komunikasi

76
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komunikasi adalah proses di mana informasi, persepsi, dan pemahaman yang disalurkan dari orang. sebagai bagian integral dari setiap hubungan, komunikasi penting untuk perawat. Pemimpin perawat dan manajer dapat melihat komunikasi sebagai penyelesaian pekerjaan dan untuk mencapai tujuan. Pentingnya komunikasi adalah bagaimana efektivitas dan lingkungan di mana komunikasi itu berlangsung. Komunikasi akan efektif jika ditingkatkan dengan jelas, langsung, lugas, dan saling bertukar pesan. Kepercayaan, rasa hormat, dan empati adalah tiga hal yang diperlukan untuk membuat dan membina komunikasi yang efektif. Bagi para pemimpin, komunikasi merupakan elemen kunci dari peran. Pemimpin bertanggung jawab atas visi yang perlu dikomunikasikan sebagai gambaran menarik, seperti pendorong semangat dan komitmen dalam diri orang lain. Dengan demikian bagian utama dari peran visi pemimpin adalah komunikasi. Komunikasi adalah kunci bagi pemimpin untuk membentuk nilai-nilai dan norma-norma dalam cara yang mengikat dan obligasi individu dan kelompok. Visi dikomunikasikan dengan cara mengelola makna, menciptakan pemahaman, komitmen, dan

description

KOMUNIKASI MANAJMEN KEPERAWATAN

Transcript of komunikasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakangKomunikasi adalah proses di mana informasi, persepsi, dan pemahaman yang disalurkan dari orang. sebagai bagian integral dari setiap hubungan, komunikasi penting untuk perawat. Pemimpin perawat dan manajer dapat melihat komunikasi sebagai penyelesaian pekerjaan dan untuk mencapai tujuan. Pentingnya komunikasi adalah bagaimana efektivitas dan lingkungan di mana komunikasi itu berlangsung. Komunikasi akan efektif jika ditingkatkan dengan jelas, langsung, lugas, dan saling bertukar pesan. Kepercayaan, rasa hormat, dan empati adalah tiga hal yang diperlukan untuk membuat dan membina komunikasi yang efektif. Bagi para pemimpin, komunikasi merupakan elemen kunci dari peran. Pemimpin bertanggung jawab atas visi yang perlu dikomunikasikan sebagai gambaran menarik, seperti pendorong semangat dan komitmen dalam diri orang lain. Dengan demikian bagian utama dari peran visi pemimpin adalah komunikasi. Komunikasi adalah kunci bagi pemimpin untuk membentuk nilai-nilai dan norma-norma dalam cara yang mengikat dan obligasi individu dan kelompok. Visi dikomunikasikan dengan cara mengelola makna, menciptakan pemahaman, komitmen, dan merealisasikan visi itu sendiri. Pemimpin menggunakan komunikasi sebagai alat untuk membangun kepercayaan. Kepercayaan adalah elemen yang menyatukan pemimpin dan pengikutnya.Komunikasi adalah keterampilan dasar dan penting bagi para pemimpin dan manajer. Berkomunikasi bersamaan dengan mendiagnosis dan beradaptasi, merupakan salah satu dari tiga kompetensi dasar yang mempengaruhi kepemimpinan (Harsey et al, 2008). Hal tersebut adalah penting dan efektif untuk membuat orang tertarik dan termotivasi dalam hal mendapatkan pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain. Penataan pesan akan meningkatkan efektifitas komunikasi manajer, sehingga orang memahami dengan jelas dan menghindari emosi yang berlebihan. Misalnya, komunikasi yang akurat (benar, jujur, tepat), cukup (suffcient, konsisten, berulang-ulang), dan diterapkan (berguna dan sesuai dengan kebutuhan individu perawat) informasi yang diperlukan untuk mengarahkan perubahan pelayanan manajemen(Apker & Fox, 2002)Teknik komunikasi ini bisa membantu perkembangan hubungan organisasi lebih kuat pada saat pengenalan pemeliharaan perawatan yang kuat dengan sesama perawat.

Organisasi keperawatan dan kesehatan kompleks berada dalam lingkungan yang tidak jelas, dimana pemimpin perawat memainkan peranan yang sangat penting dalam manajemen informasi dan komunikasi untuk tujuan koordinasi perawatan yang efektif dan menjauhi suatu situasi perawatan yang cenderung eror medis, dan keamanan pemberian obat pasien dirumah sakit telah hilang, sehingga membutuhkan ketersediaan informasi yang berkualitas tinggi dan komunikasi yang efektif untuk mengatasi hal tersebut. Pengelola/perawat bertanggung jawab atas berkembangnya sistem perawatan yang dikirim dengan susunan yang memadai dan sistem komunikasi yang efektif untuk meningkatkan koordinasi perawatan. Sistem komunikasi ini membutuhkan keberadaan pasien yang nyaman dan aman dengan koordinasi perawatan, mencegah hilangnya komunikasi dan meningkatkan metode pelayanan kesehatan (Anthony dan preuss 2002). Intervensi mandiri maupun kolaborasi telah dimulai untuk menambah kerjasama dalam unit perawatan secara intensive (Boyle dan Chinda, 2004) dan menciptakan komunikasi intern dalam organisasi perawat untuk memfasilitasi secara otomatis untuk memproduksi atau menghasilkan suatu pelayanan (Moss dan Xiau, 2004).Sebuah hubungan mengenai manajemen informasi dan komunikasi adalah bagaimana mencegah terbocornya rahasia pasien. The Health Insurance Portability and Accountability (HIPAA) ketentuan-ketentuan telah meningkatkan kesadaran dan strategi-strategi untuk melindungi kerahasiaan data pribadi pasien dalam pengobatan, misalnya pengiriman fax harus aman dan pemeriksaan kesehatan harus di ambil untuk melindungi data pasien dan pengiriman elektronik. Didalam kumpulan wawancara dengan 51 pasien, Brann dan mattson (2004) mengidentifikasi kepercayaan diri baik dari luar maupun dari dalam yang di kelompokan dalam sebuah tabel typology. Kegiatan pemberi perawatan kesehatan yang menyebarkan informasi rahasia yang bisa merugikan pasien. Sistem, proses, dan struktur bisa dirubah untuk mencegah beberapa situasi ini.

Kemampuan memperoleh hubungan interpersonal, termasuk kemampuan untuk berkomunikasi merupakan sebagai dasar untuk seorang pimpinan untuk memulai kemampuan kepemimpinan sebagai kemampuan psikomotor dalam suatu ilmu keperawatan. Pemimpin dan manajemen harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi. Dalam kepemimpinan dan manajemen keperawatan, kemampuan komunikasi merupakan hal yang mendasar untuk pelaksanaan yang efektif dari proses perubahan. Hal tersebut merupakan suatu intervensi pemimpin dan manajer perawat yang berguna untuk menyelesaikan tujuan mereka. komunikasi merupakan sebuah kunci komunikasi dari kebiasaan masalah manajemen.

Bahasa yang digunakan oleh para pimpinan untuk memberikan pengertian terhadap pekerjaan. Farley (1989) mengidentifikasi 6 daerah/wilayah komunikasi dalam organisasi yang bisa di nilai untuk masalah-masalah komunikasi (Box 8.1) masalah komunikasi bisa sebagai sebuah sumber ketidakpuasan. Penelitian telah menunjukan suatu suasana komunikasi yang positif, komunikasi positif antara staf perawat dan atasan, dan timbal balik perseorangan dalam penampilan kerja yang berhubungan dengan kepuasan pekerjaan perawat (Pincus, 1986).

Box 8.1

Pengkajian komunikasi

Aksesibilitas informasi

Saluran informasi

Kejelasan pesan

Waktu pengawasan

Pengawasan beriringan/beban komunikasi

Komunikasi individu

Keefektifan komunikasi menjadi sangat penting dalam situasi yang bahaya. Sebenarnya, salah satu kunci keluar dari masalah latihan adalah mengidentifikasi putusnya sistem komunikasi sehingga mereka bisa di satukan sebelum terjadi situasi yang lebih rumit. Argenti,(2002). Menemukan bahwa pada saat masa krisis, komunikasi internal terhadap para karyawan lebih di utamakan. Hal tersebut penting bagi pimpinan untuk membangun kembali secara efektif moral/sikap dari para karyawan sehingga mereka selanjutnya melayani pasien dengan lebih baik. Ada 5 strategi yang di sarankan, sebagai berikut:

1. Dapatkan pandangan/perhatian terhadap memimpin, memutuskan dan menunjukan perasaan simpati.

2. Pilih alat komunikasi dengan hati-hati karena aliran yang normal biasanya terganggu karena rusaknya saluran telepon.

3. Tetap fokus dalam bisnis.

4. Mempunyai sebuah rencana kemungkinan dan permasalahan dalam kedudukan/wewenang5. Mengarang dari dasar yang kuat dari persiapan dan latihan. .

Rangkaian contoh dari kepemimpinan dan manajemen pada keperawatan merupakan pertimbangan yang berharga. Perawatan dirumah sakit, situasi yang terjadi terhadap para perawat yang dikirim, (tarikan, pengembangan dan pertanian merupakan istilah yang digunakan) dari unit ini dimana mereka bekerja secara normal terhadap unit yang lain. orang yang sering mengirim berita yang tidak menyenangkan menentukan apakah memanggil unit dan meninggalkan sebuah catatan singkat di atas lembaran tugas lalu pergi menemui perawat untuk berbicara secara langsung tentang pergantian. Beberapa pemimpin menawarkan untuk mengambil perawat menuju ke unit lainnya, memperkenalkan orang lain untuk perawat bayaran dan meratakan transmisi. Ada cara berbeda untuk menyusun dan mengirim pesan menjadi efektif dalam situasi yang sulit.

Salah satu situasi kepemimpinan terjadi ketika seorang perawat mengajukan sebuah proposal kepada suatu komite yang harus di setujui untuk mengeluarkan peluang atas sebuah proyek yang sangat penting terhadap perawatan klien. Strategi perencanaan dan sebuah rencana bisnis yang ditulis digunakan untuk memutuskan bagaimana cara maksimal agar pesan dapat terkirim. Hal ini bisa termasuk pengetahuan bagaimana menyusun komunikasi, baik secara non verbal maupun verbal, sehingga sebuah pemahaman yang positif dapat terbentuk untuk menyusun langkah sebagai suatu pendengaran yang penuh dan tidak memihak.

Para pemimpin dan manajer selalu berkomunikasi dengan cara yang mendasar, apa yang mereka inginkan atau tidak, mereka selalu berkomunikasi, dengan kebiasaan dan tujuan serta pengharapannya. Percaya atau tidak percaya bahwa komunikasi dapat terwujud. Pemimpin berkomunikasi sebagai sebuah pandangan, jelas atau langsung dan suatu perasaan dimana mereka inginkain dan apa yang mereka harapkan dari para pengikutnya.

Satu teknik digunakan untuk keefektifan interpersonal dalam kelompok, tim dalam kerjasama, dan situasi kerja antar cabang ilmu. Pengetahuan adalah kepercayaan/bujukan. Taktik/siasat dalam membujuk sangat berguna ketika pemimpin yang mempunyai sifat otoriter tidak cocok dengan perawat sebagai rekan atau partner untuk meyakinkan para rekan untuk bekerjasama. Harvey (1990) disarankan bahwa kemampuan yang penuh, pertanyaan yang positif bisa membujuk orang-orang untuk menerima perubahan yang lebih diinginkan untuk mengerjakan sendiri dibandingkan ketika mereka menemukan/melihat keuntungan tersendiri. Pertanyaan positif di pergunakan untuk kesempatan dalam bentuk harapan, kebiasaan yang disetujui. Persetujuan yang menarik, komitmen dan keuntungan-keuntungan realisasi memfasilitasi perlunya perubahan. Susunan sifat yang positif dan kooperative dengan kerja kelompok yang merupakan kewajiban dari masing-masing anggotanya. seringkali para perawat bisa membujuk dalam keadaan dimana mereka butuh untuk bekerjasama oleh karena itu mereka akan butuh untuk menggunakan cara-cara untuk membujuk dalam bernegoisasi.

Pekerjaan perawat dan manajer yang sukses bergantung pada kemampuannya dalam bernegosiasi. Perawat-perawat harus mampu berbicara mengenai kebutuhan, posisi dan pembenaran atas sumber. Perbedaan teknik dari pemecahan konflik dan pengaruh dalam perawatan termasuk persetujuan dan negosiasi sebagai salah satu cara untuk mendapatkan kekuatan dan persetujuan yang lain dalam memberikan otonomi atas penggunaan aksi/tindakan perseorangan dan bersama, penggunaan tindakan bersama dan tingkat profesi yang lebih besar dapat membuat suatu perbedaan dalam syarat-syarat hubungan otonomi dalam latihan profesional, kepuasan bekerja dan perasaan positif tentang profesi keperawatan.

Masalah interaksi manusia merupakan masalah umum dimana para pimpinan dan manajer menjadi titik/batas yang penting dari hubungan manusia dalam berorganisasi yang mungkin membutuhkan manajemen/resolusi melalui bujukan atau negoisasi, kedua pemecahan masalah dan teknik negoisasi sebaiknya bisa digunakan untuk mengatur perubahan. Para perawat dihadapkan dengan dampak dari kerjasama, penyusunan, dan perencanaan kembali serta pengubahan dalam kemampuan yang menyatu kemampuan-kemampuan negoisasi yang dibutuhkan. Kemampuan ini bisa meningkatkan hubungan dan menolong para manajer untuk berfungsi dalam memperlihatkan peran mereka.

Negoisasi digunakan untuk mendidik klien dan para ahli lainnya tentang peranan dan kontrubusi perawat untuk mendapatkan penukaran yang lebih wajar dalam otonomi pembuatan keputusan, berhubungan dengan penjual keliling, kesepakatan dengan komplen/keluhan klien, berhubungan dengan penggabungan sistem kesehatan dan para kesehatan kelompok menyetujui dengan membentuk serikat bekerja, merespon terhadap keluhan, untuk bernegosiasi dengan staf dan perawatan kelompok medis untuk mengkonsolidasikan kontrak (Sherer, 1994)B. Rumusan Masalah1. Apakah pengertian dari komunikasi ?

2. Bagaimana Kepemimpinan dalam Komunikasi?3. Bagaimana pendekatan dalam manajemen ?

4. Apa yang dimaksud dengan perawatan spiritual?

5. Bagaimana implikasi kepemimpinan dan manajemen?C. Tujuan

Tujuan dalam makalah ini adalah :1. Pengertian Komunikasi.2. Kepemimpinan Komunikasi.3. Pendekatan Manajemen.4. Melaksanakan Perawatan Spiritual.5. Kepemimpinan dan manajemen implikasi.BAB II

KOMUNIKASI, PERSUASI, DAN NEGOSIASIA. Pengertian Manusia adalah makhluk eksistensial yang kompleks (holistik, tubuh-pikiran-jiwa) yang mampu melambangkan, mempersepsikan negatif, melampaui lingkungan dengan penemuan, penataan lingkungan, berjuang untuk kesempurnaan, membuat pilihan, dan terlibat dalam refleksi diri. Manusia terdiri dari kesatuan karakteristik dalam berinteraksi: hidup, komunikasi, negatif, menciptakan, penataan, mengubah nama, memilih, dan refleksi diri. Karakteristik spesies ini tidak selalu bersifat unik akan tetapi terdapat perhatian khusus dalam keperawatan. (Duldt et al., 1984; Duldt & Giffin, 1985).Teori komunikasi kemanusiaan dalam keperawatan adalah Sebuah teori keperawatan yang menggambarkan cara berkomunikasi dan menjelaskan karakteristik unik dari manusia yang bersifat holistik. Pola komunikasi interaksi (berkomunikasi, menegaskan, menghadapi, bertentangan, dan pemisahan) disampaikan dengan sikap yang dapat diidentifikasi pada rangkaian kemanusiaan dan tidak berkemanusiaan (Battey, 2006, 2007, dalam; Duldt, 1989; Duldt & Giffin, 1985). Teori komunikasi keperawatan kemanusiaan didasari pada "normal" sebagai lawan "terapi" dan termasuk tidak hanya komunikasi antara perawat profesional dan klien tetapi juga komunikasi inter dan intra profesional. Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi dua arah menyangkut dengan interaksi tatap muka diantara dua orang yang mengenal satu sama lain. Setiap orang mengasumsikan peran antara pengirim dan penerima pesan, yang melibatkan adaptasi dan penyesuaian kepada orang lain (Patton & Giffin, 1981). Komunikasi nonverbal adalah tidak adanya ungkapan/komunikasi, komunikasi ini terdiri dari perilaku afektif atau ekspresif. Kepemimpinan adalah Sebuah proses yang dapat mempengaruhi perilaku baik individu atau kelompok, terlepas dari alasannya, dalam upaya untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu (Hersey et al.,2008). Persuasi, Negosiasi, dan Perundingan:

Persuasi adalah niat sadar oleh satu orang untuk mempengaruhi pikiran atau perilaku orang lain.

Negosiasi adalah diskusi dialogis antara dua pihak atau lebih untuk sampai pada kesepakatan mengenai beberapa masalah. Untuk tawar-menawar adalah untuk membuat serangkaian tawaran, dan masing-masing pihak akan melakukan, memberi, menerima, dan lain-lain, sampai kesepakatan tercapai untuk kepuasan bersama. Semua ini melibatkan komunikasi. Persuasi menggunakan argumentasi dan permohonan yang logis, oleh karena itu negosiasi dan bergaining mungkin melibatkan beberapa kompensasi dan mungkin paksaan, seperti intimidasi atau perilaku merendahkan.

Penilaian Spiritual adalah informasi yang dibutuhkan oleh perawat berada dalam setiap pasien, dan perawat profesional berusaha untuk menggunakan definisi pasien sendiri dalam mengembangkan rencana individual atau perawatan. Informasi ini dapat diperoleh melalui percakapan informal, atau wawancara penilaian formal. Perawatan spiritual adalah Komunikasi interpersonal. Itu ada dalam hubungan antara perawatan pemberi dan penerima pelayanan. Apakah perawatan spiritual akan terlihat karena ditentukan oleh persepsi yang menerima perawatan. Implikasi dari definisi ini adalah bahwa perawat memerlukan keterampilan berkomunikasi yang spesifik untuk membangun dan mempertahankan hubungan. Spiritualitas adalah Dimensi dari semua manusia yang relasional dengan alam, dengan yang lebih tinggi dan / atau dengan manusia lainnya; mungkin termasuk praktek-praktek spiritual dan keagamaan, mungkin dalam suatu komunitas iman terorganisir. Komunikasi Verbal adalah semua komunikasi baik lisan maupun tulisan.

B. Komunikasi dalam kepemimpinanPerawatan spiritual dalam praktek klinis merupakan contoh kepemimpinan dalam komunikasi. Spiritualitas itu sendiri kompleks, unik, sulit. Sebagai seorang pemimpin, perawat bertanggung jawab dalam bidang pengetahuan, kekuasaan, dan pengaruh. Perawat tidak bisa berharap untuk mengubah profesi disiplin lain, tetapi dapat menetapkan tujuan yang realistis tentang isu-isu dalam lingkup keperawatan pengaruh kepemimpinan dan membuat perbedaan pada pasien. Sebuah rencana untuk mengatasi dimensi spiritual dari perawatan yang ditawarkan berdasarkan teori, dukungan, penelitian, dan studi spiritualitas dalam kesehatan (Battery 2006, 2007). Hal ini tidak akan dipertimbangkan pada jawaban akhir tetapi hanya sebuah awal menyediakan satu wawasan dalam mengembangkan situasional kepemimpinan yang paling tepat. Pembahasan berikut lebih spesifik dipecahkannya dengan cara pendekatan.1. ISUa. Penemuan kriteria baru Isu bagi para pemimpin dalam keperawatan adalah untuk menerapkan dimensi perawatan spiritual klinik ini pada khususnya. Mungkin hanya beberapa yang menambahkan kata pernyataan misi dan tetap berjalan seperti biasa. Hal ini tidak cukup. Paradigma holistik menjadi modus yang diinginkan pengiriman kesehatan.Manual 2005 untuk rumah sakit, The Joint comissions (TJC) (sebelumnya The Joint comissions Akreditasi Organisasi Kesehatan (TJCAHO) termasuk persyaratan tentang spiritual (TJC, 2008). Perawat sekarang diisi dan merekam varian sosial, spiritual, dan budaya yang mempengaruhi pasien kesehatan awal mereka. The American Nurses Assoctiation (ANA) telah menerbitkan pedoman serupa. The Nursing Diagnosis Amerika Assictiation (ANDA) (2008) manual untuk diagnosa keperawatan mengutip Distress Spiritual sebagai diagnosis keperawatan yang diterima. Banyak yang memiliki Departemen-departemen yang memfasilitasi pelayanan pastoral untuk memberikan spiritual peduli.

b. Perawatan PastoralDepartemen-departemen pelayanan pastoral biasanya ditemukan di rumah sakit, dan kapala klinis sekarang diakui sebagai peran bersertifikat, ekumenis, dan multikultural dalam membawa pelayanan pastoral ke samping tempat tidur setiap Rawat itu. Perawatan ini harus disediakan untuk semua pasien. Ini adalah tugas yang menakutkan untuk menjadi akrab dengan semua sistem kepercayaan yang berbeda dan perbandingan agama. Data dari www.adherents.com menunjukkan rincian dari agama-agama besar di dunia dan daftar statistik berikut penganut agama-agama:

Kristen 33%

Islam 21%

Nonreligius 16%

Hindu 14%

Primal-pribumi 6%

Cina tradisional 6%

Buddhisme 6%

Sikh 0,36%

Yudaisme 0,22%Dultd (2002) menggambarkan peran ulama dan lain-lain dalam departemen pelayanan pastoral rumah sakit. Sayangnya, tidak ada pendeta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien, sehingga menggunakan orang awam sebagai relawan meningkat. Dalam 5 tahun terakhir, beberapa rumah sakit telah menghilangkan program pendeta karena "hasil" positif disebabkan pendeta sulit untuk mengidentifikasi dan mengukur. Ekonomi "bottom line" pertimbangannya. Akibatnya, banyak rumah sakit memiliki daftar pendeta dan orang awam di masyarakat yang harus dipanggil untuk melayani kebutuhan spiritual pasien yang tergabung dalam komunitas iman mereka sendiri. Namun, rencana untuk perawatan postural cenderung tidak ada bagi pasien tanpa seperti afiliasi (Kraus & Holmes, dalam pers). Selain itu, banyak seminari teologis mengikuti tren ini dan menghapus studi teologi pastoral dan pelayanan pastoral dari kurikulum mereka (Paul Kraus, komunikasi pribadi, 4 Juni 2007).

c. Perawatan spiritual bagi PerawatJika spiritual didefinisikan sebagai hubungan dan jila perawatan spiritual adalah komunikasi interpersonal maka perawatan spiritual bagi perawat juga penting. Dokumentasi dalam literatur yang ada interaksi komunikasi mengganggu dan tidak hanya antara perawat dengan perawat dan rekan profesional (misalnya, apoteker, administrator) tetapi juga antara perawat dan pasien. Penelitian, literatur, dan pengetahuan umum dari membaca koran harian menunjukkan bahwa tenaga keperawatan mengalami tingkat pergantian yang tinggi, ketidakpuasan kerja, kelelahan; banyak RNS meninggalkan profesional. Kekurangan tenaga keperawatan di sebagian besar Amerika Serikat memiliki efektif negatif pada retensi siswa perekrutan iklan perawat untuk keperawatan (Buerhaus et al, 2005;. Buerhaus, 2007). Lingkungan kerja digambarkan sebagai bermusuhan dengan perawat, dan pasien hasil dari peningkatan keparahan penyakit dan kematian telah secara langsung berhubungan dengan keterampilan komunikasi yang buruk dari staf (Kramer & Schmalenberg, 2003). Klinis Suasana komunikasi interpersonal yang diterima oleh perawat perlu mengubah. Pemimpin dapat menetapkan tujuan reallistic dalam harapan pengaruh kepemimpinan mereka dan membuat perbedaan di mana perawat tinggal dan bekerja.

d. Apakah Pemimpin Siap Memberikan Hasil?Tantangan pada isu ini kepemimpinan dan komunikasi, persuasi, dan negosiasi berkisar siapa yang mengubah apa, kapan, bagaimana, dengan, siapa, dan dengan apa hasil-hasil? Bagaimana para pimpinan ("siapa") yang menerapkan holistik perawatan perawatan terutama spiritual ("apa") di seluruh organisasi keperawatan entah bagaimana ("bagaimana") melibatkan semua profesional keperawatan (the "dengan siapa) bahwa perawat akan dapat memberikan pasien perawatan spititual (the" dengan apa hasil-hasil ").Pemimpin, untuk tingkat signifikan, adalah alumni sistem pendidikan yang secara historis tidak setiap konsep-konsep ini. Jika mereka menyusui pendidikan tentang spiritualitas adalah mungkin satu jam oleh pendeta atau menteri. Bahkan, literatur saat mengungkapkan berbagai perspektif, termasuk posisi bahwa perawatan sipitual tidak akan diberikan ny perawat. Untungnya, sebagian besar perawat yang kreatif, "renaissance" orang-orang yang berbakat dalam memeriksa, belajar, menghidupkan kembali, dan beradaptasi untuk memenuhi tantangan baru.

C. Pendekatan ManajemenAda kebutuhan besar dalam profesi kesehatan untuk memberikan perawatan holistik (tubuh, pikiran, dan jiwa) ke semua klien, tanpa memperhatikan karakteristik agama, etnis, dan budaya, dalam cara manusiawi (menghakimi dan penuh kasih). Namun sistem perawatan kesehatan Amerika hari ini emphisizes bussines tertentu dan konsep manajemen seperti efisiensi, akurasi, dan ekonomi. Hal ini diharapkan dalam penggunaan istilah medis yang canggih dan spesialis yang sangat terampil yang mengoperasikan peralatan modern, tetapi bahasa teknis dan penyakit-oriented yang digunakan sering tidak efektif dalam membantu beberapa pasien untuk memahami kondisi kesehatan mereka.

1. Tempat Kerja BermusuhanPerawat tercatat sering diabaikan dalam kekuasaan dan pengambilan keputusan dalam suatu tempat. Perawat merupakan kelompok penyedia layanan kesehatan profesional berlisensi terbesar di Amerika. Para perawat profesional tradisional memiliki kontak interpersonal terdekat dan paling lama dengan pasien dibandingkan dengan sebagian besar penyedia perawatan kesehatan lainnya. Dalam sistem ini pelayanan kesehatan yang sama, aturan teknologi dalam jasa industri tenaga kerja hebat, seperti yang terlihat di semua bangunan, peralatan, dan mesin pemantauan canggih yang perlu dioperasikan oleh manusia. Namun rekan perawat, serta tenaga profesional kesehatan lainnya, mengabaikan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan satu sama lain dengan cara yang holistik dan memanusiakan. Ulrich (2004) mendesak para pemimpin keperawatan untuk membatasi "faktor rasa takut" dalam praktek keperawatan untuk kesejahteraan pasien dan staf. The Institute for Safe Medication Practice (ISMP) (www.ismp.org, dan www.ismp.org/ msaarticles/intimidationprint.htm) melaporkan sebuah survei yang menunjukkan peran yang mengintimidasi tugas dalam administrasi obat yang aman.

Anak-anak (2004) menggambarkan lingkungan kerja yang bermusuhan di mana rekan-rekan profesional berperilaku sebagai "pengganggu". Lindeke dan Sieckert (2004) difokuskan pada komunikasi kolaboratif perawat-dokter dan mencatat maksud berbagi pengetahuan pasien untuk mengarah ke peningkatan kepuasan pasien serta meningkatkan kepuasan kerja antara staf. Namie dan Namie (2008), psikolog sosial dan pendiri Bullying dan Trauma Institute (www.bullyinginstitute.org/), mengatakan bahwa meskipun banyak perawat yang baik telah dipaksa keluar dari lingkungan yang sangat sengit, banyak perawat lainnya hanya diterima di lingkungan mereka. Penelitian Namie menunjukkan bahwa 70% dari orang-orang yang ditargetkan oleh pengganggu harus berhenti baik karena kesehatan (33%) atau karena mereka korban manipulasi kinerja negatif (37%). Keefe (2007) mencatat bahwa masalah kuno perawat "makan anak mereka" bullying dan lulusan baru tidak perlu melalui pengadilan yang keji saat awal pekerjaan baru. Dalam sebuah laporan yang kedua, yang berencana untuk mengubah budaya yang digariskan oleh Institusi pada praktek obat yang aman (2008). Perencanaan barlangsung lama, proses administrasi yang mahal untuk mendirikan kebijakan toleransi politik dari nol, sistem pelaporan, penyelesaian konflik, dan program pendidikan. (www.ismp.org/msaarticle/intimidation2print.htm). Namun, kepolisian terbatas dalam mengubah cara orang mengerti satu sama lain dan bagaimana mereka berinteraksi. Tempat kerja yang sengit mahal dan perlu ditunjukan perawat dan penyedia layanan kesehatan lainnya.

Penelitian catatan

sumber: Boyle, DK, & Kochinda, C. (2004). Meningkatkan komunikasi kolaboratif kepemimpinan perawat dan dokter di dua unit perawatan intensif. Jurnal Keperawatan administrasi, 34(2), 60-70.

Tujuan

Komunikasi kolaborasi dokter dan perawat yang buruk adalah salah satu faktor dalam peningkatan mortalitas disesuaikan dengan risiko dan lama tinggal di ICU. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji intervensi yang dirancang untuk meningkatkan kolaborasi komunikasi antara perawat dan dokter pemimpin di ICU berbeda keduanya. Analitik Model untuk mempelajari kinerja ICU adalah kerangka kerja untuk studi. Dalam model ini, komunikasi kolaboratif perawat-dokter adalah salah satu empat variabel prediksi hasil ICU. Studi digunakan pretest-posttest, mengulangi ukuran desain dengan tindak lanjut di dasar, dan 6 bulan setelah melakukan tindakan. ICU di dua rumah sakit berpartisipasi. Kolaboratif Intervensi komunikasi adalah target untuk lima dimensi perawat-dokter kolaboratif komunikasi: kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, masalah pengelolaan pemecahan konflik dan budaya berorientasi tim. Intervensi terdiri dari 23,5 jam pelatihan menggunakan enam model kurikulum standar: kepemimpinan, keterampilan inti untuk komunikasi, membimbing resolusi konflik, menolong sesama, beradaptasi dengan perubahan, tim, dan kepercayaan. Evaluasi data yang dikumpulkan pretest dan posttest, menggunakan gambaran test dan kuesioner persepsi diri dan staf-persepsi.

Diskusi

intervensi terbukti layak dan bermanfaat, Setelah intervensi, keterampilan komunikasi perawat dan dokter pemimpin meningkat secara signifikan. Enam bulan setelah intervensi, Skor pada unit point akhir menunjukkan perbaikan, termasuk dalam penurunan tekanan pribadi. Ini adalah studi percontohan dan kecil dalam lingkup, tapi itu berfokus pada intervensi dan berusaha di desain eksperimental

Aplikasi untuk pemimpin

dokter dan perawat ICU memiliki praktek tanggung jawab untuk menciptakan sebuah lingkungan kolaboratif komunikasi sebagai cara untuk efek lingkungan kerja yang positif dan mempengaruhi hasil. Dalam studi ini, komunikasi kolaboratif membaik setelah intervensi pelatihan. Keterampilan Individu meningkat. ICU lain dan unit lain berpotensi dapat memperoleh manfaat dari intervensi pelatihan keterampilan yang sama.

2. Komunikasi

Pelayanan kesehatan pada umumnya, keperawatan sebagai disiplin profesi dan praktek pada khususnya, secara demokratis kemanusiaan-yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Namun sayangnya cenderung dilaporkan oleh penyedia pelayanan kesehatan, tampaknya kurangnya kepercayaan satu sama lain. Orang sering kali menggambarkan perjumpaan menyenangkan yang membuat mereka bingung, kesal dan marah ketika mereka mencari perawatan. Mengapa hal ini terjadi dan tidak jelas dibolehkan ini. Dahulu dan dasar dalam komunikasi interpersonal dalam model komunikasi manusia:

Speaker pesan Receiver

Model ini, orang yang memulai komunikasi disebut sebagai "speaker" dan pada siapa pesan diarahkan adalah: ceiver. " Komunikasi efektif terjadi ketika menafsirkan penerima pesan pembicara dalam cara speaker dimaksudkan (Patton & Giffin, 7). 8.2 kotak menampilkan karakteristik sepuluh komunikas interpersonal . Model komunikasi tampak seperti ini:

Perawat pesan pasien / klien lain (berita buruk) adalah penyedia layanan kesehatan.Sifat dari menjadi seorang perawat atau penyedia pelayanan kesehatan lainnya, pesan ke pasien atau klien dapat diartikan sebagai "buruk." Pesan mungkin tertunda, tidak menyenangkan dan bahkan menyakitkan, prosedur, dan pengungkapan menyedihkan tentang penyakit. Pola kuno "menyalahkan utusan" mungkin berlaku dan mengganggu hubungan. Klien mungkin berhubungan dengan gaya hidup tidak sehat dan praktek-praktek miskin sendiri tidak dapat mengerti atau mungkin menolak pesan yang mereka terima. Hal ini menciptakan potensi untuk konsumen ketidakpuasan. Terlalu banyak konsumen pertanyaan keakuratan dan menjadi begitu yakin, mungkin tidak mematuhi ilmiah. Ketika obat, MRI, dan lainnya adalah biaya lebih dari yang mereka mampu, khususnya tanpa asuransi kesehatan, konsumen tidak tahu ke mana harus berpaling.

Suatu penyesalan muncul menjadi tren bagi orang-orang untuk mempengaruhi dalam perbuatan ketidakmanusiawian dalam sistem pelayanan kesehatan, dan tren ini dapat berlanjut. Terlalu sering, hal ini tidak disukai oleh konsumen sebagai penyedia pelayanan profesional. Pada abad dua puluh satu, warga AS melangkah menuju pada suatu perubahan global dalam ketersediaan pendanaan maupun ketiadaan sumber pelayanan kesehatan, peningkatan angka klien, peningkatan kompleksitas pelayanan, dan ketiadaan personal dalam keperawatan dan profesi pelayanan kesehatan lainnya (Johnson, 2000). Penyedia pelayanan kesehatan, khususnya perwat, adalah pengalaman yang sangat realita, marah cemas, kekecewaan pekerjaan dan kelelahan. Kebanyakan mereka memilih untuk berhenti, berdampak tingginya pergantian tiap tahun dan tingginya nilai praktisi yang tidak berjalan.

Proses manusiawi dapat dilakukan oleh komunikasi interpersonal yang efektif, kunci untuk memanusiakan hubungan antara manusia. Memanusiakan adalah cara untuk mengenali karakteristik individu setiap manusia dan untuk mengatasi masalah kesehatan disajikan dengan bermartabat dan kehormatan. Untuk menerapkan aspek spiritual dari kesehatan holistik, upaya terpadu sangat dibutuhkan oleh para pemimpin kesehatan dalam pendidikan dan praktek untuk membimbing orang-orang dalam eksplorasi yang cermat proses komunikasi interpersonal yang dikenal untuk mempromosikan hubungan manusia tidak hanya antara perawat dan klien, tetapi juga di antara rekan-rekan tenaga kesehatan.

Box. 8.2

Sepuluh Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Karakteristik berikut disajikan untuk merangsang diskusi dan membantu mengidentifikasi dimensi interpersonal komunikasi dibandingkan dengan dimensi lain seperti kelompok kecil, komunikasi organisasi, dan massa komunikasi (Patton &Giffin, 1981 pp. 12-20):

1. Komunikasi tidak dapat dihindari dan tak terelakkan ketika orang tersebut menyadari satu sama lain.

2. Dalam komunikasi interpersonal, baik pengirim dan penerima "yang berarti" * harus hadir.

3. Setiap orang mengasumsikan peran baik sebagai pengirim dan penerima pesan dalam komunikasi interpersonal.

4. Pilihan bahwa seseorang membuat dan mencerminkan tingkat interpersonal, kompetensi komunikasi orang itu.

5. Dalam komunikasi interpersonal, pengirim dan penerima saling bergantung.

6. komunikasi interpersonal yang sukses melibatkan kebutuhan untuk saling berkomunikasi.

7. Komunikasi interpersonal menetapkan dan mendefinisikan sifat hubungan antara orang-orang yang terlibat.

8. Komunikasi interpersonal adalah sarana yang kami konfirmasi dan memvalidasi diri.

9. Karena komunikasi interpersonal bergantung pada perilaku, kita harus puas dengan derajat yang saling pengertian.10. Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah dan diulang dan hampir selalu berfungsi dalam konteks perubahan.

* Catatan: "Arti" adalah apa kata, tanda, atau simbol berarti apa pengirim atau pengirim ingin menyampaikan. Ia merujuk kepada implikasi dari isi pesan. Penerima perlu memahami apa yang bermaksud untuk menyampaikan dengan pesan pengirim atau kemarahan apa berarti untuk menghindari kesalahpahaman.

D. Melaksanakan Perawatan Spiritual Ini adalah posisi penulis ini bahwa setiap profesi perlu menentukan perawatan spiritual dalam basis pengetahuan kedisiplinan itu sendiri. Perawat itu bukan pendeta. Keterbatasan profesional diperlukan untuk peran profesional dalam mengelola perawatan spiritual. Definisi yang diusulkan spiritualitas berguna untuk perawat adalah bahwa spiritualitas terletak dalam setiap pasien, dan perawat profesional berusaha untuk menggunakan definisi pasien itu sendiri dalam mengembangkan rencana individual perawatan. Etis, sebagai perawat berusaha untuk memberikan perawatan hanya holistik, mereka harus tetap spiritual / agama mereka sendiri untuk diri mereka sendiri dan menghindari dakwah. Meskipun definisi spiritualitas tidak terbatas, perawat perlu bertanggung jawab hanya untuk lima dimensi: beliefs, values, meanings, goals, dan elationships r (BVMGR). The BVMGR rubrik diusulkan sebagai panduan atau penilaian alat yang paling tepat untuk perawat. Perawat dapat waspada terhadap topik BVMGR selama perawatan rutin pasien.

Inti dari perawatan spiritual mendukung posisi sebagai berikut: definisi spiritualitas yang relevan dengan pasien tertentu / klien dapat ditemukan hanya dalam orang itu. Oleh karena itu seharusnya tidak peduli apakah perawat adalah Buddha atau apakah rumah sakit dimiliki oleh orang-orang Yahudi atau Katolik atau Adventist atau apakah ini terjadi untuk menjadi rumah sakit umum di tengah-tengah orang Kristen "Bible Belt" dari Amerika Serikat bagian selatan. Apa yang relevan dengan keputusan perawatan kesehatan yang dibuat untuk pasien tertentu adalah apa yang dia Percaya, Nilai, menemukan Berarti dalam hidup, mempertahankan hidup sebagai Tujuan, atau memiliki hubungan interpersonal khusus. Untuk penilaian keperawatan, itu adalah rubrik BVMGR - dimensi spiritualitas pasien - yang membentuk dasar untuk perawatan spiritualitas.

1. Spiritualitas Pendidikan Akun pendidikan kedokteran, dua konferensi konsensus diadakan oleh American College of Physicians, dan sikap yang kuat diambil pada akhir 1990-an. mereka menyimpulkan bahwa dokter harus menangani tidak hanya dimensi fisik penderitaan tetapi juga psikologis, spiritual, dan dimensi eksistensial (Puchalski, 2004). Proyek Tujuan sekolah kedokteran, dipimpin oleh M. Brownell Anderson Asosiasi American Medical Colleges, diusulkan perubahan kurikulum untuk memasukkan isu-isu spiritualitas. Puchalski, seorang dokter dan seorang biarawati Karmelit yang menjabat sebagai ketua dengan Anderson, dimulai salah satu program pertama pada spiritualitas dan kesehatan di Amerika Serikat di George Washington University School of Medicine. Kursus Puchalski telah menjadi kebutuhan dalam kurikulum itu, dan menjabat sebagai model untuk lebih dari 60% dari sekolah kedokteran AS yang sekarang menawarkan kursus spiritualitas dan kesehatan. Para mahasiswa kedokteran diajarkan rubrik FICA untuk penilaian spiritual yang dikembangkan oleh Pulchaski:

F - Iman, Keyakinan, dan Makna

I - Pentingnya dan Pengaruh

C - Komunitas

A - Alamat / Aksi dalam Perawatan

Mahasiswa kedokteran diminta untuk melengkapi wawancara penilaian spiritual dalam 10 menit atau kurang dalam satu "sejarah sosial" dari riwayat pasien. Sebagai perbandingan, pendekatan dalam pendidikan keperawatan menyebar dan terfragmentasi. Secara historis, perawatan spiritual telah lama dikaitkan dengan menyusui. Florence Nightingale (1959) mengidentifikasi mengatasi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari peran keperawatan. Namun, karena konsep spiritualitas tidak didefinisikan dengan baik dan jelas dalam arti, perdebatan berkembang dalam literatur keperawatan tentang apakah untuk mengajar di program keperawatan (McSherry, 2004). Sebagai contoh, hanya dua ahli teori secara khusus menangani spiritualitas sebagai konsep utama: model sistem Betty Neuman (1982) dan Madeleine Leininger itu "Nursing Transcultural" (1978). Dalam review buku pelajaran oleh McEwen (2004), banyak definisi spiritualitas ditemukan, tetapi definisi perawatan spiritual jarang. Jumlah halaman yang ditujukan untuk masalah-masalah spiritual berkisar dari 0% atau paling ke tinggi 13%. Hanya dua teks pengecualian. Carson (2000) yang terintegrasi perawatan spiritual seluruh teks keperawatan jiwa nya. Hitchcock dan rekan (2003) memiliki bab dalam teks mereka keperawatan komunitas. Pengecualian ketiga penting "Fundamental Kozier & Erb Keperawatan" text (Berman et al., 2007). Berman menulis sebuah BAB yang ditujukan untuk presentasi mendalam tentang spiritualitas dan perawatan spiritual sebagai dimensi tubuh keperawatan pengetahuan. Lemmer (2002) melakukan survei terhadap AS sarjana muda program keperawatan. Fakultas melaporkan bahwa konten tentang spiritualitas adalah termasuk tetapi hanya sedikit memiliki definisi spiritualitas atau perawatan spiritual. Guru porting ketidakpastian mengenai pemahaman dimensi spiritual keperawatan dan merasa tidak nyaman mengajar konten ini. Meskipun sepertiga dari program yang digunakan model peran sebagai metode pengajaran, fakultas terbaik dapat mengajar siswa menggunakan alat seperti spiritual pemetaan perawatan (Mitchell et al., 2006).Definisi berikut ini diambil dari agama lebih baik daripada ilmu pengetahuan kesehatan dan ditawarkan sebagai patokan untuk perawat. Menurut Kraus dan Holmes, perawatan spiritual bukanlah teknik, teknologi, lap, pedoman, obat-obatan, atau arahan yang membuat dampak; bukan, perawatan spiritual didefinisikan sebagai komunikasi interpersonal, perawatan spiritual terjadi dalam hubungan antara pengasuh dan penerima perawatan. Apakah perawatan spiritual eksis sama sekali ditentukan oleh persepsi yang menerima perawatan (Kraus & Holmes, dalam pers). Implikasi dari definisi ini adalah bahwa perawat perlu mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang spesifik. Dua teori, Memanusiawikan Keperawatan Komunikasi Teori Dan Komunikasi Etika Teori, menawarkan arah yang solid untuk perawat untuk berinteraksi dengan cara yang penuh kasih dengan rohani klien tertekan (Battey, 2006, 2007, dalam pers; Duldt, 1991)2. Spiritualitas Dalam Praktik

Literatur menunjukkan ada banyak pertanyaan tentang cara-cara di mana penilaian spiritualitas dilakukan dan apakah salah satu penilaian alat dapat membuktikan memadai dalam mengukur pentingnya spiritualitas dalam kehidupan individu, yang semuanya dapat menafsirkan maknanya berbeda, Power 2006 mengindikasikan tidak mungkin bahwa alat dapat dikembangkan yang luas e applicabl untuk mengidentifikasi dan menilai spiritualitas. Sebuah laporan penelitian oleh Baldacchino (2006) mengidentifikasi kompetensi utama perawat untuk perawatan spiritual:

1. Pemberian perawatan spiritual dengan proses keperawatan

2. Komunikasi perawat dengan pasien

3. Tim interdisipliner dan klinis / organisasi pendidikan

4. Menjaga masalah etika dalam perawatan

Standar baru mencerminkan pentingnya layanan kapelan, namun penilaian spiritual yang tidak memadai, struktur organisasi yang tidak mendukung dan iklim, dan kurangnya pemahaman tentang peran pendeta dapat mencegah layanan ini dari yang sepenuhnya digunakan. Perawat perlu mengenali kapan harus membuat rujukan ke pendeta dan bagaimana membantu mengembangkan infrastruktur organisasi untuk mendukung proses perawatan spiritual (McClung et al ,. 2006).

3. Spiritualitas Dan Kesehatan

Hal ini karena baik bahwa perawatan spiritual diperlukan ketika individu menghadapi stres emosional, fisik sakit, atau kematian. Orang mungkin mengalami ketidakharmonisan pikiran, tubuh, dan jiwa dan mungkin perlu untuk meningkatkan strategi pribadi spiritual mereka (McEwen, 2004). Fascilitating kesehatan rohani mempromosikan penyembuhan (Taylor, 2002). Penelitian tentang allostasis (istilah baru untuk stres) dan pemuatan allostasis telah menunjukkan pengaruh langsung dari kesehatan rohani pada pengembangan dan / atau kemajuan penyakit fisik dan mental.Ketika spiritual intervensi perawatan diri yang digunakan saat mengamati dan / atau mengalami stres, perubahan kimia otak / tubuh dapat mengurangi beban allostasis dan meningkatkan ketahanan (Mc.Ewen, 2000; McEwen & Seeman 1999.).Hal ini memungkinkan individu untuk mengatasi situasi saat ini untuk makna yang lebih tinggi dan tujuan, memberikan harapan, dan mempromosikan mengalami keterhubungan dengan orang lain (McEwen, 2004).Ketika tujuan kepemimpinan keperawatan adalah untuk melaksanakan program off perawatan spiritual dalam praktek keperawatan, perlu didasarkan pada teori dan penelitian.E. Implikasi Kepemimpinan dan Manajemen

Memilih teori kepemimpinan

Ada banyak teori tentang kepemimpinan dan manajemen bisnis dan organisasi yang pemimpin keperawatan dapat digunakan.Bab 1 ikhtisar prinsip kepemimpinan dan mengandung latar belakang lebih lanjut.Hal ini berguna untuk mengingat bahwa komunikasi adalah kompetensi utama kepemimpinan.Sebuah kritik terhadap model kepemimpinan yang dipilih yang menekankan komunikasi berikut.

Kriteria tertentu yang diperlukan untuk mengevaluasi teori-teori.Sebagai contoh, laporan teoritis hubungan antara konsep harus logis dan setuju dengan data yang diketahui.Membutuhkan konsep yang didefinisikan dengan baik dan mampu menjadi dioperasionalkan, dan laporan yang menggambarkan bagaimana konsep berhubungan satu kebutuhan lain untuk diuji dan memberikan arahan untuk penelitian.Akan sangat membantu jika laporan intuitif setuju dengan pengalaman sendiri dan jelas.Sederhana, dan berguna.Laporan Hubungan teoritis yang diperlukan untuk melakukan setidaknya salah satu dari berikut;menjelaskan, memprediksi dan / atau mengontrol fenomena (Duldt, 2002).Tiga teori tinggi-terang dan dievaluasi.Chaos Theory pertama dan Kompleksitas Teori saat ini dalam mode dan adalah pelari depan diskusi teoritis dalam banyak disiplin ilmu.Teori kedua dan ketiga, Kepemimpinan Situasional Teori Memanusiakan Keperawatan Teori Komunikasi telah diabaikan dalam konteks keperawatan, tetapi memiliki banyak untuk menawarkan mengingat kondisi saat ini dalam praktek keperawatan.

Perilaku kepemimpinan dan manajemen

a. Perilaku kepemimpinan

1) Mengkomunikasikan visi

2) Pesan struktur untuk menginspirasi

3) Memotivasi dengan strategi komunikasi

4) Memproyeksikan citra profesional

5) Model komunikasi positif

6) Pengaruh komunikasi yang sering

7) Pelatih pengikut

8) Struktur simbol dan makna bersama

9) Membujuk pengikutnya untuk mencapai tujuan

10) Pengikut meyakinkan untuk bekerja sama

11) Mengundang kesepakatan dan komitmen

12) Negosiasi pemahaman bersama

13) Mengundang kesepakatan dan komitmen

14) Negosiasi pemahaman umum

b. Perilaku manajemen

1) Berkomunikasi dengan atasan dan bawahan dan

2) Pesan struktur untuk kejelasan

3) Mengarahkan kinerja orang lain dengan strategi komunikasi

4) Mengelola pencapaian tujuan organisasi dengan berkomunikasi.

5) Membujuk bawahan untuk mencapai tujuan organisasi

6) Bargains untuk sumber daya yang langka

7) Ide pertukaran dan rencana

8) Melakukan negosiasi perjanjian dan kontrak

c. Daerah Tumpang tindih

1) Berkomunikasi dengan orang lain

2) Meningkatkan komunikasi yang efektif

3) Membujuk orang lain

4) Negosiasi dengan orang lain

Kriteria untuk Mengevaluasi Teori

KriteriaChaos Theory / Teori KompleksitasSituasional Teori KepemimpinanPerawatan memanusiakan Teori Komunikasi

Logica pernyataan hubunganBisa Jadi

Bisa JadiIyaIya

Setuju dengan data yang diketahuiTak AdaIyaIya

Konsep didefinisikan dengan baik;dapat dioperasionalkanTak AdaIyaIya

Memberikan arahanBelumIyaYa (membutuhkan lebih banyak penelitian)

Intuitif mudah digunakan dan memahamiBelumIyaIya

1. Chaos Theory dan Kompleksitas Teori.Teori ini setuju bahwa salah satu karakteristik dari keperawatan yang tidak dapat diprediksi itu adalah kekacauan dan kompleksitas.Untuk mengambil teori tentang kekacauan dan kompleksitas membutuhkan ketertarikan yang tidak sengaja.Kadang-kadang, tidak peduli seberapa keras pemimpin keperawatan mencoba untuk menjaga konsistensi dan kontrol, hal-hal yang menjadi kacau. Proyek ini dilihat tampaknya mengambil "pada mereka sendiri" dan menentang arah.Chaos umumnya dikenal sebagai disorganisasi dan gangguan stres, namun arti untuk konsep ini dalam teori chaos sangat berbeda.Hal ini mengacu pada perilaku yang tidak dapat diprediksi terlepas dari keteraturan tertentu.Seperti dijelaskan oleh Lorenz (1993), Fenomena kekacauan ini dapat diprediksikan seperti terbuai oleh waktu.Sebaliknya, itu lebih seperti pola cuaca yang tidak terduga.Dari ilmu meteorologi, Lorenz sedang mempersiapkan untuk menyajikan berita cuaca ketika ia memutuskan untuk menjalankan nomor melalui komputer sekali lagi untuk memperbarui informasi.Untuk memulai program beberapa waktu kemudian daripada menjalankan aslinya, dan hasilnya sangat berbeda.Hal ini menggambarkan pengamatan mendasar Chaos Theory: mengubah titik awal dari analisis cuaca, komputer dapat mengakibatkan perubahan hasilnya.Lorenz (1993) mempresentasikan makalah berjudul "Apakah Kepak sayap Kupu-kupu di Brasil memicu Tornado di Texas?" Di mana dia menjelaskan fenomena ini adalah kekacauan. "sayap Kupu-kupu mengepak sering disebut dalam literatur ketika membahas Chaos Theory.Chaos telah menjadi konsep Teori kompleksitas.Selama tiga atau empat dekade terakhir, Kompleksitas Teori telah menjadi fokus dari disiplin ilmu seperti astronomi, kimia, fisika, biologi evolusioner, geologi, dan meteorologi.Sistem belajar di bidang ini memiliki keadaan fenomena, melalui fase kacau, dan "muncul" atau berkembang ke tingkat yang lebih tinggi dari organisasi.Contoh munculnya ini tidak seperti teori evolusi Darwin "seleksi alam".Teori ini berasal di Santa Fe Institute, sebuah "think tank" yang melibatkan "10 persen" dari para ilmuwan dari berbagai negara dan disiplin ilmu yang beragam. Lembaga, didirikan pada tahun 1984, telah didanai oleh sejumlah besar individu serta yayasan swasta untuk mempelajari "sintesis kemunculan ilmu" (Waldrop, 1992,79).Teori kompleksitas dipandang oleh sebagian orang sebagai mengganti reduksionis, logika Newtonian dari ketujuh belas sampai abad kedua puluh dengan yang baru, yang mencakup segala teori ilmu pengetahuan untuk abad kedua puluh satu (Waldrop, 1992). Beberapa penulis merenungkan bagaimana teori ini dapat diterapkan untuk keperawatan (Dombeck, 2002; Haigh, 2002; Lowensteia 2003; Velde et al., 2002). Sebuah publikasi jurnal baru, Kompleksitas dan Chaos dalam Keperawatan, telah dimulai, dan ada situs untuk daftar besar tentang menggunakan Chaos Theory dalam literatur keperawatan (www.Southernct.edu/chaos-nursing/chaos_bib.htm).Keperawatan sebagai profesi yang sangat tertarik berbasis penelitian praktik keperawatan. Ketika mempertimbangkan bukti-bukti pendukung Kompleksitas Teori, model komputer matematika tampaknya memberikan satu-satunya validasi dalam ilmu biologi dan fisik, dan pada dasarnya tidak ada studi penelitian mendukung teori sampai saat ini. Analogi (pengidentifikasian persamaan dan perbedaan antara dua sistem yang berbeda) dan metafora (istilah deskriptif ditransfer dari satu ide yang lain yang tidak benar-benar apllicable) yang digunakan terutama untuk mencerahkan dan merangsang pemahaman baru dalam menerapkan teori Kompleksitas disiplin selain biologis dan ilmu fisika, seperti ekonomi dan pendidikan. Aplikasi utama untuk manajemen tampaknya bahwa lebih dari manajemen krisis ini sedikit atau berfungsi antara ketertiban dan disitegration. Namun, Pediani (1996) menunjukkan contoh-contoh dari ilmu-ilmu, seperti farmakologi, di mana Chaos Theory dan Kompleksitas Teori tampaknya relevan dengan tanggapan beberapa pasien terhadap obat. Teori baru ini mungkin memiliki aplikasi yang luas dalam kaitannya dengan kasus klinis.

Dalam manajemen, fokus tradisional bagi para pemimpin adalah untuk mengidentifikasi tujuan organizatioanal dan membuat keputusan memfasilitasi pencapaian tujuan. Kontrol merupakan pusat proses manajemen logis. Namun, dalam Kompleksitas Teori, ide kontrol dianggap khayalan karena ketidakpastian yang penyimpangan ditolak dan diabaikan. Alam, menurut teori ini, tidak beroperasi dengan cara ini dan terus berkembang ke tingkat yang lebih tinggi kompleksitas. Dalam Kompleksitas Teori, masa depan tidak dapat diprediksi bahwa perencanaan jangka panjang tidak membantu penuh. Sebaliknya, disarankan agar manajer perlu mencari ketidakstabilan dan kompleks interaksi antara orang-orang sehingga learnong yang terjadi dan hasil terbaik "muncul". manajemen perlu waspada terhadap pendekatan kreatif dan memungkinkan beberapa ambiguitas antara ide (Waldrop, 1992). Ide antar-consecutiveness bagian (orang) dari keseluruhan menunjukkan bahwa komunikasi antara bagian-bagian (orang) adalah fitur kunci dari Kompleksitas Teori.

Namun, bagi para pemimpin keperawatan untuk mempertimbangkan pendekatan ini ketika memulai program baru, perawatan spiritual, misalnya, mungkin berisiko. Cara untuk menggabungkan teori baru ini belum didukung oleh penelitian yang solid dan "muncul" praktik cerdas. Seperti banyak perawat mungkin ingat, proses keperawatan diperkenalkan sekitar 30 tahun yang lalu dengan sedikit uji-ing, evaluasi, dan orientasi. Staf melihat pendekatan baru untuk mencatat dan memikirkan perawatan yang sulit dan memakan waktu. Hasil dari proyek ini adalah miskin; ini tidak diantisipasi oleh para pendukung proses keperawatan. Namun, gagasan keterkaitan hal yang sesuai dengan konsep HOLISTICS perawatan, dan juga dapat "memberikan kontribusi penting terhadap restrukturisasi dan reorganisasi keperawatan" (Walsh, 2000, hal.39)

Singkatnya, rencana untuk penilaian spiritual dan perawatan oleh perawat perlu memiliki studi percontohan dan evaluasi. Ada teori manajemen dari yang untuk memilih yang didukung oleh penelitian dan praktek. Situasional Kepemimpinan adalah salah satu teori tersebut yang memiliki sejarah panjang dalam penelitian dan pengembangan.

2. Situasional Teori KepemimpinanSalah satu hasil dari perang dunia II adalah serius, kepentingan nasional dalam mempelajari perilaku kepemimpinan dan kelompok. Awak pesawat (pilot, co-pilot, insinyur penerbangan, navigator, pembom, dan hingga lima penembak) di B17, B24, B29 dan pembom harus bergaul. Masing-masing memiliki pekerjaan tertentu, dan jika kru tidak bekerja sama, mereka tidak akan mencapai target mereka dan / atau semua bisa mati. Para ahli dipanggil ke Washington, DC, untuk memberikan bimbingan. Penelitian ini dimulai dengan sungguh-sungguh, dan pada pertengahan 1950-an, ilmu kecil Kelompok tugas dan kursus manajemen organisasi yang ditawarkan di negara bagian Ohio, Michigan, dan pusat-pusat penelitian bisnis universitas lain. Nama-nama penelitian awal termasuk Drucker, Tannenbaum, Argyris, Bennis, Blake, dan Mouton, Stogdill, dan Cartwright dan Zander. Dalam 40 tahun terakhir, penelitian teori, praktek, dan konsultasi tentang perilaku kepemimpinan dan tugas kelompok telah mengembangkan basis ilmiah yang kuat yang tersedia bagi para pemimpin keperawatan. Misalnya, teks oleh Hersey dan rekan (2008) menyediakan dan pengenalan yang sangat baik untuk studi kepemimpinan, mensintesis teori dan penelitian ke dalam teori mereka sendiri Kepemimpinan Situasional.

Budaya organisasi birokrasi menyebabkan hubungan buruk, dangkal, dan curiga menurut Argyris (1962). "Tanpa kompetensi interpersonal atau lingkungan 'psikologis aman', organisasi ini berkembang biak bagi ketidakpercayaan, konflik antarkelompok, kekakuan, dan sebagainya, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan keberhasilan organisasi dalam pemecahan masalah" (Argyris, 1962, hlm. 43). Sebaliknya, di awal studi manajemen organisasi itu diakui bahwa jika nilai-nilai kemanusiaan atau demokrasi yang ditegakkan dalam suatu organisasi, maka percaya, hubungan otentik menjadi modus favorit komunikasi. Biasanya, ini fokus pada nilai-nilai kemanusiaan menghasilkan peningkatan kompetensi interpersonal, kerjasama antarkelompok, fleksibilitas, dan akhirnya, efektivitas organisasi. Orang diperlakukan sebagai manusia, dan mereka memungkinkan untuk mengembangkan potensi penuh mereka dalam bekerja dan tinggal nilai-nilai (Argyris, 1962; Hersey et al, 2008.). Komunikasi, persuasi, dan negosiasi adalah pusat untuk efektivitas organisasi.

Kepemimpinan Situasional didasarkan pada asumsi thet tidak ada gaya kepemimpinan tunggal sukses, melainkan, bahwa para pemimpin perlu menggunakan berbagai gaya yang dapat disesuaikan dengan kombinasi unik dari variabel yang ada dalam setiap situasi.

Komunikasi pemimpin kepada pengikut individu terbagi menjadi empat gaya. Dua yang pertama adalah pemimpin-terfokus, dan dua detik difokuskan pada pengikut. Pemimpin memilih gaya telah sesuai dengan diagnosis kematangan pengikut. Meskipun banyak pemimpin yang ditemukan memiliki satu gaya mendominasi, para pemimpin yang lebih efektif adalah orang yang dapat melenturkan antara gaya, tergantung situasi. Gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut (herseyet al, 2008.):a. Gaya 1: mengatakan. Di sini pemimpin memberitahu pengikut "apa yang harus dilakukan, kapan melakukannya, di mana untuk melakukannya, dan bagaimana." Petunjuk yang jelas dan pengikut diawasi ketat. Pengikut di tingkat kesiapan 1, memiliki sedikit kemampuan untuk melakukan tugas, dan jarang mau.b. Gaya 2: jual. Pemimpin menjelaskan alasan untuk tugas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pengikut untuk klarifikasi. Pengikut di Kesiapan tingkat 2 memiliki beberapa kemampuan tetapi hanya kadang-kadang bersedia melakukan tugas.c. Gaya 3: berpartisipasi. Pemimpin terlibat dalam dialog dengan pengikut untuk berbagi ide dan membantu membuat keputusan. Pada kesiapan level 3, pengikut sekarang memiliki sedikit kemampuan dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas dan sering bersedia untuk melakukannya.d. Gaya 4: mendelegasikan. Pemimpin sekarang percaya pengikut dan ternyata alih tanggung jawab atas keputusan dan kinerja mengenai menyelesaikan tugas. Pada tingkat kesiapan 4, pengikut sekarang memiliki banyak pengalaman menyelesaikan tugas dan biasanya sangat bersedia untuk menyelesaikannya.

Komunikasi, persuasi, dan negosiasi adalah keterampilan inti kepemimpinan. Penelitian menunjukkan bahwa variabel yang paling penting dalam kepemimpinan adalah komunikasi yang terjadi antara pemimpin dan pengikut (s) (sanford, 1950). Ini adalah fokus dari kepemimpinan situasional.

Kepemimpinan situasional berfokus pada tiga kompetensi dipandang perlu untuk sukses seorang pemimpin. Ini adalah sebagai berikut (Hersey et al, 2008.):

a. Mendiagnosis adalah kompetensi kognitif otak-atau. Ini adalah pemahaman tentang apa situasi sekarang dan mengetahui apa yang cukup dapat diharapkan di masa depan. Perbedaan antara keduanya adalah masalah yang harus dipecahkan. Perbedaan ini adalah apa kompetensi lain bertujuan untuk menyelesaikanc. Beradaptasi adalah adanya perilaku berkompetensi. Keinginan terlibat dan menggali sumber daya yang ada dalam beradaptasi dengan cara mengurangi kesenjangan yang ada dan keinginan dari seorang pemimpin.d. Berkomunikasi adalah suatu proses berkompetensi. Pemimpin harus berkomunikasi secara efektif. Jika pemimpin tidak dapat berkomunikasi sehingga orang tidak dapat memahami dan menerima, maka mereka akan tidak mungkin untuk memenuhi tujuan mereka.3. Situasi Kepemimpinan dalam Tim.Penelitian pada proses tugas kelompok kecil juga mengungkapkan bentuk gerakan organisasi awal melalui periode disorganisasi atau kekacauan reorganisasi pada tingkatan dalam mencapai tujuan. Sebuah kelompok didefinisikan dua orang atau lebih, dan ada untuk memenuhi kebutuhan masing-masing individu dalam kelompok sehingga masing-masing akan terpuaskan. Empat gaya utama pemimpin berkomunikasi yang digunakan dengan kelompok-kelompok tugas yang sama agar individu ikut (berkata, menjual, berpartisipasi, dan mendelegasikan). Proses ini meliputi dari mendefinisikan, menjelaskan, dan melibat kan untuk memberdayakan menurut keinginan pemimpin dari tingkat kematangan kelompok (hersey etal., 2008).Tingkat kesiapan kelompok meliputi empat tahap: pembentukan, mengikat, menyesuaikan, dan melakukan. Pada tingkat kesiapan membentuk, kelompok perlu arah dalam mendefinisikan tujuan dan sasaran yang bertentangan dengan tujuan kelompok. Para anggota yang tidak pasti dan tidak aman tentang peran mereka dalam kelompok. Periode awal ini kacau. Selama periode pengikatan, adanya kesediaan untuk menerima tujuan dan sasaran kelompok tetapi masih ada perbedaan pendapat, persaingan untuk pengakuan, dan upaya untuk mempengaruhi kelompok. Selama periode penyesuaian, ada kesepakatan yang besar pada tujuan tugas kelompok dalam mengembangkan kekompakan dan menyesuaikan dengan kelompok dan pembagian tugas. Akhirnya, selama periode pertunjukan, para anggota berpikir sebagai salah satu dan rela melakukan tugas. Disana persahabatan dan semangat tim sebagai kelompok menjadi mengatur diri sendiri (hersey et al., 2008).Ketika menggabungkan gaya kepemimpinan dan tingkat kesiapan kelompok, maka dapat diringkas sebagai berikut (hersey et al, 2008.):a. Kesiapan kelompok level 1: kelompok ini digambarkan sebagai tidak pasti dan dalam kekacauan, tanpa tujuan yang sama. Gaya pemimpin 1, definisi komunikasi dari mendefinisikan adalah konsentrasi tentang pengaturan akhir dan memberikan deskripsi peran dan tanggung jawab.b. Kesiapan kelompok level 2: anggota kelompok bersaing untuk pengakuan dan mempengaruhi selama fase pengikatan ini karena mereka mulai membawa tujuan pribadi mereka ke dalam perjanjian dan tujuan kelompok. Pemimpin gaya 2, "klarifikasi", keyakinan yang besar dalam tanggung jawab tersebut. Posisi pemimpin adalah pusat dalam lingkaran para anggota kelompok.c. Kesiapan kelompok level 3: anggota kelompok mulai datang bersama-sama, "bergerak", sebagai individu adanya penerimaan tujuan kelompok; mereka muncul rasa kekompakan. Pemimpin gaya 3, "yang melibatkan," adalah dialog dan terletak di dalam lingkaran anggota kelompok. Pemimpin menjadi lebih terlibat dengan penetapan tujuan dan berfungsi sebagai anggota aktif.d. Kesiapan kelompok Level 4: anggota kelompok mulai berfungsi bersama-sama, "melakukan" bersinergi satu sama lain menuju pencapaian tujuan. Pemimpin syle 4, "memberdayakan" memungkinkan tim menjadi mengatur diri sendiri. Para pemimpin berada di luar lingkaran kelompok untuk menyeimbangkan komunikasi antara kelompok dan organisasi dan / atau kelompok lainnya.4. Meninjau Dari Proses KelompokHersey dkk (2008, hal.261) definisi dari kelompok adalah interaksi antara dua atau lebih individu, dimana keberadaan semuanya (keberadaan kelompok sebagai sebuah kelompok tersebut) diperlukannya anggota untuk individu kelompok dalam kebutuhan mencapai kepuasan." Penting untuk dicatat bahwa anggota individu kelompok memiliki perbedaan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan menjadi bagian dari kelompok. Sebagai prinsip, sejauhmana kepuasan kebutuhan individu yang dicapai dapat membedakan efektif dan tidak efektifnya suatu kelompok; semakin besar kepuasan individu, semakin tinggi kemungkinan efektivitas kelompok(hersey etal., 2008). Menurut spesialis kerja, kepuasan kerja Menurut pengamat tenaga kerja, kepuasan bekerja dapat dilihat dari kenaikan gaji, pengurangan lembur kerja, dan manfaat yang nyata. Apresiasi, kepercayaan, dan rasa hormat tidak diperlukan adanya biaya. Serta, dukungan untuk peningkatan individu dan tujuan , telah diidentifikasi sebagai faktor penting dalam kepuasan kerja. Kepuasan kerja berarti memiliki pemimpin yang adil dan jujur , mendengarkan keluhan pegawai, dan membantu para pegawai dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk memajukan karir mereka . Beberapa berpendapat bahwa perawat mungkin tidak meninggalkan tempat kerja mereka akan tetapi meninggalkan pemimpin keperawatan ( gardner , 2008). Pemimpin perawat harus berhubungan dengan sejauh mana staff perawat merasa puas . Kepuasan kerja telah kembali menjadi isu penting di lingkungan tempat kerja, mengingat kekurangan perawat saat ini ( aiken et al , 2001; . Buerhaus et al , 2007 . ) .Anggota mengasumsikan adanya berbagai peran dalam proses di kelompok. Kebanyakan berasal dari konstruktif alami, memberikan kontribusi untuk diskusi, pemecahan masalah, dan mencapai tujuan kelompok. Peran ini memungkinkan bertanya, menunjukkan kemungkinan, mencatat, dan meringkas kemajuan kelompok. Namun, ada beberapa yang tidak membantu. Periode yang paling mengganggu dalam proses kelompok mungkin dalam kesiapan 1, "membentuk" dengan ketidakpastian dan kekacauan; dan kesiapan 2, "menyerbu" dengan antarkelompok disonansi dan kompetisi. Pada tingkat ini anggota dapat berperilaku dalam peran yang menghambat efektivitas kelompok, seperti mengkritik, menyerang, atau nama panggilan. Pemimpin perlu ikut campur tangan yang sesuai dengan diskusi tujuan, standar, dan umpan balik terhadap perilaku dan kemajuan bagi individu atau kelompok, tergantung pada situasi. Sejauh mana peran tidak membantu mungkin dapat mempengaruhi kepuasan anggota, dan tentu saja mengganggu komunikasi dan kolaborasi (hersey et al., 2008).Tempat kerja tidak selalu ada sebuah permusuhan. Ada dukungan pada tingkat nasional untuk mempromosikan komunikasi dan kolaborasi yang efektif. Adalah penting bahwa hubungan interdisipliner positif aktif dalam budaya berorganisasi.Menurut Departemen pelayanan masyarakat dan kesehatan amerika (2008, p.6), "dalam kongres tersebut mendukungan untuk program-program yang meningkatkan kolaborasi dan komunikasi di antara perawat dan profesional kesehatan lainnya dan mempromosikan keterlibatan perawat dalam organisasi dan fasilitas kesehatan seperti pengambilan keputusan klinis. "Akhirnya, "sebagai sarana untuk membantu kekuatan perawat dan dalam meningkatkan perawatan pasien, bagian 831 juga mengubah untuk meminta imbalan yang terkait dengan kerjasama dan komunikasi antar perawat dan profesional kesehatan lainnya, dan untuk mempromosikan keterlibatan perawat dalam pengambilan keputusan dalam perawatan kesehatan fasilitas. Dalam dokumentasi yang cukup juga ada yang menunjukkan kepuasan peningkatan kinerja yang berasal dari praktek-praktek tersebut"(USDepartment pelayanan kesehatan manusia dan 2008, hal.13).

5. Teori Komunikasi Terpeutik Keperawatan Dalam beberapa abad, penelitian terhadap perilaku manusia meningkat, tidak hanya di tingkat internasional dan nasional, tetapi juga dalam bisnis dan industri. Kemanusiaaan terhadap orang, terutama dalam perilaku komunikasi, sangat penting karena evoves perawatan kesehatan menjadi industri yang lebih besar dan lebih kompleks. Dalam laporan konferensi di durban Afrika Selatan (troupin 2001) dari pertemuan organisasi dokter keluarga dunia, david Satcher, mantan dokter bedah umum AS, meninjau sejarah kesehatan selama 100 tahun terakhir. Pesannya kepada dokter keluarga adalah untuk mengambil peran aktif dalam meningkatkan kualitas keseluruhan kesehatan melalui upaya terfokus. Dia mencatat bahwa sumber daya kesehatan dapat lebih merata jika kepemimpinan diarahkan untuk meningkatkan dan memanusiakan dalam masalah sistem perawatan kesehatan.Diusulkan bahwa jika tenaga kesehatan, khususnya perawat dianggap menngetahui semua karakteristik manusia, maka anggota tersebut akan cenderung menganggap pasien, klien, rekan-rekan, dan rekan-rekan professional lainnya dengan cara yang sama. Karena dari perawat yang terdaftar merupakan terbesar berkedudukan dalam perawatan kesehatan di Amerika Serikat, dengan 2,5 juta pekerjaan dari 4.585.000 orang yang bekerja di rumah sakit di Amerika Serikat upaya memanusiakan menjadi penting untuk perawatan kesehatan masyarakat (US Department tenaga kerja, biro statistik tenaga kerja, 2008). Hubungan dari teori Numerus telah berkembang untuk praktik perawat, biasanya ilmu penyakit jiwa dan konteks kesehatan mental. Pengambilan sikap merupakan faktor penting pemimpin perawat bisa menjadi secara pintar mengetahui itu dan sensitif terhadap bermacam macam sikap kemanusiaan dan sikap tidak kemanusiaan. Bahwa bisa juga di gunakan dengan pola yang berbeda beda dan hubungan interaksi. Daftar dari sikap sikap yang telah berkembang dengan mencari literatur untuk konsep konsep yang biasanya di gunakan pada hubungan promosi dan konseling. Kemudian persamaan telah di identifikasi mengguanakan sebuah thesaurus (kamus ensklopedia). Pola dari interaksi interaksi yang telah di identifikasi dari pembelajaran komunikasi disiplin dan diketahui biasanya menjadi komunikasi yang di gunakan sehari-hari.Inti dari pola interaksi adalah komunikasi paling berprikemanusiaan,kelompok yang hidup bersama adalah empat keterlibatan yang diperlukan: percaya, pengungkapan diri, timbal balik dan mendengarkan. Untuk contoh, pasien (atau pengikut) membutuhkan sebuah kepercayaan perawat (atau peminpin) cukup hanya pengungkapan diri kepribadian seseorang seringkali tidak di ungkapakan pada setiap orang lain. Perawat (atau pemimpin) membutuhkan respon dengan menyediakan timbal baliknya informatif namun mendukung untuk pasien (atau Follower). Keduanya perlu mendengarkan dengan intensionalitas apa yang dikatakan. Ini berkomunikasi, dan dengan definisi yang ditawarkan sebelumnya, ini adalah dialog yang ini juga perawatan rohani.Sebagai salah satu bergerak keluar pada model petterns interaksi (lihat gambar 8) untuk ketegasan konfrontasi dan konflik, persepsi semakin berbeda, akhirnya mengakhiri hubungan pemisahan, jika sikap yang tidak manusiawi secara konsisten digunakan. Namun, untuk tingkat bahwa sikap memanusiakan digunakan di tingkat manapun, hubungan bisa kembali ke tingkat berkomunikasi (box 8). Agenda, seperti situasi, latar belakang, penilaian, dan rekomendasi, (1985) solusi de Shazer terfokus terapi singkat, dan banyak "alat percakapan penting" seperti yang disarankan oleh Patterson dan rekan 2002 dapat digunakan dalam pola interaksi dan sikap kontinum. Komunikasi keperawatan alat pengamatan instruksi manual tahun 1989, mungkin dapat membantu dalam penelitian dan pengajaran HNCT.Dalam procces kelompok seperti yang dijelaskan dalam kepemimpinan situasional, yang berkomunikasi atau dialog HNCT dapat dipilih oleh desain untuk probabilitas tinggi hasil positif dalam kelompok ats bergerak melalui pembentukan, Stroming, norma, dan melakukan urutan proses kelompok.KemanusiaanTidak kemanusiaan

Percakapan

Individual

Analisis secara keseluruhan

Pilihan

Kualitas

Pandangan positif

Penerimaan

Empati

Kebenaran

Kepedulian

Tidak dapat diganti

Kerukunan

Kepala dinding

Tenaga atau kekuatan

Bicara sendiri

Golongan

Bagian bagian

Perintah

Keburukan

Tidak berpandangan

Keputusan

Toleransi

Memainkan peran

Tidak peduli

Dapat di habiskan

Pengasingan

Tanpa pertolongan

Tanpa kekuatan

Terkemuka dan Dapat Didefinisikan Untuk berhubungDialogical, komunikasi intim yang berlaku di antara dua atau lebih ramai orang; tengah-tengah komunikasi kemanusiaan. The tripoid pusat untuk berhubung adalah kepercayaan, pendedahan diri, dan pengaruh.

Mendengarkan

Inti dari berkomunikasi belibatkan membuat usaha sadar untuk mengurus apa yang orang lain katakan. Terutama untuk ekspresi perasaan, makna dan implikasi yang dirasakan. Ketika mendengarkan dengan intensionalitas atau ingin membantu, ini menjadi merasa kasihan untuk didengar. Kepercayaan Satu orang bergantung pada yang lain, mengambil risiko potensi kerugian dalam usaha untuk mencapai tujuan, apabila hasil yang tidak pasti; dan potensi kerugian dalam lebih besar daripada untuk keuntungan sekiranya kepercayaan tersebut dilanggar. Pengaruh Sambil menyifatkan bagaimana tingkah laku orang lain, kepercayaan, dan sebagainya dilihat; memberikan penilaian atau perasaan seseorang Penyingkapan diriRisiko penolakan dalam memberitahu bagaimana seseorang seseorang berasa, berfikir, dan sebagainya, mengenai "di sini dan sekarang" atau peristiwa existensial.

Penyataan hubungan teori kemanusiaan teori komunikasi kejururawatan.1. sejauh mana satu menerima komunikasi kemanusiaan daripada orang lain, ke tahap yang satu akan cenderung untuk berasa diiktiraf dan diterima sebagai seorang manusia.a. Walaupun menggunakan proses kejururawatan tehe, kepada sejauh mana jururawat dapat menggunakan komunikasi kemanusiaan, bahawa ijazah yang akan pelanggan, rakan sebaya, atau rakan sekerja cenderung untuk berasa diiktiraf dan diterima sebagai seorang manusia.b. Dalam persekitaran yang diberikan, jika keadaan kehidupan yang kritikal untuk membangunkan pelanggan, bagi memastikan jururawat menggunakan sikap komunikasi kemanusiaan dan corak semasa memohon proses kejururawatan, ke tahap yang sama akan kesihatan pelanggan cenderung untuk bergerak ke arah yang positif.2. Untuk tahap yang mendengar, amanah, pendedahan diri, dan maklum balas berlaku, dengan ijazah komunikasi kemanusiaan atau untuk berhubung juga accurs.3. Sekiranya satu cenderung untuk mengalami komunikasi kemanusiaannya (contohnya monological dan bukan komunikasi dialogical, kategori dan bukan individu), maka seseorang itu cenderung untuk bergerak ke luar (pada model) kepada corak seterusnya interaksi.4. Dalam hubungan interpersonal amanah, pendedahan diri, dan maklum balas, bagi memastikan bahawa sikap komunikasi kemanusiaannya dinyatakan oleh yang lain, untuk ijazah yang satu cenderung untuk menggunakan ketegasan sebagai corak interaksi.5. Sejauh mana ketegasan cenderung untuk tidak trut semula establsih-, pendedahan diri, dan maklum balas dan bagi memastikan bahawa sikap kemanusiaannya dinyatakan oleh yang lain, dengan darjah satu cenderung untuk menggunakan ketegasan sebagai corak interaksi.6. Untuk ijazah konfrontasi yang cenderung untuk tidak mewujudkan semula amanah, pendedahan diri, atau memberi makan kembali dan bagi memastikan bahawa kemanusiaannya sikap komunikasi terus dinyatakan oleh yang lain, dengan darjah satu cenderung untuk menggunakan resolusi konflik sebagai corak interaksi .7. Sejauh mana konflik cenderung untuk tidak mewujudkan semula amanah, pendedahan diri, dan maklum balas dan bagi memastikan bahawa sikapkomunikasi kemanusiaannya terus dinyatakan oleh yang lain.

8. ke tingkat yang memanusiakan sikap komunikasi terjadi dalam suatu hubungan, dalam hal severation, hubungan bisa dilanjutkan ke tingkat yang sama kedekatan tanpa pemisahan.

9. untuk sejauh mana perawat menggunakan communicaton memanusiakan, sampai ke tingkat itu akan perawat cenderung untuk menerima komunikasi dari memanusiakan lain-klien, rekan, kolega, dan pemimpin.

10. ke tingkat yang salah adalah awarw pilihan sendiri (dan motif) tentang pola interaksi, dengan derajat seseorang dapat mengembangkan keterampilan komunikasi dan kebiasaan yang cenderung memiliki hasil yang diprediksi dalam membangun, memelihara, dan mengakhiri hubungan interpersonal.

Peran Perawat dalam Perawatan SpiritualPerawat tidak pendeta. Ini diusulkan yhat Defintion spiritualitas untuk digunakan oleh perawat baris dalam setiap pasien dan perawat profesional berusaha untuk menggunakan defintion pasien sendiri dalam mengembangkan rencana individual perawatan. Etis, perawat harus tetap spiritual / agama owm mereka untuk diri mereka sendiri, menghindari dakwah. Fokusnya adalah pada apa yang secara sabar percaya, bukan perawat.

Meskipun definisi spiritualitas tampaknya tak ada habisnya dalam literatur, perawat harus bertanggung jawab atas lima dimensi utama: keyakinan, nilai-nilai, makna, tujuan, dan hubungan. Dimensi ini meliputi jenis informasi berikut: Keyakinan - mhether sebuah "lain" ada; bahwa ada kekuatan universal atau kekuasaan atau energi yang kreatif dan memperbaharui. Siapa atau apa yang Tuhan atau dewa (s) saya? Nilai - apa yang penting utama dalam hidup saya? bagaimana telah saya memprioritaskan sumber daya saya? Makna - apa yang akan saya berikan hidupku untuk? apa signifikansi atau implikasi dari peristiwa kehidupan saya, dan apa yang terjadi pada tubuh dan pikiran saya? Tujuan - apa yang saya "misi" dalam hidup? apa yang saya saya dipanggil untuk lakukan? apa tujuan yang tepat? di mana saya yang saya butuhkan? apa yang saya capai? apa yang bisa saya capai sekarang? Hubungan - apa hubungan utama atau kekuasaan dalam hidup saya? apa hubungan yang dimulai, dipertahankan, atau berakhir, mengingat, apa yang terjadi pada tubuh dan pikiran saya?

The BVMGR rubrik diusulkan sebagai panduan atau penilaian alat yang paling tepat untuk perawat. Daftar spesifik dari pertanyaan yang akan ditanyakan atau hanya mencatat jika wawancara penilaian formal dianggap tidak pantas. Disarankan bahwa wawancara formal mungkin tidak diperlukan karena perawat yang "ada" 24/7; perawat hanya perlu waspada terhadap topik BVMGR yang mungkin disebutkan selama perawatan rutin penderita. Jumlah menit dapat bervariasi, karena percakapan mungkin sangat singkat (misalnya, dalam ER atau ICU), atau melanjutkan untuk waktu yang lama (misalnya, mungkin rumah sakit atau konteks rehabilitasi) .Akhirnya, tidak masalah spiritual semua pasien 'menjadi penting sementara di bawah asuhan keperawatan, sehingga tidak mungkin appripriate untuk mengadakan wawancara formal dengan semua orang.

F. Melaksanakan Perawatan Spiritual Dalam Keperawatan

Tujuan

Pemimpin keperawatan perlu berkomunikasi kebutuhan untuk secara resmi merancang cara untuk memenuhi kriteria kesehatan holistik untuk perawatan spiritual tidak hanya untuk perawat tetapi juga untuk disiplin lain dan kelompok dalam lembaga (lihat kotak tips praktis). sangat penting untuk mendapat dukungan dari pemimpin pemimpin perawat. (Yaitu Kepala Departemen-departemen dalam lembaga, atas administrator, mungkin dewan direktur). semakin banyak orang di luar kelompok keperawatan yang mendukung semakin mudah akan untuk menerapkan perubahan. seseorang dapat mengharapkan beberapa kritik, seperti "perawat tidak pendeta"! atau "personil kantor dokter dan mengakui mendapatkan informasi" dengan mendukung komentar dari pemimpin pemimpin. pemimpin perawat garners dukungan.

Tujuan luas perlu diidentifikasi. misalnya, pendekatan spiritual perlu perawatan menjadi ekumenis atau semua-inklusif. berbagai macam sistem kepercayaan agama dan spiritual harus diakui dan dihormati. Kebutuhan ini untuk memasukkan orang-orang yang mungkin tidak memiliki dukungan dari komunitas iman, seperti ateis atau agnostik. etika perawatan spiritual perlu dibentuk awal. perspektif pasien spiritualitas adalah untuk menjadi panduan untuk memberikan perawatan individual, bukan perawat. ini dapat terjadi di sebuah rumah sakit Yahudi oleh perawat Kristen atau Buddha saat merawat seorang ateis, mormon, islamic, atau pasien hindu. perawat tidak bisa diharapkan untuk mengetahui tentang masing-masing dari sistem kepercayaan ini, tetapi mereka perlu belajar apa yang harus bertanya dan mendengarkan keyakinan individu yang berdampak pada kesehatan pasien.

Tugas

Salah satu strategi untuk melaksanakan perawatan spiritual adalah untuk pemimpin perawat untuk meminta lima relawan perawat untuk melayani pada spiritual tim task perawatan khusus. dengan memiliki jumlah ganjil (misalnya, 5 atau 7 atau 9 anggota), komposisi kelompok dapat memungkinkan mencapai suara mayoritas dan cenderung memfasilitasi teh kemajuan tim. juga cenderung untuk memberikan tim timline untuk menyelesaikan proyek tersebut. memiliki orang-orang perawat yang awalnya tertarik pada tugas yang terlibat sebagai pengadopsi awal akan cenderung meningkatkan keterlibatan mereka serta kepuasan, perawat ned memiliki kepemilikan kelompok mereka. profesional lainnya, seperti pendeta atau dokter onkologi, dapat diundang untuk melayani sebagai consultasnts atau memberikan sumber daya pendidikan untuk kelompok.seperti yang tercantum dalam teori kepemimpinan situasional pemimpin perlu menyadari tingkat kepuasan kerja masing-masing anggota kelompok mengalami.

Pemimpin dapat menggunakan pekerjaan / komunikasi / kepuasan / kepentingan (JCSI) survey dan penelitian (bettey, di media, duldt, 1980). alat ini dapat membantu dalam memantau pengikut satisfactoin, pekerjaan mereka dan komunikasi organisasi, mengatakan karena pentingnya dirasakan setiap aspek laki terlibat.

1. Peran Pemimpin Perawat

pemimpin perawat mungkin akan menemukan studi yang cermat kepemimpinan situasional membantu. gaya hubungan, mendefinisikan, menjelaskan, melibatkan, akhir memberdayakan menggambarkan probabilitas tertinggi di dalam kelompok.

2. Komunikasi Dalam KelompokKlasik penelitian Baveles (1953) mengungkapkan cara terbaik untuk berkomunikasi dalam suatu kelompok untuk efektivitas kinerja tugas, serta untuk semangat kelompok. Pola komunikasi yang diuji adalah (1) otokratis, hub, atau pola bintang dan (2), pola lingkaran yang demokratis. Lima anggota berada di masing-masing kelompok experiemental. Dalam pola bintang, anggota menulis pesan hanya untuk pemimpin di pusat atau hub-kelompok pola komunikasi satu arah terbukti tercepat tapi bisa memiliki efek negatif pada moral. Semua pesan pergi dari satu anggota ke pemimpin; anggota tidak bisa mengirim pesan ke satu onether. Dengan setiap percobaan eksperimental, para anggota mengembangkan pendapat rendah diri (kecuali untuk pemimpin), dan mereka menjadi puas. Beberapa disabotase tugas dengan menulis pesan dalam bahasa forieign atau hanya merobek pesan. Pemimpin di hub kelompok senang mendapatkan semua pesan dan berpartisipasi dengan keadaan darurat, anggota cenderung untuk menghindari tanggung jawab dan untuk melihat ke pemimpin untuk memecahkan masalah; kelompok tidak tampil dengan baik. Namun, secara keseluruhan, kelompok ini terbukti untuk memecahkan masalah lebih cepat dan kesampaian lebih dari te kelompok lingkaran. Sebaliknya, pada kelompok lingkaran demokrasi, bara bisa mengirim pesan ke satu anothere komunikasi dua arah atau dialocal. Kemajuan itu describedas lambat dan akurat, tetapi para anggota senang. Tidak ada pesan satu harga dalam bahasa asing dan sejenisnya, pesan hafalan dalam bahasa asing dan sejenisnya, pada mereka tampak seperti tugas meskipun mereka ere penting kerja sendiri. Tidak ada seorang pemimpin narged. Karena pesan lebih dikirim, kelompok lingkaran memiliki keuntungan check-punggung dan oportunities untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan. Dalam pergi darurat, para anggota menjadi hesive dan mampu memecahkan masalah, membantu dengan situasi yang jauh lebih baik daripada yang pola bintang.

Percobaan ini menunjukkan bagaimana komunikasi mempengaruhi bagaimana orang merasa tentang di mereka dan prestasi kerja, partisipasi, kepuasan, dan tanggung jawab. Meskipun mengalami. Pemimpin keperawatan mungkin merasa nyaman menggunakan pola, pemimpin dengan pengalaman kurang mungkin merasa lebih nyaman dengan pola bintang. mungkin tepat untuk menggunakan kedua pola, tergantung pada variabel situasional dalam organisi sebagai keseluruhan. Itu menyarankan agar lingkaran akan sangat keperluan ini dalam introducting perubahan dalam rangka untuk mengembangkan commitmen dan volvement anggota. menggunakan pola komunikasi bintang mungkin cenderung menghasilkan resenten dan oposisi, dan itu harus dihindari jika pola lingkaran demokratik komunikasi adalah tempat currentlyin. sebelum menerapkan perubahan, pemimpin perawat yang juga disarankan terlebih dahulu menganalisa pola komunikasi saat ini di tempat.Tips praktis

Rekomendasi untuk menerapkan program perawatan spiritual

1. Mendapatkan dukungan dari pemimpin dan pemimpin lembaga lain yang sesuai.2. Membujuk pengikut untuk menerima Tujuan dari program, meminta relawan hidup dari total kelompok untuk melayani pada kelompok tugas kelompok kecil untuk merancang program.3. Menjalin komunikasi dengan para pemimpin lembaga lain, terutama pendeta dan lainnya yang dapat berfungsi sebagai narasumber untuk tugas kelompok.4. Menggunakan gaya kepemimpinan situasional 1-4 dan tingkat kematangan pengikut / kelompok 1-4 untuk mendiagnosis cara yang tepat untuk berkomunikasi dengan kelompok.5. Estabilish tujuan kelompok: untuk mengembangkan acumenical, multikultural Program, pedoman, dan kebijakan untuk perawatan spiritual dari semua pasien.6. Menganalisa pola kelompok komunikasi dalam budaya lembaga dan kelompok tugas (yaitu bintang atau lingkaran)7. Mendorong pola lingkaran daripada pola bintang dalam kelompok jika dianggap tepat.8. Memerlukan studi percontohan dan evaluasi dari program yang diusulkan sebelum pelaksanaan seluruh badan.9. Setelah implementasi, meminta agar barang-barang ditambahkan ke evaluasi pasien dari menerima umpan balik tentang bagaimana pengumuman make kepada masyarakat luas yang sesuai.

Lima "Rs" rubrik untuk peran perawat

Peran perawat dapat dilihat sebagai terbatas dari lima lima ": mengenali, merespon, rekaman, pelaporan, dan merujuk.

Perawat perlu mengenali gejala distres spiritual, dan mereka perlu knownthe cara menanggapi ini pasien tertekan dengan cara yang memiliki probabilitas tinggi keberhasilan dalam menghibur orang-orang ini. Maka perawat perlu mencari tahu apa yang harus merekam dan melaporkan ehile mengingat hukum, etika, dan "perlu tahu" kerahasiaan menggugat. Akhir, perawat perlu tahu kepada siapa referrais harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan setiap situasi.

Peran pendeta terdiri dari penilaian terus mengidentifikasi isu-isu spiritual tertentu dan untuk mengembangkan rencana perawatan menangani setiap masalah. Pendeta yang kemudian akan melaksanakan rencana tersebut dan mengevaluasi respon pasien, menyesuaikan rencana seperti yang ditunjukkan. Proses ini dapat terus dari waktu ke waktu yang cukup. Setelah pemecatan dari rumah sakit, pasien bisa dirujuk ke sumber daya masyarakat, terutama jika pasien adalah anggota komunitas iman.

MASALAH SAAT INI DAN TREN

1. Pembinaan komunikasi

Di sini banyak pendekatan untuk teching keterampilan komunikasi untuk mahasiswa keperawatan. Kebanyakan pendekatan berdasarkan prosedur, teknik, dan / atau brics yang memberikan agenda topik untuk menjadi topik yang luas yang tidak jelas apa yang akan dimasukkan. Selain itu, mengajarkan keterampilan komunikasi sangat menantang dalam kondisi keanekaragaman budaya,

Apa yang dibutuhkan adalah sebuah teori komunikasi secara umun dan khusus untuk perawat yangakn menyediakan sebuah gambaran kerja dari sebuah keahlian komunikasi mengajar untuk belajarperawat. Perspektif HNCT dari komunikasi diyakini berguna disemua situasi dalam praktek perawat, dan demikian itu bisa menempatkan sebagai sebuah teori untuk menentukan tingginya sebuah daerah. Teori ini membantu perawat dalam menyalin dari jarak lebar dari fakta isi pesan-pesan dan perasaan demikian juga pola dari interaksi dan pengalaman-pengalamn perilaku di dalam praktek dari merawat.Teori keperawatan ini dapat dimanfaatkan dalam hubungannya dengan teori-teori keperawatan lain untuk memberikan perspektif yang unik dari dimensi komunikasi interaksi antar interpersonal. HNCT yang realistis dalam hal itu mengakui memanusiakan serta sikap yang tidak manusiawi komunikasi eith perawat, klien, dan lainnya. Teori ini adalah "adalah" daripada "harus" teori. menyediakan perawat dengan pilihan untuk memilih sepanjang kontinum memanusiakan untuk memanusiakan sikap, dan perawat dapat melakukan intervensi dengan desain si bahwa tidak mungkin melarikan diri dari pola-pola negatif komunikasi. menyediakan pola dan sikap arah. meskipun teori ini teori ini mudah dimengerti untuk perawat klinis, tidak banyak digunakan dan waran penelitian fruther.

Ada kebutuhan untuk menentukan pendekatan teoritis berdasarkan penelitian dan bukti-didukung untuk komunikasi mengajar. adalah penting bahwa pendekatan ini paling efektif di dalam mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal pada siswa keperawatan untuk memastikan bahwa mereka memiliki probabilitas tertinggi menanggapi dengan cara yang memanusiakan dengan pasien dalam situasi kehidupan yang kritis. kriteria untuk menentukan tingkat memanusiakan atau memanusiakan yang terjadi adalah apa yang dialami oleh penerima pesan pembicara, yang merupakan respon dari penerima. ini analog dengan penerima pesan yang melecehkan seksual yang menentukan makna pesan tanpa maksud pembicara. BAB III

PENUTUP

A. KesimpulanKomunikasi adalah proses di mana informasi, persepsi, dan pemahaman yang ditularkan dari orang. Sebagai bagian integral dari setiap hubungan, komunikasi penting untuk perawat. Pemimpin perawat dan manajer dapat melihat komunikasi sebagai untuk menyelesaikan pekerjaan dan memenuhi tujuan. Pentingnya komunikasi berkisar efektivitas dan iklim di mana komunikasi berlangsung. Komunikasi yang efektif ditingkatkan dengan jelas, langsung, lugas, dan sering bertukar pesan. Perawatan spiritual dalam praktek klinis agen adalah contoh kepemimpinan komunikasi. Spiritualitas itu sendiri kompleks, unik, sulit. Sebagai seorang pemimpin, perawat bertanggung jawab untuk bidang pengetahuan, kekuasaan, dan pengaruh.Ada kebutuhan besar dalam profesi kesehatan untuk memberikan perawatan holistik (tubuh, pikiran, dan jiwa) ke semua klien, regardlness karakteristik agama, etnis, dan budaya, dalam manusiawi (menghakimi dan penuh kasih) cara.

Memilih teori kepemimpinan:1. Chaos Theory dan Kompleksitas Teori2. Situasional Teori Kepemimpinan

3. Situasi Kepemimpinan dalam Tim.4. Meninjau Dari Proses Kelompok

5. Teori Komunikasi Terpeutik Keperawatan

Dalam melaksanakan Perawatan Spiritual Dalam KeperawatanPemimpin keperawatan perlu berkomunikasi kebutuhan untuk secara resmi merancang cara untuk memenuhi kriteria kesehatan holistik untuk perawatan spiritual tidak hanya untuk perawat tetapi juga untuk disiplin lain dan kelompok dalam lembaga (lihat kotak tips praktis). sangat penting untuk mendapat dukungan dari pemimpin pemimpin perawat.

B. Saran

Kami berharap semoga dalam penyususnan makalah mengenai komunikasi, persuasi dan negosiasi dapat memebri ilmu pengetahuan kepada mahasiswa keperawatan khususnya tingkat II Keperawatan.