Kesimpulan Proses Perencanaan Program Upaya Kesehatan Wajib (Basic Six) Pada Puskesmas Di Kabupaten...

11
PROSES PERENCANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN WAJIB (BASIC SIX) PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KEEROM PROPINSI PAPUA PENDAHULUAN Sebagai konsekuensi dari implementasi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada sektor kesehatan, maka kesiapan Dinas Kesehatan kabupaten/kota dalam penguatan sistem perencanaan mutlak diperlukan. Suatu hal yang dapat dikemukakan sebagai masalah pokok dalam implementasi perencanaan kesehatan pada kabupaten/kota adalah sistem perencanaan kesehatan kurang efektif dalam mengakomodir kebutuhan dan permasalahan kesehatan masyarakat setempat. (Bakri, 2001) Proses penyusunan perencanaan mempunyai langkah- langkah yang saling berkaitan. Adapun perhitungan anggaran dalam teori dikenal dengan “line item budgeting” dan “performance budgeting”. Line item badgeting pada saat ini sudah banyak ditinggalkan karena mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya kejelasan hubungan antara belanja barang dan jasa yang digunakan dengan output atau kinerja program. (Gani, 2004) Anggaran berbasis kinerja pada akhir-akhir ini menjadi pilihan dalam penyusunan perencanaan penganggaran sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 36

description

good

Transcript of Kesimpulan Proses Perencanaan Program Upaya Kesehatan Wajib (Basic Six) Pada Puskesmas Di Kabupaten...

Page 1: Kesimpulan Proses Perencanaan Program Upaya Kesehatan Wajib (Basic Six) Pada Puskesmas Di Kabupaten Keerom

PROSES PERENCANAAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN WAJIB

(BASIC SIX) PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KEEROM

PROPINSI PAPUA

PENDAHULUAN

Sebagai konsekuensi dari implementasi Undang-Undang Nomor 32 tahun

2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

pada sektor kesehatan, maka kesiapan Dinas Kesehatan kabupaten/kota dalam

penguatan sistem perencanaan mutlak diperlukan. Suatu hal yang dapat

dikemukakan sebagai masalah pokok dalam implementasi perencanaan kesehatan

pada kabupaten/kota adalah sistem perencanaan kesehatan kurang efektif dalam

mengakomodir kebutuhan dan permasalahan kesehatan masyarakat setempat.

(Bakri, 2001)

Proses penyusunan perencanaan mempunyai langkah-langkah yang saling

berkaitan. Adapun perhitungan anggaran dalam teori dikenal dengan “line item

budgeting” dan “performance budgeting”. Line item badgeting pada saat ini sudah

banyak ditinggalkan karena mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya kejelasan

hubungan antara belanja barang dan jasa yang digunakan dengan output atau

kinerja program. (Gani, 2004) Anggaran berbasis kinerja pada akhir-akhir ini

menjadi pilihan dalam penyusunan perencanaan penganggaran sesuai dengan

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2006 yang telah diubah

menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Pada

Performance budgeting didasarkan pada adanya kesinambungan antara kinerja

kegiatan/output dan anggaran / input yang dibutuhkan. (Gani, 2004)

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses perencanaan yang terdiri dari

analisis situasi, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, identifikasi

kegiatan dan rencana operasional yang dilakukan oleh puskesmas yang ada di

wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom.

Page 2: Kesimpulan Proses Perencanaan Program Upaya Kesehatan Wajib (Basic Six) Pada Puskesmas Di Kabupaten Keerom

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 - Februari 2014 di

empat puskesmas yang terdiri dari dua puskesmas dari daerah DTPK dan dua

puskesmas dari daerah non DTPK. Desain penelitian ini adalah penelitian

kualitatif melalui wawancara mendalam kepada informan yang merupakan Kepala

puskesmas, Bendahara puskesmas, Ketua-ketua program basic six, dan pihak

Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom terkait.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan yang ada di

puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Keerom dan pegawai Dinas Kesehatan

Kabupaten Keerom. Adapun sampel penelitian ini adalah Kepala puskesmas,

Bendahara puskesmas, ketua Program basic six dari empat puskesmas dan dua

pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom.

Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui telah dokumen, pengamatan langsung

(observasi) dan wawancara mendalam kepada informan.

HASIL

Karakteristik Responden

No InformanUmur

(tahun)Jabatan

Pendidikan Terakhir

Masa Kerja (tahun)

Puskesmas Arso Timur1 K1 34 Kepala Puskesmas S1 Ners 72 K2 22 Bendahara DIII Keperawatan 23 K3 26 PJ Program Gizi DIII Gizi 34 K4 40 PJ Program KIA & KB DIII Kebidanan 125 K5 28 PJ Program Promkes DIII Keperawatan 4

6 K6 28PJ Program Penyehatan

LingkunganDIII Sanitasi 5

7 K7 28 PJ Program P2M DIII Keperawatan 58 K8 27 PJ Program P2K S1 Kedokteran 2

Puskesmas Waris9 K9 41 Kepala Puskesmas S1Kemas 2110 K10 25 Bendahara SMAK 611 K11 28 PJ Program Gizi DIII Gizi 612 K12 28 PJ Program KIA & KB DIII Kebidanan 613 K13 29 PJ Program Promkes S1 Kesmas 514 K14 27 PJ Program Penyehatan DIII Sanitasi 6

Page 3: Kesimpulan Proses Perencanaan Program Upaya Kesehatan Wajib (Basic Six) Pada Puskesmas Di Kabupaten Keerom

No InformanUmur

(tahun)Jabatan

Pendidikan Terakhir

Masa Kerja (tahun)

Lingkungan15 K15 25 PJ Program P2M DIII Keperawatan 316 K16 30 PJ Program P2K DII Keperawatan 7

Puskesmas Arso Kota17 K17 40 Kepala Puskesmas DIII Keperawatan 2018 K18 40 Bendahara DIII Kebidanan 1519 K19 37 PJ Program Gizi DIII Gizi 820 K20 29 PJ Program KIA & KB DIII Kebidanan 721 K21 30 PJ Program Promkes DIII Keperawatan 5

22 K22 36PJ Program Penyehatan

LingkunganDIII Sanitasi 9

23 K23 37 PJ Program P2M DIII Perawatan 824 K24 27 PJ Program P2K DIII Perawatan 6

Puskesmas Arso III25 K25 38 Kepala Puskesmas S1 Kedokteran 926 K26 46 Bendahara SMEA 2227 K27 27 PJ Program Gizi DIII Gizi 428 K28 38 PJ Program KIA & KB DIII Kebidanan 12

29 K29 37 PJ Program PromkesS1 Kedokteeran

Gigi1

30 K30 38PJ Program Penyehatan

LingkunganDIII Sanitasi 10

31 K31 40 PJ Program P2M SPK 2232 K32 36 PJ Program P2K DIII Keperawatan 11

Proses perencanaan puskesmas Arso Timur

Analisis situasi menghasilkan masalah kesehatan mempengruhi perencanaan

namun ada program yang tidak mengaitkannya dengan anggaran. Kondisi ini

menunjukkan ketidakkonsistenan dalam proses perencanaan. Kinerja program

sebagian besar menyatakan ada pengaruh terhadap perencanaan dan anggaran,

sedangkan yang tidak mengaitkan kinerja dengan perencanaan dan anggaran

adalah program gizi, promkes, kesling, dan P2M. Alasan yang dikemukakan

umumnya tentang tidak adanya pengaruh adalah karena anggaran telah ditentukan

sebelumnya. Faktor perilaku dan lingkungan sangat mempengaruhi perencanaan

dan penganggaran program. Pada Penentuan prioritas masalah di puskesmas

Arso Timur dilihat dari beberapa hal, yaitu jumlah kasus yang terjadi sebelumnya,

besarnya masalah yang ada, evaluasi SPM sebelumnya, dan melihat dampak

penyakit menular yang meluas. Pada proses Penentuan Tujuan, tujuan dan target

puskesmas/program basic six perlu mengacu/memperhatikan tujuan dan target

dari dinas kesehatan. Pada proses Penentuan Identifikasi kegiatan, puskesmas

Arso Timur tidak melaksanakan proses identifikasi kegiatan dalam perencanaan

Page 4: Kesimpulan Proses Perencanaan Program Upaya Kesehatan Wajib (Basic Six) Pada Puskesmas Di Kabupaten Keerom

melainkan langsung menyusun kegiatan tanpa membedakan jenis kegiatan. Pada

proses Rencana Operasional, penyusunan rencana operasional telah mengikuti

format yang telah ditentukan dinas. Format tersebut terdiri atas nama kegiatan,

tujuan, sasaran, lokasi, biaya yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, dan

penanggung jawab kegiatan. Namun, dalam telaah dokumen yang dilakukan,

diperoleh ada program yang tidak melengkapi data rencana operasional sesuai

dengan format yang diberikan.

Proses Perencanaan Puskesmas Waris

Pada proses analisis situasi, masalah kesehatan terkadang berpengaruh pada

proses perencanaan dan anggaran. Kinerja Program berpengaruh pada

perencanaan dan anggaran sebagian besar program, sementara faktor resiko

lingkungan sangat mempengaruhi perencanaan dan penganggaran program Basic

six di puskesmas Waris. Penentuan Prioritas Masalah didasarkan pada cakupan

SPM tahun sebelumnya dan program yang paling bermasalah. Penentuan Tujuan

program kesehatan mengikuti tujuan dan target dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Keerom, dimana yang menjadi landasan pertimbangan adalah SDM, dana, dan

sarana yang hanya melibatkan kepala puskesmas. Identifikasi kegiatan, tidak

dilakukan dalam penyusunan kegiatan dengan kata lain tidak ada pembedaan jenis

kegiatan dalam penyusunan kegiatan. Rencana Operasional mengikuti format

yang telah ditentukan dinas. Format tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan,

sasaran, lokasi, biaya yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, dan penanggung

jawab kegiatan. Dalam perumusan rencana operasional pada puskesmas Waris

melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan sebagian PJ program.

Proses Perencanaan Puskesmas Arso Kota

Pada Analisis Situasi, masalah kesehatan dan kinerja program berpengaruh

terhadap perencanaan dan anggaran di semua program basic six. Faktor resiko

lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi perencanaan dan penganggaran

semua program basic six di puskesmas Arso Kota. Penentuan Prioritas Masalah

dilihat melalui cakupan program tahun sebelumnya dan masalah yang terjadi

disertai diskusi antar pihak-pihak berkompeten yang ada di puskesmas. Penentuan

Tujuan, didasarkan pada tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom. Identifikasi

Page 5: Kesimpulan Proses Perencanaan Program Upaya Kesehatan Wajib (Basic Six) Pada Puskesmas Di Kabupaten Keerom

kegiatan tidak dilakukan dalam penyusunan kegiatan. Sementara rencana

operasional penyusunan rencana operasional, mengikuti format yang telah

ditentukan dinas. Format tersebut terdiri atas nama kegiatan, tujuan, sasaran,

lokasi, biaya yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, dan penanggung jawab

kegiatan, melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan PJ program.

Proses Perencanaan Puskesmas Arso III

Pada analisis situasi, Setiap program menyusun perencanaan dan anggaran

didasarkan pada permasalahan kesehatan yang ada di wilayahnya, sehingga

perencanaan tepat sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Kinerja Program

mempengaruhi perencanaan dan anggaran setiap program. Faktor resiko

lingkungan dan perilaku berpengaruh pada setiap perencanaan dan anggaran

seluruh program basic six. Penentuan prioritas Masalah dilakukan berdasarkan

cakupan dan target capaian tahun sebelumnya, besarnya suatu masalah dan

dampak yang ditumbulkan. Penentuan Tujuan didasarkan pada tujuan dan target

Dinkes Kab. Keerom. Sementara Identifikasi kegiatan tidak dilakukan dalam

penyusunan kegiatan. Rencana Operasional penyusunan rencana operasional,

mengikuti format yang telah ditentukan dinas. melibatkan kepala puskesmas,

bendahara dan PJ program.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menghasilkan adanya kesamaan proses perencanaan pada empat

puskesmas. Perbedaan proses perencanaan hanya terlihat dari keterlibatan

informan dalam proses perencanaan. Proses perencanaan terdiri dari analisis

situasi, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, identifikasi kegiatan dan

rencana operasional (Dasmar dkk., 2013).

Analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai jenis dan

bentuk kegiatan, keterlibatan, strategi serta anggaran yang diperlukan. Proses

analisis situasi pada puskesmas di Kabupaten Keerom menunjukkan adanya

pengaruh masalah kesehatan, kinerja dan faktor resiko lingkungan terhadap

perencanaan dan anggaran. Namun demikian ada pula informan yang merupakan

ketua program yang tidak mengaitkan anggaran dengan masalah kesehatan,

Page 6: Kesimpulan Proses Perencanaan Program Upaya Kesehatan Wajib (Basic Six) Pada Puskesmas Di Kabupaten Keerom

kinerja program maupun faktor resiko lingkungan. Hal ini dikarenakan menurut

mereka alokasi anggaran yang diberikan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten

Keerom telah tidak mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan penelitian

Kurniasih (2007) yang menemukan adanya pengaruh kegiatan dengan anggaran

dimana beberapa kegiatan kesehatan dihilangkan karena keterbatasan dana.

Proses penentuan prioritas masalah kesehatan merupakan pekerjaan yang

tidak mudah. Proses ini diperlukan agar dapat memberikan solusi yang tepat

terhadap permasalahan kesehatan yang ada di suatu daerah. Hasil wawancara

mendalam terhadap informan di puskesmas Kabupaten Keerom menunjukkan

bahwa seluruh informan memahami pentingnya penentuan prioritas masalah

kesehatan dalam proses perencanaan. Seluruh program basic six di empat

puskesmas melakukan penentuan prioritas masalah berdasarkan cakupan SPM

tahun sebelumnya, masalah yang sedang terjadi atau kegagalan suatu program.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Khozin (2010) yang menemukan bahwa

kebijakan SPM dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada

masyarakat.

Proses penentuan tujuan merupakan hal yang penting dalam perencanaan

kesehatan. Rencana kerja yang baik dan ingin mendapatkan hasil yang baik

memerlukan tujuan yang ingin dicapai, dimana tujuan dibagi menjadi dua, yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus. Penentuan tujuan pada puskesmas di Kabupaten

Keerom mengikuti tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom. Penentuan ini

sebagian besar melibatkan kepala puskesmas. Dari tujuan yang telah ditentukan,

pada kenyataannya diperoleh masih ada yang kurang realistis dengan kondisi yang

ada di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan tujuan yang dibuat belum secara

secara detail menjelaskan masalah yang terjadi di wilayah Kabupaten Keerom.

Proses identifikasi kegiatan secara garis besar dapat dibagi menjadi kegiatan

pelayanan individu, kegiatan pelayanan masyarakat, kegiatan manajemen dan

kegiatan pengembangan (Gani dkk., 2004). Identifikasi kegiatan sangat penting

untuk dilakukan karena berhubungan erat dengan perhitungan kebutuhan

anggaran (Saifuddin, 2006). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan,

seluruh puskesmas tidak melakukan identifikasi kegiatan dalam penyusunan

Page 7: Kesimpulan Proses Perencanaan Program Upaya Kesehatan Wajib (Basic Six) Pada Puskesmas Di Kabupaten Keerom

kegiatan setiap program. Kegiatan disusun tanpa memisahkan jenis kegiatan,

meskipun proses ini melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan para

penanggung jawab program. Hal ini disebabkan belum adanya pelatihan khusus

mengenai proses perencanaan puskesmas khususnya mengenai identifikasi

kegiatan.

Rencana operasional berkaitan dengan detail kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh masing-masing program. Rencana operasional ini nantinya

dapat menjadi bahan evaluasi kepala puskesmas terhadap pelaksanaan kegiatan

oleh penanggung jawab program, perbandingan tujuan/target dengan hasil yang

telah dicapai, sehingga dapat menganalisis lebih lanjut faktor penyebab atau

kendala di lapangan terutama yang bersumber pada kelemahan staf dan

manajemen pelaksanaan program. Hasil penelitian melalui wawancara

menunjukkan rencana operasional telah disusun sesuai format dinas kesehatan

Kabupaten Keerom oleh sebagian besar program basic six di empat puskesmas

dengan melibatkan kepala puskesmas, bendahara dan penanggung jawab program.

Namun dalam telaah dokumen masih ditemukan adanya data yang tidak diisi

lengkap oleh puskesmas.