Komersialisasi Organ Tubuh Manusia

download Komersialisasi Organ Tubuh Manusia

of 3

description

agama 4

Transcript of Komersialisasi Organ Tubuh Manusia

Rukun dan Syarat Sah Jual-Beli1. Rukun Jual-BeliUlama berbeda pendapat tentang rukun jual-beli. Ulama Mazhab Hanafi menyebutkan rukun jual-beli hanya satu, yaitu kerelaan. Karena kerelaan itu adanya di hati yang tidak dapat diketahui, maka yang jadi patokan adalah adanya indikasi tergambar dalam ijab-kabul, atau melalui saling memberikan barang dan uang harga barang. Menurut mayoritas ulama, rukun jual-beli ada empat, yaitu:1. Orang yang berakad (penjual dan pembeli)2. Sighat (lafal ijab dan Kabul)3. Ada barang yang diperjual-belikan4. Harga, atau nilai barang yang diperjual-belikanSebagian unsur yang terdapat dalam rukun jual-beli menurut mayoritas ulama di atas (1, 3 , dan 4), menurut Ulama Mazhab Hanafi termasuk syarat jual-beli, bukan rukun. Mayoritas ulama menyebutkan syarat sahnya jual-beli dari sisi orang yang bertransaksi, yang terkait dengan transaksinya itu sendiri, dan syarat barang yang diperjual-belikan.2. Syarat Sah Orang yang BertransaksiSyarat sahnya pihak yang bertransaksi jual-beli menurut kesepakatan Ulama ada dua, yaitu berakal dan yang melakukannya adalah orang yang berbeda.a. Syarat yang terkait dengan TransaksiUlama sepakat, syarat utama dalam menentukan sahnya transaksi jual-beli adalah kerelaan. Selanjutnya mereka mengemukakan syarat khusus sahnya ijab-kabul, yaitu:1. Pihak yang melakukan transaksi telah balig dan berakal menurut mayoritas ulama, atau telah berakal menurut ulama Mahzab Hanafi.2. Kabul sesuai atau sejalan dengan ijabnya.3. Ijab dan Kabul dilaksanakan dalam satu majlis. Dalam hal ini ulama berbeda pendapat tentang batasan pengertian majlis, di antara mereka ada yang memaknai satu majlis berarti mereka yang bertransaksi atau yang mewakili atau yang dapat dianggap wakil hadir secara fisik di majlis transaksi. Sebagian ulama tidak memastikan dalam batasan tersebut, dapat juga dalam pengertian satu suasana, maksudnya, Antara dua belah pihak tidak mesti berhadapan muka, bisa juga di tempat yang berbeda.Di zaman modern ini perwujudan ijab-kabul dalam transaksi jual-beli juga dilakukan dengan tindakan pembeli mengambil barang yang hendak dibeli dan membayarnya di kasih, selanjutnya dilakukan tindakan penyerahan barang kepada pembeli, seperti sistem yang terjadi di toko-toko swalayan. Sistem demikian, dalam hukum Islam dikenal dengan nama bay al-Mutathah.b. Adapun syarat barang yang diperjual-belikan, meliputi:a. Barangnya ada dan jelas, atau dijamin akan adanya, misalnya penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan atau membawanya. Barangnya tidak cacat, jika cacat mesti diketahui oleh dua belah pihak yang bertransaksi.b. Dapat dimanfaatkan atau bermanfaat bagi manusia. Karena itu, darah, babi, dan khamar tidak sah diperjual-belikan karena barang tersebut tidak bermanfaat bagi orang muslim dalam pandangan syarak.c. Milik sah penjual atau yang dikuasakannya.d. Dapat diserahterimakan saat akad berlangsung, atau pada waktu yang disepakati bersama.

c. Syarat sahnya nilau tukar dalam transaksi jual-beli ada tiga, yaitu:a. Harga yang disepakati harus jelas jumlahnya.b. Bisa diserahkan saat transaksi dilakukan, bisa juga dilakukan dengan sistem kredit sesuai dengan kesepakatan.c. Jika sistem jual-beli dilakukan secara barter, barang yang dijadikan obyek transaksi tidak yang termasuk diharamkan syarak, seperti darah, khamar, babi, dan lain-lain.Itulah rukun dan syarat sahnya jual-beli, jika semua syarat tersebut terpenuhi secara hukum, maka jual-beli tersebut dianggap sah dan mengikat. Karena itu, jika transaksi telah terjadi maka transaksi tersebut tidak dapat dibatalkan.

Kepemilikan Tubuh ManusiaPersoalan fikih yang timbul dalam isu komersialisasi organ atau jaringan tubuh manusia berkisar pada masalah hakikat organ atau jaringan tubuh manusia, apakah dapat dianggap sebagai harta, juga menyangkut kepemilikannya, siapa pemilik sebenarnya, apakah hak Allah, atau hak manusia, atau hak bersama, titipan atau amanah yang harus dijaga. Jika dianggap milik bersama, maka persoalannya, mana yang harus dikalahkan dalam kondisi tertentu. Dalam sistem hukum Islam disepakati, jika sesuatu merupakan hak Allah dan manusia, maka gugurnya hak manusia dipersyaratkan hak Allah telah gugur, jika sesuatu yang merupakan hak Allah itu ada maka manusia tidak mempunyai hak mengambil alih kepemilikan atas tubuhnya.Ulama menyatakan bahwa organ tubuh manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia itu sendiri, karena masing-masing anggota tubuh mempunyai fungsi yang melekat dengan manusia itu sendiri. Zuhair Ahmad al-SibaI dan Muhammad Ali al-Barr menyimpulkan bahwa manusia tidak dapat dikategorikan dalam harta. Ibn Hazm dalam kitab Maratib al-Ijma menyatakan, ulama sepakat menyatakan bahwa memperjualbelikan sesuatu yang bukan hak miliknya dan yang tidak boleh dimiliki, hukumnya batal. Sejumlah pakar fikih, di antaranya Ibn Abidin, Ibn Qudamat, Zuhair Ahmad al-Sibai dan Muhammad Ali al-Barr juga menyatakan bahwa ulama sepakat mengharamkan memperjualbelikan anggota tubuh.Dengan demikian, bahwa anggota tubuh manusia sejatinya bukan hak miliknya dan tidak boleh diperjual-belikan, maka memperjualbelikannya termasuk kategori yang bukan miliknya. Semestinya, jika bukan miliknya tidak sah pula diberikan kepada orang lain, melalui bentuk apapun, dengan hibah, wasiat, atau lainnya. Dalam batasan hukum Islam, memperjual-belikan sebagian tubuhnya sama hukumnya dengan memperjual-belikan manusia secara utuh, dan memperjual-belikan manusia hukumnya haram menurut ajaran Islam. Bahkan, menurut kalangan ulama Zhahiri bahwa seluruh benda yang haram dikonsumsi haram pula diperjual-belikan. Namun demikian, dalam topik ini sesuatu tersebut sangat diperlukan oleh orang lain.