Lap Lemak+Kh
-
Upload
lia-kusuma -
Category
Documents
-
view
256 -
download
3
Transcript of Lap Lemak+Kh
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan makanan hakekatnya merupakan bahan kimiawi alam yang kaidah-
kaidah kimiawi dan fisisnya tidak menyimpang dari benda-benda alam lain. Menjadi
sumber penyediaan gizi dalam proses kehidupan dan tenaga gerak kehidupan dan
biokalori. Analisa bahan-bahan makanan dapat dilakukan dengan menggunakan
kaidah-kaidah kimiawi, fisis, nutrisi dari indrawi. Analisa bahan makanan sebaiknya
memenuhi syarat-syarat berikut ini antara lain sahih, tepat, hemat, selamat, dapat
diulang, khusus, andal, dan mantap agar menghasilkan suatu prosedur analisa yang
dapat dikatakan sempurna. Kebenaran data yang diperoleh dari analisa sangat
tergantung pada prosedurnya, keadaan peralatan dan kecermatan kerja maupun
keterampilan pelaksanaannya. Namun demikian tidak ada hasil analisa yang
sempurna, tidak mungkin dihindari terjadinya kesalahan sehingga data yang diperoleh
kurang mencerminkan angka yang sebenarnya.
Praktikum Biokimia Dasar bertujuan mengetahui daya amiliolitis amilase
saliva, pencernanan amilum masak oleh ekstrak pankreas dan asam, pencernaan
lemak oleh ekstrak pankreas. Manfaat yang diperoleh dari Praktikum Biokimia Dasar
ini adalah mengetahui daya amiliolitas amilase saliva, proses pencernaan amilum
masak oleh ekstrak pankreas dan asam. Hasil dari percobaan praktikum tersebut dapat
digunakan sebagai pembanding dengan teori yang diajarkan dalam materi
perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk
dunia, khususnya bagi negara yang sedang berkembang. Walaupun jumlah kalori
yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 Kal (kkal) bila dibanding
protein dan lemak, karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Selain itu
beberapa golongan karbohidrat menghasilkan serat-serat (dietary fiber) yang berguna
bagi pencernaan (Winarno, 1988). Karbohidrat adalah senyawa-senyawa yang
memiliki rumus umum Cn(H2O)m, dengan harga n dan m boleh sama dan boleh juga
berbeda. Akan tetapi jumlah atom H selalu dua kali jumlah atom O, seperti pada
molekul air, sehingga senyawa ini seolah-olah merupakan hidratnya suatu karbon.
(Anggorodi, 1994)
2.1.1. Klasifikasi Karbohidrat
2.1.1.1. Monosakarida Merupakan karbohidrat paling sederhana, monosakarida larut
dalam air dan tidak larut dalam alcohol juga eter. Monosakarida dibagi menjadi dua,
yaitu aldosa dan ketosa. Aldosa, yaitu monosakarida yang mengandung gugus
aldehid. Yang termasuk aldosa adalah glukosa dan galaktosa. Glukosa adalah suatu
aldosa, aldoheksa atau dektrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan. Galaktosa jarang terdapat di alam bebas. Pada umumnya
berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu
(Fessenden dan Fessenden, 1999). Ketosa, yaitu monosakarida yang mengandung
gugus fungsi keton. Contohnya fruktosa yang merupakan suatu karbon heksosa yang
mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri (Riawan, 1998).
2.1.1.2. Oligosakarida Merupakan golongan karbohidrat yang molekulnya
terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida dan dapat larut dalam air serta banyak
terdapat di alam. Dua unit monosakarida yang dikombinasikan akan
menghasilkan disakarida dan kombinasi dalain satu rantai unit monosakarida
menghasilkan trisakarida, tetrasakarida dan seterusnya sampai pada rantai polimer
tertinggi yaitu terdiri dari beberapa unit monosakarida. Sebagai contoh
misalnya maltosa yang dibentuk dari 2 glukosa. Contoh disakarida lainnya yang
sering dijumpai adalah sukrosa atau gula tebu yang terdiri dari l molekul glukosa
dan I molekul fruktosa dan laktosa atau gula susu yang terdiri dari I molekul
glukosa dan 1 molekul galaktosa (Lehninger,1982). Sukrosa ialah gula yang kita
kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu maupun dari bit. Selain pada tebu dan
bit, sukrosa terdapat pula pada turnbuhan lain, misalnya dalam buah nanas dan dalam
wortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan
fruktosa (Suwandi, 1989).
2.1.1.3. Polisakarida Merupakan senyawa yang terdiri dari molekul-molekul
mengandung banyak satuan monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan
glukorida. Polisakarida memiliki tiga maksud dalam kehidupan, yaitu sebagai bahan
pembangunan, bahan makanan dan sebagai zat speritik. Polisakarida sebagai bahan
bangunan, contohnya selulosa dan kitin. Polisakarida sebagai nitrisi yang lazim
adalah pati dan glikogen. Contoh suatu zat epintik ialah heparin, suatu polisakarida
yang mencegah koagulasi darah. Selulosa adalah senyawa organik paling melimpah
di bumi. Sumber selulosa murni yang paling gampang di laboratorium adalah kertas
saring (Soeharsono,1992). Meskipun polisakarida diklasifikasikan sebagai polimer
yang mengandung lebih dari 10 unit gula, namun tidak terdapat banyak dalam
bentuk yang kurang dari 100 unit. Kebanyakan ditemukan lebih dari 100 unit
sampai beberapa ribu unit monosakarida. Misalnya amilum, α pati adalah
rangkaian glukosa dengan ikatan antar satuannya (Hart, 2003).
2.1.2. Fungsi Karbohidrat
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik
bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain, sedangkan dalam tubuh,
karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh
yang berlebihan, kehilangan mineral dan berguna untuk metabolisme lemak dan
protein (Winarno, 1988). Di samping sebagai sumber energi bagi makhluk hidup,
senyawa-senyawa karbohidrat memiliki kegunaan yang luas dalam bidang industri,
misalnya pembuatan serat pakaian, kertas, film, industri fermentasi, dan sebagainya.
(Martoharsono, 1994).
2.1.3. Pencernaan Karbohidrat
Karbohidrat yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, tidak dapat
langsung diserap melewati dinding usus masuk ke peredaran darah, melainkan harus
dipecah terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih sederhana, melalui suatu proses
pencernaan karbohidrat (Martoharsono, 1994). Pencernaan karohidrat pertama kali
dimulai dari mulut dimana bahan makanan bercampur dengan ptialin, enzim yang
dihasilan oleh kelenjar saliva. Kemudian ke lambung, usus halus terus mencerna pati
dan dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan maltosa selanjutnya ke pembuangan
terakhir (Anggorodi, 1979).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa proses pemecahan karbohidrat kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana membutuhkan bantuan enzim-enzim,
misalnya enzim pengubah pati yaitu amilase atau ptyalin dan enzim pengubah
disakarida atau disakaridase. Monosakarida merupakan karbohidrat sederhana yang
biasanya dapat melewati dinding usus (Martoharsono, 1994). Makanan yang didalam
mulut akan terkunyah relatif lumat, karbohidrat yang diperoleh terkandung zat pati
dan zat gula (maltosa-sukrosa-laktosa). Adanya amilase (ptyalin) yang beercampur
dengan makanan di dalam mulut yang tidak aktif pada pH < 4, pati dengan bantuan
air ludah (saliva) yang terkandung enzim tadi (amilase-ptialin) akan diubah menjadi
dekstrin. Asam klorida (HCl) yang diproduksi lambung, akan mengubah pati menjadi
disakarida sebelum bereaksi asam (Anggorodi, 1979).
2.2. Lemak
Lemak adalah suatu ester antara asam lemak dengan gliserol. Gliserol sendiri
mempunyai arti yaitu suatu ester trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom yang
masing-masing mempunyai gugus fungsi –OH. Satu molekul glierol dapat mengikat
satu, dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester yang disebut monogliserol
dengan digliserida atau trigliserida. Satu molekul gliserol mengikat tiga molekul atom
lemak (Sumardjo, 1997). Lemak merupakan sekumpulan senyawa di dalam tubuh
yang memiliki ciri-ciri yang serupa dengan malam, gemuk (grease), atau minyak.
Karena bersifat hidrofobik, golongan senyawa ini dapat dipakai tubuh sebagai sarana
yang bermanfaat untuk berbagai keperluan (Gilvery, 1996).
2.2.1. Klasifikasi lemak
Lemak sederhana adalah ester antara lemak dengan alkohol. Lemak adalah
ester antara lemak dengan gliserol, sedangkan yang dimaksud minyak adalah lemak
yang dalam suhu kamar berbentuk. Lilin (malam, wax) adalah ester antara asam
lemak dengan alkohol dengan bobot molekul besar (rantai C panjang) selain gliserol
(Soeharsono, 1992). Lemak majemuk adalah ester asam lemak yang mengandung
gugus lain yang terikat pada alkohol, misalnya Fosfolipid adalah suatu ester asam
lemak dengan gliserol dan juga mengandung asam fosfat, basa nitrogen atau senyawa
lainnya. Serebiosa (glikolipida) adalah suatu senyawa yang terdiri dari asam lemak
dengan karbohidrat, mengandung basa nitrogen, tetapi tidak mengandung asam
fosfat. Senyawa yang dapat digolongkan sebagai derivat-derivat lemak adalah dari
zat-zat tersebut diatas dapat dihidrolisis, misalnya asam-asam lemak, alkohol,
gliserol, steroid, aldehid, keton, dan vitamin (A, D, E, K) (Kimball, 1992).
2.2.2. Fungsi lemak
Lemak sangat berperan penting dalam metabolisme tubuh dan juga berperan
dalam pembangun tubuh. Pada hewan termasuk manusia, lemak yang berada pada
jaringan lemak merupakan sumber energi utama, setiap satu gram lemak yang
dioksidasikan dalam sel jaringan menghasilkan 9,3 kalori. Lemak sebagai pelarut
vitamin A,D,E dan K. Lemak sebagai pelindung alat-alat tubuh, melindungi tubuh
dari suhu dingin dan penahan rasa lapar karena adanya lemak dan memperlambat
pencernaan (Soeharsono, 1992). Lemak pada umumnya mempunyai fungsi, antara
lain sebagai penghasil kalor tertinggi, serta sebagai pembawa zat makanan yang
esensial, sebagai pelindung alat-alat tubuh, menjaga tubuh dari kedinginan penahan
rasa lapar sebagai sumber energi, bahan baku hormon, sebagai bahan insulasi
terhadap perubahan suhu, pelindung organ-organ tubuh dalam (Kimball, 1992).
Lemak memiliki fungsi yaitu untuk penghangat tubuh, untuk melindungi organ-organ
vital makhluk hidup, sebagai cadangan makanan, menjaga daya tahan tubuh sebagai
sumber energi (Soeharsono, 1992).
2.2.3. Pencernaan lemak
Adapun kemampuan alat-alat pencernaan lemak dalam menerima lemak yang
terdapat dalam tubuh adalah bervariasi, sangat tergantung dari kesehatan tubuhnya,
pada tubuh yang benar-benar sehat sekitar 95%-100% lemak yang dapat dicerna,
penggumpalan-penggumpalan lemak sekitar jaringan darah tidak akan terjadi. Lama
berlangsungnya proses pencernaan lemak sangat tergantung pada panjang dan atau
pendeknya rantai, jumlah atom rantai, dalam molekul asam lemak. Sistem pencernaan
lemak di mulai dari usus halus (Soeharsono, 1992). Ada dua cairan tubuh yang
terlibat membantu sistem pencernaan lemak yaitu cairan empedu dan enzim lipase
pankreas. Cairan empedu akan menetralisis keasaman makanan sehingga bila masuk
ke dalam usus halus, kemudian fraksi cairan empedu lain akan bekerja mengemulsi
lemak. Emulsi ini akan memecah lemak menjadi bagian yang kecil-kecil dan
kemudian lemak ini akan dihidrolisa oleh enzim lipase pankreas menjadi gliserol dan
asam lemak atau dapat juga menjadi monogliserida/digliserida semakin banyak asam
lemak yang dibebaskan, maka semakin banyak larutan NaOH untuk menetralisis
(Nursanyoto, 1992).
Lemak yang belum teremulsi dalam lambung dengan bantuan empedu dubah
menjadi lemak yang sudah teremulsi dan selanjutnya bersama-sama dengan lemak
yang mejadi lemak memang teremulsi akan masuk ke usus halus (Marsetyo, 1991).
Usus-usus halus lemak-lemak yang teremulsi tadi dengan bantuan enzim intestinal
lipase dan pancareatik lipase akan diubah ke dalam tiga struktur yang lebih
sederhana, lebih jelasnya sebagai berikut :
dipecah menjadi asam lemak dan gliserol 40%-50%
dipecah menjadi monogliserilda 40%-50%
dipecah menjadi digliserilda, trigliserilda (sekitar10%-20%)
(Nursanyoto, 1992).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Biokimia Dasar dengan materi Pencernaan Karbohidrat dan
Pencernaan Lemak dilaksanakan pada hari Jum’at, 21 Mei 2010 pada pukul 15.30-
18.00 WIB di Laboratorium Biokimia dan Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Biokimia Dasar dengan materi
Pencernaan Karbohidrat dan Pencernaan Lemak adalah tabung reaksi, rak tabung
reaksi, gelas ukur, gelas beker, lampu bunsen, penjepit, pipet tetes, serta inkubator.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum Biokimia Dasar dengan
materi Pencernaan Karbohidrat dan Pencernaan Lemak adalah larutan amilum 1%
yang telah dimasak, larutan lugol, larutan HCL 0,1 N, larutan HC 0,45%, larutan
NaOH 0,1 N, larutan NaCl 0,1%, saliva, ekstrak pankreas, minyak goreng, aquades,
larutan ekstrak pankreas, cairan empedu, larutan fenolftalein (PP) 1% dan larutan
NaOH 0,1 N.
3.2. Metode
3.2.1. Pencernaan Karbohidrat
3.2.1.1. Pengumpulan Saliva, Berkumur dengan air bersih untuk membersihkan
mulut, membuang air kumur, mengambil 20 ml NaCl 0,1%, berkumur paling sedikit
satu menit. Air kumuran ditampung pada gelas beker dan menyaring untuk
menghilangkan sel-sel epitel rongga mulut dan kotoran-kotoran lainnya.
3.2.1.2. Percobaan Daya Amilolitis Amilase Saliva, Mengambil 4 tabung reaksi dan
memberi nomor dan mengisi dengan: Tabung 1: 5 ml saliva + 5 ml larutan amilum
1% masak, Tabung 2: 5 ml saliva didihkan, setelah dingin + 5 ml larutan amilum 1%
masak, Tabung 3: (5 ml saliva + 5 ml HCl 0,1 N) + 5 ml larutan amilum 1% masak,
Tabung 4: 5 ml larutan amilum 1% masak tanpa ditambah saliva. Setelah keempat
tabung reaksi siap, memasukkan keempat tabung reaksi tersebut ke dalam inkubator
yang bersuhu 37 0C. Setiap 15 menit mengambil 2 tetes dari masing-masing tabung
reaksi dan melakukan uji iod menggunakan larutan lugol 2 tetes hingga 15 menit
keempat.
3.2.1.3. Pencernaan Amilum Masak Oleh Ekstrak Pankreas, Mengambil 3 tabung
reaksi beri nomor dan diisi dengan: Tabung 5 : 1 ml pankreazim + 5 ml larutan
amilum 1 % masak, tabung 6 : (1 ml pankreazim + 5 tetes HCl 0,1 N) + 5 ml larutan
amilum 1 % masak, tabung 7 : (1 ml pankreazim + 5 tetes NaOH 0,1 N) + 5 ml
larutan amilum 1 % masak. Memasukkan ketiga tabung reaksi tersebut ke dalam
inkubator yang bersuhu 37 0C, mengikuti hidrolisisnya dengan menggunakan uji iod
tiap 15 menit hingga 15 menit keempat.
3.2.1.4. Pencernaan Amilum Masak Oleh Asam, Mengambil 2 tabung reaksi beri
nomor dan diisi dengan: Tabung 8 : 1 ml larutan HCl 0,45% + 5 ml larutan amilum
1% masak, selanjutnya memasukkan ke dalam inkubator yang bersuhu 37 0C, Tabung
9 : 1 ml larutan HCl 0,45% + 5 ml larutan amilum 1% masak. Tabung 9 tidak
dimasukkan dalam inkubator.
3.2.2. Pencernaan Lemak
3.2.2.1. Pencernaan Lemak Oleh Ekstrak Pankreas, Percobaan pencernaan lemak
oleh ekstrak pankreas dilakukan dengan mengambil 3 tabung reaksi. Tabung 1 diisi
dengan 2 ml kuning telur dan ditambahkan 1 ml ekstrak pankreas. Tabung 2 diisi
dengan 2 ml kuning telur ditambahkan 1 ml ekstrak pankreas dan ditambahkan 3 tetes
cairan empedu. Tabung 3 diisi dengan 2 ml kuning telur dan ditambahkan 1 ml air.
Selanjutnya memasukkan ketiga tabung reaksi tersebut ke dalam inkubator yang
bersuhu 37 0C selama 60 menit. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan 5
tetes larutan fenolftalein (PP) 1%. Selanjutnya masing-masing tabung ditetesi dengan
larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda. Pencernaan lemak terjadi
apabila lemak dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol, semakin banyak asam
yang dibebaskan, maka semakin banyak pula larutan NaOH yang dibutuhkan untuk
menetralisir.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pencernaan Karbohidrat
Tabel 1. Hasil pengamatan percobaan pencernaan karbohidat pada 15 menit pertama Uji iod
Reaksi (+ / -) PerubahanTabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4Tabung 5Tabung 6Tabung 7Tabung 8
Tabung 9
-+-+---+
+
Bening-kuning Bening-Biru kehitaman
Bening-Kuning Bening-Biru kehitaman Putih-Orange Putih-Orange Putih-kuning Bening- Biru kehitaman Bening- Biru kehitaman
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2010.
Tabel 2. Hasil pengamatan percobaan pencernaan karbohidat pada 15 menit kedua Uji iod
Reaksi (+ / -) PerubahanTabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4Tabung 5Tabung 6Tabung 7Tabung 8
Tabung 9
-+-+---+
+
Bening-kuning Bening-Biru kehitaman
Bening-Kuning Bening-Biru kehitaman Putih-Orange Putih-Orange Putih-kuning Bening- Biru kehitaman Bening- Biru kehitaman
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2010.
Tabel 3. Hasil pengamatan percobaan pencernaan karbohidat pada 15 menit ketiga Uji iod
Reaksi (+ / -) PerubahanTabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4Tabung 5Tabung 6Tabung 7Tabung 8
Tabung 9
---+---+
+
Bening-kuning Bening-Orange
Bening-Kuning Bening-Biru kehitaman Putih-Orange Putih-Orange Putih-kuning Bening- Biru kehitaman Bening- Biru kehitaman
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2010.
Tabel 4. Hasil pengamatan percobaan pencernaan karbohidat pada 15 menit keempat Uji iod
Reaksi (+ / -) PerubahanTabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4Tabung 5Tabung 6Tabung 7Tabung 8
Tabung 9
---+---+
+
Bening-kuning Bening-Orange
Bening-Kuning Bening-Biru kehitaman Putih-Orange Putih-Orange Putih-kuning Bening- Biru kehitaman Bening- Biru kehitaman
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2010.
4.1.1. Percobaan daya amilolitis saliva.
Tabung pertama, sebelum di masukkan ke dalam inkubator 370 C larutan
berwarna bening, setelah di masukkan ke inkubator selama 15 menit pertama tetap
bening tapi pada menit kedua sampai menit keempat dan diberi larutan Iodin berubah
warna menjadi kuning keemasan. Hasil percobaannya positif (-), hal ini menunjukkan
bahwa enzim tidak bekerja menghidrolisis amilum menjadi amilodekstrin kemudian
menjadi eritrodekstrin. Tabung kedua, sebelum dimasukkan ke dalam inkubator 370 C
larutan berwarna bening, setelah dimasukkan ke inkubator dan diberi larutan Iodin,
pada 15 menit pertama dan kedua larutan berwarna hitam menunjukkan bahwa
larutan ini (+) terhadap uji iod. Sedangkan pada 15 menit ketiga dan keempat larutan
berubah warna menjadi orange. Hasil percobaannya positif (-). Hal ini menunjukkan
enzim tidak bekerja menghidrolisis amilum menjadi amilodekstrin kemudian menjadi
eritrodekstrin. Tabung ketiga, sebelum dimasukkan ke ingkubator 370 C larutan
berwarna bening. Setelah dimasukkan ke inkubator selama 15 menit pertama sampai
keempat dan diberi larutan iodin, larutan berubah warna menjadi kuning. Hasil
percobaannya (-), hal ini menunjukkan enzim tidak bekerja menghidrolisis amilum
menjadi amilodekstrin kemudian menjadi eritrodekstrin. Tabung keempat, sebelum
tabung dimasukkan kedalam inkubator larutan masih bening setelah itu dimasukkan
kedalam inkubator stelah 15 menit pertama sampai keempat dan ditambahkan dengan
larutan iod berubah warna menjadi hitam atau biru kehitaman. Hal ini menunjukkan
bahwa larutan tersebut (+) terhadap uji iod, serta menunjukkan bahwa enzim bekerja
menghidrolisis amilum menjadi amilodekstrin kemudian menjadi eritrodekstrin.
4.1.2. Percernaan amilum masak oleh ekstrak pankreas.
Tabung kelima, sebelum dimasukkan kedalam inkubator 370C larutan
berwarna putih. Setelah dimasukkan ke inkubator selama 15 menit pertama sampai
keempat dan diberi larutan iodin larutan berubah warna menjadi kuning/orange. Hasil
percobaannya negatif (-), enzim pada ekstrak pankreas tidak dapat bekerja pada
suasana yang tidak terlalu asam.
Tabung keenam, sebelum dimasukkan ke dalam inkubator 370C larutan
berwarna putih. Setelah dimasukan ke inkubator selama 15 menit pertama sampai
keempat larutan berubah warna menjadi orange. Hasil percobaanya negatif (-), Hal ini
menunjukkan terlalu asam sehingga reaksi ekstrak pankreas tidak dapat berlangsung
sempurna.
Tabung ketujuh, sebelum dimasukkan ke dalam inkubator 370C larutan
berwarna putih. Setelah dimasukkan ke dalam inkubator selama15 pertama dan kedua
larutan berubah warna menjadi kuning/orange. Hasil percobaannya negatif (-), larutan
berwarna kuning dengan penambahan NaOH 0,1 N akan mengakibatkan larutan
menjadi basa.
4.1.3. Pencernaan amilum masak oleh asam
Tabung kedelapan, sebelum dimasukkan ke dalam inkubator 370C larutan
berwarna putih bening. Setelah di masukkan ke inkubator selama 15 menit pertama
berubah menjadi warna biru sampai keempat larutan berubah warna menjadi biru
tua/hitam maka hasil percobaannya negatif (+), larutan berwarna biru tua.
Tabung kesembilan, sebelum dimasukkan ke dalam inkubator 370C larutan
berwarna putih. Setelah dimasukkan ke inkubator selama 15 menit pertama sampai
keempat larutan berubah warna menjadi biru tua/hitam maka hasil percobaannya
positif (+), larutan berwarna biru tua/hitam.
4.2. Pencernaan Lemak Oleh Ekstrak Pankreas
Tabel 5. Hasil Pencernaan Lemak Oleh Ekstrak PankreasTabung Reaksi Jumlah NaOH (tetes)
Tabung 1Tabung 2Tabung 3
10 tetes18 tetes3 tetes
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2010.
Tabung pertama mereaksikan 2 ml minyak goreng ditambah 1 ml ekstrak
pankreas dan 5 tetes larutan PP 1 %, menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak.
NaOH yang dibutuhkan untuk menghidrolisis minyak goreng itu sebanyak 10 tetes
NaOH samapi larutan berwarna merah muda. Pada tabung tersebut, lemak
diemulsikan dan selanjutnya lemak terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, larutan NaOH yang dibiutuhkan untuk
menetralisir asam lemak sebanyak 10 tetes NaOH (reaksi positif karena lemak
menjadi emulsi dan terhidrolisis)
Tabung kedua dengan reaksi 2 ml minyak goreng ditambah 1 ml ekstrak
pankreas dan 3 tetes cairan empedu lalu kemudian setelah diinkubasi ditambahi 5
tetes larutan PP 1 % mengahsilkan asam lemak dan gliserol. NaOH yang dibutuhkan
untuk menghidrolisis minyak goreng itu sebanyak 18 tetes NaOH sampai larutan
berwarna merah muda. Pada tabung tersebut, minyak goreng diemulsikan kemudian
dihidrolisis oleh ekstrak pankreas dilanjutkan oleh empedu. Dalam reaksi ini, asam
lemak dan gliserol dihasilkan dalam jumlah banyak, sehingga NaOH yang dibutuhkan
untuk menetralisir asam lemak juga dibutuhkan dalam jumlah yang besar pula. Pada
percobaan ini NaOH yang dibutuhkan sebanyak 87 tetes, lebih banyak dari tabung
pertama (reaksi positif, karena lemak menjadi emulsi dan terhidrolisis).
Tabung ketiga dengan reaksi 2 ml minyak goreng ditambah 1 ml air dan
setelah diinkubasi ditambah larutan PP 1 % hanya memerlukan 3 tetes NaOH sampai
terbentuk warna merah muda. Pada tabung tersebut, lemak tidak terhidrolisis menjadi
asam lemak dan gliserol karena lemak tidak larut dalam air (lemak hanya larut dalam
pelarut alkohol, eter, dan sebagainya). Kalaupun sempat terhidrolisis
kemungkinannya kecil sekali. Karena asam lemak tidak terhidrolisis, maka NaOH
yang diperlukan hanya sebanyak 3 tetes saja. Sebagai catatan bahwa semakin banyak
asam dan gliserol yang dibebaskan, semakin banyak pula NaOH yang dibutuhkan,
begitu pula sebaliknya. (Reaksi positif, karena lemak tidak teremulsi atau
terhidrolisis).
Percobaan pencernaan lemak, menunjukkan bahwa semakin banyak larutan
NaOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralisir, maka semakin banyak pula asam
lemak yang dibebaskan. Hal ini dibuktikan pada tabung 1 dengan komposisi 2 ml
lemak atau minyak goreng dan 1 ml ekstrak pankreas. Cairan tubuh yang terlibat
membantu sistem pencernaan lemak yaitu: cairan empedu dan enzim lipase pankreas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pencernaan karbohidrat, amilum terhidrolisis oleh enzim amilase yang terdapat
pada saliva bekerja pada suasana netral. Ekstrak pankreas bekerja pada pH basa.
Penambahan larutan Iod akan menghidrolisis pati menjadi amilosa dan amilopektin.
Lemak dapat terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol oleh ekstrak pankreas
(pankreazim) dan dapat teremulsi oleh getah empedu. Asam lemak dapat dinetralisasi
dengan basa kuat yaitu NaOH.
5.2. Saran
Praktikum selanjutnya agar lebih baik dari pada yang sekarang dan jadwal
praktikum disesuaikan dengan jadwal kuliah, peralatan pratikum lebih lengkap, serta
pengarahan dari assisten benar-benar jelas sehingga kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan dapat diminimalisir dan adanya kerja sama antar asisten
dengan praktikan agar praktikum dapat berjalan dengan lancar .
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R.1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1999. Kimia Organik. Edisi kedua. Erlangga, Jakarta.
Gilvery, G. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional Edisi 3. Airlangga University Press, Surabaya
Hart. 2003. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Marsetyo, H. 1991. Ilmu Gizi. Rineka Cipta, Jakarta.
Martoharsono, S. 1983. Biokimia Jilid I. Gajahmada University Press, Yogyakarta.
Nursanyoto, H. 1992. Ilmu Gizi. Golden Teroyo Press, Yogyakarta.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik. Binarupa, Jakarta.
Soeharsono, N. 1992. Biokimia Jilid 1. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Sumardjo, D. 1997. Kimia Kedokteran. Universitas Diponegoro Press, Semarang.
Suwandi, M. 1989. Kimia Organik. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.