KOMPETENSI GURU PROFESIONAL DALAM PERSPEKTIF...
Transcript of KOMPETENSI GURU PROFESIONAL DALAM PERSPEKTIF...
KOMPETENSI GURU PROFESIONAL
DALAM PERSPEKTIF HADIS
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
SONY HARIYANTO
1110011000062
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
r
KOMPETENSI GURU PROFESIONAL DALAM PERSPEKTIFHADIS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.D
Oleh:
Sony Hariyanto
NIM: 1110011000062
Pembimbing
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARTF HIDAYATULLAH
JAKARTA
20t4 M/1435 H
Dr. H. Abd707 1983 I 00s
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul KOMPBTENSI GURU PRoFESIoNAL DALAM
PERSPEKTIF HADIS disusun oleh, Sony Hariyanto, NIM. 1110011000062,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan
dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
lakarta,, 4 Desember 2014
Yang mengesahkan,
Pembimbing
NIP:19580707 1983 1 005
LEMBAR PENGESAIIAN
Skripsi berjudul KOMPETENSI GURU rRoFESIoNAL DALAMPERSPEKTIF HADIS disusun oleh Sony Hariyanto, NIM. 1110011000062,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingandan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidangmunaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta,0&..,9*. :P\T
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal
Dr. H. Abdul Majid Khon. M. AgNIP:19580707 1983 I 005
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Hj. Marharnah Saleh. Lc. M.ANIP: 19720313 200801 2 010
Penguji I
Dr. Mundzier Suparta. M.ANIP: I 9540707 1984 020001
Penguji II
Heni Narendrani. M.Pd.
NIP: 1971A512199603 2 002
'/u^''
,, /r_ rs<
r-2-/r t-,t(
Mengetahui:
s20 1e8603 2 001
iii
a Tangan
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Angkatan
Alamat Jl. Gg. H. Longkot Kel. Jatiluhur - Kec. Jati Asih - Bekasi
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul KoMPETENSI cuRU PROFESTONAL
DALAM PERSPEKTIF HADIS adalah benar hasil karya sendiri di bawah
bimbingan dosen:
Nama Pembimbing
NIP
-ssahzta
Sony HarivantoNIM: 1110011000062
Sony Hariyanto
1 1 1001 1000062
Pendidikan Agama Islam
2010
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag
19580707 1983 1 00s
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 4 Desember 2014
Yang Menyatakan
w
IV
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi dengan judul
..KOMPETENSI GURU PROFESI0NAL DALAM PERSPEKTIF
HADIS' yang disusun oleh:
Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
Angkatan
Sony Hariyanto
1 1 1001 1000062
Pendidikan Agama Islam
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
20t0
Jakarta,4.:kA. :.2014
embimbing
IP:19580707 1983 I 005
vi
ABSTRAK
Sony Hariyanto
NIM: 1110011000062
KOMPETENSI GURU PROFESIONAL DALAM PERSEPEKTIF
HADIS
Dalam Al-Qur`an dan Hadis banyak membicarakan berbagai macam aspek
yang berkaitan dengan kehidupan. Diantara masalah yang menjadi fokus adalah
pendidikan termasuk juga tentang profesionalisme seorang guru. Hadis
merupakan sumber yang Kedua setelah Al-Qur’an dalam dunia pendidikan Islam.
Sebagai sabda Nabi Muhammad Saw, Hadis menjadi sumber pendidikan Islam
yang kedua dan utama setelah Al-Qur’an.
Karakter sebagai karunia yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, yang
merupakan bentuk aktualisasi dari setiap prilaku dalam kehidupannya. Dengan
karakter yang tangguh dan kuatlah suatu bangsa akan mampu menjadi bangsa
yang mandiri, demikian pula dalam dunia pendidikan, terlebih oleh para pendidik.
Para pendidik harus lebih awal memiliki karakter dan sikap profesionalisme yang
dapat diikuti dan dicontoh oleh para siswanya, karena setiap langkah, gerak, dan
ucapan akan mempengaruhi karakter daripada siswa. Tujuan pendidikan,
disamping untuk menghasilkan manusia yang pintar dari segi intelektual juga
untuk membentuk sifat dan karakter siswa-siswinya.
Melihat begitu pentingnya peranan profesionalisme seorang guru dalam
dunia pendidikan, maka penelitian yang intensif terhadap sikap profsionalisme
menjadi hal yang sangat penting, karena hal itu akan membantu pemahaman dan
pengembangan karakter, dengan demikian diharapkan setiap orang akan mampu
mengoptimalkan potensinya. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap
keharmonisan kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
Mengingat begitu penting kedudukan sikap profesionalisme dalam dunia
pendidikan yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional khususnya, dan
kehidupan bermasyarakat pada umumnya, maka penulis ingin mengkaji lebih
lanjut tentang karakter guru profesional tersebut, seperti apakah karakter yang
harus dimiliki oleh seorang guru profesional, yang akan disampaikan dalam
skripsi ini.
vii
ABSTRACT
Sony Hariyanto
NIM: 1110011000062
PROFESSIONAL COMPETENCE OF TEACHER
IN THE HADITH PERSPECTIVE
In the Qur'an and the Hadith many discuss various aspects related to life.
Among the issues are the focus is on professional education as well as a teacher.
Hadith is the source of the Second after the Quran in Islamic education. As the
words of the Prophet Muhammad, Hadith become the second source of Islamic
education and the main after the Qur'an.
Character as a gift given by God to His servant, that is a form of
actualization of each behavior in life. With a strong character and the strong of a
nation will be able to become an independent nation, as well as in education,
especially by the educators. The early educators must have the character and
attitude of professionalism that can be followed and emulated by the students,
because every step, movement, and speech will affect the character rather than the
student. Educational purposes, in addition to generating a smart man in terms of
the intellectual as well as to establish the nature and character of students.
Seeing the importance of the role of teacher professionalism in education,
the intensive study of the attitudes profsionalisme becomes very important,
because it will help the understanding and development of character, thus
expected that each person will be able to optimize its potential. This course will
greatly affect the overall harmony of community life.
Given the important position of professionalism in education that must be
owned by a professional teacher in particular, and social life in general, the
authors wanted to study more about the character of the professional teachers,
such as whether the character to be possessed by a professional teacher, which
will be delivered in this thesis.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Pencipta Alam Semesta yakni Allah
SWT yang mana telah memberikan nikmat yang tidak dapat dihitung dan diukur
oleh siapapun, sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta Salam semoga selalu terlimpah dan tercurahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, manusia yang paling sempurna di alam semesta ini
Skripsi yang berjudul “Kompetensi Guru Profesional dalam Perspektif
Hadis” ini disusun guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kami menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, dengan
demikian kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dan semoga skripsi ini dapat
diterima, serta bermanfaat di kemudiaan hari, khususnya bagi kami dan umumnya
bagi para pembaca.
Banyak pihak yang membantu dan membimbing proses penuslisan dan
penyusunan skripsi ini, tanpa dukungan mereka rasanya sangat mustahil penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tiada
tara dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada pihak-pihak
tersebut, diantaranya:
1. Dra. Nurlena Rifa’I, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang
telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberi motifasi dalam
penyusunan skripsi ini.
ix
5. Dr. Khalimi, M.A, selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan
bimbingan, nasehat, dan motivasi selama perkuliahan berlangsung.
6. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dalam penulisan skripsi ini
memberikan andil besar dalam hal penyediaan pustaka dan sumber-sumber
bacaan untuk kelancara penulisan skripsi ini.
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta di kampong halaman, yang berkat didikan serta
upaya keras keduanya, penulis dapat menempuh jenjang pendidikan dasar
hingga pendidikan tinggi dengan baik.
8. Drs. H. Subarja M.Pd, dan Ibu H. Nunung Sukaesih, S.Ag, selaku Pembina
Yayasan Bina Ikhwan yang senantiasa memberikan motivasi, nasehat dan
fasilitas, sehingga dapat menyelesaikan kuliah dengan baik.
9. Teman-teman mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya teman-
teman seperjuangan angkatan 2010 yang telah memberikan motivasi,
membantu penulis untuk berbagi pendapat dan tenaganya berkaitan dengan
penulisan skripsi ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah lah semuanya saya kembalikan. Semoga
segala amal yang telah mereka sumbangkan mendapat balasan yang lebih banyak
dan lebih berkah dari Allah SWT dan menjadi tabungan sebagai bekal di akhirat
kelak. Amin.
Ciputat, 4 Desember 2014
Penulis
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing .......................................................... i
Lembar Pengesahan .............................................................................. ii
Lembar Pernyataan……………………………………………………. iii
Abstrak ………………………………………………………………... vi
Abstrak ……………………………………………………………….. vii
Kata Pengantar ………………………………………………………… ix
Daftar Isi ………………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………….. 11
C. Pembatasan Masalah ………………………………………….. 11
D. Rumusan Masalah …………………………………………….. 12
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………... 12
F. Manfaat Penelitian....................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru (Pendidik) Profesional…………….……………………… 14
1. Pengertian Guru Profesional………………………….......... 14
2. Syarat Guru Profesional …………………………………… 20
B. Kompetensi Guru Profesional................................................ ….. 21
1. Pengertian Kompetensi ……………………………………. 26
2. Kompetensi Kepribadian ………………………………….. 27
3. Kompetensi atas Bahan Ajar ………………………………. 28
4. Kompetensi dalam Cara mengajar …………………………. 28
C. Hadis Sebagai Sumber Pendidikan ……………………………. 29
1. Pengertian Hadis …………………………………………… 29
xi
2. Kedudukan Hadis (Sunah) Nabi Muhammad dalam Islam … 31
3. Hadis Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan …………………. 32
4. Hadis Sebagai Sarana atau Dasar Pendidikan ……………… 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian …………………………………………. 37
B. Objek Penelitian ……………………………………..………… 37
C. Langkah-langkah Penelitian ………………………………….... 37
BAB IV GURU PROFESIONAL DALAM PERSPEKTIF HADIS
A. Kompetensi Guru Profesional ………………………………… 41
1. Bersikap Adil …………………………………………...... 43
2. Peduli Siswa ……………………………………………… 49
3. Akademis …………………………………………………. 53
4. Demokratis ………………………………………………... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………… 63
B. Implikasi ……………………………………………………… 63
C. Saran ………………………………………………………….. 64
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan sebuah bangsa. Bangsa atau
Negara akan menjadi maju apabila memiliki sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas dan bermutu tinggi. Adapun mutu suatu bangsa di kemusian hari
tergantung pendidikan yang diberikan ke generasi masa kini, terutama melalui
pendidikan formal yang diterima di sekolah.
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan berjangka panjang, di
mana berbagai aspek yang tercakup dalam proses saling erat berkaitan satu sama
yang lain dan bermuara pada terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup,
pengetahuan dan keterampilan dalam hidupnya. Pendidikan juga tidak dapat
dilepaskan dari peran guru. Guru adalah ujung tombak proses pendidikan, yang
mengantarkan anak didiknya kegerbang kesuksesan. Menurut Asef Umar Fakhruddin
guru adalah pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa dan
peradaban manusia. Ditangannya, seorang anak yang awalnya tidak tahu apa-apa
menjadi pribadi jenius, melalui bimbingannya lahirlah generasi-generasi unggul.1 Ia
tampil untuk memberantas kebodohan umat manusia, sekaligus menghujamkan
kearifan sehingga manusia bisa paham tentang makna kedirian dan makna kehidupan.
Ada pepatah mengatakan, “Guru digugu dan ditiru”, Artinya seorang guru
dipercaya dan menjadi teladan atau contoh bagi murid-muridnya. Apa pun yang
dibicarakan dan dilakukan oleh seorang guru, apalagi memang diperintahkan,
1 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Jogyakarta: Diva Press, 2010), Cet. Ke-2,
hlm.15
2
kemungkinan besar akan diikuti oleh muridnya. Bahkan, seorang murid bisa
mengembangkan lebih jauh dibandingkan gurunya. Sehingga, tidak heran jika ada
pepatah yang mengatakan, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Pepatah ini
menggambarkan bahwa murid melakukan peniruan tingkah laku dari seorang guru
yang kurang sopan dalam kacamata etika.
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang
mempunya nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab
itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang
penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga
Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini
dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alenia IV yang menegaskan bahwa salah
satu tujuan nasional Bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.2
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk mempersiapkan sumber
daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan pembangunan
bangsa, dimana kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan
pendidikan yang baik, peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan
harkat dan martabat bangsa Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu dari pendidikan antara lain berbagai pelatihan keterampilan dan
peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat
pengajaran, perbaikan sarana dan prasarana.3 Sebagaimana undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3
menjelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
2Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Terpadu (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2007),h.1 3 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rajawali Pers, 1992), hal.
123
3
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.4
Definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain:
1. Driyarkara mengatakan bahwa : Pendidikan adalah upaya
memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani
itulan yang disebut mendidik.
2. Ki Hadjar Dewantara dalam kongres Taman Siswa yang pertama pada
tahun 1930 menyebutkan : Pendidikan pada umumnya berarti daya
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
karakter), pikiran (intelek).
3. Di dalam GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa pendidikan pada
hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan
kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menananmkan nilai-nilai dan norma-
norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk
dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses suatu
pendidikan.
Dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan kegiatan yang diwajibkan
bagi setiap muslim, baik pria maupun wanita. Di dalam Hadis Rasul disebutkan:
4 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV.
Cemerlang, 2003), hal.7
4
و وسهم : طع د انخذري قال : قال رسىل اهلل صه اهلل عه سع ضة ن أب هب انعهم فز
عهى كم مسهم )رواه ابن ماجو(5
Dari Abi Sa’id al-Khudri, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut
ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu
kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk
maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Semakin
tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan mutu pendidikan
sebagai sarana untuk mencapai cita-cita tersebut. Jadi, antara kedudukan pendidikan
yang dilembagakan dalam berbagai bentuk dan model dalam masyarakat, dengan
dinamika masyarakatnya selalu berinteraksi (saling mempengaruhi) sepanjang
waktu.6 Sehinggan Allah sangat memuliakan bagi orang yang senantiasa mencari dan
memperkaya ilmu pengetahuannya. Dalam Q.S. Al-Mujaadilah ayat 11 Allah
berfirman:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadalah [58]: 11)7
Pada surat Al-Mujadalah di atas, dapat kita pahami begitu mulianya orang
yang mempunyai ilmu pengetahuan, sehingga Allah mengangkat derajatnya dan
menempatkannya pada derajat yang paling tinggi setelah orang yang beiman.
5 Muhammad bin Salamah bin Ja’far Abu Ja’far Abu Abdillah al Fidha’I, Musnad asy-Syihab,
(Beirut: Muassasah ar-Risaalah,t.th), Jilid I, h.137 6 Fuad Hasan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2003), hal.1-5
7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta, Syamil Quran,2009), hal.543
5
Bangsa sangat menaruh harapan terhadap sebuah pendidikan. Baik dan
buruknya sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan itu sendiri.
Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata yang dikutip oleh Najib Sulhan
mengatakan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah berintikan interaksi antara
pendidik dan peserta didik. Pendidik atau yang disebut guru memegang peranan
kunci bagi kelangsungan kegiatan pendidikan.8
Dalam hal ini pendidikan memegang peran penting dalam membentuk cara
berpikir sesorang. Sehingga dapat diasumsikan bahwa guru merupakan salah satu
komponen penting dari pendidikan yang berperan aktif dalam mengembangkan
keterampilan kritis. Dalam kegiatan belajar mengajar, keberhasilan dalam bidang
pendidikan sangat ditentukan oleh kondisi guru yang ada. “Guru memiliki andil yang
sangat besar dalam merancang, melaksakan dan mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar yang efektif dan efisien. Labih jauh lagi dikatakan bahwa guru adalah salah
satu komponen dalam bidang pendidikan yang ikut berperan dalam pembentukan
sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.9
Peranan guru tidak saja sebagai penyaji informasi, tetapi juga sebagai
fasilitator, motivator dan pembimbing, yang lebih banyak memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mencar dan mengolah sendiri informasi.10
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan
secara keseluruhan yang harus mendapatkan perhatian sentral, figure yang satu ini
akan selalu menjadi sorotan ketika berbicara masalah pendidikan. Karena guru
memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan. Oleh karena itu, upaya
perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan
8 Najib Sulhan, Kerakter Guru Masa Depan Sukses dan Bermartabat, (Surabaya: Jaring Pena,
2011), h.2
9 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rajawali Pers, 1992), hal.
123 10
Tabrani Rusyan,dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remadja
Karya, 1998), hal.140
6
memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang professional
dan mempunyai kompetensi yang berkualitas. Disamping itu, guru juga harus
memiliki standar kompetensi yang memadai, seperti standar mental, moral, social,
spiritual, intelektual, fisik dan psikis.11
Dalam perspektif Islam, pendidik atau guru menempati pososi penting dalam
proses pendidikan, maupun dalam proses belajar mengajar. Dialah yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik, potendi kognitif, afektif, dan psikomotorik
yamg terdapat pada anak didik harus diperhatikan perkembangannya agar tujuan
pendidikan dapat tercapai seperti yang diharapkan.
Dalam konteks umum, tujuan pendidikan tersebut antara lain
mentransmisikan pengalaman dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Definisi ini
sejalan dengan pendapat Jhon Dewey yang mengatakan bahwa pendidikan
merupakan pengalaman hidup, pembentukan kembali pengalaman hidup, dan juga
pembahasan pengalaman hidup sendiri. Sedangkan dalam konteks islam, pendidikan
dapat diartikan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai islam yang diselaraskan dengan fungsi
manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. Dari semua
pengertian pendidikan dan tujuannya sebagaimana disebutkan diatas, terlihat adanyta
subyek didik (guru) yang memberikan bimbingan, arahan dan objek didik (murid)
yang menerima bimbingan, arahan dan ajaran tersebut. Guru berfungsi ebagai
fasilitator dan petunjuk jalan ke arah penggalian potensi anak didik, dan murid
sebagai objek yang diarahkan dan digali potensinya. Lebih lanjut menurut konsep
pendidikan klasik guru atau pendidik adalah ahli dalam bidang ilmu pengetahuan dan
juga sebagai contoh atau model nyata dari pribadi yang ideal.
11
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), hal.28
7
Dengan penjelasan tersebut, terlihat bahwa dalam proses pendidikan intinya
harus ada tiga unsur, yaitu pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan. Ketiga hal
tersebut membentuk triangel, jika hilang salah satu komponen tersebut, hilang pulalah
hakekat pendidikan islam. Namun demikian, guru memegang peranan penting dan
kunci bagi kelangsungan kegiatan pendidikan. Tanpa kelas, gedung dan peralatan dan
sebagainya proses pendidikan masih dapat berjalan walaupun dalam keadaan darurat.
Tetapi tanpa guru, proses pendidikan hampir tidak dapat berjalan.12
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran guru. Guru adalah ujung tombak
proses pendidikan, yang mengantarkan anak didiknya kegerbang kesuksesan.
Disamping itu, menurut Asef Umar Fakhruddin guru adalah pribadi yang menentukan
maju atau tidaknya sebuah bangsa dan peradaban manusia. Ditangannya, seorang
anak yang awalnya tidak tahu apa-apa menjadi pribadi jenius, melalui sepuhannyalah,
lahir generasi-generasi unggul. Ia “tampil” untuk memberantas kebodohan umat
manusia, sekaligus menghujamkan kearifan sehingga manusia bisa paham tentang
makna kedirian dan makna kehidupan.13
Perubahan dan kemajuan bangsa selalu diinspirasi dan digerakkan oleh
pribadi-pribadi unggul dalam berbagai profesi dan bidang kehidupan. Bangsa ini
merdeka karena tampilnya pribadi-pribadi unggul.14
Karenanya, Negara ini sangat
memerlukan kehadiran para pendidik yang memiliki kemampuan professional
tersebut, guna hadirnya para generasi yang kompetitif dimasa datang. Tentunya
dengan pemberian pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan kondisi para peserta
didik saat itu.
12 Abudin Nata, Pendidikan Islam Perspektif Hadis, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.205-
206 13
Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Jogyakarta: Diva Press, 2010), Cet. Ke-2,
hlm.8. 14
Komarudin Hidayat, “Merindukan Pribadi-pribadi Unggul”, dalam Kompas, Jakarta, 4 Juni
2006, hal.7
8
Allah SWT menciptakan manusia dengan kelebihan diatas makhluk yang
lainnya dengan kelebihan yang sempurna, sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an
surat al-Isra’ ayat 70 sebagai berikut:
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan. (Q.S. Al-Isra’ [17]:70)
Pentingnya pendidik dalam dunia pendidikan sesuai denga tujuan al-Qur’an
yang membina manusia secara pribadi dan kelompok sehinggga mampu menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai
dengan konsep yang ditetapkan Allah.15
Pada prinsipnya mendidik adalah member tuntunan, bantuan, pertolongan
kepada peserta didik. Didalam pengertian memberi tuntunan telah tersimpul suatu
dasar pengakuan bahwa anak (pihak yang diberi tuntunan) memiliki daya-daya atau
potensi untuk berkembang. Potensi ini secara berangsur-angsur tumbuh dan
berkembang dari dalam diri anak untuk menjamin berkembangnya potensi-potensi
agar menjadi lancar dan terarah, diperlukan pertolongan, tuntunan dari luar, jika
unsur pertolongan tidak ada, maka potensi tersebut tetap tinggal potensi belaka yang
tak sempat diaktualisasikan16
.
Hadis Nabi merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
Hadis Nabi, sebagaimana Al-Qur’an menjadi pedoman hidup (Way Of Life) bagi
15
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur;an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. VIII, hal.172-173 16
Fuad Hasan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2003), hal.11
9
umat Islam. Rasulullah menjamin keselamatan bagi mereka yang konsisten dan
konsekwen merujuk segala tindakannya kepada Al-Qur’an dan Hadis Nabi.
Abudin Nata mencatat paling tidak ada tiga alasan tentang pentingnya
menghubungkan kajian pendidikan atau seorang guru dengan Hadis, yaitu: Pertama,
Nabi Muhammad SAW dinyatakan dalam Al-Qur’an sebagai suri tauladan yang baik
bagi umatnya. Sebagai suri tauladan yang baik Allah mengutus Muhammad SAW
menjadi suri tauladan bagi manusia, Firman Allah SWT Q.S. al-Ahzab ayat 21 yang
berbunyi:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 21)
Berarti termasuk pula suri tauladan dalam hal mendidik. Kedua,zaman
Rasulullah SAW adalah zaman yang berhasil melahirkan generasi yang memiliki
keunggulan di bidang moral, sikap keagamaan, kepribadian, intelektual, dan sosial.
Ketiga, Rasulullah diakui dalam al-Qur’an sebagai pendidik, di dalam Hadisnya
beliau menyatakan bahwa kehadirannya di muka bumi ini adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Pembentukan akhlak mulia itu selanjutnya
menjadi tujuan dan jiwa pendidikan islam.17
Jadi, di sinilah letak hubungan atau
kaitan antara guru dan hadis, karena Rasulullah juga selain sebagai utusan, beliau
juga sebagai guru yang banyak mengajarkan pelajaran dan tentang masalah-masalah
yang muncul dalam kehidupan kepada para sahabat.
17
Abudin Nata, Pendidikan Islam Perspektif Hadis, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.13-22
10
Proses pendidikan pada zaman Nabi pertama kali berpusat di rumah Arqam,
yang lebih dikenal dengan Daar Al-Arqam, langkah yang amat bijak dilakukan oleh
Nabi adalah pada tahap awal islam, melarang para pengikutnya untuk menampakkan
keislamannya dalam berbagai hal, tidak menemui mereka kecuali dengan sembunyi-
sembunyi dalam mendidik mereka. Nabi Muhammad tampil sebagai guru, ia
mengajarkan Al-Qur’an kepada para pengikutnya dan sekaligus menjelaskan hal-hal
yang penting dari ayat-ayat Al-Qur’an, serta membimbingnya agar hidup pada jalan
yang benar dan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. Di samping mengajar, Nabi
Muhammad SAW berperan sebagai problem solver terhadap masalah
kemasyarakatan, sosial dan keagamaan yang muncul di tengah-tengah masyarakat
sesuai petunjuk Allah melalui wahyu-Nya (Al-Quran) dan As-Sunnah.
Perhatian Nabi terhadap ilmu pengetahuan sangatlah luar biasa, hal ini
terbukti dengan adanya hadis Nabi, yang mengatakan konsep mencari ilmu itu
merupakan kewajiban setiap muslim, juga terbuka dalam menerima berbagai ilmu
pengetahuan yang mendatangkan maslahat, ketika melihat kemajuan di daerah luar
Arab, Nabi kagum dan menyuruh sahabatnya untuk menuntutnya dan memotivasinya
agar mencari ilmu kemanapun, walaupun ke Negeri China, sabda Nabi SAW:
و وسهم فإن بانصنهبىا انعهم ونىاط عن أنس بن مهك قال قال رسىل اهلل صهى اهلل عه
ضة عهى كم مسهم إن انمهائكة تضع أجنحتها نطانب انعهم رضا بما طهب انعهم فز
طهب ) أخزجو ابن عبد انبز(
“Dari Anasbin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tuntutlah ilmu
walaupun ke Negeri China, sesunguhnya mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.
Sesungguhnya malikat meletakkan sayapnya bagi pencari ilmu karena rida dengan
apa yang dicari.”(HR. Ibnu Abdil Barr)18
Berdasarkan hadis tersebut, penulis melihat adanya kemungkina peradaban
dan ilmu pengetahuan di Negeri China saat itu sudah sedemikian maju dan dikenal
18
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.139-140
11
oleh beberapa negara tetangganya, kendati jaraknya yang jauh tetapi kalau ada ilmu
yang manfaat maka wajib dituntut oleh kaum muslimin19
. Berdasarkan pada deskripsi
dalam latar belakang diatas, maka peneliti memberi judul penelitian tentang
“Kompetensi Guru Profesional dalam Perspektif Hadis ”.
Dengan demikian penelitian ini akan meneliti tentang Guru Profesional
Perspektif Hadis. Mengingat begitu besar pengaruh keprofesionalan seorang guru
dalam proses belajar mengajar untuk mencapai hasil yang maksimal dan mengingat
bahwa Hadis sebagai salah satu dari pedoman hidup yang dapat dijadikan rujukan
bagi perbaikan pendidikan dan pengajaran.
B. Identifikasi Masalah
Dengan dasar pemikiran diatas maka penulis akan memberikan penjelasan
tentang identifikasi masalah yang ditemukan sebagai berikut :
1. Banyak guru yang belum memenuhi syarat-syarat sebagai guru profesional.
2. Banyak guru yang belum memiliki kompetensi sebagai guru profesional.
3. Pendidikan sekarang lebih terfokus pada kecerdasan intelektual semata,
kurang menyentuh masalah karakter.
4. Rendahnya pengetahuan mengenai Hadis-hadis yang berbicara tentang
karakteristik guru profesional.
5. Kurangnya kesadaran guru untuk mempelajari hadis yang berkaitan dengan
guru profesional.
C. Pembatasan Masalah
Dalam pembatasan masalah ini, peneliti akan membatasi masalah-masalah
yang akan diteliti tentang kompetensi guru professional, hanya saja karena
19
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakart: UIN Jakarta Press, 2005), h.51
12
keterbaatasan waktu dan kemampuan penulis, maka penulis hanya akan menjabarkan
sebagian dari kompetensi-kompetensi tersebut, yakni: adil, peduli siswa, akademis,
dan demokratis.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka penulis mengajukan
rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimanakah konsep profesionalitas guru dalam perspektif Hadis ?
2. Hadis-hadis manakah dalam kitab-kitab Hadis (kutub al-sittah) yang
menjelaskan tentang kompetensi profesionalitas seorang guru (pendidik) ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan melihat dan memperhatikan rumusan masalah diatas, tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan konsep profesionalitas guru yang terdapat dalam Hadis-
hadis Rasul (Kutub al-Sittah)
2. Menemukan hadis-hadis tentang kompetensi profesionalitas guru.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan formulasi awal dalam
pembiasaan akhlak, serta pelajaran yang berharga bagi kaum muslimin, khususnya
para orang tua dan para guru. Diharapkan pula mereka akan selalu tetap berusaha
untuk mengikuti ajaran-ajaran dan anjuran-anjuran Al-Qur`an dan Hadis. Dan di
harapkan pula, manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai khazanah intelektual, khususnya bagi guru, calon guru, dan khlayak
umum yang bergelut dalam dunia pendidikan.
2. Meningkatkan pemberdayaan hadis dalam mendorong proses kegiatan belajar
mengajar
13
3. Memberikan pengetahuan baru kepada para guru dan calon guru untuk
dijadikan pedoman umum dalam perbaikan pengajaran.
4. Sebagai upaya pengembangan diri bagi penulis maupun bagi orang yang
membutuhkan.
5. Kajian ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
6. Untuk menggali dan memperluas makna Hadis yang dijadikan pokok
pembahasan berdasarkan beberapa penafsiran para ulama yang dijadikan
sebagai rujukan kedua setelah al-Qur’an, untuk kemudian dilakukan analisa
atas penafsiran tersebut, sehingga dapat dijadikan bahan kajian (renungan)
bagi para orang tua khususnya, dan umat Islam pada umumnya.
14
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Guru (Pendidik) Profesional
1. Pengertian Guru (Pendidik) Profesioanal
Guru atau pendidik mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perkembangan peserta didik dalam erbagai aspek, baik dari aspek afektif, kognitif
dan psikomotorik. Guru juga berperan sebagai faktor yang paling penting dan
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan arah pendidikan dan
keberhasilan belajar, karena pendidik memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
mengayomi, menuntun dan membimbing kearah yang lebih baik, sehingga tujuan
pendidikan dapat dicapai dengan maksimal.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Idonesia, Guru diartikan sebagai “Orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.”1
Guru dalam Permendiknas menunjukkan orang yang memiliki banyak ilmu
yang harus bertanggung jawab. Apa yang dimiliki itu diamalkan dengan sungguh-
sungguh. Dengan harapan anak didiknya lebih baik dalam segala hal yakni dimulai
dari persiapan, proses, hingga evaluasi. Dan semua pekerjaan itu harus
dipertanggung jawabkan, guru akan bangga bila melihat anak didiknya sukses
melebihi dirinya.2
Adapun pengertian pendidik menurut istilah telah dikemukakan oleh ahli
pendidikan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadari Nawawi, guru adalah Orang
yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Secara
lebih khusus lagi Ia mengatakan bahwa “Guru berarti orang yang bekerjanya di
1 Frista Art Manda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 1998), h.377
2 Najib Sulhan, Kerakter Guru Masa Depan Sukses dan Bermartabat, (Surabaya: Jaring Pena,
2011), h.2
15
bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu
anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.”3
Menurut pandangan tradisional, guru adalah seorang yang berdiri di depan
kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut persatuan guru-
guru amerika serikat, guru adalah semua petugas yang terlibat dalam tugas-tugas
pendidikan. Berdasarkan sumber itu dapatlah kita simpulkan bahwa seorang guru
bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Akan
tetapi dia seorang tenaga professional yang dapat menjadikan murid-muridnya
mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi.
Dengan demikian, seorang guru hendaklah bercita-cita tinggi, berpendidikan luas,
berkepribadian kuat dan tegar serta berprikemanusiaan yang mendalam.4
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen disebutkan dalam pasal 1 bahwa guru adalah Pendidik Profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah.5
Di Indonesia Pendidik disebut juga dengan guru, yang bermakna orang yang
patut “digugu dan ditiru”. Menurut Hadari Nawawi, Guru adalah orang-orang yang
kerjanya mengajar dan memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Lebih khusus
lagi Guru diartikan dengan orang yang berperan dan sekaligus bertanggung jawab
dalam pembentukan anak-anak dalam mencapai masa depan, terutama dalam
pembentukan perkembangan peserta didik.6
3Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan,
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1989), h.123 4 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h.9 5 Departemen Agama RI Dirjen Pendidikan Islam, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.2 6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam mulia, 2006), Cet.V, hal.58
16
Tidak bisa dipungkiri bahwa suatu masyarakat bisa dianggap relatif maju
atau modern, bila didalamnya ditemukan tingkat pendidikan yang relatif maju atau
modern, begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan anaslisa tersebut, nampak bahwa apa yang disebutkan di dalam
al-Qur’an mengenai adanya pendidik tersebut menggambarkan adanya
perkembangan masyarakat. Bila kita telusuri ayat-ayat al-Quran secara lebih
mendalam lagi, akan kita dapatkan beberapa ayat yang memberikan kita informasi
tentang beberapa golongan yang dapat dikategorikan sebagai pendidik dikarenakan
keistimewaannya dan keluasan ilmu yang mereka miliki, diantaranya:
a. Ulil Albab
Kaum ulil albab merupakan kaum cerdik sendikia, merekalah manusia
yang paling kompeten untuk menjadi pengingat dan pemberi pelajaran
(pendidik) bagi manusia, karena di dalam diri mereka terdapat tauladan
dan panutan yang dapat ditiru.
b. Ulin Nuha
Term Ulin Nuha menunjukkan pengertian cendikianwan, yakni orang
yang berakal sehat dan berpikiran tajam, pada merekalah kita seharusnya
berlomba-lomba menimba ilmu Allah, karena merekalah yang paling
mampu meletakkan sesuatu pada tempatanya dan memberikan kepada
orang lain masing-masing haknya.
c. Ahlu Dzikri
Ahlu Dzikri adalah orang yang ahli dalam peringatan atau orang yang
lebih tahu dan orang yang lebih kuat ingatannya. Kita boleh bertanya dan
menuntut ilmu kemana saja, walaupun mereka ahlu kitab, asal mereka
ahlu dzikri, yang ada pengetahuan yang akan diambil daripadanya.
Meskipun dalam hal akidah kita berbeda jauh dari mereka, namun dalam
pengetahuan umum tidaklah ada perbedaan.
17
d. Ulama
Ada beberapa kata ulama yang terdapat dalam al-Quran. Ulama
merupakan ahli ilmu dan ahli penerangan agama. Mereka merasa
berkewajiban menyampaikan yang hak walaupun terasa pahit. Allahlah
satu-satunya tempat bagi mereka untuk berlindung dan bertanggung
jawab. Kepada golongan seperti inilah kita dianjurkan untuk bertanya dan
menuntut ilmu.7
Dengan demikian, kata guru atau pendidik secara fungsional menunjukkan
kepada sesorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan,
keterampilan, pendidikan, bimbingan, pengalaman dan sebagainya. Karena guru
bukanlah seseorang yang sekedar berdiri didepan kelas dan menyampaikan materi
atau pelajaran, namun seorang guru juga adalah anggota masyarakat yang harus ikut
aktif dan berjiwa bebas kreatif dalam memperhatikan perkembangan anak didiknya
dan membentuk karakter mereka.
Istilah professional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan
sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti dokter, guru
atau pendidik, hakim dan yang lainnya.8
Menurut Nana Sudjana sebagaimana di kutip oleh Uzer Usman menyatakan
bahwa, kata profesisonal berasal dari kata sifat yang berarti mata pencaharian dan
juga sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian. Dengan kata
lain pekerjaan yang besifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan
oleh mereka yang khusus dipersiapkan dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh
mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.9
7Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakart: UIN Jakarta Press, 2005), h.216-
217 8 Kamal Muhammad Isa, Managemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahi Aneska,1994),
h.63 9Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda, 2011), Cet ke- 25, h. 14.
18
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah Profesionalisasi
ditemukan sebagai berikut:
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Profesional adalah (1)
bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk
melakukannya dan (3) mengharuskan melakukan perbayaran untuk meelakukannya.
Profesionalisasi adalah proses membuat suatu badan organisasi agar menjadi
professional.10
Jadi, secara umum seorang professional adalah sesorang yang
mempunyai keahlian khusus yang bekerja sesuai dengan kemampuan dan kompetensi
yang dimilikinya.
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
Guru Profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional baik yang bersifat pribadi, sosial,
maupun akademis. Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksiamal.
Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.
Menurut Surya, Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baikdalam materi ataupun
metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan
seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan
melaksanakna tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik,orang tua,
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), Cet. Ke ke-4. hlm. 897
19
masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung
jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual.
Guru Profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu, dirinya
yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik dalam belajar.11
Teliti dalam bekerja merupakan salah satu ciri profesionalitas. Demikian juga
al-Qur’an menuntut kita agar bekerja dengan penuh kesungguhan, apik, dan bukan
asal jadi. Dalam Q.S. al An’am [6]:135 dinyatakan:
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah
(diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.” (Q.S. al
An’am [6]:135)12
Ayat itu menunjukkan pula pentingnya seorang guru menguasai pengetahuan
yang mendalam terkait bidang studinya masing-masing, bahkan pengetahuan lainnya
yang berkorelasi dengan bidang studinya, agar mereka bisa menjawab pertanyaan dan
memberikan pengetahuan yang luas bagi siswanya.13
Jadi, seorang pendidik harus memiliki sifat kepribadian yang positif.
Bagaimanapun alasannya seorang pendidik harus memiliki sifat kelebihan dari anak
didiknya, karena dia bertugas mendidik dan mengajar anak-anak didik, serta
mengantarkannya menuju keberhasilan tujuan dan cita-citakan yakni memiliki
11
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Terpadu (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2007),h.1 12
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, (Jakarta, Syamil Quran,2009), hal.128 13
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktek, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2011), h.1
20
kepribadian yang takwa kepada Allah SWT. Seorang guru disamping keberadaannya
sebagai figure contoh (figure centered) di hadapan anak didiknya, dia juga harus
mampu mewarnai dan mengubah kondisi anak didik dari kondisi yang negative
menjadi kondisi yang positif dari keadaan yang kurang menjadi lebih. Guru atau
pendidik bagi anak didiknya bagaikan orang tua terhadap anak-anaknya.
Sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Abu Hurairah:
سنت ان ب نكى ب ب أ كىند اإ أعه
“Sesungguhnya aku terhadap kamu menduduki sebagai orang tua aku
mengajarkan kamu.” (HR. Abu Daud dan An Nasa‟i )14
Dengan demikian, guru yang professional itu harus memiliki berbagai
kelebihan, baik terkait dengan kepribadiannya, akhlak, spiritual, pengetahuan, dan
keterampilannya. Guru bukan saja seorang yang hanya mentransfer pelajaran kepada
peserta didik. Akan tetapi, lebih dari itu guru bertanggung jawab dalam pembentukan
karakter peserta didiknya, sehingga menjadi generasi yang cerdas, saleh, dan terapil
menjalani kehidupan.Oleh karena itu, sebelum guru membantu dan mengembangkan
pembentukan karakter peserta didiknya, terlebih dahulu guru harus memiliki karakter
baik lebih dulu.
2. Syarat Guru Profesional
Syarat guru profesional memang merupakan suatu hal yang harus dimiliki
oleh setiap guru. Menjadi guru profesional adalah menjadi impian semua guru di
tanah air, untuk menjadi guru profesional tidaklah sulit, karena profesionalitas
seorang guru datang dari guru itu sendiri.
Mengingat tugas guru yang demikian kompleknya, maka profesi ini
memerlukan persyaratan khusus. Persyaratan tersebut antara lain sebagai berikut,
14
An-Nasa’i, al-Mujtaba, kitab al-Iftitah, Bab at Thaharah, (Beirut: Dar al-Fikri, 1995),
h.176
21
Pertama, menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep atau teori ilmu dan
pengetahuan yang mendalam. Kedua, menekankan pada suatu keahlian dalam bidang
tertentu sesuai dengan bidang profesinya. Ketiga, menuntut tingkat pendidikan
keguruan yang memadai. Keempat, adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan. Kelima, memungkinkan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya. Lebih jelas, ada beberapa
syarat menjadi seorang guru profesional, antara lain:
1. Komitmen tinggi, artinya seorang guru profesional harus mempunyai
komitmen yang kuat pada pekerjaan yang sedang dilakukan.
2. Tanggung jawab, artinya seorang guru profesional harus bertanggung jawab
penuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya sendiri.
3. Berpikir Sistematis, artinya seorang profesional harus berpikir sistematis
tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
4. Penguasaan Materi, artinya seorang guru profesional harus menguasai secara
mendalam bahan atau materi yang sedang dilakukannya.
5. Menjadi bagian masyarakat profesional, artinya seyogyanya seorang
profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan
profesinya.15
Berdasarkan keterangan diatas, seorang guru professional haruslah memiliki
keahlian-keahlian dan keterampilan khusus seperti mempunyai komitmen yang
tinggi, tanggung jawab yang utuh, berpikir sistematis, menguasai materi dan aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan.
B. Kompetensi Guru Profesional
Guru merupakan figur sentral dalam proses pendidikan yang berlangsung di
sekolah. Dalam upaya peningkatan mutu, profesionalisme guru salah satu determinan
15
Aris Shoimin, Excellent Teacher, (Semarang: Dahara Prize 2013), h.18
22
yang dominan. Guru professional atau pendidik yang baik adalah guru yang
menyayangi muridnya, membantu mencarikan jalan keluar atas masalah yang
dihadapi oleh murid, murah senyum, memiliki kecerdasan intelektual dan emosional
yang tinggi, selalu mencoba untuk berbuat yang terbaik, dan mampu menyegarkan
suasana proses pembelajaran. Dari sudut pandang nilai budaya Indonesia (Sunda),
guru professional adalah seorang pendidik yang memiliki komara atau willpower atau
determinasi (strength of will, strength of mind, self control, dan self discipline) yang
sangat tinggi, sehingga dipatuhi (digugu) perkataannya dan diikuti (ditiru)
perilakunya.16
Rasulullah SAW telah mengisyaratkan dalam hadisnya tentang perlunya
pendidik yang professional dan bukan pendidik yang non-profesional atau pendidik
asal-asalan. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam al-Quran:
Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,
Sesungguhnya aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui, (Q.S.
Az-Zumar [39]: 39)
Guru adalah profesi, jabatan atau pekerjaan yang paling mungkin
menyumbangkan manusia-manusia terbaik yang dapat menjadi teladan, Keutamaan
profesi seorang guru sangatlah besar sehingga Allah SWT menjadikanya sebagai
tugas yang diemban oleh Rasulullah saw sebagaimana sabdanya:
ابع ررض انب صب ع ب ع اع: كهكى ر قبل ىهس يهع اهللههلل ع
كهكى ، رعيت اعر رييبانيسئل ع ةاران تيب م اهع اعانرجم ر،
16
Dodi Nandika, Pendidikan di tengah Gelombang Perubahan, (Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia, 2007), h.62
23
جز تي بهعتاعير سئلي ىكهك ا عر ىكهكف دنب رعيت )عهي يتفق(ع
Artinya: “Dari Ibnu Umar RA dari Rasulullah SAW, sabdanya: “ketahuilah
bahwa setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang apa
yang dipimpinnya, seorang Amir (penguasa) adalah pemimpin bagi rakyatnya, dan
akan ditanya kepemimpinannya, dan seorang laki-laki adalah pemimpin bagi stri dan
anaknya dan akan ditanya tentang keluarganya, camkanlah bahwa kalian semua
adalah pemimpin dan akan ditanya tentang apa yang dipimpinya (HR. Muttafaqun
„Alaih).17
Tugas dan Peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama
dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampui
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat.
Melalui sentuhan guru disekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang
memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh
keyakinan dan percaya diri. Sekarang dan kedepan, sekolah (pendidikan) harus
mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan
(akademis) maupun secara sikap mental.18
Kehadiran pendidik dalam proses pembelajaran memiliki peranan yang sangat
penting. Menurut Ramayulis, “Peranan pendidik belum dapat digantikan oleh
teknologi, seperti radio, televise, tape recorder, internet, computer maupun teknologi
yang paling modern. Banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, system nilai,
perasaan, motivasi, kebiasaan dan keteladanan yang diharapkan dari hasil proses
pembelajaran, yang tidak dapat dicapai kecuali melalui pendidik.”19
17
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakart: UIN Jakarta Press, 2005), h.48 18
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Terpadu (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2007),h.37 19
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam mulia, 2006), Cet.V, hal.58
24
Begitu besarnya peran dan tanggungjawab untuk bagaimana mendidik,
mengarahkan dan membentuk pribadi generasi muda yang unggul, kreatif dan cerdas.
Tugas ini tidaklah ringan dan bukan main-main. Namun misi besar ini tidak akan
tewujud apabila seorang pendidik melupakan dua hal yang prinsip yang harus
dimiliki, yaitu; karakter yang kuat dan cerdas. Dua hal itu apabila sudah membumi
dalam diri pribadi pendidik maka akan terbentuk karakter yang akan membedakan
mana guru yang benar-benar profesional dan kurang profesional. Karakter
yang kuat akan tercermin dari komitmen dan konsistensinya dalam
mengemban amanahnya sebagai guru serta mampu menjadi teladan yang baik bagi
siswanya. Sedangkan karakter cerdas tercermin dalam 3 hal yaitu; intelektual,
emosional dan spiritual yang baik.
Guru yang profesional adalah guru yang berkarakter kuat dan cerdas. Guru
profesional mampu memberikan dan menumbuhkan inspirasi agar peserta didik dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Karakter kuat dan cerdas terdapat dalam
pribadi guru sejati yang mampu mendidik dengan hati. Siawa dididik tidak dengan
diberikan ikan tapi diberikan kail dan mengajari bagaimana menggunakanya dengan
benar sebagaimana mestinya.20
Dalam standar Nasional Pendidikan, sepuluh kompetensi tersebut
disempurnakan menjadi empat kompetensi, yaitu: (1) Kepribadian, (2) Profesional,
(3) Kependidikan, dan (4) Sosial. Penyempurnaan tersebut dilakukan karena dari
pengamatan praktek sehari-hari terkesan bahwa dalam mengajar, guru cenderung
mengutamakan mengajar secara mekanistis, dan agak melupakan tugas mendidik.21
Keempat standar kompetensi guru tersebut masih bersifat umum dan perlu
dikemas dengan menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang
beriman dan bertakwa, serta sebagai warga negara Indonesia yang demokratis dan
20 http://susanto2020.wordpress.com/jurnal-profesi-guru-2/tanggal 29 Agustus 2013 jam
12.15 21
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h.1
25
bertanggung jawab. Di samping standar profesi diatas, guru perlu memiliki standar
mental, moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik, dan psikis.
1. Standar mental : seorang guru harus mempunyai mental yang sehat dan juga
harus memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya.
2. Standar moral : sebagai seorang guru harus memiliki budi pekerti yang luhur
dan sikap moral yang tinggi.
3. Standar sosial : guru dituntut untuk memiliki keterampilan dan kemampuan
berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat dan lingkungannya dengan
baik.
4. Standar spiritual : guru harus bertakwa dan beriman kepada Sang Pencipta
dengan mengerjakan seluruh perintahnya dan menjahui semua larangannya.
5. Standar intelektual : guru juga harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang guru dengan baik dan professional.
6. Standar psikis : seorang guru harus sehat rohani, artinya seorang guru tidak
boleh mengalami gangguan jiwa ataupun kelainan yang dapat menghalangi
dan menganggu pelaksanaan tugas profesionalnya.22
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat
apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan dan
teladan masyarakat sekelilingnya, masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap
dan perbuatan guru itu sendiri. Apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak.
Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya,
memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya dan bagaimana cara guru
22
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), hal.28
26
berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta
anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarkat luas.23
Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai
(values) serta membangun karakter (Character building) peserta didik secara
berkelanjutan.
Menjadi guru bukanlah sebuah proses instan yang hanya dijalani dan
ditentukan melalui uji kompetensi. Menjadi guru adalah panggilan hati dimana
keikhlasan dan keberanian memilih menjadi inti dari sebuah pengabdiannya. Untuk
itu profesi guru adalah profesi yang mulia, profesi yang luhur yang patut kita berikan
penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya.24
Guru yang demikian itulah yang patut dihormati, dibina, dikembangkan dan
semakin diperbanyak. Agar guru dapat menunaikan tugasnya dengan baik dan dapat
bertindak sebagai tenaga pengajar yang professional, maka ia harus memiliki
kompetensi keguruan dalam melaksanakan fungsinya sebagai guru.
1. Pengertian Kompetensi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kompetensi ditemukan sebagai
berikut: (1) kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu), (2)
kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak dan batiniah.25
Sedangkan Menurut Abdul Majid, Kompetensi adalah seperangkat tindakan
inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
23
Soetjipto. Profesi Keguruan, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2007), h.42 24
Dodi Nandika, Pendidikan di tengah Gelombang Perubahan, (Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia, 2007), h.62 25
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), Cet. Ke ke-4. hlm. 584
27
dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.26
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan
kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan professional dalam menjalankan fungsinya sebagai
guru.
Guru adalah salah satu komponen yang memiliki peran dan fungsi yang amat
strategis. Karena demikian pentingnya, hingga diantara pakar pendidikan Nana
Syaodih Sukmadinata sebagaimana di kutip Abuddin Nata berpendapat: “andaikata
tidak ada kurikulum secara tertulis, tidak ada ruangan kelas dan prasarana belajar
mengajar lainya, namun masih ada guru, maka pendidikan masih tetap berjalan27
.
Dengan demikian, peranan guru dalam proses pendidikan /belajar mengajar
merupakan kunci utama yang tidak dapat digantikan oleh komponen yang lain.
Pada dasarnya guru harus mempunyai kompetensi, yaitu: kompetensi
kepribadian, kompetensi penguasaan bahan dan kompetensi dalam cara-cara
mengajar.
2. Kompetensi Kepribadian
Setiap guru memiliki kepribadian sendiri-sendiri. Dan tidak ada guru yang
sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi keguruan. Jadi pribadi keguruan
pun itu unik pula dan perlu dikembangkan secara terus menerus, agar guru terampil
dalam hal:
a. Mengenal dan mengakui harakat dan potendi dari setiap individu atau
murid yang diajarnya.
26
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011), hal.5 27
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan
Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet ke-1, hlm. 343.
28
b. Membina suatu suasana social yang meliputi interaksi belajar mengajar
sehinggga amat bersifat manunjang secara moral terhadap murid bagi
terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta
perbuatan murid dan guru.
c. Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab
dan saling percaya mempercayai antara guru dengan murid.
3. Kompetensi Atas Bahan Ajar
a. Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa apa yang harus
diajarkannya kedalam bentuk komponen komponen dan informasi yang
sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan.
b. Menyusun komponen komponen atau informasi-informasi itu sedemikian
rupa baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk mempelajari yang
akan diterimanya.
4. Kompetensi dalam Cara Mengajar
a. Merencanakan atau menyusun setiap program satuan pelajaran, demikian
pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan untuk satuan
waktu.
b. Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan bagi murid
dalam proses belajar yang dipergunakannya.
c. Menggunakan dan mengembangkan semua metode-metode mengajar
sehingga terjadilah kombinasi dan variasi yang efektif.
Ketiga aspek kompetensi tersebut diatas harus berkembang secara selaras dan
tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Dengan demikian, hal itu dapat diharapkan
daripadanya untuk mengerahkan sedala kemampuan dalam mengajar secara
professional dan efektif.
29
C. Hadis Sebagai Sumber Pendidikan
1. Pengertian Hadis
Secara bahasa kata Hadis berasal dari bahasa Arab; “al-Hadis”, jamaknya; al-
Ahadis, isimnya kata al-Tahdis.28
Menurut Abu al-Baqa’ Hadis adalah kata benda
(isim) dari kata al-Tahdis yang diartikan al-Ikhbar atau pemberitaan, kemudian
menjadi termin nama atau perkataan, perbuatan dan persetujuan yang disandarkan
pada Nabi Muhammad SAW.
Menurut Dr. H. Abdul Majid Khon M.Ag, hadis mempunyai beberapa
sinonim menurut para pakar ilmu hadis, yaitu: Sunnah, Khabar dan Atsar. Sedangkan
dari segi terminologi, banyak para ahli hadis (muhadditsin) memberikan definisi yang
berbeda redaksi tetapi maknanya sama, diantaranya adalah Mahmud Ath-Thahan
(guru besar Hadis di Fakultas Syari’ah dan Dirasah Islamiyah di Universitas Kuwait)
mendefinisikan:
تقريرا فعهب أ نب أ ق اء كب سهى س انبي صه اهلل عهي يب جبء ع
“sesuatu yang datang dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan dan
persetujuan.”
Menurut Ahli Ushul Hadis
ان حكى بب أق ب يتعهق ب ي تقبرير أفعبن ص و
“segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir Nabi yang
bersangkutpaut dengan hukum”29
Sehubung dengan pengertian istilah yang telah dikemukakan oleh Ulama
Hadis diatas, maka secara lebih rinci dan mendetail, hal-hal termasuk kategori hadis,
menurut Dr. Muhammad Abdul Rauf ialah:
28
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h.98 29
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), h.5
30
a. Sifat-sifat Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat
b. Perbuatan dan akhlak Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat
c. Perbuatan para sahabat di hadapan Nabi yang dibiarkan dan tidak dicegahnya,
yang disebut “taqrir”
d. Timbulnya berbagai pendapat sahabat di hadapan Nabi, lalu beliau
mengemukakan pendapatnya sendiri atau mengakui salah satu pendapat
sahabat itu.
e. Sabda Nabi yang keluar dari lisan beliau sendiri.
f. Firman Allah selain Al-Quran yang disampaikan oleh Nabi, yang dinamakan
Hadis Qudsy
g. Surat-surat yang dikirimkan Nabi, baik yang dikirim pada sahabat yang
bertugas di daerah, maupun yang dikirim kepada pihak-pihak di luar islam.30
Definisi ini hanya menegaskan sunnah adalah syari’at Allah yang
dipraktikkan Nabi sesuai dengan Al-Qur’an, baik berupa ibadah, muamalah ataupun
politik. Fokus definisi diatas hanya praktik Nabi dalam pengamalan Al-Quran dan
tidak boleh bertentangan antara keduanya, termasuk kitab Bukhari Muslim menurut
mereka bertentangan dengan Al-Quran dan bertentangan dengan praktik Nabi yang
melarang menulis meriwayatkan Sunnah. Definisi inilah yang dipahami mayoritas
pengingkar sunnah Mesir yang hanya memandang sunnah sebagai praktik Nabi dalam
pengamalan al-Quran pada masanya secara mutawatir tidak memasukkan kedalamnya
segala perkataan dan persetujuan beliau sebagaimana yang ditulis dan dikodifikasikan
para ulama.
Ulama Hadis berpendapat bahwa Sunnah adalah segala sesuatu yang datang
dari Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, sifat baik fisik atau
30
M. Syuhudi Isma’il, Pengantar Ilmu Hadits, (Bandung: Angkasa, 1987), h.2-3
31
sifat perangai (akhlak), dan atau sejarah, baik sebelum diangkat menjadi Rasul seperti
bersembunyi ibadah dalam Goa Hira’ atau sesudahnya.31
Dengan demikian, terdapat banyak pengertian hadis dari beberapa ulama,
khususnya para ulama ushul hadis. Hadis mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam islam yang merupakan sumber utama hukum-hukum Islam setelah al-Qur’an.
2. Kedudukan Hadis (Sunnah) Nabi Muhammad SAW dalam Islam
Allah memberikan kedudukan yang tinggi kepada Rasulullah SAW seperti
yang diberitakan Al-Qur’an kepada kita:
…
“Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya telah menaati Allah”
(QS: An-Nisa‟ [4]: 80)
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Amat keras hukumannya”(Q.S. Al-Hasyr [59]:7).32
Nash-nash yang serupa dengan ayat ini sangatlah banyak, terbesar di beberapa
tempat di dalam al-Qur’an. Intinya memberi kedudukan yang bagus kepada
Rasulullah SAW, sehingga pengarahan-pengarahan beliau memiliki nilai yang sangat
tinggi. Sunnah atau hadis beliau juga mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, yang
31
MIMBAR Jurnal Agama da Budaya, (Jakarta: UIN Syarif SyarifHidayatullah, 2005), h.35 32
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, (Jakarta, Syamil Quran,2009), hal.77
32
mengharuskan ketaatan kepada beliau dan membenarkan pengarahan-pengarahannya
yang setaraf dengan Al-Qur’an.
Dari sinilah orang-ornag muslim tahu kedudukan Sunnah Rasulullah ini, yang
kemudian menyusupakan rasa cinta, pengagungan, ketaatan, pembenaran dan
kepatuhan ke dalam lubuk hati mereka. Dari titik tolak inilah mereka berusaha
semaksimal mungkin untuk menjaga dan melindungi sunnah dari penyimpangan.
Untuk itu mereka mendokumentasikannya kedalam berbagai kitab agar nash-nashnya
tetap terjaga. Mereka menyusun rijal-nya dan menjelaskan keadaan mereka secarra
mendetail entah dari sisi „adalah (kelurusan) maupun Jarh (kecacatannya). System
dokumentasi seperti ini tidak pernah didapati di bangsa manapun di dunia ini.33
Dengan demikian, Hadis atau Sunnah sangatlah mempunyai peran penting dalam
Islam sebagai sumber utama hukum Islam setelah Al-Qur’an,karena dengan kedua
sumber utama itulah umat islam dapat menjalankan tugas sebagai hamba Allah SWT
menuju jalan yang benar.
3. Hadis Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan
Sunnah merupakan sumber kedua setelah al-Qur’an bagi fikih dan hukum
Islam. Sunnah juga merupakan sumber dakwah, petunjuk dan juga sumber ilmu
pengetahuan keagamaan, kemanusiaan dan sosial bagi seorang muslim. Seperti Al-
Qur’an, sunnah juga mengandung beberapa hakikat yang berkaitan dengan berbagai
masalah kehidupan di dunia.
Sunnah juga menegaskan mengenai berbagai persoalan yang berkaitan dengan
masa depan. Mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada saat menjelang hari
kiamat. Demikian pula mengenai pertolongan Rasulullah SAW, perhitunagan amal
33
Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly, Membela Sunnah Nabawy, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar,
1995), h.2
33
perbuatan, dan penimbangan amal, tentang surga dan neraka. Semua ini terdapat di
dalam Al-Qur’an dan dijelaskan secara mendetail dalam Sunnah.34
Sunnah Nabawy atau Hadis juga merupakan sumber rujukan yang tak akan
pernah habis dan simpana yang tak kan menyusut sesudah Al-Qur’an, agar seorang
muslim atau para da’i bisa meminta bantuan kepadanya bila sedang berceramah dan
memberikan pelajaran dan pendidikan. Didalam sunnah terdapat bimbingan yang
bersinar, hujjah yang bisa dibantah, hokum yang luas, ucapan-ucapan yang terpadu,
pelajaran yang berpengaruh, contoh-contoh yang memberi teladan, kisah-kisah yang
bertendensi, berbagai perintah dan larangan, janji dan ancaman, tarhib dan targhib,
semua ini bisa melunakkan hati yang keras, menggerakkan keinginan yang mandeg,
memperingatkan akal yang lalai, ia sejalan dengan garis Al-Qur’an dalam menyeru
segala unsur dalam diri manusia, yang meliputi akal dan hatinya. Ia membentuk
kepribadian manusia muslim yang saling melengkapi, agar memiliki akal yang cerdas
dan hati yang bersih serta tubuh yang kuat.35
Hadis atau Sunnah berfungsi sebagai penjelas atau tambahan terhadap Al-
Qur’an. Tentunya pihak penjelas diberikan peringkat kedua setelah pihak yang
dijelaskan. Teks Al-Qur’an sebagai pokok asal, dengan sunnah sebagai penjelas
(tafsir) yang dibangun karenanya, dengan demikian segala yang diurai dalam hadis
berasal dari Al-Qur’an
Ilmu pengetahuan yang senantiasa dijunjung tinggi dan diserukan oleh umat
Islam adalah ilmu pengetahuan yang dalam pengertiannya yang kompleks dan
komprehensif yang mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan dan
tidak hanya terbatas pada ilmu syariat atau ilmu agama seperti yang selama ini
diketahui oleh kebanyakan orang muslim.
34
Dr. Yusuf Al Qardlawi, Fikih Peradaban, Sunnah sebagai Pearadigma Ilmu Pengetahuan,
(Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), hal.103
35
Dr. Yusuf Qardhawi, Bagaimana Bersikap Terhadap Sunnah, (Jakarta: Pustaka Mantiq,)
hal.83
34
Al-Qur’an maupun Hadis mengajarkan kepada umat Islam untuk senantiasa
mengamati berbagai fenomena yang terkait dengan kehidupan manusia dan alam
sekitarnya. Dalam Islam terdapat berbagai sumber ilmu pengetahuan, ada yang
termaktub dalam kitabullah dan sunnatullah. Bahkan dalam al-Qur’an maupun Hadis
sendiri sebagai sumber ilmu pengetahuan banyak memuat berbagai peristiwa jagat
alam raya sebagai sumber ilmu pengetahuan, mengarahkan hati, akal dan penglihatan
pada permulaan penciptaan makhluk Allah.36
Dalam hal ini, umat Islam diperintahkan untuk senantiasa meneliti dan
mempelajari segala sesuatu yang ada didalam Hadis maupun al-Qur’an kemudian
mengambilnya sebagai sumber ilmu pengetahuan. Jadi, melalui pembelajaran ini kita
sebagai umat islam diharapkan memperoleh banyak hikmah dan berbagai macam
ilmu pengetahuan sehingga kita terhindar dari perilaku tidak terpuji dan
menyebabkan jatuh ke jurang kehancurkan.
4. Hadis Sebagai Dasar atau Sarana Pendidikan.
Al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber hukum islam dan pengetahuan yang
lengkap, mencakup keseluruhan hidup manusia, baik dunia maupun akhirat.
Keduanya menjadi petunjuk yang tak pernah using bagi manusia dalam
membentangkan sayap dan derap langkah kehidupan di segala zaman. Melalui
petunjuk itu manusia dapat memenuhi janjinya kepada Tuhan, karena al-Qur’an dan
Hadis merupakan pusat kehidupan islam yang mempersatukan seluruh aktivitas
kehidupan bangsa-bangsa di dunia ke dalam ikatan asas tunggal yang sama, yaitu
kemanusiaan. Dari asas inilah mestinya kegiatan pendidikan itu dibangun dan
digerakkan.37
36
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakart: UIN Jakarta Press, 2005), h.136 37
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakart: UIN Jakarta Press, 2005), h.60
35
Hadis sebagai salah satu sumber pendidikan islam yang sebagaimana pula
sumber hukum islam yang berada di tengah-tengah antara Al-Qur’an dan Ijtihad.38
Sunnah atau Hadis memberikan keteladanan secara baik dan universal dalam
pendidikan. Ia juga merupakan sumber berbagai aspek kehidupan manusia yang
relevan dalam segala zaman dan tempat. Sunnah kaya dengan konsep-konsep ilmu
pengetahuan dan pendidikan yang msih belum diungkap oleh umumnya umat islam.
Penyelenggaraan pendidikan islam lebih banyak didasarkan pada produk ijtihad-iyah
ketimbang mengikuti pemahaman teks sunnah. Namun interpretasinya tetap mengacu
kepada makna hadis atau nilai-nilainya yang modernis tidak berarti meninggalkannya
sama sekali. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan perkembangan zaman sehingga
sunnah tetap eksis dan fungsional di tengah-tengah masyarakat Islam.
Buku-buku pendidikan Islam yang beredar di tengah-tengah masyarakat
belum banyak mengacu pada sunnah sekalipun umat islam mengkalim bahwa sunnah
adalah sumber pendidikan. Hal ini kemungkinan karena minimnya kajian-kajian buku
sumber utama atau karena persepsi sebagian mereka yang kurang tepat, bahwa
sunnah hanya sumber ibadah atau tradisi orang arab yang konvensional.39
Islam merupakan agama yang membawa misi agar umatnya
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ajaran Al-Qur’an sarat dengan nilai-
nilai pengetahuan yang menuntut pengikutnya untuk mengetahui berbagai fenomena
alam yang harus dipikirkan. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa
al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber pengetahuan dan sekaligus sebagai pedoman
bagi kehidupan islam. Karena itu, masyarakat muslim telah menjadikan kedua
pusakan tersebut sebagai dasar bagi bangunan lembaga-lembaga pendidikan islam,
sejak hampir 15 abad yang silam. Ini berarti pula bahwa perkembangan pendidikan
islam dari zaman ke zaman tidak melepaskan dirinya dari keterkaitannya dengan
nilai-nilai dan orientasi dasar keislaman.
38
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.19 39
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), h.23
36
Islam adalah agama yang senantiasa menyuruh manusia agar selalu berpikir
dan belajar untuk mencapai dan mempertinggi derajat kemanusiaan. Aktualisasi
ajaran agama islam ini sangat penting sehingga ia mampu memberikan jawaban
terhadap permasalahan dan tantangan umat di semua zaman. Upaya-upaya penggalian
dan penafsiran kembali diatas berbagai pemikiran klasik mengenai ajaran Islam yang
berlandaskan pada al-Qur’an dan Hadis perlu terus dikembangkan, sehingga ia dapat
mengisi seluruh kegiatan dan perencanaan pendidikan, termasuk mengenai tujuan, isi,
kurikulum, dan metode-metode pengajaran di sekolah-sekolah.40
Dalam pendidikan Islam, hadis merupakan salah satu sumber utama yang
menjadi landasan dalam pendidikan setelah Al-Qur’an. Dalam dunia pendidikan,
Sunnah atau Hadis memiliki dua manfaat pokok, yaitu: pertama, sunnah atau hadis
mampu menjelaskan kesempurnaan pensisikan islam sesuai dengan konsep Al-
Qur’an, serta lebih merinci penjelasan al-Qur’an. Kedua, sunnah atau hadis dapat
menjadi contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan.
40
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakart: UIN Jakarta Press, 2005), h.63-
64
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
metode penelitian Library Research dan tergolong pada penelitian kualitatif yang
menggunakan pendekatan real metafisik. Penelitian ini ditujukan terhadap hadis-hadis
Rasulullah SAW yang berkaitan dengan kompetensi guru atau pendidik professional
dan peranannya dalan dunia pendidikan.
Maka penelitian ini akan menggunakan kajian tematis, yang mana kajian ini
lazim digunakan dalam penelitian karena penelitian ini mengungkap pandangan
Hadis Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan kompetensi guru profesional.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan dilakukan pada penyusunan skripsi ini adalah
hadis-hadis Rasulullah SAW yang berkaitan dengan kompetensi guru atau pendidik
profesional dan peranan dalam dunia pendidikan dalam kitab-kitab hadis khususnya
kutub al-sittah.
Selanjutnya kesemua data tersebut dipilih bukan atas pertimbangan proporsi
yang representatif, melainkan dengan pertimbangan bahwa data-data tersebut menjadi
pilihan, terlebih karena dapat menyumbang dalam pengembangan teori.
C. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian yang berjenjang yang
mana penelitiannya akan dilakukan berkali-kali, karena penelitian ini tidak cukup
hanya satu kali penelitian. Sehingga peneliti akan membaginya dalam beberapa
prases atau tahapan, yaitu:
38
1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, penulis melakukan observasi atau pengamatan dengan
mengumpulan data-data atau hadis-hadis yang berkaitan dengan kompetensi guru
professional. Pada pengumpulan data ini penulis pmemperoleh hadis-hadis dari kata
kunci (Keyword) Mu’allim, Muaddib, Murabbi, ataupun ‘Allama-yu’allimu Ta’liman,
sesudah itu kita bias memilah-milah hadis yang terkumpul yang dipandang perlu dan
sesuai. Karena selain kita akan berjumpa dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh
berbagai Imam, kita juga akan banyak menemukan hadis-hadis dengan matan atau isi
hadis yang sama tetapi dengan sanad yang berbeda. Jadi yang perlu kita lakukan
adalah menganalisis hadis-hadis tersebut .dari anlisis inilah akan dapat membangun
perspektif hadis yang berkaitang dengan Guru Profesional.
2. Pengolahan Data
Pengolahan data, yaitu penyeleksian hadis. Yang mana pada tahapan ini kita
akan memilih hadis-hadis yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Dan setelah
hadis-hadis yang secara eksplisit dan implisit yang berbicara tentang kompetensi atau
karakterisitk guru professional telah terhimpun, penulis menyeleksi bebrapa hadis
yang berkaitan dengan guru professional yang kemudian hadis tersebut
diterjemahkan. Dalam hal ini, penulis juga menelusuri hadis-hadis dengan
menggunakan kamus hadis Al-Mu’jam al-Mufahras Li alfaz al-Hadis an-Nabawiy ke
berbagai kitab induk hadis, dan kitab yang dijadikan rujukan adalah kitab kitab-kitab
Hadis (kutub al-sittah), karena selain kita akan menemukan hadis-hadis yang sama
secara matannya, kita juga akan menemukan hadis-hadis yang mempunyai matan
sama namun berbada dalam periwayatannya.
39
3. Analisa
Maksud utama analisis data adalah untuk membuat data itu dapat dimengerti,
sehingga penemuan yang dihasilkan bisa dikomunikasikan kepada orang lain.
Pelaksanaan analisis data dilakukan pada saat pelaku riset masih di lapangan, dan
setelah data terkumpul.1
Dalam Proses ini kita akan Mengulas isi hadis melalui sudut pandang hadis
dengan realita kehidupan masa kini dan mengaitkannya dengan pendidikan.
Yang menjadi fokus utama dalam penelitian skripsi ini adalah pembentukan
teori dalam kajian ini, sedapat mungkin penulis akan mendasarkan kepada data yang
ditemukan dan dikonstruksi dari hadis-hadis tersebut. Teori-teori akan dirangkai
sesuai dengan paradigma hadis itu sendiri. Oleh karena itu dalam kajian ini peneliti
dituntut untuk benar-benar paham dengan asal muasal lahirnya hadis tersebut
(asbabul wurud), sehingga akan tercipta sebuah teori yang sesuai dengan hadis
Rasulullah SAW mengenai Guru Profesional.
Semua hadis yang telah ditemukan, nantinya akan dijadikan data utama dalam
penelitian ini, yang selanjutnya dianalisis melalui dua tahapan utama, yaitu: penulis
akan menganalisis hadis-hadis tersebut dengan menggunakan wacana pendidikan
modern sebagai komparasi dan penajaman pembahasan. Pada tahap kedua, akan
dilacak sebab-sebab hadis itu turunkan yang kemudian akan dipadukan dan diperkuat
dengan komentar para ulama’ (syarah) dengan tetap berpegang pada meanstream
kajian ini.
Jadi, pertama, penelitian ini bertujuan untuk menemukan teori berdasarkan
data yang ditemukan. Kedua, berusaha untuk menemukan kontruksi dalam kategori
1 Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Bandung : Pustaka Cendikia
Utama, 2010), hal.146
40
lewat analisis dan proses abstraksi. Ketiga, merekonstruksi penafsiran dan
pemahaman terhadap hadis yang dijadikan objek penelitian. Keempat, memadukan
data-data tersebut dengan kajian pendidikan yang lain.
41
BAB IV
KOMPETENSI GURU PROFESIONAL DALAM PERSPEKTIF HADIS
A. Beberapa Kompetensi Guru Profesional
Faktor guru sebagai tenaga pendidik sangat dominan dalam menentukan
keberhasilan pendidikan, guru memiliki banyak fungsi diantaranya sebagai pendidik,
pengajardan pembimbing siswa di sekolah. Terlepas dari fungsi guru yang telah
dikemukakan di atas, faktor terpenting dari seorang guru adalah sikap, sifat,
kompetensi dan kepribadiannya.
Sebagai suri tauladan, pendidik (guru) harus memiliki kepribadian yang dapat
dijadikan figur dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur sentral yang selalu
diperhatikan oleh siswa. Sedikit saja pendidik berbuat kurang baik, akan mengurangi
kewibawaannya dan kharisma pun secara perlahan lebur dari jati diri. Maka jelaslah
bahwa profesionalitas seorang guru sangatlah besar peranannya dan turut menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar.
Kompetensi seorang guru merupakan modal dasar yang bersangkutan dalam
menjalankan tugas tugas keguruannya secara professional. Kegiatan pndidikan pada
dasarnya merupakan pengkhususan komunikasi personal antara guru dan peserta
didik.1
Untuk memahami betapa beratnya profesi guru dan betapa pentingnya
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru professional, maka guru harus
memiliki keahlian ganda berupa keahlian dalam bidang pendidikan dan keahlian
dalam bidang studi yang diajarkannya. Berbeda dengan profesi yang lain, yang hanya
menuntut satu keahlian di bidangnya. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru professional menurut Richard D. Kellough, diantaranya:
1. Guru harus menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang
diajarkannya.
1 Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Penerbit Kasinius, 1994), hal.54
42
2. Guru merupakan anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal
professional, melakukan dialog dengan sesama guru, mengembangkan
kemahiran metodologi, membina siswa dan materi pelajaran.
3. Guru memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar,
harapan-harapan dan prosedur yang terjadi di kelas.
4. Guru adalah perantara pendidikan yang tidak perlu tahu segala-galanya, tetapi
paling tidak guru harus tahu bagaimana dan dimana dapat memperoleh
pengetahuan.
5. Guru melaksanakan perilaku sesuai model yang diinginkan di depan siswa.
6. Guru terbuka untuk berubah, berani mengambil resiko dan siap bertanggung
jawab.
7. Guru tidak berprasangka gender, tidak pilih kasih, membedakan jenis
kelamin, etnis, agama, penderita cacat dan status sosial.
8. Guru mengorganisasi kelas dan merencanakan pelajaran dengan cermat.
9. Guru merupakan komunikator-komunikator yang efektif.
10. Guru harus berfungsi secara efektif sebagai pengambil keputusan.
11. Guru harus secara konstan meningkatkan kemampuan.
12. Guru secara nyata menaruh perhatian pada siswa.
13. Guru harus optimis terhadap kondisi belajar siswa dan menyiapkan situasi
yang positif dan konstruktif.
14. Guru harus memperlihatkan percaya diri pada setiap kemampuan siswa untuk
belajar.
15. Guru harus terampil dan adil dalam menilai proses dan hasil belajar siswa.
16. Guru harus memperlihatkan perhatian terus menerus dalam tanggung jawab
professional dalam setiap kesempatan.
17. Guru harus terampil bekerja dengan orang tua, sesama guru, administrator,
dan memelihara hubungan baik sesuai etika professional.
18. Guru memperlihatkan minat dan perhatian luas dalam berbagai hal.
19. Guru sebaiknya mempunyai humor yang sehat.
20. Guru harus mampu mengenali siswa secara cepat yang memerlukan perhatian
khusus.
21. Guru harus berusaha melakukan usaha khusus untuk memperlihatkan
bagaiman materi pelajaran berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
22. Guru hendaknya dapat dipercaya dan jujur dalam membuat perjanjian dan
kesepakatan.2
Dari kompetensi-kompetensi di atas maka penulis akan menjabarkan sebagian
kompetensi saja, di antaranya:
2 Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal.
57
43
1. Guru harus terampil dan adil.
2. Guru memperlihatkan perhatian terus-menerus dalam tanggung jawab
professional dalam setiap kesempatan (peduli siswa).
3. Guru harus menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang
diajarkannya (akademis).
4. Guru tidak berprasangka gender, membedakan etnis, agama, penderita cacat,
dan status sosial (demokratis).
1. Bersikap Adil
a. Matan Hadis
حدثىا عبد اهلل به يىسف أخبروا مالك عه ابه شهاب عه حميد به عبد الرحمه ومحمد
عاى عبشير أوهما حدثايالىعمان به تأ أ ششت ت ا اهلليص اهلل هص سىإ تذأ ا
ات ديح إ هاقف يص يع يا غز عجاسف اها قى اهق يث ديح كذى ومأ اهقا فا
)رفق عي(3
b. Terjemahan
Artinya : Dari Nu‟man bin Basyir r.a. bahwa ayahnya datang membawanya
kepada rasulullah SAW dan berkata: “Sesungguhnya saya telah memberikan seorang
budak (pembantu) kepada anakku ini:. Maka Rasulullah SAW bertanya: :Apakah
semua anakmu kamu beri budak seperti ini?” Ayah menjawabL :Tidak”. Rasulullah
3 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Kitab al-Hibah, Bab al-
Isyhad Fi al-Hibah, (Beirut, Maktabah Ashriyah), hal.212
44
SAW lantas bersabda: “Tariklah kembali pemberianmu itu.” (HR. Muttafaqun
„Alayh)
c. Penjelasan (Syarah Hadis)
Dalam hadis ini, dijelaskan bahwa Basyir (ayah Nu‟man) datang menemui
Rasulullah dan berkonsultasi kepada beliau tentang pemberian hadiah yang ia berkan
kepada anaknya (Nu‟man) berupa seorang pembantu yang ia berikan kepada ankanya
untuk membentunya. Basyir bertanya kepada Rasulullah, wahai Rasulullah, aku telah
memberikan seorang pembantu kepada anakku, kemudian Rasul bertanya: apakah
semua anakmu kau berikan hal yang sama?” ia menjawab : tidak, maka Rasulullah
bersabda: Ambil kembali hadiah tersebut”. Kemudian Basyir kembali dan mengambil
kembali hadiah yang diberika kepada Nu‟man.
Hadis di atas menekankan kepada semua orang tua agar senantiasa bersikap
adil kepada semua anak-anaknya. Karena orang tua dan guru mempunyai tugas yang
sama, yaitu mendidik dan membimbing anak dan anak didiknya. Karena guru juga
bisa disebut sebagai orang tua ketika berada di sekolah. Sebagaimana sabda Nabi
SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Abu Hurairah:
زىح اى ت ا ىن ا أ اإ ن ىذ أعي
“Sesungguhnya aku terhadap kamu menduduki sebagai orang tua aku
mengajarkan kamu.(HR. Abu Daud dan An Nasai)”4
Jadi antara orang tua dan guru mempunyai tugas yang sama dalam mendidik
anak-anaknya dan harus berlaku adil dalam setiap hal. Hal tersebut sebagaimana yang
digambarkan dalam hadis di atas, karena dikhawatirkan akan terjadi keributan dan
kecemburuan diantara mereka.
Secara etimologis, walad berarti sesuatu yang dilahirkan, kata tersebut
merupakan perubahan bentuk dari susunan kata kerja yaitu walada yalidu wiladatan,
4 An-Nasa‟i, al-Mujtaba, kitab al-Iftitah, Bab at Thaharah, (Beirut: Dar al-Fikri, 1995), h.188
45
wiladan, wildan.5 Penggunaan kata tersebut kadang sebagai penggambaran anak
dalam bentuk fisik atau sosok anak kecil, terkadang sebagai seorang pemuda.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adil diartikan: (1) tidak
berat sebelah/tidak memihak, (2) Berpihak kepada kebenaran, dan (3)
sepatutnya/tidak sewenang-wenang.6 Persamaan yang merupakan makna asal kata
“adil” itulah yang menjadikan pelakunya tidak berpihak, dan pada dasarnya pula
seorang yang adil berpihak kepada yang benar” karena baik yang benar maupun yang
salah sama-sama harus memperoleh haknya. Dengan demikian, ia melakukan sesuatu
yang patut lagi tidak sewenang-wenang.
Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain
dalam memberikan hokum, persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak
orang lain tanpa ada yang dilebihkan dan dikurangi.
Dari penjelasan hadis diatas dapat kita pahami, jika orang tua bermaksud
memberikan hadiah kepada salah satu anaknya, maka ia wajib memberikan hadiah
yang sama kepada anak-anaknya yang lain, ia tidak boleh memberikan hadiah kepada
anak tertentu saja, sebab berbuatan semacam itu sebuah kezaliman kepada anak-
anaknya yang lain. Sikap adil dan tidak pilih kasih orang tua harus diberlakukan
kepada seluruh anak-anaknya tanpa pandang bulu. Mereka tidak boleh bersikap pilih
kasih terhadap anak tertentu, baik kepada anak laki-laki maupun terhadap anak
perempuan, cantik ataupun tidak, cerdas ataupun tidak, orang tua harus mencurahkan
kasih sayang yang sama.
Jadi, sebagai orang tua dalam memberikan hibah atau pemberian kepada anak-
anaknya dituntut untuk memberikan hak yang sama, tapi tidak hal nya dengan
warisan. Dalam hal ini anak laki-laki mendapat bagian lebih banyak dibanding
5Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, Kamus Bahasa Arab, (Yogyakarta: 1995), h.1688
6 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), Cet. Ke ke-4. hlm. 897
46
perempuan. Sebab laki-laki mempunyai tanggungan yang lebih besar untuk
keluarganya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an:
ث ثو حظ اىأ ىيزمش
“Untuk laki-laki semisal dua bagian orang perempuan” (QS. An-Nisa‟ [4] : 11)
Hadis ini menjelaskan pengajaran Nabi SAW terhadap seorang bapak agar
bertindak seadil-adilnya terhadap anak-anaknya. Seorang bapak di dalam rumah
tangganya sebagai pendidik terhadap keluarganya harus bersikap adil baik dalam
sikap, ucapan dan tindakan. Karena sikap adil ini mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam pembinaan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Tindakan adil orang tua
atau seorang pendidik merupakan pendidikan terhadap anak-anaknya dan anak
didiknya.
Sama halnya dengan seorang Guru yang harus adil dalam bersikap dan
berbicara menunjukan kematangan jiwanya. Dia adil dalam sikap karena tidak
membedakan status sosial murid-muridnya, dia juga adil dalam berbicara karena dia
selalu memberikan kesempatan kepada murid-muridnya untuk menyampaikan isi
pikiran dan perasaan mereka. Tidak selalu mendominasi obrolan, sehingga yang
terjadi adalah komunikasi dua arah.7
Guru tidak boleh bersikap diskriminatif, karena kalau itu yang dilakukan,
berarti dia telah berlaku tidak adil. Ketidaksukaannya pada kelakuan pada seorang
murid tidak boleh menghalanginya menegakkan keadilan. Guru harus selalu objektif
memandang masalah, sehingga dia bisa bersikap adil dan bijaksana memutuskan
masalah
Seorang guru haruslah memiliki sikap dan karakter yang adil, baik dalam
penilaian, pelayanan, dan perhatiannya. Karena ia akan menghadapi berbagai jenis
manusia yang berbeda-beda, mulai dari usia, latar belakang ekonomi, tingkat
7Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid Unggul Menjawab
Tantangan Masa Depan, (Jakarta: Mawardi, 2012), Cet. I, hlm. 111.
47
kecerdasan, dan jenis kelamin yang berbeda, serta keadaan lain yang mengharuskan
guru bersikap demikian.
Namun, yang harus diingat, walaupun sikap adil harus harus dirasakan oleh
semua, bukan berarti adanya perlakuan yang sama rata dalam pemberian waktu luang
dan kesempatan yang sama dalam memberikan bimbingan. Karena tiap siswa
mempunyai tingkat intelegensi yang berbeda, ada yang mudah menangkap pelajaran,
dan ada sebagian siswa yang harus diberikan palajaran dan perhatian ekstra uantuk
memahami pelajaran.
Agar tercipta rasa saling mencintai diantara peserta didik, hendaklah
diciptakan persamaan dan kesamaan derajat tanpa adanya diskriminasi dalam
kehidupan peserta didik. Sehingga tercipta iklim social emosional yang besahabat
antar sesame peserta didik dan dengan peserta didik lainnya di dalam kelas. Hal
tersebut memungkinkan siswa dapat belaajar dengan nyaman dan menyenangkan
serta mudah mencerna pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Berlaku adil merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
Islam memerintahkan ummatnya untuk senantiasa berlaku adil. Firman Allah SAW:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.(QS. Al-Maidah [5] : 8)
48
Namun, orang tua boleh memberikan pemberian lebih kepada sebagian
anaknya, jika anak yang dilebihkan tersebut mempunyai kebutuhan yang lebih besar
disbanding anak-anaknya yang lain. Sejalan dengan hal tersebut. Dalam pengertian
ini dapat dipahami bahwa bukan berarti sama rata, namun melihat kondisi serta
keperluan. Keadilan merupakan kata yang menunjukkan substansi ajaran islam.
Anak-anak perlu diajarkan dan diperlakukan adil. Jika ada perbedaan,
yakinkan mereka hal itu hanya berdasarkan kebutuhan yang berbeda, bukan berarti
orang tua atau pendidik tidak berlaku adil, karena sikap adil adalah sikap yang harus
diterapkan oleh semua manusia. Orang tua harus berlaku adil terhadap smua anak-
anaknya agar tidak timbul kecemburuan yang dapat mengganggu keharmonisan
keluarga. Begitu hal nya dengan pendidik, pendidik juga diperintahkan agar bersikap
adil dalam bergaul dengan anak-anak atau peserta didik. Tidak boleh bertindak
diskriminatif atau menbeda-bedakan anak berdasarkan latar belakang maupun status
mereka.
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan bersikap adil dan mewajibkannya
terhadap hamba. Adil yang diperintahkan Allah mencakup adil di dalam hak-Nya dan
adil di dalam hak hamba-hamba-Nya dan hendaklah seorang hamba memperlakukan
orang lain dengan penuh keadilan. Maka setiap penguasa harus menunaikan apa yang
menjaadi kewajibannya, yang berada dibawah kekuasaanya, baik itu dalam kekuasaan
kepemimpinan besar (khalifah), kekuasaan kehakiman, para menteri khalifah, dan
para wakil hakim. Demikian juga seorang pengajar, yang memiliki kekuasaan atas
siswanya, ia harus berlaku adil sesuai dengan ukurannya.
Dalam firman-Nya , dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku
tidak adil. Maksudnya, jangan sampai kebencian kalian terhadap mereka membawa
49
kalian kepada sikap tidak adil. Oleh karena itu, adil harus selalu melekat pada seorang
guru, karena disamping beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, ia juga akan
dihadapkan dengan banyak tugas dan pekerjaan rumah jika terdapat pekerjaan yang
memerlukan kerja yang secara kelompok atau mengutamakan sebagian mereka dari
sebagian yang lain dan yng sejenisnya. Sikap adil akan lebih ditekankan ketika
mengoreksi dan memberikan penilaian. Tidak ada tempat untuk mengasihi seorang
pun atau mengutamakannya atas yang yang lian, baik dengan alasan kerabat atau
kenalan atau perkara apapun lainnya. Jika itu sampai terjadi, maka ini termasuk
kezhaliman yang dia dan pelakunya tidak diridhai Allah Swt, bahkan diancam dengan
siksaan
Adanya pembedaan diantara siswa adalah jaminan terciptanya kegoncangan,
ketidakseimbangan, saling memusuhi dan benci, diantara siswa, dan jaminan yang
akan menciptakan adanya jurang yang luas antara guru dan anak didik lainnya yang
terzhalimi. Oleh karena itu, seorang guru/pengajar harus gigih mengusahakan dan
mewujudkan sikap adil diantara anak didiknya supaya rasa persaudaraan dan saling
cinta memasyarakat diantara mereka.8
Keadilan seorang guru terhadap anak didiknya akan selalu dituntut,
sebagaimana keadilan orang tua terhadap anak-anaknya. Seorang guru harus adil
terhadap anak didiknya dalam pelayanan pendidikan dan pembelajaran, dan tidak
boleh membeda-bedakan antara satu dan yang lainnya, semua harus dilayani dengan
sikap dan nilai yang sama, karena keadilan seorang guru di dalam kelas akan
menumbuhkan suasana yang kondusif yang akan menjadi pendidikan untuk mereka.
2. Peduli Siswa
a. Matan Hadis
8 Fua`an bin Abdul Aziz asy-Syalhub, Begini Seharusnya Menjadi Guru, (Jakarta: Darul Haq,
2010), Cet. II, hlm. 21.
50
اىث د قاه ما ضع ات يص يع اهلليصع عظح ف اىأا ا تاى ى رخ
ا )سا اىثخاس( ح عي ح اىضا مشا9
b. Terjemahan
Artinya : “Dari Ibnu Mas‟ud bahwa Nabi Muhammad SAW selalu memilih
waktu yang tepat bagi kami untuk memberikan nasehat, karena beliau takut kami
akan merasa bosan”. (HR. Bukhari)
c. Penjelasan (Syarah Hadis)
ه atau خه berasal dari akar kata رخه dalam kamus Mahmud Yunus خ
kata ini berarti menjaga atau memberi.10
Sedangkan dalam kitab Fathul Baari kata
berarti nasehat atau عظح sedangkan ,(memperhatikan) رعذ artinya رخه
peringatan. Adapun kata اىضاح bararti bosan.
,menurut Al-Khattabi ,(selalu memilih waktu yang tepat bagi kita) ما رخه
kata Al-Khaa‟il (isi faa‟il dari Khaala) berarti orang yang memperhatikan atau
menjaga harta.11
Oleh karena itu maksud dari hadis ini adalah bahwa Rasulullah saw
selalu memperhatikan aspek waktu dalam memberikan nasehat kepada para sahabat,
beliau tidak memberikan nasehat setiap hari kepada mereka karena dikhawatirkan
para sahabat merasa bosan.
Diantara sifat-sifat profesional seorang guru adalah menyampaikan ilmu
kepada anak didiknya dan menyebarluaskan ilmu dengan baik dan sesuai dengan
keadaan dan kondisi para siswa melalui pengajaran, pembelajaran, menulis buku, dan
lain-lain, agar para peserta didik dapat menerima dan mencerna pelajaran yang
disampaikan oleh seorang guru dengan baik.
9 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Kitab al-„Ilmu, (Beirut,
Maktabah Ashriyah), hal.66 10
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hida Karya Agung, 1972), hal.122 11
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Syarah Shahih Bukhori, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2002), hal.307
51
Ilmu hendaknya dikonsumsi oleh semua manusia secara luas, agar manfaatnya
lebih luas dan masyarakat mendapatkan pancaran sinar ilmu, karena kewajiban
seorang muslim adalah manunutut ilmu dan menyampaikannya kepada orang lain di
samping mengamalkannya untuk dirinya sendiri.
Sifat guru yang baik adalah terbuka, transparan dan pemurah tidak pelit dalam
penyampaian ilmu bagi siapa yang memerlukannya, serta harus bias memahami siswa
nya dalam setiap keadaan. Sehingga Guru diharapkan mampu bertindak sebagai
organisator pengajaran dan menjadi fasilitator belajar siswa yang dapat memahami
dan peduli terhadap situasi dan kondisi siswa (segala bantuannya mempermudah serta
memperkaya hasil belajar siswa). Tolak ukur dari usaha pembelajaran tersebut adalah
sejauh mana siswa dapat belajar untuk mencapai tujuan (hasil) secara efektif dan
efisien.12
Dengan kata lain guru harus bertanggung jawab atas keberhasilan siswa,
dalam hal ini tetap diakui bahwa siswa mesti aktif dan bertanggung jawab dalam
proses serta hasil blajar yang dicapainya
Nabi Muhammad saw tampil sebagai guru, ia mengajarkan al-Qur‟an kepada
para pengikutnya dan sekaligus menjelaskan hal-hal yang penting dari ayat-ayat ala-
Qur‟an, serta membimbingnya agar hidup pada jalan yang benar sesuai dengan ajaran
Al-Qu‟ran dan Hadis. Disamping mengajar, Rasul juga sebagai promblem solver
terhadap masalah-masalah kemasyarakatan, sosial, dan keagamaan yang muncul di
tengah-tengah msayarakat sesuai petunjuk Allah melalui wahyu-Nya (al-Qur‟an) dan
al-Sunnah.
Konsep keberhasilan dalam belajar ada dua. Pertama, ketekunan belajar
dengan siapa saja walaupun dengan orang yang lebih muda dan tidak ada rasa gengsi
atau malu. Kedua, pemurah dalam pemberi pelajaran atau mengajar orang lain.
Guru merupakan pekerjaan yang bukan sembarang pekerjaan, melainkan
profesi yang pelakunya memerlukan berbagai kelebihan, baik terkait dengan
kepribadiaanya, akhlak, spiritual, pengetahuan, dan keterampilannya. Guru bukan
12
Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Penerbit Kasinius, 1994), hal.26
52
saja seorang yang hanya mentransfer pelajaran kepada peserta didik. Akan tetapi,
lebih dari itu guru bertabggung jawab dalam pembentukan karakter peserta didiknya,
sehingga menjadi generasi yang cerdas, saleh, dan terapil menjalani kehidupan.
Guru yang professional mampu berperan sebagai fasilitator pengjaran
(sebagai narasumber yang siap mmberi konsultasi scara terarah bagi siswanya),
mampu mengorganisasi pengajaran secara efektif dan efisien (mampu merancang
serta melaksanakan langkah-langkah pengajaran atau memandu belajar siswa secara
produktif), mampu membangun motivasi belajar siswanya, mampu berperang dalam
layanan bimbingan, dan sebagai penilai hasil belajar siswa.13
Praktek mengajar pada zaman Rasulullah adalah untuk mempersiapkan kader-
kader pendidik yang lebih dari sekedar mengajar, memahami, dan mengamalkan, tapi
juga harus mampu menyampaikan (tabligh).
Dari hadis diatas, jelaslah bahwa seorang guru harus dapat memahami
keadaan para siswanya, dan dari penjelasan hadis diatas, dapat kita simpulkan:
1. Anjuran untuk tidak melakukan perbuatan shalih secara terus menerus karena
dikhawatirkan akan menyebabkan rasa bosan. Meskipun ketekunan atau
kontinuitas sangat diharapkan dalam pekerjaan, apalagi dalam proses belajar
mengajar. Akan tetapi hal itu dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya: dapat dilaksanakan setiap hari dengan syarat tidak membebani,
atau dilakukan dua hari sekali sehinggan dapat melakukan perbuatan tersebut
pada hari berikutnya dengan penuh semangat, atau juga bias dilakukan
seminggu sekali, tergantung situasi dan kondisi siswa.
2. Perbuatan Ibnu Mas‟ud dan pemberian alasannya itu adalah dalam rangka
mengikutiperbuatan Nabi saw agar memperhatikan waktu dalam memberikan
materi, nasehat ataupun pelajaran. Karena di dalam agama Islam
diperintahakan kepada seluruh penganutnya untuk menuntut ilmu sebanyak-
13
Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Penerbit Kasinius, 1994), hal.15
53
banyaknya dan mengamalkan dan menyampaikan kepada orang lain agar ilmu
itu dapat berguna dan bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang sekelilingnya.
3. Akademis
a. Matan Hadis
أ اهلل ع ح سض ا أت أ عي يص يع اهلليص اهلل هصشع قاه : فضو اىعاى
قاه , ث ام و يص يع اهلليص اهلل هصساىعاتذ مفضي عي أد أ يائنر اهلل : إ
اىاس عي عي اى خ ىصي حر اىح ا يح ف جحش اىأسض حر اى اخ ا اىض
ش )سا اىرشز قاه حذث حض( اىخ
b. Terjemahan
Artinya : Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Kelebihan ahli ilmu („Alim) terhadap ahli ibadah („abid) adalah kelebihanku
terhadap orang yang paling rendah diantara kamu sekalian”, Kemudian Rasulullah
SAW meneruskan sabdanya: “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya serta
penghuni langit dan bumi sampai semut yang berada di sarangnya memintakan
rahmat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”. (HR. Al-
Turmudzi)14
c. Penjelasan (Syarah Hadis)
Pada hadis ini, Rasulullah saw menjelaskan dengan detail tentang keutamaan
orang yang mempunyai ilmu („alim) dibanding yang tidak memiliki ilmu lalu ia
beribadah. „alim artinya orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, terutama ilmu
syara‟. Sedangkan „abid adalah orang yang ahli ibadah saja tanpa dibarengi dengan
ilmu syara‟. Namun, keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
orang yang berilamu haruslah ia melaksanakan ibadah, begitu juga dengan orang
14
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakart: UIN Jakarta Press, 2005), h.165
54
yang beribadah harus mempunyai ilmu, karena ibadah seseorang tidak akan diterima
jika tidak didasari oleh ilmu.
Pendidik dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang berkembang di
dalam masyarakat, karena pendidik merupaka tempat untuk bertanya dan tempat
pemberian jalan keluar atau solusi atau berbagai permasalahan yang terjadi. Allah
memberikan kepercayaan kepada orang yang berilmu untuk dijadikan tempat
bertanya tentang suatu masalah.
Disamping itu seseorang yang mempunyai ilmu, harus mengamalkan atau
menyampaikan kepada orang lain atau anak didiknya. Selain menyampaikan kepada
para mereka, ilmu itu sendiri juga harus berguna bagi diri sendiri. Karena jika seorang
guru dapat menerangi orang lain tetapi dia sendiri hidup dalam kegelapan, maka
perbuatannya termasuk perbuatana kontradiktif.15
Jadi, seorang guru yang menyampaikan ilmu kepada murid-muridnya juga
harus mengamalkan apa yang disampaikan olehnya, jika tidak, maka akan melahirkan
keraguan pada hati peserta didiknya atau para pendengarnya, mereka akan melihat
betapa hebat pembicaraanya, tetapi betapa buruk perilaku dan akhlaknya. Oleh karena
itu Allah SWT member peringatan dengan jelas kepada orang-orang yang berbicara
atau menyampaikan ilmunya tetapi ia sendiri tidak melakukannya. Allah berfirman:
Artinya: “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (Q.S.: Al-Baqarah [1]: 44)
Seorang muslim yang alim, menurut pandangan Islam, ada dua alternatif,
kalau bukan pelajar yang menuntut petunjuk, maka harus menjadi pengajar yang
15
Syeikh Ahmad Al-Basyuni, Syarah Hadis, Qabaasat Min As-Sunnah An-Nabawiyyah,
(Bandung: PT. Trigenda Karya, 1994), h.328
55
menuntut tambahnya petunjuk. Selain dari dua tersebut, tidak ada yang lebih baik
dalam Islam.
Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh
melalui belajar. Itu artinya semua orang Islam diperintahkan untuk belajar. Begitu
juga dengan seorang guru yang harus memiliki pengeahuan dan wawasan yang luas,
agar dapat menyampaikan ilmu kepada peserta didiknya dengan baik. Rasulullah saw
bersabda:
امة ش عي صائش اىن عي اىعاتذ مفضو اىق فضو اىعاى
“Keutamaan orang berilmu terhadap orang ibadah bagaikan keutamaan
bulan terhadap sekalian bintang”. (HR. Abu Dawud, Turmudzi, Nasai, dan Ibu
Majah)16
Adapun tugas utama guru selain mengajar adalah mendidik para siswanya
agar dapat meningkatkan kemampuan dan skill yang ada di dalam dirinya dan dapat
menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Karena selain guru mengajar, guru
juga belajar bagaimana memahami keadaan siswanya. Di samping itu, Isalam idak
mengenalkan batas tertentu bagi ummatnya untuk senantiasa belajar sepanjang
hidupnya dari ayunan sampai liang lahat.
Pondasi pendidikan Islam sudah dimulai sejak dibangun secara baik dan tepat
oleh Rasulullah, baik secara kelembagaan maupun materi kurikulumnya, pendidikan
islam yang diperkenalkan rasulullah adalah pendidikan yang dipahami secara
universal dan tidak ada dikhotomi ilmu pengetahuan, sehingga apapun dan
dimanapun ilmu itu dapat bermanfaat bagi umat islam.
Jadi, dapat kita pahami bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dan
orang yang tidak berilmu. Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa salah satu ciri
16
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.181
56
seorang muslim yang sempurna adalah cerdas dan pandai. Kecerdasan dan
kepandaian itu dapat ditilik melalui indikator-indikator sebagai berikut:
1. Memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. Orang Islam hendaknya
tidak hanya mengusai teori-teori sains, tetapi berkemampuan juga dalam
menciptakan teori-teori baru dalam sains.
2. Mampu memahami dan menghasilkan filsafat. Dengan ini, orang islam akan
mampu memecahkan misalah filosofis. Intinya adalah manusia harus
menggunakan indera dan akalnya sebaik-baiknya.17
Guru adalah salah satu unsur penting yang harus ada sesudah siswa. Apabila
seorang guru tidak punya sikap profesional maka murid yang di didik akan sulit
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini karena guru adalah salah satu
tumpuan bagi negara dalam hal pendidikan. Dengan adanya guru yang profesional
dan berkualitas maka akan mampu mencetak anak bangsa yang berkualitas pula.
Kunci yang harus dimiliki oleh setiap pengajar adalah kompetensi. Kompetensi
adalah seperangkat ilmu serta ketrampilan mengajar guru di dalam menjalankan tugas
profesionalnya sebagai seorang guru sehingga tujuan dari pendidikan bisa dicapai
dengan baik.18
Jika seorang guru yang „alim dan tidak menyampaikan dan mengamalkan
ilmuanya, maka jelaslah tidak ada keutamaannya, demikian juga orang „abid yang
sama sekali tidak didasari oleh ilmu, maka keduanya ditolak. Imam Ruslan dalam
kitabnya al-Zubad yang dikutip oleh Abdul Majid Khon dalam kitan hadis tarbawi
berkata:
دج ىاذقثو شد اى و– أع ع ش عي تغ مو
17
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakart: UIN Jakarta Press, 2005), h.166 18
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-profesional.html tanggal 08-11-2014 jam 10:02
57
ث قثو عثاد اى عزب – ي ع ى تعي فعاى
“Setiap orang yang beramal tanpa didasari ilmu
Segala amalnya tertolak, tidak diterima
Seorang „alim yang tidak mengamalkan ilmunya
Tersiksa terlebih dahulu sebelum penyembah berhala”19
Jadi, Seorang guru profesional harus mempunyai empat kompetensi guru yang
sudah ditetapkan dalam Undang-undang. Dalam keempat kompetensi guru seperti
yang dimaksud dalam definisi guru profesional seorang guru harus mempunyai
kemampuan dalam menguasai materi pembelajaran secara luas serta. Penguasaan ini
meliputi konsep dan struktur, serta metode keilmuan atau teknologi atau seni yang
sesuai dengan materi ajar, agar para peserta didik dapat menikmati proses belajar
mengajar dengan baik.
4. Demokratis
a. Matan Hadis
عث عقو ت و قاه قشاءخ عي ف ا أت جعفش ت س قاه حذث ص ش ت ع ذ اهلل أخثش
م ات أت عثاس ع ات ش ع جث ذ ت صع خاىذ ع ح ت عنش ع اهلل هصشعة قاه أقشأ
ا خاىف قشاءذ يص يع اهلليص عد سجيا قشؤ ضجذ جاىش إر ص ا ف اى ا أ سج فث ص
سج ؟ فقاه: اىص ز ل عي : . فقيد ىا ذفاسق يص يع اهلليص اهلل هصسفقيد ى
فقيد ايص يع اهلليص اهلل هصسحر أذ ر زا خاىف قشاءذ ف اهلل هصسفأذ , إ
ر فقاى ا فقاه ى يص يع اهلليص اهلل هصشاىصسجاىر عي (( فقشأذ ))إقشأ اأت
اهلل هصس قاه ىيشجو ))إقشأ(( فقشأ فخاىف قشاءذ فقاه ى د(( ث يص اهلل هصش))أحض
19
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.135
58
قاىيص يع اهلل د(( ث يص يع اهلليص اهلل هصش ))أحض زه اىقشأ أ إ ))ا أت
شاف ماف. قاه أت عثذ اىشح : عقو عثذ اهلل ىش تزىل اىق عي صثعح أحشف مي
)سا اىضائ(20
b. Terjemahan
Dari Ubay bin Ka‟ab berkata “Rasulullah membacakan sebuah surat, lalu
ketika aku berada di masjid, tiba-tiba aku mendengar seorang laki-laki membacanya
tidak sama dengan bacaanku. Saya bertanya: siapa yang mengajarkan kamu surat
ini? Dia berkata: Rasulullah, saya berkata: kamu tidak boleh meninggalkanku
hingga aku datang kepada Rasulullah saw. Maka kami datang kepada beliau, dan
saya berkata: wahai Rasulullah!, sesungguhnya orang ini telah menyelisihi bacaanku
dalam surat ini yang engkau ajarkan kepadaku. Beliau berkata: wahai Ubay,
bacalah, maka saya membaca dan beliau berkata “bagus!”. Kemudian rasulullah
berkata kepada orang laki-laki itu: bacalah!”, maka orang itu membaca selain dari
bacaanku, lalu beliau berkata kepadanya, bagus!”, kemudian beliau bersabda:
“wahai Ubay, sesungguhnya al-Qur‟an diturunkan dalam tujuh huruf (bacaan),
semuanya dapat mengobati keidak pahaman maksudnya dan memadai sebagai
hujjah. (HR. An-Nasai)
c. Penjelasan (Syarah Hadis)
Dalam hadis ini dijelaskan bahwa ketika Ubay bin Ka‟ab sedang berada di
dalam masjid, ia mendengan seorang laki-laki membaca al-Quran dengan bacaan
yang berbeda dengan yang diajarkan oleh Rasulullah kepadanya. Kemudian Ubay
menhampiri laki-laki itu dan bertanya: siapa yang mengajarimu cara membaca surat
ini? Laki-laki itu menjawab: Rasulullah yang telah mengajariku surat ini, kemudia
Ubay mengajak laki-laki itu untuk pergi menemui Rasulullah SAW untuk
menanyakan tentang hal tersebut, kemudian Ubay bertanya: Wahai Rasulullah, laki-
laki ini membaca al-Quran berbeda dengan bacaanku yang telah engkau ajarkan
20
An-Nasa‟i, al-Mujtaba, kitab al-Iftitah, Bab Jami‟ majaa Fi al-Qur‟an, (Beirut: Dar al-
Fikri, 1995), h.164
59
kepadaku. Kemudian Rasulullah memerintah Ubay untuk membaca surat itu, setelah
Ubay membaca, Rasul berkata: Bagus!”, kemudian Rasulullah berkata kepada laki-
laki itu: bacalah, kemudia laki-laki itu membaca surat tersebut dengan bacaan yang
berbeda dengan Ubay, setelah laki-laki tersebut membaca kemudia rasul berkata:
bagus, kemudiaRasulullah menjelaskan kepada Ubay bahwa al-Qur‟an diturunkan
dalam tujuh huruf atau tujuh macam bacaan yang berbeda.
Dari hadis diatas, dapat kita pahami bahwa sikap demkratis rasul dalam
menghadapi dialog sesorang dalam membaca al-Qur‟an. Rassul tidak memaksakan
sesorang membaca al-Quran dengan gaya satu bacaan yang baku dalam membaca al-
Qur‟an. Karena rasul mengerti bahwa setiap orang dari daerah yang berbeda pasti
mempunyai dialog yang berbeda pula.
Penjelasan di atas merupakan perintah kepada para pendidik agar berperilaku
sebagaimana sikap demokratis rasul yang beliau terapkan dalam mendidik dan
membimbing para sahabat. Sikap demokratis dalam pendidikan sangatlah penting.
Pendidikan akan memberdayakan manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya
bila mana di dalamnya dikembangkan dan dipegang kukuh prinsip-prinsip demokrasi.
Pendidikan yang demokrasi menurut M. Muchjiddin Dimjati dan Mohammad
Roqib, sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis adalah pendidikan yang berprinsip
dasar rasa cinta dan kasih sayang terhadap semua. Pendidikan yang membedakan
anak menurut suku, ras, golongan, sekte, jenis kelamin, atau kondisi sosial ekonomi
adalah pendidik yang teoritis yang didasarkan pada prinsip sentimen, kekhawatiran
dan dendam.21
Jadi, seorang pendidik selayaknya menerapkan sikap demokratis dalam proses
belajar mengajar. Pendidik harus membasakan peserta didiknya untuk berpegang
teguh pada kemampuan dirinya sendiri dan diberi kebebasan berfikir tanpa terpaku
21
Ramayulis, ilmu Pendidikan Islam,.......... h.325
60
pada pendapat orang lain, sehingga peserta didik bisa menentukan secara bebas masa
depannya sendiri berdasarkan kemampuan yang ada pada dirinya.
Tentunya sikap demokratis dalam pendidikan tidak sepenuhnya sama dengan
sikap demokratis dalam berpolitik, namun secara substantif, sekolah demokratis
adalah membawa semangat demokrasi tersebut dalam perencanaan, pengelolaan dan
evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah.22
Namun tidak sampai disitu, sikap
demokratis juga harus dikembangkan dengan sikap kepercayaan, yakni para orang tua
percaya kepada sekolah khususnya kepada tenaga pengajar untuk mengembangkan
program-program sekolah menuju idealitas yang diinginkan.
Kemudian, sikap demokratis juga harus diimbangi dengan perhatian yang kuat
terhadap hak-hak asasi manusia. Oleh sebab itu, semua yang terkait dengan
pengelolaan sekolah dan program-program yang ada di dalamnya harus menjadi
perhatian serius, dan manajemen harus dilakukan secara terbuka, khususnya yang
termasuk wilayah publik harus dikelola secara transparan, sehingga semua ikut
terlibat dalam menentukan dan memutuskan. Sedangkan bagian yang sangat sensitif
dan selalu menjadi persoalan universal, seperti hak-hak minoritas yang harus lebih
diperhatikan, tidak boleh ada diskriminasi atas dasar perbedaan ras, agama, status
social, ataupun warna kulit.
Kebebasan seperti ini dapat membiasakan peserta didik menjadi manusia yang
berani mengemukakan pendapatnya dengan penuh tanggung jawab. Islam
menganjurkan kepada para pendidik agar tidak mengekang kebebasan individu
peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir.
Pendidik hendaknya memposisikan peserta didiknya sebagai insan yang harus
dihargai kemampuannya dan diberikan kesempatan untuk mengembangkan
kemampuannya tersebut. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran yang harus
22
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), hal.17
61
dihindari adalah suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan, perintah dan
interuksi yang membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak bergairah, cepat bosan
dan mengalami kelelahan.
Peran guru sebagai pemimpin dalam proses belajar mengajar adalah fasilitator
belajar kelompok. Guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar. Bahkan siswa diberikan kesempatan memberikan koreksi
terhadap guru dan gagasan murid sangat diperhatikan untuk menciptakan hubungan
timbal balik yang harmonis. Dalam gaya kepemimpinan guru seperti ini akan muncul
sikap bersahabat, terbuka, kreatif dan kerjasama.
Guru sebagai pemimpin dalam proses pengajaran, berperan dalam
mempengaruhi atau memotivasi siswa agar mau melakukan yang diharapkan
sehingga pekerjaan guru dalam mengajar menjadi mudah dan lancar, murid mudah
paham dan menguasai materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pengajaran.
Pembelajaran yang demokratis adalah pembelajaran yang di dalamnya
terdapat interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru memberikan bahan
pembelajaran dengan selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif
memberikan reaksi, siswa bisa bertanya maupun memberi tanggapan kritis tanpa ada
perasaan takut. Bahkan, kalau perlu siswa diperbolehkan menyanggah informasi atau
pendapat guru jika memang dia mempunyai informasi atau pelajaran, pendapat guru,
dan pengalaman siswa sendiri.
Adapun Guru yang bersikap demokratis memiliki tipe sebagai berikut :
1. Memiliki hati nurani yang tajam, dan berusaha mengajar dengan hati
dengan wawasan yang dimilikinya.
2. Berusaha memberi ketenangan hati dan tanpa lelah memotivasi peserta
didik.
62
3. Memberi ruang kepada peserta didik untuk memaksimalkan
berkembangnya potensi positif pada dirinya. Figur guru seperti ini akan
selalu dikenang oleh peserta didik sepanjang masa.23
Apapun mengenai pendapat siswa, guru harus bisa memberikan apresiasi
secara positif terhadap siswa diharapkan berangsur-angsur siswa terbiasa berpikir
aktif dan berani mengemukakan pendapatnya di kelas.
Jadi, Guru harus berwibawa baik secara akademik maupun moral, serta guru harus
bisa bersikap demokratis terhadap semua siswa sehingga para siswa dapat mengikuti
proses belajar mengajar dengan baik dan mereka dapat mengembangkan potensinya
secara optimal, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kreativitasnya. Guru harus mendorong siswa menyampaikan
gagasannya dan menghargainya.
23 http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-profesional.html
tanggal 08-11-2014 jam 10:02
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan bahwa
salah satu factor yang bertanggung jawab atas berlangsungnya pendidikan adalah
pendidik (guru). Dan juga dapat ditarik beberapa kesimpulan penting, diantaranya:
1. Hadis-hadis Rasulullah tentang kompetensi guru professional yang
menjelaskan bagaimana menjadi seorang guru yang baik dan berkompeten di
bidangnya, seperti bersikap adil kepada siswa, harus menguasai pelajaran atau
materi, peka dan peduli terhadap situasi dan kondisi siswa, dan harus bersikap
demokratis kepada seluruh peserta didik dalam memutuskan sesuatu maupun
dalam memberi solusi.
2. Adapun hadis-hadis dalam kutub al-sittah diantaranya adalah hadis tentang
adil yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim dalam kitabnya, bab al-
Hibah. Kemudian hadis tentang peduli kepada siswa, yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dalam kitabnya pada bab al-‘Ilmu. Kemudian hadis tentang
akademis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dalam kitabnya. Dan yang
terakhir adalah hadis tentang demokratis yang diriwayatkan oleh an-Nasa’I
pada kitab al-Mujtaba. (Matan hadis terlampir pada bab IV)
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka ada beberapa hal yang menjadi
perhatian bagi siapa saja yang memiliki komitmen yang tinggi untuk meningkatkan
kompetensi guru professional dalam dunia pendidikan.
Pihak guru sebagai pengembang kegiatan belajar mengajar, baik berupa
kurikulum, strategi maupun metode yang akan digunakan di dalam kelas, kurang
dapat dipertimbangkan dan ditingkatkan secara berkesinambungan dan profesional,
64
karena guru merupakan figur teladan yang harus memiliki beberapa kompetensi
professional agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan seorang guru dapat
mengembangkan diri dan lebih meningkatkan sikap profesionalitasnya, terutama
dalam hal penggunaan metodologis, penyampaian dan penguasaan materi. Karena
jika seorang guru tidak mempunyai kesiapan dalam hal materi maupun mental, maka
akan berimplikasi dan berdampak pada perkembangan peserta didik. Jadi, seorang
guru akan menjadi figure yang paling bertanggungjawab atas perkembangan dan
kualitas para paserta didiknya.
C. Saran
Dari kesimpulan yang penulis paparkan di atas, kiranya penulis merasa perlu
untuk menyampaiakn saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk lebih memajukan pendidikan di Indonesia, pendidikan harus
melakukan refleksi dan perenungan kembali tentang fungsi dan tujuan
utamanya, yang mana tidak lepas utnuk mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh siswa yang merupakan tugas utama seorang pendidik yang
professional.
2. Hadis-hadis yang dalam matannya yang menjelaskan tentang konsep guru
professional tidak hanya terdapat dalam kitab-kitab hadis di atas, namun
masih banyak hadis-hadis yang berkaitan dengan guru profeisonal dan
diriwayatkan oleh beberapa Imam. Oleh karena itu perlu dicari lagi hadis-
hadis yang berbicara tentang konsep guru professional dari kitab-kitab
lainnya.
3. Hadis-hadis yang berkaitan dengan konsep guru professional dalam
perspektif hadis belum sepenuhnya memberikan gambaran utuh. Oleh
karena itu diperlukan penjelasan dari sumber-sumber mengenai hal
tersebut.
Untuk para guru ataupun para calon guru dan para tokoh pendidikan:
65
1. Dalam upaya mewujudkan fungsi pendidikan, aspek pendidik (guru)
mendapat perhatian. Dalam konteks seperti ini, seorang guru selain
seorang yang memiliki kompetensi dalam menguasai ilmu dan cara
mengajarkannya yang efektif dan efisien, tetapi seorang guru juga harus
berakhlak mulia, bertanggung jawab, adil, peduli terhadap siswa,
akademis, dan demokratis.
2. Untuk para pendidik maupun calon pendidik, hendaknya mencontoh dan
meneladani sifat Rasulullah dalam mendidik, sebab pendidik tidak hanya
menjadi sorotan ketika mereka berada di dalam kelas, tetapi juga sikap
dan kepribadiannya ketika di luar kelas.
3. Untuk para tokoh pendidikan, terutama para pendidik, hendaknya menkaji
lebih jauh lagi hadis-hadis rasul yang berbicara tentang pendidikan
khususnya yang membahas tentang konsep guru professional. Mengingat
hadis rasul selain sebagai sumber hukum Islam, ia juga berperan sebagai
sumber pendidikan dan ilmu pengetahuan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari, Syarah Shahih Bukhori. Jakarta: Pustaka
Azzam. 2002
Al-Basyuni, Ahmad. Syarah Hadis, Qabaasat Min As-Sunnah An-Nabawiyyah.
Bandung: PT. Trigenda Karya. 1994
An-Nasa’i. al-Mujtaba, kitab al-Iftitah, Bab Jami’ majaa Fi al-Qur’an. Beirut: Dar
al-Fikri. 1995
Arikunto,Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2010.
Aziz asy-Syalhub, Fua`an bin Abdul. Begini Seharusnya Menjadi Guru. Jakarta:
Darul Haq, 2010. Cet. II.
Aziz, Hamka. Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid Unggul Menjawab
Tantangan Masa Depan. Jakarta: Mawardi, 2012. Cet. I,
Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta,
2013.
Darajat,Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta. Syamil Quran,2009.
Departemen Agama RI Dirjen Pendidikan Islam.Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan DosenJakarta: Sinar Grafika. 2006.
Dudi,Ahmad.Kuliah Filsafat Islam.Jakarta: Bulan Bintang, 1998.
Ginanjar Agustian, Ary. ESQ. Jakarta: Arga, 2006. Cet . XXI.
Nandika,Dodi.Pendidikan di tengah Gelombang Perubahan. Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia, 2007.
Narwanti, Sri. Pendidikan karakter. Yogyakarta: Familia, 2011. Cet. I.
Fakhruddin, Asef. Menjadi Guru Favorit. Jogyakarta: Diva Press, 2010, Cet. Ke-2
67
Ghaolib,Ahmad.Studi Islam. Jakarta: Faza Media, 2006.
Hasbi, Teungku Muhammad,Ash Ahiddieqy.Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1998.
Hasan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan.Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2003
Hidayat, Komarudin.Merindukan Pribadi-pribadi Unggul, dalam Kompas, Jakarta: 4
Juni 2006
Isa, Kamal Muhammad.Managemen Pendidikan Islam.Jakarta: PT. Fikahi
Aneska,1994
Isma’il, Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadits. Bandung: Angkasa, 1987.
Ismail al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad. Shahih Bukhari, Kitab al-‘Ilmu. Beirut,
Maktabah Ashriyah.
Khon,Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Sinar Grafika Offset. 2009.
Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Terpadu
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Gravindo
Persada, 2007.
Manda, Frista Art.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media, 1998.
MIMBAR Jurnal Agama da Budaya. Jakarta: UIN Syarif SyarifHidayatullah, 2005.
Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir, Kamus Bahasa Arab. Yogyakarta: 1995.
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktek. Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2011.
Muhammad bin Salamah bin Ja’far Abu Ja’far Abu Abdillah al Fidha’I, Musnad asy-
Syihab, Beirut: Muassasah ar-Risaalah,t.th, Jilid I.
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
68
Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentang
Pendidikan Islam. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2012. Cet ke-1.
Pendidikan Islam Perspektif Hadis. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2005
Nawawi, Hadari.Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga
Pendidikan,. Jakarta: PT. Gunung Agung, 1989.
Nurdin,Syafruddin.Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Nuraida,dkk.Character Building untuk Guru. Jakarta: Aulia Publishing House. 2007.
Cet.I,
Qardhawi, Yusuf. Bagaimana Bersikap Terhadap Sunnah, Jakarta: Pustaka Mantiq.
Fikih Peradaban, Sunnah sebagai Pearadigma Ilmu Pengetahuan.
Surabaya: Dunia Ilmu, 1997.
Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly, Membela Sunnah Nabawy. Jakarta: Pustaka Al-Kausar,
1995.
Ramayulis.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Kalam mulia, 2006. Cet.V,
Rosyada,Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana, 2004.
Rusyan, Tabrani, dkk.Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remadja Karya, 1998
Samana, Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Penerbit Kasinius, 1994.
Sardiman AM.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta, Rajawali Pers. 1992
Shihab,Quraish.Membumikan Al-Qur;an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Bandung: Mizan, 1998, Cet. VIII
Shoimin, Aris.Excellent Teacher. Semarang: Dahara Prize 2013. Cet Ke-1
Soetjipto. Profesi Keguruan. Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2007.
Sulhan, Najib.Kerakter Guru Masa Depan Sukses dan Bermartabat. Surabaya: Jaring
Pena, 2011.
69
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2007. Cet. Ke ke-4.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta:
CV. Cemerlang, 2003
Usman, Uzer.Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda, 2011. Cet ke- 25.
Yunus,Mahmud. Kamus Arab Indonesia.Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989.
http://susanto2020.wordpress.com/jurnal-profesi-guru-2/tanggal 29 Agustus 2013 jam
12.15
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-profesional.html
tanggal 08-11-2014 jam 10:02
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Sony Hariyanto
NIM : 1110011000062
Judul Skripsi : Guru Profesional dalam Perspektif Hadis
No Judul Buku/ReferensiParaf
Pembimbing
1 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Syarah Shahih Bukhori.Jakarta: Pustaka Azzam. 2002
12. Ahmad Al-Basyuni, Syarah Hadis,
An-Nabawtry ah. Bandung:Qabaasat Min As-SunnahPT. Trigenda Karya. 1999
3. An-Nasa'i. al-Muj taba, kitab al-Iftitah,
al-Qur'an. Beirut: Dar al-Fikri.
Bab Jami' majaa Fi
1 995
Y4. Suharsimi Arikunto,.Pe nelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2009.
5. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu PendekatanPraktis. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010. J
6. Fua'an bin Abdul Aziz asy-Syalhub,. Begini SeharusnyaMenjadi Guru. Jakarta: Darul Haq,2010. Cet. II.
11. Hamka Aziz, Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid
Unggul Menjawab Tantangan Masa Depan. Jakarta:Mawardi,2012. Cet. I,
8. Departemen Agama P.I. Al-Qur'an dan Terjemah. Jakarta.
Syamil Quran,2009.
I
9. Deparlemen Agama RI Dirjen Pendidikan Islam.Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentcrng Gttru dan
Dosenlakarla: Sinar Grafika. 2006. J
10. Ahmad Dudi,.Kuli ah F ils afat Is lam.J akarta: Bulan Bintang,1 998. 1
l1 Ary Ginanjar Agustian,.ESQ. Jakarta: Arga,2006. Cet . XXI.
t2. Dodi Nandlka,.Pendidikan di tengah Gelombang Perubahan.Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2007.
13. Sri Narwanti. Pendidikan karakter. Yogyakarta: Familia, 2011Cet. I.
V
t4. Asef Fakhruddin. Menjadi Guru Favorit. Jogyakarta: DivaPress, 2070, Cet. Ke-2
15. Ahmad Ghaolib, Studi Islam. Jakarta: Faza Media,2006.
16. Teungku Muhammad Hasbi Ash Ahiddieqy. Sejarah danPengantar llmu Hadis. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,1 998.
t7. Fuad H asan, - D a s a r - d a s a r Ke p en d i di kan.J akarta : PT. RINEKACIPTA,2OO3
18. Komarudin Hiday at,. M er i n dukan P r ib a di -p ri b a di Un g gu l,dalam Kompas, Jakarta:4 Juni2006
19. Kamal Muhammad Isa, .Manqgemen PendidikanIslam.l akarta: PT. Fikahi Aneska, 1 994
20. Syuhudi Isma' il,.Pengantar Ilmu Hadits. B andung: Angkasa,1987. A
2r. Abi Abdillah Muhammad Ismail al-Bukhari,. Shahih Bukhari,Kitab al-'Ilmu. Beirut, Maktabah Ashriyah.
22. Abdul Majid Khory.Ulumul Hadis. Jakarta: Sinar GrafikaOffset. 2009.
23. Abdul Majid Khon,. Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2012.
24. Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum TingkatSatuan Terpadu 6fSP) dan Sukses dalam SertifikasiGuru. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2001 .
l
25. Frista Art Manda, .Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,Jombang: Lintas Media, 1998.
126. MIMBAR Jurnal Agama da Budaya. Jakarta: UIN Syarif
Syarifllidayatullah, 200 5 .
27. Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, Kamus BahasaAr ab. Yogyakarta :' 1 99 5 .
28. Jejen Musfah. Peningkatan Kompetensi Guru MelaluiPelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktek.Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2011.
29. Muhammad bin Salamah bin Ja'far Abu Ja'far Abu Abdillah alFidha'I, Musnad asy-Syihab, Beirut: Muassasah ar-Risaalah,t.th, Jilid I.
30. Abuddin Nata, Kapita Seleha Pendidikan Islam Isu-isuKo nt emp o r er t ent ang P endi dikan I s I am. Jakarta:Raja Grafindo Persada,2012. Cet ke-l.
Pt J31 Abudin Nata, Pendidikan Islam Perspektif Hadis. Jakarta:
UIN Jakarta Press. 2005 I32. Hadari Nawawi,.Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas
sebagai Lembaga Pendidikan,. Jakarta: PT. GunungAgung, 1989.
JJ. Syafiuddin Nurdin,. Gz.r u P r ofe s i o n a I d an Imp I em e nt a s iKurikulum. Jakarta: Ciputat Press, 2002.
34. Nuraida,dkk. C har a c t er B uil ding untuk Guru. Jakarta: AuliaPublishing House. 2007. Cet.I, !
35. Yusuf Qardhawi,. Bagaimana Bersikap Terhadop Sunnah,
Jakarta: Pustaka Mantiq.
36. Yusuf Qardlawt,. Fikih Peradaban, Sunnah sebagai
Pearadigma llmu Pengetahuan. Surabaya: Dunia llmu,
1997.
aaJ/. Rabi' bin Hady Al-Madkhaly, Membela Sunnah Nabau,y.Jakarta: Pustaka Al-Kausar. 1995.
38. Ramayuli s .I lmu P endi dikan I s I am.I akarta: Kalam muli a, 20A 6.
Cet.V, 139. Dede Rosy ada,. P ar a di gma P endi dikan D emokr a tis . J akarta:
Kencana,2004.
40. Tabrani Rusyan, , dl<k.Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remadja Karya, 1998
4l S amana, P r ofe s i o n a I i s m e K e gur u an, Y o gyakarta : P enerbitKasinius, 1994.
42. Sardiman AM.Interaksi dan Motivasi BelajarMengaj ar.J akarta, Rajawali Pers. 1 992
43. Quraish Shlhab,.Membumikan Al-Qur;an Fungsi dan PeranWahyu dalam Kehidupan Masyarakaf, Bandung:Mizan,1998, Cet. VIII
44. Aris Shoim in,. E x c e I I ent T e a ch er. S emaran g : D ahar a P rtze2013. Cet Ke-l
45. Soetjipto. Profesi Keguruan. Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2007.
46. Najib Sulhan,.Kerakter Guru Masa Depan Sukses danBermartabaf. Surabaya: Jaring Pena, 201 1.
41. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka,2007 . Cet. Ke ke-4. P
48. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang SistemP e n d i d i kan N a s i o n a l.J akarta: CV. Cemerlang, 2003
49. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda,2011. Cetke- 25.
50. Mahmud Yunus,.Hidakarya
Kamus Arab Ind ones i a.J akartaAgung, 1989.
PT.