Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

24
1 | Kepemimpinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang sangat urgen dalam suatu organisasi, karena kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, semangat dan kekuatan moral yang mampu mempengaruhi anggota untuk merubah sikap, tingkah laku kelompok atau organisasi menjadi searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin terhadap anak buahnya (Kartono, 1998: 9). Bahkan menurut Courtois, organisasi tanpa pemimpin seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesat, panik, kacau, dan anarkis (Sutarto, 2006: 1). Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya (Nawawi, 2003: 113). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Malayu, 2000: 167). Motivasi merupakan sebab, alasan dasar, pikiran dasar, gambaran dorongan seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang berpengaruh besar sekali terhadap segenap tingkah laku manusia (Kartono, 1994:17). Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif sehingga berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Motivasi tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis yang bersifat materil saja (berbentuk uang) akan tetapi motivasi bawahan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor akan keberhasilan pelaksanaan bawahan dalam bekerja, pengakuan akan keberhasilan dalam bekerja, tanggung jawab, dan pengembangan bawahan. Seorang pemimpin perlu mempertimbangkan upaya untuk memotivasi bawahannya agar bekerja dengan baik. Apabila motivasi bekerja bawahan rendah maka kinerja bawahan akan menyusut seakan-akan kemampuan yang mereka miliki rendah. Motivasi dan pembangkitan motivasi merupakan sebuah fungsi manajemen yang penting untuk dilakukan. Motivasi juga menggambarkan

Transcript of Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

Page 1: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

1 | K e p e m i m p i n a n

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan hal yang sangat urgen dalam suatu organisasi,

karena kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, semangat dan kekuatan

moral yang mampu mempengaruhi anggota untuk merubah sikap, tingkah laku

kelompok atau organisasi menjadi searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin

terhadap anak buahnya (Kartono, 1998: 9). Bahkan menurut Courtois, organisasi

tanpa pemimpin seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesat, panik, kacau,

dan anarkis (Sutarto, 2006: 1).

Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Gaya

kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan

pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku

organisasinya (Nawawi, 2003: 113). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang

pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja

secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Malayu, 2000: 167).

Motivasi merupakan sebab, alasan dasar, pikiran dasar, gambaran dorongan

seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang berpengaruh besar sekali terhadap

segenap tingkah laku manusia (Kartono, 1994:17). Motivasi mempersoalkan

bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja

sama secara produktif sehingga berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang

telah ditentukan. Motivasi tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomis yang

bersifat materil saja (berbentuk uang) akan tetapi motivasi bawahan juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor akan keberhasilan pelaksanaan bawahan dalam

bekerja, pengakuan akan keberhasilan dalam bekerja, tanggung jawab, dan

pengembangan bawahan.

Seorang pemimpin perlu mempertimbangkan upaya untuk memotivasi

bawahannya agar bekerja dengan baik. Apabila motivasi bekerja bawahan rendah

maka kinerja bawahan akan menyusut seakan-akan kemampuan yang mereka

miliki rendah. Motivasi dan pembangkitan motivasi merupakan sebuah fungsi

manajemen yang penting untuk dilakukan. Motivasi juga menggambarkan

Page 2: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

2 | K e p e m i m p i n a n

hubungan antara harapan dan tujuan dengan hal yang dilakukan untuk mendorong

seseorang melakukan sesuatu dengan motivasi yang bersifat positif dan negatif

yang dapat digunakan seorang pemimpin agar bawahan mau bekerja giat dan

optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan paparan tersebut, nampak dengan tegas bahwa kepemimpinan

merupakan masalah sentral dalam kepengurusan organisasi, maju mundurnya

organisasi, dinamis statisnya organisasi, tumbuh kembangnya organisasi, mati

hidupnya organisasi, senang tidaknya seseorang bekerja dalam suatu organisasi,

serta tercapai tidaknya tujuan organisasi, sebagian ditentukan oleh tepat tidaknya

kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi yang bersangkutan. Oleh karena

itu, dinilai perlu untuk mengkaji masalah kepemimpinan ini secara mendalam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat disampaikan

beberapa permasalahan yang akan dijadikan sebagai panduan dalam penulisan ini.

a. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?

b. Keterampilan apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin?

c. Pendekatan apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin?

1.3 Tujuan Penulisan

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari

penulisan ini adalah sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan definisi kepemimpinan.

b. Mendeskripsikan keterampilan kepemimpinan.

c. Mendeskripsikan pendekatan kepemimpinan (pendekatan teori sifat

pemimpin, pendekatan perilaku pemimpin, pendekatan kontingensi, serta

perubahan sosial dan gaya kepemimpinan).

Page 3: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

3 | K e p e m i m p i n a n

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kepemimpinan

Istilah “kepemimpinan” berasal dari bahasa Inggris yaitu “Leadership” yang

dapat diartikan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan kelompok manusia

yang dikarenakan memiliki kepentingan yang sama. Hubungan tersebut ditandai

oleh tingkah laku yang dituju dan terbimbing dari pemimpin dan yang dipimpin.

Beberapa ahli memberikan pendapat mereka tentang pengertian kepemimpinan.

Beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menurut Dubrin, A. J. (2001:3), kepemimipinan merupakan kemampuan

untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Menurut Jacobs dan Jacques (1990:281), kepemimipinan adalah sebuah

proses memberi arti ( pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan

yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan

untuk mencapai sasaran.

3. Menurut Kottler (1988:5), kepemimpinan adalah proses menggerakkan

seseorang atau sekelompok orang kepada tujuan-tujuan yang umumnya

ditempuh dengan cara-cara yang tidak memaksa.

Sehingga secara garis besar, kepemimpinan dapat terjadi apabila dalam

situasi tersebut terdapat seseorang yang lebih menonjol, dimana seseorang

tersebut mampu mempengaruhi prilaku orang lain baik secara perseorangan atau

kelompok sehingga orang-orang dapat mengikuti apa yang diinginkan pemimpin

dengan penuh kesadaran dalam mencapai tujuan bersama. Terkait dengan

pendidikan, terdapat pula kepemimpinan pendidikan yang didefinisikan sebagai

suatu proses mempengaruhi, mengkoordinasi, dan menggerakan perilaku orang

lain serta melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih positif dalam

mengupayakan keberhasilan pendidikan.

Page 4: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

4 | K e p e m i m p i n a n

2.2 Keterampilan Kepemimpinan

Di dalam memimpin suatu organisasi, tentunya diperlukan juga keahlian atau

ketrampilan dari seorang pemimpin untuk mengkoordinasikan bawahannya.

Dengan adanya skill atau ketrampilan yang dimiliki oleh seorang pemimpin,

diharapkan tujuan dari organisasi dapat berjalan dan tercapainya tujuan yang

diharapkan.

Menurut Davis (1981:127), ketrampilan kepemimpinan dapat diidentifikasi

menjadi tiga kelompok yang meliputi :

1. Technical Skills

Dalam ketrampilan ini, pemimpin diharapkan mampu mengawasi dan

menilai pekerjaan sesuai dengan keahlian yang ditekuninya. Contohnya:

pemimpin pendidikan perlu menguasai cara-cara menyusun renstra,

seorang guru yang menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran perlu

mengetahui cara membuat silabus, memahami PBM, menguasai teknik

penilaian ( assesment ), dan sebagainya.

2. Human Skills

Pada ketrampilan ini, pemimpin harus mampu menjalin hubungan

kerjasama dengan orang lain dan dapat membangun relasi baik dalam

situasi formal maupun informal. Untuk membangun relasi yang baik harus

dikembangkan sikap resfek dan saling menghargai satu sama lain.

Contohnya : Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, seorang guru

tentunya menjalin interaksi dengan siswa dalam memberikan materi

pembelajaran. Dengan adanya interaksi tersebut, tujuan pemerintah dalam

meningkatkan mutu pendidikan akan tercapai. Dalam berorganisasi tingkat

mahasiswa, seorang pemimpin tentunya memerlukan kinerja dari

bawahannya dalam meningkatkan dan mewujudkan tujuan dari setiap

kegiatan yang dilakukan oleh organisasi tersebut. Maka dari itu, perlu

adanya hubungan relasi dan koordinasi yang baik antara pemimpin dengan

bawahannya.

3. Conceptual Skills

Pada ketrampilan ini, seorang pemimpin harus mampu memberikan solusi

yang tepat terhadap suatu persoalan yang dihadapi di dalam organisasi

Page 5: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

5 | K e p e m i m p i n a n

tersebut. Solusi yang diberikan pemimpin berasal dari pemikirannya yang

cerdas. Contohnya : misalkan seorang bawahan mengalami kesulitan atau

permasalahan dalam menjalankan suatu tugas dalam sebuah organisasi,

disinilah tugas dari seorang pemimpin untuk dapat memecahkan solusi

tersebut dengan pemikiran-pemikiran yang dimilikinya secara matang

serta rasional.

Selain itu, Tim Dosen MKDK (2006) menjelaskan bahwa pemimpin perlu

memiliki ketrampilan kepemimpinan yang meliputi :

1. Ketrampilan dalam memimpin

2. Ketrampilan dalam hubungan insan

3. Ketrampilan dalam proses kelompok

4. Ketrampilan dalam administrasi personil

5. Ketrampilan dalam menilai

2.3 Pendekatan Kepemimpinan

A. Pendekatan Teori Sifat Pemimpin

Dasar pemikiran dari teori ini adalah keberhasilan seorang ditentukan oleh

sifat-sifat atau watak, kualitas pribadi yang dimiliki seorang pemimpin.

Pemimpin yang memiliki ciri kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki

kualitas diri yang baik tercermin dari sifat-sifat atau watak. Biasanya

sifat/watak yang diharapkan anggota dari pemimpinnya adalah cerdas, bijak,

semngat, tanggung jawab, dan dapat dipercaya.

Dalam pendekatan kepemimpinan, terdapat beberapa sifat yang harus

dimiliki oleh pemimpin. Davis mengikhtisarkan 4 sifat utama yang dapat

mempengaruhi keberhasilan pemimpin yaitu (1) kecerdasan, (2) kedewasaan

dan keluasan hubungan sosial, (3) motivasi dan dorongan berprestasi, (4)

sikap-sikap hubungan manusiawi. Hicks dan Gullet menunjukkan adanya 8

sifat kepemimpinan yang harus dimliki pemimpin:

1. Bersikap adil

2. Memberikan sugesti (Suggesting)

3. Mendukung tercapainya tujuan (Supplying Objectives)

4. Katalisator (Catalysing)

Page 6: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

6 | K e p e m i m p i n a n

5. Menciptakan rasa aman ( Providing Security)

6. Sebagai wakil organisasi (Representing)

7. Sumber inspirasi (Inspiring)

8. Bersikap menghargai (Praising)

Sedangkan Ordway Tead memberikan pendapatnya mengenai peranan

pemimpin akan berhasil apabila memiliki 10 sifat kepemimpinan yang

meliputi :

1. Energi jasmaniah dan mental.

2. Kesadaran akan tujuan dan arah

3. Antusiame

4. Keramahan dan kecintaan

5. Integritas

6. Penguasaan Teknik

7. Ketegasan

8. Ketegasan dalam mengambil keputusan

9. Kecerdasan

10. Kepercayaan

B. Pendekatan Perilaku Pemimpin

Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari

pola tingkah laku, bukan dari sifat-sifat pemimpin karena sifat seorang

kadang menipu penglihatan sehingga sulit diidentifikasi secara pasti. Frielder

(Mintorogo, 1996) menyatakan bahwa menjadi seorang pemimpin tidak

hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi pemimpin karena

yang bersanggkutan berada pada tempat dan situasi yang tepat atau karena

berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang

keluarga dan kekayaan. Perilaku seorang pemimpin akan sangat dipengaruhi

oleh latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka.

Mintorogo (1996) menjelaskan bahwa perilaku kepemimpinan merupakan

tindakan-tindakan spesifik seorang pemimpin dalam mengarahkan dan

mengkoordinasikan kerja anggota kelompoknya. Perilaku kepemimpinan

dapat dipelajari, sebagaimana yang dikatakan oleh Hoy dan Miskel (1982).

Page 7: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

7 | K e p e m i m p i n a n

Ini menjadikan dasar pemikiran bahwa individu yang dilatih dalam perilaku

kepemimpinan secara memadai akan mampu memimpin secara lebih efektif.

Perilaku kepemimpinan dapat diidentifikasi dari dua aspek yaitu dari

fungsi kepemimpinan yang dijalankan dan dari gaya yang ditunjukkan

pemimpin.

1. Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan akan terjadi secara efektif apabila pemimpin dapat

menjalankan dua fungsi utama yaitu fungsi pemecahan masalah (yang

berkaitan dengan tugas) dan fungsi sosial (yang berkaitan dengan

pembinaan kelompok). Fungsi tugas memudahkan dan

mengkoordinasikan usaha kelompok dan memilih, mendefinisikan, dan

memecahkan masalah bersama. Fungsi social membantu kelompok

berjalan lebih lancar, menengahi perbedaan pendapat, meredam

konflik, dan dapat memancarkan persaan hangat dan empatik kepada

anggota.

2. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah norma atau dapat juga diartikan sebagai

pola perilaku dalam memperagakan kepemimpinannya. Terdapat dua

jenis gaya kepemimpinan, yaitu gaya dengan orientasi tugas dan gaya

dengan orientasi pada anggota. Gaya kepemimpinan yang berorientasi

pada tugas ingin pekerjaan selesai dengan memuaskan, tepat waktu,

dan sempurna sehingga ia betul-betul mengendalikan pegawai agar

konsisten dan serius dalam pekerjaannya, bahakan kadang-kadang

pemimpin tidak mau tahu dengan urusan pribadi karyawannya.

Sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada anggota

melaksanakan kepemimpinannya dengan berupaya memberikan

dorongan semangat, membimbing, dan mengarahkan secara empatik

dan memberikan kepercayaan kepada anggota untuk melaksanakan

suatu pekerjaan dengan karyanya sendiri.

a. Gaya Dasar Kepemimpinan

Terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang sering muncul

dikalangan pemimpin.

Page 8: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

8 | K e p e m i m p i n a n

1. Otoriter, adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada

kekuasaan dan kepatuhan anggota secara mutlak. Pemimpin

menjadi penguasa absolute yang selalu mendikte anggotanya untuk

melaksanakan sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Ia tidak senang

didebat, tidak suka meminta pendapat anggota, yang ia sukai

adalah anggota melaksanakan tugas-tugas berdasarkan perintahnya

secara patuh tanpa banyak protes.

2. Pseudo Demokratis, adalah gaya kepemimpinan yang menekankan

pada penciptaan situasi yang member kesan demokratis, padahal

pemimpin sangat pandai menggiring pikiran/ide anggota untuk

mengikuti kehendaknya. Seringkali pemimpin mengadakan rapat

dan diskusi untuk meminta pendapat anggota, padahal ia sudah

memiliki pendapat sendiri yang akan dipakai dalam kebijakannya.

3. Laissez Faire, adalah gaya kepemimpinan yang tidak menunjukkan

kemampuan memimpin karena ia membiarkan organisasi dan

anggota melaksanakan kegiatannya masing-masing tanpa dalam

satu arah kebijakan yang jelas dari pemimpin.

4. Demokratis, adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada

hubungan interpersonal yang baik. Ia mengharapakan para anggota

organisasi berkembang sesuai potensi masing-masing. Untuk itu

pemimpin berupaya membimbing, mengarahkan dengan

mempartisipasikan dalam kegiatan dan mengakui karya mereka

secara proporsional.

b. Teori X dan Teori Y

Teori X dan teori Y dari McGregor adalah suatu kumpulan

anggapan tentang sifat-sifat manusia yang dikategorikan menjadi dua,

yaitu manusia tipe X dan manusia tipe Y. Kepemimpinan yang

didasarkan pada teori ini adalah gaya kepemimpinan yang dipengaruhi

oleh anggapan seorang pemimpin tentang sifat dasar manusia.

Manusia X dianggap sebagai manusia yang memiliki pembawaan

yang kurang baik karena ia malas bekerja dan tidak ada motivasi untuk

Page 9: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

9 | K e p e m i m p i n a n

berprestasi. Sedapat mungkir ia hindari pekerjaan dan hindari tanggung

jawab dalam pekerjaan. Walaupun begitu mereka sangat menginginkan

kesejahteraan dan jaminan hidup. Agar manusia X ini mau melakukan

kerja maka harus dipaksa, diarahkan, dan bahkan diancam kalau tidak

melakukan akan dikenai sanksi yang tegas. Gaya kepemimpinan yang

cocok diterapkan untuk manusia X adalah gaya otoriter.

Manusia Y sebaliknya, ia adalah manusia yang memiliki tanggung

jawab dan tidak ingin membuat citra diri negative dengan tidak

terealisasikannya tugas tanggung jawab. Kerja adalah bentuk

aktualisasi diri sehingga ia akan berupaya melaksanakannya dengan

professional. Gaya kepemimpinan yang cocok diterapkan pada

manusia Y adalah gaya demokratis.

c. Sistem Manajemen Rensis Likert

Rensis Likert dalam penelitiannya menemukan bahwa pemimpin

yang berorientasi pada anggota mempunyai semangat kerja dan

produktifitas lebih baik daripada yang berorientasi pada pekerjaan.

Berdasarkan dua kategori gaya dasar tersebut, disusun model empat

tingkatan efektifitas manajemen.

1. Sistem 1, pemimpin membuat keputusan sendiri tentang

pekerjaan dan memerintah anggota untuk melaksanakannya

berdasarkan standard dan metode yang telah ditetapkan.

2. Sistem 2, Pemimpin membuat keputusan sendiri dan

memerintahkannya pada anggota tetapi sudah mulai member

kebebasan kepada anggota untuk memberikan komentar

terhadap perintah-perintah. Dalam batas tertentu, anggota

diberikan fleksibelitas dalam melaksanakan tugas-tugas.

3. Sistem 3, pemimpin membuat keputusan dan perintah setelah

dilakukannya diskusi. Pelaksanaan tugas dapat dilakukan

berdasarkan cara anggota sendiri. Penghargaan diberikan untuk

memotivasi kerja anggota.

Page 10: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

10 | K e p e m i m p i n a n

4. Sistem 4, pemimpin telah melibatkan anggota dalam

kepemimpinannya. Anggota dipasrtisipasikan secara penuh dan

diberikan kepercayaan untuk bersama-samamengembangkan

organisasi. Penghargaan terhadap anggota tidak semata-mata

dalam bentuk fisik tapi juga aktualisasi diri.

d. Kisi-kisi Manajerial Blake and Mouton

Gaya kepemimpinan dapat berorientasi pada anggota organisasi

dan pada produksi serta kombinasi antara kedua ekstrim. Blake dan

Mouton mengembangkannya dalam kisi-kisi manajerial yaitu suatu

diagram yang mengukur perhatian relative seorang pemimpin terhadap

manusia dan produksi.

e. Studi Ohio State

Penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University

mengidentifikasi dua kelompok perilaku yang mempengaruhi

efektifitas kepemimpinan yaitu struktur kepemrakarsaan yang

berorientasi pada tugas dan pertimbangan yang berorientasi pada

manusia. Kepemrakarsaan menuntut pemimpin melakukan pengaturan

organisasi mulai dari penetapan arah sampai dengan berbagai prosedur

kerja. Sedangkan pertimbangan menggambarkan hubungan yang

hangat antara pemimpin dan anggota organisasi.

Gaya kepemimpinan yang efektif adalah tingkat pertimbangan

yang tinggi. Pemimpin yang memberikan tingkat pertimbangan yang

tinggi menimbulkan kepuasan pada karyawan sedangkan struktur

pemrakarsaan dan tingkat pertimbangan rendah menyebabkan banyak

karyawan yang mengeluh dan mengingkan adanya rotasi.

f. The 3D Theory oleh W.J Reddin

W.J. Reddin membagi gaya kepemimpinan dengan tiga orientasi

yaitu task oriented, relationship oriented, dan effectiveness oriented.

Kemudian pembagian ini dikenal sebagai Teori 3 Dimensi atau The 3-

Page 11: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

11 | K e p e m i m p i n a n

D Theory. Tiga jenis orientasi tersebut menghasilkan delapan gaya

kepemimpinan, yaitu sebagai berikut.

1. The Deserter, tidak terlihat adanya perhatian dan pelaksanaan

terhadap tiga orientasi kepemimpinan.

2. The Bureaucrat, pemimpin yang hanya mempunyai sifat efektif

saja dengan orientasi tugas yang rendah.

3. The Missionary, pemimpin yang hanya menunjukkan orientasi

kepada hubungan saja sedangkan orientasi tugas dan keefektifan

organisasi rendah.

4. The Development, pemimpin yang menekankan efektivitas

organisasi dengan orientasi hubungan yang tinggi dan orientasi

tugas yang rendah.

5. The Autocrat, pemimpin yang hanya menekankan pada tugas,

sangat kurang memperhatikan karyawan dan efektivitas organisasi.

6. The Benevolent Autocrat, pemimpin yang menekankan pada

efektivitas organisasi dengan orientasi tugas cukup tinggi

sedangkan orientasi hubungan yang rendah.

7. The Compromiser, pemimpin yang kurang memperhatika

efektivitas pekerjaan tetapi mempunyai orientasi tugas dan

hubungan yang memadai.

8. The Executive, pemimpin yang melaksanakan ketiga orientasi

kepemimpinan.

C. Pendekatan Kontingensi

Studi kepemimpinan yang disebut pendekatan kontingensi merupakan suatu

studi kepemimpinan yang hakikatnya berusaha memenuhi jawaban atas

pertanyaan what makes the leader effective. Bahwa yang membuat kepemimpinan

itu efektif bukan hanya karena keberadaan pemimpinnya itu sendiri tetapi ada

variable lain yang turut menentukan.

Menurut Blanchard (1995) terdapat beberapa factor yang mempengaruhi

efektivitas kepemimpinan, yaitu (1) kepribadian, pengalaman masa lalu dan

harapan pemimpin, (2) harapan dan perilaku atasan, (3) tuntutan tugas yang

Page 12: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

12 | K e p e m i m p i n a n

diberikan, (4) harapan dan perilaku rekan, (5) karakteristik, harapan, dan perilaku

bawahan, (6) kultur dan kebijaksanaan organisasi.

Para pemimpin tidak dapat meiliki seluruh sifat baik yang dipersyaratkan

pendekatan sifat dan juga tidak dapat berharap satu gaya dapat efektif untuk

semua situasi. Situasi dan kondisi yang dihadapi pemimpin mengharuskan

pemimpin menerapkan perilaku yang berbeda-beda dari satu situasi ke situasi lain.

Pola perilaku berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Hersey,

Blanchard, dan Fielder adalah penganut teori pendekatan kontingensi dengan

mengembangkan kepemimpinan model situasional.

1. Model Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard

Menurut model ini, kepemimpinan yang paling efektif adalah sesuai dengan

kematangan anggota organisasi. Kematangan diartikan sebagai kesiapan

anggota organisasi dalam menerima tanggung jawab dan tugas serta memiliki

motivasi untuk berprestasi. Aplikasi model ini adalah pada hubungan

pemimpin dengan anggota dimana pemimpin menyesuaikan dengan

perkembangan dan kematangan anggota dengan mengikuti fase daur hidup.

Berdasarkan fase daur kehidupan, seorang pemimpin perlu mengubah gaya

kepemimpinan sesuai dengan perkembangan setiap tahap kematangan hidup

anggota.

a. Tipe Direktif (Telling), pemimpin menjadi seorang pengambil keputusan

dan memberikan komando kepada anggota untuk melaksanakan tugas.

Komunikasi hanya bersifat satu arah yaitu dari pemimpin yang

memberikan perintah kepada anggota yang menerima perintah.

b. Tipe Konsultatif (Selling), pemimpin sudah mulai membuka komunikasi

dua arah. Walaupun demikian, keputusan masih tetap berada pada

tanggung jawab pemimpin.

c. Tipe Partisipatif, pemimpin mulai melibatkan anggota dalam pengambilan

keputusan. Pemimpin percaya bahwa anggota organisasi sudah memiliki

kematangan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Pemimpin membangun komunikasi dua arah yang berlandaskan resfek dan

kepercayaan.

Page 13: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

13 | K e p e m i m p i n a n

d. Tipe Delegatif, pemimpin melakukan sharing authority kepada anggota

untuk melaksanakan tugas organisasi. Pemimpin percaya bahwa anggota

organisasi lainnya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan

mengambil keputusan yang tepat jika diberikan kepercayaan dan tanggung

jawab.

2. Model Kepemimpinan Situasional Fred E. Fiedler

Fiedler berpendapat bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang cocok

untuk seluruh situasi. Namun juga tidak mudah mengganti gaya

kepemimpinan dari satu situasi ke sittuasi lainnya. Hal ini tergantung pada

motivasi seorang pemimpin. Fiedler beranggapan bahwa, (1) gaya

kepemimpinan sangat ditentukan oleh motivasi pemimpin, (2) kelompok akan

menjadi efektif apabila terjadi hubungan antara gaya kepemimpinan yang

sesuai dengan situasi kelompok yang menyenangkan.

D. Perubahan Sosial dan Gaya Kepemimpinan

Perjalanan hidup manusia mengisyaratkan adanya perubahan yang terus

menerus, sehingga filsafat “Perubahan merupakan sesuatu yang kekal” menjadi

karakteristik tetap dalam kehidupan manusia dan mahluk lainnya (the onlything of

permanent is change).

Perubahan sosial sebagaimana sifatnya yang abadi, akan selalu terjadi dan

pasti terjadi. Demikian pula halnya poda organisasi sebagai organisasi terbuka

yang memiliki cirri kumpulan orang-orang yang bekerja secara sinergi untuk

mencapai tujuan bersama, mengalami teori perubahan organisasi mulai dari

orientasi, teknologi, struktur, dan menejemennya. Margulies (1978:4) berpendapat

bahwa

Perubahan sosial yang sedang terjadi dan yang akan terjadi, sangat

mempengaruhi keadaan dan kehidupan organisasi. Hal itu antara lain

mencakup, 1) Perubahan peran dan tujuan organisasi 2) membesar dan makin

kompleksnya organisasi 3) Penggunaan teknologi yang lebih maju, 4)

Adanya bentuk organisasi baru, 5) Perubahan pandangan terhadap manusia.

Benis (1966) berpendapat bahwa “Perubahan itu akan memberikan pengaruh

yang kuat terhadap iklim organisasi”. Tilaar (1993:13) menunjukkan enam

Page 14: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

14 | K e p e m i m p i n a n

komponen yang akan menentukan pengembangan perubahan, dan keberhasilan

kegiatan, yaitu 1) adanya suatu visi yang jelas, 2) misi, 3) merencanakan, 4)

sumber daya 5) keterampilan professional dan 6) motivasi dan insentif.

Salah satu perubahan yang mendasar dalam organisasi pendidikan adalah

system manajemen yang sentralistik diganti dengan system manajement

desentralistik melalui Undang-Undang No 22 Tahun 1999 yang direvisi menjadi

Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menuntut

perubahan berbagai komponen dalam organisasi juga gaya kepemimpinan.

Artinya, dalam situasi yang tak menentu, penuh dengan perubahan dan

ketidakpastian diperlukan keahlian manajerial yang baik dan sekaligus dapat

mengembangkan keahliannya dalam bidang kepemimpinan.

Keahlian manajerial dengan kepemimpinan merupakan dua peran yang

berbeda. Seorang manajer yang baik adalah seorang yang mampu menangani

kompleksitas organisasi, dia adalah ahli perencanaan startegik dan operasional

yang hebat dan jujur, mampu mengorganisasikan aktivitas organisasi secara

terkoordinasi, dan mampu mengevaluasi secara reliable dan valid. Sedangkan

seorang pemimpin yang efektif mampu membangun motivasi staf, menentukan

arah, menangani perubahan secara benar dan memjadi katalisator yang mampu

mewarnai sikap dan perilaku staf. Dua peran ini dalam organisasi semestinya

seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, karena tanpa keahlian

manajerial, seorang pemimpin akan kesulitan menetapkan langkah-langkah kerja

rasional yang didasari oleh nilai-nilai teoritik pengembangan organisasi.

Sebaliknya jika seorang seorang manajer tidak memiliki sifat kepemimpinan,

maka lambat laun organisasi akan kehilangan pamornya karena tidak ada orang

yang akan dijadikan rujukan, member inovasi, dan menentukan arah organisasi.

Artinya dalam iklim organisasi yang “turbulance”, tidak cukup dengan langkah

kerja yang teliti, rasional, sistematis dan terprogram secara baik diperlukan

keahlian untuk mendorong para personil untuk bekerja penuh semangat, menjadi

katalisator yang mampu berperan mewarnai sikap dan perilaku orang kearah lebih

baik.

Era desentralisasi adalah era perubahan yang memberikan peluang besar

kepada para pemimpin mengembangkan nilai-nilai kepemiminan. Pada era ini

Page 15: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

15 | K e p e m i m p i n a n

sebagai tantangan dan ancaman yang datang silih berganti memerlukan

ketangguhan sikap dan kecerdasan menangkap peluang dan merancang masa

depan. Oleh karena itu, diperlukan pemimpin yang yang sesuai dengan kondisi

yang memiliki komitmen yang berkualitas dan selalu memperbaharuinya sesuai

dengan tuntutan stakeholders. Di dalam era desentralisasi ini terdapat tiga jenis

kepemimpinan yang dipandang representative, dan kepemimpinan visioner.

Ketiga kepemimpinan ini memiliki titik konsentrasi yang khas sesuai dengan jenis

permasalahan dan mekanisme kerja yang disodorkan.

a. Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan yang transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan

kepada tugas yang diemban bawahannya. Pemimpin adalah seseorang yang

mendisain pekerjaan beserta mekanismenya dan staf adalah seseorang yang

melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian. Peran

kepemimpinan transaksional lebih condong kepada peran sebagai manajer, karena

ia sangat terlibat pada aspek-aspek procedural manajerial yang metodelogis dan

fisik. Krena system kerja yang jelas merujuk pada tugasyang diemban dan

imbalan yang diterima sesuai dengan derajat pengorbanan dalam pekerjaan, maka

kepemimpinan transaksional sesuai diterapkan ditengah-tengah staf yang belum

matang dan menekankan pada pelaksanaan tugas untuk mendapatkan intensif

bukan pada aktualisasi diri. Oleh karena itu kepemimpinan transaksional

dihadapkan pada orang-orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi

sandang, pangan, dan papan.

Kepemmpinan ini tidak mengembangkan pola hubungan “laissez fair” atau

menentukan personil untuk menentukan sendiri pekerjaannya, karena

dikawatirkan dengan keadaan personil yang perlu pembinaan pola ini dapat

menyebabkan mereka menjadi pemalas dan tidak jelasmengerjakan apa. Adapun

pola hubungan yang dikembangkan dalam pola kepemimpinan transaksional

adalah berdasarkan suatu system timbal balik (transaksi) yang sangat

menguntungkan (mutual system of reinforcement) yaitu pemimpin memahami

kebutuhan dasar para pengikutnya dan pemimpin menemukan penyelesaian cara

kerja dari orang-oran tersebut.

Page 16: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

16 | K e p e m i m p i n a n

Pemimpin transaksional ini merancang pekerjaan sedemikian rupa yang

disesuaikan dengan jenis dan jenjang jabatannya dan melakukan interaksi atau

hubungan mutualistik. Hoover (1991) dan Leitwood (1992) menjelaskan dengan

skematik model kepemmpinan transaksional sebagaimana ditunjukkan melalui

gambaran berikut:

Gambar Gaya Kepemimpinan Transaksional

Dalam teori X-Y McGregor, yaitu manusia yang berupaya menghindari

pekerjaan apabila ada kesempatan untuk itu, sehingga apabila dibiarkan mereka

akan merasa senang tanpa adanya pekerjaan atau tanggung jawab. Pemimpin

dalam praktek operasionalnya harus senantiasa mengontrol, mengarahkan dan jika

perlu memberikan ancaman, dalam upaya untuk memaksa individu menjadi

produktif.

Dalam melaksanakan peran kepemimpinannya, para pemimpin transaksional

percaya bahwa orang cendrung lebih senang diarahkan, menjadi pekerja yang

ditentukan prosedurnyadan pemecahan masalahnya daripada harus memikul

sendiri tanggungjawab atas segala tindakan dan keputusan yang diambil. Oleh

Pemimpin mengidentifikasi apa yang mesti

dikerjakan bawahannya untuk mencapai hasil

yang ingin dicapai.

Pemimpin mengidentifikasi apa yang

dibutuhkan bawahannya.

Pemimpin memperjelas peran bawahan. Pemimpin memperjelas bagaimana

kebutuhan bawahan akan dipenuhi, sebagai

imbalan atas apa yang dikerjakannya peran

dalam pencapaian hasil yang di targetkan

Bawahan merasa mampu memenuhi tuntutan

atas peranannya tersebut (probabilitas,

keberhasilan yang subjektif)

Bawahan menganggap imbalan tersebut

sepadan dengan pencapaian hasil.

Bawahan termotivasi untuk meraih

hasil yang diinginkan tersebut

(expected effort)

Page 17: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

17 | K e p e m i m p i n a n

karena itu, para bawahan pada iklim transaksi tidak cocok diserahi anggungjawab

merancang pekerjaan secara inisiatif atau pekerjaan yang menuntut prakarsa.

Kepemimpinan transional juga dipandang sebagai contingent reinforcement

atau dorongan kontingen dalam bentuk reward dan punishment yang telah

disepakati bersama dalam kontrak kerja, bahwa manakala para staf menunjukkan

keberhasilan ataupun kemajuan dalam mencapai sasaran target yang diharapkan,

mereka mendapatkan contingent positif berupa imbalan (reward). Namun, apabila

staf menunjukkan kinerja sebaliknya, yaitu menunjukkan kegagalan atau

ditemukan berbagai kesalahan, maka didorong dengan kontingen nengatif atau

aversif dapat dikenakan hukuman (punishment) yang juga telah disepakati.

Pemimpin bercirikan transaksi, enggan membagi pengetahuan kepada staf

karena menganggap pengetahuan tersebut dapat dijadikan alat koreksi atau

menjadi pengkritik moral yang kuat bagi perbaikan iklim kerja yang terlalu

berorientasi tugas dan sedikit mengabaikan aspek-aspek kepribadian manusia.

b. Kepemimpinan Transformasional

Di era desentralisasi ini banyak pakar dan peneliti di bidang kepemimpinan

mengungkapkan bahwa tipe kepemimpinan yang sesuai untuk mengurangi banyak

kebijakan baru adalah tipe transformative. Hal ini berkaitan dengan

perkembangan zaman pengetahuan yang harus diinformasikan secara

komperhensif dan intensif pada bawahan. Luthans (2002:576) menegaskan bahwa

karakteristik pemimpin Abad XXI adalah:

1. Innovates (menciptakan sesuatu yang baru)

2. An Original (asli dari pemimpin)

3. Develops (mengembangkan)

4. Focuses on people (terkonsensentrasi pada manusia)

5. Inspires trust (menghidupkan rasa percaya)

6. Long range perspective (memiliki jangka panjang persefektif)

7. Asks what and why (ia menanyakan apa dan mengapa)

8. Eye on the horizon (berpandangan sama pada sesamanya)

9. Originates (memiliki keaslian)

10. Challenges the status quo (menentang kemapanan)

Page 18: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

18 | K e p e m i m p i n a n

11. Own person (mengakui tanggungjawab ada pada pemimpin)

12. Does the right thing (mengerjakan yang bener)

Karakteristik tersebut sejalan dengan kemajuan pemikiran dan teknologi yang

mempengaruhi perilaku orang-orang termasuk prilaku kepemimpinan.

Kepemimpinan Transformasional hadir menjawab tantangan zaman yang penuh

dengan perubahan. Zaman yang dihadapi saat ini bukan zaman dimana manusia

menerima segala apa yang yang menimpanya, tetapi dapat mengkritik dan

meminta yang layak dari apa yang diberikannya secara kemanusiaan. Bahkan

dalam terminology motivasi Maslow, manusia di era ini adalah manusia yang

memiliki keinginan mengaktualisasikan dirinya, yang berimplikasi pada bentuk

pelayanan dan penghargaan terhadap manusia itu sendiri.

Kepemimpinan Transformasional tidak saja didasarkan pada kebutuhan akan

penghargaan diri, tetapi menumbuhkan kesadaran pada pemimpin untuk berbuat

yang terbaik sesuai dengan kajian perkembangan manajemen dan kepemimpinan

yang memandang manusia dan kinerja serta pertumbuhan organisasi adalah sisi

yang paling berpengaruh.

Istilah transformasi adalah “How the resources are transformed into one

another”, transformasi mengandung makna “menjadikan orang yang dipimpin

sebagai seorang pemimpin”, menimbulkan kepemimpinan kepada yang dipimpin.

Suatu proses edifikasi untuk menjadi seorang pemimpin dengan kemampuan

“menularkan” kemampuan kepemimpinan pada orang-orang disekitarnya. Burns

(1978) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses

yang pada dasarnya “Para pemimpin dan pengikut saling menaikan diri ketingkat

moralitas dan motivasi yang lebih tinggi”. Para pemimpin adalah seseorang yang

sadar akan prinsip perkembangan organisasi dan kinerja manusia, sehingga ia

berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui

pemotivasian terhadap staf dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-

nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, bukan didasarkan

atas emosi, seperti halnya keserakahan, kecemburuan atau kebencian.

Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan yang

jauh kedepan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan

untuk saat ini saja tapi dimasa datang. Oleh karena itu, pemimpin

Page 19: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

19 | K e p e m i m p i n a n

transformasional adalah pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang

visioner. Pemimpin transformasional adalah agen perubahan, dan bertindak

sebagai katalisator yaitu yang memberi peran mengubah system kearah yang lebih

baik. Katalisator adalah sebutan lain untuk pemimpin tranformasional karena ia

berperan meningkatkan segala Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Berusaha

memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat dan

semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan.

Menurut Covey (1989) dan Peters (1992) seorang pemimpin transformasional

memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistic tentang bagaimana

organisasi di masa depan ketika semua tujuan dan sasarannya telah tercapai. Inilah

yang menegaskan bahwa pemimpin transformasional adalah pemimpin yang

mendasarkan dirinya pada cita-cita di masa depan, terlepas apakah visinya itu

visioner dalam arti diakui oleh semua orang sebagai visi yang hebat dan

mendasar.

Seorang pemimpin transformasional memandang nilai-nilai organisasi sebagai

nilai-nilai luhur yang perlu dirancang dan ditetapkan oleh seluruh staf sehingga

para staf memilikinya dan komitmen dalam pelaksanaannya. Sergiovanni

(1990,21) berargumentasi bahwa makna simbolis dari tindakan seorang pemimpin

transformasional adalah lebih penting dari tindakan actual. Nilai-nilai dasar yang

terpenting dan dijunjung tinggi pemimpin adalah segala-galanya dan dapat

dijadikan rujukan untuk dijadikan nilai-nilai dasar organisasi (basic values) yang

dijunjung oleh seluruh staf.

Menjadi tugas pemimpin untuk mentransportasikan nilai organisasi untuk

membantu mewujudkan visi organisasi. Seorang transformasional adalah sorang

yang mempunyai keahlian diagnosis, dan selalu meluangkan waktu dan

mencurahkam perhatian dalam upaya untuk memecahkan masalah dari berbagai

aspek.

Bass dan Aviolo (1994) mengusulkan empat dimensi dalam kadar

kepemimpinan transformasional dengan konsep “4I” yang artinya:

1. “I” pertama adalah idealized influence (Kharisma), yang dijlaskan sebagai

prilaku yang menghasilkan rasa hormat (respect) dan rasa percaya diri

(trust) dari orang yang dipimpinnya. Idealized influence mengandung

Page 20: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

20 | K e p e m i m p i n a n

makna saling berbagi resiko, melalui pertimbangan atas kebuuhan para

staf, di atas kepentingan pribadi, dan perilaku moral secara etis.

2. “I” yang kedua adalah Inspirational Motivation, tercermin dalam perilaku

yang senantiasa menyediakan tantangan bagi pekerjaan yang dilakukan

staf dan memperhatikan maknapekerjaan bagi staf. Pemimpin

menunjukkan atau mendemontrasikan komitmen terhadp sasaran

organisasi melalui prilaku yang dapat diobservasi para staff Pemimpin

adalah seorang motivator yang bersemangat untuk terus membangkitkan

antusiasme dan optimisme staff.

3. “I” ketiga adalah Intellectual Stimulation. Pemimpin yang

mendemontrasikan tipe kepemimpinan senantiasa menggali ide-ide baru

dan solusi yang kreatif dari orang-orang yang dipimpinnya, ia selalu

mendorong pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan. Sikap dan

perilaku kepemimpinannya didasarkan pada ilmu pengetahuan yang

berkembang dan secara intelektual ia mampu menerjemahkannya dalam

bentuk kinerja yang produktif.

4. “I” keempat Individualized Consideration, yang direfleksikan oleh

pemimpin yang selalu mendengarkan penuh perhatian, dan memberikan

perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan kebutuhan dari para staf.

5. Kepemimpinan transformasional dapat dipandang secara makro dan

mikro, kepemimpinan transformasional sebagai proses mempengaruhi

antar individu, sementara secara makro merupakan proses memobilisasi

kekuatan untuk mengubah system social dan mereformasi kelembagaan.

c. Kepemimpinan Visioner

1. Kensepsi Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan yang relavan dengan tuntutan “school based

management” dan didambakan bagi kualitas pendidikan adalah

kepemimpinan yang memiliki visi (visionary leadership) yaitu

kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa

depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan yang unggul

dan menjadi penentu Arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih

Page 21: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

21 | K e p e m i m p i n a n

yang provesional dan dapat membimbing personil lainnya ke arah

profesionalisme kerja yang diharapkan.

Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta,

merumuskan, mengkomunikasikan/mensosialisasikan/mentransformasikan dan

mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau

sebagai hasil interaksi social diantara anggota organisasi dan stakeholders yang

diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau

diwujudkan melalui komitmen semua personil.

a. Visionary Leadership Harus Memahami Konsep Visi.

Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa depan orgininisasi yang

merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi yang menciptakan

budaya dan prilaku organisasi yang maju dan antisipasif terhadap

persaingan global sebagai tantangan zaman. “Visionary leadership”

adalah visi kepemi mpinan yang arus dimiliki berdasarkan rambu-rambu

tersebut diatas untuk mewujudkan sekolah yang bermutu.

b. Visionary Leadership Harus Memahami Karakteristik dan Unsur Visi.

Suatu visi memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) memperjelas arah

dan tujuan, mudah di mengerti dan diartikulasikan, (2) mencerminkan cita-

cita yang tinggi dan menetapkan standard of excellence, (3

menumbuhkan inspirasi, semangat, kegairahan dan komitmen, (4)

menciptakan makna bagi anggota organisasi, (5) merefleksikan keunikan

atau keistimewaan organisasi, (6) menyiratkan nilai-nilai yang dijunjung

tinggi oleh organisasi, (7) konstektual dalam arti memperhatikan secara

seksama hubungan organisasi dengan lingkungan dan sejarah

perkembangan organisasi yang bersangkutan.

c. Visionary Leadership Harus Memahami Tujuan Visi.

Visi yang baik memiliki tujuan utama yaitu: (1) memperjelas arah umum

peubahan kebijakan organisasi, (2) memotivasi kayawan untuk bertindak

dengan arah yang benar, (3) membantu proses mengkoordinasikan

tindakan-tindakan tertentu dari orang yang berbeda-beda.

Page 22: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

22 | K e p e m i m p i n a n

2. Langkah –langkah Visionary leadership

Visi harus disegarkan sehingga tetap sesuai dan sepadan perubahan –

perubahan yang terjadi dilingkungan. Karena itu visi dalam konteks ini

merupakan atribut utam seorang pemimpin. Adalah tugas dan tanggung jawab

pimpinan untuk melahirkan, memelihara, mengembangkan, menerapkan, dan

menyegarkan visi agar tetap memiliki kemampuan untuk memberikan respon

yang tepat dan cepat terhadap berbagai permasalahan dan tuntutan yang di hadapi

organisasi. Jelaslah bahwa visi itu ternyata berproses, dapat direkayasa, dan

ditumbuhkembangkan.

a. Penciptaan Visi

Visi tercipta dari hasil kreatifitas pikir pemimpin sebagai refleksi

propesionalisme dan pengalaman pribadi atau sebagai hasil elaborasi

pemikiran mendalam dengan pengikut / personil lain berupa ide-ide ideal

tentang cita-cita organisasi di masa depan yang ingin diwujudkan bersama.

b. Perumusan Visi

Kemampuan membangun kepercayaan melalui komunikasi yang intensif

dan efektif sebagai upaya shared vision pada stakeholders, sehinga

diperoleh sense of belonging and sense of ownership.

c. Transformasi Visi

Implementasi Visi merupakan kemampuan pemimpin dalam menjabarkan

dan menterjemahkan visi ke dalam tindakan. Visi merupakan peluru bagi

kepemimpinan visioner. Visi berperan dalam menentukan masa depan

organisasi apabila diimplementasikan secara komprehensif.

Kepemimpinan yang bervisi bekerja dalam empat pilar menurut Nanus

(2001) yaitu meliputi : (1) Penentu Arah, (2) Agen Perubahan, (3) Juru

Bicara, (4) Pelatih Dan Komunikator.

d. Implementasi Visi

Implementasi Visi merupakan kemampuan pemimpin dalam menjabarkan

dan menterjemahkan visi ke dalam tindakan. Visi merupakan peluru bagi

kepemimpinan visioner. Visi berperan dalam menentukan masa depan

organisasi apabila diimplementasikan secara komprehensif.

Kepemimpinan yang bervisi bekerja dalam empat pilar menurut Nanus

Page 23: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

23 | K e p e m i m p i n a n

(2001) yaitu meliputi : (1) Penentu Arah, (2) Agen Perubahan, (3) Juru

Bicara, (4) Pelatih Dan Komunikator.

Sifat-sifat seorang visioner, selain mampu melihat dan memanfaatkan

peluang-peluang di masa depan juga memiliki prinsip kepemimpinan seperti yang

dikemukakan Stephen R.Covey (1997:27-37) tentang pemimpin yang berprinsip,

dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Selalu belajar ( terus menerus )

2. Berorientasi pada pelayanan

3. Memancarkan energi positif

Page 24: Kepemimpinan - Dana Santika - Fisika - Undiksha

24 | K e p e m i m p i n a n

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Kepemimipinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan

menanamkan keyakinan kepada anggota organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi tersebut. Begitupula dalam dunia pendidikan, kepemimpinan

pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi,

mengkoordinasi, dan menggerakan perilaku orang lain serta melakukan suatu

perubahan ke arah yang lebih positif dalam mengupayakan keberhasilan

pendidikan atau tujuan pendidikan.

Setiap pemimpin perlu memiliki berbagai ketrampilan kepemimpinan yang

dapat menjadikan panutan pada setiap bawahannya yaitu, pemimpin memiliki

ketrampilan dalam memimpin, pemimpin memiliki ketrampilan dalam hubungan

insan, pemimpin memiliki ketrampilan dalam proses kelompok, pemimpin

memiliki ketrampilan dalam administrasi personil, dan pemimpin memiliki

ketrampilan dalam menilai (Tim Dosen MKDK;2006).

Seorang pemimpin memiliki sifat dan sikap yang perlu menjadi panutan setiap

orang (bawahannya). Adapun cara yang dilakukan untuk menggali suatu sikap dan

sifat seorang pemimpin (pendekatan kepemimpinan), yaitu pendekatan teori sifat

pemimpin, pendekatan perilaku pemimpin, pendekatan kontingensi, dan

pendekatan perubahan sosial dan gaya kepemimpinan.

3.2 Saran

Jiwa kepemimpinan itu perlu dipupuk dan dikembangkan pada setiap diri

manusia, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Seorang pemimpin wajib

memiliki sifat kepemimpinan yan ideal. Diharapkan Negara Indonesia memiliki

pemimpin yang tangguh dan dapat mengayomi setiap warga maupun anggotanya,

mengingat jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,

pengikut mengikuti.