Kerusakan Pendengaran Akibat Kebisingan

download Kerusakan Pendengaran Akibat Kebisingan

of 3

description

Kerusakan Pendengaran Akibat Kebisingan

Transcript of Kerusakan Pendengaran Akibat Kebisingan

KERUSAKAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGANSecara sederhana kita bisa mengetahui apakah suatu kebisingan di tempat kerja sudah pada tingkat yang membahayakan, yaitu jika pada jarak sepanjang lengan kita harus meninggikan suara kita dalam berbicara agar bisa dimengerti oleh orang lain. Terdapat kesalahan pemahaman secara umum di kalangan masyarakat bahwa kerusakan pendengaran (hearing loss) hanya disebabkan oleh karena terpapar pada suara-suara yang sangat tinggi (lebih dari 90 dBA). Sedangkan resiko bahaya yang disebabkan oleh pemaparan suara-suara pada tingkat lebih rendah tetapi terus-menerus dan dalam waktu yang lama cenderung diabaikan. Dalam kenyataannya adalah jika terjadi stimulasi yang kuat dan berulang-ulang dari suatu sumber bising, akan dapat menyebabkan kerusakan pendengaran. Kerusakan ini pada awalnya hanya sementara, tetapi jika terjadi secara berulang-ulang tanpa ada waktu pemulihan yang cukup maka akan terjadi kerusakan permanen yang disebut tuli akibat kebisingan dan ini tidak dapat disembuhkan. Semakin tinggi tingkat kebisingan dan semakin sering berulang, maka semakin besar tingkat kerusakan yang terjadi pada pendengaran.Noise-induced hearing loss adalah kerusakan pendengaran akibat kebisingan yang disebabkan kerusakan pada sel bulu yang halus di bagian dalam telinga. Apabila pemaparan berlanjut akan merusak lebih banyak sel-sel ini sehingga menghambat transmisi beberapa sinyal dari syaraf ke otak.Pada awalnya kebisingan menyebabkan penurunan daya dengar (peningkatan ambang dengar) sementara yang akan kembali pulih keesokan harinya. Perkembangan dari peningkatan ambang dengar sementara ini akan tergantung pada jumlah energi akustik yang diterima, daya tahan individu dan peningkatan frekuensi kebisingan. Peningkatan ambang dengar sementara bisa terjadi pada paparan kebisingan yang melebihi 85 dB(A) selama 8 jam terus menerus yang merupakan level ekivalen (LAeq8h 85 dB(A)).Noise-indused hearing loss juga tidak mengenal batas usia sehingga dapat terjadi baik pada orang tua maupun anak muda. Tetapi sensitivitas terhadap bising pada masing-masing orang sangatlah bervariasi. Ada beberapa orang khususnya yang sensitif bisa mengalami ketulian hanya dalam beberapa bulan saja, sedangkan bagi yang kurang sensitif kemungkinan baru akan menunjukkan gejala-gejala awal setelah terpapar bising selama bertahun-tahun.Secara luas pengaruh kebisingan pada pendengaran dapat dibagi dalam tiga ketegori, yaitu :1. Trauma akustik2. Tuli sementara3. Tuli permanen

Selain tiga efek tersebut, pengaruh lain akibat terpapar kebisingan adalah suara mendengung pada telinga yang dikenal dengan tinitus. Efek ini biasanya terjadi pada mekanisme telinga, bukan pada tingkat analisa otak yang lebih tinggi.A. Trauma Akustik (Acoustic Trauma)Trauma akustik berhubungan dengan efek pemaparan tunggal atau pemaparan yang jarang, biasanya pada peledakan-peladakan alamiah. Selama terjadinya pemaparan jenis ini intensitas suara yang ekstrim mencapai telinga bagian dalam dan dapat menyebabkan struktur pada telinga bagian dalam melampaui batas fisiologis dengan rusaknya gendang telinga dan sel-sel bulu rambut. Akibat ini pada akhirnya secara keseluruhan merusak organ Corti yang mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan untuk kembali menstabilkannya.

Alasan lain mengapa kebisingan impulsif lebih merusak daripada kebisingan yang kontinyu adalah karena dua buah otot ossicles (otot timpani dan otot stapedius) mempunyai waktu reaksi 25 m/det untuk kebisingan tinggi. Hal ini jauh lebih lama dari waktu yang dibutuhkan bagi kebisingan yang paling impulsif sekalipun sehingga menyebabkan tidak adanya proteksi dari gerakan yang berlebihan pada ossicles. Intensitas kebisingan yang lebih rendah dari yang menyebabkan trauma akustik juga dapat menimbulkan ketulian jika berlangsung dalam intensitas dan waktu yang lama.

B. Tuli Sementara (Temporary Threshold Shift)Hampir setiap rangsangan suara yang diterima oleh telinga akan menghasilkan suatu tingkat pendengaran yang berbeda. Rangsangan itu akan menghilang tergantung pada lama dan tingkat pemaparan pada masing-masing individu, bisa dalam beberapa detik, jam, hari bahkan minggu. Seberapapun lamanya tuli sementara tersebut tetap akan menyebabkan telinga perlu suatu pemulihan kembali. Selama waktu pemaparan pendek dan dalam interval waktu yang lama maka tidak akan menyebabkan efek permanen. Sebaliknya jika terpapar kebisingan yang menyebabkan tuli sementara secara berulang-ulang dalam waktu yang cepat, akan menyebabkan kerusakan pendengaran yang permanen. Pada umumnya hal ini terjadi pada tingkat pemaparan kebisingan di atas 90 dB.

Efektifitas suara dalam menyebabkan terjadinya tuli sementara tergantung pada frekuensinya. Suara-suara dengan frekuensi rendah mempunyai efek bahaya yang kecil. Atau dengan kata lain semakin tinggi frekuensi paparan suara maka semakin besar kemungkinannya untuk menyebabkan tuli sementara.

C. Tuli Permanen (Permanent Threshold Shift)Tuli permanen adalah terjadinya kerusakan pendengaran yang sudah tidak dapat pulih atau disembuhkan kembali. Selain terjadi secara alami yang disebabkan oleh faktor usia, penurunan pendengaran juga akan terjadi apabila terus-menerus terpapar pada intensitas kebisingan yang tinggi. Tuli sementara setelah terpapar bising, dan kemungkinan terjadinya Tinitus, biasanya merupakan tanda-tanda terjadinya kerusakan pendengaran.Tinitus bisa disebabkan oleh berbagai sumber bising bahkan dari musik yang sangat keras, biasanya berlangsung selama beberapa menit atau jam setelah terpapar bising yang tinggi dan akan hilang setelah berada jauh dari tempat yang bising. Oleh karenanya hal ini sering diabaikan dan lebih parah lagi biasanya dianggap sebagai bagian dari pekerjaannya.Kerusakan telinga permanen hampir selalu dimulai dengan menurunnya sensitivitas pendengaran pada frekuensi 4.000 Hz dan jika terus-menerus terpapar bising maka akan secara bertahap turun pada frekuensi yang lebih rendah.Hasil study Kryter dan Ward menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara ketulian temporer dan ketulian permanen. Beberapa kesimpulan yang bisa dijadikan pedoman adalah sebagai berikut :Kebisingan yang mencapai 80 tau 90 dB hanya menyebabkan sedikit penaikan ambang dengar yaitu 5 atau 10 dB. Namun jika kebisingan meningkat hingga 100 dB, ambang dengar akan naik antara 50 sampai 60 dB.Penaikan secara temporer pada ambang pendengaran adalah sesuai dengan durasi bising. Sebagai contoh kebisingan 100 dB selama 10 menit akan menghasilkan penaikan sebesar 16 dB, dan setelah 100 menit meningkat menjadi 32 dB.Lamanya waktu yang dibutuhkan pendengaran untuk kembali ke normal juga sesuai dengan intensitas dan durasi bising. Waktu pemulihan adalah sekitar 10 % lebih lama dibandingkan durasi bising.Pergantian periode paparan bising dengan yang lebih tenang akan mengurangi resiko ketulian sementara.