KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan...

80

Transcript of KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan...

Page 1: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian
Page 2: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Atas segala rahmat dan ridho-Nya, karena sampai saat

ini kita masih diberikan kesehatan yang prima sehingga dapat mengemban tugas untuk

mewujudkan sumbangsih serta pengabdian ke arah kemajuan, kesejahteraan dan kepuasan

kepada masyarakat dalam bidang ketenagakerjaan.

Pelaksanaan program dibidang ketenagakerjaan selama tahun anggaran 2017 telah diwarnai oleh

sejumlah keberhasilan yang dicerminkan dengan pencapaian sasaran strategis dan indikator

kinerja sesuai target yang ditetapkan dalam Rencana Strategis dan indikator kinerja sesuai target

yang ditetapkan oleh Rencana Strategis 2015-2019. Laporan Kinerja Ketenagakerjaan Tahun 2017

menggambarkan capaian kinerja Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017 membandingkan

antara target yang telah ditetapkan dengan pencapaian di tahun berikutnya.

Masukan dan saran perbaikan yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk peningkatan

kinerja Kementerian Ketenagakerjaan. Perbaikan di segala aspek dengan mengusung nilai-nilai

integritas dan akuntabilitas di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan akan menjadi modal

utama peningkatan kinerja dalam rangka mewujudkan tenaga kerja yang siap bersaing di pasar

global atau internasional. Di samping itu, kerja keras jajaran Kementerian Ketenagakerjaan serta

dukungan lintas sektor, instansi terkait lainnya maupun seluruh pemangku kepentingan akan

menjadikan sinergi pencapaian target pada tahun berikutnya.

Jakarta, 2018 Menteri Ketenagakerjaan

Republik Indonesia,

M. Hanif Dhakiri

Page 3: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

ii

Page 4: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN

PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR GRAFIK vi

DAFTAR DIAGRAM vii

IKHTISAR EKSEKUTIF viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1

B. MAKSUD DAN TUJUAN 2

C. KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI 3

D. STRUKTUR ORGANISASI 3

E. SDM APARATUR KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 5

F. POTENSI DAN PERMASALAHAN 7

BAB II PERENCANAAN KETENAGAKERJAAN 12

A. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 12

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 15

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2017 15

A. CAPAIAN KINERJA 15

B. AKUNTABILITAS ANGGARAN 61

BAB IV PENUTUP 65

Page 5: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Capaian Sasaran Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017 vi

Tabel 2. Perjanjian Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017 14

Tabel 3. Capaian Sasaran Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017 15

Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017 16

Tabel 5. Persentase Angka Pengangguran 2016-2017 17

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Kategori Pengangguran Terbuka 18

Tabel 7. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) 21

Tabel 8. Tingkatan Status IPK 23

Tabel 9. Hasil IPK Tahun 2017 23

Tabel 10. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Menurut Indikator Utama Dan Provinsi Terbaik Tahun 2017

24

Tabel 11. IPK Nasional Tahun 2017 25

Tabel 12. Indikator dan Nilai IPK Nasional, Tahun 2017 28

Tabel 13. Realisasi Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja 32

Tabel 14. Jumlah Tenaga Kerja yang Memiliki Sertifikat Kompetensi Tahun

2014 - 2017

33

Tabel 15. Peningkatan Kualitas Pelayanan Penempatan Dan Pemberdayaan Tenaga Kerja

38

Tabel 16. Menciptakan Hubungan Industrial Yang Harmonis Dan Memperbaiki

Iklim Ketenagakerjaan

41

Tabel 17. Angka Perselisihan Hubungan Industrial (HI) 42

Tabel 18. Peningkatan Kepatuhan Terhadap Ketentuan Perundangan

di Bidang Ketenagakerjaan

45

Tabel 18.1 Jenis Norma Ketenagakerjaan 46

Tabel 19. Peningkatan Kapasitas Organisasi 47

Tabel 20. Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Ketenagakerjaan 50

Tabel 21. Tingkat Maturitas 57

Tabel 22. Pagu Anggaran Kemnaker Per Program 61

Tabel 23. Pagu Anggaran Kemnaker Per Belanja 62

Tabel 24. Realisasi Belanja Kemnaker RI Tahun 2017 setelah Efisiensi 63

Tabel 25. Realisasi Belanja Kemnaker RI Berdasarkan Kewenangan Tahun 2017 64

Page 6: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Organisasi Kementerian Ketenagakerjaan 5

Gambar 2. Isu – Isu Ketenagakerjaan 9

Gambar 3. Laju Pertumbuhan Investasi Dan Tingkat Pengangguran 19

Gambar 4. Indeks Daya Saing Global 20

Gambar 5. Indeks Daya Saing Global 20

Gambar 6. Nilai Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) Tahun 2017 22

Gambar 7. Workshop Dan Penyerahan Penghargaan

IPK Tahun 2017 Oleh Menteri Ketenagakerjaan

24

Gambar 8. Sertifikasi Profesi 34

Gambar 9. Kemnaker Raih penghargaan Standar Pelayanan publik

tertinggi dari Ombudsman

59

Gambar 10. Kemnaker Raih penghargaan Standar Pelayanan publik

tertinggi dari Ombudsman

59

Page 7: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

vi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Jumlah ASN Kementerian Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin Per-Unit

Kerja Eselon I

6

Grafik 2. Jumlah SDM Aparatur Kemnaker Berdasarkan Pendidikan 7

Grafik 3. Data SDM ASN Kemnaker Berdasarkan Golongan Tahun 2017 7

Grafik 4. Prediksi Bonus Demografi Indonesia 8

Grafik 5. Kondisi Ketenagakerjaan Indonesia Menurut Jam Kerja Dan Tingkat

Pendidikan 2017

10

Grafik 6. Tingkat kemiskinan di Indonesia berdasarkan perkotaan – perdesaan 2017 11

Grafik 7. Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia (Juta Rupiah), Tahun 2011 – 2017 40

Grafik 8. Perkembangan Capaian Kinerja Kemnaker Tahun 2013-2016 48

Grafik 9. Zonasi Kepatuhan Kementerian Tahun 2017 58

Grafik 10. Skor Indeks Kualitas Pelayanan (IKP) Publik di Kementerian

Ketenagakerjaan Tahun 2016 (perlu update 2017)

60

Grafik 11. Anggaran Kemnaker 2014 – 2017 62

Page 8: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

vii

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 1. Jumlah Peserta Jaminan Sosial Ketenagakerjaan 2014-2017 43

Page 9: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

viii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Tahun 2017 merupakan tahun ketiga dari RPJMN 2015-2019 dan sesuai dengan fungsinya

Kementerian Ketenagakerjaan melaksanakan 2 (dua) dari 9 (sembilan) agenda prioritas yang

disebut dengan Nawacita, yaitu melindungi hak dan keselamatan pekerja migran serta

meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing tenaga kerja di pasar internasional.

Sesuai dengan Renstra 2015-2019, Kementerian Ketenagakerjaan memiliki 7 (tujuh) Sasaran

Strategis (SS) dengan 13 (tigabelas) Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS). Secara umum,

capaian kinerja menunjukkan bahwa 5 (lima) IKSS melebihi target yaitu : Tingkat Produktivitas

Tenaga Kerja, Penyediaan Lapangan Kerja 2015-2019, Persentase penurunan angka perselisihan

hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan, Jumlah Tenaga Kerja yang telah menjadi

peserta Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Formal dan Informal), Jumlah perusahaan yang

menerapkan norma ketenagakerjaan, dan Jumlah Pekerja anak yang ditarik dari Bentuk Pekerjaan

Terburuk Anak (BPTA), dan 8 (delapan) IKSS belum memenuhi target, sebagaimana tertuang pada

tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 :

Capaian Sasaran Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 2017

TARGET REALISASI CAPAIAN 1 2 3 4 5

1. Meningkatnya

kesempatan kerja

masyarakat Indonesia

1 Persentase angka pengangguran 5,0-5,3 5,50% 96,36%

2. Peningkatan

Pembangunan

Ketenagakerjaan di

Provinsi

2 Jumlah Provinsi yang Indeks

Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK)

yang baik (66,00 – 79,99)

4 1 25%

3. Peningkatan kompetensi

dan produktivitas tenaga

kerja

3 Persentase Tenaga Kerja yang

bersertifikat Kompetensi

2,73 2,56 97,77%

4 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 76,3 81,91 107,35%

4. Peningkatan Kualitas

Penempatan dan

Pemberdayaan Tenaga

Kerja

5. Penyediaan Lapangan Kerja 2015-2019 2.000.000 2.632.676 109,01%

6 Peningkatan Persentase Tenaga Kerja

Formal

46 42,97 93,41%

5. Perciptaan Hubungan

Industrial yang Harmonis

dan memperbaiki iklim

ketenagakerjaan

7 Persentase penurunan angka

perselisihan hubungan industrial

antara pekerja dengan perusahaan

10,71 59,19 369%

8 Jumlah Tenaga Kerja yang telah

menjadi peserta Program Jaminan

Sosial Ketenagakerjaan (Formal dan

25.420.386 25.383.204 103,23%

Page 10: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

ix

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 2017

TARGET REALISASI CAPAIAN 1 2 3 4 5

Informal)

6. Peningkatan perlindungan

tenaga kerja, menciptakan

rasa keadilan dalam dunia

usaha dan pengembangan

sistem

9 Jumlah perusahaan yang menerapkan

norma ketenagakerjaan

19.060 22.295 113,44%

10 Jumlah Pekerja anak yang ditarik dari

Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak

(BPTA)

17.000 18.401 108,24%

7. Peningkatan Kapasitas dan

Kualitas Organisasi

11 Opini Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK)

WTP Hasil keluar

di Bulan Mei

Akhir - Juni

12 Hasil Evaluasi AKIP B B*

13 Indeks Reformasi Birokrasi 81 71.78*

*) Nilai Sementara

Untuk realisasi keuangan Kementerian Ketenagakerjaan Tahun Anggaran 2017 (sampai tangggal

31 Desember 2017) sebesar Rp 2.970.851.068.255,- atau 91,92% dari pagu anggaran sebesar

Rp.3.232.104.529.000.

Page 11: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memiliki

peranan yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas,

khususnya pada aspek human capital dalam pembangunan Indonesia, dan untuk

mengemban peran tersebut, Presiden Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden

Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara, membentuk Kementerian

Ketenagakerjaan yang menangani urusan pemerintahan wajib, yang ruang lingkupnya

disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam pelaksanaan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud di atas, Kementerian

Ketenagakerjaan dituntut untuk menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh

dan penuh tanggungjawab serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme,

berdasarkan asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 yakni : asas kepastian hukum, asas-asas tertib

penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas,

asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.

Sebagai bentuk penjabaran dari asas akuntabilitas yang menuntut penyelenggara negara

untuk mempertanggungjawabkan setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan kepada seluruh

lapisan masyarakat, maka Kementerian Ketenagakerjaan sebagai salah satu penyelenggara

negara diwajibkan menyusun Laporan Kinerja sesuai amanah Peraturan Presiden RI Nomor

29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntablilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan kinerja ini disusun untuk menggambarkan pencapaian visi dan misi pemerintah

khususnya yang berkaitan pencapaian target dan indikator Kementerian Ketenagakerjaan

selama kurun waktu tahun 2017, sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006

tentang Pelaporan Keuangan dan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, dan Peraturan Presiden

Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53

Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara

Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, yang disampaikan kepada Presiden melalui

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Page 12: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

2

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan Laporan Kinerja adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban Menteri

Ketenagakerjaan kepada Presiden atas pelaksanaan program/kegiatan dan pengelolaan

anggaran dalam rangka mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan. Tujuan Penyusunan

Laporan Kinerja adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan sasaran

Kementerian Ketenagakerjaan selama tahun 2017. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan

yang kemudian dirumuskan suatu kesimpulan yang dapat menjadi salah satu bahan

masukan dan referensi dalam menetapkan kebijakan dan strategi di tahun berikutnya.

C. KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas Fungsi

Kabinet Kerja, Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian

Negara dan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian

Ketenagakerjaan, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja

Kementerian Ketenagakerjaan didefinisikan sebagai berikut :

1. Kedudukan Kementerian Ketenagakerjaan dipimpin oleh Menteri Ketenagakerjaan

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

2. Tugas Kementerian Ketenagakerjaan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang ketenagakerjaan untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara.

3. Kementerian Ketenagakerjaan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya

saing tenaga kerja dan produktivitas, peningkatan penempatan tenaga kerja dan

perluasan kesempatan kerja, peningkatan peran hubungan industrial dan

jaminan sosial tenaga kerja, pembinaan pengawasan ketenagakerjaan serta

keselamatan dan kesehatan kerja;

b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi

kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab

Kementerian Ketenagakerjaan;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

Ketenagakerjaan;

e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Ketenagakerjaan di daerah;

f. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan; dan

g. pelaksanaan perencanaan, penelitian dan pengembangan di bidang

ketenagakerjaan.

Page 13: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

3

D. STRUKTUR ORGANISASI

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian

Ketenagakerjaan dan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, maka dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya Kementerian Ketenagakerjaan, terdapat 7 unit eselon I, sebagai berikut:

1. Sekretariat Jenderal (Setjen), berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri

yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal dan mempunyai tugas

menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian

Ketenagakerjaan. Susunan organisasi Setjen terdiri dari : Biro Perencanaan, Biro

Keuangan, Biro Organisasi dan Kepegawaian, Biro Hukum, Biro Umum, Biro Kerjasama

Luar Negeri, Biro Hubungan Masyarakat, dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan, serta

Kelompok Jabatan Fungsional.

2. Inspektorat Jenderal (Itjen), berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri

yang dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal dan mempunyai tugas

menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan,

dengan susunan organisasi Itjen terdiri dari Sekretariat Itjen, Inspektorat Wilayah I

(Irwil I); Irwil II; Irwil III; dan Irwil IV; dan Kelompok Jabatan Fungsional.

3. Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Ditjen Binalattas),

berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang

Direktur Jenderal (Dirjen) dan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing tenaga kerja dan

produktivitas, dengan susunan organisasi Ditjen Binalattas terdiri dari Sekretariat

Ditjen Binalattas; Direktorat (Dit) Bina Standarisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja;

Dit. Bina Kelembagaan Pelatihan; Dit. Bina Kelembagaan Pelatihan; Dit. Bina Instruktur

dan Tenaga Pelatihan; Dit. Bina Instruktur Tenaga Pelatihan; Dit. Bina Pemagangan Dit.

Bina Produktivitas; Sekretariat Badan Nasional Sertifikasi Profesi; dan kelompok

jabatan fungsional serta didukung oleh 19 Unit Pelaksana Teknis (UPT), yaitu Balai

Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Medan, BBPLK Serang, BBPLK Bekasi,

BBPLK Bandung, BBPLK Semarang, Balai Besar Peningkatan Produktivitas Bekasi, Balai

Latihan Kerja (BLK) Banda Aceh, BLK Padang, BLK Surakarta, BLK Samarinda, BLK

Makassar, BLK Kendari, BLK Ternate, BLK Ambon, BLK Sorong, BLK Lembang, BLK

Lombok Timur, BLK Bantaeng, Balai Peningkatan Produktivitas Kendari.

4. Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan

Kesempatan Kerja (Ditjen Binapenta dan PKK), berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal

(Dirjen) dan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan di bidang pembinaan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan

Page 14: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

4

kerja, dengan susunan organisasi Ditjen Binapenta dan PKK terdiri dari Sekretariat

Ditjen; Dit. Pengembangan Pasar Kerja; Dit. Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri;

Dit. Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri; Dit. Pengembangan dan

Perluasan Kesempatan Kerja; Dit. Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing; dan

Kelompok Jabatan Fungsional serta didukung oleh 1 UPT, yaitu Balai Besar

Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Lembang.

5. Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Ditjen PHI dan Jamsos), berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri

yang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal (Dirjen) dan mempunyai tugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan

hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja, dengan susunan organisasi Ditjen

PHI dan Jamsos terdiri dari Sekretariat Ditjen PHI dan Jamsos; Dit. Persyaratan Kerja;

Dit. Pengupahan; Dit. Jaminan Sosial Tenaga Kerja; Dit. Kelembagaan dan Kerjasama

Hubungan Industrial; Dit. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial; dan

Kelompok Jabatan Fungsional.

6. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (Ditjen Binwasnaker dan K3), berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal

(Dirjen) yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan di bidang pembinaan pengawasan ketenagakerjaan serta keselamatan dan

kesehatan kerja, dengan susunan organisasi Ditjen Binwasnaker & K3 terdiri dari:

Sekretariat Ditjen Binwasnaker dan K3; Dit. Pengawasan Norma Kerja dan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja; Dit. Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak; Dit. Norma

Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Dit. Bina Penegakan Hukum Ketenagakerjaan; Dit.

Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan Kelompok Jabatan Fungsional serta di

dukung oleh 5 UPT, yaitu Balai Besar Pengembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Makassar, Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (BK3) Bandung, Balai Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Medan, Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Samarinda, Balai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jakarta.

7. Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan (Barenbang), berada di

bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Kepala

Badan (Kabadan) mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan perencana-an

tenaga kerja, pengelolaan data dan informasi, pengembangan sistem informatika,

serta penelitian dan pengembangan di bidang ketenagakerjaan, dengan susunan

organisasi Barenbang terdiri dari : Sekretariat Barenbang; Pusat Perencanaan

Ketenagakerjaan; Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan; Pusat Penelitian dan

Pengembangan Ketenagakerjaan; dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Page 15: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

5

8. Staf Ahli Menteri (SAHLI), adalah unsur pembantu dalam memberikan telaahan,

pertimbangan, dan saran pemecahan masalah secara konseptual mengenai hal-hal

tertentu menurut keahliannya yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, susunan Staf

Ahli Menteri Ketenagakerjaan terdiri dari:

1. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Manusia;

2. Staf Ahli Bidang Kerjasama Internasional;

3. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga;

4. Staf Ahli Bidang Kebijakan Publik.

Secara rinci struktur organisasi Kementerian Ketenagakerjaan sebagaimana pada gambar 1

di bawah ini :

Gambar 1 : Struktur Organisasi Kementerian Ketenagakerjaan RI

E. SDM APARATUR KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

Jumlah SDM Aparatur Kementerian Ketenagakerjaan sampai dengan tanggal 31 Desember

2017 berjumlah 3.245 orang, dengan komposisi laki-laki sebanyak 1.971 orang atau 60,74%

dan perempuan sebanyak 1.274 orang atau 39,26%. Tersebar dalam 7 unit kerja Eselon I

dengan komposisi sebagai berikut : Setjen 472 orang, Itjen 131 orang, Barenbang 160 Orang,

Ditjen Binalattas 1.454 orang, Ditjen Binapenta dan PKK 310 orang, Ditjen PHI dan Jamsos

183 orang, Ditjen Binwasnaker dan K3 436 orang dan yang diperbantukan dengan gambaran

SDM tahun 2017 berdasarkan jenis kelamin dari unit kerja seperti grafik berikut :

Page 16: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

6

Grafik 1 :

Jumlah ASN Kementerian Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin Per-Unit Kerja Eselon I

Menurut tingkat pendidikan, jumlah pegawai Kementerian Ketenagakerjaan sampai dengan 31

Desember 2017 masih di dominasi oleh pendidikan Strata 1 (S1) yaitu : 1.638 orang atau 50,48%.

Profil pendidian pegawai Kementerian Ketenagakerjaan secara lebih rinci dapat dilihat pada grafik

2 dibawah ini.

Grafik 2 : Jumlah SDM Aparatur Kemnaker Berdasarkan Pendidikan

Page 17: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

7

Sedangkan jumlah pegawai Kementerian Ketenagakerjaan menurut golongan : Golongan IV

sebanyak 539 orang, Golongan III sebanyak 2.215 orang, Golongan II sebanyak 467 orang,

dan Golongan I sebanyak 24 orang. SDM Aparatur Kementerian Ketenagakerjaan menurut

golongan kepangkatan dan unit kerja Eselon I seperti grafik berikut :

Grafik 3 : Data SDM ASN Kemnaker Berdasarkan Golongan Tahun 2017

F. POTENSI DAN PERMASALAHAN

1. POTENSI

a. otensi Internal

1) Bonus Demografi :

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) data penduduk usia produktif (usia 15-

64 tahun) akan mencapai persentase yang paling tinggi pada tahun 2025-

2030. Besarnya penduduk usia produktif tersebut merupakan potensi

Indonesia untuk memacu ekonominya karena jumlah penduduk usia

produktif lebih besar dari jumlah penduduk non produktif. Namun

demikian ketersediaan jumlah lapangan pekerjaan dan kualitis penduduk

usia produktif yang rendah adalah permasalahan utama. Upaya-upaya

yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan bonus

demograsi tersebut adalah :

a. Memperluas lapangan kerja;

b. Meningkatkan iklim investasi;

c. Meningkatkan fleksibilitas pasar kerja serta pengembangan sistem

kerja yang layak;

d. Pendalaman pendidikan tenaga kerja;

e. Peningkatan partisipasi perempuan dalam tenaga kerja.

Page 18: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

8

Grafik 4 :

Prediksi Bonus Demografi Indonesia

2) Sumber Daya Alam (SDA)

Kandungan SDA merupakan sebuah peluang dan modal dasar dalam

percepatan pembangunan. Keinginan dan komitmen yang kuat dari

pemerintah untuk mendistribusikan kekuatan ekonomi ke seluruh penjuru

nusantara ini semakin terlihat melalui pembangunan nasional berbasis

kewilayahan (Agenda Pembangunan Wilayah/RPJMN 2015-2019 Buku III).

Untuk mengelola SDA tersebut agar bermanfaat bagi perekonomian

Indonesia diperlukan SDM yang berkualitas. Selain itu, dengan adanya SDA

ini maka peluang perluasan kesempatan kerja semakin besar. Namun

demikian Sumber daya alam mempunyai dua tipe yaitu terbatas dan tidak

terbatas, sumber daya alam yang terbatas inilah yang menjadi potensi

permasalahan karena tanpa adanya dukungan pengelolaan oleh sumber

daya manusia yang berkualitas.

b. Potensi Eksternal

Globalisasi

Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar

manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, migrasi, budaya, dan

bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu Negara menjadi

semakin kabur. Salah salah satu bentuk globalisasi adalah globalisasi

perekonomian, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan

pasar yang semakin terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial Negara.

Globalisasi perekonomian cenderung menghilangkan berbagai batasan dan

Page 19: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

9

hambatan terhadap arus modal, barang, dan jasa. Arus globalisasi dalam bentuk

FTA, WTO, NAFTA, dan lain-lain, akan semakin intensif dan pada tahun 2015

telah diberlakukan Asean Economic Community (AEC), di mana peluang ekonomi

menjadi semakin luas secara kewilayahan. Dari sisi ketenagakerjaan hadirnya

Asean Economic Community (AEC) merupakan peluang menempatkan tenaga

profesional di negara-negara ASEAN.

2. PERMASALAHAN

Setiap negara mempunyai masalah ketenagakerjaannya masing-masing, namun dapat

dibatasi pada ketersediaan lapangan pekerjaan, kondisi hubungan industrial serta

pengawasan ketenagakerjaan yang kurang efektif. Permasalahan utama

Ketenagakerjaan di Indonesia masih pada umumnya adalah peningkatan kualitas

pekerja dan produktivitas yang dihasilkan, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri

baik penempatan maupun perlindungannya serta pemberdayaan masyarakat dan

penigkatan lapangan pekerjaan.

Gambar 2 : Isu – Isu Ketenagakerjaan

Isu terkini masalah ketenagakerjan saat ini terbagi atas beberapa hal-hal penting yang

patut diidentifikasi dan dikelola bersama, Isu-isu tersebut muncul karena

permasalahan berikut :

a). Rendahnya Pendidikan Angkatan Kerja Indonesia, dapat di lihat pada grafik

berikut ini :

Page 20: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

10

Grafik 5: Kondisi Ketenagakerjaan Indonesia Menurut Jam Kerja Dan Tingkat Pendidikan 2017

SUMBER DATA : BPS PER SEPTEMBER 2017

b). Tingkat kemiskinan, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat besar,

sehingga hal ini menjadi isu penting dalam penanggulangan program kemiskinan

di Indonesia. Dari sisi kewilayahan, angka kemiskinan terbesar terkonsentrasi di

wilayah perdesaan, tercatat kedalaman kemiskinan di perkotaan sebesar 1,41%

dan perdesaan 2,37% sebagaimana grafik di bawah ini :

Grafik 6 : Tingkat kemiskinan di Indonesia berdasarkan perkotaan – perdesaan 2017

SUMBER DATA : BPS PER SEPTEMBER 2017

Page 21: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

11

c). Ketimpangan Ekonomi dan Middle Income Trap, berdasarkan indeks rasio gini

nasional menunjukkan bahwa pemerataan pendapatan Indonesia berada pada

level sedang. Situasi perekonomian ini berpengaruh langsung dan signifikan

terhadap bidang ketenagakerjaan melalui penciptaan lapangan kerja, penurunan

angka pengangguran dan kemiskinan.

d). Daya Saing Tenaga Kerja, kondisi ketenagakerjaan Indonesia masih menunjukkan

daya saing yang relatif masih rendah dibandingkan dengan Negara tetangga

sehingga belum cukup mampu bersaing baik di dalam negeri maupun di luar

negeri secara keseluruhan. Rendahnya mutu SDM Indonesia dipengaruhi oleh

rendahnya tingkat pendidikan dan tidak dimilikinya kompetensi kerja. Dalam

rangka meningkatkan daya saing melalui pelatihan kerja telah diterbitkan

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja

Nasional, yang mewajibkan pelatihan yang dilakukan di tempat pelatihan kerja

adalah Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) yang mengacu kebutuhan dunia

kerja sehingga lulusan pelatihan dapat langsung bekerja. Dengan paradigma baru

peningkatan kualitas tenaga kerja bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu standar

kompetensi kerja, pelatihan berbasis kompetensi serta sertifikasi kompetensi

oleh lembaga yang independen.

e). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang merupakan amanat dari Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2004, dengan memaksimalkan cakupan kepesertaan

jaminan sosial pada seluruh rakyat Indonesia khususnya dalam hal ini BPJS

Ketenagakerjaan. Tantangan SJSN Ketenagakerjaan adalah pada jaminan pensiun

dan kelompok penduduk tertentu yang berkebutuhan khusus.

f). Pasar Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja, kondisi pasar kerja di Indonesia

ditandai dengan pasar kerja kurang berkualitas dimana hal ini diindikasikan

dengan pendidikan angkatan kerja masih rendah, di tambah dengan pelatihan

kerja yang belum mencakup seluruh angkatan kerja, sehingga tidak

mengherankan jika produktivitas tenaga kerja Indonesia secara makro masih

rendah, bila dibandingkan dengan Thailand, Malaysia dan Singapura.

g). Penegakan Norma Ketenagakerjaan, minimnya kuantitas dan kualitas pengawas

ketenagakerjaan dalam melakukan pembinaan pengawasan dan penegakan

peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan, mengakibatkan

peraturan ketenagakerjaan banyak yang tidak dilaksanakan oleh para pihak.

Page 22: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

12

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Jangka Menengah

Nasional Tahun 2015-2019 dan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 27 Tahun 2016

tentang Rencana Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2015 – 2019, pembangunan

bidang Ketenagakerjaan diarahkan pada 2 (dua) agenda pembangunan, yaitu :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa

aman kepada seluruh warga negara;

2. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa

indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa asia lainnya.

Kedua agenda pembangunan tersebut memiliki sasaran pokok, sebagai berikut :

1. Tingkat pengangguran Terbuka sekitar 4% sampai dengan 5% hingga 2019;

2. Penyediaan lapangan kerja 10.000.000 sampai dengan 2019, atau rata-rata 2.000.000 per

tahun;

3. Persentase tenaga kerja Formal meningkat menjadi 51% pada tahun 2019;

4. Kepesertaan SJSN Ketenagakerjaan sebesar 62,4 juta orang untuk Pekerja Formal dan 3,5

juta orang untuk Pekerja Informal sampai dengan 2019;

5. Jumlah tenaga kerja yang dilatih sebesar 2.170.377 orang secara kumulatif hingga 2019;

6. Jumlah tenaga kerja yang disertifikasi sebesar 863.819 orang secara kumulatif hingga 2019;

7. Kinerja lembaga pelatihan milik negara menjadi berbasis kompetensi, sebesar 25% sampai

dengan tahun 2019.

Terkait dengan perkembangan pencapaian sasaran pokok RPJMN 2015-2019 untuk urusan

Ketenagakerjaan tersebut, maka diperlukan indikator kinerja yang menjadi dasar dalam

pengukuran kinerja Kementerian Ketenagakerjaan dalam melaksanakan pembangunan bidang

Ketenagakerjaan.

A. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 2015 - 2019

I. Visi

Visi pembangunan nasional untuk tahun 2015 - 2019 adalah :

“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan

Gotong Royong”.

II. Misi

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015 – 2019, misi

pembangunan nasional sebagai berikut :

Page 23: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

13

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,

dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan

negara hukum;

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai

negara maritim;

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera;

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional;

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

B. ARAH KEBIJAKAN

Atas misi tersebut, maka arah kebijakan dan strategi Kementerian Ketenagakerjaan

dirumuskan dalam 9 agenda prioritas pembangunan bidang ketenagakerjaan yang disebut

dengan NAWAKERJA KETENAGAKERJAAN, yaitu :

a. Penguatan Perencanaan Tenaga Kerja Nasional;

b. Percepatan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja;

c. Percepatan Sertifikasi Profesi;

d. Perluasan Kesempatan Kerja Formal;

e. Penguatan Wirausaha Produktif;

f. Penciptaan Hubungan Industrial yang Sehat dan Produktif;

g. Penegakkan Hukum Ketenagakerjaan;

h. Peningkatan Perlindungan Pekerja Migran;

C. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Pada Tahun 2016 Kementerian Ketenagakerjaan membuat 2 (Dua) Perjanjian Kinerja, hal ini

disebabkan adanya penajaman/perbaikan pada sasaran strategis dan indikator kinerja

sebagaimana tersebut dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 27 Tahun 2016

tentang Rencana Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2015 - 2019 yang merevisi

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 14 Tahun 2016, sehingga perjanjian kerja

Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2016, menjadi sebagai berikut :

Page 24: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

14

Tabel 2 : Perjanjian Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan

1. Meningkatnya kesempatan

kerja masyarakat Indonesia

1. Persentase angka

pengangguran

5,0-5,3 %

2. Peningkatan Pembangunan

Ketenagakerjaan di Provinsi

2. Jumlah Provinsi yang Indeks

Pembangunan

Ketenagkaerjaan (IPK) Baik

4 provinsi

3. Peningkatan kompetensi dan

produktivitas tenaga kerja

3. Persentase Tenaga Kerja

yang bersertifikat

Kompetensi

2,73 %

4. Tingkat Produktivitas

Tenaga Kerja

76,30 Juta Tenaga

Kerja

4. Peningkatan Kualitas

Penempatan dan

Pemberdayaan Tenaga Kerja

5. Penyediaan Lapangan Kerja

2015-2019

2.000.000 Orang

6. Peningkatan Persentase

Tenaga Kerja Formal

46 %

5 Perciptaan Hubungan

Industrial yang Harmonis dan

memperbaiki iklim

ketenagakerjaan

7. Persentase penurunan

angka perselisihan

hubungan industrial antara

pekerja dengan perusahaan

10,71 %

8. Jumlah Tenaga Kerja yang

telah menjadi peserta

Program Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan (Formal

dan Informal)

25.420.386 orang

6. Peningkatan perlindungan

tenaga kerja, menciptakan rasa

keadilan dalam dunia usaha

dan pengembangan sistem

9. Jumlah perusahaan yang

menerapkan norma

ketenagakerjaan

19.060 Perusahaan

10. Jumlah Pekerja anak yang

ditarik dari Bentuk

Pekerjaan Terburuk Anak

(BPTA)

17.000 Pekerja Anak

7. Peningkatan Kapasitas dan

Kualitas Organisasi

11. Opini Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK)

12. Hasil Evaluasi AKIP

13. Indeks Reformasi Birokrasi

WTP

B

81

Page 25: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2017

A. CAPAIAN KINERJA

1. Capaian Sasaran Strategis (SS) Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017

Pengukuran capaian kinerja Kementerian Ketenagakerjaan pada tahun 2016

mengalami revisi pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama yang dilakukan

diakhir September. Namun demikian nilai capaian kinerja 2017 akan dihitung dengan

menghimpun dan menghitung indikator-indikator yang ada pada indikator program,

dan indikator kegiatan yang menunjang indikator sasaran strategis. Sehingga

diperoleh capaian masing-masing Indikator Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan

Tahun 2017, sebagai berikut :

Tabel 3 :

Capaian Sasaran Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017

NO SASARAN STRATEGIS 2016 2017

T R C T R C 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Meningkatnya kesempatan kerja masyarakat Indonesia

5,2%-5,5% 5,61% 98% 5,0-5,3 5,50% 96,36%

2 Peningkatan Pembangunan Ketenagakerjaan di Provinsi

3 Provinsi 3 Provinsi 100% 4 Provinsi 1 Provinsi 25%

3 Peningkatan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja

2,30% 2,33% 101,30% 2,73% 2,56 97,77%

4 Peningkatan Kualitas Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja

2000.000 Orang

2.378.618 Orang

118,93% 2000.000

Orang 2.632.676

Orang 109,01%

5 Perciptaan Hubungan Industrial yang Harmonis dan memperbaiki iklim ketenagakerjaan

9,32% 36% 386,27% 10,71% 59,19 369%

6

Peningkatan perlindungan tenaga kerja, menciptakan rasa keadilan dalam dunia usaha dan pengembangan sistem

17.065 Perusahaan

17.895 Perusahaan

104,86% 19.060

Perusahaan 22.295

Perusahaan 113,44%

7 Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Organisasi

80 69,65% 87,06% 81

Page 26: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

16

Tabel 4 : Capaian Indikator Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan 2016 2017 Target

2019 T R C (%) T R C (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Meningkatnya kesempatan

kerja masyarakat Indonesia Persentase angka pengangguran % 5,2-5,5 5,61 98 5,0-5,3 5,50 96,36 4,0-5,0

2. Peningkatan Pembangunan

Ketenagakerjaan di Provinsi

Jumlah Provinsi yang Indeks

Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK)

yang baik (66,00 – 79,99)

Provinsi 3 3 100 4 1 25 6

3.

Peningkatan kompetensi

dan produktivitas tenaga

kerja

1. Persentase Tenaga Kerja yang

bersertifikat Kompetensi % 2,3 2,33 101,34 2,73 2,56 97,77 3,5

2. Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja

Juta per

pekerja per

tahun

75,05 79,66 106,14 76,3 81,91 107,35 79,05

4.

Peningkatan Kualitas

Penempatan dan

Pemberdayaan Tenaga Kerja

1. Penyediaan Lapangan Kerja 2015-2019 Orang 2.000.000 2.378.618 118,38 2.000.000 2.669.469 109,01 2.000.000

2. Peningkatan Persentase Tenaga Kerja

Formal

% 44 42,4 96,40 46 42,97 93,41 51

5.

Perciptaan Hubungan

Industrial yang Harmonis

dan memperbaiki iklim

ketenagakerjaan

1.

Persentase penurunan angka

perselisihan hubungan industrial antara

pekerja dengan perusahaan

% 9,32 36 386,27 10,71 59,19 369 12

2.

Jumlah Tenaga Kerja yang telah menjadi

peserta Program Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan (Formal dan Informal)

Orang 22.135.481 22.633.082 102,25 25.420.386 25.383.204 103,23 33.524.978

6.

Peningkatan perlindungan

tenaga kerja, menciptakan

rasa keadilan dalam dunia

usaha dan pengembangan

sistem

1. Jumlah perusahaan yang menerapkan

norma ketenagakerjaan Perusahaan 17.065 17.895 104,86 19.060 22.295 113,44 23.140

2. Jumlah Pekerja anak yang ditarik dari

Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak (BPTA) Pekerja Anak 16.500 16.500 100 17.000 18.401 108,24 19.000

7. Peningkatan Kapasitas dan

Kualitas Organisasi

1. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Opini WTP WTP 100 WTP keluar Mei-

Juni WTP

2. Hasil Evaluasi AKIP Nilai B B 100 B B* BB

3. Indeks Reformasi Birokrasi Nilai 80 69,55 87,06 81 71,78* 88,61* 83

T=Target; R=Realisasi; C=Capaian.

Page 27: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

17

2. Analisis Capaian Kinerja

Selanjutnya dilakukan analisis capaian kinerja yang menggambarkan keterkaitan

antara target dan realisasi pencapaian kinerja yang telah dituangkan dalam Penetapan

Kinerja Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Pada awalnya

program dan target Kemnaker mengacu pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.

14 Tahun 2015, namun hasil penajaman bersama disepakati terdapat penyempurnaan

dan penyesuaian. Oleh karenanya dilakukan perubahan sasaran strategis sebagaimana

dirumuskan dan dituangkan dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 27 Tahun

2016.

SS 1 : Meningkatnya Kesempatan Kerja Masyarakat Indonesia.

Sasaran Strategis ke-1 ini mengandung makna, peningkatan kompetensi tenaga kerja

dan produktivitas. SS 1 didukung oleh Indikator Kinerja (IK) Persentase angka

pengangguran.

Tabel 5: Persentase Angka Pengangguran 2016-2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan 2016 2017 Target

2019 T R C T R C

1

2 3 4 5 6 7 8 9 10

Meningkatnya

Kesempatan kerja

Masyarakat

Indonesia

1 Persentase angka

pengangguran

%

5,2-

5,5

5,61 98 5,0-

5,3

5,5 96,36 4,0-5,0

Pengukuran SS 1 melalui Indikator Kinerja (IK 1) Persentase angka pengangguran

IK 1 : Persentase angka pengangguran

Memiliki Definisi Operasional : Penganggur adalah angkatan kerja yang tak punya

pekerjaan dan mencari pekerjaan, tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha, tak

punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin

mendapatkan pekerjaan, serta sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Persentase angka pengangguran = Jumlah Pengangguran

100 Jumlah Angkatan Kerja

Data Bersumber Dari BPS

Page 28: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

18

Penjelasan mengenai tidak tercapainya tingkat pengangguran pada tahun 2017,

sebaiknya dilihat dari profil pengangguran itu sendiri. Menurut tingkat pendidikan,

tingkat pengangguran tertinggi berada pada jenjang pendidikan SMK (11,41%), SMA

(8,29%), Diploma (6,88%). Menurut kelompok umur, penangguran tertinggi berada

pada kelompok umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun yaitu 27,54% dan 16,62%. Perlu

dicermati bahwa pengangguran di Indoensia tidaklah identik dengan kemiskinan

karena meskipun pengangguran di perkotaan lebih tinggi, namun tingkat kemiskinan di

perkotaan lebih rendah dibandingkan di perdesaan. Tingkat pengangguran di

perkotaan sebesar 6,79% namun tingkat kemiskinan hanya 7,26% (BPS, September

2017) sedangkan pengangguran di perdesaan hanya 4,01% namun tingkat kemiskinan

mencapai 13,47% (BPS, September 2017). Selain itu jika melihat jumlah pengangguran

terbuka menurut kategori pengangguran, sebagaimana mana pada tabel 6 dibawah ini.

Pada pengangguran yang dikategorikan “sedang mencari pekerjaan”, semakin tinggi

tingkat pendidikan semakin tinggi pula persentase tenaga kerja yang mencari

pekerjaan.

Tabel : 6

Tingkat Pendidikan Kategori Pengangguran Terbuka

TINGKAT PENDIDIKAN

KATEGORI PENGANGGURAN TERBUKA

TOTAL

Mencari Pekerjaan Mempersiapkan

Usaha Merasa Tidak Mungkin Mendapat Pekerjaan

Sudah Punya Pekerjaan Tapi

Belum Mulai Bekerja

N % N % N % N % N %

Tidak/belum pernah sekolah 22,218 35.28 1,230 1.95 36,280 57.60 3,256 5.17 62,984 100

Tidak/belum tamat SD 207,028 51.19 15,751 3.89 163,645 40.46 18,011 4.45 404,435 100

SD 581,628 64.30 45,904 5.07 219,253

24.24 57,776 6.39 904,561 100

SMP 960,200 75.34 48,292 3.79 205,573 16.13 60,352 4.74 1,274,417 100

SMA 1,621,382 84.85 54,759 2.87 169,075 8.85 65,613 3.43 1,910,829 100

SMK 1,475,528 91.00 32,953 2.03 59,915 3.70 53,006 3.27 1,621,402 100

Diploma 204,686 84.25 12,679 5.22 16,159 6.65 9,413 3.87 242,937 100

Universitas 545,617 88.18 25,278 4.09 21,747 3.51 26,116 4.22 618,758 100

Berdasarkan seluruh hal tersebut, maka diindikasikan bahwa tingginya tingkat

pengangguran di SMK, SMA, dan Diploma, khususnya di perkotaan, dikarenakan

adanya kemampuan untuk memilih-milih pekerjaan, sehingga pengambilan keputusan

untuk menerima suatu pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih lama. Lulusan SMK,

SMA dan Diploma (khususnya di perkotaan) relatif bukan berasal dari keluarga miskin

dibandingkan lulusan SMP dan SD, sehingga masih menerima “bantuan” ekonomi dari

orang tua ketika mencari kerja, apalagi yang masih berusia muda. Fenomena inilah

yang menjelaskan mengapa tingkat pengangguran justru lebih tinggi pada tingkat

pendidikan yang relatif lebih tinggi pula dan berada di perkotaan.

Page 29: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

19

Sementara itu, penjelasan secara makro dari tidak tercapainya target penurunan pengangguran disebabkan karena investasi semakin bersifat padat modal. Sebagaimana yang terlihat pada gambar 3 dibawah ini, tren laju pertumbuhan investasi relatif meningkat lebih tajam dibandingkan tren penurunan pengangguran yang relatif lebih landai.

Gambar : 3 Laju Pertumbuhan Investasi Dan Tingkat Pengangguran

4,12

5,01

4,47

6,155,75 6,07

5,7 5,53

4

4,5

5

5,5

6

6,5

2014 2015 2016 2017

Laju pertumbuhan Investasi (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

Expon. (Laju pertumbuhan Investasi (%)) Expon. (Tingkat Pengangguran Terbuka (%))

(Sumber data : BPS, beberapa tahun, diolah)

Investasi yang semakin bersifat padat modal ini kemungkinan merupakan dampak dari kemajuan teknologi, sehingga terjadi pergeseran jenis pekerjaan yang kurang mampu diadaptasi secara cepat oleh tenaga kerja Indonesia. Kondisi tersebut terkonfimasi dalam laporan World Competitiveness Index, dimana kesiapan teknologi Indonesia menduduki peringkat 80 dari 137 (The Global Competitiveness Report 2017-2018, World Economic Forum) sebagaimana pada gambar 4 dan 5 dibawah ini dan besarnya angkatan kerja kurang terdidik (SMP ke bawah) yang mencapai 58,83% (75.341.011 orang) (BPS 2017).

Page 30: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

20

Gambar : 4 Indeks Daya Saing Global

Gambar : 5 Indeks Daya Saing Global

Page 31: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

21

SS 2 : Peningkatan Pembangunan Ketenagakerjaan di Provinsi

Sasaran Strategis ke-2 ini merupakan gambaran terhadap pencapaian pembangunan

ketenagakerjaan di suatu daerah sebagaimana diatur dalam fungsi Kementerian

Ketenagakerjaan dalam pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan

urusan Kementerian Ketenagakerjaan di daerah.

Hasil Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) ini sangat bermanfaat

bagi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bersangkutan, diantaranya adalah tersedianya

informasi yang cukup komprehensif mengenai seluruh hasil pembangunan

ketenagakerjaan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi, informasi

mengenai berbagai permasalahan dan tantangan ketenagakerjaan yang harus segera

diselesaikan.

Dengan adanya hasil pengukuran IPK, maka dapat diformulasikan berbagai kebijakan,

strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan yang tepat, guna mendekatkan

Pemerintah Provinsi pada empat tujuan utama pembangunan ketenagakerjaan.

Maka diperoleh pencapaian SS 2 melalui indikator kinerja jumlah provinsi dengan IPK

Baik dengan capaian kinerja tahun 2017 sebesar 25, sebagaimana dapat dicermati

pada tabel di bawah ini :

Tabel 7 : Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK)

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan 2016 2017 Target

2019 T R C (%) T R C (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Peningkatan

Pembangunan

Ketenagakerjaan

di Provinsi

2

Jumlah Provinsi

yang Indeks

Pembangunan

Ketenagakerjaan

(IPK) yang baik

(66,00 – 79,99)

Provinsi 3 3 100 4 1 25 6

Pengukuran SS 2 melalui Indikator Kinerja (IK 2) Jumlah Provinsi yang memiliki Indeks

Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) baik (66,00 – 79,99)

IK 2 : Jumlah Provinsi yang memiliki Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK)

baik (66,00 – 79,99)

Memiliki Definisi Operasional : Banyaknya Provinsi yang IPK bernilai baik. Pengukuran

IPK tahun 2017 menggunakan 9 (sembilan) indikator utama dan 25 sub indikator.

Indikator Utama indeks ini mencakup keseluruhan bidang ketenagakerjaan, dan sub

Indikator merupakan kegiatan pokok indikator utama yang diselaraskan dengan SDGs

bidang ketenagakerjaan. Setiap indikator dan sub indikator diberikan bobot sesuai

Page 32: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

22

dengan beban dan tanggung jawab di bidang ketenagakerjaan, sehingga IPK mampu

menggambarkan keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan setiap bidang/indikator,

Provinsi dan nasional.

Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Jumlah Provinsi yang

memiliki Indeks

Pembangunan

Ketenagakerjaan baik

=

Gambar 6 :

Nilai Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) Tahun 2017

Hasil pengukuran IPK Tahun 2017 menunjukkan adanya penurunan IPK Nasional

sebesar 1,39 poin, yakni dari 57,46 pada tahun 2016 menjadi 56,07 pada tahun 2017,

sedangkan target RPJMN sebesar 57,00. Indikator paling rendah dalam IPK nasional

yakni kondisi lingkungan kerja. Ini terkait peran pengawas ketenagakerjaan yang

belum optimal dan rendahnya kesadaran untuk menerapkan sistem manajemen

kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Indikator dengan nilai rendah lainnya yaitu

hubungan industrial dan produktivitas tenaga kerja. Pencapaian IPK Tahun 2017 secara

nasional masih jauh dari target.

Page 33: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

23

Tabel 8 : Tingkatan Status IPK

TINGKATAN STATUS INDEKS KOMPOSIT TINGKATAN STATUS

RENDAH < 50.00 BELUM BAIK

MENENGAH BAWAH 50.00 - 65.99 BELUM BAIK

MENENGAH ATAS 66.00 - 79.99 BAIK

TINGGI ≥ 80.00 BAIK

Tabel 9: Hasil IPK Tahun 2017

NO PROVINSI IPK PERINGKAT STATUS

1 D.K.I. Jakarta 66,11 1 Menengah Atas

2 D.I. Yogyakarta 63,76 2 Menengah Bawah

3 Bali 63,48 3 Menengah Bawah

4 Kalimantan Tengah 63,48 4 Menengah Bawah

5 Kalimantan Selatan 62,39 5 Menengah Bawah

6 Kalimantan Timur 62,16 6 Menengah Bawah

7 Sulawesi Selatan 61,95 7 Menengah Bawah

8 Jambi 60,42 8 Menengah Bawah

9 Sumatera Barat 59,92 9 Menengah Bawah

10 Papua Barat 58,88 10 Menengah Bawah

11 Kepulauan Bangka Belitung 58,83 11 Menengah Bawah

12 Jawa Tengah 58,58 12 Menengah Bawah

13 Sulawesi Tengah 58,55 13 Menengah Bawah

14 Sumatera Selatan 58,46 14 Menengah Bawah

15 Jawa Timur 58,29 15 Menengah Bawah

16 Kalimantan Utara 57,65 16 Menengah Bawah

17 Kepulauan Riau 57,55 17 Menengah Bawah

18 Kalimantan Barat 56,23 18 Menengah Bawah

19 Aceh 55,88 19 Menengah Bawah

20 Papua 55,74 20 Menengah Bawah

21 Riau 55,69 21 Menengah Bawah

22 Maluku 54,62 22 Menengah Bawah

23 Bengkulu 54,59 23 Menengah Bawah

24 Banten 54,20 24 Menengah Bawah

25 Maluku Utara 53,07 25 Menengah Bawah

26 Sulawesi Tenggara 52,54 26 Menengah Bawah

27 Sumatera Utara 52,45 27 Menengah Bawah

28 Jawa Barat 52,15 28 Menengah Bawah

29 Gorontalo 49,44 29 Rendah

30 Sulawesi Barat 47,06 30 Rendah

31 Nusa Tenggara Barat 46,41 31 Rendah

32 Sulawesi Utara 45,92 32 Rendah

33 Lampung 45,66 33 Rendah

34 Nusa Tenggara Timur 44,28 34 Rendah

Indonesia 56,07 Menengah Bawah

Page 34: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

24

Ada sejumlah indikator utama yang digunakan untuk mengukur IPK seperti

perencanaan tenaga kerja. Kemudian, penduduk dan tenaga kerja, serta kesempatan

kerja. Berikutnya, pelatihan dan kompetensi kerja, produktivitas tenaga kerja,

hubungan industrial, serta kondisi lingkungan kerja. Selain itu pengupahan dan

kesejahteraan pekerja serta jaminan sosial juga bagian dari indikator utama.

Tabel 10 :

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

Menurut Indikator Utama Dan Provinsi Terbaik Tahun 2017

NO. INDIKATOR UTAMA PROVINSI INDEKS

1. Perencanaan Tenaga Kerja Jawa Timur 8,7

2. Penduduk dan Tenaga Kerja D.I. Yogyakarta 8,74

3. Kesempatan Kerja DKI Jakarta 14,11

4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja D.I. Yogyakarta 12,65

5. Produktivitas Tenaga Kerja P a p u a 8,74

6. Hubungan Industrial B a l i 4,82

7. Kondisi Lingkungan Kerja Kalimantan Selatan 6,48

8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja DKI Jakarta 10

9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja DKI Jakarta 10

Secara Nasional, IPK tertinggi pada tahun 2017 diraih oleh Provinsi DKI Jakarta dengan

Indeks sebesar 66,11, peringkat kedua ditempati oleh Provinsi DI Yogyakarta dengan

Indeks sebesar 63,76, sedangkan peringkat ketiga ditempati Provinsi Bali dengan

Indeks sebesar 63,48.

Gambar 7:

Workshop Dan Penyerahan Penghargaan

IPK Tahun 2017 Oleh Menteri Ketenagakerjaan

Page 35: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

25

Tabel 11 : IPK Nasional Tahun 2017

NO Indikator Utama & Sub Indikator Indeks

2016 2017

1 Perencanaan Tenaga Kerja 7,92 7,35

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 7,92 7,35

2 Penduduk dan Tenaga Kerja 6,13 6,51

Persentase NEET (15-24 tahun)2 - 1,02

Tingkat Pekerja Anak1/Persentase Anak Yang Bekerja (10-17 tahun)2 2,34 1,55

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 1,87 2,49

Tingkat Pekerja Tidak Penuh1/ Persentase Setengah Pengangguran2 1,1 1,45

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Muda1 0,82 -

3 Kesempatan Kerja 10,85 8,56

Proporsi LPINP2 - 2,28

Proporsi LPINP Laki-laki2 - 1,82

Proporsi LPINP Perempuan2 - 1,47

Proporsi LPIP2 - 0,76

Tk. Kesempatan Kerja Sektor Formal1/Persentase Tenaga Kerja Formal2 2,5 2,23

Tingkat Kesempatan Kerja Sek.Informal Tdk Tmsk Pekerja Keluarga1 2,71 -

Tingkat Kesempatan Kerja1 5,64 -

4 Pelatihan dan Kompetensi Kerja 3,65 7,04

Tingkat Kapasitas Pelatihan Kerja 1,31 2,38

Tingkat Lulusan Pelatihan Kerja 0,92 3,4

Tingkat Lembaga Latihan yang Terakreditasi 1,42 1,26

5 Produktivitas Tenaga Kerja 3,99 4,1

Laju Pertumbuhan PDRB per Tenaga Kerja2 - 0,65

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 3,99 3,45

6 Hubungan Industrial 3,56 3,16

Tingkat PP Yang Disahkan 0,56 0,58

Tingkat PKB Yang Didaftarkan 0,13 0,12

Tingkat LKS Bipartit di Perusahaan 1,24 0,62

Tingkat Perselisihan Hubungan Industrial 1,63 1,84

7 Kondisi Lingkungan Kerja 3,6 2,89

Tingkat Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,3 0,31

Tingkat Kecelakaan Kerja 2,74 1,84

Tingkat Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 0,56 0,74

8 Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,61 8,26

Proporsi Upah Rata-rata Per Jam terhadap UMP Per Jam2 - 8,26

Proporsi Besaran Upah Minimum terhadap KHL1 9,61 -

9 Jaminan Sosial Tenaga Kerja 8,15 8,2

Tingkat Perusahaan yang Menjadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan 4,3 4

Tingkat Pekerja Penerima Upah dan Pekerja Bukan Penerima Upah yang Terdaftar sebagai Peserta BPJS Ketenagakerjaan Aktif

3,85 4,2

INDONESIA 57,46 56,07

Page 36: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

26

Tidak tercapainya target IKU Kementerian Ketenagakerjaan berupa bertambahya

jumlah Provinsi yang kualitas pembangunannya berkategori ‘Baik’ atau ‘Menengah

Atas’ berdasarkan hasil pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan, yakni dari

semula 3 Provinsi pada tahun 2016 menjadi hanya 1 Provinsi di tahun 2017 adalah

disebabkan menurunnya hampir sebagian besar Indeks Pembangunan

Ketenagakerjaan Provinsi, terutama Indeks Provinsi yang semula masuk kategori ‘Baik’

atau Menengah Atas, yakni Provinsi D.I. Yogyakarta dan Provinsi Bali. Secara umum,

penurunan Indeks di setiap Provinsi terjadi akibat penurunan pada Indikator

Perencanaan Tenaga Kerja, Indikator Kesempatan Kerja, Indikator Produktivitas

Tenaga Kerja, Indikator Hubungan Industrial, dan Indikator Kondisi Lingkungan Kerja.

Penurunan pada Indikator Perencanaan Tenaga Kerja disebabkan Proyeksi

Kesempatan Kerja masih kurang akurat yang termanifestasi dari angka proyeksi yang

relatif jauh dari realisasinya. Akibatnya, rekomendasi kebijakan, strategi dan program

pembangunan ketenagakerjaan daerah yang dihasilkan banyak yang tidak efisien dan

efektif. Adanya sejumlah provinsi yang tidak menyusun kembali Perencanaan Tenaga

Kerja juga telah turut menyebabkan turunnya Indikator ini. Tidak adanya Perencanaan

Tenaga Kerja menyebabkan Provinsi tersebut tidak memiliki acuan dalam

melaksanakan pembangunan ketenagakerjaan di wilayahnya.

Penurunan pada Indikator Kesempatan Kerja disebabkan menurunnya tingkat

kesempatan kerja formal dan meningkatnya kesempatan kerja informal di beberapa

Provinsi. Masih terbatasnya ketersediaan kesempatan kerja formal telah

menyebabkan angkatan kerja baru dan para penganggur terpaksa menjatuhkan

pilihannya pada kesempatan kerja informal di sektor pertanian maupun non-

pertanian. Bahkan, persentase Tenaga Kerja Formal di DKI Jakarta sendiri mengalami

penurunan cukup substansial. Hal ini antara lain disebabkan banyaknya kaum millenial

yang memilih jalur wirausaha dibandingkan menjadi karyawan. Bentuk wirausaha yang

dipilih pun masih bersifat informal.

Penurunan pada Indikator Produktivitas Tenaga Kerja disebabkan tingkat

pertumbuhan produktivitas yang relatif rendah di sebagian besar Provinsi. Meskipun

produktivitasnya lebih besar dibandingkan tahun lalu, namun tingkat pertumbuhannya

tidak tinggi. Yang diharapkan adalah pertumbuhannya tinggi dan tidak sekedar

bertambah.

Penurunan pada Indikator Hubungan Industrial disebabkan masih rendahnya jumlah

Peraturan Perusahaan yang Didaftarkan, jumlah Perjanjian Kerja Bersama yang dibuat

oleh Perusahaan, dan jumlah LKS Bipartit di Perusahaan, akibat belum dijadikannya

Page 37: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

27

penciptaan Hubungan Industrial yang Kondusif sebagai fokus utama Pemerintah

Provinsi.

Penurunan pada Indikator Kondisi Lingkungan Kerja disebabkan beberapa hal, yaitu (1)

belum optimal dan belum efektifnya pelaksanaan tugas pengawasan ketenagakerjaan

di Perusahaan pasca pelimpahan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan ke

Pemerintah Provinsi yang berimplikasi signifikan pada tingkat Wajib Lapor

Ketenagakerjaan oleh setiap Perusahaan di wilayah tersebut; dan (2) masih sangat

rendahnya tingkat penerapan Standar Manajemen K3 oleh Perusahaan di wilayah

tersebut. Hal ini semua berpengaruh negatif terhadap kondisi pengawasan

ketenagakerjaan di daerah, sehingga Indeks Kondisi Lingkungan Kerja mengalami

penurunan.

Secara umum, program peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan vokasi di BLK-BLK

telah cukup berhasil mendorong peningkatan Indeks pada Indikator Pelatihan dan

Kompetensi Kerja. Jumlah kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dan Besaran Upah yang

dibayarkan kepada para pekerja juga sudah cukup baik yang tercermin dalam angka

indeksnya. Namun demikian, penurunan Indeks pada 5 Indikator di atas menyebabkan

turunnya Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan secara total dan berkurangnya jumlah

Provinsi yang jumlah Provinsi yang kualitas pembangunannya berkategori ‘Baik’ atau

‘Menengah Atas’ (Target IKU).

Selain hal tersebut diatas, beberapa hal yang menyebabkan tidak tercapainya target

Pencapaian indikator kinerja IPK tahun 2017 dengan Renstra Kemnaker Tahun 2015-

2019 dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Berdasarkan kebijakan terkini dalam pelaksanaan pengukuran IPK pada tahun

2017 untuk meningkatkan relevansinya dengan perkembangan dunia dengan

melibatkan stakeholders terkait (ILO-Indonesia) untuk dapat pula mengakomodir

tuntutan bahwa IPK dapat berkontribusi terhadap pencapaian agenda

pembangunan global yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs) atau

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Hal tersebut didorong pula dengan

adanya agenda SDGs terdapat tujuan pembangunan global yang berkaitan

langsung dengan ketenagakerjaan, yakni Agenda ke-8 mengenai Pekerjaan Yang

Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (Decent Work dan Economic Growth).

b. Mengacu pada kebijakan tersebut diatas, dan dengan melakukan penyesuaian

metodologi pengukuran IPK yang telah diintegrasikan dengan Konsep

Pembangunan Dunia (SDGs) dengan penetapan sebagai Keputusan Menteri

Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 206 Tahun 2017 tentang Pedoman

Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan.

Page 38: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

28

c. Hasil pengukuran IPK dengan menggunakan perspektif baru, diperoleh hasil

pembangunan ketenagakerjaan disebagian besar provinsi masih jauh dari target

SDGs. Hal ini disebabkan karena SDGs belum menjadi salah satu fokus

pembangunan didaerah. Hal ini dimungkinkan karena agenda pembangunan

dunia SDGs (yang memiliki 17 Goals) baru diluncurkan pada tahun 2016, bahkan

di Indonesia sendiri secara resmi baru diluncurkan pada tanggal 4 Juli 2017, yakni

melalui Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals).

d. Belum efektifnya konsep SDGs yang diangkat oleh Pemerintah Daerah dalam

perencanaan pembangunan daerahnya pada tahun 2016, maka tidak dapat

dihindari dalam pengukuran IPK Tahun 2017 yang mengukur kinerja Pemerintah

Provinsi Tahun 2016 menemukan hasil pelaksanaan SDGs pada sejumlah daerah

belum sesuai. Dengan telah terbitnya Perpres diatas, termasuk Kepmenaker

Nomor 206 Tahun 2017, Pemerintah Provinsi dapat segera menyesuaikan

perencanaan pembangunannya dengan konsep SDGs, sehingga diharapkan

dapat terjadi rebound yang positif dalam hasil pengukuran IPK tahun 2018 yang

akan mengukur kinerja tahun 2017.

e. Selain itu terdapat pula kontribusi dari indikator utama perencanaan tenaga

kerja, hal ini disebabkan karena belum disusunnya Perencanaan Tenaga Kerja

disejumlah provinsi yang telah habis masa berlakunya.

Tabel 12 :

Indikator dan Nilai IPK Nasional, Tahun 2017

Indikator Utama & Sub Indikator

Bobot

Satuan Nilai

Minimum

Nilai

Maksimum

Perencanaan Tenaga Kerja

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 0 100

Penduduk dan Tenaga Kerja

Persentase NEET (15-24 tahun) 3 40

Persentase Anak Yang Bekerja (10-17 tahun) 0 40

Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3 15

Persentase Setengah Pengangguran 0 15

Kesempatan Kerja

Persentase Tenaga Kerja Formal 20 55

Proporsi Lapangan Pekerjaan Informal Non-Pertanian (LPINP) 30 85

Proporsi LPINP untuk Laki-laki 30 85

Proporsi LPINP untuk Perempuan 30 85

Proporsi Lapangan Pekerjaan Informal Pertanian (LPIP) 75 100

Page 39: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

29

Indikator Utama & Sub Indikator

Bobot

Satuan Nilai

Minimum

Nilai

Maksimum

Pelatihan dan Kompetensi Kerja

Tingkat Kapasitas Pelatihan Kerja 0 10

Tingkat Lulusan Pelatihan Kerja 0 10

Tingkat Lembaga Latihan yang Terakreditasi 0 100

Produktivitas Tenaga Kerja

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 25 100 Juta/TK

Laju Pertumbuhan PDRB per Tenaga Kerja 0,1 10

Hubungan Industrial

Tingkat Peraturan Perusahaan (PP) Yang Disahkan 0 100

Tingkat Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Yang Didaftarkan 0 100

Tingkat Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan 0 100

Tingkat Perselisihan Hubungan Industrial 0 10

Kondisi Lingkungan Kerja

Tingkat Penerapan SMK3 di Perusahaan 10 30

Tingkat Kecelakaan Kerja 0 1 Tingkat Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 0 75

Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja

Proporsi Besaran Upah Rata-rata Per Jam Terhadap UMP Per Jam 0 120

Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Tingkat Perusahaan yg mjd Peserta BPJS Ketenagakerjaan 0 15

Tingkat Pekerja/Buruh/Karyawan yg mjd Peserta BPJS

Ketenagakerjaan

0 20

Pengukuran kinerja IPK Tahun 2017 ini didukung oleh berbagai upaya yang dilakukan

oleh Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan sebagai penanggung jawab di Barenbang

Ketenagakerjaan, beberapa kegiatan pendukung yang telah dilakukan, antara lain:

1. Peningkatan Instansi Pemerintah yang Menyusun Perencanaan Tenaga Kerja (Makro)

Pencapaian indikator kinerja melalui pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana

tenaga kerja daerah di 96 kabupaten/kota (93 instansi dana APBN, 3 instansi

dana APBD) yang tersebar di 12 (dua belas) lokasi, sehingga total target yang

telah dicapai dalam Renstra selama kurun waktu 2015 - 2017, sebanyak 258

Kabupaten/ Kota telah melakukan penyusunan perencanaan tenaga kerja.

Penyusunan RTKD dimaksud melalui penyusunan Tim Perencanaan Tenaga Kerja,

pengumpulan data, proyeksi persediaan dan kebutuhan tenaga kerja, serta

penyusunan kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan.

2. Peningkatan Perusahaan yang Menyusun Perencanaan Tenaga Kerja (Mikro)

Melalui pelaksanaan kegiatan Proyeksi Pasar Kerja Masa Depan Indonesia Untuk

Rentang Waktu 2017-2030 dengan pencapaian target perencanaan tenaga kerja

Page 40: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

30

mikro sebanyak 34 perusahaan (pemerintah/swasta), sehingga total target yang

telah dicapai dalam Renstra selama kurun waktu 2015-2017, sebanyak 34

perusahaan telah menyusun perencanaan tenaga kerja mikro.

Dalam pencapaian Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan, terdapat 2 (dua) hambatan

yang dihadapi Barenbang Ketenagakerjaan, antara lain:

1. Tidak tersedianya data yang baik dan lengkap di Provinsi, sehingga menyulitkan

proses pengumpulan data dalam setiap tahapan penilaian IPK;

2. Pembangunan ketenagakerjaan belum menjadi prioritas di Provinsi, hal ini dilihat

dari struktur anggaran APBD Provinsi/Kab/Kota belum mengakomodir pada

pembangunan ketenagakerjaan, sehingga kegiatan ketenagakerjaan masih

tergantung pada dana dekon APBN pusat.

Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut dan untuk

meningkatkan kualitas pembangunan ketenagakerjaan, antara lain:

1. Memberikan bimbingan dalam penyusunan dan pengumpulan data IPK di

seluruh Provinsi;

2. Meningkatkan kemampuan sumberdaya pusat/provinsi/kabupaten/kota tentang

penyusunan perencanaan tenaga kerja dengan mengikutsertakan dalam

diklat/bimtek/pembekalan tentang penyusunan perencanaan tenaga kerja;

3. Melakukan supervisi penyusunan kegiatan dalam pembangunan

ketenagakerjaan sesuai dengan permasalahan yang terjadi di setiap provinsi;

4. Melakukan sosialisasi/diseminasi lebih intensif untuk memberikan pemahaman

dan persamaan persepsi pentingnya penyusunan perencanaan tenaga kerja

serta pendampingan dalam penyusunan perencanaan tenaga kerja (sektoral

/provinsi /kabupaten /kota /perusahaan);

5. Masifikasi Program Pelatihan Vokasi melalui penguatan akses dan mutu yang

terbukti telah berhasil meningkatkan Indeks Indikator Pelatihan dan Kompetensi

Kerja hampir di seluruh Provinsi;

6. Program Pemagangan Nasional dan Peningkatan Kualitas Bursa Kerja untuk

mendorong penempatan tenaga kerja di sektor formal;

7. Program penciptaan Wirausaha Baru dan Desmigratif dalam rangka pengurangan

pengangguran;

8. Pendekatan Humanis di bidang Hubungan Industrial yang terbukti mampu

menurunkan kasus mogok dan unjuk rasa secara signifikan;

9. Pemindahan status Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan dari Kabupaten/Kota

ke Provinsi untuk mendorong penegakan Norma Ketenagakerjaan di Perusahaan;

10. Menjamin penerapan Sistem Pengupahan Baru yang mampu memberikan

ketenangan berusahaan dan bekerja.

Page 41: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

31

Rekomendasi

Rekomendasi kebijakan, strategi dan program yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan di seluruh Provinsi, terutama

pada Indikator yang masih rendah ataupun mengalami penurunan. Berikut adalah

beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh seluruh stakeholders pembangunan

ketenagakerjaan dalam rangka peningkatan Indeks kelima Indikator yang mengalami

penurunan pada tahun 2017 tersebut :

1. Menyusun, menetapkan dan mengimplementasikan perencanaan

ketenagakerjaan di pusat dan daerah secara terpadu;

2. Mempercepat proses formalisasi usaha industri kecil, yang saat ini, mayoritas

masih dijalankan secara informal. Hal ini dilakukan secara sinergis, koordinatif

dan terpadu oleh Instansi Pemerintah di Pusat dan Daerah yang membidangi

Ketenagakerjaan, Perdagangan, Perindustrian, dan UKM dengan dibantu Asosiasi

Profesi/Industri, Perguruan Tinggi dan Tokoh Masyarakat;

3. Internalisasi IPTEK dan Ekonomi Kreatif ke dalam alam rasa, nalar dan budaya

SDM Indonesia untuk mendorong inovasi dan produktivitas secara kuantum;

4. Memastikan setiap perusahaan memiliki Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja

Bersama dan LKS Bipartit;

5. Mempercepat pelaksanaan fungsi Pengawas Ketenagakerjaan di Provinsi untuk

menjamin pelaksanaan berbagai Norma Ketenagakerjaan di setiap Perusahaan

yang ada di wilayahnya.

SS 3 : Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja.

Sasaran Strategis ke-3 ini mengandung arti : Meningkatnya kompetensi dan

produktivitas tenaga kerja untuk mencetak tenaga kerja yang berdaya saing. Sasaran

Strategis ke-3 ini didukung oleh dua IK, yaitu (i) Persentase tenaga kerja yang

bersertifikat kompetensi, dan (ii) tingkat produktivitas tenaga kerja, dengan target dan

realisasi tahun 2017 tersebut dalam tabel berikut :

Page 42: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

32

Tabel 13 :

Realisasi Peningkatan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan 2016 2017 Target

2019 T R C T R C

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Peningkatan

kompetensi dan

produktivitas tenaga

kerja

3.

Persentase Tenaga

Kerja yang

bersertifikat

Kompetensi

% 2,3 2,33 101,30 2,73 2,67 97,80 3,50

4. Tingkat Produktivitas

Tenaga Kerja

Juta

Rupiah

per

pekerja

per tahun

75,05 79,66 106,14 76,30 81,91 107,35 79,05

Pengukuran SS 3 melalui Indikator Kinerja (IK 3) Persentase tenaga kerja yang

bersertifikat kompetensi.

IK 3 Persentase tenaga kerja yang bersertifikat kompetensi

Memiliki Definisi Operasional : Tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi yang

diterbitkan oleh BNSP. Kompetensi kerja menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional adalah

kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan

sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Persentase Tenaga Kerja

yang bersertifikat

kompetensi

=

100

Jumlah tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi hingga tahun 2017 sebanyak

3.230.272 orang dan yang bekerja pada tahun 2017 sebanyak 121.020.000 orang

(Sumber : Berita Resmi Statistik BPS No. 103/11/Th.XX, 06 November 2017, Data bulan

Agustus 2017). Sehingga untuk mendapatkan nilai persentase tenaga kerja yang

bersertifikat kompetensi adalah sbb:

Persentase Tenaga Kerja yang

bersertifikat kompetensi =

100

= 2,67 %

Maka realisasi Persentase Tenaga Kerja Yang Bersertifikat Kompetensi adalah 2,67% dari

target 2,73% dengan capaian kinerja sebesar 97,80%.

Page 43: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

33

Tabel 14:

Jumlah Tenaga Kerja yang Memiliki Sertifikat Kompetensi Tahun 2014 - 2017

No Tahun (n) Realisasi

(tahun n)

Total yang Bersertifikat Kompetensi

(s.d tahun n)

1 2014 115.039 2.294.011

2 2015 234.008 2.528.019

3 2016 231.962 2.759.981

4 2017 472.089 3.232.070

Data pada tabel 14 merupakan data berkesinambungan dari tahun anggaran

sebelumnya, dimana pada TA 2013 jumlah tenaga kerja yang telah memiliki sertifikat

kompetensi sebanyak 2.178.972 orang. Angka ini kemudian ditambahkan dengan hasil

realisasi TA 2014 sebanyak 115.039 orang, hingga diperoleh total tenaga kerja yang telah

disertifikasi kompetensi sebanyak 2.294.011 orang dst.

Realisasi tahun 2017 belum sepenuhnya mencapai target karena terdapat peningkatan

variabel penduduk yang bekerja sebanyak 121,02 juta orang atau bertambah 2,61 juta

orang dari Agustus 2016 sebesar 118,41 juta orang. Sedangkan peningkatan jumlah

penduduk bekerja disebabkan oleh meningkatnya angkatan kerja dari 125,44 juta orang

pada tahun 2016 menjadi 128,06 juta orang pada tahun 2017. Sehingga bertambahnya

penduduk bekerja pada tahun 2017 menjadi peluang sekaligus tantangan yang harus

dihadapi dalam pencapain target Renstra.

Realisasi target jumlah tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi pada tahun 2017

sebanyak 472.089 orang merupakan capaian tertinggi sejak BNSP berdiri pada tahun

2006. Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi tersebut terdiri dari Tata Laksana Rumah

Tangga-Tenaga Kerja Indonesia (TLRT/TKI) sebanyak 90.519 orang dan dari Non

TLRT/Sektor Lainnya sebanyak 381.570 orang. Dengan rincian berdasarkan pembiayaan

pada tahun 2017 dari 472.089 orang, sebanyak 43.534 orang (9,22) dari APBN dan

428.555 orang (90,78) dari sektor terkait/mandiri.

Capaian target Persentase Tenaga Kerja yang Bersertifikat Kompetensi TA 2017 sebesar

2,67% terhadap target Renstra tahun 2019 yang sebesar 3,50%, diperoleh nilai capaian

kinerja sebesar 76,28%. Percepatan, pengembangan dan sinkronisasi program dalam

skala nasional akan dilakukan untuk menggenjot ketertinggalan pada TA 2018 agar target

renstra TA 2019 tercapai sesuai harapan.

Page 44: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

34

Data tersebut menunjukkan bahwa Jumlah Tenaga Kerja yang Bersertifikat Kompetensi

yang capaiannya bersumber dari dana Non – APBN BNSP jauh lebih besar daripada yang

capaiannya bersumber dari dana APBN Sekretariat BNSP. Hal ini menandakan tingginya

komitmen masyarakat dan sektor terhadap pengakuan kompetensi tenaga kerja.

Gambar 8 :

Sertifikasi Profesi

Pencapaian Tahun 2017 diperoleh melalui kegiatan Pengembangan Sistem dan

Pelaksanaan Sertifikasi dengan indikator kinerja kegiatan :

1. Meningkatnya jumlah Lembaga Sertfikasi Profesi (LSP) berlisensi sebanyak 357

lembaga;

2. Sertifikasi tenaga kerja sebanyak 472.089 orang;

3. Membuat skema sertifikasi kualifikasi Kualifikasi Kompetensi Kerja Nasional (KKNI)

dan Okupasi sebanyak 155 skema;

4. Meningkatkan asesor untuk pelaksanaan uji kompetensi sebanyak 1.192 orang;

5. Menerapkan jumlah kualifikasi MRA yang diterapkan sebanyak 59 MRA.

Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pencapaian target ini adalah sebagai berikut :

1. Belum meratanya sebaran LSP dan asesor kompetensi;

2. Koordinasi dan sinergi program pengembangan SDM antar K/L masih belum

efektif.

Upaya yang dilakukan atas tantangan tersebut adalah :

1. Mendorong pembentukan dan pengembangan LSP di daerah;

17

Page 45: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

35

2. Meningkatkan koordinasi dengan sektor dan institusi terkait melalui

pengembangan program pelatihan berbasis kompetensi, kurikulum dan modul

pelatihan yang mengacu standar yang dikembangkan industri serta penerapan

pengembangan sertifikasi kompetensi melalui uji kompetensi di setiap sektor dan

profesi oleh LSP.

Tindak lanjut yang dilakukan dalam pencapaian rencana yang akan dilakukan pada tahun

2018, antara lain :

a. Melakukan percepatan pembentukan infrastruktur LSP di BLK Unit Pelaksana Tugas

Pusat (UPTP) dan BLK Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD);

b. Melakukan pengembangan sistem sertifikasi kompetensi kerja nasional yang

harmonis dan terpadu;

c. Melakukan percepatan pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja lulusan BLK dan

percepatan sertifikasi Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI);

d. Melakukan percepatan pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja pada 12 sektor

prioritas, yaitu : 7 sektor perdagangan barang dan 5 sektor perdagangan jasa;

e. Melakukan percepatan pengakuan sertifikasi pada pengguna industri nasional

maupun internasional;

f. Meningkatkan sinkronisasi skema kualifikasi dan okupasi yang dimiliki LSP

Berlisensi dengan lembaga pendidikan dan pelatihan.

Pengukuran SS 3 melalui Indikator Kinerja (IK 4) tingkat produktivitas tenaga kerja.

IK 4 Tingkat produktivitas tenaga kerja

Memiliki Definisi Operasional : Kontribusi tenaga kerja terhadap penciptaan nilai

tambah melalui produksi barang dan jasa. Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Tingkat Produktivitas

Tenaga Kerja =

Pendapatan Domestik Bruto (riil) pada tahun n

100

Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan Indonesia tahun 2017 sebesar

Rp9.912,7 triliun (Berita Resmi Statistik BPS No. 16/02/Th.XXI, 05 Februari 2018) dan

jumlah tenaga kerja tahun 2017 sebesar 121.020.000 orang. (Sumber : Berita Resmi

Statistik BPS No. 103/11/Th.XX, 06 November 2017, Data bulan Agustus 2017).

Sehingga tingkat produktivitas tenaga kerja tahun 2017 adalah:

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja=

Page 46: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

36

Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan Indonesia tahun 2017 Rp.9.912,7

triliun dibagi jumlah tenaga kerja tahun 2017 121.020.000 orang sama dengan 81,91 juta

per tenaga kerja per tahun. Dengan demikian capaian kinerja tahun 2017 sebesar 107,35.

Produktivitas tenaga kerja menggambarkan output yang dihasilkan oleh setiap tenaga

kerja pada tahun tertentu. Semakin tinggi angka yang dihasilkan, menandakan bahwa

tenaga kerja semakin produktif. Produktivitas tenaga kerja di Indonesia tahun 2017

mencapai 81,91 juta per tenaga kerja per tahun. Angka ini meningkat dibandingkan

beberapa periode tahun sebelumnya. Dilihat dari tren per tahunnya, pertumbuhan

produktivitas dalam angka terus meningkat dari tahun sebelumnya pada periode 2011-

2017. Peningkatan tersebut searah dengan meningkatnya rata – rata Upah Minimum

Provinsi (UMP) pada periode tahun 2011 – 2017 sebagaimana terlihat pada grafik sbb:

Grafik 7:

Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia (Juta Rupiah), Tahun 2011 - 2017

Pencapaian target TA 2017 oleh Kementerian Ketenagakerjaan diperoleh melalui

kegiatan dengan indikator kinerja:

1. Jumlah tenaga kerja yang meningkat produktivitasnya sebanyak 3.725 orang;

2. Jumlah perusahaan/lembaga yang meningkat produktivitasnya sebanyak 198

perusahaan/lembaga;

3. Jumlah tenaga ahli/kader produktivitas yang kompeten sebanyak 240 orang/kader;

4. Jumlah institusi yang menjadi jejaring peningkatan produktivitas sebanyak 21

lembaga.

Hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target ini adalah sebagai berikut :

1. Pelatihan peningkatan produktivitas masih belum seluruhnya dilaksanakan di

Provinsi/kabupaten/kota dikarenakan kurang tersedianya anggaran (APBN dan

APBD); dan

2. Kurang optimalnya pemanfaatan tenaga instruktur produktivitas yang ditempatkan

di Balai Peningkatan Produktivitas Daerah (BPPD)/Dinas yang membidangi

ketenagakerjaan.

Page 47: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

37

Upaya yang dilakukan pada tahun 2018, antara lain :

1. Gerakan nasional peningkatan produktivitas yang mengacu pada 4 strategi dasar

yaitu penciptaan inovasi technology dan engineering, peningkatan kualitas SDM,

pengembangan budaya produktif, perbaikan sistem manajemen dan birokrasi.

2. Mencetak kader produktivitas secara nasional;

3. Memberikan penghargaan Siddhakarya (tingkat Provinsi) dan penghargaan

paramakarya (tingkat nasional) kepada perusahaan-perusahaan yang berhasil

meningkatkan produktivitasnya selama tiga tahun berturut-turut sebagai bentuk

kepedulian pemerintah Indonesia melalui Kemnaker RI untuk bersama dunia usaha

memacu peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa dalam rangka

penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat;

4. Meningkatkan kemampuan instruktur produktivitas;

5. Melakukan pengukuran produktivitas makro dan mikro;

6. Memberikan bimbingan konsultansi dan pelatihan peningkatan produktivitas di

perusahaan maupun di masyarakat (desa);

7. Penerapan Gugus Kendali Mutu secara konsisten pada perusahaan; dan

8. Pelaksanaan Bulan Mutu dan Produktivitas Nasional.

SS 4 : Peningkatan Kualitas Pelayanan Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga

Kerja.

Sasaran Strategis ke-4 ini mengandung makna, terwujudnya pengendalian Tenaga

Kerja Asing (TKA) di Indonesia, meningkatnya penempatan tenaga kerja informal

maupun formal, serta meningkatnya kesempatan berusaha.

Sasaran Strategis ke-4 ini didukung oleh dua IK, yaitu (i) Penyediaan Lapangan Kerja

2015-2019 dan (ii) Peningkatan Persentase Tenaga Kerja Formal. Maka diperoleh

target dan realisasi pada tabel Sebagai berikut:

Page 48: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

38

Tabel 15 : Peningkatan Kualitas Pelayanan Penempatan Dan

Pemberdayaan Tenaga Kerja

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Satuan

2016 2017 Target

2019 T R C (%) T R C (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Peningkatan

Kualitas

Penempatan

dan

Pemberdayaan

Tenaga Kerja

5.

Penyediaan

Lapangan

Kerja 2015-

2019

orang 2.000.000 2.448.916 122,44 2.000.000 2.669.469 109,01 2.000.000

6.

Peningkatan

Persentase

Tenaga Kerja

Formal

persen 44,00 42,40 96,36 46,00 42,97 93,41 51,00

Pengukuran SS 4 melalui Indikator Kinerja (IK 5) Penyediaan Lapangan Kerja 2015-

2019.

IK 5 Penyediaan Lapangan Kerja 2015-2019

Memiliki definisi operasional : Jumlah tenaga kerja yang mendapatkan pekerjaan

melalui kegiatan penyerapan tenaga kerja, baik di sektor formal maupun informal yang

dilakukan pemerintah dan swasta.

Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Sasaran stategis “peningkatan kualitas pelayanan penempatan dan pemberdayaan

tenaga kerja” dengan capaian kinerja sebesar 109,01 di dukung sebagian besar oleh 1

indikator kinerja, yaitu jumlah tenaga kerja yang mendapat fasilitasi penempatan dan

pemberdayaan tenaga kerja. Cara mengukur indikator kinerja ini dengan menjumlah

seluruh kegiatan fasilitasi penempatan dan pemberdayaan tenaga kerja/perluasan

kesempatan kerja yang dilakukan oleh Ditjen Binapenta dan PKK beserta stakeholder

terkait, melalui koordinasi antar satker dan kompilasi data sesuai target IKSS sebanyak

2.000.000 orang untuk tahun 2017 terealisasi sebesar 2.669.469 orang, melalui :

Page 49: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

39

1. Data Penempatan IPKOL sebesar 683.777 orang;

2. Data Stakeholder lain (penempatan) sebesar 1.557.445 orang;

3. Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah sejumlah 23.452 orang;

4. Perluasan Kesempatan Kerja sejumlah 119.124 orang;

5. Job Fair Daerah sejumlah 20.856 orang;

6. Job Fair Mini sejumlah 19.590 orang;

7. Penempatan Ditjen Binalattas (3 in 1) sejumlah 6.758 orang; dan

8. Penempatan Tenaga Kerja di Luar Negeri 238.467 orang.

Pencapaian target 10.000.000 penempatan orang sampai dengan tahun 2019, dalam

periode Renstra 2015 – 2019, sampai dengan tahun 2017 telah mencapai penempatan

sebanyak 8.004.673 orang, sehingga target renstra 2019 sebanyak 10 juta kesempatan

kerja dipastikan akan terpenuhi.

Selain hal tersebut, dalam pencapaian sasaran staregis peningkatan kualitas pelayanan

penempatan dan pemberdayaan Tenaga Kerja dan sesuai dengan arahan RPJMN yang

menempatkan 10 juta pekerja, maka indikator kinerja yang akan dibuat selain yang

telah ada, Kemnaker di tahun 2017 antara lain membuat program Komunitas Migran

Kreatif di basis TKI.

Tingkat pencari kerja yang tinggi mendorong upaya penempatan tenaga kerja melalui

pelaksanaan mekanisme antar kerja, fasilitasi penempatan, job fair tingkat nasional

dan daerah serta tenaga kerja yang diberdayakan melalui kegiatan padat karya

infrasturktur dan tenaga kerja sukarela pendamping wirausaha mandiri yang

menciptakan peluang penempatan tenaga kerja untuk kelompok masyarakat terutama

bagi tenaga penganggur dan setengah penganggur yang berpendidikan rendah di

daerah-daerah yang terkena bencana alam kekeringan dan kebakaran hutan, serta

daerah industri atau sekitarnya yang banyak melakukan PHK dengan penghasilan

sementara.

Pengukuran SS 4 melalui Indikator Kinerja (IK 6) Peningkatan Persentase Tenaga Kerja

Formal.

IK 6 : Peningkatan Persentase Tenaga Kerja Formal

Page 50: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

40

Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Peningkatan Persentase

Tenaga Kerja Formal

=

Sedangkan capaian kinerja peningkatan persentase tenaga kerja, diukur dengan

membandingkan jumlah tenaga kerja formal dengan total jumlah tenaga kerja formal

dan informal. Menurut BPS tenaga kerja formal adalah mencakup status berusaha

dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, sisanya termasuk Pekerja informal.

Menurut BPS ada 7 status pekerjaan utama, adalah : (i) berusaha sendiri; (ii) berusaha

dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar; (iii) berusaha dibantu buruh

tetap/buruh dibayar; (iv) buruh/karyawan/pegawai; (v) pekerja bebas di pertanian; (vi)

pekerja bebas di non pertanian; (vii) pekerja keluarga/tidak dibayar.

Cara mengukur pencapaian kinerja ini adalah membandingkan jumlah tenaga kerja

formal (jumlah orang pada kategori Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar

ditambah jumlah orang kategori Buruh/ karyawan/pegawai) dibandingkan dengan

total jumlah tenaga kerja formal dan informal (Agustus 2017) dikalikan 100.

Tenaga Kerja Formal n =

Tenaga Kerja Formal n =

= 42,97

Kementerian Ketenagakerjaan menerbitkan Keputusan Menteri (Kepmen)

Ketenagakerjaan No. 16 tahun 2015 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga

Kerja Indonesia di Luar Negeri untuk pekerjaan domestik. Kepmen ini berisi uraian tugas

dan persyaratan tujuh jabatan TKI yang bekerja di sektor domestik atau rumah tangga.

Profesi itu adalah pengurus rumah tangga (housekeeper), Penjaga bayi (babysitter),

tukang masak (family cook), pengurus lansia (caretaker), supir keluarga (family driver),

tukang kebun (gardener) dan penjaga anak (child care worker).

Peraturan Menaker Nomor 7 Tahun 2017 tentang Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Indonesia yang mengatur bahwa calon TKI/TKI yang akan bekerja ke luar negeri wajib

terdaftar sebagai peserta program jaminan sosial yang meliputi Jaminan Kesehatan

Nasional, Jaminan Kesehatan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM) dan Jaminan Hari Tua

(JHT).

Page 51: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

41

SS 5 : Menciptakan Hubungan Industrial yang Harmonis dan Memperbaiki Iklim

Ketenagakerjaan.

Sasaran Strategis ke-5 ini mengandung makna penguatan kelembagaan hubungan

industrial, meningkatnya kesejahteraan dan penerapan non diskriminasi melalui

pengaturan syarat kerja, terwujudnya pengupahan yang mendukung keadilan,

kesejahteraan dan produktivitas, peningkatan program jaminan sosial bagi tenaga kerja,

meningkatnya pencegahan dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Sasaran Strategis ke-5 ini didukung oleh dua IK, yaitu (i) Persentase penurunan angka

perselisihan hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan dan (ii) Jumlah

tenaga kerja yang telah menjadi peserta Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

(formal dan informal), dengan target dan realisasi pada tabel sbb:

Tabel 16 :

Menciptakan Hubungan Industrial Yang Harmonis Dan Memperbaiki Iklim Ketenagakerjaan

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan 2016 2017

Target 2019

T R C T R C

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Menciptakan hubungan industrial yang harmonis dan memperbaiki iklim Ketenagakerjaaan

7.

Persentase penurunan angka perselisihan hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan

% 9,32 36 386 10,71 39,57 369 12

8.

Jumlah Tenaga Kerja yang telah menjadi peserta Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Formal dan Informal)

Orang 22.131.481 22.633.082 102,26 25.420.386 26.242.032 103,23 33.524.978

Pengukuran SS 5 melalui Indikator Kinerja (IK 7)

IK 7 : Persentase penurunan angka perselisihan hubungan industrial antara pekerja

dengan perusahaan

Definisi Operasional : Menurunnya perselisihan atau perbedaan pendapat yang

mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan

pekerja/buruh atau SP/SB karena adanya perselisihan mengenai hak, kepentingan,

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan, perselisihan antar SP/SB dalam satu

perusahaan.

Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Page 52: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

42

Dengan menggunakan data tahun 2014 sebagai angka dasar (baseline), Direktorat

Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

menargetkan adanya penurunan angka perselisihan hubungan industrial di tahun 2017

sebesar 10,71 dari jumlah kasus di tahun 2014 yang sebanyak 2.628, atau berkurang

sebanyak 281 kasus.

Tabel 17 :

Angka Perselisihan Hubungan Industrial (HI)

Tahun Angka Perselisihan H.I.

2014 2.628 2015 1.263 2016 1.680 2017 1.588

Jika membandingkan jumlah perselisihan hubungan industrial di tahun 2017 sebanyak

1.588 kasus dengan jumlah perselisihan di tahun 2014 yang sebanyak 2.628 kasus,

maka menunjukan adanya penurunan angka perselisihan sebesar 1.040 kasus atau

39,57. Dengan demikian target untuk indikator ini tercapai, dengan capaian 369.

Untuk mengupayakan tercapainya penurunan angka perselisihan tersebut dilakukan

pembinaan baik kepada pekerja/buruh, pengusaha dan aparatur, antara lain dengan:

1. Mensosialisasikan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan khususnya

bidang hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja kepada stakeholder;

2. Melaksanakan bimbingan teknis/pelatihan di bidang hubungan industrial dan

jaminan sosial tenaga kerja, seperti : pelatihan teknik bernegosiasi, pelatihan

pembuatan Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama, pelatihan non

diskriminasi di tempat kerja dan pelatihan penyusunan stuktur dan skala upah;

3. Dialog Pencegahan Perselisihan Hubungan Industrial atau dialog sosial tentang

hubungan industrial kaitannnya dengan pemberdayaan LKS Bipartit dan LKS

Tripartit;

4. Mendorong peningkatan jumlah LKS Bipartit yang terbentuk di perusahaan dan

mendorong peningkatan fungsi LKS Bipartit yang telah terbentuk agar lebih

efektif, dimana LKS Bipartit merupakan salah satu sarana hubungan industrial

yang diharapkan mampu untuk mendeteksi secara dini terhadap permasalahan-

permasalahan yang terjadi di perusahaan dan menanggulanginya agar masalah-

masalah tersebut dapat terselesaikan melalui dialog antara wakil pekerja dan

wakil pengusaha; dan

5. Peningkatan fungsi Mediator Hubungan Industrial khususnya untuk melakukan

pembinaan hubungan industrial dalam rangka mewujudkan kemampuan dan

Page 53: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

43

kesadaran para pihak yang terlibat dalam proses produksi barang dan jasa yaitu

pekerja dan organisasinya, pengusaha dan organisasinya serta pemerintah

terhadap norma norma yang berlaku sehingga menumbuhkan keserasian dan

iklim usaha yg sehat serta kesejahteraan pekerja.

Pengukuran SS 5 melalui Indikator Kinerja (IK 8)

IK 8 : Jumlah tenaga kerja yang telah menjadi peserta Program Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan (formal dan informal)

Definisi Operasional : Jumlah tenaga kerja penerima upah dan bukan penerima upah

yang mendapatkan perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS

Ketenagakerjaan. Pekerja penerima upah adalah pekerja formal, sedangkan pekerja

bukan penerima upah adalah pekerja informal. Pengukuran IK diperoleh dengan

rumus:

Jumlah Tenaga Kerja yang Telah Menjadi Peserta Jamsos TK=

Cara mengukur pencapaian tersebut melalui jumlah pekerja yang menjadi peserta

program BPJS Ketenagakerjaan pada tahun berjalan.

Meskipun sudah terdapat program perlindungan yaitu Jaminan Sosial Nasional dari

Pemerintah, yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan,

namun kesadaran masyarakat akan pentingnya jaminan sosial sebagai solusi terhadap

risiko sosial baik pekerja maupun keluarganya yaitu kecelakaan kerja, sakit hamil, hari

tua dan pensiun masih kurang. Kurangnya kesadaran itu, terutama berada pada

masyarakat yang bergerak di sektor informal.

Diagram 1 : Jumlah Peserta Jaminan Sosial Ketenagakerjaan 2014-2017

Page 54: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

44

Pada tahun 2017, jumlah tenaga kerja yang menjadi Peseserta Program Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan sebanyak 26.242.032 Orang, dengan target kepesertaan tahun 2017

sebanyak 25.420.386 Orang maka capaian kineranya sebesar 103,23.

Pencapaian pelaksanaan Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan khususnya dalam

peningkatan kepesertaan merupakan tantangan yang sangat besar dan membutuhkan

serangkaian langkah-langkah yang strategis dari pemerintah dan penyelenggara serta

kolaborasi yang efektif dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk memastikan

tercapainya cakupan kepesertaan.

Hal tersebut berkaitan dengan masih kurangnya kesadaran para pengusaha dan

pekerja/buruh akan pentingnya program jaminan sosial sebagai salah satu bentuk

perlindungan tenaga kerja, dimana masih terdapat perusahaan wajib program

jaminan sosial tenaga kerja yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS

Ketenagakerjaan, hanya mendaftarkan sebagian pekerjanya saja ataupun pada

sebagian program saja. Dengan kata lain masih terdapat pihak yang menganggap

jaminan sosial bukan sebagai investasi SDM tetapi sebagai labour cost.

Harapan pemerintah pada masyarakat pengusaha maupun pekerja kedepan bahwa

jaminan sosial merupakan kebutuhan, untuk itu Kementerian Ketenagakerjaan melalui

Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

sepanjang tahun 2017 terus berupaya untuk pencapaian target tersebut melalui

kegiatan :

1. Peningkatan sosialisasi secara terus menerus tentang program jaminan sosial

kepada tenaga kerja atau pekerja dan pengusaha terutama dengan adanya

perubahan program perlindungan jaminan sosial ;

2. Peningkatan koordinasi antar lembaga dalam perluasan kepesertaan program

jaminan sosial nasional ;

3. Penetapan kebijakan melalui pengaturan perundang-undangan dalam

penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasonal yang integratif, komprehensif,

efektif dan efisien ; dan

4. Peningkatan dan pengintegrasian peran sektor swasta dalam menunjang

penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi masyarakat dalam

peningkatan cakupan kepesertaan program jaminan sosial.

Page 55: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

45

SS 6 : Peningkatan Kepatuhan Terhadap Ketentuan Perundangan di Bidang

Ketenagakerjaan.

Sasaran Strategis ke-6 ini mengandung makna, meningkatnya kepatuhan terhadap

ketentuan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan, dan jumlah pekerja anak

yang ditarik dari Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak (BPTA).

Sasaran Strategis ke-6 dicapai melalui 2 indikator kinerja, yaitu (i) Jumlah perusahaan

yang menerapkan norma ketenagakerjaan dan (ii) Jumlah Pekerja anak yang ditarik

dari Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak (BPTA) dengan target dan realisasi pada tabel

sbb:

Tabel 18 :

Peningkatan Kepatuhan Terhadap Ketentuan Perundangan

di Bidang Ketenagakerjaan

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja

Satuan 2016 2017 Target

2019 T R C (%) T R C (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Peningkatan

perlindungan

tenaga kerja,

menciptakan

rasa keadilan

dalam dunia

usaha dan

pengembangan

sistem

9.

Jumlah

perusahaan yang

menerapkan

norma

ketenagakerjaan

Perusahaan 17.065 17.895 104,86 19.060 21.621 113,44 23.140

10.

Jumlah Pekerja

anak yang ditarik

dari Bentuk

Pekerjaan

Terburuk Anak

(BPTA)

Pekerja

Anak 16.500 16.500 100 17.000 18.401 108,24 18.000

Pengukuran SS 6 melalui Indikator Kinerja (IK 9)

IK 9 : Jumlah perusahaan yang menerapkan norma ketenagakerjaan

Definisi operasional : banyaknya perusahaan yang menerapkan norma kerja dan

Jamsostek atau norma kerja perempuan dan anak atau norma keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) melalui pelaksanaan pembinaan atau pemeriksaan atau

pengujian atau penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan atau pelayanan K3 dalam

rangka kepatuhan terhadap peraturan perundangan bidang ketenagakerjaan.

Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Jumlah Perusahaan yang Menerapkan Norma Ketenagakerjaan =

Page 56: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

46

Tabel 18.1 :

Jenis Norma Ketenagakerjaan

No. Jenis Norma

Ketenagakerjaan Satuan

Tahun 2015 Tahun 2016 2017

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

1. Norma Kerja

Perempuan & Anak Perusahaan 750 750 775 775 850 1,120

2. Norma Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Perusahaan 9.050 9.050 10.200 10.200 11.300 11.526

3. Norma Kerja dan

Jamsostek Perusahaan 4.800 4.800 5.600 5.600 6770 7.409

Target SS 6 melalui IK 9 sebesar 105,83% merupakan hasil dari pembinaan,

pemeriksaan, pengujian, dan penyidikan norma ketenagakerjaan yang dilakukan oleh

pengawas ketenagakerjaan baik yang berada di Pusat maupun Daerah pada tahun

2017.

Keberhasilan yang dicapai pada tahun 2017 didukung oleh Program dan Kegiatan

Ditjen Binwasnaker dan K3 berupa:

1. Peningkatan kemampuan teknis SDM Pengawas Ketenagakerjaan;

2. Dukungan sarana dan pra sarana dalam operasionalisasi kegiatan pemeriksaan

dan pengawasan;

3. Pembinaan kepada perusahaan- perusahaan terkait penerapan norma

ketenagakerjaan;

4. Koordinasi fungsi pengawasan dengan instansi atau unit terkait seperti,

pemerintah daerah, Kementerian dan Lembaga, LSM, Kepolisian, Kejaksaan dan

lainnya;

5. Penerapan pemberian sanksi kepada perusahaan yang melanggar norma

ketenagakerjaan dan pemberian penghargaan K3 kepada perusahaan yang telah

berkomitmen dalam penerapan norma K3.

Pengukuran SS 6 melalui Indikator Kinerja (IK 10)

IK 10 Jumlah Pekerja anak yang ditarik dari Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak (BPTA)

Memiliki definisi operasional, banyaknya pekerja anak yang ditarik dari jenis pekerjaan

yang membahayakan kesehatan, keselamatan, dan moral anak serta dapat

mengganggu tumbuh kembang anak untuk dipersiapkan kembali ke dunia pendidikan.

Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Page 57: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

47

Jumlah Pekerja Anak yang ditarik dari BPTA =

Pelaksanaan PPA-PKH Tahun 2017 mengalami pengurangan anggaran yang sangat

signifikan sehingga dari target 17.000 pekerja anak, hanya sebanyak 6.000 pekerja

anak yang dapat dikembalikan ke dunia pendidikan (data terlampir), hal ini disebabkan

karena keterbatasan dana APBN. Sehingga untuk mencapai target tersebut

Kementerian Ketenagakerjaan melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Pemda,

LSM dan perusahaan.

Dari hasil koordinasi dan kerjasama dalam penarikan pekerja anak dengan stakeholder

yang lain pada tahun 2017 Kementerian Ketenagakerjaan telah menarik/mencegah

pekerja anak sebanyak 12.401 pekerja anak dengan rincian sebagai berikut :

1. Kontribusi Pemda sebanyak 270 pekerja anak;

2. Kontribusi Lembaga Swadaya Masyarakat sebanyak 11.858 pekerja anak;

3. Kontribusi perusahaan sebanyak 240 pekerja anak.

Sehingga total pekerja anak yang telah ditarik/dicegah sebanyak 18.401 anak. Jumlah

ini telah melampui target tahun 2017 yang sebanyak 17.000 pekerja anak atau 108,24.

SS 7 : Peningkatan Kapasitas Organisasi.

Sasaran Strategis ke-7 ini mengandung makna, meningkatnya kapasitas dan kinerja

organisasi Kementerian Ketenagakerjaan, dan meningkatnya kualitas pelayanan

internal.

Sasaran Strategis ke-7 dicapai melalui 3 indikator kinerja, yaitu (i) Opini Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) (ii) Hasil evaluasi AKIP, dan (iii) Indeks Reformasi Birokrasi.

Tabel 19 : Peningkatan Kapasitas Organisasi

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Satuan

2016 2017 Target

2019 T R C T R C

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Peningkatan

Kapasitas

Organisasi

11.

Opini Badan

Pemeriksaan

Keuangan (BPK)

Opini WTP WTP 100 WTP

Opini keluar

Mei- Juni 2018

WTP

12. Hasil Evaluasi AKIP Nilai B B 100 B B* BB

13. Indeks Reformasi

Birokrasi Nilai 80 69,65 87,06 81 71,78* 83

*)Nilai sementara

Page 58: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

48

Pengukuran SS 7 melalui Indikator Kinerja (IK 11)

IK 11 : Opini BPK

Opini BPK adalah penilaian BPK terhadap laporan keuangan Kementerian

Ketenagakerjaan dengan memperhatikan kesesuaian dengan standar akuntansi

pemerintah, kepatuhan peraturan perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian

intern. Pengukuran IK diperoleh melalui hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan

Kemnaker pada tahun n-1.

Laporan keuangan yang berkualitas merupakan syarat mutlak untuk tercapainya good

governance. Target Opini BPK RI atas Laporan Keuangan Kemnaker Tahun 2016 adalah

opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), namun Opini BPK tahun ini hingga periode 31

Desember 2017 baru akan diperoleh akhir Mei-Juni 2018 dari BPK RI .

Grafik : 8 Perkembangan Capaian Kinerja Kemnaker

Tahun 2013-2016

Upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan Kualitas Laporan Keuangan dan

mempertahankan Opini WTP di Tahun 2017 adalah :

1. Melakukan Verifikasi dan Validasi bukti-bukti dengan Unit Eselon I terkait;

2. Menelusuri Aset-aset Unit Eselon I yang belum ditemukan;

3. Melakukan Monitoring Tindak Lanjut Temuan BPK Tahun 2016 dan Tahun-tahun

sebelumnya di Pusat dan Daerah;

4. Melakukan Kegiatan Pemutakhiran Data Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK

dengan Satuan Kerja dan Unit Eselon I;

WDP

DISCLAIMER

WDP

WTP

2013 2014 2015 2016

Page 59: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

49

5. Pendampingan penyusunan Laporan Keuangan pada Satuan Kerja dan Unit

Eselon I;

6. Bersama Sekjen menyusun Kebijakan Akuntansi Persediaan;

7. Menyampaikan seluruh dokumen tindaklanjut kepada BPK;

8. Mendorong Unit Eselon I/Satker terkait untuk menyelesaikan Pembangunan

(KDP);

9. Melakukan pemetaan dan penyelesaian permasalahan LK;

10. Optimalisasi peran Satuan Tugas yang telah dibentuk sesuai dengan Surat

Keputusan Inspektur Jenderal Nomor Kep.05/IJ/I/2016 tentang pembentukan

Satuan Tugas (Satgas) sebagai upaya peningkatan kualitas LK Kemnaker Tahun

2015 dan 2016 menuju opini WTP;

11. Mendorong Unit Kerja Eselon I untuk menyelesaikan likuidasi entitas akuntansi

dan/atau entitas pelaporan keuangan yang sudah tidak mendapat alokasi

anggaran;

12. Melakukan kerjasama dengan BPKP untuk peningkatan akuntabilitas pengelolaan

keuangan dan penguatan SPIP.

Pengukuran SS 7 melalui Indikator Kinerja (IK 12)

IK 12: Hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)

Definisi Operasional : Hasil penilaian Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi atas Laporan Kinerja (LKj) Kemnaker. Pengukuran IK diperoleh

melalui hasil nilai evaluasi Kemenpan & RB atas LKj Kemnaker tahun n-1.

Pada saat Exit Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2017 bertempat di

Kementerian Ketenagakerjaan RI, bahwa hasil evaluasi berdasarkan penilaian

sementara oleh KEMENPAN-RB, untuk nilai PMPRB Kemnaker 2017 diperoleh nilai

sebesar 71,78 mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2016 sebesar 79,66

sedangkan nilai AKIP 2017 memperoleh nilai sebesar 63,65 mengalami kenaikan jika

dibanding tahun 2016 dengan nilai 63,05.

Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil AKIP di tahun 2017 antara lain:

1. Telah dilaksanakan asesmen pada pegawai sehingga pengembangan kompetensi

pegawai telah berdasarkan gap kompetensi;

Page 60: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

50

2. Telah melaksanakan reformasi birokrasi baik di kantor pusat maupun unit kerja

dan satuan kerja di ingkungan Kementerian Ketenagakerjaan; 3. Telah melaksanakan diklat secara berkelanjutan; 4. Telah dilakukan pembangunan zona integritas pada unit kerja yang memberikan

pelayanan langsung kepada masyarakat; 5. Penilaian kinerja telah disusun berdasarkan kinerja organisasi; 6. Telah melakukan sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran; 7. Secara bertahap telah melakukan cascading terhadap sasaran kinerja di

lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan; 8. Telah melakukan reviu terhadap Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor. KEP.10/MEN-SJ/III/2005 tentang petunjuk teknis pelaporan

akuntabilitas kinerja di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Pengukuran SS 7 melalui Indikator Kinerja (IK 13)

IK 13 Indeks Reformasi Birokrasi

Memiliki definisi operasional : Hasil evaluasi Kemenpan RB atas Penilaian Mandiri

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Kemnaker. Pengukuran IK diperoleh melalui

hasil nilai evaluasi Kemenpan RB atas PMPRB Kemnaker tahun n-1.

Berdasarkan rapat exit meeting Tim Evaluasi Kementerian PAN dan RB pada tanggal 18

Oktober 2017, berikut hasil sementara penilaian pelaksanaan mandiri Reformasi

Birokrasi tahun 2017:

Tabel 20 : Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Ketenagakerjaan

No Komponen Penilaian Bobot Nilai

2016 2017

I Komponen Pengungkit

1 Manajemen Perubahan 5,00 3,56 3,66

2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 2,71 3,13

3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 3,84 3,84

4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,63 3,63

5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 12,86 12,91

6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 4,31 4,04

7 Penguatan Pengawasan 12,00 6,26 6,96

8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 3,86 3,96

Total Komponen Pengungkit (A) 60,00 41,01 42,13

II Komponen Hasil

1 Nilai Akuntabilitas Kinerja 14,00 8,09 8,83

2 Survei Internal Integritas Organisasi 6,00 5,03 4,31

3 Survei Eksternal Persepsi Korupsi 7,00 5,47 5,47*

4. Opini BPK 3,00 2,00 3,00

Page 61: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

51

5. Survei Eksternal Pelayanan Publik 10,00 8,05 8,05*

Total Komponen Hasil (B) 40,00 28,63 29,65

Indeks Reformasi Birokrasi (A+B) 100,00 69,66 71,78

*) Nilai Sementara

Upaya yang telah dilakukan Kementerian Ketenagakerjaan atas 8 area perubahan

dalam Reformasi Birokrasi, adalah sbb :

1) Area Perubahan Manajemen Perubahan :

a. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 52 Tahun 2016 tentang Tim

Pengarah Reformasi Birokrasi dan Tim Manajemen Perubahan Pelaksanaan

Reformasi Birokrasi Kementerian Ketenagakerjaan;

b. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 53 Tahun 2016 tentang Agen

Perubahan di Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2015 - 2019;

c. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 204 Tahun 2016 tentang Peta

Jalan Reformasi Birokrasi Tahun 2015 -2019, Road Map Reformasi Birokrasi

Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2015 – 2019, sebagai proses

berkesinambungan dari Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Tahun 2010 – 2014 berikut Rencana Aksi RB tahun

2015 dan 2016;

d. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 30/MEN-IJ/III/2016 tentang

Pembentukan Tim RB Inspektorat dan Tim Penilai Mandiri Pelaksanaan

Reformasi Birokrasi (PMPRB) Kementerian Ketenagakerjaan RI Tahun 2016.

2) Area Perubahan Penataan Perundang-undangan :

Dalam tahun 2016 Kementerian Ketenagakerjaan telah melakukan identifikasi

dan analisis terhadap seluruh peraturan perundang-undangan dan telah

dilakukan harmonisasi serta simplikasi terhadap:

a. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2016 tentang Jaringan

Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementerian Ketenagakerjaan (http:

/jdih.kemnaker.go.id).

b. Simplikasi dalam peraturan ketenagakerjaan dengan peraturan kementerian

lainnya, yaitu 3 (tiga) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan, yaitu Peraturan

Menteri Ketenagakerjaan tentang perubahan beberapa Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan antara lain Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor

Per.02/MEN/1989, Nomor Per.09/MEN/1999, Nomor Per.19 Tahun 2012,

Nomor 12 Tahun 2015 dan Nomor 16 Tahun 2015 (pencabutan izin),

menjadi :

1. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2016 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pekerjaan pada ketinggian;

Page 62: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

52

2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 37 Tahun 2016 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki

Tambun;

3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 38 Tahun 2016 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi.

3) Area Perubahan Penataan dan Penguatan Organisasi :

a. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun 2016 tentang Hasil

Pemetaan Urusan Pemerintah Daerah di Bidang Ketenagakerjaan;

b. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 29 Tahun 2016 tentang

Pedoman Nomenklatur Dinas Ketenagakerjaan Propinsi dan

Kabupaten/Kota;

c. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 30 Tahun 2016 tentang

Pedoman Pembentukan dan Penyelenggaraan Layanan Satu Atap

Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri.

4) Area Perubahan Penataan Tatalaksana :

a. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 19 Tahun 2016 tentang

Penataan Tata Laksana (Business Process) Kementerian Ketenagakerjaan,

yang ditindaklanjuti unit eselon I, yaitu :

1. Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor KEP. 661/SJ/VI/2016 tentang

Bisnis Proses Level 2 (L2) Sekretariat Jenderal ;

2. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas

Nomor KEP.208/LATTAS/VI/2016 tentang Bisnis Proses Level 2 (L2)

Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas ;

3. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja

dan Perluasan Kesempatan Kerja Nomor Kep.1605/PPTKPKK/X/2016

tentang Bisnis Proces Level 2 (L2) Direktur Jenderal Pembinaan

Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja ;

4. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja Nomor KEP-479/PHIJSK/VII/2016

tentang Bisnis Proses Level 2 (L2) Ditjen. Pembinaan Hubungan

Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;

5. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan

Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nomor

KEP.295/BINWASK3/IX/2016 tentang Bisnis Proses Level 2 (L2) Ditjen.

Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja;

Page 63: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

53

6. Keputusan Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan

Ketenagakerjaan Nomor KEP.357/BPPK/VII/2016 tentang Bisnis

Proses Level 2 (L2) Badan Perencanaan dan Pengembangan

Ketenagakerjaan;

b. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2016 tentang E-

Goverment;

c. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 43 Tahun 2015 tentang

Pelayanan Informasi Publik di Kementerian Ketenagakerjaan.

d. Inventarisasi dan Review Standar Operasional Prosedur / SOP (Bisnis Proses

L3) yang sudah ada dan penyempurnaan / penyusunan SOP sejalan dengan

Peta Bisnis Proses;

5) Area Perubahan Penataan Sistem Manajeman SDM

a. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pimpinan Tinggi Pratama

melalui seleksi terbuka, yang dapat diakses oleh masyarkat melalui website

www.kemnaker.go.id. Hasil dari proses pengisian jabatan tersebut dinilai

clear oleh Komisi Aparatur Sipil Negara, dan bahkan mendapat apresiasi

untuk dijadikan model Kementerian/Lembaga lain;

b. Assesment untuk mengukur kompetensi sesuai jabatan seluruh Pejabat

Administrator dan Pejabat Pengawas;

c. Assesment juga dilakukan terhadap Pejabat Pelaksana golongan III/b ke

atas.

6) Area Perubahan Penguatan Akuntabilitas

1. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 27 Tahun 2016 tentang

perubahan (review) renstra 2015-2019;

2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 32 Tahun 2016 tentang Sistem

Pelaporan Unit Kerja Pusat dan Daerah di Kementerian Ketenagakerjaan;

3. Pembuatan Perjanjian Kinerja bagi seluruh Pejabat Pimpinan Tinggi Madya

sampai dengan Pejabat Adminsitrator ( Eselon I sampai dengan Eselon IV);

4. Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP.69/M.PPN/HK/12/2016

Tentang Pemberian Penghargaan Pelaksanaan Elektronik Monitoring and

Evaluation Rencana Pembangunan Tahun 2016 (E-MONEV AWARD 2016),

Kementerian Ketenagakerjaan mendapatkan penghargaan sebagai

kementerian dengan pencapaian kinerja terbaik. Kriteria penilaian

pencapaian kinerja terbaik didasarkan pada:

a) rata-rata pencapaian kinerja setiap triwulan dari tahun 2013 hingga

2016 ; dan

Page 64: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

54

b) rata-rata pencapaian anggaran setiap triwulan dari tahun 2013

hingga 2016. Penghargaan ini diberikan oleh Kementerian Bappenas

kepada Kementerian Ketenagakerjaan.

7) Area Perubahan Penguatan Pengawasan

a. Gratifikasi

Pengendalian Gratifikasi merupakan salah satu Aksi Pencegahan dan

Pemberantasan Korupsi dalam rangka meningkatkan pengawasan

terhadap terjadinya gratifikasi, upaya yang dilakukan berupa :

1. Memasang Banner pada tiap-tiap lantai di Gedung Kemnaker Pusat

tentang Program Pengendalian Gratifikasi;

2. Dan dapat diakses melalui Website : Saberpungli.id, Layanan SMS ke

1193 dan Layanan Call Center ke 193;

3. Sosialisasi pengendalian gratifikasi.

b. Pengaduan Masyarakat

Upaya yang dilakukan adalah:

1. Optimalisasi penggunaan Aplikasi Whistle Blowing System (WBS)

Online. Buka Website : saberpungli.id, Download aplikasi :

saberpungli (android/ios), layanan SMS : 1193 dan layanan Call

Centre ke 193;

2. Efektifitas pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Kementerian

Ketenagakerjaan dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban

(LPSK) Nomor 12/NK/MEN/IX/2015 tentang Perlindungan bagi

pelapor, Saksi dan Saksi Pelaku yang bekerjasama dalam rangka Aksi

Pecegahan Pemberantasan Tindak pidana Korupsi.

c. Whistle Blowing System (WBS)

Upaya yang dilakukan adalah:

1. Sosialisasi melalui Website : Itjen.naker.go.id;

2. Memasang Banner mengenai WBS;

3. WBS Online klik : www.wbs.LKPP.go.id.

d. Penanganan Benturan Kepentingan

Upaya yang dilakukan adalah:

1. Efektifitas Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No. 188 Tahun 2016

tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di

Kementerian Ketenagakerjaan;

2. Implementasi penanganan benturan kepentingan melalui sosialisasi.

Page 65: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

55

e. Pembangunan Zona Integritas

Pembangunan Zona Integritas di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan

menuju WBK dan WBBM, terdapat 3 tahapan:

1. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas untuk seluruh pegawai

Kementerian Ketenagakerjaan;

2. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas adalah pernyataan dari

Menaker telah siap menjadi Instansi yang berpredikat Zona Integritas

dan telah ditandatangani Piagam Pencanangan Zona Integritas, yang

meliputi: Direktorat Bina Pemagangan, Direktorat Jenderal

Binalattas, Direktorat Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing

dan Direktorat PTKLN, Direktorat Jenderal Binapenta;

3. Proses Pembangunan Zona Integritas.

f. Pemberantasan Pungutan Liar (Saber Pungli)

1. Diatur dalam Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 628 Tahun

2016 tanggal 21 Desember 2016 tentang Unit Pemberantasan

Pungutan Liar di Kementerian Ketenagakerjaan;

2. Tugas dari Unit ini adalah melaksanakan pemberantasan pungutan liar

secara efektif dan efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan

personil, satuan kerja dan sarana prasarana di Kementerian

Ketenagakerjaan;

3. Fungsi dari unit ini adalah pencegahan, penindakan dan yustisi.

g. Rencana Aksi Pelaksanaan RB

1. Perubahan mind set dan culture set di setiap lini Kementerian;

2. Menindaklanjuti hasil evaluasi Zona Integritas menuju WBK dan

WBBM;

3. Mendorong Implementasi terkait Benturan kepentingan di setiap

Unit Eselon I;

4. Implementasi Penanganan Gratifikasi;

5. Survei Eksternal terhadap Indeks Persepsi Anti Korupsi;

6. Evaluasi Pelayanan di Kementerian Ketenagakerjaan.

h. Tingkat Kapabilitas APIP

BPKP telah melakukan proses penjaminan kualitas terhadap hasil penilaian

mandiri kapabilitas APIP Kementerian Ketenagakerjaan. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk memperoleh keyakinan bahwa penilaian mandiri

tersebut telah dilakukan sesuai prosedur yang berlaku sehingga hasil yang

diperoleh menggambarkan kapabilitas yang sebenarnya dan dapat

dimanfaatkan sebagai umpan balik dalam rangka merumuskan program

Page 66: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

56

peningkatan kapabilitas Inspektorat Jenderal Kementerian

Ketenagakerjaan kedepan.

Berdasarkan kegiatan penjaminan kualitas yang telah dilakukan oleh BPKP,

diperoleh hasil bahwa kapabilitas Inspektorat Jenderal Kementerian

Ketenagakerjaan Tahun 2015 berada pada level 1 (initial) yang artinya APIP

belum dapat memberikan jaminan atas proses data kelola sesuai peraturan

dan mencegah korupsi dan sejak Tahun 2016 berada pada level 2

(Infrastrukstur) yang artinya APIP mampu menjamin proses sesuai

peraturan dan mampu mendeteksi terjadinya korupsi.

Upaya peningkatan Kapabilitas APIP.

Dalam rangka meningkatkan Kapabilitas APIP dari level2 (Infrastruktur) ke

level3 (Integrated), upaya yang dilakukan adalah:

1) Membuat peta audit;

2) Menyusun SOP penyusunan PKPT berbasis rIsiko;

3) Rencana training berbasis risiko;

4) Telaah sejawat;

5) Telah disahkan dengan Peraturan Irjen (PerIrjen) berupa pedoman

audit (Juklak) sebagai berikut :

a. Keputusan Irjen Nomor : Kep.35/IJ/II/2017 tanggal 7 Pebruari

2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Audit Dengan Tujuan

Tertentu;

b. Keputusan Irjen Nomor : Kep.36/IJ/II/2017 tanggal 7 Pebruari

2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Reviu Rencana Kerja dan

Anggaran di Kementerian Ketenagakerjaan;

c. Keputusan Irjen Nomor : Kep.37/IJ/II/2017 tanggal 7 Pebruari

2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Reviu Laporan Keuangan di

Kementerian Ketenagakerjaan.

d. Keputusan Irjen Nomor : Kep.38/IJ/II/2017 tanggal 7 Pebruari

2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Implementasi

SAKIP Kementerian Ketenagakerjaan.

i. Tingkat Kematangan Implementasi SPIP

BPKP telah melakukan penilaian tingkat maturitas penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Kementerian Ketenagakerjaan

RI tahun 2016 dengan uraian sebagai berikut:

a) Simpulan

Simpulan hasil penilaian terhadap penyelenggaraan SPIP pada

Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2016 menunjukkan bahwa

tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP berada di level 2

Page 67: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

57

(berkembang). Pengukuran dilakukan terhadap 25 fokus penilaian

maturitas dan menghasilkan nilai maturitas SPIP sebesar “2,51”.

Ke 25 fokus maturitas mengikuti prinsip yang sifatnya umum, dan

pengelompokkannya tetap mengikuti sub unsur dalam SPIP. Lebih

lanjut, hasil penilaian terhadap 25 fokus penilaian menunjukkan

kondisi sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 21 : Tingkat Maturitas

No Kategori Fokus Maturitas Level Frekuensi

0 Belum Ada 0 3

1 Rintisan 1 0

2 Berkembang 2 0

3 Terdefinisi 3 14

4 Terkelola dan Terukur 4 7

5 Optimum 5 1

Jumlah 25

Dengan tingkat maturitas “berkembang”, maka karakteristik

Penyelenggara SPIP pada Kementerian Ketenagakerjaan secara

umum menunjukkan sebagai berikut:

1) Telah menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian untuk

semua kegiatan pokok unit organisasi dalam Kementerian

Ketenagakerjaan sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008;

2) Telah mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur atas semua

kegiatan pokok unit organisasi dalam Kementerian

Ketenagakerjaan;

3) Belum melaksanakan kebijakan dan prosedur atas semua

kegitan pokok unit organisasi dalam Kementerian

Ketenagakerjaan dan mendokumentasikannya secara

konsisten;

4) Belum melakukan evaluasi atas efektivitas penerapan kebijakan

dan prosedur pengendalian atas semua kegiatan pokok unit

organisasi dalam Kementerian Ketenagakerjaan secara berkala;

dan

5) Belum melakukan pemantauan yang berkelanjutan, terintegrasi

dalam pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh pemantauan

otomatis menggunakan aplikasi Komputer.

Dalam rangka untuk meningkatan maturitas SPIP perlu

mengintegrasikan dan menginternalisasikan pengendalian intern

Page 68: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

58

sebagai proses yang melekat/integral dengan proses kegiatan

lainnya. Upaya yang akan dilakukan adalah :

1) Mendorong Unit Kerja Eselon I untuk menyusun Peta Risiko

Program/Kegiatan yang ditetapkan oleh masing-masing Unit

Eselon I;

2) Memantau implementasi pelaksanaan Peta Risiko Program Unit

Eselon I sesuai wilayah kerja/masing-masing Inspektorat.

3) Akan menyusun Audit Universe/Peta Audit termasuk

identifikasi dan penanganan Risiko Program Unit Eselon I;

4) Akan menyusun Pre Reviu/laporan hasil survey kepuasan

stakeholder terhadap peran dan layanan yang diberikan

Inspektorat Jenderal.

8) Area Perubahan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

a. Skor indeks kualitas pelayanan (IKP) pelayanan publik di Kementerian

Ketenagakerjaan tahun 2016 sebesar 3,22 (BAIK) sesuai dengan penilaian

Kementerian PANRB, artinya bahwa dibandingkan dengan

Kementerian/Lembaga (K/L) lain semua unsur pelayanan di Kementerian

Ketenagakerjaan di atas rata-rata IKP. Berdasarkan analisa gap atau

kesenjangan antara harapan dengan kinerja seluruh unsur layanan berada

di bawah gap 1.0 point, artinya kesenjangan antara harapan dengan

penilaian kinerja Kementerian Ketenagakerjaan masih dalam tingkat yang

wajar, bahkan unsur persyaratan pelayanan, prosedur pelayanan dan biaya

atau tarif layanan yang diterapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan

memiliki kinerja pelayanan melebihi harapan masyarakat pengguna.

b. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) memperoleh nilai sebesar

108,00 dari Ombudsman Republik Indonesia (ORI) yang merupakana nilai

tertinggi di tingkat kementerian tentang kepatuhan pelayanan publik.

Grafik 9 : Zonasi Kepatuhan Kementerian Tahun 2017

Page 69: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

59

GAMBAR 9 :

Kemnaker Raih penghargaan Standar Pelayanan publik

tertinggi dari Ombudsman

GAMBAR 10 :

Kemnaker Raih penghargaan Standar Pelayanan publik

tertinggi dari Ombudsman

Page 70: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

60

Grafik 10 : Skor indeks kualitas pelayanan (IKP)

publik di Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2016 (perlu update 2017)

c. Permenaker Nomor 12 Tahun 2016 tentang Unit Layanan Pengadaan

Barang/Jasa di Kementerian Ketenagakerjaan

d. Permenaker Nomor 30 Tahun 2016 tentang Pedoman Pembentukan dan

Penyelenggaraan Layanan Satu Atap Penempatan Tenaga Kerja Luar

Negeri.

e. Pelaksanaan pelayanan penelitian, sertifikasi dan penempatan secara

online melalui:

1. www.kios3in1.net ;

2. http://tka-online.naker.go.id/

3. http://infokerja.naker.go.id/

4. http://lpse.naker.go.id/eproc/

5. http://pusdatin.naker.go.id/

6. https://www.facebook.com/tki.keren

f. Pelaksanaan pelayanan Pelatihan, Sertifikasi dan Penempatan secara

online melalui:

1. http://rb.naker.go.id/

2. http://skp.naker.go.id:8000

g. Prestasi atas penyelenggaraan layanan :

1. Penyelenggaraan PTSA (Lobby Gedung B);

2. Pengelola JDIH Terbaik Ketiga dari Pusat Jaringan Dokumenttasi

Informasi Hukum dan Nasional;

3. Public Productivity for Indonesian Public Services, collaboration for

MOM (Menaker), Singapore Polytechnic, and Temasek Foundation

Singapore (2015 – 2019);

4. Pelatihan membangun Keterampilan Pelayanan Publik.

Page 71: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

61

B. AKUNTABILITAS ANGGARAN

Pada tahun 2017 alokasi anggaran Kementerian Ketenagakerjaan sebesar

Rp3.467.860.165.000,- yang dialokasikan pada 160 DIPA Pusat dan Daerah, untuk

mendukung 7 (tujuh) program. Pada awal bulan Agustus 2017 terjadi APBN-Perubahan

dengan pemotongan anggaran sebesar Rp235.896.138.000,- sehingga alokasi anggaran

Kemnaker menjadi sebesar Rp3.232.104.529.000,-. Khusus untuk Program Perlindungan

Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem Pengawasan pada bulan November 2017 terdapat

penambahan pagu yang bersumber dari penggunaan kelebihan realisasi atas target PNBP

fungsional pada satker K3 Bandung sebesar Rp140.502.000,- dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 22 :

Pagu Anggaran Kemnaker Per Program

NO PROGRAM PAGU AWAL POTONGAN

PENGHEMATAN PAGU REVISI

1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemnaker

249.776.034.000 1.286.049.000 248.489.985.000

2 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemnaker

57.866.344.000 668.908.000 57.197.436.000

3 Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja 795.795.105.000 122.389.167.000 673.405.938.000

4 Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

204.599.153.000 4.408.827.000 200.190.326.000

5 Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan 287.118.633.000 1.459.471.000 284.680.677.000

6 Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kemnaker

98.137.321.000 1.679.230.000 96.458.091.000

7 Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas

1.774.567.575.000 135.583.880.000 1.671.682.076.000

JUMLAH 3.467.860.165.000 267.475.532.000 3.232.104.529.000

Berdasarkan jenis belanja, pagu anggaran dibagi menjadi belanja pegawai (51), belanja

barang (52), belanja modal (53) dan belanja barang yang diserahkan kepada masyarakat

atau bantuan pemerintah dalam bentuk barang atau uang (526) pada 4 unit eselon I lingkup

Kementerian Ketenagakerjaan kecuali Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal serta Ditjen

PHI dan Jamsos. Bantuan Langsung Masyarakat di Kementerian Ketenagakerjaan sesuai

dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 103 Tahun 2016 dan diimplementasikan

dalam program antara lain:

1) Bantuan Program Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem Pengawasan

Ketenagakerjaan berupa: uang saku Pekerja anak dan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja bagi Nelayan;

2) Bantuan Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas, berupa :

peralatan pelatihan dan program pelatihan;

Page 72: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

62

3) Bantuan Program Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja, berupa :

Infrastruktur Pedesaan Padat Kerja di wilayah Barat, Tengah dan Timur; Bahan

bangunan fisik infrastruktur perdesaan dan perkotaan padat pekerja berbasis

sumberdaya lokal (jembatan); Sarana usaha pemberdayaan masyarakat melalui

terapan TTG berbasis jasa dan industri kreatif, pertanian dan maritim, tenaga kerja

mandiri (TKM), pendampingan institusi lokal; penguatan kelompok TKS dan untuk

penyandang difabel dan lanjut usia, wanita dan kerja muda serta inkubasi bisnis

outwall dan kewirausahaan;

4) Bantuan Program Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Ketenagakerjaan kepada lembaga akademisi (Universitas/Institute).

Tabel 23 :

Pagu Anggaran Kemnaker Per Belanja

NO URAIAN BELANJA PAGU AWAL POTONG PENGHEMATAN PAGU REVISI

1. Belanja Pegawai 450.047.729.000 -1.984.448.000 448.063.281.000

2. Belanja Barang 2.386.209.567.000 -238.058.678.000 2.148.150.889.000

3. Belanja Modal 631.602.869.000 4.287.490.000 635.890.359.000

JUMLAH 3.467.860.165.000 -235.755.636.000 3.232.104.529.000

Berdasarkan data SPAN Kementerian Keuangan, realisasi anggaran Kementerian

Ketenagakerjaan sampai dengan akhir tahun 2017 mencapai nilai sebesar

Rp2.970.851.068.255,- atau 91,92%. Penyerapan anggaran Kementerian Ketenagakerjaan

tahun 2017 lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 berdasarkan data

Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), yaitu sebesar 76,75.

Grafik 11 : Anggaran Kemnaker 2014 – 2017

Page 73: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

63

Dengan Pagu awal dan revisi anggaran Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2017 sebesar

Rp3.232.104.529.000,- maka realisasi anggaran Kementerian Ketenagakerjaan untuk 7

program yang ada di masing-masing 7 unit eselon I, sebagaimana tersebut dalam tabel sbb:

Tabel 24 :

Realisasi Belanja Kemnaker RI Tahun 2017 setelah Efisiensi

NO UNIT BELANJA PAGU REALISASI % SISA PAGU

1. SEKRETARIAT

JENDERAL

BELANJA PEGAWAI 84.710.180.000 60.541.676.317 71,47 24.168.503.683

BELANJA BARANG 149.294.719.000 146.003.451.679 97,80 3.291.267.321

BELANJA MODAL 14.485.086.000 14.172.152.689 97,84 312.933.311

JUMLAH 248.489.985.000 220.717.280.685 88,82 27.772.704.315

2 NSPEKTORAT

JENDERAL

BELANJA PEGAWAI 20.127.512.000 16.581.727.174 82,38 3.545.784.826

BELANJA BARANG 36.069.924.000 33.390.440.851 92,57 2.679.483.149

BELANJA MODAL 1.000.000.000 997.620.040 99,76 2.379.960

JUMLAH 57.197.436.000 50.969.788.065 89,11 6.227.647.935

3 DITJEN. BINAPENTA

& PKK

BELANJA PEGAWAI 52.494.548.000 42.111.178.625 80,22 10.383.369.375

BELANJA BARANG 612.343.968.000 542.603.841.140 88,61 69.740.126.860

BELANJA MODAL 8.567.422.000 8.048.096.812 93,94 519.325.188

JUMLAH 673.405.938.000 592.763.116.577 88,02 80.642.821.423

4 DITJEN. PHI & JSK

BELANJA PEGAWAI 25.318.402.000 23.028.652.231 90,96 2.289.749.769

BELANJA BARANG 173.411.294.000 159.916.714.535 92,22 13.494.579.465

BELANJA MODAL 1.460.630.000 1.281.110.050 87,71 179.519.950

JUMLAH 200.190.326.000 184.226.476.816 92,03 15.963.849.184

5 DITJEN.

BINWASNAKER & K3

BELANJA PEGAWAI 54.732.035.000 50.271.012.506 91,85 4.461.022.494

BELANJA BARANG 213.557.210.000 198.441.670.238 92,92 15.115.539.762

BELANJA MODAL 16.391.432.000 14.237.485.736 86,86 2.153.946.264

JUMLAH 284.680.677.000 262.950.168.480 92,37 21.730.508.520

6 BARENBANG

BELANJA PEGAWAI 24.821.859.000 20.708.750.769 83,43 4.113.108.231

BELANJA BARANG 41.002.796.000 39.875.146.608 97,25 1.127.649.392

BELANJA MODAL 30.633.436.000 30.121.751.441 98,33 511.684.559

JUMLAH 96.458.091.000 90.705.648.818 94,04 5.752.442.182

7 DITJEN.

BINALATTAS

BELANJA PEGAWAI 185.858.745.000 172.410.673.745 92,76 13.448.071.255

BELANJA BARANG 922.470.978.000 842.509.630.187 91,33 79.961.347.813

BELANJA MODAL 563.352.353.000 553.598.284.882 98,27 9.754.068.118

JUMLAH 1.671.682.076.000 1.568.518.588.814 93,83 103.163.487.186

KEMNAKER

BELANJA PEGAWAI 448.063.281.000 385.653.671.367 86,07 62.409.609.633

BELANJA BARANG 2.148.150.889.000 1.962.740.895.238 91,37 185.409.993.762

BELANJA MODAL 635.890.359.000 622.456.501.650 97,89 13.433.857.350

JUMLAH 3.232.104.529.000 2.970.851.068.255 91,92 261.253.460.745

Sumber : Biro Keuangan Kemnaker Tahun 2017 Audited

Page 74: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

64

Tabel 25 :

Realisasi Belanja Kemnaker RI Berdasarkan Kewenangan Tahun 2017

NO UNIT KEWENANGAN PAGU REALISASI % SISA PAGU

1. SEKRETARIAT

JENDERAL 1. KANTOR PUSAT 248.489.985.000 220.717.280.685 88,82 27.772.704.315

JUMLAH 248.489.985.000 220.717.280.685 88,82 27.772.704.315

2. INSPEKTORAT

JENDERAL 1. KANTOR PUSAT 57.197.436.000 50.969.788.065 89,11 6.227.647.935

JUMLAH 57.197.436.000 50.969.788.065 89,11 6.227.647.935

3. DITJEN.

BINAPENTA & PKK

1. KANTOR PUSAT 570.843.728.000 495.288.434.906 86,76 75.555.293.094

2. KANTOR DAERAH/UPT-P

102.562.210.000 97.474.681.671 95,04 5.087.528.329

JUMLAH 673.405.938.000 592.763.116.577 88,02 80.642.821.423

4. DITJEN. PHI &

JSK

1. KANTOR PUSAT 168.648.747.000 153.616.962.145 91,09 15.031.784.855

3. DEKONSENTRASI 31.541.579.000 30.609.514.671 97,04 932.064.329

JUMLAH 200.190.326.000 184.226.476.816 92,03 15.963.849.184

5. DITJEN.

BINWASNAKER & K3

1. KANTOR PUSAT 222.898.221.000 206.484.652.909 92,64 16.413.568.091

3. DEKONSENTRASI 61.782.456.000 56.465.515.571 91,39 5.316.940.429

JUMLAH 284.680.677.000 262.950.168.480 92,37 21.730.508.520

6. BARENBANG 1. KANTOR PUSAT 96.458.091.000 90.705.648.818 94,04 5.752.442.182

JUMLAH 96.458.091.000 90.705.648.818 94,04 5.752.442.182

7, DITJEN.

BINALATTAS

1. KANTOR PUSAT 777.593.661.000 740.995.033.566 95,29 36.598.627.434

2. KANTOR DAERAH/UPT-P

822.787.159.000 758.020.288.069 92,13 64.766.870.931

3. DEKONSENTRASI 71.301.256.000 69.503.267.179 97,48 1.797.988.821

JUMLAH 1.671.682.076.000 1.568.518.588.814 93,83 103.163.487.186

Grand Total 3.232.104.529.000 2.970.851.068.255 91,92 261.253.460.745

UNIT KEWENANGAN PAGU REALISASI

SISA PAGU

KEMNAKER

1. KANTOR PUSAT 2.142.129.869.000 1.958.777.801.094 91,44 183.352.067.906

2. KANTOR DAERAH/UPT-P

925.349.369.000 855.494.969.740 92,45 69.854.399.260

3. DEKONSENTRASI 164.625.291.000 156.578.297.421 95,11 8.046.993.579

Grand Total 3.232.104.529.000 2.970.851.068.255 91,92 261.253.460.745

KP = Kantor Pusat, KD = Kantor Daerah/UPTP, DK = Dekonsentrasi

Sumber : Biro Keuangan Kemnaker Tahun 2017 Audited

Upaya yang akan dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja di Kementerian

Ketenagakerjaan dalam mencapai target capaian kinerja ditahun yang akan datang adalah :

1. Memperketat penyusunan anggaran berbasis kinerja atau money follow program;

2. Peningkatan pengendalian pelaksanaan anggaran mulai tingkat pusat hingga daerah

(Dekon dan TP);

3. Peningkatan budaya koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana business

process Kemnaker.

Page 75: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

65

BAB IV

PENUTUP

Capaian kinerja Kementerian Ketenagakerjaan tahun 2017 secara umum mulai menunjukkan

kinerja yang baik, dilihat dari jumlah indikator kinerja yang telah melampaui target dan capaian

yang menunjukkan peningkatan. Dari analisis capaian kinerja dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut :

1). Dari 7 (tujuh) Sasaran Strategis dengan 13 (tiga belas) indikator kinerja sasaran strategis

yang telah ditetapkan dan diperjanjikan tahun 2017 terdapat 4 Sasaran Strategis yang

mencapai ≥ 100 atau 57,14 dan 6 (enam) indikator kinerja sasaran strategis mencapai ≥

100 atau 46,15, terdapat 4 (empat) indikator kinerja sasaran strategis yang tidak mencapai

target dan 3 (tiga) indikator kinerja sasaran strategis yang hasilnya belum diperoleh yakni :

Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Hasil Evaluasi AKIP dan Indeks Reformasi Birokrasi.

2). Kendala dan permasalahan yang dihadapi yang menyebabkan tidak tercapainya 3(tiga)

Sasaran Strategis akan menjadi fokus perbaikan kinerja di tahun mendatang.

TINDAK LANJUT

Untuk meningkatkan kinerja Kementerian Ketenagakerjaan di tahun 2017, tindak lanjut yang telah

dilakukan antara lain :

1. Melaksanakan asesmen pada pegawai sehingga pengembangan kompetensi pegawai telah

berdasarkan gap kompetensi. 2. Melaksanakan reformasi birokrasi baik di kantor pusat maupun unit kerja dan satuan kerja di

ingkungan Kementerian Ketenagakerjaan.

3. Melaksanakan diklat secara berkelanjutan.

4. Melaksanakan pembangunan zona integritas pada unit kerja yang memberikan pelayanan

langsung kepada masyarakat.

5. Penilaian kinerja telah disusun berdasarkan kinerja organisasi.

6. Telah melakukan sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran.

7. Secara bertahap telah melakukan cascading terhadap sasaran kinerja di lingkungan

Kementerian Ketenagakerjaan.

8. Melaksanakan reviu terhadap Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor.

KEP.10/MEN-SJ/III/2005 tentang petunjuk teknis pelaporan akuntabilitas kinerja di

lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

Page 76: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

66

LAMPIRAN

Page 77: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

67

Page 78: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

68

Page 79: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

69

Page 80: KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI filee. sdm aparatur kementerian ketenagakerjaan 5 f. potensi dan permasalahan 7 bab ii perencanaan ketenagakerjaan 12 a. rencana strategis kementerian

Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan 2017

70