Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

86
Pemeriksaan laboratorium Metabolisme Karbohidrat

description

karbohidrat

Transcript of Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Page 1: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan laboratorium Metabolisme Karbohidrat

Page 2: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

PENGANTAR

Page 3: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Tujuan Pemeriksaan laboratorium Menegakkan diagnosa Memantau pengobatan Memantau perjalanan penyakit

(prognosis) Check up/skrining

Page 4: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan Laboratorium untuk Diagnosis

Memberi konfirmasi atau menolak suatu diagnosis klinis

melengkapi gambaran sementara yang telah dibuat sebelum pemeriksaan lab. Diagnosis suatu penyakit berdasarkan : history pasien (bila ada) adanya gejala/tanda-tanda klinis hasil investigasi pemeriksaan lab.

Page 5: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev
Page 6: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan Laboratorium pada pemantauan penyakit

mengamati arah perkembangan penyakit untuk penentuan terapi/penanganan terbaik

Page 7: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

PERAN PEMERIKSAAN LAB DALAM PROSES PEMANTAUAN

PENGOBATAN

Melihat respon dari suatu pengobatan melihat komplikasi dari suatu

pengobatan memantau/mencegah efek toksik obat

(keluar batas terapi aman)

Terapi yang terbaik adalah tercapainya

kesembuhan tanpa efek samping

Page 8: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan Lab untuk Screening

Mendeteksi dini keadaan subklinis pada orang sehat

mencegah lebih baik daripada mengobati !

Page 9: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Apa yang diharapkan dari pemeriksaan Laboratorium

Hasil yang akurat dan dapat dipercaya Layanan yang baik

QC adalah landasan di dalam menilai hasil itu BENAR atau TIDAK

Page 10: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

ASPEK PEMERIKSAAN ASPEK PEMERIKSAAN LABORATORIUMLABORATORIUM

1.Pra-Analitik2.Analitik3.Pasca-Analitik

Page 11: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Aspek Pengendalian Mutu

Preanalitik Analitik Postanalitik•Persiapan Penderita•Pengambilan bahan•Labelling•Pengiriman bahan•Stabilitas sample•Penggunaan antikoagulan•Kondisi sample•Homogenisasi

•Alat•Reagen•Kontrol•Kalibrator

• Pelaporan hasil• Interpreatsi

Page 12: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Persiapan pasien Pasien puasa 12 – 14 jam sebelum diambil

darah Selama kurang lebih 3 hari, porsi makan

seperti biasa Hindari obat-obatan sebelum pengambilan

spesimen Menghindari latihan fisik yang berlebihan, dll

Page 13: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

MUTU HASIL LABORATORIUMTergantung pada :

• Metoda & Peralatan• Sumber Daya Manusia• Sistem Pengendalian Mutu

Terpadu

Page 14: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

SUMBER-SUMBER KESALAHAN PADA

PEMERIKSAAN LAB.Proses Pra-analitik : jenis spesimen salah identitas/label salah penyimpanan/transportasi tidak tepatProses Analitik : SDM Prosedur pemeriksaan atau

mengoperasikan instrumen salah Alat-alat tidak dikalibrasi Proses Pasca-analitik : transkrip hasil salah

Page 15: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Normal ? Ada perbedaan hasil vs hasil

sebelumnya ? Konsisten/sesuai dengan

temuan klinis ?

Page 16: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Untuk menghasilkan hasil akurat & konsisten diperlukan metoda

pemeriksaan yang :Akurasi baikPresisi baikSensitifitas & Spesifitas analitik baikSensitifitas & Spesifisitas Diagnostik baikNegative Predictive ValuePositive Predictive Value

Page 17: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

AKURASI (KETEPATAN)AKURASI (KETEPATAN)

Akurasi menyatakan kesesuaian hasil pemeriksaan dengan nilai

benar (actual value)

Secara kuantitatif disebut inakurasi yang dihitung sebagai perbedaan

nilai rata-rata pemeriksaan replikat (berulang-ulang) dengan nilai benar

Page 18: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

AKURASI (KETEPATAN)AKURASI (KETEPATAN)

d % (inakurasi) =

Nilai rata-rata replikat (x) – nilai benar (µ)

Nilai benar (µ)

d% semakin kecil, semakin baikketepatan hasil pemeriksaan

Page 19: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

PRESISI (KETELITIAN)PRESISI (KETELITIAN)

Kesesuaian antara hasil-hasil pada pemeriksaan berulang

Secara kuantitatif disebut impresisi yaitu penyimpangan dari hasil pemeriksaan

terhadap nilai rata-rata

Page 20: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

TOLOK UKUR PRESISITOLOK UKUR PRESISI

SD (Standard Deviation)

Dan

CV (Coefficient of Variation)

Page 21: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

STANDAR DEVIASI (SD) atau SIMPANGAN BAKU (SB)STANDAR DEVIASI (SD) atau SIMPANGAN BAKU (SB)

Merupakan ukuran bagaimana nilai-nilai hasil pemeriksaan secara seri pada sampel yang sama

terdistribusi

SD = Σ (xi – x2)N - 1

Page 22: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

KOEFISIEN VARIASI (KV) atau COEFICIENT OF KOEFISIEN VARIASI (KV) atau COEFICIENT OF VARIATION (CV)VARIATION (CV)

Adalah SD yang dinyatakan dalam persen terhadap nilai rata-rata. Semakin kecil

penyimpangan yang diukur dengan SD atau CV, berarti semakin dekat hasil pemeriksaan

satu sama lainnya dari satu pemeriksaan berulang

• Reproduksi baik

Page 23: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

KOEFISIEN VARIASI (KV) atau COEFICIENT OF KOEFISIEN VARIASI (KV) atau COEFICIENT OF VARIATION (CV)VARIATION (CV)

CV = SDX x 100 %

Page 24: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Validitas hasil laboratorium ditentukan:

2. Sistem QC

1.Sistem Analisa

Page 25: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Analytical System

Laboratory Results

Quality Control System

Quality Goal

Page 26: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Sistem yang digunakan untuk memproduksi hasil pemeriksaan meliputi:

Reagen, Kalibrator, Kontrol, Instrumen, Alat-alat pendukung, Disposables, Prosedur Tes.

-Sistem Analisa

Page 27: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Sistem yang digunakan untuk memverifikasi apakah hasil pemeriksaan dapat

diterima/dilaporkan.

- Sistem QC -

Page 28: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Seleksi Material Kontrol Jumlah Kontrol Proses menentukan x dan

SD Menetukan Batasan

Kontrol

Sistem QC meliputi:

Page 29: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Bahan KontrolBahan Kontrol

• Bahan/sampel yang sifatnya stabil yang digunakan untuk tujuan Quality Control

• Umumnya digunakan produk komersial dalam bentuk vial/aliquot

• Terdapat 2 bentuk produk komersial bahan kontrol “assayed dan unassayed”

• Variasi antar vial harus kecil (tidak ada)

Page 30: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Bahan Standar/KalibratorBahan Standar/Kalibrator

• Suatu bahan atau sampel yang telah diketahui nilainya dan digunakan untuk mengkalibrasi suatu sistem pemeriksaan

Page 31: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

KalibrasiKalibrasi

• Suatu proses pemeriksaan dan “adjustment” dari sistem pemeriksaan (instrumen, reagen, dll) sehingga diketahui hubungan respon pengukuran dengan nilai standar/kalibrator

Page 32: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan Laboratorium Pada Gangguan

Metabolisme Karbohidrat

Page 33: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev
Page 34: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Penyakit metabolikyang ditandai dengan

kadar glukosa darah tinggi(Hiperglikemia)

Terjadi gangguanmetabolisme karbohidrat

karena produksi insulin kurangatau karena resistensi insulin

Page 35: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Masalah Kesehatan pentingMasalah Kesehatan pentingyang harus segera ditanggulangiyang harus segera ditanggulangi

DIABETES MELITUS

Th 2000

Jml. Penduduk > 20 th Jml. DM

Th 2020

125 juta

178 juta

5,6 juta

8,2 juta

Dengan asumsi prevalensi DM 4,6 %Diabetes Atlas (IDF) th 2000

Page 36: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Bagaimana mendeteksi Diabetes Melitus ?

Kalau ada keluhan banyak kencing, banyak minum, dan badan terasa lemah

GDP > 126 mg/dl, GDPP > 200 mg/dl, GDS > 200 mg/dl

Page 37: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

LANGKAH-2 DIAGNOSIS DMLANGKAH-2 DIAGNOSIS DM

GDP < 126 atau

GDS < 200

Ulang GDS/GDP

GDP > 126atau

GDS > 200

GDP < 126atau GDS < 200

D i a b e t e s M e l I t u s

Keluhan Khas DM +

GDP > 126 atau

GDS > 200

Keluhan Khas DM -

GDP > 126atau

GDS > 200

TTGO, GD 2 jam

GDP 110-125atau

GDS 110-199

> 200 140-199 < 140

TGT GDPT Normal

GDP atauGDS < 110

Page 38: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS

Faktor penyebab Penyakit Jantung

Kerusakan pada pembuluh darah, berakibat pendarahan pada otak karena tekanan Darah Tinggi

Terganggunya fungsi ginjal

Page 39: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS

Kesembuhan yang lama pada luka yang mengakibatkan infeksi sehingga harus mengalami Amputasi

Komplikasi pada mata mengakibatkan kebutaan

Impotensi yang merisaukan

Page 40: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

KELOMPOK RISIKO TINGGIDIABETES MELITUS

• Usia > 45 tahun• IMT > 23 kg/m2 • Tekanan darah > 140/90 mmHg• Riwayat keluarga DM• Riwayat abortus berulang, bayi lahir cacat/BBL > 4 kg• K-HDL < 35 mg/dl, Trigliserida > 250 mg/dl

Page 41: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan DM Pemeriksaan penyaring

Dilakukan pada orang dengan kelompok yang tidak bergejala tapi punya resiko

Uji Diagnostik Dilakukan pada orang yang menunjukkan gejala /

tanda-tanda DM

Page 42: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan laboratorium Urin: glukosa, albumin, benda keton dan sedimen,

mikroalbumin Darah: kadar gula darah, test toleransi glukosa oral,

kurva harian glukosa, kadar HbA1c, kadar fruktosamin, kadar insulin, kadar c-peptide, status asam basa.

Dasar penetapan kadar gula darah: reduksi (cupri-cupro), kondensasi (o-toluidin), enzimatik (glukosa oksidase, hexikinase, dehidrogenase)

Pem enzimatik pem terbaik yang umum dipakai

Page 43: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

• Untuk skrining & diagnosis• Mengetahui pengendalian DM• Deteksi adanya faktor risiko yang memicu terjadinya komplikasi• Menilai hasil terapi

PEMERIKSAAN LABORATORIUMPenting dalam Pengelolaan DM

PERAN/FUNGSI :

Page 44: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan Laboratorium untuk DM Komplikasi PJK

Glukosa PuasaProfil Lipid (Chol T, LDL, HDL, TG, Apo B)HbA1cMAU

Page 45: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Diabetic Dyslipidaemia

Triglyceride

VLDL Triglyceride

Small Dense LDL

HDL-cholesterol

Page 46: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Glukosa Beberapa pemeriksaan Glukosa

Glukosa Puasa Glukosa 2 jam Post Prandial (setelah makan) Glukosa Sewaktu Test Toleransi Glukosa Oral

Page 47: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan Glukosa Glukosa puasa : Pemeriksaan glukosa yang dilakukan

dengan syarat pasien harus puasa 12 – 14 jam sebelum pengambilan darah

Glukosa 2 jam PP : pemeriksaan yang dilakukan setelah pasien makan sesuai porsi biasa dan sebelumnya telah puasa selama 12 – 14 jam

Glukosa sewaktu : pemeriksaan glukosa yang dilakukan sewaktu-waktu

Test toleransi glukosa oral (TTGO) digunakan untuk menilai adanya gangguan toleransi glukosa. Pengambilan darah dilakukan 2 kali: Puasa 2 jam setlah pemberian larutan glukosa 75 g dalam 200 mL air

Page 48: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Persyaratan spesimen pemeriksaan Glukosa

Sampel : Darah :

• Plasma vena atau serum• Darah kapiler (whole blood)• Volume : 0.5 mL

Urin :• Urin post prandial• Urin sewaktu• Volume : 10 mL

Metode : Darah :

• Kimia : metode ortho-toluidin• Enzimatik : glucose oxidase / glucose hexokinase

Urin :• Carik celup• Konvensional (metode reduksi/Benedict)

Page 49: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Persyaratan spesimen pemeriksaan Glukosa Antikoagulan : Heparin / EDTA / Fluoride Penolakan sampel : Hemolisis, beku ulang Suhu penyimpanan sampel : 2 – 8 o C Stabilitas Sampel:

Serum/plasma heparin/EDTASuhu 15 – 25 o C : 8 jamSuhu 2 -8 o C : 72 jam

Plasma Fluoride/iodoacetatSuhu 15 – 25 o C : 24 jam

Urine Sewaktu : Segera dikerjakan

Page 50: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Penanganan spesimen Sentrifugasi spesimen darah harus dilakukan

maksimal 1 jam setelah pengambilan spesimen Jika tidak dapat dipenuhi waktu pemisahan spesimen

maka digunakan pengawet yaitu sodium iodoacetat atau sodium fluoride (NAF)

Untuk pemeriksaan dengan sampel urine 24 jam, ditambahkan pengawet asam asetat glasial sebanyak 5 mL pada wadah penampung sebelum penampungan urin

Page 51: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode Pemeriksaan Glukosa Metode yang direkomendasikan : metode

enzimatik : Metode glucose oxidase (GOX) Metode hexokinase

Page 52: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode Heksokinase

Glucose-6-phosphate

Glucose + ATP Glucose-6-phosphate + ADP

6-phosphogluconate

NADP +

( Or NAD + )

NADPH + H +

( Or NAD + )

Hexokinase

G-6-PD

Page 53: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode yang banyak dikembangkan dalam penggunaan secara rutin. Sampel dideproteinasi dengan penambahan larutan barium hydroksi

(Ba[OH]2) dan Zink sulfat (ZnSo4) Supernatan dicampur dengan reagen yang mengandung ATP, NAD+,

heksokinase, dan G-6-PD Diinkubasi pada 25o C dan diukur hingga reaksi komplit dan NADH

diukur. Pengukuran pada panjang gelombang 340 nm. Sampel hemolisis (Hb > 0.5 g/dL) tidak dapat digunakan karena adanya

ester fosfat dan enzym yang dihasilkan oleh eritrosit yang mengganggu pengukuran

Reaksi menghasilkan produk yang berwarna yang diukur dengan sistem spektrofotometri. Sistem oksidasi – reduksi mengandung phenazine methosulfat (PMS) dan senyawa subsitusi tetrazolium, 2 –(ƿ-iodophenyl)-3(ƿ-nitrophenyl-5-phenyltetrazlium chloride (INT) yang beraksi dengan NADPH yang dihasilkan.

Page 54: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode Glucose Oxidase

Glucose + 2H2O + 2O Gluconic acid 2H2O2Glucose oxidase

O-Dianisidine + H2O2Oxidized o-Dianisidine+H2O2

Peroxidase

(colored)(colorless)

Page 55: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Glukosa oksidase sangat spesifik terhadap β-D-glucose Glukosa terdiri dari 36% bentuk α- dan 64% dalam bentuk β-

secara berturut-turut, maka untuk reaksi komplit dibutuhkan mutarotation bentuk α- ke bentuk β-. Secara komersial glukosa oksidase mengandung enzim, mutarotase yang mempercepat reaksi ini.

Reaksi kedua melibatkan peroksidase yang kurang spesifik dibanding glukosa oksidase. Banyak substrat yang dapat menghambat reaksi ini (mis : asam urat, asam askorbat, bilirubin, hemoglobin, tetrasiklin, dan glutation (menghambat pada reaksi kromogen dengan H2O2) sehingga menghasilkan nilai yang lebih kecil.

Glucose oxidase cocok untuk pengukuran glukosa CSF

Metode Glucose Oxidase

Page 56: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode Glucose Dehydrogenase

Glucose D-Glucono--lactone

NAD + NADH + H +

Glucose dehydrogenase

Page 57: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Enzym glukosa dehidrogenase (β-D-glucose: NAD oxidoreductase) mengkatalisa oksidasi glukosa menjadi gluconolactone.

Mutarotase ditambahkan untuk mempercepat terjadinya keseimbangan reaksi. Jumlah NADH yang dihasikan proporsional dengan kadar glukosa.

Reaksi ini sangat spesifik terhadap glukosa, tidak ada interference dari antikoagulan umumnya, dan memberikan hasil yang pada akhirnya sesuai dengan prosedur heksokinase.

Metode Glucose Dehydrogenase

Page 58: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Self Monitoring of Blood GlucoseTest Strips Perlu dilakukan oleh pasien diabetes untuk

Mengontrol kadar glukosa darah. Penggunaan test strips :Simpel dan praktis Metode : bahan celup yang berwarna karena adanya

reaksi kromogenik oksidase – peroksidase. Pengamatan warna dilakukan dengan

membandingkan secara visual antara strips dengan warna chart pada desain meter khusus.

Page 59: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Self Monitoring of Blood GlucoseAlat yang Portable Menggunakan reflectance photometer untuk mengukur jumlah cahaya yang

direfleksikan dari test pad yang mengandung reagen Sampel diletakkan pada test pad yang dilekatkan pada sandaran plastik. Test strip kemudian dimasukkan ke alat pengukur dan hasil akan ditunjukkan pada

digital display screen Beberapa alat menggunakan metode pengukuran electrochemistry. Reaksi enzimatik

terjadi dalam suatu elektroda yang tergabung pada test strip menghasilkan aliran elektron. Jumlah glukosa secara langsung proporsional terhadap kadar glukosa sampel yang kemudian dikonversi ke pembacaan digital.

Kedispilinan dalam menjalankan prosedur sangat penting untuk mendapatkan hasil yang akurat

Waktu dan cara pembuatan hapusan pada strips adalah faktor kritis yang harus diperhatikan

Penggunaan tenaga yang berlebihan saat pembuatan hapusan dan blotting dapat menurunkan kadar glukosa hingga 50%

Umunya kesalah yang sering terjadi dengan SMBG berhubungan dengan penggunaan yang tepat, waktu dan pemindahan sampel darah.

Page 60: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Interpretasi Hasil Interpretasi Hasil

GDP < 126 atau

GDS < 200

Ulang GDS/GDP

GDP > 126atau

GDS > 200

GDP < 126atau GDS < 200

D i a b e t e s M e l I t u s

Keluhan Khas DM +

GDP > 126 atau

GDS > 200

Keluhan Khas DM -

GDP > 126atau

GDS > 200

TTGO, GD 2 jam

GDP 110-125atau

GDS 110-199

> 200 140-199 < 140

TGT GDPT Normal

GDP atauGDS < 110

Page 61: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

PEMERIKSAAN HbA1c (A1C)• Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara

GLUKOSA & HEMOGLOBIN• Jumlah HbA1c yang terbentuk tergantung pada kadar

glukosa darah• Ikatan HbA1c stabil, dapat bertahan 2-3 bln• Kadar HbA1c mencerminkan kadar glukosa darah rata-

rata dalam jangka waktu 2-3 bln

MBG = (33,3 x Kadar HbA1c) - 86

Page 62: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

PEMERIKSAAN HbA1c(Memori Glukosa)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Normal

Kontrol I Kontrol II(minggu)

A1C

Page 63: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

MANFAATPEMERIKSAAN HbA1c (A1C)

• Menilai kualitas pengendalian DM• Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu

Page 64: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

JADWAL/FREKUENSIPEMERIKSAAN HbA1c (A1C)

•Setelah diagnosis dipastikan(untuk evaluasi awal)

•Secara periodik (pengelolaan)- Setiap 3 bln (bila sasaran blm tercapai)- Minimal 2 kali dalam setahun

Page 65: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

• Tidak perlu puasa sebelum pemeriksaan• Menggambarkan kadar glukosa darah dalam jangka panjang• Hemat biaya

KELEBIHANPEMERIKSAAN HbA1c (A1C)

Page 66: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Persyaratan spesimen HbA1C Sampel : darah EDTA 300 Stabilitas : 7 hari suhu 2-8oC

: 3 hari suhu 15 – 30oC Metode :

Metode Ion Exchange Chromatography Metode HPLC Metode agar gel elektroforesis Metode Immunoassay (EIA) Metode Affinity Chromatography Metode Kolorimetri

Page 67: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode pemeriksaan HbA1C Metode Ion Exchange Chromatography: harus

dikontrol perubahan suhu reagen dan kolom, kekuatan ion, dan pH dari bufer. Interferens yang mengganggu adalah adanya HbS dan HbC yang bisa memberikan hasil negatif palsu

Page 68: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode HPLC: prinsip sama dengan ion exchange chromatography, bisa diotomatisasi, serta memiliki akurasi dan presisi yang baik sekali. Metode ini juga direkomendasikan menjadi metode referensi

Metode pemeriksaan HbA1C

Page 69: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode agar gel elektroforesis: hasilnya berkorelasi baik dengan HPLC, tetapi presisinya kurang dibanding HPLC. Hb F memberikan hasil positif palsu, tetapi kekuatan ion, pH, suhu, HbS, dan HbC tidak banyak berpengaruh pada metode ini

Metode pemeriksaan HbA1C

Page 70: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode Immunoassay (EIA): hanya mengukur HbA1C, tidak mengukur HbA1C yang labil maupun HbA1A dan HbA1B, mempunyai presisi yang baik

Metode pemeriksaan HbA1C

Page 71: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode Affinity Chromatography: non-glycated hemoglobin serta bentuk labil dari HbA1C tidak mengganggu penentuan glycated hemoglobin, tak dipengaruhi suhu. Presisi baik. HbF, HbS, ataupun HbC hanya sedikit mempengaruhi metode ini, tetapi metode ini mengukur keseluruhan glycated hemoglobin, sehingga hasil pengukuran dengan metode ini lebih tinggi dari metode HPLC

Metode pemeriksaan HbA1C

Page 72: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Metode Kolorimetri: waktu inkubasi lama (2 jam), lebih spesifik karena tidak dipengaruhi non-glycosylated ataupun glycosylated labil. Kerugiannya waktu lama, sampel besar, dan satuan pengukuran yang kurang dikenal oleh klinisi, yaitu m mol/L

Metode pemeriksaan HbA1C

Page 73: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Interpretasi Hasil HbA1C akan meningkat secara signifikan bila

glukosa darah meningkat. Karena itu, HbA1C bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada penderita DM (glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1C-nya ) sejak 3 bulan lalu (umur eritrosit). HbA1C meningkat: pemberian Tx lebih intensif untuk menghindari komplikasi

Page 74: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Interpretasi Hasil Pemeriksaan HbA1CKriteria pengendalian DM sesuai Konsensus DM Indonesia tahun 2006 :

< 6.5% : baik6.5 – 8.0% : sedang> 8% : buruk

Page 75: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

MIKROALBUMINURIA

• Berarti ditemukan sejumlah kecil albumin di dalam urine

• Merupakan indikasi gangguan filtrasi glomerulus stadium dini (reversibel)

• Dapat dideteksi dengan pemeriksaan Mikroalbumin di dalam urine

Page 76: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan untuk memantau komplikasi nefropati: mikroalbuminuria serta heparan sulfat urine (pemeriksaan ini jarang dilakukan)

Pemeriksaan lainnya yang rutin adalah pemeriksaan serum ureum dan kreatinin untuk melihat fungsi ginjal

Page 77: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Persyaratan Spesimen Sampel : Urine 24 jam/urine sewaktu 5 mL Pengawet :

Sampel disimpan pada suhu 2-8oC Ditambahkan 5 mg asam borat untuk 30 mL urin

Stabilitas : 7 hari suhu 20-25oC 1 bulan suhu 2 – 8 oC 6 bulan suhu -20oC

Interferensi : bilirubin (> 25mg/dL), Hb (>300 mg/dL), creatinin (>5 g/dL), aceton (>60 mmol/L), gula (>20 g/dL), asam urat (>700 mg/dL), urea, urobiinogen (>200 mg/dL)

Page 78: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Mikroalbuminuria: ekskresi albumin di urin sebesar 30-300 mg/24 jam atau sebesar 20-200 mg/menit

Mikroalbuminuria ini dapat berkembang menjadi makroalbuminuria. Sekali makroalbuminuria terjadi maka akan terjadi penurunan yang menetap dari fungsi ginjal

Pengukuran mikroalbuminuria secara semikuantitatif dengan menggunakan strip atau tes latex agglutination inhibition, tetapi untuk memonitor pasien tes-tes ini kurang akurat sehingga jarang digunakan. Yang sering adalah cara kuantitatif: metode Radial Immunodiffusion (RID), Radio Immunoassay (RIA), Enzym-linked Immunosorbent assay (ELISA), dan Immunoturbidimetry. Metode kuantitatif memiliki presisi, sensitivitas, dan range yang mirip, serta semuanya menggunakan antibodi terhadap human albumin

Sampel yang digunakan untuk pengukuran ini adalah sampel urine 24 jam.

Page 79: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Interpretasi Hasil pemeriksaan MAUBerdasarkan konsensus DM Indonesia 2006 : Sampel urin 24 jam

< 30 mg/24 jam Normal30 – 299 mg/24 jam Mikroalbuminuria≥ 300 mg/24 jam Makroalbuminuria

Sampel urin sewaktu< 30 mg/24 jam Normal30 – 299 mg/24 jam Mikroalbuminuria≥ 300 mg/24 jam Makroalbuminuria

Page 80: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Pemeriksaan untuk Komplikasi Aterosklerosis Pemeriksaan untuk memantau komplikasi

aterosklerosis ini ialah profil lipid, yaitu kolesterol total, low density lipoprotein cholesterol (LDL-C), high density lipoprotein cholesterol (HDL-C), dan trigliserida serum, serta mikroalbuminuria

Pada pemeriksaan profil lipid ini, penderita diminta berpuasa sedikitnya 12 jam (karena jika tidak puasa, trigliserida > 2 jam dan mencapai puncaknya 6 jam setelah makan)

Page 81: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev
Page 82: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

InsulinFungsi: Meningkatkan metabolisme karbohidrat Meningkatkan timbunan glikogen Meningkatkan sintesa asam lemak Meningkatkan intake asam amino Meningkatkan sintesa protein

Page 83: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Fisiologi kimiawi Pulau-pulau langerhans pancreas:- Sel beta mengeluarkan insulin- Sel alfa mengeluarkan gukagon- Sel delta mengeluarkan somatostatin Sekresi insulin dipengaruhi glukosa darah juga

dirangsang: as amino, as lemak bebas, benda keton, glukagon, sekretin, dan tolbutamid

Sekresi insulin dihambat epinefrin dan norepinefrin

Page 84: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Kelainan insulin Hiperinsulinisme: hiperplasia/tumor pancres Hipoinsulinisme: kekurangan insulin Diabetes mellitusCausa:- Kekurangan insulin absolut- Kekurangan insulin relatif thd kebut tubuh- Reseptor inadekuat, insulin cukup- Reseptor berkurang, insulin cukup

Page 85: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev

Interpretasi hasil insulin Insulin Puasa : 3.2 – 28.5 uIU /mL

Page 86: Kimia Klinik 1_Pemeriksaan KH Rev