Kirim
-
Upload
heri-abrianto -
Category
Documents
-
view
430 -
download
10
description
Transcript of Kirim
1. Apa itu Hydrothermal Vents?
Hydrothermal Vents adalah retakkan di permukaan planet yang secara geothermal
memanaskan perairan. Hydrothermal vents biasa ditemukan di dekat daerah yang aktif
secara vukanis, area di mana lempeng tektonik bergerak. Hydrothermal vents biasa
ditemukan di bumi karena bumi secara geologis cukup aktif dan perairan berada di
atasnya. Di daratan, Hydrothermal vents dapat berupa fumarol, mata air panas, dan
geyser. Di bawah laut, Hydrothermal vents biasa disebut Black Smokers.
Di sebagian besar laut dalam, area sekita Hydrothermal vents secara biologis sangatlah
subur bagi kehidupan sekitarnya dan menjadi tuan rumah bagi berbagai makhluk hidup
yang memanfaatkan bahan kimia terlarut dari lubang Hydrothermal Vents. Archaea
kemosintesis membentuk dasar rantai makanan, mensupport berbagai organisme seperti
cacing tabung raksasa, udang, dan kerang. Hydrothermal Vents yang aktif dipercaya
berada di satelit Jupiter Europa dan Hydrothermal Vents tua pernah berada di Mars.
2. Dimana ditemukan Hydrothermal Vents?
Perairan yang mengelilingi Hydrothermal Vents biasanya adalah air laut. Massa
yang keluar dari Hydrothermal Vents dapat memanaskan air laut hingga 400oC.
Bandingkan dengan temperatur di laut dalam pada umumnya yang hanya mencapai 2oC.
Tekanan yang tinggi pada kedalaman laut memperluas range temperatur secara signifikan
pada kondisi air yang tetap cair sehingga air tidak menguap. Air pada kedalaman 3000 m
dan temperatur 407oC menjadi supercritical dan keadaan air yang bergaram memdorong
air mendekati titik kritisnya. Beberapa Hydrothermal Vents mengandung timbunan
mineral anhidrat. Tembaga sulfida, besi sulfida, dan seng sulfida. Tingginya kandungan
mineral di sekitar Hydrothermal Vents menyebabkan berbagai eksploitasi di sekitarnya
oleh berbagai perusahaan tambang.
3. Mekanisme Hydrothermal Vents?
Proses terjadinya hidrotermal bawah laut adalah sebagai berikut:
a. Air laut yang dingin (2 oC) merembas melalui celah-celah ataupun rekahan yang
terdapat di dasar lautan.
b. Air laut terus merembas jauh ke bawah di dalam kerak samudera. Radiasi energi
panas dari batuan cair yang terletak jauh di bawah dasar laut mendidihkan
rembasan air laut hingga suhu cairan hidrotermal mencapai 350-400 oC. Setelah
rembasan air laut terpanaskan, ia bereaksi dengan batuan sekitar di dalam kerak
samudera. Reaksi kimia ini merubah cairan hidrotermal dengan cara sebagai
berikut :
• Semua kandungan oksigen dalam cairan menjadi hilang
• Cairan panas ini menjadi bersifat asam
• Cairan ini menangkap logam-logam terlarut, termasuk besi, tembaga dan
seng
• Cairan ini menangkap hidrogen sulfide
c. Cairan panas ini tidaklah begitu kental sehingga ia lebih ringan dibandingkan
dengan cairan yang lebih dingin. Dengan demikian cairan hidrotermal
menyembur ke atas melalui kerak samudera layaknya balon udara-panas yang
naik ke udara.
d. Cairan hidrotermal keluar melalui cerobong dan bercampur dengan air laut yang
dingin. Logam-logam dibawa ke atas dalam bentuk fluida bercampur dengan
belerang membentuk meneral yang berwarna hitam yang biasa disebut sulfida
logam, kondisi ini menjadikan kenampakan cairan hidrotermal seperti asap.
Banyak faktor yang memicu terjadinya reaksi ini. Salah satu faktor tersebut
adalah suhu yang dingin, dan faktor lainnya adalah keberadaan kandungan
oksigen dalam air laut. Tanpa adanya unsur oksigen, mineral-mineral tersebut
tidak akan pernah terbentuk.
4. Jelaskan Sirkulasi Hydrothermal Vents?
Siklus hidrotermal adalah sirkulasi air panas akibat adanaya intrusi magma ke
bagian kulit bumi sehingga membaut air yang berada di sekitarnya menjadi panas. Hal ini
biasa terjadi di dekat gunung di dalam laut yang masih aktif, tetapi dapat juga terjadi di
lapisan kerak samudera dan kerak benua.
Sirkulasi hidrotermal di lautan adalah tenggelam air laut dingin padat ke basal
dari dasar laut dan dipanaskan di kedalaman itu lalu naik kembali ke antarmuka air-laut
batu karena densitasnya lebih rendah melalui pertengahan punggungan-samudera.
Ventilasi hidrotermal adalah lokasi di dasar laut di mana cairan hidrotermal bercampur
dengan air laut di atasnya. Mungkin yang paling dikenal adalah bentuk ventilasi cerobong
disebut sebagai perokok hitam . sirkulasi hidrotermal ini tidak terbatas pada lingkungan
punggungan laut. Sumber air untuk geyser dan sumber air panas dipanaskan airtanah
convecting di bawah dan lateral air panas ventilasi.
Penyebab konveksi hal ini dapat:
• Intrusi magma ke kerak
• Radioaktif panas yang dihasilkan oleh massa didinginkan dari granit
• Panas dari mantel
5. Hubungan Hydrothermal Vents dengan Biota Laut?
Kehidupan, seperti yang diketahui banyak orang, dikendalikan oleh matahari.
Tetapi makhluk laut dalam tidak mendapatkan sedikitpun cahaya matahari dan mereka
bergantung pada energi dan nutrisi kimia dari Hydrothermal Vents. Sebelumnya ahli
biologi kelautan memperkirakan bahwa makhluk laut dalam memanfaatkan nutrisi dari
‘hujan’ sisa-sisa makhluk hidup yang tidak dimanfaatkan makhluk hidup di atasnya. Hal
ini membuat mereka tidak memiliki ketergantungan pada tanaman dan energi matahari.
Beberapa makhluk hidup di sekitar Hydrothermal vents memang mengkonsumsi ‘hujan’
ini, tapi dengan sistem seperti ini, kehidupan yang terbentuk akan sangat miskin sekali.
Tetapi pada kenyataannya, kepadatan makhluk hidup dasar laut di sekitar zona
Hydrothermal Vents sangat tinggi, sekitar 10,000 hingga 100,000 lebih tinggi dari
perkiraan awal.
Komunitas Hydrothermal Vents mampu mempertahankan kehidupan yang sangat
besar itu karena mereka bergantung pada bakteri kemosintesis sebagai makanan. Massa
yang keluar dari Hydrothermal Vents mengandung banyak mineral terlarut dan
mendukung populasi besar bakteri kemoautotrofik. Bakteri ini mengandalkan komponen
sulfur, umumnya hidrogen sulfida, bahan kimia yang bersifat sangat beracun bagi
sebagian besar makhluk hidup, untuk membentuk material organik melalui proses
kemosintesis.
Ekosistem ini sangat independen terhadap ketergantungan terhadap matahari,
seperti sebagian besar jenis kehidupan di bumi. Tetapi sesungguhnya sebagian makhluk
hidup di ekosistem itu masih memanfaatkan oksigen yang diproduksi makhluk
fotosintetik. Yang lainnya merupakan makhluk anaerobik, yang merupakan bentuk awal
kehidupan di bumi.
Bakteri kemosintetik tumbuh membentuk lapisan tebal yang menarik perhatian
makhluk amphipods dan copepods yang melahap bakteri secara langsung. Organisme
yang lebih besar seperti siput, udang, kepiting, cacing tabung, ikan, dan gurita
membentuk rantai makanan predasi. Jenis makhluk hidup yang dominan di sekitar
Hydrothermal vents diantaranya adalah annelida, gastropoda, pogonophorans, crustacea,
bivalvia, cacing vestimentiferan, dan udang tanpa mata yang membentuk kehidupan
nonmicrobial.
Cacing tabung adalah bagian penting dari komunitas Hydrothermal Vents. Cacing
tabung bersimbiosis dengan bakteri kemosintesis di dalam jaringan tubuhnya. Cacing
tabung tidak memiliki mulut dan saluran pencernaan, ia hanya menyerap secara langsung
nutrisi kimia dari perairan sekitarnya untuk memberi makan bakteri yang hidup di dalam
jaringannya. Sebagai gantinya, bakteri memberikan material karbon untuk kehidupan
cacing tabung. Makhluk unik lainnya yang ditemukan di sekitar Hydrothermal Vents
adalah siput yang dilapisi sisik yang terbuat dari senyawa besi dan material organik, dan
cacing Pompeii yang mampu bertahan di lingkungan bertemperatur 80oC.
Telah ditemukan lebih dari 300 species baru di sekitar Hydrothermal Vents dan sebagian
dari mereka adalah saudara dari makhluk hidup yang bergantung pada matahari dan
terpisah secara geografis dari Hydrothermal Vents.
Bahkan Hydrothermal Vents dipercaya merupakan asal muasal makhluk hidup
yang ada di bumi. Hal itu disampaikan oleh GünterWächtershäuser dalam jurnal
Proceedings of National Academy of Science. Ia berpendapat bahwa asam amino
sederhana dapat terbentuk dari sintesis bahan-bahan kimia di sekitar Hydrothermal Vents
dan dibawa pergi oleh aliran air menuju perairan yang lebih dingin di mana suhu yang
lebih rendah dan kandungan mineral tanah liat dapat membentuk formasi peptida dan
protosel. Ini adalah teori yang sangat menarik karena kandungan CH4 dan NH3 memang
banyak terdapat di sekitar Hydrothermal Vents. Keterbatasan utama dari teori ini adalah
tingginya temperatur di sekita Hydrothermal Vents yang mengganggu kestabilan molekul
organik.
Temuan yang luar biasa di dasar laut adalah rekahan hidrotermal laut dalam atau
“Hydrothermal vent” .Pada daerah tersebut terdapat ribuan hewan berkerumun di sekitar
cairan sangat panas yang menyembur dari dasar laut. Ternyata cairan panas yang
menyembur dari dasar laut itu disebabkan oleh gunung api yang kaya akan logam dan
aneka gas yang memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kepada
mikroorganisme seperti bakteri. Makhluk ini hidup bukan karena fotosintesis tetapi
tumbuh dengan proses yang disebut 'kemosintesis' yang menyediakan makanan yang
dibutuhkan untuk tumbuh yang berdasarkan eksistem panas yang dihasilkan vulkanik
dibawah laut. Beberapa di antara hewan ini bahkan tidak memiliki mulut atau perut.
Sebagai gantinya mereka memiliki kantung di dalam tubuhnya yang dinamakan
'trofosom' yang dipenuhi mikroba yang melahap gas vulkanik yang disebut
“Hipertermofil” yang berarti "pencinta panas-menyengat" dan mikroba tersebut
menyediakan makanan dan energi untuk hewan itu dalam proses yang dinamakan
simbiosis.
6. Bagaimana Keberadaan Biota Laut di Daerah Hydrothermal Vent menguntungkan/
merugikan ?
Sekelompok mikro-organisme “hipertermofil” ini adalah bentuk kehidupan
terpanas yang dikenal di planet ini dan dapat tumbuh pada suhu hingga 252° F (122° C)
bahkan lebih tinggi dari suhu air mendidih. Mereka tinggal di dalam batuan di sekitar
rekahan hidrotermal yang panas sekali dan memperoleh makanan oleh cairan vulkanik
ini. Cara hidup mereka juga aneh. Hipertermofil laut dalam mendapatkan energi dan
karbon dari gas hidrogen dan karbon dioksida yang ada dalam cairan vulkanik. Mereka
memperoleh energi dengan mengambil elektron di dalam hidrogen dan melepaskannya ke
zat kimia seperti belerang dan karbon dioksida. Beberapa di antaranya bahkan dapat
memproduksi energi dengan melepaskan elektron dari hidrogen ke karat besi yang mirip
dengan karat yang sering dilihat di mobil untuk membuat besi magnetik hitam,
hipertermofil ini bahkan bisa makan batu. Sementara hewan lainnya dalam ekosistem ini
dapat membuat gas metan yang mudah terbakar dan dapat digunakan oleh manusia untuk
menghasilkan listrik.
Selain itu, ternyata protein dalam organisme ini berguna untuk banyak hal. Ketika
ilmuwan dan detektif kepolisian ingin membuat miliaran salinan DNA dalam tabung
reaksi, mereka menggunakan protein yang disebut 'DNA polimerase' yang berasal dari
hipertermofil laut dalam untuk membuat salinan itu. Protein lain dari mikroba ini disebut
'hidrolase', yang dapat memutuskan rantai besar molekul organik menjadi sub-unit yang
lebih kecil, dapat digunakan untuk membuat zat aditif makanan seperti pemanis,
melembutkan kain katun, menghilangkan noda dari pakaian ketika kita mencucinya
dengan air panas, dan memudahkan ekstraksi minyak dan gas dari tanah. Kedua, menurut
penelitian,ada beberapa mikroba penghuni rekahan hidrotermal sangat mirip dengan
kehidupan di Bumi miliaran tahun yang lalu. Dengan mengkaji kehidupan di rekahan
laut-dalam,manusia dapat mengetahui bagaimana kehidupan berlangsung ketika Bumi
jauh lebih muda dan berbeda dengan Bumi yang sekarang. Selain itu, jika kehidupan
dapat berlangsung tanpa sinar matahari di tempat bergabungnya air dan batu vulkanik,
mungkin hal ini dapat menopang kehidupan di luar Bumi. Mikroba rekahan hidrotermal
juga memberi gambaran tentang apa yang harus dicari saat mencari kehidupan di Mars
dan beberapa planet dalam sistem tata surya. Salah satu contoh adalah planet Europa
yang mengelilingi Jupiter, yang diperkirakan memiliki laut-dalam yang gelap di bawah
cangkang sedingin es dan gunung api aktif di bagian bawah. Mungkin ada rekahan
hidrotermal di sana dan di tempat lain.
Ternyata rekahan hidrotermal di seluruh dunia sangat berbeda satu sama lain dan
saling menopang kehidupan berbagai jenis mikroba. Perairan Indonesia salah satu tempat
yang sering teliti untuk mencari rekahan hidrotermal karena perairan ini adalah salah satu
daerah vulkanik paling aktif di dunia. Menurut penelitian, besar kemungkinan beberapa
jenis rekahan hidrotermal yang memiliki zat kimia dan mikroba yang berlainan mungkin
benar-benar saling berdekatan. Hal ini juga memberi kesempatan untuk memperkenalkan
lingkungan yang luar biasa kepada rakyat Indonesia dan warga dunia.
Berdasarkan uraian diatas , dapat diketahui bahwa keberadaan biota di daerah
Hydrothermal Vent sangat menguntungkan karena dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia, seperti yang telah di jelaskan diatas.
7. Apa itu Kemosintesis?
Kemosintesis merupakan reaksi anabolisme selain fotosintesis. Kemosintesis
adalah konversi biologis satu molekul karbon atau lebih (biasanya karbon dioksida atau
metana), senyawa nitrogen dan sumber makanan menjadi senyawa organik dengan
menggunakan oksidasi molekul anorganik (contohnya, gas hidrogen, hidrogen sulfida)
atau metana sebagai sumber energi. Kemosintesis adalah anabolisme yang menggunakan
energi kimia. Energi kimia yang digunakan pada reaksi ini adalah energi yang dihasilkan
dari suatu reaksi kimia, yaitu reaksi oksidasi. Organisme autotrof yang melakukan
kemosintesis disebut kemoautotrof.
8. Mekanisme Kemosintesis?
Menurut Campbell et al. (2002), prokariota paling awal adalah organisme
kemoautotrof yang mendapatkan energi dari bahan kimia anorganik dan menghasilkan
energinya sendiri dan bukannya menyerap ATP. Hal ini disebabkan Hidrogen sulfide
(H2S) dan senyawa besi (Fe2+) sangat berlimpah di bumi purbakala, dan sel-sel primitive
kemungkinan mendapatkan energi dari reaksi melibatkan senyawa tersebut. Beberapa
arkhaea modern saat ini dapat bertahan hidup pada sumber mata air panas yang
mengandung sulfur dan melakukan reaksi kimia yang membebaskan energi.
FeS + H2 S ® FeS2 + H2 + energi bebas
Protein membrane pada prokariota awal kemungkinan menggunakan sebagian
energi bebas yang dihasilkan untuk memecahkan produk H2 menjadi proton dan electron
serta menghasilkan suatu gradient proton sepanjang membrane plasmanya. Dalam bentuk
primitive kemiosmosis, gradient tersebut kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya
sintesis ATP.
Campbell et al. (2002), melaporkan percobaan yang dilakukan oleh Van Niel pada
tahun 1930-an untuk mengamati proses fotosintesis pada bakteri yang membuat
karbohidratnya dari CO2 tetapi tidak melepaskan O2, menyimpulkan bahwa pada bakteri
tersebut CO2 tidak terurai menjadi karbon dan oksigen. Satu kelompok bakteri
menggunakan hydrogen sulfide (H2S) dan bukannya air untuk fotosintesis, dan
menghasilkan titik sulfur (belerang) warna kuning sebagai produk limbah dengan
persamaan kimianya:
CO2 + 2H2S ® CH2O + H2O + 2S
Kemampuan melakukan kemosintesis hanya dimiliki oleh beberapa jenis
mikroorganisme, misalnya bakteri belerang nonfotosintetik (Thiobacillus) dan bakteri
nitrogen (Nitrosomonas dan Nitrosococcus). Banyak mikroorganisme di daerah laut
dalam menggunakan kemosintesis untuk memproduksi biomassa dari satu molekul
karbon. Dua kategori dapat dibedakan. Pertama, di tempat yang jarang tersedia molekul
hidrogen, energi yang tersedia dari reaksi antara CO2 dan H2 (yang mengawali produksi
metana, CH4) dapat menjadi cukup besar untuk menjalankan produksi
biomassa.Kemungkinan lain, dalam banyak lingkungan laut, energi untuk kemosintesis
didapat dari reaksi antara O2 dan substansi seperti hidrogen sulfida atau amonia. Pada
kasus kedua, mikroorganisme kemosintetik bergantung pada fotosintesis yang
berlangsung di tempat lain dan memproduksi O2 yang mereka butuhkan (Isnan, 2007).
Bakteri nitrogen, seperti Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi hasil
dengan cara mengoksidasi NH3 yang telah bereaksi dengan CO2 dan membentuk
amonium karbonat ((NH4)2CO3).
(NH4)2CO3 + O2 ® 2 HNO2 + CO2 + Energi
Jenis bakteri lain yang mampu melaksanakan kemosintesis antara lain
Nitrobacter. Bakteri ini mampu mengoksidasi senyawa nitrit dalam mediumnya. Hasilnya
adalah senyawa nitrat dan membebaskan energi yang akan dipergunakan untuk
menyintesis senyawa organik.
Ca(NO2)2 + O2 ® Ca(NO3)2 + Energi