Ahp & Six Sigma

49
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggannya. Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa dan untuk menjaga kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar harus dilakukan pengendalian kualitas atas aktivitas dari proses yang dijalankan. Ada beberapa pengertian kualitas yang diartikan oleh beberapa ahli, diantaranya : 1. Juran (1962) “Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”. 2. Deming (1982) ”Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan masa akan datang”. 3. Feigenbaum (1991) “Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan”. 4. Scherkenbach (1991) “kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut”. 5. Elliot (1993) “kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan”.

description

alternatif pengambilan keputusan

Transcript of Ahp & Six Sigma

Page 1: Ahp & Six Sigma

25

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kualitas

Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa

yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggannya. Faktor utama yang menentukan

kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa dan untuk menjaga kualitas

produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar harus

dilakukan pengendalian kualitas atas aktivitas dari proses yang dijalankan.

Ada beberapa pengertian kualitas yang diartikan oleh beberapa ahli, diantaranya :

1. Juran (1962) “Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”.

2. Deming (1982) ”Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang

dan masa akan datang”.

3. Feigenbaum (1991) “Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa

yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk

dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan

pelanggan”.

4. Scherkenbach (1991) “kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan

produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga

tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut”.

5. Elliot (1993) “kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan

tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan”.

Page 2: Ahp & Six Sigma

26

Pengertian Kualitas dalam konteks Statistical Quality Control adalah sebagai

konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu

produk yang dihasilkan agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal.

Menurut Evans dan Lindsay (2007), pengertian kualitas dapat dilihat dari

beberapa aspek, antara lain:

• Kualitas dari perspektif desain, Kualitas merupakan fungsi dari variabel yang

spesifik dan terukur.

• Kualitas dari sudut pandang pelanggan, Kualitas merupakan kelayakan pakai

atau seberapa baik produk tersebut melakukan fungsinya.

• Kualitas dari perspektif operasi, kualitas merupakan hasil yang diinginkan dari

proses operasi atau dengan kata lain kepatuhan terhadap spesifikasi.

• Kualitas sebagai tuntutan pelanggan, kualitas berarti memenuhi atau melebihi

harapan konsumen.

Gambar 2.1 Dua Perspektif Kualitas

Page 3: Ahp & Six Sigma

27

2.2 Six Sigma

Menurut Gaspersz (2007) Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja proses

industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok

(industri) dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, semakin

baik kinerja proses industri. Sehingga 6-sigma otomatis lebih baik daripada 4-sigma.

Menurut Evans dan Lindsay (2007) Six Sigma didefinisikan sebagai metode

peningkatan proses bisnis yang bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktor-

faktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi,

meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik,

mencapai tingkat pendayagunaan aset yang lebih tinggi, serta mendapatkan hasil atas

investasi yang lebih baik dari segi produksi maupun pelayanan.

Six Sigma juga dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan

perusahaan melakukan peningkatan luar biasa dan sebagai pengendalian proses industri

yang berfokus pada pelanggan dengan memperhatikan kemampuan proses.

Prinsip Kualitas modern Six Sigma didasari oleh tiga prinsip dasar, yaitu :

1. Fokus Pada Pelanggan

2. Partisipasi dan kerja sama semua individu di dalam perusahaan.

3. Fokus pada proses yang didukung oleh perbaikan dan pembelajaran secara terus

menerus.

Untuk mencapai target six sigma dapat digunakan dengan menggunakan dua metodologi

, yaitu :

1. Six sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)

Digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada. DMAIC terdiri

dari lima tahap utama :

Page 4: Ahp & Six Sigma

28

• Define (Perumusan)

Mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang konsisten dengan

permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan. Dalam hal

perumusan produk ini dapat digunakan SIPOC untuk mengidentifikasi produk

tersebut. SIPOC merupakan alur kerja atau diagram kotak, yang merupakan

singkatan dari Supplier, Input, Process, Output dan Customer. SIPOC

memberikan garis besar dalam suatu proses seta membantu menjelaskan siapa

pelaku utama proses tersebut. Bagaimana cara mendapatkan input, siapa yag

dilayani oleh proses tersebut dan bagaimana cara proses tersebut meningkatkan

nilai.

• Measure (Pengukuran)

Mengukur kinerja proses pada saat sekarang agar dapat dibandingkan dengan

target yang ditetapkan.

• Analyze (Analisis)

Menganalisis hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang dipelajari untuk

mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan.

• Improve (Peningkatan)

Mengoptimisasikan proses menggunakan analisis-analisis seperti Design of

Experiment (DOE) untuk mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum proses.

• Control (Pengendalian)

Melakukan pengendalian terhadap proses secara terus menerus untuk

meningkatkan kapabilitas proses menuju target Six sigma.

Page 5: Ahp & Six Sigma

29

2. Design For Six Sigma (DFSS)

Digunakan untuk menciptakan desain proses baru dan desain produk baru dalam

cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas dari kesalahan (zero defect /

errors) .

2.3 Statistical Process Control

Biasanya pengendalian kualitas pada proses produksi dilakukan pada saat suatu

produk telah selesai dibuat dengan cara memisahkan produk-produk yang lebih baik dari

yang buruk, lalu memperbaiki yang buruk secara berulang-ulang hingga menjadi sama

hasilnya dengan yang lebih baik tadi. Metode seperti ini dilakukan pada teknik

tradisional dan lebih dikenal dengan kegiatan inspeksi. Kegiatan inspeksi ini dipandang

dari perspektif sistem kualitas modern adalah sia-sia, karena tidak memberikan

kontribusi kepada peningkatan kualitas (quality improvement).

Pada saat ini pengertian pegendalian kualitas lebih dari sekedar kegiatan

inspeksi. Pengertian pengendalian kualitas pada zaman modern adalah merupakan

aktivitas teknik dan manajemen dengan mengukur karakteristik kualitas dari output

(barang/jasa) dan membandingkan hasil pengukurannya dengan spesifikasi output yang

diinginkan pelanggan, serta melakukan perbaikan apabila ditemukan perbedaan

performansi aktual dan standar. Statistical Process Control merupakan suatu terminologi

untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistikal dalam memantau dan

meningkatkan performansi untuk menghasilkan produk berkualitas. Pada tahun 1950-an

sampai 1960-an digunakan terminologi Pengendalian Kualitas Statistikal (Statistical

Quality Control = SQC) yang memiliki pengertian sama dengan Pengendalian Proses

Statistikal (Statistical Process Control = SPC).

Page 6: Ahp & Six Sigma

30

Proses industri harus dipandang sebagai perbaikan yang dilakukan terus-menerus

(continuous-improvement), yang dimulai dari urutan siklus sejak adanya ide untuk

menghasilkan produk, pengembangan produk, proses produksi dan distribusi kepada

konsumen. Lalu, dengan berjalannya kegiatan tersebut didapatkanlah sejumlah informasi

yang dikumpulkan untuk dapat mengembangkan ide-ide dalam menciptakan produk

baru atau memperbaiki produk beserta proses produksinya.

Penyebab utama munculnya masalah kualitas adalah karena adanya variasi.

Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga

menimbulkan perbedaan dalam kualitas pada output (barang atau jasa) yang dihasilkan.

Pada dasarnya dikenal dua sumber atau penyebab timbulnya variasi, yang

diklasifikasikan sebagai berikut :

Variasi Penyebab Khusus (Special-Causes Variation)

Kejadian-kejadian di luar sistem yang mempengaruhi variasi di dalam sistem.

Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor-faktor : manusia, peralatan, material,

lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola non-acak (non-

random patterns) sehingga dapat didefinisikan / ditemukan, sebab mereka tidak selalu

aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga

menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses statistikal menggunakan peta

kendali atau peta kontrol (Control chart), jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-

titik pengamatan yang melewati atau keluar dari batas-batas pengendalian yang

didefinisikan (Defined Control limits).

Page 7: Ahp & Six Sigma

31

Variasi Penyebab-Umum (Common-Causes Variation)

Faktor – faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses yang

menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum

sering disebut juga sebagai penyebab acak (random causes) atau penyebab sistem

(system causes). Karena penyebab umum ini selalu melekat pada item, untuk

menghilangkannya harus menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu dan hanya pihak

manajemen yang dapat memperbaikinya, karena pihak manajemenlah yang

mengendalikan sistem itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dengan

menggunakan peta kendali atau peta kontrol (Control chart), jenis variasi ini sering

ditandai dengan titik-titik pengamatan yang berada dalam batas-batas pengendalian yang

didefinisikan (defined Control limits).

Menurut Antony et al. (2000), tujuan dari SPC adalah :

Tersedianya informasi bagi karyawan apabila akan memperbaiki proses.

Membantu karyawan memisahkan sebab umum dan sebab khusus terjadinya

kesalahan.

Tersedianya bahasa yang umum dalam kinerja proses untuk berbagai pihak.

Menghilangkan penyimpangan karena sebab khusus untuk mencapai

konsistensi dan kinerja yang lebih baik.

Pengertian yang lebih baik mengenai proses.

Pengurangan waktu yang berarti dalam penyelesaian masalah kualitas.

Pengurangan biaya pembuangan produk cacat , pengerjaan ulang terhadap

produk cacat, inspeksi ulang, dan sebagainya.

Komunikasi yang lebih baik dengan pelanggan tentang kemampuan proses

dalam memenuhi spesifikasi pelanggan.

Page 8: Ahp & Six Sigma

32

Membuat organisasi lebih berorientasi pada data statistik dari pada hanya

berupa asumsi saja.

Perbaikan proses, sehingga kualitas produk menjadi lebih baik, biaya lebih

rendah, dan produktifitas meningkat.

SQC menggunakan alat-alat statistik untuk membantu mencapai tujuannya,

antara lain :

Peta Kendali

Histogram

Diagram Pareto

Diagram Sebab-Akibat

Lembar Periksa

Diagram Scatter

Analisis matriks

Diagram alur

Run chart

Time series

Kemampuan proses (Capability Process)

2.3.1 Jenis Data

Data adalah catatan tentang sesuatu baik yang bersifat kualitatif maupun

kuantitatif yang digunakan sebagai pertunjuk untuk bertindak. Berdasarkan data, kita

dapat mempelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian mengambil tindakan yang tepat

Page 9: Ahp & Six Sigma

33

berdasarkan pada fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua

jenis data, yaitu : (Gaspersz, 1998)

1. Data Atribut (Attributes Data)

Adalah data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Data atribut

biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut

yang ditetapkan. Contoh dari data atribut adalah ketiadaan label pada kemasan

produk, kesalahan proses administrasi buku tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat

pada produk, banyaknya produk kayu lapis yang cacat karena corelap, dan lain-lain.

2. Data Variabel (Variables Data)

Adalah data kuantitatif yang dapat diukur untuk keperluan analisis. Ukuran-ukuran

seperti berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data

variabel. Contoh data variabel adalah diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis,

berat semen dalam kantong, banyaknya kertas setiap rim, konsentrasi elektrolit

dalam persen, dan lain lain.

2.4 Tools yang Digunakan

2.4.1 Lembar Periksa (Check Sheet)

Lembar Periksa merupakan suatu formulir, dimana item-item yang akan

diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud data dapat dikumpulkan

secara mudah dan ringkas.

Tujuan pembuatan Lembar Periksa adalah menjamin bahwa data yang

dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan

pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Lembar Periksa juga dapat menyusun

data secara otomatis , sehingga data itu dapat dipergunakan dengan mudah.

Page 10: Ahp & Six Sigma

34

2.4.2 Peta Kontrol (Control Chart)

Peta Kontrol menggambarkan pengendalian kualitas. Perbaikan kualitas terjadi

pada dua situasi yaitu situasi ketika peta kendali dibuat dalam kondisi proses yang tidak

stabil dan situasi kedua yaitu berkaitan dengan pengujian. Peta Kontrol pertama kali

ditemukan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories,

Amerika Serikat pada tahun 1924 dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak

normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common-

causes variation) dan penyebab khusus (special-causes variation).

Beberapa keuntungan penggunaan Peta Kontrol adalah :

• Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistikal. Dengan

demikian Peta Kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali secara

statistikal, di mana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub kelompok

(subgroups) contoh berada dalam batas-batas pengendalian (control limits).

• Memantau proses terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara

statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum.

• Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses berada dalam

pengendalian statistikal, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan.

Pada dasarnya setiap Peta Kontrol memiliki :

• Garis Tengah (Central Line), yang dinotasikan sebagai CL.

• Sepasang Batas Kontrol (Control Limits). Satu Batas Kontrol ditempatkan di atas

CL yang dikenal sebagai batas kontrol atas (Upper Control Limit), yang

dinotasikan sebagai UCL, dan satu Batas Kontrol ditempatkan dibawah CL yang

Page 11: Ahp & Six Sigma

35

dikenal sebagai Batas Kontrol bawah (Lower Control Limit), yang dinotasikan

sebagai LCL.

• Tebaran nilai – nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari

proses. Jika nilai yang diplot di Peta Kontrol masih berada dalam Batas Kontrol

maka proses yang berlangsung dianggap terkontrol, sedangkan jika nilai diplot

berada di luar Batas Kontrol maka proses dianggap di luar kontrol sehingga perlu

diambil tindakan perbaikan.

Dibawah ini adalah contoh peta kontrol :

UCL

CL

LCL

Gambar 2.2 Peta Kontrol

2.4.2.1 Peta Kontol untuk Data Variabel (Variable Control Chart)

Ada dua macam jenis peta kontrol yang digunakan untuk data variabel, yaitu :

1. Peta kontrol X-Bar dan R

Peta control X-Bar (Rata-rata) dan R (Range) digunakan untuk memantau proses yang

mempunyai karakteristik yang berdimensi kontinu. Peta kontrol X menjelaskan tentang

apakah perubahan-perubahan telah terjadi dalam ukuran Titik Pusat (central tendency)

atau rata-rata dari suatu proses. Peta kontrol R menjelaskan tentang apakah perubahan-

perubahan telah terjadi dalam ukuran variasi, yang berkaitan dengan perubahan

homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses.

Page 12: Ahp & Six Sigma

36

Untuk menghitung rata-rata dan batas kontrol digunakan rumus sebagai berikut :

rata-rata pengendali petauntuk pusat garis=k

∑k

1=i ix=X

observasi kali setiapuntuk pengukuran rata-rata=n

∑n

1=j ijx=X

jarak pengendali petauntuk pusat garisk

RR

jangkauanX-XR

∑k

1i

i

minimaxii

==

==

=

R3DRLCL

R4DRUCL

R2A-XxLCL

R2AXxUCL

=

=

=

+=

2. Peta kontrol X dan S

Peta kontrol x menggambarkan apakah perubahan telah terjadi dalam ukuran titik

pusat (central tendency) atau rata – rata dari suatu proses. Peta pengendali standar

deviasi digunakan untuk mengukur tingkat keakurasian proses.

Rumus untuk menghitung batas kontrolnya :

Page 13: Ahp & Six Sigma

37

deviasistandar 1-n

2Xn-2

nX...23X2

2X21X

s =++++

=

deviasistandar pengendali petauntuk pusat garis∑k

1i kis

s ==

=

S3BSLCL

S4BSUCL

S3A-XxLCL

S3AXxUCL

=

=

=

+=

2.4.2.2 Peta Kontrol Untuk Data Atribut (Atribute Control Chart)

Ada empat macam jenis Peta Kontrol yang digunakan untuk data atribut, yaitu :

1. Peta Kontrol p (p chart)

Peta Kontrol p biasanya digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian

(cacat) dari item-item dalam kelompok yang sedang diinspeksi dan diketahui tidak

memenuhi spesifikasi yang diharapkan. Peta ini dapat diterapkan pada karakteristik

mutu yang dapat diamati sebagai Attribute. Bagian yang tidak sesuai dapat didefinisikan

sebagai rasio dari banyaknya barang yang tidak sesuai yang ditemukan di dalam

pemeriksaan terhadap total barang yang diperiksa.

Rumus menghitung peta kontrol p yaitu :

Page 14: Ahp & Six Sigma

38

inp)-p(13-ppLCL

pCLp

inp)-p(13ppUCL

=

=

+=

2. Peta Kontrol np (np chart)

Pada dasarnya Peta Kontrol np serupa dengan Peta Kontrol p, kecuali dalam Peta

Kontrol np terjadi perubahan skala pengukuran. Peta kontrol np menggunakan ukuran

banyaknya item yang tidak memenuhi spesifikasi (cacat) dalam suatu pemeriksaan.

Rumus menghitung Peta Kontrol np, yaitu :

p)-np(13-npnpLCL

npCL

p)-np(13npnpUCL

=

=

+=

3. Peta Kontrol c (c chart)

Ketika cacat dihitung berdasarkan jumlah jenis cacat yang terdapat dalam satu unit

produk di mana dalam satu unit produk ada kemungkinan terdapat satu atau lebih jenis

cacat.

Rumus untuk menghitung Peta Kontrol c, yaitu :

Page 15: Ahp & Six Sigma

39

c3-ccLCL

cCL

c3ccUCL

=

=

+=

4. Peta Kontrol u (u chart)

Peta Kontrol u digunakan untuk mengukur banyaknya ketidaksesuaian per unit

laporan inspeksi dalam kelompok pengamatan. Peta Kontrol u serupa dengan Peta

Kontrol c, kecuali pada banyaknya ketidaksesuaian dinyatakan dalam dasar per unit

itemnya.

Rumus untuk menghitung Peta Kontrol u, yaitu :

inu3-uuLCL

uCL

inu3uuUCL

=

=

+=

2.4.3 Diagram Pareto

Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto. Diagram

pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan

menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan

Page 16: Ahp & Six Sigma

40

permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai

dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).

Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi

proses, misalnya ketidaksesuaian proses sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan

terhadap proses. Pada dasarnya diagram Pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi

untuk :

Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah dan

penyebab masalah yang ada.

Memfokuskan perhatian pada isu – isu penting melalui pembuatan

rangking terhadap masalah atau penyebab dari masalah tersebut.

Selain itu, Diagram Pareto dapat juga digunakan untuk membandingkan kondisi

proses, misalnya ketidaksesuaian proses sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan

terhadap proses. Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat Diagram Pareto :

Menentukan masalah apa yang akan diteliti, menentukan data apa yang

diperlukan beserta pengklasifikasiannya, dan menentukan metode

pengumpulan data.

Membuat ringkasan tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah

yang telah diteliti.

Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian

dari yang tertinggi sampai yang terendah, hitung frekuensi kumulatif,

persentase total kejadian, dan persentase total kejadian.

Menggambar dua buah garis vertikal dan sebuah garis horizontal.

Buat histogram pada diagram Pareto.

Page 17: Ahp & Six Sigma

41

Gambar kurva kumulatif dan cantumkan nilai kumulatif disebelah kanan

atas dari interval setiap masalah.

Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama

dari masalah yang sedang terjadi itu.

Berikut adalah contoh diagram pareto :

Gambar 2.3 Contoh Pareto Chart

2.4.4 Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)

Diagram Sebab-Akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943,

sehingga sering juga disebut diagram Ishikawa. Diagram sebab akibat merupakan suatu

diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Biasanya diagram

Page 18: Ahp & Six Sigma

42

Sebab- Akibat digunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab dan karakteristik

kualitas (akibat) yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Diagram Sebab-Akibat dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan sebagai

berikut :

Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.

Membantu membangkitkan ide untuk solusi dari suatu masalah.

Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut.

Langkah-langkah pembuatan diagram Sebab-Akibat dapat dikemukakan sebagai

berikut :

Pernyataan masalah utama yang penting untuk diselesaikan.

Tuliskan pernyataan masalah pada ”kepala ikan” yang merupakan akibat

(effect).

Tuliskan faktor–faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang

mempengaruhi masalah kualitas.

Tuliskan penyebab–penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab–

penyebab utama.

Tuliskan penyebab–penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab –

penyebab sekunder.

Tentukan item–item yang penting dari setiap faktor dan tandai faktor

penting yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap

karakteristik kualitas.

Catat informasi yang perlu di dalam diagram sebab–akibat tersebut.

Page 19: Ahp & Six Sigma

43

Gambar 2.4 Contoh Diagram Sebab-Akibat

2.4.5 Kapabilitas Proses (Capability Process)

Kapabilitas adalah kemampuan dari proses dalam menghasilkan produk yang

memenuhi spesifikasi. Jika proses memiliki kapabilitas baik, proses itu akan

menghasilkan produk yang berada dalam batas-batas spesifikasi (di antara batas atas dan

batas bawah spesifikasi). Sebaliknya apabila proses memiliki kapabilitas yang jelek,

proses itu akan menghasilkan banyak produk yang berada di luar batas-batas spesifikasi,

sehingga menimbulkan kerugian karena banyak produk akan di tolak. Apabila

ditemukan banyak produk yang ditolak atau terdapat banyak cacat, hal itu

mengindikasikan bahwa proses produksi memiliki kapabilitas yang rendah atau jelek.

Indeks Cp mengacu kepada CTQ (Critical To Quality) tunggal atau item karakteristik

kualitas individual. Indeks Cp dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(Gaspersz, Vincent TQM 2001) :

Page 20: Ahp & Six Sigma

44

Perhitungan Cp untuk data Variabel : LSL)/6δ(USLCp −=

Dimana : Cp = Indeks kapabilitas proses (Process Capability indeks)

USL = Batas spesifikasi atas ( Upper Specification Limit)

LSL = Batas spesifikasi bawah ( Lower Specification Limit)

Perhitungan Cp untuk data atribut :

1. Menghitung nilai DPO (Defect Per Opportunities), yaitu jumlah cacat

yang muncul dalam suatu populasi / sample.

∑ ∑∑=

CTO*produksicacat

DPO

CTQ = jumlah cacat yang mungkin terjadi dalam suatu produk.

2. Menghitung nilai DPMO (Defect Per Million Opportunities).

DPMO = DPO x 1.000.000

3. Mengkonversikan nilai DPMO ke nilai sigma.

4. Mengkonversikan nilai Cp.

Sigma merupakan ukuran pencapaian target tingkat kegagalan nol,

semakin tinggi tingkat pencapaian sigma akan semakin baik, karena tingkat

DPMO (Defect Per Million Opportunities) akan semakin menurun. Sigma juga

dapat dipandang sebagai pengendalian proses industri berfokus pada pelanggan,

melalui memperhatikan kemampuan proses (Process Capability). Dua fakta

tentang indeks Cp yaitu :

1. Perihitungan Cp tidak memiliki apapun jika proses tersebut tidak

terkendali secara statistik.

Page 21: Ahp & Six Sigma

45

2. Cp dengan nilai 1,00 mensyaratkan bahwa suatu proses berada di tengah

rata-rata kisaran toleransi untuk mencegah adanya unit yang diproduksi

diluar batas.

Jika mencapai Cp dengan nilai 1,33 lebih mudah dicapai dan lebih mudah lagi

jika Cp bernilai 2,00. Batas bawah yang aman untuk nilai Cp berada pada nilai

1,5 yang akan menjamin bahwa semua unit yang di produksi oleh suatu proses

yang terkendali akan berada dalam batas spesifikasi.

Berikut adalah tabel konversi sigma :

Gambar 2.5 Konversi Sigma

Sumber : General Motors Supplier Quality Requirement task force, Chrysler, Ford

Page 22: Ahp & Six Sigma

46

2.5 AHP (Analitycal Hierarchy Process)

Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu alat pengambilan

keputusan sederhana, yaitu dengan memisahkan persoalan-persoalan yang rumit

menjadi beberapa jenjang yang sederhana, untuk kemudian diselesaikan satu per satu.

Dan pada akhirnya kembali hierarki tersebut disusun menjadi suatu kesatuan. Secara

kualitatif, metode ini mendefinisikan masalah dan penilaian. Sedangkan secara

kuantitatif, AHP melakukan perbandingan dan penilaian untuk mendapatkan solusi.

Dalam pembahasan peningkatan kualitas ini, AHP digunakan untuk menetukan

manakah faktor yang paling utama sebagai penyebab terjadinya jenis-jenis cacat di

antara faktor manusia, mesin, material, metode dan lingkungan.

Langkah-langkah penggunaan AHP adalah sebagai berikut :

1. Tentukan tujuan (level 1), kriteria (level 2), dan alternatif (level 3) dari masalah.

2. Tentukan peringkat kriteria untuk matriks alternatif yang dipilih menurut tabel

derajat kepentingan.

Tabel 2.1 Contoh Matriks Alternatif

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Faktor A B C Faktor A B C Faktor A B C

A 1 A 1 A 1 B 1 B 1 B 1 C 1 C 1 C 1

Jika faktor dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka harus ”equally preferred”

dengan nilai 1, yang membuat seluruh nilai sepanjang diagonal matriks bernilai 1.

Penilaian skala perbandingan antar kriteria diisi berdasarkan tabel intensitas kepentingan

pada model AHP

Page 23: Ahp & Six Sigma

47

Tabel 2.2 Derajat Kepentingan AHP (Preference Level)

Intensitas Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Equally preferred Dua aktivitas memberikan kontribusi sama terhadap tujuan.

2 Equally to moderately preferred Antara equally dan moderately.

3 Moderately preferred Pengalaman dan penilaian memberikan nilai tidak jauh berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya.

4 Moderately to strongly preferred Antara moderately dan strongly.

5 Strongly preferred Penilaian memberikan nilai kuat berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya.

6 Strongly to very strongly preferred Antara strongly dan very strongly.

7 Very strongly preferred

Satu aktivitas sangat lebih disukai dibandingkan aktivitas lainnya.

8 Very strongly to extremely preferred Antara very strongly dan extremely.

9 Extremely preferred Satu aktivitas menempati urutan tertinggi dari aktivitas lainnya.

3. Sama dengan cara nomor 2, tentukan peringkat untuk masing-masing matriks kriteria

yang dipilih menurut tabel derajat kepentingan.

Tabel 2.3 Contoh Matriks Kriteria

Kriteria Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

4. Kalikan matriks kriteria dengan matriks alternatif dari hasil perhitungan nomor 2

(faktor) dan nomor 3 (kriteria yang dipilih) untuk mendapatkan priority vector

sehingga mendapatkan keputusan yang terbaik.

5. Langkah no.5-8 digunakan untuk menghitung konsistensi, dimulai dengan penentuan

weighted sum vector dengan mengalikan row averages dengan matriks awal.

Page 24: Ahp & Six Sigma

48

6. Tentukan consistency vector dengan membagi weighted sum vector dengan row

averages.

7. Hitung Lambda dan Consistency Index:

1nn

CI−−

, di mana n adalah jumlah item dari sistem yang dibandingkan.

dan λ adalah rata-rata dari Consistency Vector.

8. Hitung Consistency Ratio:

RICICR = , di mana RI adalah Random Index yang didapatkan dari tabel.

Hasil yang konsisten adalah CR ≤ 0,10. Jika hasil CR > 0,10, maka matriks

keputusan yang diambil harus dievaluasi ulang.

Tabel 2.4 Random Index

N Random Index 2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49

Manfaat dari AHP ialah :

• Mengambil keputusan yang tepat dari alternatif yang ada.

• Dapat memprediksikan penyebab dari masalah yang ada.

• Merencanakan proyek dan keinginan yang akan datang.

• Dapat mengevaluasi pekerja dan mengalokasikan peningkatan penghasilan dari

sumber daya.

Page 25: Ahp & Six Sigma

49

• Dapat membandingkan keuntungan dan biaya.

2.6 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)

FMEA atau Analisis mode kegagalan dan efek adalah suatu prosedur terstruktur

untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. Suatu

metode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan/kegagalan dalam

desain, kondisi diluar batas spesifikasi yang ditetapkan, atau perubahan-perubahan

dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk itu. Dengan

menghilangkan mode kegagalan, maka FMEA akan meningkatkan keandalan dari

produk sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan yang menggunakan produk

tersebut. Langkah-langkah dalam membuat FMEA :

1. Mengidentifikasi proses atau produk/jasa.

2. Mendaftarkan masalah-masalah potensial yang dapat muncul, efek dari masalah-

masalah potensial tersebut dan penyebabnya. Hindarilah masalah-masalah

sepele.

3. Menilai masalah untuk keparahan (severity), probabilitas kejadian (occurrence)

dan detektabilitas (detection).

4. Menghitung “Risk Priority Number”, atau RPN yang rumusnya adalah dengan

mengalikan ketiga variabel dalam poin 3 diatas dan menentukan rencana solusi-

solusi prioritas yang harus dilakukan.

Berikut adalah definisi dan keterangan berbagai terminologi dalam FMEA :

1. Mode Kegagalan Potensial (Potential Failure Mode) adalah kegagalan (kecacatan)

dalam desain yang menyebabkan sistem itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Page 26: Ahp & Six Sigma

50

2. Penyebab Potensial dari Kegagalan (Potential Effects of Failure) adalah kelemahan-

kelemahan desain dan perubahan dalam variabel yang akan mempengaruhi proses

dan menghasilkan kecacatan produk.

3. Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang tingkat parahnya

kerusakan atau bagaimana buruknya pengguna akhir akan merasakan akibat dari

kegagalan tersebut.

Tabel 2.5. Kriteria Severity

Effect Criteria ( Severity of Effect) Rank

Berbahaya, tanpa peringatan

Memungkinkan untuk membahayakan mesin atau operator, ranking sangat tinggi apabila berhubungan dengan penggunaan kendaraan secara aman atau tidak sesuai dengan peraturan pemerintah. Kegagalan akan timbul tanpa peringatan.

10

Berbahaya, dengan peringatan

Memungkinkan untuk membahayakan mesin atau operator, ranking sangat tinggi apabila berhubungan dengan penggunaan kendaraan secara aman atau tidak sesuai dengan peraturan pemerintah. Kegagalan akan timbul dengan adanya peringatan.

9

Sangat tinggi

Gangguan utama pada lini produksi, semua hasil produksi (100%) harus dibuang, produk kehilangan fungsi utama. Konsumen sangat tidak puas.

8

Tinggi Gangguan minor pada lini produksi, produksi harus dipilih dan sebagian besar produk (dibawah 100%) harus dibuang, fungsi produk menurun. Konsumen tidak puas.

7

Sedang Gangguan minor pada lini produksi, sebagian kecil produk harus dibuang, produk dapat digunakan, namun kenyamanan terganggu. Konsumen kurang puas.

6

Rendah Gangguan minor pada lini produksi, 100% produk mungkin harus di-rework. Produk dapat digunakan namun kemampuan rendah. Konsumen merasa sedikit kecewa.

5

Sangat Rendah

Gangguan minor pada lini produksi, produk jadi harus dipilah – pilih dan sebagian kecil harus dirework. Ketidaksesuaian produk kecil, kerusakan dapat dideteksi oleh kebanyakan konsumen.

4

Minor Sebagian kecil produk harus di-rework, namun dilakukan di lini produksi dan di luar stasiun kerja, kerusakan diketahui oleh sebagian besar konsumen.

3

Sangat Minor

Sebagian kecil produk harus di-rework, namun dilakukan di lini produksi dan di dalam stasiun kerja, kerusakan diketahui oleh sangat sedikit konsumen.

2

Tidak ada Tidak ada Efek 1

Page 27: Ahp & Six Sigma

51

4. Occurence (O) merupakan bagaimana seringnya penyebab kegagalan tersebut

timbul, ranking di skala 1–10 ini memiliki arti, bukan sekedar angka penggolongan

saja. Tabel 2.6. menunjukkan skala ranking untuk occurence.

Tabel 2.6. Kriteria Occurrence

Probability Of Failure Possible Failure rate Cpk Rank

Sangat Tinggi : Kegagalan hampir tak dapat dihindari

>=1 dari 2 < 0,33 10 1 dari 3 >= 0,33 9

Tinggi: Kegagalan sangat mirip dengan beberapa kegagalan sebelumnya yang memang sering sekali gagal

1 dari 8 >= 0,51 8

1 dari 20 >= 0,67 7

Sedang: Dapat dikaitkan dengan kegagalan sebelumnya yang sering terjadi, namun tidak dalam proporsi besar

1 dari 80 >= 0,83 6 1 dari 400 >=1,00 5 1 dari 2000 >=1,17 4

Rendah: Kegagalan yang terisolasi dan dapat diasosiasikan dengan beberapa proses yang serupa 1 dari 15000 >= 1,33 3

Sangat Rendah: Hanya kegagalan-kegagalan terisolasi yang serupa dengan proses yang identik.

1 dari 150000 >= 1,50 2

Sangat kecil: Kegagalan hampir tidak mungkin, belum pernah terjadi kegagalan serupa di proses lain yang identik

<=1 dari 1500000 >= 1,67 1

5. Detection (D) adalah perkiraan subyektif tentang kemungkinan untuk mendeteksi

penyebab dari kegagalan yang ada sebelum produk tersebut keluar dari proses

produksi. Kriteria untuk detection dapat dilihat tabel 2.7.

Page 28: Ahp & Six Sigma

52

Tabel 2.7. Kriteria Detection

Detection Kriteria: Keberadaan dari cacat dapat dideteksi oleh kontrol proses sebelum koponen atau hasil produksi lolos ke proses

selanjutnya. Rank

Hampir tidak mungkin Tidak ada kontrol yang tersedia untuk jenis kegagalan ini. 10

Sangat kecil kemungkinannya

Sangat tidak mungkin untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi kegagalan ini. 9

Kecil kemungkinannya

Tidak mungkin kontrol yang ada tidak dapat mendeteksi kegagalan yang ada. 8

Sangat rendah Sangat rendah kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi kegagalan ini. 7

Rendah Rendah kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi kegagalan ini. 6

Sedang Ada kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi kegagalan ini. 5

Agak tinggi Cukup kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi kegagalan ini. 4

Tinggi Mungkin untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi kegagalan ini. 3

Sangat tinggi Sangat mungkin untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi kegagalan ini. 2

Hampir pasti terdeteksi

Hampir pasti kontrol yang ada dapat menangkap kegagalan proses seperti ini, karena sudah diketahui dari proses yang serupa.

1

6. Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara ranking severity,

occurance dan detection dengan rumus :

RPN = (S) x (O) x (D)

Nilai ini harus digunakan untuk mengurutkan perhatian yang harus diberikan pada

proses tersebut. RPN ini akan bernilai antara 1 dan 1000. Untuk RPN yang besar,

team harus mampu menurunkan nilai risiko, umumnya perhatian tertinggi harus

diberikan pada severity (S) tertinggi.

7. Recommended Action adalah satu atau lebih tindakan yang dibuat untuk mengatasi

permasalahan dan menurunkan nilai Risk Priority Number (RPN).

Page 29: Ahp & Six Sigma

53

2.6 Sistem Informasi

2.6.1 Sistem

Menurut Mathiassen et al. (2000, p9) sistem adalah sekumpulan komponen

yang mengimplementasikan persyaratan model, function dan interface. Dan menurut

Raymond McLeod (2004, p9) sistem adalah Sekelompok elemen yang saling

berintegrasi, yang semuanya bekerja mencapai satu tujuan. Semua sistem meliputi tiga

elemen utama yaitu input, proses dan output. Perusahaan adalah salah satu contoh yang

cocok dalam menggunakan definisi ini.

Menurut James O’Brien (2006, p29) sistem dapat diartikan dalam dua bagian

yaitu :

1. Sistem adalah sekelompok elemen yang saling berhubungan atau berinterakasi hingga

membentuk satu kesatuan.

2. Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk

mencapai tujuan bersama dengan menerima input dan menghasilkan output dalam

proses transformasi yang teratur. Sistem memiliki tiga komponen dasar yang saling

berinteraksi, yaitu :

• Input (masukan), meliputi menangkap dan mengumpulkan elemen yang memasuki

sistem untuk diproses.

• Processing (Proses), meliputi proses perubahan yang mengubah input menjadi

output.

• Output (keluaran atau hasil), meliputi perpindahan elemen yang telah dihasilkan

oleh proses perubahan kedalam tujuan akhirnya.

Page 30: Ahp & Six Sigma

54

2.6.2 Informasi

Menurut Raymond McLeod (2004, p12) informasi diartikan sebagai data yang

telah diproses atau data yang memiliki arti. Data dan informasi sering salah diartikan,

namun yang sebenarnya adalah informasi merupaka data yang telah diolah terlebih

dahulu dengan proses evaluasi dan analisa.

Menurut James O’Brien (2006, p703) informasi adalah data yang telah diubah

dalam konteks yang berarti dan berguna untuk pemakai akhir.

2.6.3 Sistem Informasi

Menurut Jeffery L. Whitten (2004, p10) sistem informasi adalah pengaturan

orang, data, proses dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan,

memproses, menyimpan dan menyediakan sebagai output informasi yang diperlukan

untuk mendukung sebuah organisasi. Sistem informasi dapat dilihat dari beberapa

perspektif, yaitu :

• Para pemain sistem informasi (”tim”)

• Para driver bisnis yang mempengaruhi sistem informasi

• Para driver teknologi yang digunakan oleh sistem informasi

• Proses yang digunakan untuk mengembangkan sistem informasi

Menurut Menurut James O’Brien (2003, p7) sistem informasi adalah kombinasi

teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber

daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah

organisasi.

Page 31: Ahp & Six Sigma

55

2.6.4 Sistem Informasi Manajemen

Menurut Raymond McLeod (2004, p259), sistem informasi manajemen adalah

sistem pendukung manajemen yang menghasilkan laporan, tampilan, dan respon yang

telah dispesifikasikan secara periodik, khusus, berdasarkan permintaan. Manfaat dan

kegunaan dari sistem informasi manajemen antara lain :

1. Mendukung proses dan operasi bisnis

2. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manager

3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif

4. Kontributor penting dalam efisiensi operasional, produktifitas, dan moral pegawai,

serta layanan dan kepuasan pelanggan.

5.Sumber utama informasi dan dukungan yang dibutuhkan dan menyebarkan

pengembalian keputusan yang efektif para manager dan praktisi bisnis.

Menurut Jeffery L. Whitten (2004, p10) sistem informasi manajemen adalah

sebuah sistem informasi yang menyediakan untuk pelaporan berorientasi manajemen

berdasarkan pemrosesan transaksi dan operasi organisasi.

2.6.5 Sistem Informasi Manufaktur

Sistem informasi manufaktur merupakan suatu sistem yang berbasis komputer

yang bekerja dalam hubungannya dengan sistem informasi fungsional lainnya untuk

mendukung manajemen perusahaan dalam memecahkan masalah yang berhubungan

dengan manufaktur pada suatu produk yang dihasilkan.

Page 32: Ahp & Six Sigma

56

2.7 Analisa Perancangan Berbasis Objek (OOAD)

2.7.1 Analisa dan Perancangan Sistem

Menurut Raymond McLeod (2004, p138), analisa sistem adalah penelitian pada

sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau

diperbaharui Jadi dapat disimpulkan bahwa analisa sistem adalah penelitian sistem yang

ada dengan tujuan penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna

sistem.

Perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh

sistem baru. Jika sistem itu berbasis komputer, rancangan dapat menyertakan spesifikasi

jenis peralatan yang akan digunakan (McLeod, 2004, p140). Dan menurut O’Brien

(2002, p352), perancangan sistem adalah aktivitas perancangan yang menghasilkan

spesifikasi sistem sesuai dengan kebutuhan yang dikembangkan di dalam proses analisa

sistem.

2.7.2 Pengertian Object dan Class

Menurut Mathiassen (2000, p4) objek adalah suatu entitas yang memiliki

identity, state dan behavior. Dalam segi analisa, suatu objek merupakan abstraksi pada

sebuah fenomena didalam konteks sistem, contohnya seperti konsumen. Sedangkan

dalam segi design, suatu objek merupakan bagian dari sistem.

Pengertian Class menurut Mathiassen (2000, p4) yaitu dari kumpulan objek yang

mempunyai struktur, behavior pattern dan attribute yang sama. Atribut umumnya

digunakan untuk data, seperti angka dan string. Dan behaviour merupakan operasi yang

dapat dilakukan oleh object yang diwakili class tersebut.

Keuntungan dalam menggunakan OOAD antara lain :

Page 33: Ahp & Six Sigma

57

• Merupakan konsep yang umum yang dapat digunakan untuk memodelkan hampir

semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum (natural language)

Noun menjadi object atau class

Verb menjadi behaviour

Adjective menjadi attributes

• Memberikan informasi yang jelas tentang konteks dari sistem

• Mengurangi biaya maintenance

Terdapat empat kegiatan utama di dalam OOAD diantaranya yaitu, problem

domain analysis, application domain analysis, architectural design dan component

design. Keempat kegiatan utama ini saling berintegrasi untuk mengembangkan suatu

sistem tertentu.

Gambar 2.6 Kegiatan Utama OOAD

ComponentDesign

ArchitecturalDesign

Application Domain Analysis

Problem Domain Analysis

Specifications of

Model

Requirement for use

Specifications ofarchitecture

Page 34: Ahp & Six Sigma

58

2.7.3 System Choice

Suatu pengembangan project dapat memberikan banyak tantangan dan untuk

melakukan ini harus mengerti terlebih dahulu tentang structure, relations dan user

organization dan juga mengevaluasi serta mengatur teknologi yang digunakan secara

profesional. Pembuatan system choice dapat dilakukan dengan terlebih dahulu

mendeskripsikan sistem yang akan dibuat.

Sistem yang diinginkan dapat dibuat dengan menggunakan system definition.

Menurut Mathiassen (2000, p24) deskripsi sistem merupakan suatu uraian ringkas dari

suatu sistem terkomputerisasi yang dinyatakan dalam bahasa alami. Definisi sistem

memperlihatkan bagian utama dari pengembangan sistem dan penggunaannya. Itu

berarti menjelaskan sistem dalam suatu konteks, apakah informasi itu bisa menyatakan,

dimana bisa digunakan dan bagaimana membangun suatu kondisi.

Sistem definisi mungkin merupakan laporan singkat dan tepat, dan termasuk

yang sangat utama dalam menjelaskan tentang sistem. Dalam bentuk gambar, deskripsi

sistem dibuat menggunakan rich picture, yaitu suatu gambar informal yang

menunjukkan pemahaman pengembang terhadap sistem.

Page 35: Ahp & Six Sigma

59

Gambar 2.7 Aktivitas dalam memilih sebuat sistem

Di dalam deskripsi sistem terdapat enam kriteria yang sering disebut FACTOR,

keenam kriteria tersebut adalah Mathiassen, 2000, p39-40) :

• Functionality: Fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain.

• Application domain: Bagian dari suatu organisasi yang administrate, monitor,

atau mengendalikan problem domain.

• Conditions: Dengan kondisi yang bagaimana sistem akan dikembangkan dan

digunakan.

• Technology: Semua Teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan

menjalankan sistem.

• Objects: Objek yang utama didalam problem domain.

• Responsibility: tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan dalam

hubungannya dengan konteks sistem.

Situation Ideas

Systems

System definition

Page 36: Ahp & Six Sigma

60

FACTOR dapat digunakan dalam dua cara. Pertama, FACTOR digunakan untuk

mendukung pembuatan system definition, dengan mempertimbangkan formulasi keenam

kriteria FACTOR. Di sini, FACTOR didefinisikan dahulu, baru kemudian dibuat system

definitionnya. Cara kedua adalah dengan mendefinisikan system definition dahulu dan

kemudian menggunakan keenam kriteria FACTOR untuk mengetahui bagaimana system

definition yang dibuat telah memenuhi keenam FACTOR tersebut.

2.8 Problem Domain Analysis

Fokus problem domain analysis adalah untuk mengetahui informasi apa saja

yang dibutuhkan yang berhubungan dengan sistem. Problem domain analysis memiliki

tiga aktivitas utama yaitu mendefinisikan classes, structure dan behavior. Tujuan dari

problem domain analysis adalah untuk membangun suatu model dari sistem berjalan .

Tabel 2. 8 Aktivitas dalam Problem Domain Analysis

Aktivitas Isi Konsep Classes Object dan event apa saja yang menjadi bagian Class, object dan event

dalam problem domain? Structure Bagaimana class dan object saling dihubungkan? Generalisasi, agregasi,

asosiasi, dan cluster

Behaviour Apa saja properti dinamis yang dimiliki sebuah object?

Event trace, behavioural

pattern,dan atribut

2.8.1 Classes

Menurut Mathiassen (2000, p49), aktivitas classes bertujuan memilih elemen-

elemen yang terdapat dalam problem domain, yaitu object, class dan event. Object

Page 37: Ahp & Six Sigma

61

adalah suatu entitas yang memiliki identitas, state, dan behaviour sedangkan Event

adalah kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih object.

Abstraksi, klasifikasi dan pemilihan adalah kegiatan utama dalam aktivitas class.

Abstraksi merupakan kegiatan di mana problem domain diabstraksikan dalam bentuk

object dan event. Object dan event tersebut kemudian diklasifikasikan dan dilakukan

pemilihan class dan event mana yang akan digunakan untuk memodelkan problem

domain.

Hasil dari aktivitas class adalah event table, yaitu tabel yang merangkum class

dan event. Baris pada event table menunjukkan class yang dipilih dan kolom pada event

table menunjukkan event yang dipilih. Keduanya dihubungkan dengan tanda check (v)

yang menunjukkan event apa saja yang mempengaruhi suatu object.

Tabel 2.9 Contoh Event Table For the Hair Salon System

Classes events customer asisten mahasiswa perjanjian perencanaanpesanan v v v v pembatalan v v v memperlakukan v v mempekerjakan v v menyerahkan v v persetujuan v v v

2.8.2 Structure

Di dalam aktivitas structure, hanya berfokus pada hubungan antara classes dan

objects. Hasil dari aktivitas structure adalah sebuah class diagram yang menunjukkan

problem domain yang saling berkaitan pada hubungan stuktural antara classes dan object

dalam suatu model.

Page 38: Ahp & Six Sigma

62

Aktivitas dari structure antara lain menentukan class dan event yang ada pada

event table, menentukan struktur objek dan struktur class dan menghubungkan antar

class tersebut. Menurut Mathiassen (2000, p72), hubungan struktural terbagi atas :

1. Struktur antar class

Generalisasi

Generalisasi adalah suatu hubungan struktural antara dua atau lebih class khusus

(sub class) dan class yang lebih umum (super class). Di dalam generalisasi ini

dapat diketahui bahwa property dari super class berhubungan atau berkaitan

langsung dengan sub classnya.

Gambar 2.8 Hubungan Struktural Generalisasi

Cluster

Cluster adalah kumpulan dari class-class yang saling berhubungan. Sebuah

cluster memungkinkan pemahaman problem domain secara menyeluruh dengan

membaginya menjadi subdomain. Class-class di dalam sebuah cluster biasanya

memiliki hubungan generalisasi atau agregasi, walaupun hal ini bukanlah syarat

mutlak dalam pembentukan cluster. Dan hubungan antar class dari cluster yang

satu dengan cluster yang lain biasanya disebut juga dengan hubungan asosiasi.

Passenger Car

Private Taxi

Page 39: Ahp & Six Sigma

63

Gambar 2.9 Hubungan Struktural Cluster

2. Struktur antar object

Agregasi

Agregasi adalah hubungan struktural antar dua atau lebih object, dimana object

yang satu merupakan bagian dari object lain yang bersifat keseluruhan Hubungan

agregasi dari class yang lebih tinggi (superior object) dapat dinyatakan sebagai

”terdiri dari”, misalnya sebuah mobil terdiri dari body. Sedangkan hubungan

agregasi dari class yang lebih rendah (inferior object) dinyatakan sebagai

”bagian dari”, misalnya body adalah bagian dari mobil.

Gambar 2.10 Hubungan Struktural Agregasi

Page 40: Ahp & Six Sigma

64

Asosiasi

Asosiasi adalah hubungan struktural antara dua atau lebih object. Di dalam

hubungan ini tidak terdapat peringkat yang lebih tinggi atau pun yang lebih

rendah (memiliki peringkat yang sama).

Gambar 2.11 Hubungan Struktural Asosiasi

2.8.3 Behaviour

Pada aktivitas behaviour, dilakukan perluasan definisi class diagram dengan

menambahkan atribut dan behavioural pattern pada setiap class. Dalam aktivitas class,

behaviour merupakan sekumpulan event yang belum berurutan yang melibatkan sebuah

object. Maka pada aktivitas behaviour, behaviour dijelaskan dengan lebih detail dengan

memberikan urutan waktu pada event. Behaviour dibuat untuk semua class dan dapat

digunakan dengan membuat event trace terlebih dahulu.

Event trace adalah Urutan dari event yang terjadi pada suatu object. Dan

Behavioural Pattern adalah daftar kemungkinan event trace yang terjadi pada semua

object didalam class. Attribute adalah keterangan property dari class atau event.

Behavioural Pattern memiliki tiga bentuk, yaitu :

Sequence (urutan), adalah pola di mana event terjadi satu persatu secara

berurutan.

Selection (pemilihan), adalah pola di mana hanya satu event yang terjadi dari

beberapa kemungkinan event yang dapat terjadi.

Page 41: Ahp & Six Sigma

65

Iteration (perulangan), ialah pola di mana sebuah event terjadi secara berulang-

ulang.

Hasil dari behavioural pattern ini adalah berupa statechart diagram yang

menggambarkan aktivitas dari semua class, mulai dari class terbentuk hingga class

tersebut dihancurkan.

Gambar 2.12 Statechart Diagram

2.9 Application Domain Analysis

Application domain analysis berfokus pada pembahasan bagaimana sistem akan

digunakan dengan tujuan mendefinisikan kebutuhan function dan interface dari sistem.

Jika dimulai dengan analisa application domain, maka akan berfokus pada pekerjaan

pengguna (user) dan kebutuhan sistem secara detail, setelah itu baru dilakukan analisa

problem domain. Sedangkan jika dimulai dengan analisa problem domain, maka akan

berfokus pada aktivitas bisnis tersebut dan bukannya pada inteface sistem tersebut.

Open

Account owneraccount # balance

amount withdrawn (date, amount)

account closed(date)

account opened(date)

amount deposited

(date, amount)

Closedaccount opened

(date) A multi-state

iterationSingle-state iterations

Page 42: Ahp & Six Sigma

66

Tabel 2.10. Aktivitas dalam Application Domain Analysis

Aktivitas Isi Konsep

Usage Bagaimana sistem berinteraksi dengan manusia dan Use case dan actor

konteks system Function Bagaimana kemampuan (kapabilitas) sistem Function

dalam memproses informasi? Interface Interface apa saja yang dibutuhkan oleh sistem? Interface, user interface,

system interface

2.9.1 Usage

Aktivitas usage bertujuan mendefinisikan interaksi pengguna (actor) dengan

sistem melalui pendefinisian actor dan use case. Menurut Mathiassen (2000, p119)

Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem.

Dan Use case adalah pola interaksi antara sistem dan aktor didalam application domain.

Hasil dari aktivitas ini dapat berupa :

• gambar (use case diagram) yang menggambarkan hubungan actor dan use case

Gambar 2.13 Use case Diagram

Page 43: Ahp & Six Sigma

67

• tabel (actor table) yang mendefinisikan interaksi antara actor dan use case

Gambar 2.14 Actor Table

2.9.2 Function

Aktivitas function bertujuan menentukan kapabilitas sistem dalam memproses

informasi, di mana function yang kompleks perlu mendapatkan perhatian khusus.

Function adalah fasilitas yang memungkinkan model menjadi berguna bagi actor. Hasil

dari aktivitas function adalah function list. Terdapat 4 tipe function, yaitu:

• Update, adalah function yang diaktifkan oleh event dalam problem domain dan

menghasilkan perubahan pada status (state) dari model.

• Signal, adalah function yang diaktifkan oleh perubahan status dari model dan

menimbulkan reaksi dalam problem domain, reaksi dapat berupa tampilan bagi actor

atau intervensi langsung yang menyatakan hal tersebut.

Use Cases Actors

Account Owner Creditor Administrator Liquidity

Monitor Payment X X Cash Withdrawal X

Money transfer X X X

Account information X X X

Credit Information X X

Registration X

Monitoring X Fault processing X

Page 44: Ahp & Six Sigma

68

• Read, adalah function yang diaktifkan oleh adanya kebutuhan akan informasi dalam

pekerjaan actor sehingga sistem akan menampilkan bagian tertentu dari model yang

berhubungan.

• Compute, adalah function yang diaktifkan oleh adanya kebutuhan akan informasi

dalam pekerjaan actor yang memerlukan komputasi dari informasi yang disediakan

oleh actor atau model. Hasilnya berupa tampilan hasil komputasi tersebut.

Tabel 2.11 Contoh Function List

Type Complexity Mengontrol Barang Keluar Update, Read Medium

Create new Update Simple Cek Kd Barang Masuk Read Medium Get Kd Barang Masuk Read Medium Cek Kd Barang Keluar Read Medium Get Kd Barang Keluar Read Medium Save Pengecekan Update Simple Cetak Read Medium

2.9.3 Interface

Menurut Mathiassen (2000, p151) interface adalah Fasilitas yang membuat

model sistem dan function dapat berinteraksi dengan actors. Interface (antarmuka)

digunakan oleh actor untuk berinteraksi dengan sistem. . Interface terdiri dari user

interface (antarmuka pengguna) dan system interface (antarmuka sistem). User Interface

adalah Interface untuk users dan system Interface adalah interface ke sistem lain.

Hasil dari aktivitas ini adalah pembuatan tampilan (form) yang merupakan user

interface dan navigation diagram yang menggambarkan setiap window, bagaimana

hubungan setiap window dan bagaimana mengakses setiap window tersebut

Page 45: Ahp & Six Sigma

69

2.10 Architectural Design

Architectural design terdiri atas 2 kegiatan, yaitu component architecture dan

process architecture. Component architecture adalah struktur sistem yang terdiri dari

komponen-komponen yang saling berhubungan, berfokus pada class (aspek yang lebih

stabil). Process architecture ialah struktur sistem eksekusi yang terdiri dari proses yang

interdependen, berfokus pada aspek yang dinamis (object). Aktivitas yang dilakukan

dalam architectural design adalah mendefinisikan criteria, components dan processes.

Tabel 2.12 Aktivitas dalam Architectural Design

Aktivitas Isi Konsep

Criteria Bagaimana kondisi dan kriteria untuk perancangan? Criteria

Components Bagaimana sistem didekomposisikan ke dalam komponen-komponen?

Component dan Component architecture

Processes Bagaimana proses dalam sistem didistribusikan dan dikoordinasikan?

Process dan Process architecture

2.10.1 Criteria

Menurut Mathiassen (2000, p178) Criteria adalah properti atau kondisi yang

lebih diutamakan dalam suatu arsitektur. Tujuan pembuatan criteria adalah untuk

menentukan urutan prioritas dalam perancangan. Suatu perancangan yang baik memiliki

tiga prinsip, yaitu tidak memiliki kelemahan utama, memiliki beberapa kriteria secara

seimbang, serta mencakup paling tidak tiga kriteria perancangan, yaitu usable, flexible

dan comprehensible. Usable ditentukan oleh hubungan antara kualitas teknis sistem

dengan penerapannya dalam pekerjaan user

Page 46: Ahp & Six Sigma

70

Kriteria-kriteria tersebut adalah :

• Usable : kemampuan sistem untuk dapat diadaptasi dalam suatu organisasi, kegiatan

kerja dan konteks teknis dalam organisasi tersebut.

• Secure : pencegahan terhadap akses yang tidak diizinkan terhadap data dan fasilitas

sistem.

• Efficient : eksploitasi ekonomis dari fasilitas teknis sistem.

• Correct : pemenuhan sistem terhadap kebutuhan organisasi.

• Reliable : pemenuhan terhadap kebutuhan yang penting dalam pelaksanaan fungsi-

fungsi sistem.

• Maintainable : biaya / usaha untuk memperbaiki kerusakan (defect) dari sistem.

• Testable : biaya / usaha untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat dapat berfungsi

sesuai sebagaimana mestinya.

• Flexible : biaya / usaha untuk mengubah sistem yang dibuat.

• Comprehensible : usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang baik

atas sistem.

• Reuseable : potensi untuk menggunakan bagian-bagian sistem dalam sistem lainnya

yang berkaitan.

• Portable: biaya / usaha untuk memindahkan sistem ke perangkat teknis yang lain.

• Interoperable : biaya / usaha untuk menghubungkan sistem dengan sistem yang lain

Page 47: Ahp & Six Sigma

71

2.10.2 Componentss

Component adalah suatu kumpulan dari bagian-bagian program yang memiliki

tanggung jawab masing-masing. Component architecture adalah struktur sistem yang

terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Komponen sistem memiliki

tiga bagian, yaitu :

• Model : bertanggung jawab untuk menampung object dari problem domain.

• Function : bertanggung jawab untuk menyediakan fungsionalitas dari sistem.

• User interface : bertanggung jawab untuk mengatur interaksi antara pengguna (user)

dengan sistem.

Perancangan component architecture dapat dilakukan berdasarkan pola-pola

(pattern) tertentu. Pattern menunjukkan pengalaman dari berbagai proyek, dan pattern

terbaik dapat membantu dalam membuat perancangan yang konsisten. Ada 3 macam

pola (pattern) yang digunakan untuk merancang component architecture, yaitu :

• The layered architecture pattern

Layered architecture terdiri dari beberapa komponen yang dirancang dalam bentuk

lapisan-lapisan (layer), di mana setiap komponen diuraikan menjadi interface atas

dan bawah. Interface bawah menjelaskan operasi yang dapat diakses oleh komponen

dari lapisan di bawahnya, sedangkan interface atas menjelaskan operasi yang

disediakan oleh komponen di lapisan atas.

• The generic architecture pattern

Arsitektur ini terdiri dari model sistem yang terletak di lapisan paling bawah, diikuti

dengan function pada lapisan di atasnya dan interface di lapisan teratas. Perangkat

Page 48: Ahp & Six Sigma

72

teknis bisa diletakkan di bawah model di mana perangkat teknis ini terhubung

dengan model dan interface.

• The client-server architecture pattern

Arsitektur ini dikembangkan untuk sistem yang terdistribusi di beberapa area

geografis yang berbeda. Komponen dari arsitektur ini mencakup sebuah server dan

beberapa klien, di mana klien-klien ini menggunakan server secara independen satu

sama lainnya.

Tabel 2.13 Perbedaan form Distribusi dalam Client Server Architecture

Client Server Architecture U U + F + M Distributed presentation U F + M Local presentation

U + F F + M Distributed functionality U + F M Centralized data

U + F + M M Distributed data U + F + M U + F + M Decentralized Data

2.10.3 Processes

Process architecture adalah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-

proses yang interdependen. Aktivitas ini bertujuan mendefinisikan struktur fisik sebuah

sistem. Hasil dari aktivitas ini adalah deployment diagram, yang menjelaskan distribusi

dan kolaborasi komponen program dan objek yang terkait dengan processor. Processor

adalah unit yang dapat mengeksekusi program.

Page 49: Ahp & Six Sigma

73

Gambar 2.15 Deployment Diagram

2.11 Visual Basic 6.0

Visual Basic 6.0 adalah salah satu produk bahasa pemrograman yang dikeluarkan

Microsoft, salah satu perusahaan software terkemuka di dunia. Visual basic 6.0

merupakan bahasa pemrograman yang mudah digunakan untuk pengembangan aplikasi,

baik itu aplikasi kecil maupun aplikasi besar.

2.12 Crystal Report

Crystal Report merupakan aplikasi yang memberikan informasi mendalam untuk

membantu orang-orang dalam organisasi pada saat membuat keputusan agar menjadi

lebih baik dan fleksibel.