KKL FAO

17
Pinus titik 1 Persyaratan Penggunaan Karakteristik Lahan Nilai Kelas Kesesuai an Lahan Aktual Usaha Perbaika n Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Temperatur (tc) S2tc S2tc Temperatur rerata (° C) 26,9 S2 S2 Ketersediaan Air (wa) Nwa Nwa Curah Hujan (mm) 1950 N N Ketersediaan Oksigen (oa) S3oa S2oa Drainase Agak lambat S3 + S2 Media Perakaran (rc) S1 S1 Tekstur Lempung berliat S1 S1 Kedalaman tanah (cm) 50 S1 S1 Retensi Hara (nr) S1 S1 pH 6 S1 S1 Bahaya Erosi (eh) S3eh S2eh Lereng (%) 16,50 S3 + S2 Bahaya Erosi Ringan S3 + S2 Bahaya Banjir (fh) S1 S1 Genangan tanpa S1 S1 KKL Nwa Nwa Kesesuaian lahan aktual Pada titik ke-1 hasil identifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut memiliki kelas kesesuaian lahan dalam kategori kelas N dengan faktor pembatas ketersediaan air. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) lahan yang sesuai untuk ditanami pinus (Pinus merkusii) adalah dengan curah hujan sebesar 2.500-3.000 mm namun jika dilihat berdasarkan data curah hujan didaerah tersebut lahan tersebut tidak sesuai dengan karakteristik lahan yang dibutuhkan pinus.

description

TABEL KESESUAIAN LAHAN

Transcript of KKL FAO

Pinus titik 1Persyaratan Penggunaan Karakteristik LahanNilai Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha PerbaikanKelas Kesesuaian Lahan Potensial

Temperatur (tc)S2tcS2tc

Temperatur rerata ( C)26,9S2S2

Ketersediaan Air (wa)NwaNwa

Curah Hujan (mm)1950NN

Ketersediaan Oksigen (oa)S3oaS2oa

Drainase Agak lambatS3+S2

Media Perakaran (rc)S1S1

TeksturLempung berliatS1S1

Kedalaman tanah (cm)50S1S1

Retensi Hara (nr)S1S1

pH6S1S1

Bahaya Erosi (eh)S3ehS2eh

Lereng (%)16,50S3+S2

Bahaya ErosiRinganS3+S2

Bahaya Banjir (fh)S1S1

Genangan tanpaS1S1

KKLNwaNwa

Kesesuaian lahan aktual

Pada titik ke-1 hasil identifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut memiliki kelas kesesuaian lahan dalam kategori kelas N dengan faktor pembatas ketersediaan air. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) lahan yang sesuai untuk ditanami pinus (Pinus merkusii) adalah dengan curah hujan sebesar 2.500-3.000 mm namun jika dilihat berdasarkan data curah hujan didaerah tersebut lahan tersebut tidak sesuai dengan karakteristik lahan yang dibutuhkan pinus. Faktor pembatas inilah yang akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.Kesesuaian lahan potensial

Kelas kesesuaian lahan potensial pada pinus tidak berbeda terhadap kelas kemampuan lahan aktual yaitu kelas N dengan faktor pembatas curah hujan. Faktor pembatas curah hujan bersifat permanen, karena apabila kita melakukan perbaikan dengan melakukan hujan buatan, biaya yang dibutuhkan sangatlah besar. Sehingga pada kesesuaian lahan potensial pinus ini masih tidak bisa diterapkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wood dan Dent (1983) yang menyatakan bahwa produksi pada lahan yang memiliki kelas N hanya berkisar < 40%. Sehingga dengan diterapkannya perbaikan apapun itu bentuknya, produksi pinus pada lahan ini tidak akan meningkat.

Pinus titik 2

Persyaratan Penggunaan Karakteristik LahanNilai Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha PerbaikanKelas Kesesuaian Lahan Potensial

Temperatur (tc)S2tcS2tc

Temperatur rerata ( C)26,9S2S2

Ketersediaan Air (wa)NwaNwa

Curah Hujan (mm)1950NN

Ketersediaan Oksigen (oa)S3oaS2oa

Drainase Agak lambatS3+S2

Media Perakaran (rc)S2rcS2rc

TeksturPasir berlempungS2S2

Kedalaman tanah (cm)50S1S1

Retensi Hara (nr)S1S1

pH6S1S1

Bahaya Erosi (eh)NehNeh

Lereng (%)31,50NN

Bahaya ErosiTidakS1S1

Bahaya Banjir (fh)S1S1

Genangan TanpaS1S1

KKLNwa,ehNwa,eh

Kesesuaian lahan aktual

Pada titik ke-2 hasil identifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut memiliki kelas kesesuaian lahan dalam kategori kelas N dengan faktor pembatas ketersediaan air dalam kaitannya curah hujan dan bahaya erosi dalam kaitannya lereng. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) yang menyatakan bahwa dengan lereng sebesar data yang kami peroleh tersebut lahan tidak sesuai dengan karakteristik lahan yang dibutuhkan pinus. Selain itu faktor pembatas curah hujan ditempat survei tidak sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan pinus, karena curah hujan didaerah tersebut lebih sedikit dari curah hujan yang dibutuhkan oleh pinus. Sehingga dengan kelas kesesuaian lahan N yang bersifat permanen ini tidak bisa dilakukan perbaikan.Kesesuaian lahan Potensial

Kelas kesesuaian lahan potensial pada pinus ini sama halnya dengan kelas kesesuaian lahan aktual yaitu termasuk dalam kelas N dengan faktor pembatas curah hujan dan lereng. Faktor pembatas curah hujan merupakan faktor pembatas permanen yang sangat sulit untuk diperbaiki. Walaupun dalam hal ini terdapat beberapa teknologi canggih yang mampu membuat hujan buatan, namun hal tersebut tidak dapat diterapkan. Karena dengan cara seperti itu dibutuhkan biaya yang sangat mahal. Sehingga sangat merugikan produksi pinus itu sendiri. Selain curah hujan, terdapat faktor pembatas lainnya yaitu lereng. Pada dasarnya faktor pembatas lereng dapat diperbaiki yaitu dengan dilakukan pembuatan teras (Sukartaatmadja, 2004)

Kopi titik 3Persyaratan Penggunaan Karakteristik LahanNilai Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha PerbaikanKelas Kesesuaian Lahan Potensial

Temperatur (tc)NtcNtc

Temperatur rerata ( C)26,9NN

Ketersediaan Air (wa)S2waS2wa

Curah Hujan (mm)1950S2S2

Ketersediaan Oksigen (oa)S3oaS2oa

Drainase Lambat S3+S2

Media Perakaran (rc)S1S1

TeksturLempung berliatS1S1

Kedalaman tanah (cm)50S1S1

Retensi Hara (nr)S1S1

pH6S1S1

Bahaya Erosi (eh)NehNeh

Lereng (%)51,60NN

Bahaya ErosiRinganS2+S1

Bahaya Banjir (fh)S1S1

Genangan Tanpa S1S1

KKLNtc, ehNtc, eh

Kesesuaian Lahan Aktual

Pada titik ke-3 hasil identifikasi kelas kesesuaian lahan yang diperoleh yaitu menunjukkan kelas N dengan faktor pembatas temperatur dan bahaya erosi kaitannya dengan lereng pada tanaman kopi. Faktor pembatas tersebut sangat serius karena menurut BBSDLP besar kelerengan agar lahan tersebut sesuai ditanami kopi, lereng harus sebesar sekitar < 8 %, namun data yang diperoleh yaitu sebesar 51,6%. Sehingga dalam hal ini kelas kesesuaian lahan pada lahan yang ditanami kopi tidak sesuai. Sebagaimana dijelaskan oleh Rayes (2007) bahwa faktor pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.Kesesuaian Lahan Potensial

Kelas kesesuaian lahan potensial pada komoditas kopi tidak berbeda pada kelas kesesuaian aktualnya, yaitu tergolong dalam kelas N dengan faktor pembatas temperatur dan lereng. Faktor pembatas temperatur bersifat permanen sehingga tidak dapat dilakukan perbaikan. Lereng pada lahan yang ditanami kopi ini yaitu sebesar 51,6%. Menurut pendapat Martono (2004) yang menyatakan bahwa lereng yang semakin curam dan semakin panjang akan meningkatkan besarnya erosi, jika lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga daya angkutnya juga meningkat. Untuk itu, upaya dalam mengurangi besarnya erosi dilakukan dengan pembuatan teras.

Rekomendasi Menurut Balittanah (2010), teras yang cocok untuk tanah dengan lereng 15 - 60% atau lebih curam adalah dengan menggunakan teras individu. Teras individu merupakan teras yang dibuat secara terpisah-pisah; satu teras untuk satu pohon (tanaman tahunan). Teras ini berfungsi untuk mengurangi erosi dan meningkatkan ketersediaan air tanah bagi tanaman tahunan (pohon-pohonan).(Priyono et al, 2002)titik 4

(talas)

Typic humudeptsPersyaratan Penggunaan Karakteristik LahanNilai Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha PerbaikanKelas Kesesuaian Lahan Potensial

Temperatur (tc)S1S1

Temperatur rerata ( C)26,9S1S1

Ketersediaan Air (wa)S1S1

Curah Hujan (mm)1950S1S1

Ketersediaan Oksigen (oa)S1S1

Drainase baikS1S1

Media Perakaran (rc)S2rcS2rc

TeksturberdebuS2S2

Kedalaman tanah (cm)50S1S1

Retensi Hara (nr)

pH6S1S1

Bahaya Erosi (eh)S2ehS1

Lereng (%)6,80S2+S1

Bahaya ErosiSangat rendahS1S1

Bahaya Banjir (fh)S1S1

Genangan F0S1S1

KKLS2rc,eh

Titik 5

(tomat)Typic humudepts

Persyaratan Penggunaan Karakteristik LahanNilai Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha PerbaikanKelas Kesesuaian Lahan Potensial

Temperatur (tc)S2tcS2tc

Temperatur rerata ( C)26,9S2S2

Ketersediaan Air (wa)S3waS3wa

Curah Hujan (mm)1950S3S3

Ketersediaan Oksigen (oa)S2ohS1

Drainase sedangS2+S1

Media Perakaran (rc)S3rcS3rc

TeksturLiat berpasirS3S3

Kedalaman tanah (cm)dalamS1S1

Retensi Hara (nr)S1S1

pH6S1

Bahaya Erosi (eh)S2ehS1

Lereng (%)16,00S2+S1

Bahaya ErosiSedang S2S1

Bahaya Banjir (fh)

Genangan F0S1S1

KKLS3wa,rcS3wa,rc

Titik 6

(Ubi Kayu)

Typic humudepts

Persyaratan Penggunaan Karakteristik LahanNilai Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha PerbaikanKelas Kesesuaian Lahan Potensial

Temperatur (tc)S1S1

Temperatur rerata ( C)26,9S1S1

Ketersediaan Air (wa)S1S1

Curah Hujan (mm)1950S1S1

Ketersediaan Oksigen (oa)S1S1

Drainase Agak terhambatS1S1

Media Perakaran (rc)S2rcS2rc

TeksturPasir berlempungS2S2

Kedalaman tanah (cm)50S1S1

Retensi Hara (nr)S1S1

pH6S1S1

Bahaya Erosi (eh)NehNeh

Lereng (%)44,70NN

Bahaya ErosisedangS2+S1

Bahaya Banjir (fh)

Genangan F0S1S1

KKLNehNeh

Interpretasi

Keadaan aktual

Talas

Dari data yang didapatkan pada titik 4, lahan tersebut jika ditanami komoditas talas memiliki kelas kesesuaian N pada suhu rata-rata. Menurut BBSDLP , faktor pembatas tersebut dikarenakan suhu rata-rata yang berkisar 18,9oc . Menurut Danty.(2011) untuk membudidayakan talas, suhu yang sesuai yaitu berkisar 24,9oC-25,8oC. Pada suhu rata-rata ini yang menjadi faktor pembatas bagi tanaman talas jika ditanami pada lahan tersebut yang nantinya dapat mengurangi hasil produksi.

Tomat

Dari data yang didapatkan pada titik 5, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman tomat masuk ke kelas S3 dimana yang menjadi faktor pembatas uatama adalah tekstur tanah. Menurut BBSDLP, faktor pembatas tersebut adalah Lahan tersebut memiliki tekstur aga kasar hingga halus.

Singkong

Dari data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman singkong pada lahan tersebut termaksud dalam kelas S3T. Selain itu kemiringan lereng pada lahan tersebut memiliki kelas kesesuaian N untuk tanaman singkong. Disini terdapat 2 faktor pembatas yaitu suhu dan kelerengan yang tidak sesuai untuk komoditas singkong.

Keadaan potensial

Talas

Untuk keadaan potensial, pada tanaman talas berkaitan dengan suhu tidak dapat dilakukan perbaikan. Hal tersebut karena suhu tersebut berkaitan dengan dengan iklim tersebut. Menurut BMKG. (2015) suhu pada lahan tersebut sebesar 18oC, sedangkan suhu optimum yang dikehendaki tanaman Talas menurut Danty (2011) berkisar 24,9oC-25,8oC. Oleh sebab itu kaitannya dengan suhu tidak dapat diberikan perbaikan.

Tomat

Faktor penghambat dalam lahan tersebut jika ditanami komoditas tomat adalah tekstur. Dalam kaitan ini, faktor pembatas tekstur tidak dapat diperbaiki. Tekstur tanah tidak dapat dilakukan secara langsung karena tekstur tanah bersifat permanen dan tekstur tanah merupakan sifat dasar tanah. Oleh karena itu pada tekstur tanah tidak dapat dilakukan pengolahan atau perbaikan.

Singkong

Pada tanaman singkong menurut Atmosuseno.(1999) pada karakteristik kelerengan sebagai penhambat budidaya tanaman singkong adalah pembuatan terasering. Dengan pembuatan terasering Pembuatan terasering ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya erosi. Selain itu Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off)dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang (Sukartaatmadja 2004)Rekomendasi

Singkong

Pada singkong upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan terrasering. Terasering yang dapat digunakan adalah terasering bambu. Hal tersebut karena kemiringan pada lahan tersebut yaitu 40%. Menurut litelatur, kemiringang berkisar 10%-50% dapat digunakan terasering bangku. Teras bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa sehingga bidang olah miring ke belakang (reverse back slope) dan dilengkapi dengan bangunan pelengkap lainnya untuk menampung dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terkendali. (Sukartaatmadja, 2004).

Kubis titik 7Tanaman : Kubis (Titik 7)

SatuanPeta

Jenis Tanah : TypicDystrudept

Persyaratan Penggunaan Karakteristik LahanNilai Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha PerbaikanKelas Kesesuaian Lahan Potensial

Temperatur (tc)S2tcS2tc

Temperatur rerata ( C)27S2S2

Ketersediaan Air (wa)S3waS3wa

Curah Hujan (mm)1950S3S3

Ketersediaan Oksigen (oa)S2oaS1

Drainase SedangS2++S1

Media Perakaran (rc)S1S1

TeksturLempungLiatBerdebuS1S1

Kedalaman tanah (cm)>60cmS1S1

Retensi Hara (nr)S1S1

pH6S1S1

Bahaya Erosi (eh)S2ehS1

Lereng (%)29,80%S1S1

Bahaya ErosiRinganS2+S1

Bahaya Banjir (fh)S2fhS1

Genangan Kadang-kadangS2S1

KKLS3waS3wa

Cabai titik 8Tanaman : Cabai (Titik 8)

SatuanPeta :

Jenis Tanah : TypicHumudepts

Persyaratan Penggunaan Karakteristik LahanNilai Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha PerbaikanKelas Kesesuaian Lahan Potensial

Temperatur (tc)S1S1

Temperatur rerata ( C)26,9S1S1

Ketersediaan Air (wa)S3waS3wa

Curah Hujan (mm)1950S3++S3

Ketersediaan Oksigen (oa)NoaNoa

Drainase CepatNN

Media Perakaran (rc)S1S1

TeksturDebuS1S1

Kedalaman tanah (cm)>75S1S1

Retensi Hara (nr)S1S1

pH6S1S1

Bahaya Erosi (eh)NehNeh

Lereng (%)67%NN

Bahaya ErosiHebatS3++S2

Bahaya Banjir (fh)S1S1

Genangan TanpaS1S1

Noa,ehNoa,eh

KKL AKTUAL

Kubis titik 7

Pada titik 7, hasil identifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut menempati kelas kesesuaian lahan S2wa untuk tanaman Kubis (Brassica oleracea). Lahan tersebut mempunyai pembatas-pembatas yang serius pada ketersediaan air yang jika dilihat pada tabel kesesuaian lahan dari BBSDLP termasuk S3 dan masalah lain berupa bahaya erosi, keadaan suhu, drainase dan bahaya banjir yang cukup serius sehingga memerlukan pengelolaan yang harus diterapkan. Faktor pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan. Menurut Sarief (1986) erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas dan daya dukung tanah untuk produksi pertanian serta menurunnya kualitas lingkungan hidup.Cabai titik 8

Pada titik 8, hasil identifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut menempati kelas kesesuaian lahan Noa,eh untuk tanaman Cabai (Capsicum annum). Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang serius pada ketersediaan oksigen dengan drainasenya yang cepat, masalah lain terdapat pada kelerengan yaitu 67,00% sehingga bahaya erosi yang ada cukup besar. Oleh karena itu memerlukan pengelolaan yang harus diterapkan. Faktor pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

KKL POTENSIAL

Kubis titik 7

Pada titik 7 memiliki kelas kesesuaian lahan potensial dengan tutupan lahan berupa tanaman Kubis (Brassica oleracea) adalah S3wa karena dengan pertimbangan menghindari pengelolaan yang lebih intensif guna meminimalisir kerusakan pada lingkungan jika hal tersebut dipaksakan tidak saja merugi secara ekonomi tapi juga merugikan pada aspek lingkungan. Sedangkan pada suu juga tidak terjadi perubahan pada kelas kesesuaian lahan potensial karena pertimbangan tersebut juga.Cabai titik 8

Kelas kesesuaian lahan potensial titik 8 dengan komoditas Cabai (Capsicum annum) adalah Noa,eh karena dengan pertimbangan menghindari pengelolaan yang lebih intensif guna meminimalisir kerusakan pada lingkungan jika hal tersebut dipaksakan tidak saja merugi secara ekonomi tapi juga merugikan pada aspek lingkungan. Pada beberapa hal seperti ketersediaan air dan bahaya erosi dapat dapat ditingkatkan ke kelas S2.

REKOMENDASIKubis titik 7

Pada kelas kesesuaian lahan actual titik 7 termasuk dalam S3wa dan pada kelas kesesuaian lahan potensial dengan pertimbangan aspek lingkungan tetap pada kelas S3wa. Faktor penghambat lain berupa drainase dapat diperbaiki dengan memperbaiki pengolahan tanah serta pemberian tanaman penutup tanah. Sumarni dan Hidayat (2005) Pada lahan kering tanah dapat dibajak/dicangkul kemudian dibuat bedengan-bedengan sehingga drainase dan aerasi dapat diperbaiki. Sedangkan untuk memperbaiki bahaya erosi dapat dilakukan dengan penanaman tanaman penutup tanah. Menurut Arsyad (2000) usaha utama dalam mengatasi erosi adalah menghambat aliran permukaan sehingga air meresap kedalam tanah dengan memperbaiki sifat tanah serta melindunginya dari pukulan hujan.Cabai titik 8Rekomendasi untuk titik 8 yang memiliki factor penghambat pada ketersediaan air dan bahaya erosi ialah dengan pembuatan saluran irigasi untuk meningkatkan ketersediaan air serta dilakukan penanaman tanaman penutup tanah guna meminimalisir bahaya erosi. Adanya tanaman penutup tanah dan mulsa organik dapat menahan percikan air hujan dan aliran air di permukaan tanah sehingga pengikisan lapisan atas tanah dapat ditekan (Nelson et al. 1991). Vegetasi berperan penting dalam melindungi tanah dari erosi. Menurut Morgan (1979), keefektifan vegetasi dalam menekan aliran permukaan dan erosi dipengaruhi oleh tinggi tajuk, luas tajuk, kerapatan vegetasi, dan kerapatan perakaran.Sumber:

Balittanah. 2010. Teknologi Konservasi Tanah Secara Mekanik. Bogor: Kelompok Peneliti Fisika dan Konservasi Tanah.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Martono. 2004. Pengaruh Intensitas Hujan dan Kemiringan Lereng Terhadap Laju Kehilangan Tanah Pada Tanah Regosol Kelabu. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Priyono, N.S. dan Siswamartana S. 2002. Hutan Pinus dan Hasil Air. Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan Perhutani, Cepu.

Rayes, L. 2007. Metode Infentarisasi Sumber Daya Lahan. ANDI.Yogyakarta.

Wood, S.R. and F.J. Dent. 1983.LandEvaluationComputerizedSystem(LECs). User Manual and Metodology Manual. The Agency for AgricultureResearch Bogor Indonesia, p 1-71.