Kesultanan Aceh

12
KESULTANAN ACEH RONA MAULIDA X MIA 2

description

Disusun oleh teman kita Rona Maulida SMAN 68 Jakarta

Transcript of Kesultanan Aceh

Page 1: Kesultanan Aceh

KESULTANAN ACEH

RONA MAULIDAX MIA 2

Page 2: Kesultanan Aceh

LATAR BELAKANG KERAJAAN ACEH

Ketika awal kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia, tepatnya di

Pulau Sumatra, terdapat dua pelabuhan dagang yang besar

sebagai tempat transit para saudagar luar negeri, yakni Pasai dan Pedir. Pasai dan Pedir mulai berkembang

pesat ketika kedatangan bangsa Portugis serta negara-negara Islam. Namun disamping pelabuhan Pasai dan Pedir, Tome Pires menyebutkan

adanya kekuatan ketiga, masih muda, yaitu “Regno dachei” (Kerajaan

Aceh).

Page 3: Kesultanan Aceh

PENDAHULUANKesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada

tahun 1496. Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah

Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan dan menyatukan

beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir,

Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan

Aru.

Aceh berdiri sekitar abad ke-16, dimana saat itu jalur perdagangan

lada yang semula melalui Laut Merah, Kairo, dan Laut Tengah

diganti menjadi melewati sebuah Tanjung Harapan dan Sumatra. Hal ini membawa perubahan besar bagi

perdagangan Samudra Hindia, khususnya Kerajaan Aceh. Para

pedagang yang rata-rata merupakan pemeluk agama Islam kini lebih suka

berlayar melewati utara Sumatra dan Malaka

Page 4: Kesultanan Aceh

Sultan Iskandar Muda memperluas wilayah teritorialnya dan terus

meningkatkan perdagangan rempah-rempah menjadi suatu

komoditi ekspor yang berpotensial bagi kemakmuran masyarakat

Aceh. Ia mampu menguasai Pahang tahun 1618, daerah Kedah

tahun 1619, serta Perak pada tahun 1620, dimana daerah tersebut merupakan daerah

penghasil timah. Bahkan dimasa kepemimpinannya Kerajaan Aceh

mampu menyerang Johor dan Melayu hingga Singapura sekitar

tahun 1613 dan 1615. Ia pun diberi gelar Iskandar Agung dari

Timur.

Kerajaan Aceh mulai mengalami masa keemasan atau puncak kekuasaan di

bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda, yaitu sekitar tahun 1607

sampai tahun 1636. Pada masa Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengalami peningkatan dalam

berbagai bidang, yakni dalam bidang politik, ekonomi-perdagangan,

hubungan internasional, memperkuat armada perangnya, serta mampu

mengembangakan dan memperkuat kehidupan Islam. Bahkan kedudukan

Bangsa Portugis di Malaka pun semakin terdesak akibat

perkembangan yang sangat pesat dari Kerajaan Aceh di bawah pimpinan

Sultan Iskandar Muda

MASA KEJAYAAN KESULTANAN ACEH

Page 5: Kesultanan Aceh

Di bawah kekuasannya kendali kerajaan berjalan dengan aman, tentram dan lancar. Terutama daerah-daerah

pelabuhan yang menjadi titik utama perekonomian Kerajaan Aceh, dimulai dari pantai barat

Sumatra hingga ke Timur, hingga Asahan yang terletak di

sebelah selatan. Hal inilah yang menjadikan kerajaan ini

menjadi kaya raya, rakyat makmur sejahtera, dan sebagai

pusat pengetahuan yang menonjol di Asia Tenggara

Page 6: Kesultanan Aceh

MASA KEJAYAAN KESULTANAN ACEH◦ Kemajuan dibidang politik luar negeri pada era Sultan Iskandar Muda, salah satunya yaitu Aceh yang bergaul

dengan Turki, Inggris, Belanda dan Perancis. Ia pernah mengirimkan utusannya ke Turki dengan memberikan sebuah hadiah lada sicupak atau lada sekarung, lalu dibalas dengan kesultanan Turki dengan memberikan sebuah meriam perang dan bala tentara, untuk membantu Kerajaan Aceh dalam peperangan. Bahkan pemimpin Turki mengirimkan sebuah bintang jasa pada sultan Aceh

◦ Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapa ulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi'raj al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj al-Tulabb Fi Fashil

◦ Dalam hubungan ekonomi-perdagangan dengan Mesir, Turki, Arab, juga dengan Perancis, Inggris, Afrika, India, Cina, dan Jepang. Komoditas-komoditas yang diimpor antara lain: beras, guci, gula (sakar), sakar lumat, anggur, kurma, timah putih dan hitam, besi, tekstil dari katun, kain batik mori, pinggan dan mangkuk, kipas, kertas, opium, air mawar, dan lain-lain yang disebut-sebut dalam Kitab Adat Aceh. Komoditas yang diekspor dari Aceh sendiri antara lain kayu cendana, saapan, gandarukem (resin), damar, getah perca, obat-obatan

◦ Di bawah kekuasannya kendali kerajaan berjalan dengan aman, tentram dan lancar. Terutama daerah-daerah pelabuhan yang menjadi titik utama perekonomian Kerajaan Aceh, dimulai dari pantai barat Sumatra hingga ke Timur, hingga Asahan yang terletak di sebelah selatan. Hal inilah yang menjadikan kerajaan ini menjadi kaya raya, rakyat makmur sejahtera, dan sebagai pusat pengetahuan yang menonjol di Asia Tenggara

Page 7: Kesultanan Aceh

KERUNTUHAN KESULTANAN ACEH

Keruntuhan kesultanan Aceh bermula dengan strategi penyusupan yang dilakukan oleh Dr. Christian Snouck Hurgronje. Ia berpura-pura masuk Islam dan diterima

dengan baik oleh masyarakat Aceh. Ia mendapat kepercayaan dari para pemimpin Aceh. Disitulah ia

mengetahui kelemahan masyarakat Aceh. Ia menyarankan kepada Belanda untuk mengarahkan serangan kepada

para ulama karena kekuatan Aceh terletak pada ulamanya. Ketika dilaksanakan, saran ini berhasil dan

Belanda kemudian menguasai Aceh dengan diangkatnya Johannes Benedictus vab Heutsz sebagai gubernur Aceh pada tahun 1898 yang merebut sebagian besar wilayah

Aceh. Pada tahun 1903, Sultan Muhammad Dawud menyerahkan diri kepada Belanda setelah anak dan

ibunya ditangkap oleh Belanda. Maka pada tahun 1904 seluruh wilayah Aceh jatuh ke tangan Belanda dan

kesultanan Aceh pun telah berakhir.

Dr. Christian Snouck Hurgronje

Page 8: Kesultanan Aceh

Benteng IndrapatraSetelah Hindu, muncul kerajaan Islam yang pada masa keemasan

dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Pada masa ini, benteng tetap digunakan sebagai basis pertahanan melawan Portugis. Sultan Iskandar Muda menugaskan Laksamana Malahayati

seorang laksamana perempuan pertama di dunia untuk memimpin pasukan di wilayah basis pertahanan ini. Benteng ini merupakan benteng yang dibangun oleh kerajaan Lamuri, kerajaan Hindu

pertama di Aceh. Walaupun akhirnya Islam mendominasi di Aceh, tetapi Sultan dan Ratu yang memimpin Aceh tidak pernah

menghancurkan jejak peninggalan nenek moyangnya.

Page 9: Kesultanan Aceh

Taman Sari GunonganTaman Sari Gunongan merupakan salah satu

peninngalan Kerajaan Aceh, setelah keraton (dalam) tidak terselamatkan karena Belanda menyerbu Aceh. Gunongan dibangun pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda yamg memerintah tahun 1607-1636.

Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung Malaka.

Putri boyongan dari Pahang yang sangat cantik parasnya dan halus budi bahasanya membuat Sultan

Iskandar Muda jatuh cinta dan menjadikannya sebagai permaisuri. Demi cintannya yang sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia memenuhi

permintaan permaisurinya untuk membangun sebuah taman sari yang sangat indah, lengkap dengan

Gunongan sebagai tempat untuk menghibur diri agar kerinduan sang permaisuri pada suasana pegunungan

di tempat asalnya terpenuhi.

Page 10: Kesultanan Aceh

Masjid Tua IndrapuriMesjid Indrapuri adalah bangunan tua

berbentuk segi empat sama sisi. Bentuknya khas, mirip candi, karena di masa silam

bangunan tersebut bekas benteng sekaligus candi kerajaan hindu yang lebih

dahulu berkuasa di Aceh. Diperkirakan pada tahun 1.300 Masehi, pengaruh Islam

di Aceh mulai menyebar, dan perlahan penduduk sekitar sudah mengenal Islam, akhirnya bangunan yang dulunya candi

berubah fungsi menjadi mesjid. Dan sejarah juga mengatakan bangunan bekas candi tersebut dirubah menjadi mesjid di

masa Sultan Iskandar Muda berkuasa dari tahun 1607-1637 Masehi.

Hikayat Prang Sabi     Hikayat Prang Sabi merupakan

suatu karya sastra dalam sastra Aceh yang berbentuk hikayat yang isinya membicarakan tentang jihad. ditulis oleh para ulama yang berisi nasihat, ajakan dan seruan untuk terjun ke

medan jihaad fii sabilillaah, menegakkan agama Allah dari

rongrongan kafir dan meraih imbalan pahala yang besar. Bisa jadi hikayat

inilah yang membangkitkan semangat juang rakyat aceh dahulu dalam

mengusir penjajah.

Page 11: Kesultanan Aceh

Meriam Kesultanan Aceh     Pada masa Sultan Selim II dari

Turki Utsmani, dikirimkan beberapa teknisi dan pembuat senjata dari Turki ke Aceh. Selanjutnya Aceh

kemudian menyerap kemampuan ini dan mampu memproduksi meriam

sendiri dari kuningan dimana meriam ini digunakan untuk mempertahankan

aceh dari penjajah.

Pinto Khop Pinto Khop terletak di Kelurahan Sukaramai,

Kecamatan Baiturahman, Kota Banda Aceh. Pinto Khop merupakan sejarah Aceh tempo dulu. Pinto Khop di

bangun pada masa pemerintahan sultan iskandar muda. Pinto Khop merupakan pintu penghubung antara istana

dan taman putroe phang.Pinto khop ini merupakan pintu gerbang berbentuk kubah.Pinto khop ini juga

merupakan tempat beristirahat putri pahang setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari gunongan.Di

sanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri,di sana juga terdapat kolam untuk sang

permaisuri mandi bunga.

Page 12: Kesultanan Aceh