasien tentang

penyakitnya tetapi juga harus memberikan informasi lain, baik berdasarkan

adanya pertanyaan maupun tanpa adanya pertanyaan dari pasiennya. Sebab

berdasarkan itikad baik yang dimaksudkan di atas, berarti informasi itu

merupakan hak pasien dan kewajiban dari dokter untuk memberikannya. Namun

karena informasi dari dokter merupakan hasil diagnosis dokter yang juga

didasarkan atas informasi dari pasien, maka pasien juga mempunyai kewajiban

untuk memberikan informasi yang dilandaskan pada itikad baiknya. Informasi itu

menyangkut keluhan-keluhan yang dideritanya, termasuk juga informasi

mengenai tindakan-tindakan yang telah dilakukan dalam mengatasi keluhan itu.

Secara timbal balik hal itu juga berarti bahwa dokter berhak atas informasi atas

pasiennya tersebut. Dengan demikian, untuk terjadinya suatu transaksi terapeutik

(penyembuhan) diperlukan kerjasama yang baik antara dokter dan pasien agar

penyembuhan berhasil sebaik mungkin.

Menyadari bahwa tidak semua pasien dapat memahami informasi dari

dokter, di samping kemungkinan pasien sendiri tidak mampu mengemukakan

keluhannya karena keadaannya tidak memungkinkan, perlu diperhatikan adanya 4

kelompok pasien yang tidak perlu mendapat informasi secara langsung, yaitu:

a. Pasien yang diberi pengobatan dengan placebo yaitu merupakan senyawa

farmakologis tidak aktif yang digunakan sebagai obat untuk pembanding

atau sugesti (suggestif-therapeuticum).

Page 52: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

52

b. Pasien yang akan dirugikan jika mendengar informasi tersebut, misalnya

karena kondisinya tidak memungkinkan untuk mendengarkan informasi

yang dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatannya.

c. Pasien yang sakit jiwa dengan tingkat gangguan yang sudah tidak

memungkinkan untuk berkomunikasi (cara berpikirnya tidak realistis,

tidak bisa mendengar karena terperangkap oleh pemikirannya sendiri;

menarik diri dari lingkungan dan mungkin hidup dalam dunia angannya

sendiri, sulit kontak atau berkomunikasi dengan orang lain; tidak peduli

pada dirinya sendiri maupun orang lain/lingkungan, tidak peduli pada

tampilannya, tidak merawat diri; mengalami kesulitan berpikir dan

memusatkan perhatian, alur pikirnya tidak jelas, tidak logis; afeksi sukar

atau tidak tersentuh).

d. Pasien yang belum dewasa. Seseorang dikatakan cakap-hukum apabila ia

pria atau wanita telah berumur 21 tahun, atau bagi pria apabila belum

berumur 21 tahun tetapi telah menikah. Pasal 1330 KUH Perdata,

menyatakan bahwa seseorang yang tidak cakap untuk membuat

persetujuan adalah orang yang belum dewasa. Menurut KUH Perdata Pasal

1330, belum dewasa adalah belum berumur 21 tahun dan belum menikah.

Oleh karena perjanjian medis mempunyai sifat khusus maka tidak semua

ketentuan hukum perdata di atas dapat diterapkan. Dokter tidak mungkin

menolak mengobati pasien yang belum berusia 21 tahun yang datang

sendirian ke tempat praktiknya. Permenkes tersebut menyatakan umur 21

tahun sebagai usia dewasa. Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

Page 53: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

53

2002 Tentang Perlindungan Anak Bab 1 Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud

anak-anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun.

Pada dasarnya keberhasilan pengobatan biasanya bergantung pada

kepatuhan pasien terhadap instruksi yang diberikan oleh dokter. Menurut hasil

penelitian Davis dan Francis, jika dokter memberikan informasi sangat minim

kepada pasien, maka pasien cenderung untuk tidak mematuhi instruksi dokter.

Contoh: keputusan para ibu untuk mematuhi instruksi dokter untuk anaknya

bergantung pada kepuasan para ibu tersebut terhadap informasi yang diperoleh

dari dokter tentang penyakit anaknya. Ketidakpuasan orang tua akan timbul jika

penyebab dan keadaan penyakit anaknya tidak diketahuinya. Selain itu, adanya

kewajiban dokter untuk memberikan informasi kepada pasien sebenarnya tidak

terlepas dari kewajiban dokter untuk memperoleh atau mendapatkan informasi

yang benar dari pasien. Oleh karena itu komunikasi penting artinya dalam

hubungan pelayanan medis.

Dalam upaya menegakkan diagnosis atau melaksanakan terapi, dokter

biasanya melakukan suatu tindakan medik. Tindakan medik tersebut ada kalanya

atau sering dirasa menyakitkan atau menimbulkan rasa tidak menyenangkan.

Secara material, suatu tindakan medik itu sifatnya tidak bertentangan dengan

hukum apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Mempunyai indikasi medis, untuk mencapai suatu tujuan yang konkret.

b. Dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam ilmu kedokteran.

Kedua syarat ini dapat juga disebut sebagai bertindak secara lege artis.

c. Harus sudah mendapat persetujuan dulu dari pasien.

Page 54: Komunikasi EFEKTIF Dokter-Pasien

54

DAFTAR PUSTAKA

Aribowo, P ,2002, “Komunikasi yang Efektif”, diakses tanggal 10 Februari 2009,

(http://www.sinarharapan.co.id)

Devito, J.A, 1997, Komunikasi antar manusia (edisi kelima), Profesional Books,

Jakarta.

Konsil Kedokteran Indonesia, 2006, “Komunikasi Efektif Dokter-Pasien”, Jakarta.

Mirawati, 2008, Health Communication: Model Komunikasi Dokter-Pasien,

diakses tanggal 16 Agustus 2009,

(http://www.irafirmansyah.wordpress.com)

Nanath, 2008, “Bentuk Dasar Komunikasi”, diakses tanggal 28 Januari 2009,

(http://www.mindtools.com)

Omith, M, 2008, ”Pengertian dan Karakteristik Komunikasi Massa”. diakses

tanggal 28 Januari 2009 (http://www.kuliah.dagdigdug.com)

Rejals, 2007, “Analisis Pengertian Komunikasi Dan 5 (Lima) Unsur Komunikasi

Menurut Harold Lasswell”, diakses tanggal 2 Februari 2009,

(http://www.organisasi.org/)

Shera, 2008, “Tips Komunikasi Interpersonal”, diakses tanggal 2 Februari

2009, (http://www.community.kompas.com)

Tannen, D 1996, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina

gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.