KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA...

69
IDENTIFIKASI PEWARNA RHODAMIN B DAN METANIL YELLOW PADA JAJANAN TRADISIONAL YANG DIJUAL DI PASAR MANDONGA KOTA KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Oleh : HIJRIYANI P00341015018 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2018

Transcript of KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA...

Page 1: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

1

IDENTIFIKASI PEWARNA RHODAMIN B DAN METANIL YELLOW

PADA JAJANAN TRADISIONAL YANG DIJUAL DI PASAR

MANDONGA KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Oleh :

HIJRIYANI

P00341015018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEDARI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2018

Page 2: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

2

ii

Page 3: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

3

iii

Page 4: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

4

iv

Page 5: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

5

MOTTO

Proses yang kita jalani mungkin tak secepat orang lain

Tak semudah orang lain

namun

Tetap Jalani setiap proses dengan kesabaran dan keikhlasan

Karena kesuksesan selalu datang disaat yang tepat.

Kupersembahkan untuk almamaterku

Ayah dan ibunda tercinta

Keluargaku tersayang

Doa dan nasehat untuk menunjang keberhasilanku

v

Page 6: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

6

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Hijriyani

NIM : P00341015018

Tempat, dan tgl lahir : Lameroro, 04 November 1997

Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

B. Pendidikan

1. SD Negeri Doule, tamat tahun 2009.

2. SMP Negeri 1 Rumbia, tamat tahun 2012.

3. SMK Negeri 1 Bombana, tamat tahun 2015.

4. Sejak tahun 2015 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.

vi vi

Page 7: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

7

ABSTRAK

Hijriyani (P00341015018) identifikasi Pewarna Rhodamin B dan Methanil

Yellow Pada Jajanan Tradisional Yang Dijual Di Pasar Mandonga Kota

Kendari. Yang dibimbing oleh Anita Rosanty dan Satya Darmayani (xiv + 2 tabel

+ 6 gambar + 41 halaman + 10 lampiran). Pewarna Rhodamin B dan Methanil

Yellow merupakan pewarna sintetis yang dipergunakan untuk indutri tekstil,

Kedua zat ini merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya

dalam produk-produk pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

jajanan tradisional yang dijual di pasar Mandonga Kota Kendari yang diduga

menggandung Pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow. Metode penelitian ini

dilakukan desktiptif secara kualitatif dengan menggunakan Tes Kit Rhodamin B

dan Methanil Yellow. jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 14 sampel yang

memenuhi kriteria inklusi yang berasal dari 7 penjual berbeda di Pasar Mandonga

Kota Kendari. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif dengan

menggunaakan Tes Kit Rhodamin B dan Tes Kit Methanil Yellow terhadap 14

sampel jajanan tradisional yang dijual di pasar Mandonga Kota Kendari yang

diduga menggunakan pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow dinyatakan

negatif mengandung Rhodamin B dan Methanil Yellow. Berdasarkan hasil

identifikasi didapatkan hasil yang negatif. Sehingga jajanan tradisonal yang dijual

dipasar Mandonga Kota Kendari aman dari penggunaan pewarna Rhodamin B dan

Methanil Yellow. bagi peneliti selanjutnya agar melakukan identifikasi pewarna

Rhodamin B dan Methanil Yellow di pasar tradisonal lain dengan menngunakan

uji kuantitatif.

Kata Kunci : Rhodamin B, Methanil Yellow, dan Jajanan Tradisional

Daftar Pustaka : 28 buah (1985 – 2015)

vii

Page 8: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Diploma-III (D III) Jurusan Analis Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Kendari dengan judul “Identifikasi Pewarna Rhodamin B

dan Metanil Yellow Pada Jajanan Tradisional Yang Dijual Di Pasar

Mandonga Kota Kendari” yang merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendiddikan pada Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes

Kendari.

Selama penulisan hasil penelitian ini, penulis mengalami banyak kendala,

namun berkat hidayah-Nya serta bantuan dari berbagai pihak sehingga hasil

penelitian ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya terhadap kedua

orang tua penulis yaitu ayahanda tercinta Bapak Hayang dan Ibunda tercinta Ibu

Salpia atas semua bantuan moril, maupun materil, cinta kasih yang tulus serta

doanya demi kesuksesan studi yang penulis jalani.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Anita Rosanty,

SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu Satya Darmayani,

S.Si.,M.Eng selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga

dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan beliau dengan balasan yang terbaik.

Penulisi menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan berbagai pihak ,

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah

sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu

pada kesempatan tak lupa pula peneliti mengucapkan banyak terimakasih dan

penghargaan yang tulus kepada :

1. Askrening, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.

2. Dr. Ir. Sukanto Toding, MSP.,MA, selaku Kepala Badan Penelitian Dan

Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.

viii

Page 9: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

9

3. Anita Rosanty, SST., M.Kes, selaku ketua Jurusan Analis Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Kendari.

4. Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd., M.Pd selaku Penguji I, dan Muhaimin

Saranani, S.Kep., NS.,M.Sc selaku Penguji II yang telah membantu dan

mengarahkan peneliti dalam ujian proposal sehingga penelitian ini menjadi

lebih terarah.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari

yang turut membekali ilmu pengetahuan pada peneliti selama menuntut ilmu.

6. Kepada seluruh keluarga besar saya terimakasih atas segala bantuan moril,

materil, kasih sayang serta dukungan yang telah diberikan.

7. kepada sahabat-sahabatku nini rahayuni, amsar jambia, lulun permatasari,

ikhwangi, fera angelina, yulianti, epran, ifan, gita, asfian tampe, ricardo,

devilya, ni nyoman, nur alam, kencur manis (juwita, irda juni, susi, larasati

ramang, isda, ruth, whanty, karmila, inha, meli, anna, reni), para putri-putri

ayah dan ibu di desa bokori, yang teristimewa kak sule, kak monik, kak as,

KSR PMI Kota Kendari serta seluruh teman-teman Jurusan Analis Kesehatan

2015 dan adik- adik Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala bantuan,

semangat, dan motivasi yang telah diberikan.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini

membawa manfaat bagi pegembangan ilmu.

Kendari, 2018

Peneliti

ix

Page 10: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ vi

MOTTO ............................................................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jajanan Tradisional .......................................... 6

B. Tinjauan Umum Tentang Bahan Tambahan Pangan ............................... 8

C. Tinjauan Umum Tentang Pewarna Rhodamin B ...................................... 12

D. Tinjauan Umum Tentang Pewarna Methanil Yellow ............................... 15

E. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Pewarna Rhodamin B dan Metanil

Yellow ....................................................................................................... 18

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran ........................................................................................ 23

B. Kerangka Pikir .......................................................................................... 24

C. Variable Penelitian .................................................................................... 25

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif .............................................. 25

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 27

C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 27

x

Page 11: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

11

D. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 27

E. Instrumen Penelitian.................................................................................. 28

F. Jenis Data .................................................................................................. 29

G. Pengolahan Data........................................................................................ 30

H. Analisis Data ............................................................................................. 30

I. Penyajian Data .......................................................................................... 30

J. Etika Penelitian ........................................................................................ 30

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................................... 31

B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 32

C. Pembahasan .............................................................................................. 33

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 35

B. Saran ........................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA

xi

Page 12: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Jajanan Tradisional Mengandung Rhodamin B ................................. 7

Gambar 2 : Jajanan Tradisional Mengandung Metanil Yellow ............................ 7

Gambar 3 : Rumus Molekul Rhodamin B............................................................. 13

Gambar 4 : Pewarna Rhodamin B ......................................................................... 13

Gambar 5 : Rumus Molekul Pewarna Metanil Yellow ......................................... 15

Gambar 6 : Pewarna Metanil Yellow .................................................................... 16

xii

Page 13: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

13

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Hasil identifikasi pewarna Rhodamin B pada jajanan tradisional yang

dijual dipasar mandonga kota kendari .............................................. 32

Tabel 2 : Hasil identifikasi pewarna Methanil Yellow pada jajanan tradisional

yang dijual dipasar mandonga kota kendari ..................................... 33

xiii

Page 14: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Dari Dari Badan Penelitan Dan

Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Lampiran 2 surat keterangan telah melakukan penelitian.

Lampiran 3 Lembar Hasil Penelitian.

Lampiran 4 Log Book Penelitian

Lampiran 5 Gambar Sampel Jajanan Tradisional Yang Diduga

Mengandung Pewarna Rhodamin B Dan Methanil Yellow.

Lampiran 6 Gambar Penelitian.

Lampiran 7 Gambar Hasil Penelitian.

Lampiran 8 Tabulasi Data.

Lampiran 9 Surat Keterangan Bebas Laboratorium

Lampiran 10 Surat Keterangan Bebas Pustaka.

xiv

Page 15: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman modern sekarang ini terjadi perkembangan yang begitu

pesat di bidang industri makanan dan minuman yang bertujuan untuk menarik

perhatian para konsumen. Oleh karena itu, produsen makanan dan minuman

menambahkan zat tambahan makanan atau yang sering disebut sebagai food

additive dalam produknya. Pada penambahan zat tambahan pada makanan

sering terjadi penyalahgunaan dengan menggunakan bahan tambahan yang

dilarang penggunaannya guna menambah daya tarik dari konsumen (Wirasto,

2008).

Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna

makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk

warna kuning, daun suji untuk warna hijau dan daun jambu untuk warna

merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi namun mempunyai kelemahan,

yakni ketersediaannya terbatas dan warnanya tidak homogen sehingga tidak

cocok digunakan untuk industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan

alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih

mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga

sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi pangan

memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang

sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan.

Dengan demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna

untuk menarik perhatian konsumen (Afrianti, 2014).

Pewarna yang ditambahakan ke dalam bahan pangan dapat berasal

dari pigmen alami yang diekstrak atau pewarna sintetis. Penggunaan pewarna

ini harus mengikuti peraturan yang berlaku, misalnya peraturan yang

dikeluarkan oleh Food and Drug Administration (FDA) atau Codex

Alimentarius Commision (CAC). Di Indinesia, peraturan tentang pewarna

1

Page 16: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

2

makanan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) (Andarwulan et al, 2011).

Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat warna yang

dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Jenis-jenis zat pewarna yang dinyatakan

sebagai zat berbahaya yaitu Auramine, Alkanet, Butter, Black 7984, Burn

Unber, Chrysoidine, Chrysoine S, Citrus Red No. 2, Chocolate Brown FB,

Fast Red E, Fast Yellow AB, Guinea Green B, Indanthrene Blue, Magenta,

Metanil Yellow, Oil Orange SS, Oil Orange XO, Oil Yellow AB, Oil Yellow

OB, Orange G, Orange GGN, Orange RN, Orchid and Orcein

Ponceau 3R, Ponceau SX, Ponceau 6R, Rhodamin B, Sudan I, Scarlet GN,

Violet 6 B. Rodamin B dan Metanyl Yellow termasuk dalam kategori zat

pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang

digunakan pada produk pangan. Namun demikian, penyalahgunaan Rodamin

B dan Metanyl Yellow untuk mewarnai bahan pangan masih sering terjadi.

Penggunaan zat pewarna alami dan sintetis dapat dibedakan

berdasarkan ciri-cirinya. Penggunaan pewarna alami pada pangan memiliki

ciri- ciri warna yang lebih pucat, mudah dihinggapi lalat, warna tidak

mencolok dan varian warnanya sedikit. Sedangkan jajanan yang

menggunakan warna sintetis seperti Rhodamin B dan Metanil Yellow

memiliki warna yang mencolok, lebih mengkilap, tidak mudah rusak, mudah

dihinggapi lalat, varian warnaya banyak serta lebih menarik (Zuraida, 2017).

Menurut WHO, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia

karena sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung

senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang

berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan berusaha

mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara mengikat senyawa lain dalam

tubuh. Hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh. Selain itu, Rhodamin B juga

memiliki senyawa pengalkalisasi (CH3-CH3) yang bersifat radikal sehingga

dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam tubuh (BPOM,

2014).

Page 17: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

3

Metanil Yellow merupakan salah satu pewarna azo yang telah

dilarang digunakan dalam pangan. Senyawa ini bersifat iritan sehingga jika

tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran cerna. Selain itu, senyawa ini dapat

pula menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan

hipotensi. Metanil yellow dan rhodamin B merupakan zat warna sintetik

yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Kedua zat ini merupakan zat

warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan.

Keduanya bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang

dapat menyebabkan kanker (Dian et al, 2013).

World health organization (WHO) mencatat jutaan orang jatuh sakit,

bahkan banyak yang meninggal akibat mengkonsumsi pangan yang tidak

aman. Diperkirakan lebih dari 200 jenis penyakit yang disebabkan oleh

makanan yang tercemar. Pada tahun 2014, data kejadian luar biasa (KLB)

keracunan pangan yang dihimpun Badan POM RI menunjukkan ada 47 kasus

sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 84 kasus. Data KLB yang terlaporkan

jauh menurun dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya yaitu 115 kejadian

(2010), 163 kejadian (2011), 128 kejadian (2012). Adapun urutan jenis

makanan yang diduga menyebabkan keracunan pangan adalah 17 kejadian

(36%), masakan rumah tangga 13 kejadian (28%), pangan jasa boga 12

kejadian (26%), jajanan pangan 5 kejadian (11%). Umumnya pangan jajanan

dan pangan jasa boga dihasilkan oleh industri pangan siap saji (BPOM,

2015).

Permatasari et Al (2013) melakukan Identifikasi Zat Pewarna

Rhodamin B dalam jajanan yang dipasarkan di pasar tradisional Kota Bandar

Lampung dan menemukan sebanyak 15 dari 30 sampel jajanan pasar positif

mengandung Rhodamin B. Murtiyanti et Al (2013) melakukan penelitian

tentang Identifikasi Penggunaan Zat Pewarna Pada Pembuatan Kerupuk Dan

Faktor Perilaku Produsen di Desa Ngaluran Kecamatan Karangan- yar

Kabupaten Demak. Dimana dari 16 produsen kerupuk ditemukan 17 sampel

kerupuk yang menggunakan pewarna berbahaya yaitu Rhodamin B 39%,

Methanyl Yellow 22%.

Page 18: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

4

Di pasar-pasar umumnya banyak diperjual belikan jajanan pangan,

diantaranya adalah jajanan tradisional. Namun, jajanan tradisional yang dijual

di pasar tidak diketahui apakah menggunakan zat pewarna alami atau

pewarna sintetis yang dilarang. Salah satu pasar tradisional yang banyak

menjual jajanan tradisional adalah pasar Mandonga Kota Kendari. Oleh

kerena penggunaan Rhodamin B dan Metanil yellow sangat bernahaya bagi

manusia maka perlu adanya penelitian tentang ada tidaknya Rhodamin B

Dan Metanyl Yellow Pada Jajanan Tradisional Yang Di Jual Di Pasar

Mandonga Kota Kendari untuk menjamin kualitas makanan yang dikonsumsi

masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat

Pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow pada jajanan tradisional yang di

jual di Pasar Mandonga Kota Kendari?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Pewarna Rhodamin B dan Metanyl Yellow

pada jajanan tradisional yang dijual di Pasar Mandonga Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi Pewarna Rhodamin B pada jajanan tradisional

khususnya jajanan berwarna merah yang dijual di Pasar Mandonga

Kota Kendari.

b. Untuk mengidentifikasi Pewarna Metanyl Yellow pada jajanan

tradisional khususnya berwarna kuning Yang diJual di Pasar

Mandonga Kota Kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memberikan tambahan ilmu tentang Rhodamin B dan Metanil

Yellow pada jajanan tradisional yang dijual di Pasar Mandonga

Kendari.

Page 19: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

5

b. Sebagai informasi untuk masyarakat tentang bahaya Rhodamin B dan

Metanil Yellow bagi kesehatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi

Sebagai masukan bagi institusi sebagai pengembangan ilmu dan

dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

b. Bagi Peneliti Lain

Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan Untuk menambah pengetahuan tentang bahaya yang

disebabkan oleh Rhodamin B dan Metanil Yellow bagi kesehatan.

Page 20: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jajanan Tradisional

Jajanan tradisional adalah makanan tradisional indonesia seperti kue

atau makanan tradisional yang khas dari berbagai daerah yang ada di indonesia

yang dijual dipasar, khususnya di pasar-pasar tradisional. jajanan pasar yang di

jual di pasar tradisional banyak macamnya karena setiap daerah pasti memiliki

makanan khas yang menjadi identitas dari daerah tersebut.seperti makanan

jawa yang identik dengan rasa manis, masakan sunda yang identik dengan rasa

pedas dan lain sebagainya (hutami, 2017).

Banyak orang mengatakan membuat makanan tradisional sangat repot

dan. Namun, makanan tradisional kini dalam proses kembali ke tradisi. Dengan

kemajuan budaya global, orang justru akan kembali ke alam, menggali tradisi

dan melestarikan budaya lokal. Soal proses pembuatan hidangan tradisional

memang tak bisa lepas dari tradisi bangsa kita yang sangat kaya secara alam

dan budaya. Hasilnya bukan hanya bisa dinikmati keluarga tetapi juga bisa

untuk membuka peluang bisnis yang berbasis pada tradisi bangsa sendiri (Mia,

2008).

Sebagai salah satu kue tradisional, jajanan pasar kini tak hanya

diperoleh di pasar-pasar tradisional namun sudah merambah ke toko atau

supermarket. Hal ini membuktikan bahwa jajanan pasar masih tetap populer di

kalangan masyarakat. Apalagi kini jajanan pasar sudah banyak dimodifikasi

baik rasa maupun penampilannya. Namun sejumlah penjual jajanan pasar ada

yang masih mempertahankan resep asli yang tradisional untuk

mempertahankan cita rasa khas dan tradisi (Mia, 2008).

Pangan jajanan masih beresiko terhadap kesehatan karena

penanganannya sering tidak higienis, yang memungkinkan pangan jajanan

terkontaminasi mikrobia berbahaya karena proses pembuatannya tidak bersih,

serta kebersihan tempat penyimpanan dan menjajakan jajanan yang kurang

diperhatikan. Pangan jajanan juga kerap mengandung zat kimia yang

6

Page 21: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

7

berbahaya dan dilarang digunakan dalam pangan. Di samping itu, masih ada

jajanan yang menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang

diperbolehkan tapi dalam jumlah yang melebihi ketentuan (Riani, 2007).

Indonesia memiliki beraneka ragam jajanan tradisional dengan

beraneka ragam rasa dan bentuk. Rasa yang enak dan gurih dengan memakai

bahan alami dan pengelohan industri rumahan membuat aneka jajanan pasar

tetap memiliki penggemar setia. Beberapa jenis jajanan tradisional yang

berbahan baku ketan dan beras, terigu, serta singkong dan ubi, seperti nagasari,

klepon, dadar gulung, putu ayu, bolu kukus, kue talam, kue tape, kue

lapis kanji, mi, bakso, tahu goreng, dan lain-lain (Silaen, 2015).

Gambar 1. Jajanan Tradisional Yang Diduga Mengandung Rhodamin B

Gambar 2. Jajanan Tradisional Yang Diduga Mengandung Metanil Yellow

Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas

makanan antara lain; warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan

kimia dalam makanan. Oleh karena itu, warna menimbulkan banyak pengaruh

Page 22: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

8

terhadap konsumen dalam memilih suatu produk makanan dan minuman

sehingga produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya.

Pada awalnya, makanan diwarnai dengan zat warna alami yang diperoleh dari

tumbuhan, hewan, atau mineral, akan tetapi zat warna tersebut tidak stabil oleh

panas dan cahaya serta harganya mahal (Azizahwati et al, 2007).

B. Tinjauan Umum Tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,

baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan

pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses

penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah

pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (PP, 2004).

Secara umum pangan didefinisikan sebagai suatu bahan yang

diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan fungsi normal dari makhluk

hidup baik jasad renik, tumbuhan, hewan atau manusia. Pangan merupakan

kebutuhan dasar manusia yang terpenting dalam peningkatan kualitas fisik,

mental dan kecerdasan. Pangan yaitu semua produk yang dikonsumsi manusia

baik dalam bentuk bahan mentah, setengah jadi atau jadi, yang meliputi

produk-produk industri, restoran, katering, serta makanan tradisional atau

jajanan (Afrianti, 2014).

menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88.

Menggolongkan bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan untuk

digunakan pada pangan adalah sebagai berikut :

1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada

pangan.

2. Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada

pangan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.

Page 23: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

9

3. Pengawet, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi,

pengasaman atau peruaian lain pada pangan yang disebabkan oleh

pertumbuhan mikroba.

4. Atioksidan, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat proses

oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan.

5. Antikempal, yaitu BTP yang dapat mencegah mengempalnya

(menggumpalnya) pangan yang berupa serbuk seperti tepung atau bubuk.

6. Penyedapa rasa dan aroma, menguatkan rasa, yaitu BTP yang dapat

memberikan, menambah atau mempertegas rasa aroma.

7. Pengatur keasaman (pengasam, penetral dan pendapar) yaitu BTP yang

dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman

pangan.

8. Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses

pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu

pemanggangan.

9. Pengemulsi, pemantap dan pengental yaitu BTP yang dapat membantu

terbentuknya dan memantapkan sistem dipersi yang homogen pada

pangan.

10. Pengeras, yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah

melunaknya pangan.

11. Sekuestran, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam

pangan, sehingga memantapkan warna, aroma dan tekstrur (DEPKES RI,

1988).

Pada dasarnya bahan pangan merupakan campuran berbagai senyawa

kimia yang dapat dikelompokkan ke dalam karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, mineral dan air. Bahan pangan terdiri dari 99,9% dari bahan-bahan

tersebut sedangkan sisanya adalah bahan-bahan lain berupa pigmen, zat cita

rasa dan zat-zat aditif. Dari seluruh parameter pangan seperti gizi, cita rasa,

penampakan, warna, tekstur merupakan faktor terpenting (Afrianti, 2014).

Kualitas pangan sangat menentukan apakah pangan tersebut disukai

atau tidak oleh konsumen. Pada umumnya pengolahan makanan selalu

Page 24: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

10

berusaha agar dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, karena

akan lebih disukai konsumen dan harganya pun akan lebih tinggi. Kualitas

pangan adalah keseluruhan sifat-sifat pangan yang dapat berpengaruh terhadap

penerimaan pangan oleh konsumen (Afrianti, 2014).

Warna merupakan salah satu atribut mutu yang sangat penting pada

bahan dan produk pangan. Peranan warna sangat nyata karena umumnya

konsumen akan mendapat kesan pertama, baik suka atau tidak suka terhadap

suatu produk pangan warnanya. Bila warna produk tidak disukai atau dianggap

menyimpang dari warna yang sehrusnya, maka konsumen biasanya tidak

tertarik lagi untuk memberikan penilaian yang baik terhadap atribut mutu

lainnya. Disamping itu, warna juga mempunyai arti dan peranan penting pada

produk pangan sebagai penciri jenis, tanda-tanda pematangan buah, tanda-

tanda kerusakan, petunjuk tingkat mutu, pedoman proses pengolahan, dan

sebagainya (Andarwulan et al, 2011).

Warna bahan dan produk pangandapat dibentuk oleh adanya pigmen

yang secara alami terdapat dalam bahan pangan atau bahan pewarna yang

ditambahkan kedalam makanan. Pigmen alami dapat terjadi pada bahan pangan

yang belum diolah atau terbentuk selama proses pengolahan. Disamping itu,

ada juga pewarna yang ditambahkan baik yang berasal dari senyawa yang

diekstrak dari bahan bahan pangan alami maupun berasal dari bahan pewarna

sintetis (Andarwulan et al, 2011)..

Zat pewarna merupakan bahan tambahan pangan yang dapat

memperbaiki tampilan makanan. Penggunaaan Pewarna makanan pada

umumnya memiliki beberapa tujuan, diantaranya memberi kesan menarik pada

konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi

perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan. Zat warna

makanan terbagi atas tiga yaitu pewarna alami, pewarna identik alami, dan

pewarna sintesis (Mudjajanto, 2006).

Beberapa pewarna alami yang diizinkan dalam pangan menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/RI/Per/IX/88 diantaranya

adalah :

Page 25: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

11

1. Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan

untuk mewarnai jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300

mg/kg), dan yogurt beraroma (150 mg/kg).

2. Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah-orange yang dapat

digunakan untuk mewarnai acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), es krim

(100 mg/kg), keju (600 mg/kg), lemak dan minyak makan (secukupnya).

3. Kurkumin, yaitu pewarna alami berwarna kuning-orange yang dapat

lemak dan minyak makan (secukupnya) (DEPKES RI,1988).

Menurut Joint FAC / WHO Expert Commitee on Food Additives

(JECFA) zat pewarna buatan dapat digolongkan dalam beberapa kelas

berdasarkan rumus kimianya, yaitu azo, trialrimetana, quinoin, xanten, dan

indigoid. Sedangkan berdasarkan kelarutannya dikenal dua macam pewarna

buatan, yaitu dyes dan lakes. Dyes adalah zat pewarna yang umumnya larut

dalam air, sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan dalam

mewarnai bahan pangan. Sedangkan untuk zat pewarna lakes dibuat

berdasarkan prosses pengendapan dan absorbsi dyes pada radikal ( Al atau Ca)

yang dilapisi oleh aluminium hidrat (Alumina). Lapisan alaumina ini tidak

larut dalam air, sehingga lakes tidak larut hampir pada semua pelarut

(Cahyadi, 2008).

Pewarna sintetik yang tidak derekomendasikan oleh Direktorat Jendral

Pengawas Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan

FDA dapat mempengaruhi kesehatan. Di Indonesia peraturan mengenai

penggunaan zat pewarn yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur

melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/RI/Per/IX/88. Akan tetapi,

seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarangan

pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai

bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya

residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Rhodamin B dan Metanil Yellow

termaksud dalam daftar bahan pewarna yang dilarang penggunaanya dalam SK

Menteri Kesehatan No.239/Menkes/Per/V/85 (Cahyadi, 2008).

Page 26: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

12

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pedagang jajanan Menggunakan

Metanil Yellow dan Rhodamin B yaitu :

a. Tingkat pengetahuan pedagang jajanan yang masih rendah.

b. Pengalaman dari pedagang sebelumnya.

c. Alasan ekonomi.

Faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi pedagang jajanan dalam

penggunaan pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow. Menurut

pedagang jajanan tersebut alasan mereka memilih menggunakan merek

pewarna yang mengandung mempengaruhi pedagang jajanan dalam

penggunaan pewarna Rhodamin B dan metanil yellow adalah dari harga

yang murah.

d. Peraturan dan pengawasan dari pemerintah yang kurang ketat. Pengawasan

dari BPOM terhadap jajanan sudah dilakukan tetapi masih kurang ketat

dan tidak berkala atau dalam jangka waktu terlalu lama (Zuraida, 2017).

Penggunaan zat* pewarna alami dan sintetis dapat dibedakan

berdasarkan ciri-cirinya. Penggunaan pewarna alami pada pangan memiliki

ciri- ciri warna yang lebih pucat, mudah dihinggapi lalat, warna tidak

mencolok dan varian warnanya sedikit. Sedangkan jajanan yang menggunakan

warna sintetis seperti Rhodamin B dan Metanil Yellow memiliki warna yang

mencolok, lebih mengkilap, tidak mudah rusak, mudah dihinggapi lalat, varian

warnaya banyak serta lebih menarik (Zuraida, 2017).

C. Tinjauan Umum Tentang Pewarna Rhodamin B

1. Pengertian Pewarna Rhodamin B

Secara fisik rhodamin B merupakan padatan kristal hijau atau serbuk

ungu kemerahan yang memilki berat molekul 479, 02 g/mol dan rumus

molekul C28H31N2O3Cl. Nama lain dari rhodamin B adalah Rhodamine 123

Basic Violet 10 dan (9-(o-carboxyphenyl)-6-(diethylamino)-3H- xanthen-3-

yliedene) diethylammonium cholride. Senyawa ini memilki titik leleh 165

dan bersifat agak larut dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam alkohol,

HCl. dan NaOH. Warna yang dihasilkan adalah merah kebiruan dan

berfluoresensi kuat (Mawadah, 2015).

Page 27: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

13

Gambar 3. Rumus Molekul Rhodamin B “C28H31N2O3Cl”

Gambar 4. Pewarna Rhodamin B

Rodamin B merupakan pewarna sintetis yang digunakan pada industri

tekstil. Pengaruh buruk Rodamin B bagi kesehatan antara lain menimbulkan

iritasi pada saluran pernapasan, kulit, mata, dan saluran pencernaan serta

berpotensi terjadinya kanker hati. Penyalahgunaan Rodamin B banyak

ditemui pada makanan dan minuman seperti es cendol, permen, Sambal

Botol, dan kue (Mawaddah, 2015) .

2. Bahaya Rhodamin B Bagi Kesehatan

Menurut WHO, rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia

karena sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B

mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa

halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan

berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara mengikat senyawa

lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh. Selain itu,

rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-CH3) yang bersifat

radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam

tubuh (BPOM,2014).

Page 28: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

14

Di dalam Rhodamine B sendiri terdapat ikatan dengan klorin (CL

yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif

dan juga berbahaya. Reaksi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai

sintesis zat warna.disini dapat digunakan Reaksi Frield-Crafts untuk

mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Reaksi antara ftalat

anhidrida dengan resorsinol, sedangkan dengan keberadaan seng klorida

menghasilkan fluorescein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-

dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan Rhodamine B. Selain

terdapat ikatan Rhodamine B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi.

Ikatan konjugasi dari Rhodamine B inilah yang menyebabkan Rhodamine B

berwarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamine B dan

Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada

Rhodamine B menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk kedalam

tubuh manusia. atom CL yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen,

dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan

toksik dan karsinogenik (BPOM, 2014).

Bahan untuk membuat Rhodamin B adalah meta- dietilaminoferol dan

ftalik anhidrid. Keduanya tidak boleh dimakan karena berbahaya bagi

kesehatan. Oleh sebab itu, Pemerintah melarang penggunaan Rhodamin B

sebagai pewarna makanan. Akan tetapi saat ini masih banyak ditemukan

pelanggaran terhadap larangan tersebut, sehingga Rhodamin B dengan

mudah dapat ditemukan dalam berbagai jenis makanan, seperti kue-kue

basah, saus, sirup, kerupuk, terasi, tahu, dan umumnya makanan jajanan lain

yang berwarna merah terang (Mawadah, 2015)

Rhodamin B mempunyai efek akut dan kronis. Pada efek akut,

paparan Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi dan bila masuk dalam

pembuluh darah dapat menyebabkan kerusakan yang sistemik serta

menyebabkan gejala seperti muntah dan sakit perut. Sedangkan pada efek

kronis paparan yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan

kerusakan seperti gangguan fungsi hati, kerusakan hati, kerusakan pada

ginjal dan dapat menyebabkan kanker (Budiawan, 2013).

Page 29: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

15

Pada umumnya, bahaya akibat pengonsumsian rhodamin B akan

muncul jika zat warna ini dikonsumsi dalam jangka panjang. Tetapi, perlu

diketahui pula bahwa rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika

tertelan sebanyak 500 mg/kg BB, yang merupakan dosis toksiknya. Efek

toksik yang mungkin terjadi adalah iritasi saluran cerna (BPOM, 2014).

Beberapa hasil uji toksisitas Rhodamin B pada hewan percobaan tikus

memiliki LD50 per-oral lebih besar dari 10,56 mg/kg BB dan secara

intravena pada tikus LD50 sebesar 89,5 mg/kg BB (Merck Index, 2006)

Penggunaan zat pewarna Rhodamin B dilarang di Eropa mulai 1984

karena rhodamin B termasuk bahan karsinogen (penyebab kanker) yang

kuat. Uji toksisitas rhodamin B yang dilakukan terhadap mencit dan tikus

telah membuktikan adanya efek karsinogenik tersebut. Konsumsi rhodamin

B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat

menyebabkan gejala seperti pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi

hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa

menyebabkan timbulnya kanker hati (BPOM, 2014).

D. Tinjauan Umum Pewarna Metanil Yellow

1. Pengertian Pewarna Metanil Yellow

Gambar 5. Rumus Molekul Metanil Yellow “C18H14N3O3S”

Page 30: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

16

Gambar 6. Pewarna Metanil Yellow

Metanil yellow mempunyai nama lain tropaeolin G. rumus kimia

C18H14N3O3S dengan berat molekul 375, 391. Berdasarkan struktur

kimianya, metanil yellow dan beberapa pewarna sintetik dikategorikan

dalam golongan azo. N*amun, metanil yellow termasuk pewarna golongan

azo yang telah dilarang digunakan pada pangan. Pada umumnya, pewarna

sintetik azo bersifat lebih stabil daripada kebanyakan pewarna alami.

Pewarna azo stabil dalam berbagai rentang pH, stabil pada pemanasan, dan

tidak memudar bila terpapar cahaya atau oksigen. Hal tersebut

menyebabkan pewarna azo dapat digunakan pada hampir semua jenis

pangan. Salah satu kekurangan pewarna azo adalah sifatnya yang tidak

larut dalam minyak atau lemak. Hanya bila pewarna azo digabungkan

dengan molekul yang bersifat larut lemak atau bila pewarna azo tersebut

didispersikan dalam bentuk partikel halus, maka lemak atau minyak dapat

terwarnai (BPOM, 2014)

Pewarna metanil yellow tidak boleh digunakan sebagai pewarna

makanan. Pewarna ini banyak digunakan sebagai pewarna produk, tekstil,

kayu, cat lukis, wool, nilon, kulit, kertas, alumunium, detergen, bulu, kayu,

dan kosmetik. Akan tetapi, para produsen yang tidak bertanggung jawab

telah menyalahgunakan metanil yellow sebagai pewarna makanan karena

menghasilkan warna kuning cerah dan menarik. Produk yang sering

Page 31: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

17

ditambah metanil yellow adalah minuman, sirup, pisang goreng, dan

manisan buah. Bahan untuk membuat metanil yellow adalah dari asam

metanilat dan difenilamin (BPOM, 2014).

2. Bahaya Metanil Yellow Bagi Kesehatan

Beberapa perwarna azo telah dilarang digunakan pada pangan

karena efek toksiknya. Namun, efek toksik tersebut bukan disebabkan oleh

pewarna itu sendiri melainkan akibat adanya degradasi pewarna yang

bersangkutan. Pada suatu molekul pewarna azo, ikatan azo merupakan

ikatan yang bersifat paling labil sehingga dapat dengan mudah diurai oleh

enzim azo-reduktase yang terdapat dalam tubuh mamalia, termasuk

manusia. Pada mamalia, enzim azo-reduktase (dengan berbagai

aktivitasnya) dapat dijumpai pada berbagai organ, antara lain hati, ginjal,

paru-paru, jantung, otak, limpa, dan jaringan otot (BPOM, 2014).

Bahan untuk membuat metanil yellow adalah dari asam metanilat

dan difenilamin. Bahan-bahan tersebut bersifat toksik, sehingga apabila

masuk kedalam tubuh manusia dalam waktu lama, maka akan terjadi

gangguan pada kesehatan kronik, seperti timbulnya tumor dalam jaringan

hati, kandung kemih, saluran pencernaan, atau jaringan kulit. Apabila

metanil yellow terhirup, mengenai kulit, mengenai mata, apalagi tertelan,

maka efek negatif akan timbul pada tempat-tempat masuknya tadi. Efek

negatif tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan akut berupa

iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada pada kulit, iritasi pada mata,

dan bahaya kanker pada kandungan dan saluran kemih. Jika metanil

yellow tertelan, maka gejala yang akan timbul antara lain mual, muntah,

sakit perut, diare, pansa, rasa tidak enak, dan tekanan darah rendah

(Mawadah, 2015).

Pewarna azo memiliki tingkat toksisitas akut yang rendah. Dosis

toksik akut pewarna azo tidak akan tercapai dengan mengkonsumsi

pangan yang mengandung pewarna azo. Kebanyakan pewarna azo (baik

pewarna untuk pangan maupun tekstil) memiliki nilai LD50 dengan

kisaran 250 – 2000 mg/kg berat badan, yang mengindikasikan bahwa dosis

Page 32: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

18

letal dapat dicapai jika seseorang mengkonsumsi beberapa gram pewarna

azo dalam dosis tunggal. Oleh karena pewarna azo memiliki intensitas

warna yang sangat kuat, maka secara normal pada pangan hanya

ditambahkan beberapa miligram pewarna azo per kilogram pangan.

Berdasarkan perhitungan, rata-rata orang dewasa akan memerlukan lebih

dari 100 kg pangan yang mengandung pewarna azo dalam satu hari untuk

mencapai dosis letal (BPOM, 2014).

Pada penelitian mengenai paparan kronik metanil yellow terhadap

tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberikan melalui pakannya selama

30 hari, diperoleh hasil bahwa terdapat perubahan hispatologi dan

ultrastruktural pada lambung, usus, hati, dan ginjal. Hal tersebut

menunjukkan efek toksik metanil yellow terhadap tikus. Penelitian lain

yang menggunakan tikus galur Wistar sebagai hewan ujinya menunjukkan

hasil bahwa konsumsi metanil yellow dalam jangka panjang dapat

mempengaruhi sistem saraf pusat yang mengarah pada neurotoksisitas

(BPOM, 2014).

E. Tinjauan Tentang Pemeriksaan Rhodamin B Dan Metanil Yellow

1. Analisa Kualitatif

a. Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas sesuai untuk pemisahan pewarna, tetapi

metode ini memakan banyak waktu. Selain itu, metode ini memberikan

resolusi yang jelek dan kadang-kadang bercak yang terbentuk tidak

terdeteksi dengan baik, menunjukkan terbentuknya ekor yang dapat

mempengaruhi harga Rf (Nollet, 2004).

b. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia.

Lapisan yang memisahkan, yang terdiri dari bahan yang berbutir-butir

(fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam, atau

lapisan yang cocok. Campuran yang dipisah, berupa larutan, ditotolkan

berupa bercak atau pita (awal). Setelah plat atau lapisan ditaruh di dalam

bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase

Page 33: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

19

gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) Rf

(Nollet, 2004).

Kromatografi lapis tipis (KLT) telah banyak digunakan pada

analisis pewarna sintetik. KLT merupakan metode pemisahan yang lebih

mudah, lebih cepat, dan memberikan resolusi yang lebih baik

dibandingkan kromatografi kertas. KLT tidak sebaik High Performance

Liquid Chromatography (HPLC) untuk pemisahan dan identifikasi, tetapi

metode ini relatif sederhana dan dapat digunakan untuk memisahkan

campuran yang kompleks. Meskipun demikian KLT tidak mahal dan

dapat digunakan secara mudah di industri makanan (Wirasto, 2008).

Pada hakekatnya KLT melibatkan dua fase: sifat fase diam atau

sifat lapisan, dan sifat fase gerak atau campuran larutan pengembang.

1) Fase diam (larutan penjerap/ adsorben)

Pada semua prosedur kromatografi, kondisi optimum untuk

suatu pemisahan merupakan hasil kecocokan antara fase diam dan

fase gerak. Pada KLT, fase diam harus mudah didapat . Dua sifat

yang penting dari penjerap adalah besar partikel dan

homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong sangat

tergantung pada mereka. Besar partikel yang biasa digunakan adalah

1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan

memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk

menaikkan hasil pemisahan adalah menggunakan penjerap yang

butirannya halus (Nollet, 2004).

Penjerap yang umum ialah silika gel, aluminium oksida,

kieselgur, selulosa dan turunannya, poliamida dan lain-lain.Silika gel

merupakan fase diam yang paling sering digunakan untuk KLT. Zat

ini digunakan sebagai adsorben universal untuk kromatografi

senyawa netral, asam, dan basa (Nollet, 2004).

2) Fase gerak (pelarut pengembang)

Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau

beberapa pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan

Page 34: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

20

berpori, karena ada gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut

bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan, sistem pelarut

multikomponen ini harus berupa campuran sesederhana mungkin

yang terdiri atas maksimal tiga komponen Pada proses serapan, yang

terjadi jika menggunakan silika gel, alumina dan fase diam lainnya,

pemilihan pelarut mengikuti aturan kromatografi kolom serapan.

Memang agak sukar untuk menemukan sistem pelarut yang cocok

untuk pengembangan. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai

didasarkan atas prinsip like dissolves like, tetapi akan lebih cepat

dengan mengambil pengalamanan para peneliti, yaitu dengan dasar

pustaka yang sudah ada (Nollet, 2004).

3) Identifikasi dan harga Retention Factor (Rf)

Retention Factor/Faktor retensi (Rf) merupakan parameter

kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf

merupakan kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatografi.

Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis

lebih baik dikerjakan dengan pereaksi lokasi kimia dan reaksi-reaksi

warna. Tetapi lazimnya untuk identifikasi menggunakan harga Rf.

Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan

sebagai faktor retensi, Rf:

Harga Rf = jarak yang ditempuh senyawa terlarut

Jarak yang ditempuh pelarut

Jarak yang ditempuh pelarut dapat diukur dengan mudah dan jarak

tempuh. Cuplikan diukur pada pusat bercak itu, atau pada titik

kerapatan maksimum (wirasto, 2008).

Angka Rf berjangka antara 0,00 & 1,00 dan hanya dapat

ditentukan dengan dua desimal. Angka hRf ialah angka Rf dikalikan

faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 .Harga-

harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan

harga-harga standard (wirasto, 2008)

Page 35: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

21

c. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Pemisahan campuran zat warna dengan KCKT dilakukan ketika

metode konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan. Saat ini

kolom fase terbalik telah secara luas digunakan untuk pemisahan dan

kuantifikasi pewarna sintetik.Ekstraksi dari makanan yang mengandung

pewarna harus diupkan untuk mengeringkan dan melarutkan kembali ke

dalam kolom Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) (wirasto, 2008).

d. Elektroforesis Kapiler

Dalam dekade terakhir ini, elektroforesis kapiler secara luas telah

digunakan dan menunjukkan teknik pemisahan yang menjanjikan. Oleh

karena itu, elektroforesis kapiler merupakan teknik yang ideal untuk analisis

multikomponen. Keuntungan dari teknik ini adalah cepat, sederhana,

mudah, mudah untuk distel, selektif, membutuhkan solven yang sedikit,

waktu analisis cepat, biaya murah. Akan tetapi teknik ini memiliki masalah

terhadap hasil jika volume injeksi yang digunakan terlalu kecil (Nollet,

2004).

e. Test Kit

Saat ini alat uji cepat/Rapid test bahan pangan yang diduga

mengandung bahan berbahaya banyak tersedia di pasaran dengan berbagai

merk dagang sesuai produsen pembuatnya. Masing-masing alat uji cepat

tersebut dilengkapi dengan petunjuk cara penggunaan. Pada prinsipnya

pengujian cepat menggunakan rapid test kit untuk setiap parameter bahan

berbahaya sama namun karena merk rapid test kit yang digunakan berbeda-

beda setiap tahunnya maka cara penggunaan agar menyesuaikan dengan

petunjuk penggunaan yang diberikan oleh produsen. Metode ini banyak

digunakan karena penggunaannya lebih mudah, cepat, harga lebih

terjangkau, dan limbah yang dihasilkan lebih sedikit. Hasil tes positif dapat

dilihat dengan terjadinya perubahan warna yang dapat diamati secara visual

(Kementrian LHK, 2015)

Page 36: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

22

2. Analisa Kuantitatif

Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak.

Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata

manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya

dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–

149 kJ/mol. Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom

dengan energi terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang

dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan

dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi atau menuju

keadaan tereksitasi. Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan

cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau

cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna

komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap

warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam

bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak

(FMIPA, 2017).

Page 37: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

23

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Penggunaan pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow pada makanan

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pengetahuan pedagang

tentang bahaya penggunaan pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow bagi

kesehatan. Selain itu faktor ekonomi juga mempengaruhi pedagang untuk

menggunakan pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow sebagai pewarna

dikarenakan harganya yang murah dan terjangkau. Penggunaan pewarna

sintetis pada makanan memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan

menggunakan pewarna alami kelebihan tersebut diantaranya warna yang

dihasilkan lebih mencolok / cerah, mengkilap dan lebih menarik serta tahan

lama.

Konsumsi pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow dapat

menyebabkan efek akut dan kronis bagi kesehatan. Efek akut yang disebabkan

oleh pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow berupa iritasi, maupun

kerusakan sistemik yang disertai gejala mual, muntah, sakit perit dan diare.

Pada penggunaan dalam jangka panjang Rhodamin B dapat terakumulasi di

dalam tubuh dan dapat menyebabkan gangguan kesesehatan kronik seperti

gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati,

gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker

hati. Penggunaan zat warna Metanil Yellow dapat menyebabkan gangguan

kesehatan kronik, seperti timbulnya tumor dalam jaringan hati, kandung kemih,

saluran pencernaan, atau jaringan kulit.

Penelitian ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui ada

tidaknya zat pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow pada jajanan tradisional

yang dijual di pasar mandonga Kota Kendari. Identifikasi dilakukan dengan

menggunakan metode tes Kit. Metode tes Kit telah banyak digunakan pada

nalisis pewarna sintetik, karena tes ini merupakan metode identifikasi yang

lebih mudah, cepat, dan memberikan resolusi yang lebih baik.

23

Page 38: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

24

B. Kerangka Pikir

Jajanan tradisional diduga

positif Rhodamin B

Metode identifikasi

Metode tes Kit

Rhodamin B

Negatif :

warna larutan

tetap berwarna

merah muda.

Positif :

terjadi perubahan

warna larutan dari

merah muda

menjadi ungu

Analisa kualitatif

Warna merah lebih

mencolok, mengkilap dan

lebih menarik, tahan lama,

serta tidak dihinggapi lalat

Jajanan Tradisional

Warna kuning lebih

mencolok, mengkilap dan

lebih menarik, tahan lama,

serta tidak dihinggapi lalat

Jajanan tradisional diduga

positif Metanil Yellow

Metode tes Kit

Metanil Yellow

Negatif :

warna larutan

tetap berwarna

kuning.

Positif :

Terjadi perubahan

warna menjadi

merah / merah

keunguan

Page 39: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

25

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap

dapat menentukan variabel terikat. Variabel ini dapat merupakan faktor

resiko, kausa/penyebab. Dalam penelitian ini Variabel bebas yang diteliti

adalah pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Dalam penelitian ini variabel terikat yang diteliti adalah jajanan tradisional

yang dijual dipasar Mandonga Kendari yang diduga mengandung pewarna

Rhodamin B dan Metanil Yellow .

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional

a. Jajanan tradisional adalah kue yang memiliki warna mencolok yang di

jual di pasar mandonga

b. Pewarna Rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang penggunaanya

disalahgunakan dan ditambahkan sebagai pewarna pada produk

makanan berupa jajanan tradisional yang dijual di pasar Mandonga

Kota Kendari.

c. Pewarna Metanil Yellow merupakan pewarna sintesis yang

penggunanaanya disalahgunakan dan ditambahkan sebagai pewarna

dalam produk makanan berupa jajanan tradisional yang dijual di pasar

Mandonga Kota Kendari.

2. Kriteria Objektif

a. Pewarna Rhodamin B Positif apabila terjadi perubahan warna larutan

dari berwarna merah / merah muda menjadi berwarna ungu. Sedangkan

Pewarna Rhodamin B Negatif apabila tidak terjadi perubahan warna

pada larutan dan tetap berwarna merah muda.

b. Pewarna Metanil Yellow Positif apabila terjadi perubahan warna

larutan dari berwarna kuning menjadi merah atau merah keunguan.

Page 40: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

26

Sedangkan Pewarna Metanil Yellow Negatif apabila tidak terjadi

perubahan swarna pada larutan dan tetap berwarna kuning.

Page 41: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

27

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah desktiptif secara kualitatif

dengan menggunakan tes Kit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

hasil identifikasi pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow yang dijual di

pasar Mandonga kota Kendari Sulawesi Tenggara.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Analis Kesehatan

Politeknik Kesehatan Kendari .

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 13- 25 april 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua jajanan tradisonal yang

diberi zat warna yang dijual di Pasar Mandonga Kota Kendari Sulawesi

Tenggara yaitu sebanyak 7 penjual/ tempat.

2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah jajanan tradisional yang di

jual di Pasar Mandonga Kota Kendari yang berasal dari 7 penjual dengan

metode purposive Sampling , berdasarkan pada kriteria inklusi sampel

yaitu jajanan yang berwarna merah dan kuning, lebih mengkilap, tidak

dihinggapi lalat, tidak mudah basi.

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data primer diperoleh berdasarkan hasil observasi langsung pada jajanan

tradisional yang dijual di pasar Mandonga Kota Kendari.

2. Data sekunder diproleh dari pihak pengelola pasar terkait jumlah penjual

jajanan tradisional di pasar Mandonga Kota Kendari.

27

Page 42: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

28

E. Instrumen Penelitian

1. Pra-Analitik

Alat Dan Bahan

a. Alat

- Neraca digital

- Sendok tanduk

- Batang pengaduk

- Pipet ukur

- Tabung reaksi

- Rak tabung

- Botol semprot

- Ball filler

- Beker glass

- Cawan petri

b. Bahan

- Sampel jajanan tradisional.

- Aquades.

- Reagen Kit Rhodamin B

- Reagen Kit Metanil Yellow.

2. Analitik

a. Preparasi Sampel.

- Sampel jajanan ditimbang sebanyak 25 gram, kemudian

hancurkan dengan menggunakan pengaduk.

- Masukkan sampel yang telah dihancurkan kedalam beker glass

yang telah diisi dengan 50 ml aquadest kemudian aduk sampel

hingga larut.

b. Preparasi warna standar

Masukkan warna standar yang terdapat di dalam box KIT kemudian di

larutkan kedalam 5-10 ml aquades lalu homogenkan.

c. Identifikasi sampel

Page 43: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

29

1) Test Rhodamin B

- Siapkan tabung reaksi, kemudian pipet 1-3 ml larutan sampel.

- Tambahkan 3 tetes reagen Rhodamin-1, lalu diaduk.

- Tambahkan 1 tetes reagen Rhodamin-2, lalu diaduk hingga

homogen.

- Amati perubahan warna pada sampel.

2) Test Methanil Yellow

- Siapkan tabung reaksi, kemudian pipet 1-3 ml larutan sampel.

- Tambahkan 3 tetes reagen methanil-1, lalu diaduk hingga

homogen.

- Amati perubahan warna pada sampel.

3. Pasca-Analitik

Deteksi senyawa dilakukan secara visual dengan identifikasi

terjadinya perubahan warna pada sampel.

Interpetasi hasil :

Positif

- Sampel dikatakan Positif mengandung Rhodamin apabila terjadi

perubahan warna larutan menjadi berwarna ungu.

- Sampel dikatakan Positif mengandung Metanil Yellow apabila terjadi

perubahan warna larutan menjadi merah atau merah keunguan.

Negatif

- Sampel dikatakan Negatif mengandung Rhodamin B apabila tidak

terjadi perubahan warna pada larutan dan tetap berwarna merah muda.

- Sampel dikatakan Negatif mengandung Metanil Yellow apabila tidak

terjadi perubahan warna pada larutan dan tetap berwarna kuning.

F. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif

berupa ada tidaknya zat pewarna Rhodamn B dan Metanil Yellow yang

ditemukan pada jajanan tradisional.

Page 44: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

30

G. Pengolahan Data

setelah data dikumpulkan, maka data tersebut diolah melalui beberapa

tahapan sebagai berikut :

1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan.

2. Codding adalah membuat atau pembuatan kode pada tiap-tiap data.

3. Tabulating adalah menyusun data dalam bentuk tabel setelah dilakukan

perhitungan.

H. Analisis Data

Sesuai jenis penelitian ini yaitu survey dengan pendekatan deskriptif,

maka rumus yang digunakan dalam analisis data guna mengetahui persentase

setiap variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

X=

x k

Keterangan :

X= persentase hasil yang dicapai

f = variabel yang diteliti

n = jumlah sampel penelitian

k = konstanta (100%)

I. Penyajian Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan

diuraikan dalam bentuk narasi.

J. Etika Penelitian

1. Anonymity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama penjual tetapi di berikan kode.

2. Confidentiality pledge

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Page 45: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

31

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis Pasar Mandonga Kota Kendari

Pasar mandonga adalah pasar tradisional yang berada di jantung kota

kendari. Pasar ini terletak di jalan Lasandara, Kelurahan Korumba,

Kecamatan Mandonga, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi

Tenggara. Letak pasar Mandonga Kota Kendari berbatasan dengan :

‒ Utara : jalan poros Lasandara

‒ Timur : sungai Lahundape

‒ Barat : mall Mandonga

‒ Selatan : pasar Korem

b. Tata letak gedung Pasar Mandonga Kota Kendari

Bangunan pasar terdiri atas tiga lantai, dimana terdapat kios, dan

lodz didalamnya. Lantai 1 gedung pasar digunakan sebagai tempat

penjualan sembako, sayur-sayuran, buah-buahan, dan juga ikan. Lantai 2

gedung pasar digunakan sebagai tempat penjualan obat-obatan, sembako,

aksesoris, jajanan-jajanan, dan juga ikan. Di lantai 2 gedung pasar Terdapat

10 penjual jajanan yang menjual jajanan tradisional. Sedangakan untuk

lantai 3 gedung digunakan sebagai tempat penjualan pakaian, sepatu

maupun sendal.

B. Hasil Penelitian

Hasil identifikasi zat pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow yang

telah dilakukan terhadap 14 jajanan tradisional yang dijual oleh 7 penjual

berbeda di pasar Mandonga Kota Kendari yang dilakukan dengan cara uji

kualitatif untuk mengetahui ada tidaknya penambahan zat pewarna Rhodamin

B dan Methanil Yellow pada jajanan tradisional yang diduga menggunakan zat

pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow dengan menggunakan Tes Kit

Rhodamin B dan Tes Kit Methanil Yellow.

31

Page 46: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

32

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif dengan

menggunaakan Tes Kit Rhodamin B dan Tes Kit Methanil Yellow terhadap 14

sampel jajanan dijual di pasar Mandonga Kota Kendari dinyatakan negatif

mengandung Rhodamin B dan Methanil Yellow penelitian ini dilakukan

secara Duplo dan hasil yang didapatkan tetap negatif.

Tabel 1. Hasil identifikasi pewarna Rhodamin B pada jajanan tradisional

yang dijual dipasar mandonga kota kendari.

NO Kode sampel Rhodamin B (+/-) Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

A

B

C

D

E

F

G

-

-

-

-

-

-

-

14,28 %

14,28 %

14,28 %

14,28 %

14,28 %

14,28 %

14,28 %

jumlah 100 % Negatif

Hasil identifikasi terhadap 7 sampel jajanan tradisional yang dijual di

pasar Mandonga Kota Kendari yang diduga mengandung pewarna Rhodamin

B didapatkan hasil 100 % negatif mengandung pewarna Rhodamin B.

Page 47: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

33

Tabel 2. Hasil identifikasi pewarna Methanil Yellow pada jajanan

tradisional yang dijual dipasar mandonga kota kendari.

NO Kode sampel Methanil Yellow (+/-) Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

A

B

C

D

E

F

G

-

-

-

-

-

-

-

14,28 %

14,28 %

14,28 %

14,28 %

14,28 %

14,28 %

14,28 %

jumlah 7 100 % Negatif

Hasil identifikasi terhadap 7 sampel jajanan tradisional yang dijual di

pasar Mandonga Kota Kendari yang diduga mengandung pewarna Methanil

Yellow didapatkan hasil 100 % negatif mengandung pewarna Methanil

Yellow.

C. Pembahasan

Sampel jajanan tradisional yang diduga menggunakan pewarna

Rhodamin B dan Methanil Yellow yang diperdagangkan di Pasar Mandonga

Kota Kendari sebanyak 14 sampel yang diambil berdasarkan kriteria inklusi

yakni berwarna merah dan kuning mencolok, tidak dihinggapi lalat, dan lebih

tahan lama.kemudian dilakukan uji laboratorium secara kualitatif dengan

menggunkan tes Kit Rhodamin B dan Tes Kit Methanil Yellow.

Dari hasil uji laboratorium yang dilakukan secara kualitatif dengan

menggunakan tes Kit Rhodamin B dan Methanil Yellow terhadap 14 sampel

jajanan tradisional yang dijual oleh 7 pedangang berbeda dipasar Mandonga

Kota Kendari tidak ditemukan kandungan pewarna Rhodamin B dan Methanil

Yellow, ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna pada larutan sampel

dari warna merah / merah muda menjadi ungu saat dilakukan uji Rhodamin B

dan tidak terjadi perubahan pada warna larutan sampel dari berwarna kuning

menjadi merah muda saat dilakukan uji Methanil Yellow.

Page 48: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

34

Hasil uji laboratorium menununjukkan bahwa tidak satupun sampel

jajanan tradisional yang dijual di pasar Mandonga Kota Kendari mengandung

pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian et al, (2013) tentang analisis

kandungan zat warna sintetik Rhodamin B dan Methanil Yellow pada jajanan

anak di SDN Kompleks mangkura Kota Makassar, yang terbukti negatif

mengandung bahan pewarna sintetik Rhodamin B dan Methanil Yellow

Sebagai pewarna jajanan.

Menurut Depkes RI (2006), makanan yang layak dikonsumsi harus

memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu Berada dalam derajat kematangan

yang dikehendaki, Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan

penanganan selanjutnya, Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak

dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan

pengerat, serangga, dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan, dan

pengeringan, serta Bebas dari mikroorganisme, parasit yang menimbulkan

penyakit.

Hal yang melatar belakangi penelitian ini adalah Penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Permatasari et Al (2013) yang melakukan

Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B dalam jajanan yang dipasarkan di pasar

tradisional Kota Bandar Lampung dan menemukan sebanyak 15 dari 30 sampel

jajanan pasar positif mengandung pewarna Rhodamin B. Serta hasil survey

yang yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan depok (2009) dimana hasil survey

menemukan dari 30 kantin sekolah di Kota Depok, sebanyak 3% jajanan positif

mengandung pewarna Methanil Yellow.

Pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow sering ditambahkan pada

makanan guna menambah kesan menarik pada jajanan tersebut. Beberapa ciri-

ciri jajanan yang telah diberi zat pewarna sintetis yaitu warnanya lebih

mencolok, lebih mengkilap, tidak dihinggapi lalat, tidak mudah basi

(Mawaddah, 2017). Meskipun sampel yang diambil sesuai dengan kriteria

inklusi, namun dari hasil peneltian yang dilakukan terhadap 14 sampel jajanan

tradisional yang dijual oleh 7 penjual berbeda di pasar Mandonga Kota Kendari

Page 49: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

35

yang diduga mengandung, pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow tidak

ditemukan adanya kandungan pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow.

tidak ditemukannya hasil positif pada jajanan tradisional yang diduga

mengandung pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow menandakan bahwa

tingkat pengetahuan para pedagang jajanan tradisional di pasar Mandonga Kota

Kendari telah baik.

Apabila pengetahuan seseorang baik, maka perilaku yang mereka

lakukan akan baik pula sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka

dapatkan selama ini. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Lawrance Green et al (1980) yang menyatakan bahwa perilaku manusia

dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan

faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Kemudian perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing

factors) yang mencakup pengetahuan, sikap dan sebagainya. Kemudian, faktor

pemungkin (enabling factor) yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau

tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja,

misalnya ketersedianya APD, pelatihan dan sebagainya. Dan terakhir adalah

faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-

undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya (Notoadmodjo,

2003).

Zat pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow merupakan pewarna

yang hanya boleh digunakan untuk pewarna industri tekstil (kain), kertas dan

cat, tidak boleh digunakan sebagai bahan tambahan untuk pangan. Namun pada

kenyataannya masih sering terjadi penyalahgunaan pewarna tekstil sebagai

pewarna makanan. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat warna yang

dinyatakan sebagai bahan berbahaya diantaranya yaitu Rhodamin B dan

Methanil Yellow. Apabila Zat warna Rhodamin B dan Methanil Yellow

dikonsumsi dan masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan beberapa gangguan

kesehatan kronik dan akut.

Page 50: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

36

Gannguan kesehatan akut akibat konsumsi pewarna Rhodamin B dan

Methanil Yellow dapat berupa iritasi, maupun kerusakan sistemik yang

disertai gejala mual, muntah, sakit perit dan diare. Pada penggunaan dalam

jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan

gangguan kesehatan kronik seperti gejala pembesaran hati dan ginjal,

gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan

bisa menyebabkan timbulnya kanker (Budiawan, 2013). Penggunaan zat warna

Metanil Yellow dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronik, seperti

timbulnya tumor dalam jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan, atau

jaringan kulit (Mawadah, 2015).

Dari hasil penelitian terhadap sampel jajanan tradisional yang dijual di

pasar Mandonga Kota Kendari yang diduga mengandung pewarna Rhodamin B

dan Methanil Yellow tidak ditemukan adanya kandungan pewarna Rhodamin

B dan Methanil Yellow, sehingga jajanan tradisional yang dijual di pasar ini

layak dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Pada penelitian ini

terdapat beberapa kelemahan yaitu penelitian hanya dilakukan pada satu pasar,

serta BPOM Sulawesi Tenggara yang secara intensif melakukan pengawasan

terhadap jajanan di Kota Kendari. Selain itu, penelitian yang dilakukan sebatas

menggunakan rapid test Kit secara kualitatif yang sensitiftasnya lebih rendah

dibanding dengan menggunakan uji kuantitatif dengan menggunakan metode

spektrofotometri. Sehingga dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap

jajanan tradisional yang dijual di pasar mandonga kota kendari negatif

mengandung zat pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow.

Page 51: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

37

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil identifikasi pewarna Rhodamin B dan Methanil

Yellow pada jajanan tradisional yang dijual di pasar Mandonga Kota kendari

didapatkan hasil negatif mengandung pewarna Rhodamin B dan Methanil

Yellow.sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari hasil identifikasi terhadap jajanan tradisional yang diduga mengandung

pewarna Rhodamin B yang dijual di pasar Mandonga Kota Kendari

khususnya jajanan tradisional yang berwarna merah dari 14 sampel tidak

ditemukan hasil yang positif, sehingga aman dari penggunaan pewarna

Rhodamin B.

2. Dari hasil identifikasi terhadap jajanan tradisional yang diduga mengandung

pewarna Methanil Yellow yang dijual di pasar Mandonga Kota Kendari

khususnya jajanan tradisional yang berwarna kuning dari 14 sampel tidak

ditemukan hasil yang positif, aman dari penggunaan pewarna Methanil

Yellow.

B. Saran

1. Diharapkan kepada institusi untuk mengembangkan hasil penelitian sebagai

bahan perbandingan untuk menelitian selanjutnya.

2. Disarankan bagi masyarakat agar tidak perlu khawatir dalam mengonsumsi

jajanan tradisional yang dijual di Pasar Mandonga Kota Kendari.

3. Disarankan kepada pedagang jajanan tradisional di Pasar Mandonga Kota

Kendari agar mempertahankan penggunakan bahan tambahan pangan yang

alami dalam pembuatan jajanan tradisoanal sehingga tetap aman untuk

dikonsumsi oleh masyarakat.

4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar melakukan identifikasi terhadap

pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow di seluruh pasar tradisional

yang berada di Kota Kendari.

37

Page 52: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

38

5. Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar melakukan melakukan identifikasi

terhadap pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow secara kuantitatif

dengan metode spektrofotometri.

Page 53: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

39

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, L.,H. 2014. Teknologi Pengawetan Pangan. Bandung: alfabeta.

Andarwulan N, Kusnandar F, Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta : Dian

Rakyat.

Azizahwati, Kurniadi M, Hidayat H (2007). Analisis zat warna sintetik terlarang

untuk makanan yang beredar di pasaran. Majalah Ilmu Kefarmasian, 4(1).

BPOM.2014. Bahaya Keracunan Metanil Yellow pada Pangan.

http://ik.pom.go.id/artikel/Bahaya-Metanil-Yellow-pada Pangan3.pdf.

(diakses tanggal 28 desember 2018).

BPOM. 2014. Bahaya Rhodamin B Sebagai Pewarna Pangan. http://ik.pom.go.id/

artikel/Bahaya-Rhodamin-B-sebagai Pewarna-pada-Makanan.pdf. (diakses

tanggal 28 desember 2018).

Cahyadi, w. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.

Jakarta: cetakan I. Bumi Aksara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Permenkes Nomor

239/Menkes/Per/V/1985. Tentang Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan

sebagai Bahan Berbahaya . Jakarta.

Dinas Kesehatan Depok. (2009). Hasil Survey Makanan Jajanan Anak Sekolah di

60 SD Tahun 2009. http://m.depok.go.id/press. (diakses pada tanggal 25

mei 2018).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Permenkes Nomor

722/Menkes/Per/IX/1988. Tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta.

Dian Pertiwi, Saifuddin S, dan Ulfah N. 2013. Analisis Kandungan Zat Pewarna

Sintetik Rhodamin B Dan Methanyl Yellow pada Jajanan Anak di SDN

Kompleks Mangkura Kota Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin Makasar.

FMIPA. 2017. Spektrofotometri Sinar Tampak (Visible). http://www. kimia.fmipa.

unej.ac.id/?p=472. (diakses pada tanggal 8 januari 2018).

Hutami, erma. 2017. Pengertian Jajanan Tradisional. http//:

www.Ermbeer.blogspot.com/2017/04/pengertian-jajanan-tradisional.html.

(diakses pada tanggal 7 januari 2018).

Page 54: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

40

Kementerian LHK. 2015. Pengujian Bahan Berbahaya dan Pangan Yang Diduga

Mengandung Bahan Berbahaya. http://sib3pop.menlhk.go.id/ articles/

view?slug=pengujian-pangan. (diakses pada tanggal 8 februari 2018).

Mawaddah, ighnatul. 2015. Analisis Keamanan Pangan Pada Produk Kerupuk

Mie Di Kabupaten Tegal. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Merck Index. 2006 . An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals.

Merck Co.Inc. USA

Mia. 2008.Aneka Jajanan Pasar. www.banjarmasinpost.co.id. (diakses pada

tanggal 7 januari 2018).

Mudjajanto, E.S,. 2006. Pewarna Makanan. Departemen gizi masyarakat dan

sumber daya keluarga. Fakultas pertanian, IPB. Bogor

Nollet, Leo, M. L. 2004. Handbook of Food Analysis. Second Edition, 1513,

1523-1529, Marcel Dekker, Ink., New York.

Notoatmojo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004,Keamanan Mutu dan Pangan, Pasal

1,ayat(1)

Riani, D.2007. Jajanan Anak Sekolah, Buletin Keamanan Pangan BPOM RI, B.,

12 (6)

Silaen, febria. 2015. Jajanan tradisional yang tetap digemari.

https://beritagar.id/artikel/kuliner/jajanan-tradisional-yang-tetap-digemari.

diakses tanggal 23 januari 2017

Tajnur, ramadhan. 2006. Profil Kendari Sulawesi Tenggara.

http://www.duniaberita01.id. Diakses pada tanggal 21 mei 2018

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Wirasto. 2008. Analisis Rhodamin B dan Methanyl Yelow dalam Minuman

Jajanan Anak SD di KecamatanLaweyan Kotamadya Surakarta dengan

Metode Kromatografi Lapis Tips. Fakultas farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Wirasto. 2008. Analisis rhodamin b dan metanil yellow dalam minuman anak SD

Di Kecamatan Laweyan Kota Madya Surakarta Dengan Metode

Page 55: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

41

Kromatografi Lapis Tipis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta.

Yuliarti, Nurheti. 2007. Awas Bahaya diBalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta:

ANDI Yogyakarta

Zuraida, Oktadoni Saputra, Zamahsjari Sahli, dan Ayu Aprilia. 2017. Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Pedagang Jajanan Anak Sekolah Dasar

terhadap Penggunaan Pewarna Metanil Yellow diKecamatan Sukarame

Bandar Lampung Tahun 2015. JagromedUnila, 4 (1).

Page 56: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

42

LAMPIRAN

Page 57: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

43

Page 58: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

44

Page 59: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

45

Page 60: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

46

Page 61: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

47

LAMPIRAN

1. Sampel

NO Nama Penjual Dan Jenis

Sampel

Gambar

1. Penjual A

Sampel : bolu kukus, bolu

gulung

2. Penjual B

Sampel : kue lapis, kue lapis

gulung

3. Penjual C

Sampel : kue pawa

4. Penjual D

Sampel : kue lapis, kue bolu

Page 62: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

48

5. Penjual E

Sampel : kue lapis, kue lapis

gulung, bolu kukus,

kue lumpur

6. Penjual F

Sampel : kue lapis

7. Penjual G

Sampel : bolu gulung, kue ku

Page 63: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

49

2. Pemeriksaan

No Proses Penelitian Gambar

1. Proses penimbangan sampel

2. Mengukur volume aquades

3. Sampel dilarutkan kedalam aquades

4. Sampel disentrifus

Page 64: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

50

5. Memipet sampel kedalam tabung reaksi

6. Meneteskan reagen tes Kit Rhodamin B

dan Methanil Yellow

Page 65: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

51

3. Hasil penelitian

Nama Penjual Dan

Jenis Sampel

Uji Rhodamin B Uji Methanil Yellow

Penjual A

Sampel : bolu kukus,

bolu gulung

Penjual B

Sampel : kue lapis,

kue lapis

gulung

Penjual C

Sampel : kue pawa

Penjual D

Sampel : kue lapis, kue

bolu

Penjual E

Sampel : kue lapis, kue

lapis gulung,

bolu kukus,

kue lumpur

Page 66: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

52

Penjual F

Sampel : kue lapis

Penjual G

Sampel : bolu gulung,

kue ku

Page 67: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

53

Page 68: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

54

Page 69: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/448/1/pdf.pdfMenyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

55