KLIMATOLOGI&KESEHATAN

download KLIMATOLOGI&KESEHATAN

of 44

Transcript of KLIMATOLOGI&KESEHATAN

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    1/44

    Global Environmental Change dan Masalah Kesehatan-Lingkungan

    1. Pendahuluan

    Setiap peralihan musim, terutama dari musim kemarau ke musim penghujan, kita menyaksikan

    berbagai masalah kesehatan melanda tanah air kita, termasuk yang paling sering terjadi adalah

    wabah demam berdarah (dengue fever). Sebagian masalah ini langsung atau tidak langsung

    terkait dengan Global Environmental Change (GEC) atau perubahan lingkungan global. Kesehatan

    populasi manusia manapun, jika ditinjau secara mendasar, terkait dengan kondisi sosial dan

    lingkungan. Sementara itu selama berabad-abad masyarakat manusia memperolah keuntungan

    tetapi juga kerugian dari perubahan-perubahan yang mereka lakukan terhadap lingkungan

    sekitarnya. Nampaknya serangan berbagai wabah penyakit menuntun kita untuk lebih arif

    memperhatikan dan memperlakukan lingkungan sekeliling. Bagi para peneliti, kondisi ini menjadi

    tantangan ilmiah sekaligus tantangan kemanusiaan, sampai sejauh mana aktifitas penelitian

    mampu menjawab permasalahan kesehatan masyarakat, satu masalah riil yang dihadapi bangsa

    Indonesia saat ini.

    Seperti kita ikuti bersama, akhir-akhir ini diskusi tentang global change banyak diangkat.

    Berbagai perubahan sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan politik mengharuskan jalinan

    hubungan di antara masyarakat manusia di seluruh dunia. Fenomena ini dirangkum dalam

    terminologi globalisation. Ditengah riuh rendah globalisasi inilah muncul wacana GEC. GEC

    sendiri diartikan sebagai perubahan dalam skala besar pada sistem bio-fisik dan ekologi yang

    disebabkan aktifitas manusia. Perubahan ini terkait erat dengan sistem penunjang kehidupan

    planet bumi (life-support system). Ini terjadi melalui proses historis panjang dan merupakan

    agregasi pengaruh kehidupan manusia terhadap lingkungan, yang tergambar misalnya pada angka

    populasi yang terus meningkat, aktifitas ekonomi, dan pilihan-pilihan teknologi dalam memacu

    pertumbuhan ekonomi. Saat ini pengaruh dan beban terhadap lingkungan hidup sedemikian besar,

    sehingga mulai terasa gangguan-gangguan terhadap Sistem Bumi kita.

    GEC yang terjadi seiring tekanan besar yang dilakukan manusia terhadap sistem alam sekitar,

    menghadirkan berbagai macam risiko kesehatan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.

    Sebagai contoh, kita terus mempertinggi konsentrasi gas-gas tertentu yang menyebabkan

    meningkatkan efek alami rumah kaca (greenhouse) yang mencegah bumi dari pendinginan alami

    (freezing). Selama abad 20 ini, suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,6oC dan

    sekitar dua-per-tiga pemanasan ini terjadi sejak tahun 1975. GEC penting lainnya adalah

    menipisnya lapisan ozon, hilangnya keaneragaman hayati (bio-diversity), degradasi kualitas

    lahan, penangkapan ikan melampaui batas (over-fishing), terputusnya siklus unsur-unsur penting

    (misalnya nitrogen, sulfur, fosfor), berkurangnya suplai air bersih, urbanisasi, dan penyebaran

    global berbagai polutan organik. Dari kacamata kesehatan, hal-hal di atas mengindikasikan

    bahwa kesehatan umat manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di luar batas

    kemampuan daya dukung ruang lingkungan dimana mereka hidup.

    Dalam skala global, selama seperempat abad ke belakang, mulai tumbuh perhatian serius dari

    masyarakat ilmiah terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan masalah lingkungan, seperti

    1

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    2/44

    kanker yang disebabkan racun tertentu (toxin related cancers), kelainan reproduksi atau

    gangguan pernapasan dan paru-paru akibat polusi udara. Secara institusional International Human

    Dimensions Programme on Global Environmental Change (IHDP) membangun kerjasama risetdengan Earth System Science Partnership dalam menyongsong tantangan permasalahan kesehatan

    dan GEC.

    Pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan umat manusia bukan pekerjaan mudah.

    Dibutuhkan kerja keras dan pendekatan inter-disiplin diantaranya dari studi evolusi, bio-geografi,

    ekologi dan ilmu sosial. Di sisi lain kemajuan teknik penginderaan jauh (remote sensing) dan

    aplikasi-aplikasi sistem informasi geografis akan memberikan sumbangan berarti dalam

    melakukan monitoring lingkungan secara multi-temporal dan multi-spatial resolution. Dua faktor

    ini sangat relevan dengan tantangan studi GEC-kesehatan lingkungan yang memerlukan analisa

    historis keterkaitan GEC dan kesehatan serta analisa pengaruh GEC di tingkat lokal, regional

    hingga global.

    2. Bagaimana GEC Mempengaruhi Kesehatan Manusia?

    Ada tiga alur tingkatan pengaruh GEC terhadap kesehatan (perhatikan ilustrasi gambar).

    Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan pengaruhnya

    bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada alur paling atas, terlihat contoh bagaimana

    perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik (contohnya: suhu ekstrim atau tingkat radiasi

    ultraviolet) dapat mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara langsung (misalnya

    2

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    3/44

    sejenis kanker kulit). Alur pada dua tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan

    proses-proses dengan kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi lingkungan,

    fungsi-fungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi.

    Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi langsung antara

    perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik benang merah bahwa

    perubahan-perubahan lingkungan ini secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas

    faktor-faktor penyangga utama kesehatan dan kehidupan manusia, seperti produksi bahan

    makanan, air bersih, kondisi iklim, keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan

    keselamatan dan kualitas sosial. Para praktisi kesehatan dan lingkungan pun akan menemukan

    banyak domain permasalahan baru di sini, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi-

    ekologi lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala besar

    yang bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini. Jelaslah bahwa

    resiko terbesar dari GEC atas kesehatan dialami mereka yang paling rentan lokasi geografisnya

    atau paling rentan tingkat sumber daya sosial dan ekonominya.

    3. Aktifitas Ilmiah Lingkungan untuk Kesehatan

    Sebagaimana disinggung di atas, masyarakat manusia sangat bervariasi dalam tingkat kerentanan

    terhadap serangan kesehatan. Kerentanan ini merupakan fungsi dari kemampuan masyarakat

    dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim dan lingkungan. Kerentanan juga bergantung pada

    beberapa faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat ekonomi, ketersediaan makanan, kondisi

    lingkungan lokal, kondisi kesehatannya itu sendiri, dan kualitas serta ketersediaan fasilitas

    kesehatan publik.

    Wabah demam berdarah yang melanda negeri kita menyiratkan betapa rentannya kondisi

    kesehatan-lingkungan di Indonesia saat ini, baik dilihat dari sisi antisipasi terhadap wabah,

    kesigapan peanggulangannya sampai pada penanganan para penderita yang kurang mampu.

    Merebaknya wabah di kawasan urban juga menyiratkan kerentanan kondisi lingkungan dan

    kerentanan sosial-ekonomi. Hal ini terkait dengan patron penggunaan lahan, kepadatan

    penduduk, urbanisasi, meningkatnya kemiskinan di kawasan urban, selain faktor lain seperti

    rendahnya pemberantasan nyamuk vektor penyakit sejak dini, atau resistensi nyamuk sampai

    kemungkinan munculnya strain atau jenis virus baru.

    Pada dekade lalu penelitian ilmiah yang menghubungkan pengaruh perubahan iklim global

    terhadap kesehatan dapat dirangkum dalam tiga katagori besar. Pertama, studi-studi empiris

    untuk mencari saling-hubungan antara kecenderungan dan variasi iklim dengan keadaan

    kesehatan. Kedua, studi-studi untuk mengumpulkan bukti-bukti munculnya masalah kesehatan

    sebagai akibat perubahan iklim. Ketiga, studi-studi pemodelan kondisi kesehatan di masa depan.

    Penelitian empiris jenis pertama dan kedua dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan pengetahuan

    serta memperkirakan kondisi kesehatan sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim dan

    lingkungan (scenario-based health risk assessment).

    Akan tetapi, menimbang variasi kerentanan sosial-ekonomi yang telah kita singgung, keberhasilan

    sumbangan ilmiah di atas hanya akan optimal jika didukung paling tidak dua faktor lain, yaitu

    faktor administratif-legislatif dan faktor cultural-personal (kebiasaan hidup). Administrasi-

    legislasi adalah pembuatan aturan yang memaksa semua orang atau beberapa kalangan tertentu

    3

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    4/44

    untuk melakukan tindakan-tindakan preventif dan penanggulangan menghadapi masalah ini.

    Cakupan kerja faktor ini adalah dari mulai tingkatan supra-nasional, nasional sampai tingkat

    komunitas tertentu. Selanjutnya secara kultural-personal masyarakat didorong secara sadar dansukarela untuk melakukan aksi-aksi yang mendukung kesehatan-lingkungan melalui advokasi,

    pendidikan atau insentif ekonomi. Faktor ini dikerjakan dari tingkatan supra-nasional sampai

    tingkat individu.

    4. Catatan Penutup

    Sejauh pengamatan penulis, aktifitas penelitian yang menghubungkan kajian

    lingkungan dan kesehatan secara integral serta kerja praktis sistematis dari hasil

    penelitian ilmiah di atas masih sangat sedikit dilakukan di Indonesia. Menghadapi

    tantangan lingkungan dan kesehatan ini diperlukan terobosan-terobosan

    institusional baru diantara lembaga terkait lingkungan hidup dan kesehatan,

    misalnya dilakukan rintisan kerjasama intensif yang diprakarsai Departemen

    Kesehatan, Departemen Sosial dan Kementerian Lingkungan Hidup bersama

    lembaga penyedia data keruangan seperti Bakosurtanal (pemetaan) dan LAPAN

    (analisa melalui citra satelit). Untuk mewujudkan kerjasama di tataran praktis

    komunitas atau LSM pemerhati lingkungan hidup mesti berkolaborasi dengan

    Ikatan Dokter Indonesia bersama asosiasi profesi seperti Ikatan Surveyor Indonesia

    (ISI), Masyarakat Penginderaan Jauh (MAPIN) dalam mewujudkan agenda-agenda

    penelitian dan program-program penanganan permasalahan kesehatan dan

    perubahan lingkungan di tingkat lokal hingga nasional.

    Hadirnya wacana dan penelitian GEC dengan kompleksitas, ketidakpastian konsep-metodologi,

    dan perubahan-perubahan besar di masa depan, telah menghadirkan tantangan-tantangan dan

    tugas-tugas bagi komunitas ilmiah, masyarakat dan para pengambil keputusan. Penelitian ilmiah

    yang cenderung lamban, kini harus berganti dengan usaha-usaha terarah dan cepat menghadapi

    urgensi penanganan masalah kesehatan-lingkungan. Kemudian dalam gerak cepat pula informasi

    yang dihasilkan dunia ilmiah, walaupun dengan segala ketidaksempurnaan dan asumsi-asumsi,

    didorong untuk memasuki arena kebijakan. Masalah kesehatan dan GEC ini merupakan isu krusial

    dan bahkan isu sentral dalam diskursus internasional seputar pembangunan yang berkelanjutan

    (sutainable development).

    Lingkungan Rusak, Gelombang Panas Melanda

    Energi Fosil Telan Ribuan Korban di EropaJumat, 09 Dec 2005 19:43:13

    Pdpersi, Eropa - Jumlah kasus heat stroke(serangan panas yang terlampau kuat) yang

    mematikan, infeksi salmonela dan hay fever (demam akibat alergi rumput kering) diseluruh Eropa terus meningkat. Hal itu terkait pemanasan global yang kini makin

    menghebat. Pemerintah Eropa kini berupaya keras mencegah perubahan iklim yang kianekstrim.

    Demikian pernyataan resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), belum lama ini.

    "Semula ilmuwan meyakini pengaruh perubahan iklim terhadap kesehatan baru tampak

    dalam jangka panjang. Namun, pnelitian menunjukkan beberapa pengaruhnya mulaiterlihat sekarang," kata Roberto Bertollini, direktur lingkungan dan kesehatan WHO di

    Eropa.

    4

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    5/44

    "Kita perlu memastikan bahwa kesehatan menjadi pijakan untuk memajukan agenda

    mengenai perubahan iklim," lanjut Bertolinni, di sela-sela konferensi 189 negara untukmengatasi pemanasan global.

    Negara-negara miskin adalah pihak yang paling dirugikan akibat naiknya suhu rata-rata

    yang dipicu terperangkapnya emisi panas. Emisi berasal dari pembakaran bahan bakar fosiloleh penduduk bumi.

    Temperatur yang lebih panas juga dapat menyebabkan meningkatnya gagal panen dan

    kekeringan. Kondisi cuaca ekstrim di Eropa mulai terlihat ketika gelombang panas pada2003 menewaskan 35.000 orang.

    "Kami mengimbau kepada mereka yang memiliki kekuatan agar mengambil langkah-langkah dan mengurangi potensi dampak perubahan iklim pada kesehatan kita," kata Maira

    Neira, direktur WHO untuk perlindungan lingkungan manusia.

    Pengaruh manusia terhadap iklim dapat melipatgandakan risiko kematian akibat gelombang

    panas di Eropa.

    Di Inggris, angka kematian tahunan akibat panas dapat meningkat menjadi 3.300 kematianpada 2050 dari 800 kematian pada beberapa dekade terakhir.

    Armi Susandi dari Departemen Teknik Geofisika dan Meteorologi, mengulas

    proyeksi emisi karbon di Indonesia dalam skenario dasar dan skenario mitigasi

    berdasarkan konsumsi energi fosil di Indonesia. Meningkatnya konsentrasi

    karbondioksida menyebabkan perubahan iklim secara global lebih panas. Akibat

    fisik dan efek langsung pada manusia menjadi penentu dalam mengambil langkah

    jangka panjang pembangunan berkelanjutan Indonesia. Selain itu Potensi hutan

    yang dimiliki Indonesia sebagai Clean Development Mechanism (CDM)

    merupakan ujung tombak dalam menangkal perubahan iklim global. Aset hutanyang mampu menyerap karbondioksida juga diproyeksikan mampu mendatangkan

    keuntungan 12 miliar US dolar per tahun diakhir abad 21. Selain itu potensi 70

    persen lautan Indonesia juga mampu menyerap karbondioksida dalam skala besar.

    Tantangan bagi para peneliti dan ilmuwan untuk meningkatkan posisi tawar

    indonesia dalam perundingan perdagangan emisi internasional.

    Namun di sisi lain, Indonesia juga harus menyiapkan rencana jangka panjang

    menghadapi pertengahan abad 21.

    Sebuah studi tentang akibat dari perubahan iklim global memproyeksikan

    penurunan kesehatan masyarakat mencapai titik tertinggi pada tahun 2060. Dan

    setelah itu akan menurun dengan meningkatnya konsumsi bahan bakar bebasemisi pada akhir abad 21.

    "Kualitas udara akan makin buruk dan pengaruh dampak lingkungan jugaakan makin mengancam kesehatan wanita," kata Dr. Nia. Semakin haricuaca di kota besar semakin terasa terik dan panas, udara juga semakinkotor. Belum lagi efek rumah kaca yang sangat mempengaruhi kesehatankulit. "Penyakit yang berhubungan dengan kualitas udara yang buruk akanmenjadi ancaman besar bagi wanita," kata Nia. Yang paling banyakdiantaranya adalah penyakit pernapasan dan kanker kulit. Jika di tahun-tahun mendatang lingkungan sekitar kita tidak mendapatkan perhatiandalam pemeliharaannya, maka tingkat polusi di kota akan semakin besar.

    5

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    6/44

    "Pada akhirnya, perempuan juga yang akan banyak dirugikan," katanya.(angela)

    MENANTI BUMI TENGGELAM !Oleh : JR Pahlano DAUD *

    Kandungan air bumi sangat berlimpah, volume seluruhnya mencapai ~1.4 milyar km 3.Lebih dari 97 persen merupakan air laut, 2 persen berupa gunung-gunung es di keduakutub bumi dan sekitar 0,75 persen air tawar yang mendukung kehidupan makhluk hidupdi darat. Dari luas permukaan bumi 510 juta km2, 70.8 persen (361.13 juta km2) planetkita ditutupi oleh air sehingga tidak mengherankan warnanya biru dibanding planet-planetlain dan sebenarnya beralasan penamaan bumi (earth dengan bahasa Latinhumus/terra berarti tanah/daratan) adalah suatu kekeliruan. Lautan memang tidaktersebar merata di permukaan bumi, menutupi 80 persen belahan selatan dan 61 persen

    di belahan utara di mana terdapat sebagian besar daratan dunia. Paparan benua(continental), hanya mencakup 7-8 persen seluruh luas lautan dengan kemiringan landaisampai kedalaman 200 meter, kemudian menurun tajam hingga 3-5 km (kedalaman rata-rata lautan 4 km). Dataran abisal ini seragam kedalamannya menutupi daerah dasarlautan yang rata dan sangat luas.

    Jika diamati perbandingan massa daratan dan lautan dengan mengandaikan seluruhdaratan diratakan maka yang tersisa hanyalah massa air dengan kedalaman lebih dari 3km. Kebanyakan pegunungan tertinggi bumi berkisar antara 5 - 8 km sepertipegunungan Himalaya dengan elevasi tertinggi di Everest (8.850 m). Sedangkankedalaman palung-palung laut berkisar 7 sampai 11 km dengan palung terdalam Marianadi Pasifik 11.033 meter (panjang 1.554 mil, lebar 44 mil). Sekalipun ditenggelamkangunung Everest ke laut terdalam dunia ini masih tersisa massa air diatasnya dengankedalaman lebih dari 2 km (2,183 m).

    Bumi diciptakan Tuhan dengan sempurna. Berbagai proses biologi, fisika, kimia di alamsemesta ini berjalan dengan baik. Darat, laut dan berbagai flora/fauna yangmendiaminya dijadikan untuk mendukung kehidupan manusia. Tudung kutub utara dankutub selatan yang diselimuti es menjaga kestabilan rotasi dalam sistem tatasurya.Demikian pula stratifikasi vertikal daratan, lautan dan atmosfer bumi menghasilkankenyamanan hidup bagi yang tinggal di permukaannya. Energi yang didapat dari cahayamatahari sebagian dimanfaatkan lewat tumbuh-tumbuhan dan berbagai organismelainnya, menyediakan sumber pangan bagi makhluk hidup di dalamnya. Jika lebihbanyak energi hilang di angkasa dibanding yang ditangkap dari matahari, planet ini akandingin. Jika energi sedikit yang menghilang maka planet ini bergerak panas. Dewasa ini,

    ketika di pedesaan cuaca sejuk, maka akan terasa panas di perkotaan. Bangunan, jalanaspal dan trotoar di perkotaan mengabsorbsi lebih banyak cahaya matahari. Pedesaanlebih sejuk karena adanya evaporasi (penguapan) air di danau/sungai dan dari tumbuhandi hutan-hutan. Hal ini terjadi tak lepas dari berlangsungnya proses sistem alam yangmerupakan suatu kesatuan besar ekosistem bumi.

    Sebagian sinar matahari yang masuk dipantulkan ke angkasa dan diserap oleh gas-gasatmosfer yang menyelimuti bumi. Sinar itu pun kemudian terperangkap di bumi dansituasi ini terjadi seperti dalam rumah kaca yaitu pada saat panas masuk terperangkap,menghangatkan seisi rumah kaca tersebut. Fenomena ini dinamakan efek rumah kaca,sedangkan gas-gas penyerap sinar disebut gas rumah kaca. Apabila efek rumah kacatidak terjadi, bumi akan menjadi tempat yang tidak nyaman untuk dihuni, karena akanbersuhu lebih dingin. Gas rumah kaca (seperti: CO2, CH4, N2O, HFCS, PFCS, dan SF6)

    dihasilkan dari kegiatan antropogenik berupa penggunaan energi untuk berbagai

    6

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    7/44

    keperluan seperti pembakaran bahan bakar fosil, mulai dari memasak sampaipembangkit listrik. Karena kegiatan tersebut umum dilakukan manusia maka seiringdengan meningkatnya populasi (per 26/02/2006= 6.5 milyar orang) konsentarsi gasrumah kacapun meningkat. Akibatnya, semakin banyak panas yang terperangkap didalam bumi. Saat ini, iklim berubah perlahan tapi pasti, suhu bumi pun memanas daninilah yang dinamakan sebagai pemanasan global (global warming). Umumnyamasyarakat mengetahui dan selalu mendengar mengenai isu pemanasan global. Inisangat erat kaitannya dengan perlakuan manusia terhadap lingkungan, perilaku terhadapbumi yang didiaminya. Banyak yang kurang menyadari berbagai sumber-sebab-akibatdari pemanasan global terhadap penghuni bumi ini. Padahal, telah banyak bukti danfakta ilmiah berbicara mengenai dampak pemanasan global yang menyebabkanperubahan ekologis; terancamnya kesehatan manusia seiring dengan berubahnya iklim,meningkatnya suhu disertai naiknya air laut. Perlahan-lahan daratan bumi terutamawilayah rendah yang didiami berkurang; efeknya dapat menghilangkan pulau-pulau daripeta dunia termasuk Indonesia. Tidak mengada-ada pemanasan global saat ini bukan

    hanya merupakan isu semata namun merupakan fakta dimana manusia sedangmenghadapinya, sedang menanti kapan bumi tenggelam.

    Perubahan Iklim. Musim panas semakin panas dan musim dingin semakin dingin. Disaat kemarau terjadi kekeringan sedangkan di saat hujan terjadi kebanjiran. Kondisi iklimtidak lagi pasti, tidak stabil karena perubahan curah hujan dan suhu. Kenyataan inimemberikan gambaran bahwa iklim bumi memang sedang berubah tak terduga. Kondisiperubahan ini dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya banjir karena curahhujan yang berlebihan, bahkan belakangan ini hujan batu es mulai terjadi di beberapakota di Indonesia. Awal tahun ini dan pada beberapa tahun sebelumnya hampir seluruhwilayah mengalami kebanjiran termasuk Sulawesi Utara. Bukan merupakan siklus,selain memang dampak langsung akibat kerusakan lingkungan, berkurangnya hutan dandaerah resapan air, justru yang kurang disadari sebenarnya berhubungan erat dengan

    pemanasan global.

    Di belahan dunia bagian utara, musim dingin saat ini turut merenggut korban jiwa sepertidi Jepang dan Rusia. Untuk menyisihkan salju yang luar biasa tebal, Jepangmengoperasikan mesin keruk spesial. Di India ratusan orang meninggal akibatkedinginan. Sementara di Australia mencatat tahun 2005 sebagai tahun yang palingpanas. Kepanikan juga melanda warga Rusia gara-gara salju turun tapi bukan salju putihseperti biasa, melainkan salju merah. Badai pasir yang terangkut dari Mongoliamenimbulkan fenomena ini (Ananova,14/3/2006). Selain turut memperluas gurun didunia, salju merah yang mengguyur Rusia hanya beberapa pekan setelah salju kuningmenyelimuti wilayah Pulau Sakhalin di Rusia timur jauh akibat oleh polusi dari pabrikminyak dan gas.

    Peningkatan Suhu. Badan dunia PBB lewatIntergovernmental Panel on ClimateChange (IPCC, 1990) menyimpulkan bahwa sejak akhir 1980-an pemanasan globalterlihat nyata dan meningkat tajam 0.3 - 0.6 derajat Celcius. Tahun 1987 dan 1988tercatat sebagai dimulainya suhu global rata-rata tertinggi, pemecah rekor di Siberia,Eropa Timur dan Amerika Utara. Pada tahun yang sama juga diikuti terjadinya banjirbesar di Korea dan Bangladesh. Bangladesh, di awal 1991 mengalami banjir lagi disertaiangin puyuh yang menimbulkan banyak korban jiwa. Survey WWF (2006) melaporkanbahwa lapisan es di pegunungan tertinggi dunia, Himalaya, telah mencair dengan cepatdan berpotensi menimbulkan kesulitan pasokan air. Himalaya memiliki cadangan airbeku terbesar dunia setelah wilayah kutub. Lelehan es-nya mengaliri sungai-sungaibesar Asia (Gangga, Indus, Brahmaputra, Mekong, Thanlwin, Yangtze, dan SungaiKuning). Namun peningkatan suhu menjadikan lapisan es menurun cepat dengan laju10-15 m/tahun, sehingga menimbulkan banjir. Setelah cadangan es habis, kekeringanpasti melanda (lLiveScience.com). Ratusan juta orang di China, India, dan Nepal

    7

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    8/44

    bahkan yang tinggal jauh dari Himalaya bergantung pada pasokan air dari pegununganini. Banyak di antara mereka hidup pada daerah rawan banjir yang sebagian besar lahanpertaniannya mengandalkan sungai-sungai tersebut. Beberapa penelitianmengindikasikan temperatur bumi bisa meningkat lagi 2 derajat Celcius di atas masasebelum industri, dalam waktu kurang dari 20 tahun saja. Tanda-tanda kenaikannyasudah terlihat dimana-mana. Kini rata-rata suhu tahunan di Nepal telah meningkat 0.06Celcius, dan tiga sungai yang bersumber dari salju telah berkurang alirannya.Sedangkan gletser Gangotri di India telah turun 23 m/tahun (bbc.co.uk). Bukti lain jugaterlihat bukan hanya di Himalaya, Kilimanjaro(5.895 m) gunung tertinggi kebangganAfrika yang oleh suku-suku setempat disebut gunung putih/bercahaya (KilimaDscharo/Njaro) puncaknya yang bersalju kini mulai hilang. Foto udara di tahun 1993 dan2000 menunjukkan perbedaan mencolok pada bagian atas gunung di Tanzania itu,lapisan saljunya tampak semakin sedikit dibanding foto awal (theclimategroup.org).Sesungguhnya hal ini hanya bukti lain dari efek kenaikan suhu bumi, banyak contoh yangkita rasakan sendiri seperti makin menipisnya salju di Puncak Jaya-Papua atau makin

    panasnya kota-kota di Indonesia.

    Pertengahan tahun lalu, seorang penjelajah kutub dari Inggris mengatakan bahwa suhuudara musim panas di Kutub Utara meningkat dengan laju yang sangat cepat. Bagian-bagian yang seharusnya berupa es kini menjadi air. Ben Saunders, membatalkanrencananya untuk meluncur dengan ski dari Rusia melalui Kutub Utara ke Kanadakarena terheran-heran pada banyaknya es yang meleleh. Ini adalah kali ketiga ia beradadi Kutub Utara selang tiga tahun terakhir (Reuters, 2005). Studi terbaru NOAA (NationalOceanic & Atmospheric Administration) menunjukan bahwa tahun 2005 memangmerupakan tahun terpanas kedua (setelah 1998). Peningkatan temperatur global rata-rata tahun lalu sebesar 0.3 Celcius (0.54 Fahrenheit) sedikit lebih panas dibanding tahun2002-2003-2004 (diurutkan berdasarkan tahun terpanas satu abad terakhir). Pencitraansatelit NASA (National Aeronautics and Space Administration) dengan sensor AMSR-E

    Jepang (Advanced Microwave Scanning Radiometer-EOS) menunjukkan pemanasanyang paling signifikan terjadi di wilayah Artik-Kutub Utara, dimana tudung esnya telahmenyusut drastis selang 1978-2003 (foto). Sejak November 1978 (foto atas), atmosfirArtik telah meningkat panasnya 7 kali lebih cepat dibanding pemanasan rata-rata dibelahan bumi bagian selatan (LiveScience.com).

    Prof.H.Pollack (Michigan Univ.) dan Dr.H.Beltrami (St.Francis Xavier Univ.) lebihmenegaskan efek pemanasan global dengan mengkaji bebatuan inti yang dideteksi padalapisan kerak bumi. Pemanasan bebatuan dasar pembentuk benua continental rocksmelengkapi komponen penting dalam sistem tata iklim bumi yang telah lebih banyakditeliti, yaitu permukaan lautan, lapisan atmosfir bumi, dan permukaan es (cryosphere).Dari data 616 titik pengeboran yang tersebar di berbagai pelosok benua Afrika, AmerikaSelatan, Amerika Utara, Asia, Australia, dan Eropa, memperlihatkan kenaikan panas

    yang dikandung selama 500 tahun terakhir. Lebih dari separuh pemanasan intens terjadipada kurun waktu sejak permulaan abad ke-20 dan hampir sepertiganya sejak tahun1950-an (Geophysical Research Letters, 2002). Secara mendasar pemanasan yangterdeteksi pada batuan ini sangat serupa dengan hasil studi pola pemanasan atmosfirbumi, lautan, maupun lapisan muka es. Ini menyimpulkan betapa seriusnya tingkatpemanasan global yang tengah berlangsung. Suhu yang lebih panas dapatmenyebabkan meningkatnya gagal panen dan kekeringan. El-Nino dengan frekwensiyang lebih sering disertai efek yang lebih dahsyat akan terjadi. Selain itu, gurun diberbagai belahan dunia pun dilaporkan semakin meluas diikuti berkurangnya hutan.

    Naiknya Permukaan Laut. Tahun lalu, naiknya permukaan laut mendorong pendudukLateu di Pulau Tegua, Vanuatu (Pasifik) membongkar rumah kayunya dan berpindah kepulau terdekat yang 600 meter lebih tinggi. Pulau karang seluas 30.72 km3 itu telahmenyusut. Pohon-pohon kelapa di pinggir pantai terendam, dan ini adalah dampak dari

    8

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    9/44

    pemanasan global yang jelas terlihat kerugiannya bagi sebuah komunitas. Erosi, airpasang yang tinggi karena badai menjadi semakin besar dalam tahun-tahun terakhir danmenyebabkan pulau Tegua tidak lagi berpenghuni karena sering disapu banjir 4-5 kalidalam setahun. Dua pulau lain tak berpenghuni di Kiribati yaitu Tebua Tarawa danAbenuea, sebelumnya juga telah tenggelam tahun 1999. Program Lingkungan PBB(UNEP) menyatakan bahwa wilayah Lateu menjadi salah satu-kalau tidak bolehdikatakan yang pertama-daerah secara formal pindah karena pengaruh burukpemanasan global. Penduduk Pasifik yang kebanyakan tinggal di pulau karang adalahkelompok paling beresiko. Sekitar 2.000 penduduk kepulauan Cantaret di Papua NewGuinea berencana pindah ke pulau tedekat Bougainville. Maladewa (Maldives) tahun1987 juga mengalami banjir akibat ombak pasang. Selain disapu Tsunami, negarakepulauan yang menggantungkan devisanya dari pariwisata bahari terancam hilang daripeta bumi (RealClimate.org). Banjir-badai akibat gelombang pasang yang terjadi baru-baru ini di kep.Maluku sampai kep.Sangihe dengan ketinggian 50 cm juga merupakanpertanda pemanasan global. Indonesia sebenarnya telah dan akan mengalami hal yang

    sama namun hiruk-pikuk politik dan isu lain lebih mengemuka dan diminati sehinggaancaman ini diabaikan.

    Di Kutub Utara, penduduk asli di Shismaref-Alaska dan Tuktoyaktuk-Kanada jugaberencana untuk pindah. Penduduk Artik dan pulau-pulau kecil di dunia kinimenghadapai ancaman yang sama. Menurut penelitian IPCC (1990), permukaan lauttelah naik di akhir abad 20 lalu dengan peningkatan sebesar 10-20 cm. Peneliti lain jugamenemukan kenaikan permukaan air laut sebesar 19.5 cm antara 1870-2004 dankenaikannya semakin cepat secara eksponensial pada 50 tahun terakhir ini. Jikakecenderungan tersebut berlanjut, permukaan laut secara global akanmengalami kenaikan lebih dari 30 cm selama abad ke-21 (Geophysical Research Letters,2005). Mengkhawatirkan karena peningkatan permukaan laut sebesar 30-50 cmmempengaruhi habitat daerah pantai. Peningkatan 1 meter saja akan membuat beberapa

    negara pulau tak dapat dihuni, menggusur puluhan juta orang, mengancam daerahperkotaan yang rendah, membanjiri lahan produktif dan mencemari persediaan air tawar.

    Lima tahun terakhir ini, lelehan es Antartika (kutub selatan) dilaporkan bertanggungjawab terhadap sedikitnya 15 persen kenaikan permukaan laut dunia atau sekitar 2mm/tahun. Beberapa bagian utama gunung-gunung es Antartika telah pecah padadekade ini. Beting es Larsen A, yang berukuran 1.600 km2 pecah tahun 1995. Beting esWilkins seluas 1.100 km2 runtuh tahun 1998, dan Larsen B yang luasnya 13.500 km2

    terlepas tahun 2002. Pemanasan global telah mencairkan es di Antartika lebih cepat dariperkiraan semula dalam kurun 50 tahun terakhir. Dalam pengumuman hasil penelitian diKonferensi Perubahan Iklim di Exeter baru-baru ini, para ilmuwan British Antarctic Survey(BAS) mengatakan kenaikan permukaan laut akibat lelehan es selama ini masih kurangdiperhatikan. Prof.C.Rapley, direktur BAS mengatakan bahwa Antartika seperti "raksasa

    yang dibangunkan", di mana lelehan es-nya memberi dampak besar pada kenaikanpermukaan air laut dunia, namun kebangkitannya tak dirasakan. Melelehnyasemenanjung Antartika bahkan telah menghilangkan lautan es yang dahulu berfungsimenahan gerakan gletser. Akibatnya, gletser kini mengalir ke lautan enam kali lebihcepat dibanding sebelumnya (bbc.co.uk).

    Sejak akhir 1960-an, sebagian besar air Samudra Atlantik Utara menjadi kurang asinakibat melelehnya gletser. Hujan dan aliran air meningkat, menyebabkan lebih banyakair tawar mengalir ke laut. Dr.R.Curry dari Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI)menemukan bahwa selama dekade terakhir air tawar telah terkumpul di lapisan LautNordic bagian atas hingga kedalaman 1.000 meter. Dr.C.Mauritzen (NorwegianMeteorological Institute) memperhitungkan ada ekstra 19.000 km kubikair mengalir kelaut antara tahun 1965-1995. Sebagai perbandingan, sungai Mississippi mengalirkansekitar 500 km3 air tawar/tahun. Sedangkan Amazon, sungai terbesar dunia memasok

    9

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    10/44

    sekitar 5.000 km3 ke lautan tiap tahun (NewScience.com). Karena air dengan kadargaram rendah kurang padat, maka penambahan air tawar ke laut mempengaruhialirannya-seperti sistem arus Atlantik yang mempertemukan air dingin dari wilayah Artikdengan air hangat daerah tropis. Lapisan atas arus ini terdiri dari aliran air hangatbergerak ke utara sepanjang permukaan laut. Sampai di wilayah lintang tinggi, aliran airhangat ini menjadi dingin dan tenggelam menuju lapisan bawah-melepaskan panas keatmosfer di wilayah utara. Bila banyaknya air tawar yang masuk ke laut mengubah aliranini baik musiman maupun jangka panjang maka akan mempengaruhi banyak hal, mulaiterbentuknya badai hingga banjir dan udara panas (lihat Hurricane Katrina di AS tahunlalu). Sejauh ini memang belum ada perubahan signifikan yang diteliti berkaitan denganmakin banyaknya air tawar yang masuk ke laut, namun diperkirakan perubahan sepertiitu akan terjadi bila pemanasan global terus berlangsung.Perubahan ekologis. Dampak dari pemanasan global juga memberikan bermacamtekanan atas kehidupan berbagai kawasan ekosistem. Rusaknya lingkungan oleh

    manusia turut berimbas pada manusia, namun satwa-lah yang pertama kali merasakandampaknya. Mulai dari yang berukuran besar sampai organisme berukuran kecil. Dariperubahan perilaku sampai pada perubahan genetik. Berbagai species terancam punahdengan tidak stabilnya populasi akibat berubahnya iklim dan suhu. Proses biologihewan-hewan dan tumbuhan juga berubah, mis: proses hibernasi Marmut terlihat lebihcepat dibanding 30 tahun lalu ataupun perubahan tumbuhan akibat proses fotosintesisyang meningkat sehingga musim berbunga lebih awal dan cepat rata-rata 0,8 hari/tahun.Perubahan iklim-musim akan merangsang tanaman untuk memproduksi lebih banyakserbuk sari, juga meningkatkan pertumbuhan jamur. Dr.L.Dyer, ecologist dari TulaneUniv. menyimpulkan bahwa perubahan cuaca dapat menyebabkan pertumbuhanpopulasi ulat besar-besaran hingga mengancam tanaman pertanian. Jika dibiarkan,pada akhirnya dapat menimbulkan ancaman kelaparan dunia (Proceedings of theNational Academics of Science/pnas.org). Satwa daratan yang dilindungi dan endemiksekalipun seperti Gajah dan Harimau Sumatra, dll, kini memperlihatkan keanehan.Selain memang habitatnya secara langsung menyusut akibat desakan manusia, yangkurang disadari adalah dampak dari pemanasan global. Januari lalu, seekor Paushidung botol yang biasa hidup di Laut Atlantik Utara sempat berenang melewati gedungparlemen Inggris di sungai Themmes pusat kota London (nature.com/news.bbc.uk).Saat ini, berbagai perilaku hewan seperti mamalia laut paus dan lumba-lumba yangmendamparkan diri tanpa sebab selalu dikaitkan dengan pemanasan global.

    Selain menciutnya beruang es, burung di laut Bering-Alaska juga berkurangkecerdasannya dan menderita penurunan daya tahan hidup serta kemampuanberkembang biak. Berdasarkan pengamatan Royal Society for the Protection Birds(RSPB), sejak 1980-an, populasi burung kaki merah Kittiwake menurun hampirsetengahnya selama dua dekade terakhir. Kemerosotan populasi ini dipicu oleh pola

    makan yang berubah, seiring dengan rusaknya ekosistem. Ikan-ikan mengalamipenurunan kadar lipid dalam tubuhnya. Paling mencolok adalah berkurangnya jumlahikan yang mengandung lemak tinggi, seperti ikan Capelin. Padahal, ikan dengan kadarlemak tinggi adalah makanan yang sehat bagi burung-burung untuk mendukungkemampuan intelegensinya, termasuk Kittiwake. Setelah dianalisa lebih jauh, polamakan ini terkait dengan perubahan iklim, di mana meningkatnya suhu udara laut Beringpada periode yang sama memicu penurunan populasi ikan (news.bbc.co.uk 2005).Studi ini menyimpulkan, bukan manusia saja yang belakangan ini menderita kekurangangizi, satwa juga. Kian tinggi suhu permukaan laut, kiat buruk pula kondisi ekosistem didalamnya.

    Terumbu karang penghalang terbesar dunia (Great Barrier Reef, Australia) kembalidilaporkan terlihat putih memucat setelahkejadian yang sama tahun 1998 dan 2002 laluyang juga melanda sebagian besar terumbu dunia sampai batas distribusinya di bagian

    10

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    11/44

    utara (Jepang selatan). Survey Februari 2006 lalu yang dilakukan Dr.R.Berkelmansmenggambarkan kematian coral besar-besaran (95-98 persen) disebabkan kenaikansuhu air laut secara tiba-tiba di sekitar kep.Keppels yang masuk wilayah Queensland.Penyebab utamanya dihubungkan dengan suhu tahunan wilayah Australia mencapaiyang tertinggi dalam catatan sejarah sepanjang tahun lalu. Naiknya suhu air laut di atasnormal selama musim panas menyebabkan coral sekitar kepulauan tersebut memucat(aims.gov.au). Kejadian yang sama juga terjadi di Karibia musim panas 2005 lalu.Pemutihan besar-besaran di kep.Karibia sekitar pulau Virgin yang masuk wilayah AS,memanjang dari Florida Keys ke Tobago serta Barbados di selatan Panama dan KostaRika. Pemutihan coral (bleaching) mungkin akan mendunia sebagai bagian dari naiknyasuhu air laut. Naiknya suhu menyebabkan alga (zooxanthellae) yang hidup berasosiasidengan coral berubah dan turut berdampak pada pasokan nutrisi juga warna padakarang. Coral akan mati meninggalkan bongkahan kalsium berwarna putih jika perairantidak segera mendingin sesuai batasan hidupnya. Meningkatnya polusi, penangkapanikan berlebihan, reklamasi pantai, dan penyakit adalah faktor lain yang mengancam

    keberadaannya. Ekosistem terumbu karang (coral reef) merupakan tempat hidup yangpenting bagi berbagai spesies ikan, penghalang erosi, dan lokasi bagi wisata ekologi(ecotourism). Dengan naiknya suhu dan permukaan air laut maka dasar lautan makindalam, sinar matahari semakin sulit menjangkau tempat hidup alga-coral hinggadikhawatirkan terumbu karang akan punah di akhir abad ini jika penyebabnya tidaksegera ditekan.

    Dari hampir 1.500 species flora/fauna yang diamati Prof.T.Root, dkk (Stanford Univ.)terdapat 1.200 sp. memperlihatkan perubahan tetap akibat berubahnya suhu. Banyakspesies saat ini termasuk ikan-ikan cenderung bermigrasi-bergerak ke arah utara bumi,ke tempat yang lebih dingin. Vegetasi tumbuhan diperkirakan berpindah 100-150 km kearah kutub untuk beradaptasi dengan peningkatan suhu sebesar 1 derajat Celcius(Nature, 2003). Hal yang sama terjadi pada hutan mangrove. Mangrove yang peka

    selain terhadap perubahan salinitas air dan laju sedimentasi pasti tak dapat menghindarjika air laut naik. Selama masa perubahan iklim yang bertahap, seperti terjadi padawaktu lalu, kawanan hewan perumput bergerak mengikuti vegetasi diiringi oleh karnivorayang memangsa mereka. Perubahan iklim yang cepat tak memberikan harapan bagipenyesuaian seperti ini. Tentunya organisme yang tak dapat beradaptasi denganperubahan akan terisolasi dan punah. Pemanasan global dapat mereduksikeanekaragaman genetik dan ini berarti walaupun keanekaragaman spesies tinggi,namun karena kurang dalam jumlah maka lebih rentan dan terancam punah akibatpenyakit serta rendahnya keanekaragaman genetik. Berdasarkan berbagai jurnalpenelitian ilmiah terbaru, ternyata ada banyak sekali bukti yang mana pemanasan globalmempengaruhi kehidupan flora/fauna termasuk manusia di dalamnya. Tidak akanpernah cukup diurai dalam tulisan ini, namun dipastikan bumi saat ini berjalan tidakalamiah lagi.

    Kesehatan Manusia. Dalam satu ekosistem, kehidupan antara satu habitat denganhabitat lainnya saling terkait. Saat beberapa satwa menjadi korban, esok atau lusa,satwa lain bahkan manusia sekalipun akan mengalaminya. Hal ini signifikanberpengaruh terlihat dari kondisi kesehatan manusia dewasa ini. Berubahnya iklimmembuat orang-orang lebih sering bersin. Sebuah studi menemukan, makin banyaknyagejala alergi yang muncul dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, mis.peningkatankadar karbondioksida serta suhu atmosfer. Sekitar 40 juta warga Amerika menderitademam tinggi karena alergi terhadap jerami, sementara 16 juta orang dewasa terserangasma. Walaupun gen sangat berpengaruh, penelitian terbaru menemukan bahwa suhutinggi dan kadar karbondioksida yang berlebihan memperburuk serangan alergimusiman. Dr.C.Rogers (2004), dari Harvard Univ. menyimpulkan bahwa terdapatpeningkatan jumlah penderita alergi dan asma secara signifikan dalam beberapa dekade

    terakhir dihubungkan dengan perubahan iklim (chge.med.harvard.edu).

    11

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    12/44

    Meningkatnya angka heat stroke (serangan panas kuat) yang mematikan, infeksi

    Salmonela dan hay fever(demam akibat alergi rumput kering) di seluruh Eropa beberapatahun terakhir ini erat terkait dengan pemanasan global. Para scientist meyakinipengaruh perubahan iklim terhadap kesehatan akan tampak lebih jelas kedepan. DiInggris, angka kematian tahunan akibat panas diprediksi meningkat menjadi 3.300kematian pada tahun 2050 dari 800 kematian dekade terakhir. Gelombang panas yangmelanda Eropa musim panas lalu tak disadari telah menewaskan 25.000 orang, jumlahyang sangat besar dibanding korban terorisme. Penyakit tropis (seperti malaria dandemam berdarah) juga mengalami peningkatan. Selain itu munculnya penyakit-penyakitbaru/jarang yang lebih mematikan seperti flu burung, diyakini sangat terkait denganpemanasan global. Negara-negara miskin merupakan pihak yang paling parahmerasakan akibat naiknya suhu rata-rata disebabkan terperangkapnya emisi panas yangsebagian besar berasal dari polusi, pembakaran bahan bakar fosil oleh penduduk bumi.Menurut kajian WHO (2005)(reuters.com/antara.co.id), pengaruh manusia terhadap iklim

    dapat melipatgandakan risiko kematian akibat gelombang panas tidak hanya di Eropanamun terasa di seluruh penjuru bumi.

    Masa Depan Bumi. PBB mengacu pada Dewan Kutub Utara dan berbagai scientistdunia memperingatkan bahwa daerah kutub akan meleleh sebelum abad ini berakhir.Panel ilmuwan memperkirakan bila tidak ada intervensi serius, Kutub Utara-Artik"gundul" tanpa es pada setiap musim panas, dimulai tahun 2100. IntergovernmentalPanel on Climate Change (IPCC, 2001) memperkirakan permukaan air laut akanmengalami kenaikan rata-rata hampir 1 meter antara 1990-2100. Kombinasi dariberbagai sumber penyebab pemanasan global yang meningkat sebenarnyamenghasilkan pola eksponensial yang lebih menakutkan. Prakiraan denganmenggunakan supercomputer AS-Jepang memperlihatkan perubahan iklim dapatmencairkan lapisan es abadi sedalam 3,35 meter di bagian utara bumi. Sekalipun

    sebelumnya terjadi pencairan es di kutub utara, tapi dalam 40 tahun terakhir lapisan esyang cair bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Melelehnya gunung es di kedua kutubbumi adalah dampak logis yang tidak bisa dicegah. Proses yang berlangsung lambattapi lajunya semakin cepat menenggelamkan bumi. Sir David King, penasehatpemerintah Inggris bidang Sains dan beberapa peneliti lainnya memprediksikan jika es diGreenland habis meleleh maka permukaan laut akan naik 6 - 7 meter. Jika Antartikameleleh, naiknya menjadi 110 meter dan kota-kota di daerah pesisir apalagi di bawahpermukaan laut lebih dulu menghilang termasuk London dan New York (Nature,LiveScience, Reuters, 2005). Di Indonesia, Jakarta dan 69 kota lainnya termasukManado tentunya bakal hilang. Daratan perlahan berkurang dan pertikaian bahkanpeperangan antar negara pasti akan terjadi karena memperebutkan lahan dansumberdaya yang tersisa.

    Memang ada perdebatan mengenai masa depan bumi, apakah planet kita menjadi makinpanas, dan seberapa besar manusia berperan dalam pemanasan itu. Banyakberpendapat, menghangatnya suhu bumi disebabkan oleh emisi gas rumah kaca olehmanusia, sementara ilmuwan lainnya menunjuk pada apa yang mereka katakan putaranalami penghangatan dan pendinginan. Ada yang mengatakan bahwa skenario bencanakedepan tak akan terjadi 100 persen karena perkembangan teknologi (mesin mobilhidrogen, low-flush toilet dll) serta meningkatnya kesadaran lingkungan akan membantualam menghadapi efek jelek polusi dari kegiatan manusia. Perdebatan ini semakindikeruhkan oleh kepentingan bisnis dan strategi politik negara, baik negara duniapertama maupun dunia ketiga. Yang pasti kecenderungan telah terlihat, bumi menjadilebih panas, sementara dan terus berlangsung. Para ahli klimatologi (LiveScience.com)membuktikan bahwa pemanasan global terjadi karena Bumi menyerap lebih banyakenergi Matahari daripada yang dilepas kembali ke ruang angkasa. Suhu permukaan lautyang dimonitor dari ribuan pelampung tersebar di berbagai lokasi dihitung selisih energi

    12

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    13/44

    matahari yang diterima oleh atmosfer dengan yang dilepaskan kembali ke luar angkasa.Dikombinasikan dengan model iklim yang kompleks meliputi aktivitas atmosfer, laut,angin, arus, gas, dan zat pencemar lainnya, tampak bahwa atmosfer menyerap energi0,85 watt/m2 (setara 7 triliun bola lampu 60 watt) lebih dari energi yang dilepaskankembali. Penyerapan energi sudah terlampau besar hingga peningkatan suhu bumi takdapat dicegah kecuali manusia menghentikan produksi gas rumah kaca. Bukti inisemakin menguatkan pendapat bahwa aktivitas manusia adalah penyebabnya.

    Efek rumah kaca terbentuk terutama dari gas karbondioksida (CO2) dihasilkanpembakaran bahan bakar fosil, pembangkit listrik, pabrik, kendaraan bermotor, polusi, dll(belum lagi jika ditambah penipisan Ozon) menyerap radiasi panas yang dipantulkanbumi dari yang seharusnya dilepaskan ke ruang angkasa. Data terkini yang diambilNOAA dari Pegunungan Rocky-AS menunjukkan bahwa kadar CO2 meningkat secarasignifikan. Konsentrasi polutan di atmosfer bahkan mencapai rekor tertinggi sebesar 381part per million (ppm). 100 ppm lebih tinggi selama sejuta tahun, kemungkinan 30 juta

    tahun dari ketika rata-rata masa pra-industrialisasi bumi dimulai. Tahun 2005 lalu, terjadikenaikan yang sangat besar mencapai 2,6 ppm. Angka ini sangat mengkhawatirkan danmenjadi patokan baru bagi ilmuwan di seluruh permukaan bumi. Rata-rata kenaikandalam 30 tahun terakhir sangat pesat dan yang menjadi kecemasan adalah kita tidaktahu pada angka berapa titik balik kandungan polutan CO2 di atmosfer (Nature, BBCNews). Andaikan emisi karbondioksida menjadi makin tinggi, bencana akan terjadi lebihcepat, namun apabila kita bisa menguranginya maka proses tersebut akan menjadi lebihlambat.

    Sejak ditandatanganinya Protokol Kyoto 1997 (satu-satunya kesepakatan internasionaluntuk mengurangi gas rumah kaca), berbagai negara dunia berkomitmen untukmenurunkan emisi gas rumah kaca. 16 Februari 2005, Protokol Kyoto yang diratifikasi161 negara mulai berlaku menetapkan negara-negara industri agar mengurangi emisi

    global sebesar 5.2 persen di bawah tingkat emisi tahun 1990 dalam jangka waktu 2008-2012. Namun kesepakatan itu menghadapi tantangan besar dan tidak diindahkanAmerika Serikat, produsen karbondioksida terbesar dunia. Hanya AS dan Australiamenolak ikut demi membela kepentingan ekonominya. Disamping itu negaraberkembang seperti Cina dan India turut menghambat pelaksanaan Protokol Kyoto.Indonesia-pun sepantasnya mengambil langkah kontributif memangkas emisi dalamupaya memperlambat pemanasan gobal. Namanya saja pemanasan global, sehinggaupaya penanggulangannya pun harus bersifat global, oleh seluruh warga bumi. Kejadian-kejadian klimatik yang ekstrem akibat pemanasan global pasti menyebabkan biayasosial-ekonomi tinggi, terutama hancurnya sumber pangan manusia. Merugikan dunia disegala sendi kehidupan. Dengan tanda-tanda alam yang jelas, tiba saatnya semuabersatu melawan pemanasan global, keterlambatan melakukan hal ini akan melahirkanpetaka di masa depan.

    Tak beda jauh dengan apa yang digambarkan film The Day After TomorrowkaryaRolandEmmerich. Sebuah gambaran kiamat dunia datang karena ketidakpedulian manusiaterhadap lingkungannya, mempengaruhi seluruh negara dan bangsa. Badai topan dantornado, hujan batu es, es di kutub meleleh, naiknya permukaan air laut, jaman es penuhkebekuan datang kembali. Pelepasan gas CO2

    yang memanaskan suhu secara global,pecah dan melelehnya dataran/gunung es di kutub dan perubahan pergerakan arusudara dan air laut saat ini sudah dan sedang terjadi. Berbagai bukti-fakta disekitar kitayang diuraikan sebelumnya hanyalah sebagian kecil dari berbagai penelitian parailmuwan dunia. Kecenderungan ini patut dipikirkan setiap orang, sebab mencair danmenyusutnya es dan naiknya permukaan air laut, bertambah hebatnya badai, dansejenisnya adalah tahap awal dari dampak yang lebih besar yang kelak dihadapi olehsetiap orang di Bumi. Tidak berlebihan, jika dikatakan bahwa manusia memangmenciptakan kiamatnya sendiri, dan hal ini sesuai pula dengan nubuatan Alkitab

    13

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    14/44

    mengenai akhir zaman. Refleksi yang sangat penting saat ini tentang bagaimana kitatelah memperlakukan lingkungan dan alam kita sendiri. Berlomba larut dalam dosa takhanya terhadap sesama manusia, namun terhadap alam ciptaan Tuhan. Efekketidaknyamanan pada tubuh dan kerusakan telah terlihat di sekitar kita. Sudah cukupuntuk tidak ambil pusing masalah ini, dan saatnya bertindak walau dari hal sekecilpun.Reserve, Reuse, Recycle dan Replantlingkungan kita dan selalu ingat untuk mencintaikarya ciptaan Tuhan.

    Sumatera dan Kalimantan dalam Kabut AsapNews: Tue, 06-Jul-2004 11:05 WIB(719)

    Sumber: Kompas, 30 Juni 2004

    Dalam beberapa hari terakhir Kota Pakanbaru diselimuti kabut asap, demikianpula dengan Kota Pontianak. Salah satu risiko yang muncul adalah

    tertundanya jadwal penerbangan, selain gangguan kesehatan yang harusditanggung oleh masyarakat. Hal ini berkaitan dengan kebakaran hutan dan

    lahan yang mulai meningkat, seiring dengan meningkatnya kekeringan lahanakibat curah hujan yang mulai berkurang.

    Tampaknya kondisi seperti ini senantiasa berulang hampir setiap tahun,meskipun semua pihak sudah mengetahui bahwa dampaknya sangatmerugikan, baik terhadap kesehatan, transportasi, maupun perekonomian.

    Penyebaran asap di atas Sumatera saat ini seperti terlihat dari citra satelitFengyun dan Modis (Gambar 1). Tampak asap hanya meliputi daerah tertentu

    di sekitar Pakanbaru dan sedikit di atas Pontianak.

    Tanggal 22 Juni 2004 (Gambar 2a) jumlah hotspot yang terdeteksi dari dataModis TERRA, baik di Sumatera maupun di Kalimantan, relatif sedikit. Namun,tanggal 24 Juni 2004 (Gambar 2b) jumlah hotspot yang terdeteksi meningkatsignifikan, terutama di Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Tanggal 24 Juni2004 hotspot terdeteksi pula di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.

    Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia memang seolah menjadi persoalanyang tidak ada habisnya untuk dibahas. Tanpa mengurangi arti upaya

    penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang telah dilakukan selama inioleh pemerintah pusat dan daerah, dan jika kebakaran hutan dan lahan

    merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan sama sekali, maka pertanyaanyang kemudian muncul adalah apakah setiap tahun jumlah kebakaran akan

    sama di setiap daerah? Apakah kabut asap dan risiko pencemaran lintas batasyang ditimbulkan akan sama setiap tahun? Apakah dapat diprediksi sampaikapan pencemaran asap akan berlangsung?

    Sejarah "hotspot"Hotspot adalah titik panas yang diindikasikan sebagai lokasi kebakaran hutan

    dan lahan. Parameter ini sudah digunakan secara meluas di berbagai negarauntuk memantau kebakaran hutan dan lahan dari satelit. Berdasarkan hotspot

    yang diolah dari data satelit NOAA-AVHRR yang direkam oleh Stasiun BumiSatelit Lingkungan dan Cuaca-LAPAN selama periode 1996-2002, diketahuiakumulasi jumlah hotspot untuk daerah Riau mencapai lebih dari 5% perbulan (dari total jumlah hotspot dalam setahun) selama 10 bulan (Januari-Oktober).Jumlah hotspot di Riau mencapai puncaknya bulan Juli. Sedangkan jumlah

    14

    http://www.ssffmp.or.id/ssffmp/news.asphttp://www.ssffmp.or.id/ssffmp/news.asp
  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    15/44

    hotspot selama periode yang sama di Sumatera Selatan lebih berfluktuasidibanding di Riau (Gambar 3). Hal ini terlihat dari persentase jumlah hotspot

    di Sumatera Selatan yang relatif kecil selama bulan Januari-Juni danNovember-Desember, sedangkan pada bulan Juli-Oktober persentase hotspotdi daerah ini cukup tinggi dengan puncak pada bulan September.

    Berbeda dengan daerah-daerah di Sumatera, wilayah Kalimantan memiliki

    daerah-daerah yang termasuk rawan kebakaran hutan dan lahan denganpuncak jumlah hotspot yang hampir sama, yaitu bulan Agustus-September.Ada tiga provinsi di Kalimantan yang menunjukkan jumlah hotspot cukupbesar yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Halini seperti yang tampak dari peta sebaran hotspot selama sebulan padabeberapa tahun khususnya pada bulan Agustus/September (Gambar 4).

    Meskipun pada bulan-bulan tersebut jumlah hotspot di Kalimantan adalahyang terbesar dalam setahun, kondisi antar- tahun menunjukkan perbedaan.

    Jumlah hotspot terbesar terdapat pada tahun 1997, kemudian menurunsecara signifikan tahun-tahun berikutnya. Jumlah ini agak meningkat lagi

    pada tahun 2002.

    Pengaruh cuacaPada dasarnya setiap proses pembakaran akan menghasilkan asap. Namun

    jumlah atau kepekatan asap yang dihasilkan sangat ditentukan oleh jenisbahan bakaran dan kadar airnya. Cuaca, khususnya curah hujan dan stabilitasatmosfer, merupakan faktor yang sangat memengaruhi kebakaran hutan danlahan terutama dalam dua aspek.

    Pertama, cuaca (curah hujan, suhu, kelembapan, dan angin) menentukankadar air bahan bakaran sehingga dapat dimengerti bila pada kondisi cuaca

    cerah dan suhu tinggi maka bahan bakaran menjadi cepat kering dan mudahterbakar. Anomali atau penyimpangan iklim, seperti El Nino maupun osilasiatmosfer di atas Samudera Hindia (yang dikenal sebagai Indian Ocean DipoleMode Event), akan menyebabkan kondisi cuaca yang ekstrem di beberapawilayah di Indonesia. Sebagian wilayah Sumatera dipengaruhi oleh salah satuatau kedua penyimpangan iklim tersebut, sedangkan sebagian wilayahKalimantan dipengaruhi oleh El Nino/La Nina sehingga daerah-daerah yangtermasuk rawan kebakaran hutan dan lahan berpeluang terkena dampak dari

    salah satu fenomena penyimpangan iklim.

    Saat terjadi El Nino, bahan bakaran menjadi sangat cepat kering dan mudahterbakar akibat kurangnya curah hujan, seperti yang terjadi pada tahun 1997.

    Sebaliknya saat La Nina, bahan bakaran menjadi lebih lambat kering dan sulitterbakar akibat bertambahnya curah hujan seperti yang terjadi pada tahun1998. Kedua, kondisi cuaca melalui komponen stabilitas atmosfer sangatmemengaruhi penyebaran asap. Stabilitas atmosfer adalah kondisi yangmenggambarkan tingkat kemudahan/kesulitan gerak pengangkatan massaudara secara vertikal. Dengan demikian profil kondisi atmosfer vertikal sangat

    menentukan stabilitas atmosfer.

    Unsur cuaca/iklim yang sangat menentukan stabilitas atmosfer adalah stratasuhu dan tekanan pada lapisan troposfer (lapisan terbawah dari atmosfer).

    Pada kondisi atmosfer yang stabil, maka udara sulit untuk bergerak naik,sehingga bila terjadi asap juga akan sulit untuk menyebar dan jika asap terus

    terjadi makin lama kepekatan asap makin bertambah. Pada kondisi atmosfer

    15

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    16/44

    tidak stabil maka udara sangat mudah bergerak naik, sehingga bila terjadiasap akan mudah menyebar dan mengalami "pengenceran" di atmosfer.

    Pada kondisi atmosfer netral, maka udara relatif tenang sehingga asap masihdapat menyebar meskipun tidak semudah seperti pada atmosfer tidak stabil.

    Pada saat terjadi penyimpangan iklim seperti El Nino, atmosfer padaumumnya akan menjadi lebih stabil daripada kondisi normalnya. Maka jika

    terjadi kebakaran hutan dan lahan, asap yang dihasilkan akan lebih sulitmenyebar dan makin lama makin pekat sehingga sangat membahayakankesehatan maupun transportasi.

    Prediksi "hotspot"Jika perilaku kebakaran hutan dan lahan di berbagai daerah sudah diketahui-

    termasuk perilaku asapnya pada berbagai kondisi udara/cuaca-makapertanyaan yang mungkin muncul adalah bagaimana dengan kebakaran hutan

    dan lahan saat ini? Apakah jumlah hotspot akan bertambah dalam bulan-bulan mendatang? Apakah sebaran asapnya akan makin berkembang

    mengkhawatirkan atau berkurang dalam bulan-bulan yang akan datangsehingga tak perlu khawatir dengan pencemaran asap yang melintasi batasnegara (transboundary haze pollution)? Untuk dapat menjawab pertanyaantersebut tampaknya sangat tidak mudah. Hal ini mengingat bahwa kebakaranhutan dan lahan merupakan masalah yang sangat kompleks yang melibatkanfaktor-faktor alam (cuaca/iklim, bahan bakaran) maupun manusia (kegiatanpemanfaatan lahan, ekonomi, dan budaya) dan bahkan kelembagaan.Namun, untuk tidak merumitkan persoalan lebih jauh bisa digunakan konsep

    peluang. Artinya, dapat dihitung bagaimana peluang jumlah hotspot padabulan-bulan mendatang di beberapa daerah yang rawan kebakaran dan

    bagaimana peluang pencemaran asap dari kebakaran hutan dan lahan.Tentunya hal ini dilakukan dengan didasarkan pada berbagai jenis datahistoris maupun prediksi dari sumber- sumber yang cukup dapat diandalkan.

    Data "hotspot"Jumlah hotspot yang terjadi hingga pertengahan Juni 2004, baik di Sumateramaupun Kalimantan, masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah rata-ratanya selama 7 tahun terakhir. Dengan demikian terdapat peluang

    peningkatan jumlah hotspot hingga akhir Juni 2004. Pada Juli 2004 jumlahhotspot di Riau berpeluang meningkat tetapi selanjutnya akan berkurang

    pada bulan Agustus 2004. Hal ini diperkuat dengan perkembangan cuaca diwilayah Sumatera bagian utara yang akan mengalami penurunan curah hujan

    hingga bulan Juli-Agustus.Jumlah hotspot akan benar- benar berkurang mulai Oktober 2004 karena duahal, yaitu mulai bulan tersebut curah hujan meningkat dan aktivitas yangberhubungan dengan pemanfaatan lahan (terutama pembersihan/pembukaanlahan) pada bulan tersebut umumnya sudah berakhir. Di Sumatera Selatan

    jumlah hotspot masih belum mengalami peningkatan secara nyata hingga

    bulan Juli 2004. Jumlah hotspot berpeluang meningkat secara nyata padabulan Agustus 2004 dan diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan

    September 2004.

    Sebagaimana halnya di Riau, hal ini pun berhubungan dengan kondisicuaca/curah hujan maupun aktivitas manusia/masyarakat dalam

    memanfaatkan lahan di Sumatera Selatan. Seperti yang penulis alami pada

    16

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    17/44

    saat melakukan penelitian di lapangan tentang kebakaran hutan dan lahantahun 2003 di kedua provinsi tersebut, tampaknya kebakaran hutan dan

    lahan di Riau maupun Sumatera Selatan memiliki siklus masing-masing.

    Peluang di Kalimantan

    Peluang peningkatan jumlah hotspot di Kalimantan, khususnya di KalimantanBarat dan Kalimantan Tengah, akan terjadi mulai bulan Juli 2004 dan

    diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan Agustus-September 2004.Dengan mengacu pada prediksi iklim dari berbagai institusi riset ikliminternasional, seperti IRI dan NCEP/NOAA, tahun 2004 diprediksikan denganpeluang normal yang lebih besar daripada El Nino selama Juli-September2004, sedangkan bulan Desember 2004-Januari 2005 peluang kondisi normalmenurun sehingga hampir sama dengan peluang El Nino.

    Maka kalaupun terjadi El Nino intensitasnya diperkirakan relatif lemah.Bahkan peluang terjadinya La Nina agak meningkat memasuki peralihan ke

    musim penghujan, sehingga kondisi cuaca/iklim pada tahun 2004diprediksikan normal. Dengan demikian jika pada tahun 2004 kebakaran

    hutan dan lahan tidak dapat dihindarkan sama sekali, maka penyebaranasapnya pun tidak seperti pada tahun 1997. Hanya saja, semuanya berpulangkembali kepada faktor manusia di daerah-daerah yang rawan kebakaranhutan dan lahan, sehingga gambaran-gambaran peluang tersebut semata-mata merupakan salah satu pendukung bagi para penentukeputusan/kebijakan untuk menentukan langkah- langkah antisipatif. *ErnaSri Adiningsih Bidang PSDAL Pusat Pengembangan Pemanfaatan danTeknologi Penginderaan Jauh-Lapan

    Puncak Hujan Januari-Februari

    JAKARTA -- Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) memperkirakan kondisi curah hujandi Jakarta pada musim hujan kali ini tidak berlebihan. Penyimpangan siklus hujan yangsignifikan sehingga menyebabkan banjir, diharapkan tak terjadi.

    ''Kondisi musim hujan di bulan ini dan bulan depan diperkirakan di bawah normal,sehingga curah hujan tidak akan timbul berlebihan,'' kata Kepala Pusat Sistem Data danInformasi Klimatologi dan Kualitas Udara BMG, Suroso, di Jakarta, Rabu (8/11).

    Namun, Suroso mengingatkan masyarakat Jakarta mewaspadai puncak hujan yang

    diprediksi terjadi pada 10 hari terakhir Januari dan awal Februari 2007. ''Perlu antisipasikarena diperkirakan saat itu puncak curah hujan tertinggi terjadi,'' katanya.

    Dalam kondisi normal, curah hujan dalam sebulan di wilayah selatan Jakarta rata-rata350 milimeter. Sedangkan wilayah utara Jakarta rata-ratanya 400 milimeter. ''Yang perludiwaspadai itu bila curah hujan lebih dari 100 milimeter dalam sehari,'' jelas Suroso.

    Untuk Jakarta, waktu hujan terbagi dua. Di bulan November, wilayah selatan Jakartabakal terguyur hujan lebih dulu, yang meliputi Jakarta Selatan bagian selatan dan JakartaTimur bagian selatan.

    Menyusul kemudian di bulan Desember, wilayah utara Jakarta mulai disiram hujan. Area

    hujan di bulan Desember ini mencakup Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat,

    17

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    18/44

    Jakarta Timur bagian utara, dan Jakarta Selatan bagian utara. Pembagian wilayah utaradan selatan, dibatasi Jalan Gatot Subroto, Jaksel, yang ditarik membentang dari barat ketimur.

    Dengan kondisi curah hujan seperti ini, BMG memperkirakan banjir besar seperti pada2002 yang menggenangi Jakarta tak akan terjadi. Apalagi banjir kala itu lebihdikarenakan Jakarta menerima kiriman air akibat curah hujan lebat di kawasan Puncak,Jabar.

    Curah hujan di Jakarta sendiri saat itu sebenarnya tidak terlalu besar. Namun, tumpahanair hujan yang tidak diimbangi kemampuan muat aliran sungai di hulu Jakartamenyebabkan banjir merendam Ibu Kota. Untuk tahun depan, Suroso memperkirakancurah hujan di daerah tetangga Jakarta akan lebih rendah dari tahun lalu.

    Meski curah hujan di Jakarta diperkirakan tak selebat tahun sebelumnya, menurut

    Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, Pemprov DKI tetap mempersiapkan skenario terburuk.Sistem peringatan dini (early warning system) bahkan telah difungsikan, termasukdengan menyiagakan pusat krisis. Sebanyak 40.530 personel disiapkan yang merupakangabungan Dinas Tramtib dan Linmas DKI Jakarta, petugas Pemprov DKI Jakarta, TNI,Polri, PMI, dan SAR disiapkan.

    Faktor Penyebab Pencemaran Udara (Causes)

    Masalah pencemaran udara pada umumnya hanya dikaitkan dengan sumber pencemar,namun sebetulnya banyak faktor-faktor lain yang secara tidak langsungbertanggungjawab terhadap terjadinya pencemaran udara. Beberapa faktor yangmemiliki pengaruh penting diantaranya adalah pertumbuhan penduduk dan laju

    urbanisasi yang tinggi, pengembangan tataruang yang tidak seimbang, tendensiperubahan gaya hidup yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi, ketergantunganterhadap minyak bumi, serta rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dan pengambilkeputusan mengenai masalah pencemaran udara.

    1. Pertumbuhan Penduduk dan Laju UrbanisasiPertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi yang tinggi merupakan faktor-faktorpenyebab pencemaran udara yang penting di perkotaan. Pertumbuhan penduduk danurbanisasi mendorong pengembangan wilayah perkotaan yang semakin melebar kedaerah pinggiran kota/daerah penyangga. Sebagai akibat, mobilitas penduduk danpermintaan transportasi semakin meningkat. Jarak dan waktu tempuh perjalanansehari-hari semakin bertambah karena jarak antara tempat tinggal dan tempat kerjaatau aktivitas lainnya semakin jauh dan kepadatan lalu lintas menyebabkan waktutempuh semakin lama.Indikasi kebutuhan transportasi dapat dilihat pada perkiraan pertumbuhan jumlahkendaraan bermotor yang pesat jika skenario business-as-usual atau tanpapengelolaan sistem transportasi masih berlaku.Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan kebutuhan akan transportasimengakibatkan bertambahnya titik-tik kemacetan yang akan berdampak padapeningkatan pencemaran udara.

    2. Penataan RuangPembangunan kantor-kantor pemerintah, apartemen, pusat perbelanjaan dan bisnishingga saat ini masih terkonsentrasi di pusat kota. Akibatnya, harga tanah di pusatkota meningkat sangat signifikan. Bersamaan dengan laju urbanisasi yang tinggi,kebutuhan akan perumahan yang layak di tengah-tengah kota dengan harga yangterjangkau oleh masyarakat banyak tidak dapat dipenuhi. Pembangunan perumahan

    akhirnya bergeser ke daerah pinggiran kota atau kota-kota penyangga karena harga

    18

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    19/44

    tanahnya masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan di pusat kota. Kota

    penyangga pada akhirnya menjadi pilihan tempat tinggal masyarakat yang sehari-haribekerja di pusat kota.

    Pengembangan kawasan industri juga diarahkan ke daerah-daerah penyangga. Selain

    alasan mahalnya harga tanah juga karena seringnya industri yang berlokasi di pusat-pusat kota menjadi pusat perhatian atau gugatan masyarakat karena pencemaran

    yang ditimbulkan, sehingga industri-industri tersebut harus direlokasi ke luar kota.Selain itu, pemantauan kegiatan industri yang berpotensi mencemari lingkungan akan

    lebih mudah dan efektif jika industri-industri berada dalam kawasan industri. Beberapapengembang kawasan mengintegrasikan pembangunan perumahan dan industri dalam

    satu area atau menyediakan perumahan murah untuk karyawan yang masih lajang,sehingga pekerja-pekerja industri dapat tinggal lebih dekat dengan tempat kerjanya.

    Pada prinsipnya pembangunan kawasan-kawasan terintegrasi tersebut bermanfaatdalam mengurangi kebutuhan transportasi. Namun, seiring dengan meningkatnya

    tuntutan ekonomi masing-masing keluarga, keperluan mendapatkan pekerjaan

    menjadi jauh lebih penting dibanding dengan jarak yang harus ditempuh antaratempat tinggal dan tempat kerja. Sehingga, jika suami dan istri tidak bekerja didaerah yang sama, maka salah satunya memerlukan transportasi. Kondisi ini

    menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan transportasi dan jarak tempuh darirumah ke tempat kerja di pusat-pusat kota maupun di kawasan industri. Jumlah

    perjalanan dengan kendaraan dari luar kota yang tinggi dan ditambah lagi denganperjalanan penduduk kotanya sendiri telah menimbulkan kemacetan terutama padajam puncak pagi dan sore hari.

    Konsentrasi pembangunan perumahan di daerah penyangga juga membawa persoalantersendiri bagi daerah penyangga tersebut. Pembangunan perumahan yang terlalupesat telah menyebabkan kemacetan. Kawasan perumahan dengan akses jalan masukutama yang terbatas telah menyebabkan kemacetan pada jalan-jalan utama tersebut,termasuk pada akhir pekan. Permasalahan utama dalam hal ini adalah karena

    pembangunan kawasan perumahan tidak disertai dengan pembangunan sistemtransportasinya. Akibatnya, banyak masyarakat yang tinggal di kawasan perumahanterpaksa menggunakan kendaraan pribadi karena ketiadaan sistem angkutan umumyang memadai. Ketika biaya perjalanan dengan kendaraan pribadi semakin mahal danangkutan umum tidak tersedia, penggunaan kendaraan secara bersama (car pooling)menjadi alternatif atau akhir-akhir muncul feeder buses yang membawa pekerja darikawasan perumahan di luar kota ke lokasi terdekat dengan tempat kerja masing-masing di pusat-pusat kota.

    Untuk mengatasi permasalahan ini pemerintah perlu mensyaratkan pembangunansistem transportasi dalam pembangunan kawasan perumahan baru. Perlu puladidorong penggunaan kendaraan secara bersama dan penyediaan angkutan karyawanoleh industri agar beban lalu lintas menjadi berkurang.

    3. Pertumbuhan Ekonomi yang Mempengaruhi Gaya HidupIndustri manufaktur di Indonesia tumbuh signifikan pada pertengahan 1990 sebelum

    krisis ekonomi terjadi di Indonesia dan Asia pada tahun 1998. Indonesia menjadinegara tujuan untuk pengembangan industri dengan pertimbangan murahnya biaya

    tenaga kerja dan disediakannya beberapa insentif oleh pemerintah, seperti pemberiantax holiday dan insentif fiskal lainnya; termasuk pula pengembangan kawasan industri

    beserta infrastrukturnya dengan tujuan agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomidan sekaligus menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

    Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi perubahan gaya

    hidup penduduk kota adalah kontribusi sektor industri manufaktur dan sektor jasaterhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu kota. Pada umumnya di kota-

    kota besar kontribusi sektor industri manufaktur dan sektor jasa (perdagangan,restoran, hotel) telah melampaui kontribusi sektor primer (pertanian dan

    19

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    20/44

    pertambangan) dalam PDRB.

    Perubahan struktur ekonomi kota tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapijuga dapat menimbulkan dampak negatif. Salah satunya adalah meningkatnya

    pencemaran udara karena meningkatnya konsumsi energi untuk kegiatan industri,pengangkutan orang dan barang, dan kebutuhan rumah tangga.

    Pertumbuhan ekonomi juga mendorong perubahan gaya hidup penduduk kota sebagaiakibat dari meningkatnya pendapatan. Walaupun bukan menjadi satu-satunya alasan,

    namun meningkatnya pendapatan ditambah dengan adanya kemudahan-kemudahanpembiayaan yang diberikan lembaga keuangan telah membuat masyarakat kota

    berupaya untuk tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan pokok tetapi jugaberupaya meningkatkan taraf hidup atau status sosial, misalnya dengan memiliki

    mobil, sepeda motor, dan barang-barang lainnya serta menggunakannya denganfrekuensi yang lebih sering sehingga pada akhirnya akan menambah konsumsi energi.

    4. Ketergantungan Pada Minyak Bumi Sebagai Sumber EnergiSaat ini masyarakat perkotaan sangat tergantung pada sumber energi yang berasal

    dari minyak bumi dengan konsumsi yang terus-menerus menunjukkan peningkatan.Sektor transportasi merupakan konsumen BBM terbesar yang diakibatkan terjadinya

    lonjakan penjualan kendaraan bermotor. Sebagai konsekuensinya emisi gas buangkendaraan bermotor menyumbang secara signifikan terhadap polusi udara yang terjadi

    di perkotaan.Untuk waktu yang cukup lama, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan subsidi

    harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga menimbulkan perilaku penggunaan BBMyang boros dan tidak effisien antara lain mendorong orang untuk menggunakan

    kendaraan untuk melakukan perjalanan yang tidak perlu. Setelah dikuranginya subsidiBBM, berdasarkan laporan penjualan Pertamina, telah terjadi penurunan penjualan

    BBM.Dalam rangka upaya diversifikasi sumber energi dan penurunan emisi gas buang dari

    kendaraan bermotor maupun industri, pemerintah Indonesia telah memperkenalkanpenggunaan Bahan Bakar Gas (BBG), serta Liquified Petroleum Gas (LPG) sebagai

    pengganti BBM.Sekalipun kontribusi bahan bakar gas terhadap pada bauran energi (Energy-Mix)

    Indonesia masih kecil, namun terjadi kecenderungan peningkatan penggunaan BBGpada sektor industri. Diharapkan, dalam waktu mendatang semakin banyak industri

    yang juga beralih dari penggunaan bahan bakar minyak ke bahan bakar gas ataupunsumber energi alternatif lainnya sehingga hal ini akan mengurangi kontribusi sektor

    industri terhadap pencemaran udara di Indonesia.

    Pemanfaatan BBG maupun LPG pada sektor transportasi yang sudah dimulai sejak1986 kurang menunjukkan keberhasilan, faktor penghambatnya antara lain adalah

    rendahnya harga bahan bakar minyak bersubsidi sehingga mengurangi daya saing.Namun dengan kenaikan harga BBM yang telah diberlakukan pemerintah dengan

    tujuan untuk mengurangi beban APBN untuk subsidi BBM, pengembangan bahan bakar

    alternatif mulai digalakkan. Sebagai contoh, beberapa instansi pemerintah maupunswasta dan lembaga-lembaga non pemerintah telah meluncurkan programpengembangan bio-diesel sebagai salah satu pengganti minyak solar. Bio-diesel akan

    mampu bersaing dengan minyak solar apabila harga minyak solar tersebut dapatdijaga pada tingkat harga sekarang. Namun demikian masih tersisa pertanyaan bahwa

    apabila harga minyak internasional turun, apakah hal itu juga akan menurunkan hargaBBM dalam negeri, yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan pengembangan

    bahan bakar nabati.Pemanfaatan berbagai jenis sumber energi, seperti gas bumi, LPG, serta batu bara,

    dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan trend yang positif dalam rangkamengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi. Pada tahun 2000, misalnya,

    kontribusi minyak bumi masih 73.28% terhadap bauran energi (energy-mix), namunpada tahun 2003 porsi ini menurun menjadi 67.45%. Perbaikan bauran energi ini

    sejalan dengan upaya Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengurangiketergantungan Indonesia terhadap minyak bumi.

    20

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    21/44

    Sejak tahun 2001 impor minyak bumi Indonesia telah melebihi ekspor minyak bumi,

    yang menjadikan Indonesia sebagai negara net oil importer, serta menempatkanIndonesia pada kondisi yang berbahaya dalam hal pemenuhan kebutuhan energinya.

    Di sisi lain infrastruktur energi non minyak masih sangat terbatas. Denganpertimbangan pemasukan devisa negara serta keamanan pasokan energi dan peluang

    pengembangan infrastruktur energi, seperti tertuang dalam Blue-print PengelolaanEnergi Nasional 2005 2025 yang disusun oleh Departemen Energi dan Sumber Daya

    Mineral, diharapkan minyak bumi hanya akan berkontribusi sekitar 26.2% dari sumberenergi Indonesia pada tahun 2025.

    Pembakaran minyak bumi yang memiliki gugus rantai hidrokarbon yang panjang akan

    lebih sulit dibandingkan dengan pembakaran gas alam yang memiliki gugus rantaihidrokarbon yang lebih pendek, sehingga pembakaran yang dilakukan dalam ruang

    mesin tidak akan dapat dilakukan dengan sempurna, dan pada akhirnya tentu akanmenghasilkan emisi gas buang yang lebih tinggi. Dengan demikian, menurunnya

    proporsi minyak bumi dalam bauran energi membawa keuntungan tersendiri terhadap

    upaya penurunan pencemaran udara. Untuk merealisasikan rencana bauran energitersebut diperlukan dukungan sektor swasta ataupun instansi lainnya. Juga,pemerintah perlu menjaga agar harga BBM diatur sedemikian rupa sehingga upaya

    pengembangan bahan bakar alternatif masih menarik apabila dilihat dari hargajualnya. Disamping itu, mengingat bahwa Indonesia merupakan salah satu penghasil

    bahan bakar gas, maka sudah selayaknya pemerintah memprioritaskan danmengupayakan pemanfaatan bahan bakar gas tersebut di dalam negeri, karena selainakan dapat menurunkan pencemaran udara hal ini juga akan dapat mengurangi bebanmasyarakat, termasuk industri, mengingat harga bahan bakar gas lebih murahdibanding bahan bakar minyak.

    5. Perhatian Masyarakat

    Partisipasi aktif masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan pengendalianpencemaran udara. Menyadari hal tersebut dan dengan dipromosikannya kebijakan

    good governance di semua sektor maka pemerintah kota dan beberapa institusi nonpemerintah telah berupaya melaksanakan kegiatan kampanye peningkatan kesadaran

    masyarakat mengenai polusi udara serta berupaya untuk melibatkan masyarakatdalam menetapkan suatu kebijakan. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, telah dicapai

    tingkat kesadaran masyarakat dan pengambil keputusan yang relatif tinggi sepertiyang diperlihatkan pada hasil survei yang telah dilaksanakan oleh LP3ES dan Asdep

    Emisi KLH di beberapa kota serta CAP Swisscontact tahun 1999 2005 khusus diDKI Jakarta. Namun tingkat kesadaran tersebut ternyata belum mampu

    menggerakkan mereka untuk melakukan tindakan nyata penurunan pencemaranudara. Ini berarti dukungan dan partisipasi masyarakat dan pemerintah terhadap

    upaya pengendalian pencemaran udara masih tetap rendah. Meskipun beberapaPemerintah Kota menyadari kondisi tersebut, namun belum ada upaya khusus yang

    dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat secara sistematis.

    Kendala utama pelaksanaan kegiatan peningkatan perhatian masyarakat olehpemerintah adalah terbatasnya anggaran yang tersedia. Permasalahan lainnya adalah

    ketidaktersediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi institusi-institusi yangbertanggung jawab dalam bidang informasi dan komunikasi. Kurangnya koordinasi

    antara institusi teknis terkait dengan institusi-institusi di bidang informasi danhubungan masyarakat juga merupakan kendala sehingga kegiatan peningkatan

    perhatian masyarakat tidak dapat dilaksanakan secara efektif.Di lain pihak, rendahnya partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian

    pencemaran udara juga disebabkan terbatasnya contoh/tauladan yang diberikan olehpemerintah. Sebagai contoh, pemerintah mempromosikan penggunaan bahan bakar

    gas pada kendaraan tetapi pemerintah sendiri tidak menggunakannya pada kendaraandinas/operasional pemerintah. Masalah lainnya adalah terkait dengan kredibilitas dan

    kesiapan program pengendalian pencemaran udara. Misalnya, persepsi masyarakatyang menyebutkan bahwa kinerja Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) berkala untuk

    21

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    22/44

    kendaraan angkutan umum dan barang selama ini buruk dapat menghambat

    kampanye program yang sama yaitu Pemeriksaan dan Perawatan kendaraan bermotorpribadi. Terbatasnya data dan informasi yang diperlukan oleh masyarakat untuk lebih

    memahami masalah pencemaran udara juga menjadi kendala. Pada beberapa kasus,meskipun data tersedia namun masyarakat sulit mendapatkannya.

    Kajian khusus perlu dilakukan terhadap pendekatan-pendekatan program peningkatanperhatian masyarakat baik oleh pemerintah maupun pihak lain agar upaya tersebut

    dapat menghasilkan tindak nyata atau partisipasi aktif semua pihak. Selanjutnya,kampanye publik yang intensif dan terencana, yang melibatkan masyarakat secara

    luas, termasuk pelajar-pelajar (dampak terhadap kesehatan dan lingkungan) perludibuat dan dilaksanakan. Kampanye publik yang akan dilakukan harus dapat

    menumbuhkan ketertarikan (interest) dan keinginan (desire). Untuk mencapai haltersebut tahapan-tahapan berikut ini perlu dilakukan:

    - Create Awareness (memberikan pengetahuan) yaitu untuk menarik perhatian

    masyarakat dan perlu dilakukan terus menerus.

    - Create understanding (memberikan pemahaman) yaitu untuk menimbulkankeprihatinan (emotional involvement) dengan cara memberikan data, fakta, dankesaksian yang didukung oleh pihak ketiga (opinion leaders).

    - Create Action yaitu mendorong tindakan, perubahan sikap, atau kebijakan sertadisediakannya sarana/fasilitas untuk melaksanakan tindakan.

    Perlu juga diperhatikan bahwa informasi yang diberikan kepada masyarakat sedapatmungkin mencakup semua aspek yang terkait dengan pencemaran udara; seperti datakualitas udara; faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran udara (bahan bakar,baku mutu dan teknologi, pemeriksaan dan perawatan, manajemen transportasi, danlain-lain); contoh-contoh tindakan nyata yang telah dilakukan; serta bagaimanapemangku kepentingan seperti sektor swasta, LSM, universitas dan instansi lainnyadapat berperan.

    Sumber-Sumber Pencemaran Udara (Sources)

    Sumber pencemaran udara dapat dikategorikan atas sumber bergerak dan sumbertidak bergerak, yang meliputi berbagai sektor termasuk transportasi, industri, dandomestik. Pada umumnya proses pembakaran bahan bakar fosil, baik yang di dalammesin (transportasi), proses pembakaran dan pengolahan industri, maupunpembakaran terbuka (domestik) mengeluarkan pencemar-pencemar udara yanghampir sama; walaupun secara spesifik jumlah relatif masing-masing pencemar yangdiemisikan tergantung pada karakteristik (properti) bahan bakar dan kondisipembakaran.

    1. Kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM)Ketersediaan bensin tanpa timbal (unleaded gasoline) dan minyak solar dengan

    kandungan belerang rendah merupakan faktor kunci dalam penurunan emisikendaraan, karena bahan bakar jenis tersebut merupakan prasyarat bagi penggunaanteknologi kendaraan yang mutakhir yang mampu mengurangi emisi kendaraan secarasignifikan.Spesifikasi bahan bakar yang tersedia di Indonesia mengikuti spesifikasi bahan bakaryang berlaku saat ini sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal (Dirjen)Minyak dan Gas (Migas) No. 108. K/72/DDJM/1997 yang memperbolehkan kandungantimbal hingga 0.30 gram/liter serta tekanan uap (Reid Vapour Pressure) 62 kPa padasuhu 37,8 C untuk bahan bakar bensin. SK Dirjen Migas No. 113.K/72/DJM/1999 jugamemperbolehkan kandungan belerang hingga 5000 ppm dan angka setana minimum48 pada bahan bakar solar. Dengan kualitas bahan bakar sesuai dengan spesifikasitersebut sulit untuk mewajibkan produsen kendaraan bermotor memasang peralatanpereduksi emisi (katalis) pada kendaraan. Walaupun bensin tanpa timbal telah tersediadi beberapa wilayah di Indonesia, namun ketidaktersediaan bensin tanpa timbal di

    hampir seluruh wilayah Indonesia belum dapat mendukung penerapan teknologi

    22

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    23/44

    tersebut.

    Alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan BBM adalahbiodiesel dan bahan bakar gas.

    2. Emisi Kendaraan BermotorKendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang penting di

    daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi olehkandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin. Pada pembakaran

    sempurna, emisi paling signifikan yang dihasilkan dari kendaraan bermotorberdasarkan massa adalah gas karbon dioksida (CO2) dan uap air, namun kondisi ini

    jarang terjadi. Hampir semua bahan bakar mengandung polutan dengan kemungkinanpengecualian bahan bakar sel (hidrogen) dan hidrokarbon ringan seperti metana

    (CH4). Polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yang menggunakan BBM antaralain CO, HC, SO2, NO2, dan partikulat.

    Pengalaman dari negara-negara maju menunjukkan bahwa emisi zat-zat pencemar

    udara dari sumber transportasi dapat dikurangi secara substansial dengan perbaikansistem pembakaran dan penggunaan katalis (catalytic converter) dan juga

    pengendalian manajemen lalu lintas. Walaupun diasumsikan bahwa di masamendatang reduksi emisi per kendaraan per kilometer akan dapat tercapai sebagai

    hasil dari penerapan teknologi dan sistem kontrol emisi, namun emisi agregat akantetap tinggi karena jumlah sumber individu yang terus meningkat secara signifikan.

    Artinya, kontrol kualitas emisi harus diimbangi dengan kontrol jumlah sumber emisi(volume kendaraan).

    Tingginya emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh beberapa faktor diantaranyaadalah:

    Sistem kontrol emisi kendaraan bermotor tidak diterapkan

    Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) berkala untuk kendaraan umumtidak berjalan efektif

    Pemeriksaan emisi kendaraan di jalan sebagai bagian dari penegakan hukum (terkaitdengan pemenuhan persyaratan kelaikan jalan) belum diterapkan

    Kendaraan bermotor tidak diperlengkapi dengan teknologi pereduksi emisi sepertikatalis karena tidak tersedianya bahan bakar yang sesuai untuk penggunaan katalis

    tersebut Kualitas BBM yang rendah

    Penggunaan kendaraan berteknologi rendah emisi yang menggunakan bahan bakaralternatif masih belum memadai

    Pemahaman tentang manfaat perawatan kendaraan secara berkala yang dapatmenurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar masih kurang

    Disinsentif terhadap kendaraan-kendaraan yang termasuk dalam kategori penghasilemisi terbesar belum diperkenalkan.

    Terkait dengan kinerja PKB, evaluasi yang dilakukan dalam studi-studi terdahulumenunjukkan bahwa sistem PKB masih belum efektif menurunkan emisi gas buangkendaraan umum. Sistem PKB yang telah diperkenalkan sejak awal 1990-an perlu

    diperkuat dan ditingkatkan agar dapat memberikan kontribusi yang nyata dalamreduksi emisi.

    Undang-undang No.14/1992 tentang Lalulintas dan peraturan pelaksanaannyatermasuk Peraturan Pemerintah (PP) No. 43/1992 saat ini sedang diamendemen.

    Salah satu klausul penting dalam rancangan perubahan peraturan perundangantersebut adalah bahwa semua jenis kendaraan bermotor (umum dan pribadi) wajib

    diuji kelaikan jalan secara berkala. Rancangan perubahan PP juga menyebutkanprivatisasi uji kelaikan jalan, yang berarti memberikan kesempatan kepada sektor

    swasta untuk terlibat dalam investasi dan operasi pusat-pusat pengujian yang akanmelayani sejumlah besar kendaraan pribadi. Uji emisi akan menjadi salah satu bagian

    dari uji kelaikan jalan. Diharapkan, dengan perluasan objek uji kelaikan jalan ditambahdengan perbaikan sistem PKB yang ada saat ini, akan dapat memberikan kontribusi

    23

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    24/44

    pengurangan emisi hingga 50%.

    Pemeriksaan di jalan merupakan strategi yang efektif untuk memastikan kendaraan

    wajib uji memenuhi persyaratan ambang batas emisi dan sekaligus memvalidasi hasiluji PKB.

    Teknologi pereduksi emisi gas buang seperti catalytic converter belum dapatdiaplikasikan karena pra kondisi spesifikasi bahan bakar belum dapat dipenuhi, yaitu

    bahan bakar bensin bebas timbal dan bahan bakar solar berkadar sulfur rendah. Jikabahan bakar alternatif seperti biodiesel tersedia secara luas dan dengan harga yang

    kompetitif, maka peralihan secara bertahap dari penggunaan bahan bakar fosil kebahan bakar alternatif akan memberikan manfaat nyata bagi kualitas udara dan

    kesejahteraan manusia.Mengingat semakin besarnya kontribusi pencemaran udara dari kendaraan bermotor di

    beberapa kota di Indonesia, beberapa kota telah mulai mengembangkan bahkan DKIJakarta telah memberlakukan sistem Pemeriksaan dan Perawatan (P&P) yang

    bertujuan untuk mengidentifikasi kendaraan-kendaraan yang beroperasi (in-use

    vehicles) yang tidak memenuhi ambang batas emisi polutan untuk parameter CO, HC,dan opasitas. Kendaraan yang tidak memenuhi ambang batas tersebut dipersyaratkanuntuk diperbaiki hingga emisinya memenuhi ambang batas. Pemeriksaan dan

    perawatan diperlukan karena sejalan dengan usia pakai kendaraan kinerja mesin dankondisi gas buang akan menurun. Melalui perawatan rutin seperti penyetelan mesin,

    pembersihan filter udara, dan lain-lain emisi gas buang CO dapat berkurang hingga50%, HC hingga 35%, dan partikulat hingga 45%. Disamping itu efisiensi bahan bakarpun dapat mencapai antara 3%-10%.

    Tanpa langkah pengendalian emisi lalu lintas yang konkret, pertumbuhan kendaraanbermotor yang cepat di kota-kota besar disertai dengan kondisi emisi rata-ratakendaraan yang melebihi ambang batas emisi akan memperburuk kualitas udara danmenimbulkan kerugian biaya kesehatan, produktivitas, dan ekonomi yang makin besar.

    3. Sistem Transportasi dan Manajemen Lalu LintasSistem manajemen transportasi dan tata ruang perkotaan mempengaruhi pola

    pergerakan manusia dan kendaraan di suatu kota yang pada akhirnya mempengaruhikualitas udara. Pengendalian pencemaran udara melalui peningkatan sistem

    transportasi terfokus pada dua aspek, yaitu pengurangan volume kendaraan danpengurangan kepadatan lalu lintas. Makin banyak volume kendaraan yang beroperasi

    di jalan, makin banyak jumlah emisi gas buang total. Di negara-negara maju,walaupun catalytic converter telah dapat mengurangi emisi gas buang per kendaraan

    per kilometer tempuh, jika jumlah kendaraan semakin banyak dan jarak kilometersemakin bertambah maka jumlah emisi total tetap meningkat. Artinya, sistem

    transportasi memegang peranan penting dalam pengendalian pencemaran udaraperkotaan.

    Pertumbuhan kendaraan yang pesat di kota-kota besar termasuk mencerminkankurang memadainya sistem transportasi kota. Banyak orang terdorong untukmenggunakan mobil pribadi dan sepeda motor karena ketiadaan transportasi umum

    yang nyaman, aman, dan tepat waktu. Sistem transportasi belum terintegrasi kedalam pengembangan wilayah. Pada banyak kasus, pembangunan perumahan di luar

    pusat kota tidak diikuti dengan pengembangan sistem transportasi yangmenghubungkan lokasi perumahan dengan lokasi komersial dan perkantoran di pusat

    kota. Kondisi ini mendorong orang untuk menggunakan kendaraan pribadi gunamemenuhi kebutuhan transportasi mereka sehari-hari sehingga kendaraan pribadi

    mengambil porsi transportasi jalan yang lebih besar dibanding moda transportasilainnya.

    Di seluruh Indonesia, komposisi sepeda motor adalah yang terbesar terhadap jumlah

    kendaraan bermotor yang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) sepedamotor merupakan alat transportasi alternatif di pedesaan dan perkotaan yang

    24

  • 8/14/2019 KLIMATOLOGI&KESEHATAN

    25/44

    harganya terjangkau masyarakat luas, 2) adanya kemudahan yang ditawarkan oleh

    lembaga pembiayaan kepada masyarakat untuk membeli sepeda motor, seperti cicilandengan bunga ringan atau tanpa uang muka, 3) pada kurun waktu sebelum kenaikan

    harga bahan bakar minyak (BBM) di bulan Oktober 2005, tingkat ekonomi dan dayabeli masyarakat cukup baik sehingga mendorong kenaikan penjualan sepeda motor

    yang mencapai 30% selama 5 tahun terakhir ini (Asosiasi Industri Sepeda MotorIndonesia AISI, 2005).

    Motorisasi semakin membuat moda transportasi tidak bermotor menjadi rentan dan

    marjinal.