Kemiskinan BPS (Susenas)
description
Transcript of Kemiskinan BPS (Susenas)
PENDAHULUAN
Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yg menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun
Salah satu aspek penting untuk mendukung Strategi Penanggulangan Kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran
Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin
PENDAHULUAN
Mengapa Mengukur Kemiskinan?
Mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan
Membandingkan kemiskinan antar waktu, antar daerah
Menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki posisi mereka
SEJARAH PENGHITUNGAN KEMISKINAN BPS
a. Badan Pusat Statistik (BPS) pertama kali melakukan penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin pada tahun 1984:
Periode penelitian: 1976-1981. Sumber data: Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Modul Konsumsi.
b. Sejak 1984, setiap 3 tahun sekali BPS secara rutin mengeluarkan data jumlah dan persentase penduduk miskin yang disajikan menurut daerah perkotaan dan perdesaan.
c. Tahun 1998 dilakukan penyempurnaan metode yg meliputi:
perluasan cakupan komoditi keterbandingan antar daerah
SEJARAH PENGHITUNGAN KEMISKINAN BPS
d. Sejak tahun 2003, BPS secara rutin mengeluarkan data jumlah dan persentase penduduk miskin setiap tahun → data Susenas Panel Modul Konsumsi setiap bulan Februari atau Maret.
e. Metode yang dipakai BPS untuk menghitung kemiskinan adalah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
f. Metode ini dipakai sejak tahun 1998 sampai sekarang. Tidak dilakukan perubahan metode supaya data kemiskinan terbanding dari waktu ke waktu.
g. Mengapa BPS menggunakan Basic Needs Approach?
DEFINISI UMUM KEMISKINAN
• Kondisi seseorang atau sekelompok orang, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
• Hak-hak dasar antara lain:
terpenuhinya kebutuhan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup,
rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan
hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik
Kemiskinan sebagai “Kekurangan”
1. Apa yang dimaksud dengan “kekurangan”? Kekurangan Material? Pendapatan rendah,
Ketidakcukupan pengeluaran/ belanja
Kekurangan Non-Material? Kesehatan yang rendah, Pendidikan rendah atau buta huruf, Terisolir secara sosial, rasa tidak aman, kurangnya kebebasan dan beraspirasi, ketidakberdayaan
2. Seberapa besar ukuran “kekurangan”?
3. Periode mana yang dipakai: statis (satu waktu tertentu) atau dinamis (antar waktu)?
4. Pada level mana harus diukur? Nasional, prov, kab/kota, kec, desa, rumahtangga, individu?
UKURAN KEMISKINAN (1)
I. PENDEKATAN KUANTITATIF:
1. Kemiskinan Absolut ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum (pangan, sandang, kesehatan, perumahan, pendidikan)
FGT (Foster-Greer-Thorbecke): Po (Poverty Head Count), Poverty Gap (P1), Poverty Severity (P2) digunakan BPS
2. Kemiskinan Relatif membandingkan dengan distribusi pendapatan
60% median income
20% atau 40% lapisan terendah penduduk
UKURAN KEMISKINAN (2)
II. PENDEKATAN KUALITATIF:
Indikator individu? (Angka kematian bayi, partisipasi sekolah, harapan hidup)
Indikator rumah tangga? (Kondisi rumah, proporsi pengeluaran rumah tangga untuk makanan)
Social exclusion? (unemployment, lack of social insurance, lack of housing, low monetary income)
Participatory approaches? (Chambers)
METODE MANA YANG PALING IDEAL UNTUK MENGUKUR KEMISKINAN DI INDONESIA? BPS memilih untuk menggunakan ukuran kemiskinan absolut (Basic Needs Approach)
BPS MEMILIH BASIC NEEDS APPROACH
……..
Definisi kemiskinan yang aplikatif Kurangnya penguasaan atas komoditi
Indikator kuantitatif Pengukuran objektif Pengukuran per kapita
didasarkan data survei rumah tangga
Data tersedia
Berapa jumlah dan persentase penduduk miskin di suatu wilayah?
Bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu?
Bagaimana tingkat kedalaman dan keparahannya?
Kemiskinan merupakan masalah multi-dimensional sehingga tidak mudah untuk mengukurnya. Diperlukan sebuah pendekatan untuk mengukur kemiskinan dengan menggunakan:
… menuju indikator kemiskinan, seperti:
BASIC NEEDS APPROACHBASIC NEEDS APPROACH
Konsep yang dipakai BPS dan juga beberapa negara lain adalah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach)
“ Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran)”
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan.
BASIC NEEDS APPROACHBASIC NEEDS APPROACH
Konsep yang dipakai BPS dan juga beberapa negara lain adalah kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach)
“ Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran)”
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskinan: Visual
Tidak Miskin
Miskin
GARIS KEMISKINAN: Rp.,- per kapita per bulan
Hampir Miskin
Sangat Miskin (Kronis)0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
●
●
●
●
●●●
●
●
●●●●
●
●●
●●
SUMBER DATA
Sumber data utama: SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi. Panel: 1.824 RT mulai Maret 2007, Modul: 9.056 RT mulai Juli 2008.
Sebagai informasi tambahan, digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok non-makanan. Jumlah sampel terbatas di 7 provinsi.
PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN
1. Komponen Garis Kemiskinan:
GK = GKM + GKNM
dimana:
GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah garis kemiskinan.
PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN
2. Penghitungan GKMa. GKM adalah jumlah nilai pengeluaran
dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari
b. Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut.
2. Penghitungan GKMa. GKM adalah jumlah nilai pengeluaran
dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari
b. Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut.
PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN
c. Hitung GKM (belum setara 2100 kalori) dengan rumus:
d. Hitung harga per kalori:
e. Hitung GKM (setara 2100 kalori):
c. Hitung GKM (belum setara 2100 kalori) dengan rumus:
d. Hitung harga per kalori:
e. Hitung GKM (setara 2100 kalori):
jkjkjkj VQPGKM
jk
jkj K
VKH
2100 jj KHF
adalah nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan enerji minimal 2100 kilo kalori per kapita per hari
PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN
3. Penghitungan GKNM
GKNM adalah merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan
r = ratio pengeluaran barang non makanan terhadap sub-kelompok pengeluaran
V= nilai pengeluaran per komoditi non-makanan
3. Penghitungan GKNM
GKNM adalah merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan
r = ratio pengeluaran barang non makanan terhadap sub-kelompok pengeluaran
V= nilai pengeluaran per komoditi non-makanan
iij VrGKNM
PENGHITUNGAN GARIS KEMISKINAN
4. Kebutuhan dasar makanan => setara dengan pemenuhan kebutuhan kalori 2100 kkal per kapita perhari
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi
5. Kebutuhan dasar non makanan => kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan, Paket komoditi kebutuhan dasar bukan
makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan
INDIKATOR KEMISKINAN
1. Headcount Index: mengukur persentase penduduk miskin terhadap total penduduk
2. Indeks Kedalaman Kemiskinan/ Poverty Gap Index: merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin thd garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
3. Indeks Keparahan Kemiskinan/ Poverty Severity Index: semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin
Ukuran tingkat kemiskinan: Formula Foster –Greer- Thorbecke [FGT]
Formula Foster- Greer- Thorbecke [FGT]Formula Foster- Greer- Thorbecke [FGT]
Z = Garis kemiskinan
yi = rata-rata pengeluaran per kap sebulan yg berada dibawah garis kemiskinan
q = jumlah penduduk hidup di bawah garis kemiskinan
n = jumlah penduduk
= 0, head count index, % penduduk miskin
= 1, poverty gap, defisit penduduk miskin thd GK,
= 2, poverty severity index, indeks keparahan kemiskinan
Z = Garis kemiskinan
yi = rata-rata pengeluaran per kap sebulan yg berada dibawah garis kemiskinan
q = jumlah penduduk hidup di bawah garis kemiskinan
n = jumlah penduduk
= 0, head count index, % penduduk miskin
= 1, poverty gap, defisit penduduk miskin thd GK,
= 2, poverty severity index, indeks keparahan kemiskinan
q
i
i
z
yz
nP
1
1
Terimakasih Atas Perhatiannya