Kemiskinan

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Kemiskinan dapat mengganggu kesejahteraan masyarakat, dan itu sangat tampak dari adanya rumah kumuh yang ada di pinggiran sungai. Dan itulah yang terjadi sekarang ini, bahwa kemiskinan sekarang ada dimana-mana. Kemiskinan hal yang sudah menjadi perbincangan yang tak habis- habisnya di Indonesia. Banyak rakyat yang menderita karena kemiskinan yang tak kunjung berakhir dari negara ini. Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hampir di setiap sudut kota. Jika pemerintah tidak mengatasi masalah kemiskinan secepat mungkin, mungkin kemiskinan akan bertambah terus-menerus. Kemiskinan tidak hanya berdampak bagi para penduduk miskin tetapi juga 1

description

pengertian kemiskinan, angka kemiskinan di indonesia

Transcript of Kemiskinan

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangKemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Kemiskinan dapat mengganggu kesejahteraan masyarakat, dan itu sangat tampak dari adanya rumah kumuh yang ada di pinggiran sungai. Dan itulah yang terjadi sekarang ini, bahwa kemiskinan sekarang ada dimana-mana. Kemiskinan hal yang sudah menjadi perbincangan yang tak habis-habisnya di Indonesia. Banyak rakyat yang menderita karena kemiskinan yang tak kunjung berakhir dari negara ini. Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hampir di setiap sudut kota.Jika pemerintah tidak mengatasi masalah kemiskinan secepat mungkin, mungkin kemiskinan akan bertambah terus-menerus. Kemiskinan tidak hanya berdampak bagi para penduduk miskin tetapi juga berdampak bagi warga sekitarnya karena kemiskinan juga dapat meningkatkan tindakan kriminalitas.Dengan tingginya angka kemiskinan di Indonesia, maka hal ini menjadi masalah tersendiri bagi negara ini dan sampai saat ini masih belum ada solusinya. Kemiskinan mempunyai hubungan dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu kemiskinan harus kita tanggulangi agar angka kemiskinan tidak semakin tinggi. Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, baik dari pihak masyarakat maupun keseriusan dari pemerintah dalam menangani masalah ini. Melihat kondisi negara Indonesia yang masih memiliki angka kemiskinan tinggi, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kemiskinan di Indonesia dan penanggulangannya.1.2. Rumusan Masalah1.2.1. Apa saja penyebab kemiskinan?1.2.2. Mengapa kemiskinan dapat disebut sebagai fenomena sosial?1.2.3. Bagaimana cara menanggulangi kemiskinan?

1.3. Tujuan Penulisan1.3.1. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab masalah sosial.1.3.2. Mengungkapkan permasalahan kemiskinan yang di alami masyarakat dan cara menanggulanginya.1.3.3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan di lingkungannya.

1.4. Manfaat Penelitian1.4.1. Bagi Penulisa. Memperdalam wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu kesejahteraan sosial, khususnya kemiskinan.b. Menambah ilmu pengetahuan penulis terutama mengenai masalah sosial dalam masyarakat dan cara menanggulanginya.c. Mengetahui perkembangan dan kemajuan keadaan sosial di dalam kehidupan bermasyarakat.1.4.2. Bagi Pihak Laina. Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan permasalahan dan upaya penyelesaian kemiskinan di Indonesia.

BAB IIPEMBAHASAN

I. II. 1. 2. 2.1. Pengertian dan Sebab-Sebab KemiskinanKemiskinan merupakan masalah yang terjadi di hampir seluruh penjuru dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Kemiskinan di Indonesia secara dominan tersebar di tiga wilayah, yaitu perkotaan, perdesaan, dan pesisir. Friedmann (1979:101) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi (tidak terbatas pada): modal yang produktif atau aset, sumber-sumber keuangan, organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama, network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan dan/atau barang, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, informasi yang berguna untuk memajukan kehidupan orang.Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (BKPK) bekerjasama dengan Lebaga Penelitian SMERU (2001), menjelaskan beberapa dimensi kemiskinan:a. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan nonmaterial yang diterima seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.b. Kadang-kadang, kemiskinan didefinisikan dari segi kurang atau tidak memiliki aset-aset seperti, tanah, rumah, peralatan, uang, emas, kredit, dan lain-lain.c. Kemiskinan non-material meliputi berbagai maca kebebasan, hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak, hak atas rumah tangga, dan kehidupan yang layak (2001:1).Berdasarkan studi SMERU, Suharto (2006,132) menunjukkan sembilan kriteria yang menandai kemiskinan:1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan papan);2. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental;3. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil);4. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia (buta huruf, rendahnya pendidikan dan keterampilan, sakit-sakitan), dan keterbatasan sumber alam (tanah tidak subur, lokasi terpencil, ketiadaan infrastruktur jalan, listrik, dan air);5. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual (rendahnya pendapatan dan aset), maupun massal (rendahnya modal sosial, ketidaan fasilitas umum);6. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang memadai dan berkesinambungan;7. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidik, snaitasi, air bersih dan transportasi);8. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tidak adanya investasi untuk pendidikan dan keluarga atau tidak adanya perlindungan sosial dari negara dan masyarakat);9. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:1. Kemiskinan Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan.2. Kemiskinan Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.3. Kemiskinan Kultural. Yaitu kemiskinan yang terjadi di suatu wilayah tertentu diakibatkan budaya hidup miskin. Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. Selanjutnya, BKPK dan Lembaga Penelitian SMERU (2001) mengidentifikasi penyebab kemiskinan sebagai berikut:a. Keterbatasan pendapatan, modal, dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar.b. Kerentanan dan ketidakmampuan menghadapi goncangan-goncangan karena: kegagalan panen karena hama, banjir atau kekeringan, konflik sosial dan politik.c. Tidak adanya suara yang mewakili dan terpuruk dalam ketidakberdayaan di dalam institusi negara dan masyarakat karena tidak adanya kepastian hukum, tidak adanya perlindungan dari kejahatan.

2.2. Alasan mengapa kemiskinan disebut sebagai fenomena sosial di Indonesia Persoalan kemiskinan di Negara berkembang merupakan fenomen global. Karenanya diperlukan peran dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta ataupun pekerja sosial untuk menangani masalah kemiskinan. Terlebih dalam memberikan masukkan (input) dan melakukan perencanaan strategis (strategic planning) tentang suatu kebijakan pemerintah. Perlu dibahas tentang macam-macam dan penyebab munculnya kemiskinan yang secara tidak langsung menjadi standar global. Pertama, kemiskinan kebudayaan; biasanya disebabkan adanya kesalahan pada subjeknya. Misalnya malas, tidak percaya diri, gengsi, tak memiliki jiwa wirausaha yang kompatibel, tidak mempunyai kemampuan dan keahlian, dan sebagainya. Kedua kemiskinan struktural; ini biasanya terjadi disebabkan faktor eksternal yang melatarbelakangi kemiskinan itu sendiri. Faktor eksternal itu disebabkan kinerja dari pemerintah di antaranya: pemerintah yang tidak adil, korupsi, paternalisitik, birokrasi yang berbelit, dan sebagainya. Karena kesmiskinan adalah masalah sosial yang senantiasa hadir di masyarakat yang telah lama ada dan berkembang sejalan dengan peradaban manusia (bersifat relatif). Pemerintah sendiri belum cukup mampu untuk menangani masalah sosial ini. Kemiskinan sebagai produk sosial, dalam arti eksistensinya tidak bersifat absolut. Inilah alasan mengapa kemiskinan harus terus dilawan dan di minimalisir. Kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin dalam dan parah. Data: Indeks kemiskinan naik dari 1,75% menjadi 1,89%. Indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,43% menjadi 0,48% (bulan Maret 2013) Kemiskinan merupakan sumber utama dari segala masalah sosial lainnya.

Potret Kehidupan Warga Miskin Jl. Karees Sapuran Rt 04/02 Kel. Samoja Kec. Batununggal Kab. BandungKemiskinan memang suatu hal yang sudah menjadi perbincangan yang tak habis-habisnya di Indonesia. Banyak rakyat yang menderita karena kemiskinan yang tak kunjung berakhir dari negara ini. Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hampir di setiap sudut kota. Salah satunya adalah permukiman masyarakat miskin yang ada di Jl. Karees Sapuran, Bandung. Mengacu pada batasan garis kemiskinan yang digunakan BPS, Jumlah penduduk miskin di Kota Bandung pada Tahun 2008 sebanyak 82.432 KK atau sekitar 13.21 % dari Jumlah penduduk Kota Bandung. Indikator yang erat kaitannya dengan kemiskinan adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.Dari hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa masih terdapat warga miskin di jl. Karees Sapuran Rt 04/02, Bandung ini. Dari sejumlah 32 KK yang ada di daerah tersebut, 8 KK diantaranya tergolong pada warga miskin. Sebagian besar warga miskin ini tidak memiliki pekerjaan yang tetap, bahkan hanya menganggur saja, hal ini tentu harus menjadi perhatian bagi pemerintah setempat. Adapun kriteria yang dijadikan patokan oleh pemerintah setempat untuk menentukan seseorang termasuk warga miskin atau bukan yaitu bisa dilihat baik dari tempat tinggal maupun dari pekerjaannya atau dari taraf ekonominya.Dilihat dari segi pendidikannya, warga yang termasuk dalam warga miskin ini, rata-rata hanya sekolah sampai tingat Sekolah Menengah Pertama, atau hanya sampai tingkat Sekolah Dasar saja. Tentu hal ini akan mempengaruhi prospek pekerjaan yang didapat, karena adanya keterkaitan yang cukup erat antara tingkat pendidikan dengan pekerjaan. Untuk mendapatkan pekerjaan dibutuhkan suatu keterampilan yang salah satunya bisa didapatkan melalui pendidikan.Kehidupan warga miskin ini masih serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dengan himpitan ekonomi yang begitu tinggi. Bahan-bahan pokok yang serba mahal serta sulitnya mencari lahan pekerjaan, tetapi mereka dituntut untuk bisa bertahan ditengah-tengah keadaan sulit tersebut. Warga miskin ini hanya mengandalkan sisa simpanan barang yang mereka miliki untuk tetap bisa menyambung kehidupannya.Selain hal tersebut diatas, berdasarkan penuturan beberapa narasumber diketahui bahwa tanah yang merekatempati sekarang merupakan tanah oranglain, mereka tidak memiliki tanah sendiri, mereka menyewa kepada pemilik tanah yang harganya di sesuaikan dengan luas tanah yang ditempati. Mirisnya kurang ada bantuan dari sesama warga yang ada disana, kurangnya kepedulian terhadap sesama, jarang ada bantuan yang sengaja diberikan oleh orang kaya kepada orang miskin. Di sini terlihat adanya sifat individualis yang menjadi salah satu ciri dari masyarakat kota, meskipun tidak semua masyarakat kota bersifat individualis.Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk membantu warga miskin ini diantaranya adalah dengan adanya pembagian Bantuan Langsung Tunai, yang dilakukan setiap 3 bulan sekali, namun sayangnya Bantuan Langsung Tunai ini kini sudah dihentikan. Adanya jaminan kesehatan bagi warga miskin meskipun hanya beberapa saja yang mendapatkannya. Selain itu pemerintah pun mengupayakan bantuan berupa Beras Miskin (Raskin) yang diberikan rutin setiap sebulan sekali yang diberikan baik ketika awal maupun akhir bulan. Raskin ini biasanya dijual dengan harga Rp. 1400/kilogram, hal ini dirasa cukup bisa sedikit meringankan beban warga miskin yang ada disekitar, meskipun tak bisa menolong sepenuhnya.Namun sayangnya, dalam situasi seperti ini masih saja ada warga miskin yang menyalahgunakan bantuan dari pemerintah ini. Karena adanya bantuan membuat warga merasa nyaman dengan keadaannya sehingga kurang termotivasi untuk mencari pekerjaan dan terus menempatkan dirinya sebagai warga miskin karena takut kehilangan bantuan tersebut. Seyogyanya pemerintah harus lebih selektif dalam memilih orang-orang yang berhak untuk mendapatkan bantuan dan memberikan penyuluhan serta menggalakkan upaya-upaya yang dilakukan agar bisa memberantas masalah kemiskinan ini supaya tidak terus berlarut-larut.

2.3. Penanggulangan KemiskinanDalam menanggulangi masalah kemiskinan dapat melalui beberapa metode pendekatan diantaranya :a) Strategi Penanggulangan Kemiskinan: Konsepsi Pekerjaan Sosial Salah satu permasalahan kesejahteraan sosial di Indonesia yang senantiasa menuntut keterlibatan pekerjaan sosial dalam penanganannya adalah masalah kemiskinan. Pekerjaan sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan yang fokus utamanya untuk membantu orang agar dapat membantu dirinya sendiri. Dalam proses pertolongannya, pekerjaan sosial berpijak pada nilai, pengetahuan dan keterampilan profesional yang mengedepankan prinsip keberfungsian sosial (social functioning) (Siporin, 1975; Zastrow, 1982; 1989; Morales, 1989; Suharto, 1997). Konsep keberfungsian sosial pada intinya menunjuk pada kapabilitas (capabilities) individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-peran sosial di lingkungannya. Morales dan Sheafor (1989:18) menyatakan: Secara konseptual pekerjaan sosial memandang bahwa kemiskinan merupakan persoalan-persoalan multidimensional, yang bermatra ekonomi-sosial dan individual-struktural. Berdasarkan perspektif ini, ada tiga kategori kemiskinan yang menjadi pusat perhatian pekerjaan sosial, yaitu: Kelompok yang paling miskin (destitute) atau yang sering didefinisikan sebagai fakir miskin. Kelompok ini secara absolut memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan (umumnya tidak memiliki sumber pendapatan sama sekali) serta tidak memiliki akses terhadap berbagai pelayanan sosial.Kelompok miskin (poor). Kelompok ini memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan namun secara relatif memiliki akses terhadap pelayanan sosial dasar (misalnya, masih memiliki sumber-sumber finansial, memiliki pendidikan dasar atau tidak buta hurup,).Kelompok rentan (vulnerable group). Kelompok ini dapat dikategorikan bebas dari kemesikinan, karena memiliki kehidupan yang relatif lebih baik ketimbang kelompok destitute maupun miskin. Namun sebenarnya kelompok yang sering disebut near poor (agak miskin) ini masih rentan terhadap berbagai perubahan sosial di sekitarnya. Mereka seringkali berpindah dari status rentan menjadi miskin dan bahhkan destitute bila terjadi krisis ekonomi dan tidak mendapat pertolongan sosial. Sesuai dengan konsepsi mengenai keberfungsian sosial, strategi penanganan kemiskinan pekerjaan sosial terfokus pada peningkatan kemampuan orang miskin dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan sesuai dengan statusnya. Karena tugas-tugas kehidupan dan status merupakan konsepsi yang dinamis dan multi-wajah, maka intervensi pekerjaan sosial senantiasa melihat sasaran perubahan (orang miskin) tidak terpisah dari lingkungan dan situasi yang dihadapinya. Prinsip ini dikenal dengan pendekatan person-in-environment dan person-in-situation.1. Pada pendekatan pertama, pekerja sosial melihat penyebab kemiskinan dan sumber-sumber penyelesaian kemiskinan dalam kaitannya dengan lingkungan dimana si miskin tinggal, baik dalam konteks keluarga, kelompok pertemanan (peer group), maupun masyarakat. Penanganan kemiskinan yang bersifat kelembagaan (institutional) biasanya didasari oleh pertimbangan ini. 2. Pendekatan kedua, yang melihat si miskin dalam konteks situasinya, strategi pekerjaan sosial berpijak pada prinsip-prinsip individualisation dan self-determinism yang melihat si miskin secara individual yang memiliki masalah dan kemampuan unik. Program anti kemiskinan dalam kacamata ini disesuaikan dengan kejadian-kejadian dan/atau masalah-masalah yang dihadapinya.b) Pendekatan Interdisipliner Pada umumnya, kemiskinan disebabkan oleh struktur ekonomi, maka terlebih dahulu kita perlu memahami inti pokok dari struktur yakni realisasi hubungan antara subjek dan objek, dan antara subjek-subjek komponen yang merupakan bagian dari suatu sistem. Permasalahan struktur yang penting dalam hal ini adalah pola relasi. Ini mencakup masalah kondisi dan posisi komponen (subjek) dari struktur yang bersangkutan dalam keseluruhan tata susunan atau sistem dan fungsi dari subjek atau komponen tersebut dalam keseluruhan fungsi dan sistem. Karena itu perlu adanya pembangunan ekonomi untuk mengendalikan hal tersebut. Pembangunanekonomimerupakan suatu proses evolusi.c) MultidisiplinerMembahas masalah kemiskinan secara multidimensi, yang merupakan cara pandang yang digunakan dalam pendekatan pembangunan sosial, yaitu melihat permasalahan dari dimensi mikro, mezzo maupun makro. Strategi tersebut juga meliputi strategi untuk memperbaiki kondisi yang ada melalui perubahan yang dilakukan pada dimensi makro, mezzo dan mikro, seperti telah diuraikan sebelumnya.d) Pendekatan sistem Pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya.e) Kebijakan kohesi pembangunan di dalam kawasan. Strategi yang dilakukan adalah : Pengintegrasian pembangunan wilayah permukiman sehingga tidak terjadi pemisahan antara kawasan miskin dan menengah keatas. Meningkatkan akses kawasan miskin terhadap sarana dan prasarana sehingga mempunyai peluang yang sama dalam berusaha.f) Kebijakan penyediaan infrastruktur. Untuk pergerakkan, peningkatan akses dan peningkatan kesejahteraan.Strategi yang dilakukan adalah : Penghapusan kebijakan yang anti kemiskinan seperti penyediaan transportasi umum baik bermotor maupun tidak bermotor harus mendapatkan perhatian yang sama dalam perencanaan transportasi dan tidak berada dibawah kepentingan memfasilitasi kendaraan pribadi. Perencanaan, desain, dan pelaksanaan didorong oleh kebutuhan masyarakat terutama untuk infrastruktur yang secara langsung ditujukan kepada masyarakat seperti air bersih, sanitasi, drainase, dan lain-lain.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Simpulan Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan masalah yang kompleks yang memerlukan penanganan lintas sektoral, lintas profesional dan lintas lembaga. Departemen Sosial merupakan salah satu lembaga pemerintah yang telah lama aktif dalam program pengentasan kemsikinan. Dalam strateginya Depsos berpijak pada teori dan pendekatan pekerjaan sosial.Strategi penanganan kemiskinan dalam persepektif pekerjaan sosial terfokus pada peningkatan keberfungsian sosial si miskin (dalam arti individu dan kelompok) dalam kaitannya dengan konteks lingkungan dan sistuasi sosial. Berdasarkan masalah yang ada, untuk keluar dari masalah kemiskinan tersebut kita seharusnya paham tentang apa yang dimaksud kemiskinan dan faktor-faktor penting penyebab masalah kemiskinan tersebut. Dan pengentasan kemiskinan tidak bisa kita serahkan kepada pemerintah saja, tetapi juga harus dibantu oleh sektor lain dan harus dimulai dari diri kita sendiri. Pemerintah pun harus mempunyai program pengentasan kemiskinan yang lebih baik dari yang sudah ada dan diharapkan pemerintah baik di kota atau daerah bisa menjalankan dengan sejujur mungkin tanpa adanya korupsi yang saat ini merajalela. Bila itu bisa terlaksana dengan baik maka dipastikan keadaan ekonomi di Indonesia bisa lebih baik dari sekarang dan penyakit sosial ekonomi ini dipastikan akan berkurang. Karena pada dasarnya, permasalahan kemiskinan tidak bisa hanya diselesaikan melalui satu dimensi saja.

DAFTAR PUSTAKA

Mardianto, Sarul. 2012. Kemiskinan di Indonesia. Melalui http://sarulmardianto.wordpress.com/kemiskinan-di-indonesia/ . 11 April 2014 .STKS. 2003. Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia. Bandung: STKS Bandung Press.Suharto, Edi. 2013. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesi: Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. Cetakan kedua. Bandung: Alfabeta.

12