KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/312/1/keluhan menopause...
Transcript of KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/312/1/keluhan menopause...
i
IDENTIFIKASI KELUHAN YANG TERJADI PADA WANITA MENOPAUSE
DI WILAYAH RW 02 KELURAHAN KESSILAMPE
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Keperawatan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
KIKI RIZKY YOLANDA
P00320014072
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
iv
MOTTO
Kesabaran adalah kata yang indah dan mudah di ucapkan Tapi.. Ternyata tidak
banyak orang yang mampu melakukannya
Derajat kesabran inilah yang mampu membedakan
hidup orang suskes dengan orang gagal
dalam aktivitas hidupnya
....Orang bijak pernah mengatakan....
Orang sukses adalah orang yang terus mencoba Meskipun telah
mengalami banyak kegagalan Ia memandang kehidupan
sebagai peluang untuk mencapai
KESUKSESAN
Didunia ini tidak ada sesuatu kesuksesan apa pun
yang tidak dapat diraih oleh orang – orang yang
mampu mempersiapkan dirinya secara baik
untuk mendapatkannya dengan penuh
KESABARAN
Tidak ada jalan yang terlalu panjang bagi orang yang
melangkah tanpa tergesa – gesa dan tidak ada
penghargaan yang tidak dapat diraih bagi
orang yang mempersiapkan diri untuk
mendapatkannya dengan
KESABARAN
v
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
1. Nama : Kiki Rizky Yolanda
2. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 06 Juni 1997
3. Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
B. JENJANG PENDIDIKAN
1. SD Negeri 01 Batumea Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 15 Kendari Tamat Tahun 2011
3. SMK Tunas Husada Kendari Tamat Tahun 2014
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Masuk Tahun 2014
vi
ABSTRAK
Kiki Rizky Yolanda (P00320014072). “Identifikasi Keluhan Yang Terjadi Pada
Wanita Menopause Di Wilayah RW 02 Kelurahan Kessilampe Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2017”. Dibimbing oleh Abdul Syukur Bau dan Muhaimin Saranani.
Terdiri dari 6 BAB + 66 halaman + 8 tabel + 11 lampiran. Menopause dikenal sebagai
akhir siklus haid pada wanita secara alami, keluhan menopause seperti keluhan fisik,
psikologi dan seksual akan dialami wanita yang mengalami menopause. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetaui keluhan yang terjadi pada wanita menopause ( keluhan
somato – vegetatif, keluhan psikologi dan keluhan urogenital. Jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita
menopause sebanyak 70 orang, teknik purposive sampling, hasil penelitian
menggambarkan Keluhan somato vegetatif diperoleh sebanyak 18 orang (51.42%)
dengan tingkat keluhan ringan, dan yang paling sedikit yaitu 0 orang (0%) dengan
tingkat keluhan sangat berat. Keluhan psikologi sebanyak 23 orang (65.71%) dengan
tingkat keluhan ringan, dan yang paling sedikit yaitu sebanyak 0 orang (0%) dengan
tingkat keluhan tidak ada, berat dan sangat berat. Keluhan urogenital diperoleh
sebanyak 18 orang (51.42%) dengan tingkat keluhan sedang, dan yang paling sedikit
yaitu 0 orang (0%) dengan tingkat keluhan berat dan sangat berat. Berdasarkan hasil
tersebut agar lebih ditingkatkan sosialisasi mengenai kesehatan pada umumnya dan
mengenai kesehatan alat reproduksi / masalah menopause khususnya kepada para
wanita usia menopause dan gaya hidup sehat yang dapat diterapkan untuk mengurangi
masalah dan keluhan – keluhan pada mereka, baik melalui konseling ataupun
penyuluhan.
Kata kunci : Menopause, keluhan psikologi, keluhan somato- vegetatif,
keluhan urogenital.
Daftar pustaka : 17 (2001-2017)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Identifikasi Gejala Yang Terjadi Pada Wanita
Menopause Di Wilayah RW 02 Kelurahan Kessilampe Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017” .
Segala upaya untuk menjadikan karya tulis ilmiah ini mendekati sempurna
telah penulis lakukan, namun keterbatasan yang dimiliki penulis maka akan banyak
dijumpai kekurangan serta ketulusan hati penulis maupun segi ilmiah. Melalui
kesempatan ini pula secara khusus dan dengan hati yang tulus penulis sampaikan
terima kasih kepada ayahanda Ilsam dan ibunda tercinta Rohana dan adik saya Resya
Cahya Adilla atas segala doa, dukungan dan kasih sayang yang tulus demi kesuksesan
penulis.
Melalui kesempatan ini pula dengan kerendahan serta ketulusan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi - tingginya kepada
Abdul Syukur Bau., S.Kep.,Ns., MM selaku pembimbing I dan Muhaimin Saranani.,
S.Kep., NS., M.Sc selaku pembimbing II, atas segala waktu, kesediaan dan
kesungguhan dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
karya tulis ilmiah ini terselesaikan.
Melalui kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Petrus, SKM,M.Kes selaku direktur politeknik kesehatan kendari.
2. Muslimin L, A.Kep, S.Pd, M.Si selaku ketua jurusan keperawatan politeknik
kesehatan kendari.
3. Terima kasih untuk Ibu Anita Rosanty., SST., M. Kes, St. Nurhayani., S. Kep.,
Ns., M.Kep & Asminarsih Zainal Prio., M.Kep., Sp. Kom selaku penguji yang
telah memberikan banyak arahan dan masukan.
4. Seluruh Dosen dan staf politeknik kesehatan kendari jurusan keperawatan atas
ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan
hingga proses penulisan karya tulis ini.
viii
5. Terima kasih untuk Ibu Nurfantri, S.Kep., Ns., M.Sc selaku pembimbing
akademik yang selama ini telah banyak membantu penulis selama menimba ilmu
di poltekkes kemenkes kendari.
6. Terima kasih kepada kepala badan penelitian dan pengembangan provinsi sulawesi
tenggara yang telah memberikan izin penelitian.
7. Terima kasih kepada seluruh ibu – ibu RW 02 Kelurahan Kessilampe yang telah
bersedia untuk menjadi responden penelitian.
8. Terima kasih kepada muh. Asriadi S.Ak yang telah membantu menyelesaikan hasil
karya tuli ilmiah ini.
9. terima kasih buat teman – teman mahasiswa jurusan keperawatan poltekkes
kemenkes kendari angkatan 2014 khususnya teman – teman kelas IIIB yang
bernama Nervuscran14l yang telah sama- sama berjuang selama 3 tahun
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan bantuan, kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Kendari, 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN. ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUA.N
A. Latar belakang. ............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................ 4
C. .Tujuan penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat penelitian ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang menopause ........................................................................ 6
B. Tinjauan tentang gejala yang terjadi pada wanita menopause .................... 19
BAB III KERANGKA KONSEP PENELTIIAN A. Dasar pemikiran penelitian .......................................................................... 30
B. Skema variable ............................................................................................ 31
C. Variabel penelitian ...................................................................................... 31
D. Definisi operasional ..................................................................................... 32
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ............................................................................................ 35
B. Tempat dan waktu penelitian....................................................................... 35
C. Populasi dan sampel .................................................................................... 35
D. Prosedur pengambilan data.......................................................................... 36
E. Instrumen penelitian .................................................................................... 37
F. Jenis dan cara pengumpulan data ................................................................ 37
G. Pengolahan data ........................................................................................... 38
H. Analisa data ................................................................................................. 39
I. Penyajian data .............................................................................................. 39
J. Etika penelitian ............................................................................................ 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ............................................................................................ 41
B. Pembahasan ................................................................................................ 47
x
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................................. 55
B. Saran ............................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Menurut Umur Responden..................................... 42
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Menurut Status Responden ............................. 42
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Responden ........................... 43
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan Responden ............................. 43
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Menurut keluhan somatio vegetatif Responden ... 44
Tabel 5.6 distribusi frekuensi menurut keluhan psikologi ...................................... 45
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi menurut keluhan urogenital .................................... 46
Tabel 5.7 distribusi frekuensi menurut keluhan keseluruhan .................................. 47
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : surat permintaan menjadi responden
Lampiran 2 : surat pernyataan bersedia menjadi responden
Lampiran 3 : lembar observasi
Lampiran 4 : tabulasi hasil penelitian
Lampiran 5 : master tabel hasil penelitian
Lampiran 6 : surat izin pengambilan data awal
Lampiran 7 : surat permohonan izin penelitian
Lampiran 8 : surat izin penelitian dari badan litbang provinsi sultra
Lampiran 9 : surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran 10 : dokumentasi penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menopause dikenal sebagai berhentinya menstruasi, yang disebabkan
oleh hilangnya aktivitas folikel ovarium. Menopause alamiah terjadi pada akhir
periode menstruasi dan sekurang kurangnya selama 12 bulan mengalami tidak
menstruasi (amenorea), dan bukan disebabkan oleh hal yang patologis.
Sebelum terjadi fase menopause biasanya didahului dengan fase premenopause
dimana pada fase ini terjadi masa peralihan dari masa subur menuju tidak
adanya pembuahan (anovulatorik). Sebagian besar wanita mulai mengalami
gejala premenopause pada usia 40 –an dan puncaknya tercapai pada usia 50
tahun (Proverawati, 2010 :4).
Menurut Maspaitella (2004), gejala umum perempuan pada waktu
menjelang menopause, biasanya rambut mulai rontok, mudah tersinggung,
susah tidur malam, sering berkeringat, dada terasa panas, vagina terasa kering
dan gairah seks turun.gejala atau perubahan – perubahan mulai tersebut
dirasakan dua – tiga tahun sebelum masa menopause datang. Pada umumnya
gejala atau tanda umum sering dialami wanita menopause yaitu gejola panas
(hot flushes) sebanyak 70%, sakit kepala sebanyak 70%, cepat lelah dan
mudah lupa sebanyak 65%, berat badan bertambah sebanyak 60%, nyeri tulang
serta otot sebanyak 50%, dan kesemutan sebanayak 25%, stress akan sulit
dihindari jika wanita menilai atau menganggap menopause itu sebagai
peristiwa menakutkan (Mulyani, 2008).
2
Menurut WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita yang menopause akan
melonjak dari 107 juta jiwa akan menjadi 373 juta jiwa. Prakiraan kasar
menunjukkan akan terdapat sekitar 30 – 40 juta wanita dari seluruh jumlah
penduduk Indonesia yang sebesar 240 – 250 jut jiwa pada tahun 2010. Menurut
Word Health Organization (WHO, 1996), setiap tahunnya sekitar 25 juta
wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. WHO juga
mengatakan pada tahun 1990 sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun keatas
menghabiskan hidupnya dalam kedaan pasca menopause dan 40% dari wanita
pasca menopause tersebut tinggal di Negara berkembang dengan usia rata –
rata mengalami menopause pada usia 51 tahun. WHO memperkirakan jumlah
wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat dari 500 juta pada
saat ini menjadi lebih dari 1 miliyar. Dalam kurun waktu (usia lebih dari 60
tahun ) hampir 100% mengalami menopause dengan segala akibat serta
dampak yang menyertainya.
Menurut WHO, DI Asia pada tahun 2025 jumlah wanita yang berusia
lanjut akan meningkat 107 juta jiwa menjadi 373 juta jiwa. Menurut
Purwatiyastuti dalam Lombogia (2014) sindroma pramenopause dan
menopause dialami oleh banyak wanita di dunia, sekitar 50% di Eropa, 40% di
Amerika, 35% di Malaysia, 18% di Cina, dan 10% di Jepang dan Indonesia.
Julianto dalam Lombogia (2014) mengemukakan bahwa gejala yang banyak
daris eluruh jumlah wanita premenopause yaitu 40% merasa hot flushes, 36%
mengalami susah tidur, 31% mengalami lebih cepat lelah dalam bekerja, 28%
mengatakan menjadi lebih sering lupa, 26% mengatakan mudah tersinggung,
3
20% mengatakan menagalami nyeri sendi dan 18% mengatakan sering sakit
kepala berlebihan.
Menurut Depkes RI (2009) hingga saat ini wanita di Indonesia yang
memasuki masa menopause sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut
meningkat menjadi 11% pada tahun 2005. Kemudian, naik lagi sebesar 14%
pada tahun 2015. Meningkatnya jumlah tersebut, sebagai akibat bertambahnya
populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup bersamaan dan
membaiknya derajat kesehatan masyarakat, jumlah dan proporsi. Penduduk
perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan memasuki usia
menopause dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat
signifikan. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2013
jumlah penduduk menurut jenis kelaminya setiap tahunnya mengalami
peningkatan dari tahun 2010 sampai 2013. Data dari BPS pada tahun 2009
bahwa 5.320.000 wanita Indonesia telah memasuki masa menopause. Pada
tahun 2010 terdapat 118.010.413 penduudk perempuan, tahun 2011 sebesar
119.768.768 penduduk perempuan, tahun 2012 sebesar 121.553.332 penduduk
perempuan dan pada tahun 2013 sebesar 123.364.472 (Depkes, 2014).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan jumlah ibu yang
mengalami menopause di Sulawesi Tenggara sebanyak 221.261 jiwa dari
1.332.480 jiwa perempuan (Dinkes Sultra,2012)
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 14
bulan juli 2017, diketahui jumlah wanita usia 45 – 55 tahun di Kelurahan
Kessilampe Kecamatan Kendari cukup besar. Jumlah wanita usia tersebut
mencapai 245 jiwa dari jumlah penduduk 3571 jiwa. Hasil observasi bulan juli
4
2010, kepada 10 ibu – ibu mengenai gejala yang terjadi pada saat memasuki
masa menopause, didapatkan hasil gejala yang dirasakan berupa rasa panas
(hot flushes), banyak keringat, gangguan kardiovaskular, rasa kering pada
vagina, ingatan menurun, keluhan psikologis, gangguan tidur, dan rasa nyeri
pada tulang dan otot.
Berdasarkan latar belakang tersebeut peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang Identifikasi Gejala Yang Terjadi Pada Wanita Menopause
Di RW 02 Kelurahan Kessilampe Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah : apakah gejala yang terjadi
pada wanita menopause di RW 02 Kelurahan Kessilampe.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi keluhan yang terjadi pada wanita menopause di
wilayah RW 02 Kelurahan Kessilampe Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2017.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi keluhan somato vegetatif wanita menopause di
wilayah kerja RW 02 Kelurahan Kessilampe.
b. Untuk mengidentifikasi keluhan psikologi wanita menopause di wilayah
kerja RW 02 Kelurahan Kessilampe.
c. Untuk mengidentifikasi keluhan urogenital wanita menopause di wilayah
kerja RW 02 Kelurahan Kessilampe.
5
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Untuk mengapliasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan
pengalaman nyata sehingga menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti tentang
gejala yang terjadi pada wanita menopause .
b. Bagi institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai media bacaan
guna menambah informasi yang dieprlukan oleh mahasiswa keperawatan
lainnya.
c. Bagi masyarakat
Khususnya pada wanita menopause sebagai masukan yang bermanfaat
untuk meningkatkan respon positif pada masa menopause.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang menopause
1. Pengertian Menopause
Menopause adalah penghentian haid atau periode haid terakhir pada
kehidupan seorang perempuan. Periode transisional antara siklus ovulatorik
dan menopause, saat fungsi ovarium menurun secara prgresif, dikenal sebagai
periode pramenopause atau klimakterium. Istilah “pascamenopause” atau
“menopause” mengacu kepada waktu setelah menopause. Selama waktu ini,
seorang perempuan biasnaya mengalami berbagai perubahan endokrin,
somatic dan psikologik.
The Council Of Alfiliated Menopause Societies (CAMS) menyatakan
bahwa menopause adalah penghentian menstruasi secara permanen yang
bukan merupakan penyakit melainkan proses alamiah sebagai akibat dari
berkurangnya produksi ovarium yang dihasilkan oleh hormone seksual.
Seorang wanita dapat dinyatakan menopause apabila seorang wanita tidak
mengalami siklus menstruasi selama 12 bulan berturut – turut (Kalb, 2007).
Menopause merupakan tahap yang normal dalam kehidupan.
Dampaknya terhadap kesehatan baru mulai terlihat ketika anga harapan hidup
wanita meningkat pesat diatas decade ke – 6. Secara fungsional, menopause
dapat di anggap sebagai “sindrom menghilangnya estrogen”, keadaan ini
diketahui dengan berhentinya menstruasi dan pada mayoritas wanita, timbul
tanda dan gejala seperti hot flushes (rasa panas), insomnia, atrofi vagina,
pengecilan payudara dan penurunan elastisitas kulit. Osteoporosis dan
7
penyakit kardiovaskular menggambarkan dampak jangka panjang defisiensi
estrogen. Keduanya merupakan tanda yang timbul ebih lambat dan kurang
dapat diperkirakan dibandingkan tanda dan gejala awal menopause. (Linda &
Danny, 2006 : 56 – 57)
Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen yang
disebabkan oleh hilangnya fungsi folikel – folikel sel telur (Safrina, 2009).
Menurut Pakasi (2000), menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus
yang masih dipengaruhi oleh hormon – hormon dari otak dan sel telur.
Menopause meruapakn suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap
wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Kondisi ini merupakan
suatu akhir proses biologis yang menandai berakhirnya masa subur seorang
wanita. Dikatakan menopause bila siklus mestruasinya telah berhenti selama
satu tahun. Berhentinya haid tersebut akan membawa dampak pada
konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Retnowati, 2001).
Usia median menopause adalah 50 -51 tahun dan usia harapan hidup
rata – rata perempuan di AS saat lahir adalah 79 tahun. Dengan demikian,
sekitar sepertiga usia kehidupan seorang perempuan berlangsung setelah
menopause. Usia rata – rata terjadinya menopause tampaknya tidak berkaitan
dengan usia awitan menarche, kondisi social atau ekonomi, ras, paritas, tinggi,
atau berat badan. Namun, usia saat menopause dapat dipengaruhi oleh
kebiasaan merokok, perokok mengalami menopause spontan yang lebih dini
daripada bukan perokok.
Fase menopause dibagi menjadi dua yaitu pramenopause dan
psotmenopause. Pramneopause merupakan fase transisi menuju menopause
8
dimana mulai terjadi perubahan hormone dan terjadi siklus menstruasi secara
tidak teratur. Sedangkan postmenopause merupakan fase diaman wanita tidak
mengalami menstruasi lebih dari 12 bulan (Martin, 2013).
2. Periode Menopause Dalam Fase Klimakterium
Menopause merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap
perempuan dan umumnya terjadi pada usia 50 tahun (rentang usia 40 – 60
tahun). Sekitar 1% perempuan mencapai menopausen sebelum usia 40 tahun
yang disebut menopause prekoks, sementara berhentinya menstruasi antara
usia 40 – 45 tahun disebut dengan menopause dini (early menopause) yang
terjadi pada 10 % perempuan (Ninsih, 2008). Rambulangi (2006) menyatakan
bahwa, usia seorang perempuan memasuki masa premenopause antara 40 – 49
tahun.
Berikut ini pembagian fase klimakterium dibagi menjadi empat fase
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003) yaitu :
1) Premenopause
Fase premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya
fase klimakterium. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur
dengan perdarahan yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif
tidak banyak dan kadang – kadang disertai nyeri haid. Fase premenopause
adalah fase antara umur 40 – 5- tahun dan dimulainya fase klimakterium.
Fase ini ditandai dengan siklus yang tidak teratur dengan perdarahan haid
yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak, kadang –
kadang disertai disminorea. Pada wanita tertentu timbul keluhan
9
vasomotorik, keluhan – keluhan yang bersifat psikis dan gangguan
neurvegetatif. (Baziad, 2003)
2) Perimenopause
Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause dan
pascamenopause. Fae ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur.
Sebanyak 40 % wanita siklus haidnya anovulatorik. Pada umumnya wanita
telah mengalami berbagai keluhan klimakterik.
3) Menopause
Fase ketiga ditandai dengan berhentinya haid atau haid yang terakhir
akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Menopause biasanya
terjadi sekitar umur 50 tahun (Dorland, 2002). Seorang wanita dikatakan
telah mengalami menopause jika telah berhenti haid selama 12 bulan,
dijumpai kadar FSH atau Folikel Stimulazing Hormone darah lebih dari 40
mIU/mL dan kadar estrogen kurang dari 30 pg / ml. Menopause terjadi
lebih kurang umur 50 tahun. Umumnya batas terendah terjadinya
menopause adalah 44 tahun. Menopause yang timbul secara artificial
karena operasi, radiasi atau penyakit tertentu biasanya menimbulkan
keluhan yang lebih banyak di bandingkan dengan menopause alamiah.
(Baziad, 2003)
4) Pasca menopause
Fase ini merupakan fase dimana seorang wanita tidak mengalami haid
selama 12 bulan setelah menopause. Ovarium sudah tidak berfungsisama
sekali, kadar estrogen berada antara 20 – 30 pg/ml dan kadar hormon
gonadotropin biasanya meningkat. (Baziad, 2003)
10
3. Usia Saat Menopause
Menopause terjadi pada usia yang bervariatif, terjadi rata – rata usia
menopause 45 – 50 tahun, pada dewasa ini ada kecenderungan , untuk
terjadinya menopause pada umur yang lebih tua misalnya pada tahun 1915
menopause di katakan terjadi pada umur 44 tahun sedangkan pada tahun 1950
menopause terjadi pada umur yang mendekati 50 tahun. Menurut Manuaba
(1999) menopause rata – rata terjadi pada usia 45 – 50 tahun dengan gambaran
klinis normal menstruasi berhenti. Namun ada juga yang memasuki usia
menopause sebelum 48 tahun atau sesudah 48 tahun.
Sebagian besar wanita mulai mengalami gejalanya pada usia 40-an dan
puncaknya tercapai pada usia 50 tahun. Kebanyakan mengalami gejala kurang
dari 5 tahun dan sekitar 25% lebih dari 5 tahun.
Di inggris raya, usia rata – rata saat periode menstruasi berhenti adalah
51 tahun. Usia ini masih konstan selama bertahun – tahun meski perbaikan
umum dalam pemberian layanan perawatan kesehatan mengakibatkan
peningkatan usai harapan hidup yang jauh lebih tua dibandingkan usia harapan
hidup yang diketahui oleh generasi sebelumnya. Saat ini, wanita diharapkan
dapat hidup lebih lama lagi setelah menopause dan ini merupakan sebagian
alasan mengapa wanita lebih memikirkan pengaruh janka panjang defisiensi
estrogen. Meski 51 tahun merupakan usia rata – rata menopause, menopause
umumnya terjadi pada usia antara usai 45 hingga 58 tahun dan dapat terjadi
lebih awal pada beberapa wanita. Menopause yang terjadi sebelum usia 40
digambarkan sebagai menopause prematur dan wanita yang mengalaminya
memerlukan perhatian khusus. (Gilly Andrews (2002) : 464)
11
4. Penyebab / Proses Terjadinya Menopause
Ovarium pascamenopause berukuran kecil dan tidak berisi folikel.
Penampakan ovarium pascamenopause, bersamaan dengan observasi terhadap
tindakan ooforektomi yang berhubungan dengan gejala – gejala menopause,
membuktikan teori yang sesungguhnya bahwa depresi folikle
bertanggungjawab atas terjadinya menopause. Bukti yang lebih baru
menunjukkan bahwa menopause dapat disebabkan oleh sistem saraf pusat dan
ovarium. Selain itu, pria tampaknya mengalami perubahan serupa, walaupun
lebih lambat dan lebih tidak terlihat, yang disebut andropause. Perubahan
keduanya dapat disebut sebagai “gonopause”. Mekanisme yang terkait dalam
sistem saraf pusat dan gonad sangat luas dan menggambarkan proses penuaan
yang umum.
Fertilitas menurun secara drastic pada wanita saat memasuki usia 35
tahun dan lebih cepat lagi setelah usia 40 tahun. Percepatan setelah usia 40
tahun mungkin merupakan tanda pertama dari kegagalan ovarium yang akan
terjadi. Walaupun folikel – folikel ovarium tidak terlihat melalui USG, namun
usaha menginduksi ovulasi buatan dengan menyuntikkan gonadotropin
kemungkinan besar tidak berhasil setelah usia lebih dari 45 tahun. Ini
menunjukkan adanya gangguan fisiologis yang berkembang didalam oosit
atau folikel sebelum mereka menghilang. Sekitar 3 – 4 tahun sebelum
menopause., kadar FSH mulai meningkat sedikit dan produksi estrogen,
inhibin, dan progesterone ovarium menurun. Lamanya siklus menstruasi
cenderung memendek seiring dengan fase folikuler yang secara progresif
memendek. Akhirnya ovulasi dan menstruasi benar – benar berhenti. Usia
12
onset menopause hanya sedikit mengalami perubahan sepanjang waktu,
walaupun bangsa yunani kuno menyebutkan biasanya pada usia 50 tahun.
Usia menopause dipengaruhi oleh berbagai factor. Usia menopause ibu dapat
dijadikan sebagai perkiraan untuk usia menopause anak perempuannya. Usia
menarche tidak mempengaruhi usia menopause. Sebagian besar setuju bahwa
ras dan paritas tidak memiliki pengaruh pada usia menopause. Perokok
mengalami usia menopause pada usia yang lebih dini daripada bukan perokok.
Walaupun kegagalan ovarium merupakan komponen utama pada
menopause, namun perubahan fungsional pada tingkat hipofisis juga terjadi.
Perubahan muncul dalam ritme intrinsic, yang mengontrol waktu tidur dan
aksis neuroendokrin. Perubahan dalam osilator sirkadian tersebut
menyebabkan hilangnya sekresi melatonin nocturnal dan mengubah waktu
tidur, menurunkan kemampuan respon aksis gonadotropin terhadap umpan
balik steroid, dan menurunkan produksi steroid adrenal. Penuaan juga
berhubungan dengan penurunan yang lebih umum dan fungsi saraf
dopaminergik dan noradrenergic sentral. Defisiensi estrogen selanjutnya
menyebabkan defisiensi dopamine dengan meningkatkan rasio norapinefrin
terhadap dopamine.
Selama menopause, penurunan produksi estrogen dan inhibin ovarium
mengurangi sinyal umpan balik negative terhadap hipofisis dan hipotalamus
dan menyebabkan peningkatan yang progresif pada kadar gonadotropin.
Karena inhibin bekerja secara khusus untuk meregulasi FSH, maka kadar FSH
meningkat secara tidak proporsional terhadap kadar LH. Jika terdapat
13
keraguan, maka peningkatan kadar FSH serum yang menetap memastikan
ovarium terus membuat androgen testosterone dan androstenedion.
Mayoritas biosintesis steroid terjadi di dalam sel hilus medulla kelenjar
dan sangat sedikit terjadi di dalam stroma. Sel hilus memiliki asal – asul
embriologis yang sama dengan sel leydig testis, yang merupakan sel
pensekresi pada pria.
Walaupun produksi estrogen ovarium berhenti saat menopause, wanita
pascamenopause tidak sepenuhnya mengalami defisiensi estrogen. Jaringan –
jaringan perifer seperti lemak, hati dan ginjal menghasilkan enzim aromatase
dan dapat mengubah androgen yang bersikulasi menjadi estrogen. Perbedaan
utama antara estrogen yang langsung di sekresi oleh ovarium dengan estrogen
yang berasal dari konvensi perifer adalah estron. Estron merupakan estrogen
yang dihasilkan dari aromatisasi androstenedion, suatu androgen utama yang
disekresi oleh ovarium pascamenopause dan kelenjar adrenal. Estron
merupakan estrogen yang sangat lemah dibandingkan dengan estradiol. Pada
konsentrasi yang biasa ditemukan pada wanita pascamenopause, estron tidak
memberikan proteksi terhadap dampak jangka panjang defisiensi estrogen.
Wanita pascamenopause yang obes dapat memproduksi estron dalam jumlah
besar. Jumlah estron endrogen yang besar ini memberikan perlindungan
terhadap risiko gejala vasomotor dan osteoporosis pada menopause. Pajanan
terus menerus endometrium terhadap stimulasi estrogen yang tidak dilawan
oleh progesterone pascaovulasi akan meningkatkan risiko terjadinya
hyperplasia dan karsinoma endometrium. Endometrium tidak pernah
dikonvensi dari keadaan polireveratif yang fisiologis menjadi bentuk
14
sekretorik dan pe.rtumbuhan yang tidak terkontrol ini dapat menimbulkan
perubahan neoplastik. Risiko terhadap stimulasi endometrium yang serupa
juga terjadi pada wanita yang hanya mendapatkan estrogen sebagai pengganti
hormone pascamenopause. (Linda & Danny, 2006 : 56 – 57)
5. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kapan Seorang Wanita Mengalami
Menopause
1) Usia haid pertama kali (menarche)
Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya
hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang
wanita memasuki menopause. Semakin muda seseorang mengalami haid
pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause.
2) Faktor psikis
Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga
mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Mereka akan
mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang
menikah dan tidak bekerja / bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja.
3) Jumlah anak
Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dengan
menopause, tetapi beberapa peneliti menemukan bahwa semakin sering
seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki
masa menopause.
4) Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin ua ia mulai
memasuki usia menopause. Penelitian yang dilakukan Beth Israel
15
Deaconess Medical Center in Boston, mengungkapkana bahwa wanita
yang masih melhirkan di atas usia 40 tahun akan mengalami usia
menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan
akan memperlambat sistem kerja organ repsoduksi bahkan akan
memperlambat proses penuaan tubuh.
5) Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi ini, khususnya alat kontrasepsi jenis hormonal.
Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi
indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua memasuki usia
menopause.
6) Merokok
Wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause.
6. Upaya – Upaya Menghadapi Menopause
Berikut ini upaya – upaya yang dilakukan untuk menghadapi menopause :
1) Menerapkan pola makan yang sehat
Menjaga pola makan yang teratur dengan gizi yang seimbang.
Asupan vitamin dan mineral yang cukup, sangat baik untuk mencegah
osteoporosis dan kulit keriput, yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari –
hari.
Terdapat sejumlah nutrisi yang sangat penting saat wanita yang mengalami
menopause, antara lain :
a. Kalsium, diperlukan penting untuk kekuatan tulng agar tetap kuat dan
sehat berhubungan dengan meningkatnya risiko wanita menopause
16
mengalami osteoporosis. Sumber kalsium yang baik antara lain dari
produk susu, misalnya suus, keju, yogurt, kuning telur.
b. Vitamin D diperlukan untuk kesehatan tulang dan gigi serta membantu
menyerap kalsium dari makanan. Sebagian besar vitamin D diperoleh
dari kulit kita yang terpapar sinar matahari, tetapi dalam jumlah kecil
akan diperoleh dari makanan yang kita peroleh. Sumbervitamin D yang
baik antara lain minyak ikan, ikan sardin, hati dan telur.
c. Vitamin, ini akan melindungi wanita menopause dari masalah jantung
dan juga dapat mengatasi hot flush (rasa panas) dan berkeringat di
malam hari. Dapat diperoleh dari makanan seperti kacang – kacangan
biji- bijian, minyak sayur dan sereal.
d. Fitoestrogen, fitoestrogen memiliki efek menyerupai estrogen alami
yang dapat menurunkan risiko penyakit pada masa menopause. Sumber
fitoestrogen antara lain diperoleh dari isoflavon yang merupakan salah
satu fitoestrogen yang banyak diteliti. Sumber isovlafon dapat diperoleh
misalnya kacang merah, kecambah, atau kedelai (olahan kedelai seperti
susu, tahu, tempe). Kedelai dapat memperbaiki lipoprotein dalam darah
dan dapat menurunkan kadar kolestrol jahat (Aqila, 2010)
e. Mengkonsumsi makanan yangmengandung serat, serat penting karena
menyerap air dan meningkatkan bakteri yang bermanfaat dalam usus.
Proses ini akan membentuk kotoran dalam jumlah besar, dan membuat
usus bekerja dengan baik, serta mengurangi risiko penyakit usus besar.
Demikian yang terdapat dalam sayuran segar seperti bayam, kentang, ol
dan kacang – kacangan (Nirmala, 2003).
17
f. Hindari makanan berlemak, makanan berlemak sering dikaitkan dengan
berbagai penyakit, seperti kolestrol, sroke. Seperti daging, sosis, ham,
kulit ayam, karena mengandung lemak jenuh hewani. Pilihlah makanan
yang rendah lemak seperti sayur – sayuran dan buah – buahan (Nirmala,
2003).
g. Batasi konsumsi kafein, konsumsi alkohol, konsumsi garam, konsumsi
gula. Konsumsi atau minuman yang mengandung kafein seperti kopi,
teh, cola secara berlebihan terbukti dapat meningkatkan pengeluaran
kalsium melalui air seni dan tinja (Kumalaningsih, 2008). Menurut
Andira (2010) kafein akan meningkatkan potensi hot flushes. Kurangi
asupan garam karena dapat meningkatkan tekanan darah pada sebagian
orang yang tekanan darahnya sudah tinggi. Konsumsi garam juga
meningkatkan 25% pada orang yang tekanan darahnya masihnormal,
dan kalsium dari tulang sehingga meningkatkan osteoporosis (Aqila,
2010). Kurangi asupan gula baik dalam makanan atau minuman dalam
bentuk permen, kue, minuman untuk menghindari diabetes
(Nirmala,2003).
2) Olahraga secara teratur
Alasan penting untuk melakukan olah raga secara teratur adalah
menjaga jantung tetap sehat dan meminimalkan risiko terkena penyakit
kardiovaskular. Latihan aerobii ringan seperti jalan kaki, bersepeda, dan
berenang dapat menjadi pilihan. Lakukan olah raga imi sedikitnya 30 menit
per hari (Aqila, 2010).
18
3) Menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok atau mengkonsumsi
alkohol.
Wanita menoapuse memiliki resiko osteoporosis dan penyakit
kardiovaskular, dan kedua risiko itu akan meningkat lebih tinggi lagi bila
wanita tersebut merokok. Berdasarkan penelitian dokter dari Universitas
Oslo wanita yang aktif merokok lebih mungkin mengalami menopause dini
dibandingkan dengan yang tidak merokok (Aqila, 2010).
4) Berpikir positif dan jangan panik atas perubahan pada bentuk. Semua itu
normal terjadi pada setiap perempuan.
5) Berkonsultasi dengan dokter jka menderita penyakit tertentu, supaya
mendapat pengobatan yang tepat dan aman. Juga apabila ingin
menggunakan terapi hormon, supaya mendapatkan dosis yang sesuai
kebutuhan.
B. Tinjauan Tentang Gejala Menopause
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi gejala menopause
Menurut Hartono (2000), terdapat empat faktor yang mempengaruhi gejala
menopause, yaitu :
1) Faktor fisik dan psikologis
Perubahan – perubahan fisik maupun psikologis ini berhubungan dengan
kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan
gairah, berkurangnya konsentrasi, kecemasan serta timbulnya perubahan
emosi.
19
2) Faktor sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan
pendidikan. Apabila sosial ekonomi baik akan mengurangi beban fisik dan
psikologis.
3) Faktor budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan mempengaruhi wanita untuk dapat atau
tidak menyesuaikan diri dengan masa ini.
4) Faktor lainnya
Wanita yang belum menikah, wanita karir baik yang sudah ataupun belum
berumah tangga akan mempengaruhi keluhan – keluhan yang ringan.
2. Tanda Dan Gejala Menopause
Menjelang menopause semua perempuan kerap tidak mengetahuinya,
tapi pada akhirnya mereka menyadari dengan merasakan adanya perubahan
pada tubuh. Perubahan yang terjadi biasanya diketahui dengan berhentinya
siklus menstruasi. Selain itu menopause juga sering disertai gejala yang
bervariasi, mulai dari gejala fisik, jiwa hingga perasaan yang berubah – ubah
serta gangguan lainnya (Lestary, 2010).
Gejala – gejala yang dialami wanita menopause adalah akibat dari
kadar estrogen yang rendah. Setiap wanita adakan mengalami gejala
menopause yang berbeda – beda dengan tingkat keparahan yang juga berbeda.
Saat menopause, terjadi kekurangan hormone estrogen yang menyebabkan
beberapa wanita mengalami gejala. Beberapa gejala aan muncul di awal sekitar
usia 40 tahun, beberapa pada pertengahan dan beberapa muncul pada saat akhir
(Hess, 2008).
20
Adapun gejala – gejala menopause tersebut berupa :
1) symptom vasomotor
1) Hot flashes (rasa panas)
Kebanyakan wanita juga akan merasakan rasa panas (hot
flushes), yaitu pada waktu serangan muka merah (hot flushes) wanita
mengalami perasaan panas yang terpusat pada wajah, yang menyebar
ke leher dan dada dan mungkin ke seluruh tubuh. Flashing ini disertai
dengan vasodilatasi perifer dan kenaikan suhu tubuh sebesar 30C.
penyebab muka merah tidak diketahui. Muka merah berlangsung 1- 3
menit dan sering disertai dengan berkeringat. Muka merah dapat terjadi
beberapa kali siang dan malam. Jika terjadi pada malam hari ketika
sedang tidur, keringat cenderung sangat banyak dan tidur terganggu,
keesokan harinya ia merasa sangat lelah. Muka merah mungkin mulai
pada beberapa bulan sebelum menopause, tetapi lebih buruk setelah itu,
dan mencapai puncak insiden 1-2 tahun setelah menopause. Kira – kira
sepertiga wanita klimakterium tidak mengalami gejala atau mengalami
gejala ringan saja. Sepertiga mengalami gejala sedang tetapi biasanya
tidak mencari pengobatan, dan sepertiga lainnya mengalami gejala
yang beratt. Muka merah dapat menetap beberapa tahun setelah
menopause. (D. Llewellyn – Jones, 2001 :300)
Hot flashes terjadi pada sekitar 75% wanita menopause. Hot
flushes nocturnal sering membangunkan wanita dari tidurnya dan dapat
menyebabkan gangguan tidur yang berat atau insomnia. Walaupun jelas
terdapat perubahan fisiologis yang berhubungan dengan gejala ini,
21
namun mekanisme bagaimana defisiensi estrogen dapat menyebabkan
gejala ini tidak diketahui. Perubahan fisiologis diawali dengan
peningkatan konduktansi kulit dan kemudian temperaturnya, suatu
tanda vasodilatasi perifer. Suhu inti tubuh secara bertahap menurun kira
– kira 0.20C. kadar estrogen yang bersikulasi tidak berubah sebelum
atau sesudah flash namun terdapat perubahan pada LH, kortisol,
dehidroepiandrosteron (DHEA), androstenedion dan peptide turunan
pro – opimelanokortin (POM – C). diyakini bahwa keluhan ini
menggambarkan perubahan awal pada termoregulasi pusat yang
menyebabkan beberapa mekanisme kompensasi. Mekanisme ini
meningkatkan suhu secara sementara, namun pada akhirnya
menurunkan suhu inti tubuh ke titik pengatur yang baru. (Linda &
Danny, 2006 : 57)
2) Gejala urogential
1) Gejala vagina
Gejala – gejala vagina yang disebabkan kehilangan estrogen
cenderung terjadi terutama pada kliamakterium. Biasanya pasien
mengeluh vagina kering dan terasa seperti “terbakar”, tetapi beberapa
wanita mengalami dispareunia berat yang dapat mempengaruhi
hubungan dengan pasangannya. Wanita yang berhubungan seksual
secara teratur lebih kecil kemungkinan mengalami dispareunia. (D.
Llewelyyn – Jones, 2001 : 300)
22
Penurunan kadar estrogen menyebabkan vagina menjadi kering
dan kurang elastic. Oleh karena itu sebagian wanita menopause akan
merasakan sakit saat berhubungan seksual. Biasanya wanita yang
mengalami menopause juga akan merasakan gatal pada daerah vagina.
Kondisi tersebut menyebabkan wanita menopause rentan terhadap
infeksi pada vagina. (Aqila, 2010)
2) Seks dan libido
Semakin meningkat usia, maka seirng dijumpai gangguan
seksual pada wanita. Akibat kekurangan hormon estrogen, aliran darah
ke vagina berkurang, cairan vagina berkurang, dan sel- sel epitel vagina
menjjadi tipis dan mudah cedera. menjadi tipis dan mudah cedera.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kadar estrogen yang cukup
merupakan faktor terpenting untuk memeprtahankan kesehatan dan
mencegah vagina dari kekeringan sehingga tidak lagi menimbulkan
nyeri saat senggama (Baziad, 2003). Beberapa wanita menopause
kehilangan minat terhadap seks, tetapi hal ini mungkin lebih
disebabkan oleh hubungan mereka yang buruk sekalipun ada juga
defisisensi hormone.
3) Saluran kemih
Kekurangan estrogen menyebabkan atrofi pada sel – sel uretra
dan berkurangnya aliran darah ke jaringan . epitel uretra dan trigonum
vesika mengalami atrofi. Matrik yang terdiri dari berbagai jenis
kolagen, elastin, fibronektin dan proteglikan juga mengalami
perubahan. Akibat berkurangnya laju pergantian, pada
23
pascamenopause terjadi peningkatan kadar kolagen dalam jaringan
periuretral, sedangkan kadar proteglikan (asam hialuronoid) tidak
mengalami perubahan. Perubahan – perubahan ini dan penurunan
aliran darah menyebabkan berkurangnya turgor dan tonus dari otot
polos uretra dan destrusor vesika sehingga menganggu mekanisme
kerja jaringan – jaringan ikat. Akibatnya, pada usia tua mudah terjadi
kelemahan pada dasar panggul dan berpengaruh terhadap integritas
sistem neuromuskuler (Baziad, 2003).
3) gejala psikologis
Persepsi bahwa menopause adalah suatu ancaman hanya berdasar pada
tradisi. Pada beberapa masyarakat wanita menyambut dengan gembira
menopause karena mereka tidak lagi mengandung dan mempunyai
kebebasan lebih besar. Di banyak Negara Barat, yang lebih menekankan
pada kemudaan, menopause sering dirasakan sebagai sesuatu yang negative.
Hubungan dengan pasangan dan anak- anak mungkin terganggu, wanita
tersebut menjadi cemas tentang masa depannya, atau ia mungkin merasa
lebih kurang menarik lagi. (. (D. Llewellyn-Jones, 2001 : 301)
Keluhan psikologis tentang menopause yang merupakan tanda dan
gejala dari menopause antara lain : ingatan menurun, kecemasan, mudah
tersinggung, stress dan depresi (Kuntjoro, 2002).
Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari
menopause, yaitu :
1) ingatan menurun
24
sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun
sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat.
2) Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran
dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan.
3) Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih
mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya
dianggap tidak mengganggu, hal ini mungkin disebabkan dengan
menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang
sedang berlangsung dalam dirinya.
4) Stres
Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa cemas, termasuk para
perempuan menopause. Respon orang terhadap sumber stres tidak bisa
diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi.
5) Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan
kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan
untuk memiliki anak, sedih karena kehialngan daya tarik. Wanita merasa
tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus
menghadapi masa tuanya.
4) Gejala neurologi
Lebih kurang sepertiga wanita menderita sakit kepala dan migrain.
Pada 12% wanita keluhan tersebut muncul menjelang atau selama haid
25
berlangsung. Ini menunjukkan adanya hubungan keluhan tersebut dengan
perubahan hormonal. Pada sepertiga wanita, sakit kepala atau migrain akan
membaik setela menopause. Namun, terdapat juga wanita yang keluhan sakit
kepala dan migrain justru bertambah berat setelah memasuki usia
menopause. Migrain yang muncul berhubungan dnegan siklus haid diduga
berkaitan dengan turunnya kadar estradiol (Baziad, 2003).
5) gejala somatik
estrogen memicu pengeluaran B-endorfin dari susunan syaraf pusat.
Kekurangan estrogen menyebabkan pengeluaran B- endofrin berkurang,
sehingga ambang sakit juga berkurang. Oleh karena itu, tidak heran kalau
wanita peri / pascamenopause sering mengeluh sakit pinggang atau
mengeluh nyeri di daerah kemaluan, tulang dan otot. Nyeri tulang dan otot
merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan wanita usia peri /
pascamenopause. Pemberian TSH (terapi sulih hormon) dapat
menghilangkan keluhan tersebut (Baziad, 2003).
1) Perubahan pada tulang
Hilangnya massa tulang pada wanita sebenarnya dimulai pada
usia 30an. Keadaan ini terjadi lebih cepat saat menopause. Kehilangan
masa tulang yang paling cepat terjadi dalam 3 – 4 tahun pertama setelah
menopause. Gejala ini terjadi lebih cepat pada wanita yang merokok
dan yang sangat kurus. Ras afrika – Amerika dan penggunaan fluoride
pada pasokan air berhubungan dengan insidensi osteoporosis yang lebih
rendah. Tempat yang paling sering menjadi lokasi fraktur akibat
osteoporosis adalah korpus vertebra, suatu akibat yang secara klinis
26
mungkin dikeluhkan sebagai nyeri punggung dan perkembangannya
“dowager’s hump”. Femur bagian atas, humerus, iga dan lengan bagian
distal juga sering terkena akibat kehilangan massa tulang
pascamenopause. Fraktur femur bagian atas, yang mengenai sendi
panggul dapat membahayakan nyawa karena adanya risiko
tromboemboli vena yang menyertai.
Osteoporosis yang disebabkan oleh defisiensi estrogen yang
berkepanjangan meliputi penurunan kuantitas tulang tanpa perubahan
pada komposisi kimianya. Pembentukan tulang oleh osteoklas normal
pada wanita yang mengalami defisiensi estrogen, namun kecepatan
reabsorbsi tulang oleh osteoklasis meningkat. Tulang trabekular adalah
yang pertama terkena, diikuti oleh tulang kortikal. Estrogen tampaknya
bekerja berlawanan dengan efek hormone paratiroid (PTH) pada
mobilisasi kalsium. Hal ini mungkin terjadi sebagai efek langsung dari
estrogen pada tulang karena reseptor estrogen ditemukan pada sel – sel
tulang yang dikultur. (Linda & Danny, 2006 : 57)
2) Perubahan kardiovaskular
Reseptor estrogen terdapat pada pembuluh darah dan estrogen
tampaknya secara klinis menurunkan resistensi vascular dan meningkatkan
aliran darah. Suatu mekanisme yang mungkin mengenai bagaimana estrogen
dapat memperbaiki aliran darah adalah melalui vasokontriktur yang paten,
oleh endoteli vaskula. Terapi estrogen juga berhubungan dnegan
meningkatnya lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) dan menurunnya
lipoprotein berdensitas rendah (LDL). Berlawanan dengan penemuan –
27
penemuan mekanistik ini, hasil beberapa penelitian terhadap populasi yang
besar baru – baru ini menunjukkan bahwa terapi pengganti hormone (HRT)
pascamenopause mungkin memiliki efek kardiovaskular yang tidak
menguntungkan. Hasil penelitian, Womens Health Initiative, yang merupakan
penelitian acak yang terbesar terhadap HRT, menunjukkan bahwa penggunaan
kombinasi estrogen dan progestin pada pengobatan wanita pascamenopause
menyebabkan tujuh kasus tambahan pada penyakit jantung, delapan kasus
emboli paru, delapan kasus stroke, dan delapan kasus tambahan kanker
payudara pada 10.000 wanita yang diobati selama satu tahun. Pada waktu
yang bersamaan, terdapat penurunan enam kasus kanker kolon dan penurunan
lima fraktur panggul. Keadaan ini didapatkan pada 20 wanita yang mengalami
pengobatan. Obat- obatan alternative dan sistem pemberian hormone
pengganti pascamneopause masih dalam peneitian. (Linda & Denny, 2006 :
57)
3) kulit
estrogen mempengaruhi kulit terutama kadar estrogen, jumlah
proteoglikan, dan kadar air dan kulit. Kolagen dan serat elastin berperan
untuk mempertahankan stabilitas dan elastisitas kulit. Turgor kulit dapat
dipertahankan oleh proteoglikan yang dapat menyimpan air dalam jumlah
besar. Estrogen mempengaruhi aktivitas metabolik sel – sel epidermis dan
fibroblas, serta aliran darah (Baziad, 2003).
Berlawanan dengan kepercayaan umum, depresi tidak lebih sering
terjadi pada masa menopause ketimbang masa- masa lain. Ketika seorang
wanita menjadi lebih tua kulitnya menjadi kurang elastic, terutama karena
28
kerusakan akibat cahaya. Berkurangnya estrogen pada masa
pascamenopause menyebabkan keriputan dan kekeringan menjadi lebih
nyata. Namun, sampai derajat tertentu, gangguan memberikan respon
terhadap terapi normal. (D. Llewellyn-Jones, 2001 : 300).
Perubahan pada kulit dan ekstremitas yaitu adanya gelenyar – gelenyar
pada kaki dan tangan yang diakibatkan kurangnya vitamin B12, perubahan
kelenturan pembuluh darah dan menipisnya kadar potassium dan kalsium.
Juga kondisi kulit kering dan pecah – pecah (Nugroho, 2000).
4) Payudara
Payudara merupakan organ sasaran utama bagi estrogen dan
progesteron. Kekurangan estrogen mengakibatkan involusi payudara. Pada
pascamenopause, payudara mengalami atrofi, terjadi pelebaran saluran air
susu, dan fibrotik. Saluran air susu yang melebar ini berisi cairan, salurannya
menjadi elbar, timbul laserasi, dan payudara terasa sakit (Baziad, 2003).
3. Cara Mengukur Keluhan Menopause
Keluhan dari gejala menopause adalah serangkaian keluhan yang
terjadi pada masa menopause. Diukur dengan menggunakan MRS (Menopause
Rating Scale) yang merupakan angket yang dapat diisi sendiri oleh responden.
Menopause Rating Scael (MRS) telah dikembangkan oleh The Berlin
Center For Epidemiology and Health Research di Jerman selama lebih dari 15
tahun, kini telah digunakan di 70 Negara, sehingga pertanyaan tersebut sudah
29
tervalidasi secara isi. MRS ini terdiri dari 11 pertanyaan dengan masing –
masing pertanyaan terdapat 5 pilihan jawaban atas berat ringannya keluhan.
skor terendah dari seluruh item keluhan dalam MRS ini adalah 0 dan skor
tertingginya 44. Skor minimal dan maksimal bervariasi untuk tiga dimensi
keluhan, yaitu :
1. Keluhan somato vegetatif : 0 – 16 ( terdiri dari 4 keluhan)
a. Badan terasa panas, berkeringat
b. Rasa tidak nyaman pada jantung ( detak jantung yang tidak biasa, jantung
berdebar)
c. Masalah tidur (susah tidur, susah untuk tidur nyenyak, bangun terlalu
pagi)
d. Rasa tidak nyaman pada persendian dan otot
2. Keluhan psikologi : skor 0 – 16, terdiri dari 4 keluhan
a. Perasaan tertekan (merasa tertekan, sedih, mudah menangis, tidak
bergairah / lesu, mood yang berubah – ubah)
b. Mudah marah (merasa gugup, rasa marah, agresif)
c. Rasa resah (rasa gelisah, rasa panik)
d. Kelelahan fisik dan mental (menurunnya kinerja secara umum,
berkurangnya daya ingat, menurunnya konsentrasi, mudah lupa, pikun)
3. Keluhan urogenital : 0 – 12 (terdiri dari 3 keluhan)
a. Masalah seksual (perubahan dalam gairah seksual, aktivitas seksual dan
kepuasan seksual).
b. Masalah – masalah pada kandung dan saluran kemih (sulit buang air
kecil, sering buang air kecil, buang air kecil yang tidak terkontron).
30
c. Kekeringan pada vagina (rasa kering atau terbakar pada vagina, kesulitan
dalam berhubungan intim).
eluhan menopause dikategorikan menjadi 4, yaitu :
a. Skor 0 : tidak mengalami keluhan
b. Skor 1 : keluhan yang dirasakan ringan
c. Skor 2 : keluhan yang dirasakan sedang
d. Skor 3 : keluhan yang dirasakan berat
1. Kategori penilaian :
a. Keluhan keseluruhan
a) Keluhan ringan : jika skor 5 – 8
b) Keluhan sedang : jika skor 9 – 16
c) Keluhan berat : jika > 17
b. Keluhan soamto vegetatif
a) Ringan : 3 - 4
b) Sedang : 5 - 8
c) Berat : 9+
c. Keluhan psikologi
a) Ringan : 2 - 3
b) Sedang : 4 - 6
c) Berat :7+
d. Keluhan urogenital
a) Ringan : 1
b) Sedang : 2 – 3
c) Berat : 4 +
31
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran Penelitian
Menopause adalah penghentian haid atau periode haid terakhir pada
kehidupan seorang perempuan. Masa menjelang menopause (premenopause)
terjadi pada umur rata- rata 40 – 50 tahun dan masa menopause terjadi pada
umur 50 tahun ke atas. Wanita menopause akan mengalami gejala – gejala dari
menopause akibat dari kadar estrogen yang rendah.
Menjelang menopause semua perempuan kerap tidak mengetahuinya,
tapi pada akhirnya mereka menyadari dengan merasakan adanya perubahan
pada tubuh. Perubahan yang terjadi biasanya diketahui dengan berhentinya
siklus menstruasi. Selain itu menopause juga sering disertai gejala yang
bervariasi, mulai dari gejala fisik, jiwa hingga perasaan yang berubah – ubah
serta gangguan lainnya
32
B. Skema Variable
Skema variable dalam penelitian ini adalah :
Gejala Menopause
Keterangan :
: variabel diteliti
: variabel tidak diteliti
C. Variable Penelitian
Variable dalam penelitian ini teriri dari dua variable yaitu :
a. Variable independent (variable bebas) adalah variable yang
mempengaruhi variable dependent (variable terikat), yang mana dalam
penelitian ini variable independent yaitu gejala menopause berupa gejala
somatik, gejala psikologi, gejala urogenital pada ibu menopause.
b. Variable dependent (variable terikat) adalah variable yang dipengaruhi
oleh variable independent (variable bebas), yang mana variable dependent
dalam penelitian ini yaitu wanita yang sudah mengalami menopause.
Gejala somato
vegetatif
wanita yang
mengalami
menopause
Gejala psikologis
Gejala urogenital
Gejala neurologis
33
D. Definisi Operasional
a. Wanita menopause dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang wanita
yang berusia 50 – 55 tahun yang masuk dalam kategori menopause di
Kelurahan Kasilampe
b. Menopause yang dimaksud disini adalah masa penghentian haid atau
periode haid terakhir pada kehidupan seorang perempuan.
c. Keluhan wanita menopause adalah berbagai kondisi atau gejala yang
dialami oleh wanita menopause yang meliputi keluhan somato vegetatif,
psikologi dan urogenital, yang diukur dengan menggunakan kuesioner
MRS (Menopause Rating Scake) yang terdiri dari 11 pertanyaan. Untuk
pertanyaan 1,2,3,11 adalah pertanyaan pada keluhan somato vegetatif, dan
untuk pertanyaan 4,5,6,7 adalah pertanyaan pada keluhan psiokologi, serta
untuk pertanyaan 8,9,10 adalah pertanyaan pada keluhan urogenital.
Masing – masing pertanyaan akan di beri skor sebagai berikut :
a) Skor 1 : keluhan yang dirasakan ringan
b) Skor 2 : keluhan yang dirasakan sedang
c) Skor 3 : keluhan yang dirasakan berat
Kriteria objektif :
a) Tidak mengalami : jika skor 0 - 4
b) Keluhan ringan : jika skor 5 – 8
c) Keluhan sedang : jika skor 9 – 16
d) Keluhan berat : jika > 17
34
d. Keluhan somato vegetatif yang dimaksud disini adalah keluhan fisik yang
dialami wanita menopause meliputi badan terasa sangat panas (hot flushes)
, rasa tidak nyaman pada jantung, rasa tidak nyaman pada pesendian dan
otot serta gangguan tidur yang di alami wanita menopause.
Kriteria objektif :
Tidak ada keluhan : 0 - 2
Ringan : 3 - 4
Sedang : 5 - 8
Berat : 9+
e. Keluhan psikologis yang dimaksud disini adalah berkurangnya daya ingat,
rasa resah atau kecemasan, mudah marah dan perasaan tertekan yang
dialami wanita menoapause. .
Kriteria objektif :
Tidak ada keluhan : 0 - 1
Ringan : 2 - 3
Sedang : 4 - 6
Berat :7+
f. Keluhan urogenital yang dimaksud disini adalah keluhan berupa keluahan
kekeringan pada vagina, keluhan pada saluran kemih dan seks atau libido
yang menurun pada wanita mrnopause. .
Kriteria objektif : 0
Tidak ada keluhan :0
Ringan : 1
Sedang : 2 – 3
36
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan
Gambaran Tentang Keluhan Yang Dialami Wanita Pada Masa Menopause Di
Kelurahan Kessilampe Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Keluarahan Kessilampe RW 02 Provinsi
Sulawesi Tenggara
2. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan 20 juni - 27 Juli 2017
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita yang sudah menopause di
Kelurahan Kessilampe Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun untuk bulan Mei
2017 jumlah wanita yang menghadapi menopause di Kelurahan Kaessilampe
RW 02 sebanyak 70 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah wanita monopause yang berusia 50 tahun
ke atas di Kelurahan Kessilampe RW 02 yang diambil dengan teknik
purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini akan diambil sebanyak 50%
37
dari jumlah populasi atau 50 / 100 x 70 = 35 orang. menurut Arikunto (2003)
apabila jumlah populasi > 100 maka sampel dapat diambil 10% - 30% dan
apabila jumlah populasi < 100 maka sampel dapat diambil 50 – 100%).
Adapun criteria sampel dalam penelitian ini yaitu :
a. Criteria inklusi : wanita menopause di wilayah RW 02 Kelurahan
Kessilampe, sudah menopause, dalam keadaan sehat, bersedia untuk
menjadi responden,dan kooperatif.
b. Criteria eksklusi : wanita yang tidak dalam monopause di wilayah RW 02
Kelurahan Kessilampe, dan tidak bersedia untuk menjadi responden.
D. Prosedur Pengambilan Data
1. Izin Penelitian
Penelitian dimulai setelah mendapat izin dari institusi tempat penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri
3. Informed Concent
Setiap responden diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari
penelitian, dan diberikan kesempatan untuk bertanya tentang penelitian ini.
Responden yang setuju diminta untuk menandatangani surat bersedia untuk
menjadi responden
4. Prosedur Pelaksanaan
Setelah responden telah ditetapkan sesuai dengan criteria sampel, peneliti
melakukan pengumpulan data untuk mengetahui bagaimana identifikasi
tingkat kecemasan ibu premenopause dalam menghadapi menopause.
38
E. Instrument Penelitian
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
Menopause Rating Scale (MRS) yang dikembangkan oleh The Berlin Center For
Epidemiology and Helath Research sehingga pertanyaan tersebut sudah tervalidasi
secara isi. Pilihan jawaban dan sistem scoring pada tiap 11 pertanyaan di kuesioner
ini yaitu skala 0 (tidak ada keluhan ) sampai 4 (keluhan sangat berat)
F. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder, yaitu :
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui
lembar kuesioner yaitu data tentang gejala yang dialami seorang wanita
pada masa menopause.
b. Data sekunder adalah data yang diambil dari instansi terkait yang
berhubungan dengan penelitian yaitu jumlah ibu – ibu di wilayah RW 02
Kelurahan Kessilampe Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Cara pengumpulan data
Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara peneliti
menandatangi responden secara door to door dan menggunakan lembar
kuesioner yang akan dibagikan kepada responden.
G. Pengolahan Data
1. Editing
Seleksi data (editing) merupakan proses pemeriksaan data di lapangan
sehingga dapat menghasilkan data yang akurat untuk pengolahan data,
39
selanjutnya kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa apakah semua
pertanyaan penelitian sudah dijawab dan ditulis dapat dibaca secara konsisten
sehingga tidak terjadi kesalahan baik dalam jumlah penempatan maupun
penjumlahan.
2. Koding
Pemberian kode (coding) yaitu memberikan kode tertentu pada tiap – tiap data
sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.
3. Scoring
Skoring yaitu membeikan skor pada setiap hasil yang didapatkan pada lembar
kuesioner.
4. Tabulating
Pengolahan data (tabulating) yaitu merupakan tahap dimana jawaban –
jawaban dari responden yang sama di kelompokkan dengan teliti dan teratur
lalu di hitung dan di jumlahkan, kemudia dituliskan dalam bentuk tabel –
tabel.
H. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan melalui penelitian dan lembar kuesioner diolah
secara manual dan dimasukkan dalam table sesuai dengan variable penelitian. Dan
selanjutnya untuk mengetahui besarnya presentase dari tiap – tiap variable tersebut
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
40
X = f x k %
n (Chandra, 1995 : 35)
Keterangan :
X : presentase dari variable yang diteliti
f : jumlah responden berdasarkan variable
n : jumlah sampel penelitian
k : konstanta (100%)
I. Penyajian Data
Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi
kemudian dinarasikan dan selanjutnya didapatkan kesimpulan penelitian.
J. Etika Penelitian
1. Lembar persetujuan menjadi responden
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden. Peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan riset dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama
dan sesudah pengumpulan data. Jika responden di kelurahan kasilampe
bersedia untuk di teliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut. Jika keluarga menolak untuk di teliti maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati hak – haknya.
a. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga keharmonisan responden, peneliti tidak mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan member inisial
nama pada masing – masing lembar tersebut.
41
b. Confidentiality (kerahasiaan), Kerahasiaan informasi responden diamankan
oleh peneliti. Hanya data – data tertentu saja yang akan disajikan atau
dilaporkan sebagai hasil riset (Nursalam, 2003 dalam Aris, 2014).
42
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Kelurahan Kessilampe merupakan salah satu dari sembilan
kelurahan dan terletak di bagian kecamatan Kendari kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan luas wilayah 1000 km2.
Batas – batas kelurahan Kessilampe sebagai berikut :
1) Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan kampung salo
2) .Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Mata
3) Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan kendari caddi
4) Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan mangga dua
b. Data Demografi
Berdasarkan , jumlah penduduk di kelurahan Kessilampe pada tahun
2017 adalah sebanyak 3571 jiwa , yang terdiri dari penduduk laki – laki
sebanyak 1.531 jiwa dan perempuan sebanyak 2.040 jiwa.
43
2. Karakteristik Umum Responden
a. Umur
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Menurut Umur Responden di Wilayah
RW 02 Kelurahan Kessilampe Kecamatan Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Sumber : Data Primer 2017
Pada tabel 5.1 menunjukkan karakteristik dari 35 responden
berdasarkan umur, diperoleh sebagian besar umur 55-58 tahun (48.57%)
dan sebagian kecil umur 47-50 tahun sebanyak 3 orang (8.57%).
b. Agama
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Menurut Agama Responden di Wilayah
RW 02 Kelurahan Kessilampe Kecamatan Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017
No Status Frekuensi Presentase
No Umur Frekuensi Presentase
1 47-50 tahun 3 8,57
2 51-54 tahun 15 42,85
3 55-58 tahun 17 48,57
Total 35 100
44
1 Islam 33 94,28
2 Kristen 2 5,71
Total 35 100
Sumber : Data Primer 2017
Pada tabel 5.2 menunjukkan karakteristik dari 35 responden
berdasarkan agama, diperoleh sebagian besar telah agama islam yaitu
sebanyak 33 orang (94.28%) dan sebagian kecil beragama kristen sebanyak
2 orang (5.71%).
c. Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Responden di Wilayah
RW 02 Kelurahan Kessilampe Kecamatan Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017
No Pendidikan Frekuensi Presentase
1 Tidak sekolah 4 11,42
SD 6 17,14
2 SMP 8 22,85
3 SMA 14 40
4 AKADEMIIK 3 8,57
Total 35 100
Sumber : Data Primer 2017
Pada tabel 5.3 menunjukkan karakteristik dari 35 responden
berdasarkan pendidikan, diperoleh sebagian besar SMA 14 orang (40%),
dan sebagian kecil akademik sebanyak 3 orang (8.57%).
d. Pekerjaan
Tabel 5.4
45
Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan Responden di Wilayah
RW 02 Kelurahan Kessilampe Kecamatan Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017
No Pekerjaan Frekuensi Presentase
1 PNS 6 17,14
2 IRT 23 65,71
3 SWASTA 6 17,14
Total 35 100
Sumber : Data Primer 2017
Pada tabel 5.4 menunjukkan karakteristik dari 35 responden
berdasarkan pekerjaan , diperoleh sebagian besar IRT sebanyak 23 orang
(65.71%) dan sebagian kecil PNS dan Swasta sebanyak 6 orang (17.14%).
3. Variabel Penelitian
a. Keluhan Somato vegetatif
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Menurut keluhan somato vegetatif
Responden di Wilayah RW 02 Kelurahan Kessilampe Kecamatan
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017
No Keluhan somato-vegetatif Frekuensi Presentase
1 Tidak ada 4 11.42
2 Ringan 13 37.14
3 Sedang 18 51.42
4 Berat 0 0
Total 35 100
Sumber : Data Primer 2017
Dari tabel menujukkan bahwa dari 35 responden yang menopause,
diperoleh sebagian besar responden 18 orang mengalami keluhan soamto
vegetatif tingkat sedang dengan presentase 51.42%, dan yang paling
sedikit yaitu gejala somatik dengan tingkat keluhan berat yaitu 0 orang
(0%).
46
b. Keluhan Psikologi
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Menurut keluhan Psikologi Responden di
Wilayah RW 02 Kelurahan Kessilampe Kecamatan Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017
No Keluhan Psikologi Frekuensi Presentase
1 Tidak ada 9 25,71
2 Ringan 15 42,85
3 Sedang 9 25,71
4 Berat 2 5,71
Total 35 100
Sumber : Data Primer 2017
Dari tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang
menopause, diperoleh sebagian besar responden 15 orang mengalami
keluhan psikologi tingkat ringan dengan presentase 42.85%, dan yang
paling sedikit yaitu gejala psikologi dengan tingkat keluhan berat yaitu 2
orang (5.71%).
c. Keluhan Urogenital
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Urogenital
Responden di Wilayah RW 02 Kelurahan Kessilampe Kecamatan
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017
No Keluhan urogenital Frekuensi Presentase
1 Tidak ada 2 5.71
2 Ringan 7 20
3 Sedang 18 51.42
4 Berat 8 22.85
Total 35 100
47
Sumber : Data Primer 2017
Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang
mengalami menopause, diperoleh sebagian besar responden 18 orang
mengalami keluhan urogenital tingkat sedang dengan presentase 51.42%, dan
yang paling sedikit yaitu keluhan urogenital dengan tingkat keluhan tidak ada
keluhan yaitu 2 orang (5.71%).
d. Keluhan Keseluruhan
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Keseluruhan
Responden di Wilayah RW 02 Kelurahan Kessilampe Kecamatan
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017
No Keluhan menopause Frekuensi Presentase
1 Tidak ada 0 0
2 Ringan 12 34,28
3 Sedang 23 65,71
4 Berat 0 0
Total 35 100
Sumber : Data Primer 2017
Pada tabel menunjukkan tingkat keluhan keseluruhan menopasue
dari 35 responden di RW 02 kelurahan Kessilampe, sebagian besar
responden 23 orang mengalami keluhan menopause tingkat ringan
dengan presentase 65.71%, dan yang paling sedikit yaitu tingkat keluhan
tidak ada keluhan dan berat sebanyak 0 orang (0%)
B. Pembahasan
1. Keluhan Somato Vegetatif
Hasil peneitian menujukkan bahwa dari 35 responden yang menopause,
diperoleh sebagian besar responden 18 orang mengalami keluhan somato
48
vegetatif tingkat sedang dengan presentase 51.42%, hal ini sejalan dengan
teori Gilly Andrews (2009) mengatakan bahwa wanita menggambarkan flush
sebagai satu perasaan panas yang intens, terkadang disertai dengan
berkeringat, mulai dari area dada, menjalar hingga ke leher dan wajah.
Frekuensi dan durasi flush beragam antara wanita yang satu dengan wanita
lain. Flush yang terjadi pada malam hari sering menimbulkan keringat yang
berlebihan, yang lebih dikenal dengan “keringat malam”.
Menurut Aqila (2010) mengatakan bahwa estrogen berfungsi
membantu penyerapan kalsium ke dalam tulang. Kadar estrogen yang
berkurang pada saat menopause, akan diikuti dengan penurunan penyerapan
kalsium yang terdapat pada makanan. Tubuh mengatasi masalah ini dengan
menyerap kembali kalisum yang terdapat dalam tulang. Akibatnya, tulang
menjadi keropos dan rapuh yang disertai rasa tidak nyaman pada sendi dan
otot. Rasa tidak nyaman pada sendi dan otot yang dialami wanita menopause
berkaitan dengan kurangnya penyerapan kalsium. Berdasarkan literatur yang
ada diketahui bahwa kita kehilagan sekitar 1% tulang dalam setahun akibat
proses penuaan. Tetapi setelah menopause, terkadang wanita akan kehilangan
2% pertahun.
Keadaan sulit tidur merupakan gejala yang sering dialami oleh wanita
menopause, gangguan tidur dapat juga ada hubungannya dengan penurunan
hormon estrogen pada wanita menopause, gangguan tidur dapat juga ada
hubungannya dengan penurunan hormon estrogen pada wanita yang
mempengarhi produksi dari serotonin, yaitu zat kimia yang ada di otak yang
memiliki peranan penting dalam megatur pola tidur. Dengan menurunnya
49
kadar serotonin dalam otak mengakibatkan gangguan tidur pada wanita
menopause. (Bender, 1998). Menurut Baziad (2003) mengungkapkan bahwa
reseptor estrogen telah ditemukan di otak yang mengatur tidur. Penelitian buta
ganda menunjukkan bahwa wanita yang diberi estrogen equin konjugasi
memiliki periode “Rapid Eye Movement” yang lebih panjang dan tidak
memerlukan waktu lama untuk tidur.
Gejlak panas (Hot Flushes) adalah keluhan yang paling mum, terjadi
sekitar 70 hingga 85% dari semua wanita pramenopause. Secara umum
diketahui bahwa efek dari berkurangnya produksi estrogen secara mendadak
(estrogen wthdrawal) dapat menginduksi peningkatan aktivitas serotonin,
dopamin dan norepinefrin di hipotalamus sehingga mencetuskan kenaikan set
point suhu tubuh. Peningkatan suhu sentral ini akan diikuti oleh peningkatan
suhu sentral ini akan diikuti oleh peningkatan laju metabolisme yang
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer sehingga menghasilkan
panas dan berkeringat (Shifren,2007).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis kepada responden
didapatkan bahwa banyak wanita yang mengalami keluhan somatik dengan
tingkat keluhan sedang, hal ini dikarenakan bahwa beberapa responden
mengungkapkan bahwa mereka terkadang merasakan badan terasa sangat
panas dan keringat berlebih dimalam hari sehingga membuat mereka sulit
untuk tidur dan merasa gelisah. Mereka juga mengatakan mereka merasakan
keluhan rasa tidak nayaman di persendia dan otot seiring bertambahnya usia.
Dan yang paling sedikit yaitu keluhan somato vegetatif dengan tingkat
keluhan berat dan sangat berat yaitu 0 orang (0%). Hal ini dikarenakan
50
responden mengatakan bahwa mereka merasakan keluhan tetapi bukan dengan
tingkat keluhan yang berat dan sangat berat
.
2. Keluhan Psikologis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden yang
menopause, diperoleh sebagian besar responden sebanyak 15 orang
mengalami keluhan psikologi pada tingkat ringan dengan presentase 42.85%,
hal ini ditunjang oleh teori Gilly Andrews (2009), yang menyatakan bahwa
banyak wanita menopause mengeluh maslaah psikologi saat menopause, tetapi
sulit untuk menentukan apakah masalah ini timbul akibat defisiensi estrogen
atau merupakan faktor sekunder akibat gejala lain, seperti flush dan keringat
malam. Episode keringat malam yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
gangguan pola tidur, yang akhirnya menyebabkan gangguan konsentrasi,
ingatan yang kurang baik, perubahan alam perasaan, bahkan gejala fisik,
seperti sakit kepala dan kelemahan.
Selama periode menopause terjadi penurunan kadar hormon seks
steroid. Penurunan ini menyebabkan beberapa perubahan neuroendokrin
sistem susunan saraf pusat, maupun kondisi biokomiawi otak. Padahal sistem
susunan saraf pusat merupakan target organ yang penting bagi hormon seks
steroid seperti estrogen. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel neuorn
(kesatuan saraf) pada hampir seluruh bagian otak, terutama di daerah yang
ebrkaitan dnegan fungsi ingatan (Kasdu, 2004).
51
Kemampuan kognitif atau kemampuan mnegingat akan bertambah
buruk akibat kekurangan hormon estrogen. Akibat kekurangan estrogen
terjadi gaangguan fungsi sel – sel saraf serta terjadi pengurangan aliran darah
ke otak. Pada keadaan kekurangan estrogen jangka lama dapat menyebabkan
kerusakan pada otak, yang suatu saat kelak dapat menimbulkan demensia atau
penyakit Alzheimer (Baziad, 2003).
Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa yang dapat
menimbulkan keadaan stress disebut stressor. Stressor dapat menyebabkan
pelepasan epinefrin dari adrenal melalui mekanisme berikut ini : ancaman
dipersepsi oleh pancaindra, diteruskan ke korteks serebri, kemudian ke sistem
limbik dan RAS (Reticular Activiting System), lalu ke hipotalamus dan
hipofisis. Kemudian kelenjar adrenal mensekresikan katekolamin dan
terjadilah stimulasi saraf otonom. Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan
mempengaruhi berbagai sistem organ dan menyebabkan gejala tertentu,
misalnya takikardi, nyeri kepala, dan nafas cepat. Perubahan level estrogen
dan progesteron menunjukkan sejumlah pengaruh neurotransmiter SSP seperti
dopamin, norepinefrin, asetikolin dan serotonin yang semuanya diketahui
sebagai modulator yang mempengaruhi mood, tidur, tingkah laku dan
kesadaran (Widosari, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian tentang keluhan psikologi didapatkan
bahwa banyak wanita yang mengalami keluhan psikologi dengan tingkat
keluhan ringan, hal ini dikarenakan beberapa responden mengungkapkan
bahwa terkadang mereka merasa gelisah dan cemas terhadap suatu hal seperti
saat mengetahui bahwa mereka sudah tidak haid lagi. Beberapa responden
52
juga mengungkapkan bahwa terkadang mereka susah untuk mengingat suatu
hal dan mengeluh sering lupa dimana tempat simpan barang yang mereka
simpan. Serta beberapa responden juga mengatakan bahwa tidak selamanya
mereka merasakan perasaan tertekan dan merasa mudah marah. Sebagian
responden juga mengatakan bahwa mereka kadang merasakan gelisah di
malam hari sehingga kurang tidur diakibatkan mereka mengalami gejala
seperti flush.
Dan yang paling sedikit yaitu keluhan psikologi dengan tingkat keluhan
sangat berat yaitu 2 orang (5.71%). Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi penulis kepada responden didapatkan bahwa tidak ada responden
yang mengalami keluhan psikologi dengan tingkat keluhan sangat berat, hal
ini dikarenakan tidak ada responden yang mengalami keluhan psikologi
dengan tingkat keluhan sangat berat, beberapa responden mengatakan bahwa
jika sudah mengalami masa menopause maka aktivitas seksual juga akan
berhenti.
1. Keluhan Urogenital
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden yang
mengalami menopause, diperoleh sebagian besar responden 18 orang
mengalami keluhan urogenital tingkat sedang dengan presentase 51.42%, hal
ini ditunjang ole teori Cardozo, wanita yang menandatangi klinik mneopause
memiliki masalah perkemihan seperti inkontinensia stres, sering berkemih,
perasaan ingin berkemih, dan nokturia. Akan tetapi, apa pun penyebab
masalah ini, baik sebagai respons alami terhadap defisiensi estrogen maupun
53
disebabkan oleh faktor lain, nasihat yang membantu serta metode mendengar
aktif sangat diperlukan untuk emnghadapi masalah ini.
Seiring dengan penurunan kadar estrogen, dinding vagina tampakn
lebih merah dikarenakan penipisan epitel vagina sedemikian sehingga kapiler
– kapiler kecil di permukaan vagina menjadi semakin jelas terlihat. Semakin
banyak epitel vagina yang mengalami atrofi, lama kelamaan dinding vagina
justru tampak semakin pucat akibat berkurangnya vaskularisasi di daerah
tersebut (Curran, 2009) atrofi menyebabkan otot penyangga uretra dan
kadung kemih menjadi lemah. Hilangnya tonus otot uretra karena menurunnya
kadar estrogen, akibat terjadinya gangguan punutupan uretra dan perubahan
pola aliran urine menjadi tidak normal sehingga fungsi kandung kemih tidak
dapat dikendalikan (inkontinensia urine) dan mudah terjadi infeksi pada
saluran kemih bagian bawah (Shimp & Smith, 2000).
Menurut Kasdu (2004), gangguan seksual terjadi karena penurunan
kadar estrogen yang menyebabkan vagina menjadi atrofi, kering dan gatal.
Panas dan nyeri saat aktivitas seksual (disparenia) karena setelah menopause
sekresi vagina berkurang. Disamping itu dinding vagina menjadi tipis,
elastisitasnya berkurang dan menjadi lebih pendek serta lebih rendah,
akibatnya terasa tidak nyaman dan nyeri selama aktivitas seksual.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis kepada responden
didapatkan bahwa banyak wanita yang mengalami keluhan urogenital dengan
tingkat keluhan sedang, hal ini dikarenakan responden mengatakan bahwa
mereka merasakan kekeringan di daerah vagina tapi tidak merasakan rasa
terbakar dan mereka mengatakan tidak lagi melakukan senggama. Beberapa
54
responden juga mengatakan bahwa mereka terkadang mengalami keluhan
dalam gairah dan kepuasan seksual. Mereka juga mengatakan tidak seirng
mengalami keluhan pada perkemihan, baik peningkatakn frekuensi, kesulitan
ataupun ketidakmampuan mengontrol buang air kecil.
Dan yang paling sedikit yaitu keluhan urogenital dengan tingkat
keluhan tidak ada yaitu 2 orang (5.71%). Hal ini dikarenakan responden
mengatakan bahwa mereka merasakan gejala tetapi bukan dengan tingkat
keluhan yang sangat berat.
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini,
keterbatasan penelitian tersebut adalah :
1. Pengambgilan sampel
Subjek penelitian yang diteliti yaitu wanita menopause yang mengalami
menopause secara fisiologis tanpa memiliki riwayat penyakit. Sehingga hasil
penelitian yang didapatkan paling sedikit mengalami tingkat keluhan berat dan
tidak didaptkan wanita menopause yang mengalami keluhan dengan tingkat
keluhan sangat berat.
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti berdasarkan hasil
penelitian tentang Keluhan Yang Terjadi Pada Wanita Menopause Di Wilayah
RW 02 Kelurahan Kasilampe Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017, yaiut :
a. Berdasarkan keluhan somato vegetatif dari 35 responden yang
menopause, diperoleh sebagian besar responden 18 orang mengalami
keluhan somato-vegetatif tingkat sedang dengan presentase 51.42%,
dan yang paling sedikit yaitu keluhan somato vegetatif dengan tingkat
keluhan berat dan sangat berat yaitu 0 orang (0%).
b. Berdasarkan keluhan psikologi dari 35 responden di RW 02 kelurahan
Kessilampe, sebagian besar responden 23 orang mengalami keluhan
menopause tingkat ringan dengan presentase 65.71%, dan yang paling
sedikit yaitu tingkat keluhan berat sebanyak 2 orang (5.71%)
c. Berdasarkan keluhan urogenital dari 35 responden yang menopause,
diperoleh sebagian besar responden 18 orang mengalami keluhan
urogenital tingkat sedang dengan presentase 51.42%, dan yang paling
sedikit yaitu keluhan urogenital dengan tingkat keluhan tidak ada yaitu
2 orang (5.71%).
56
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil
penelitian tentang Gejala Yang Terjadi Pada Wanita Menopause Di Wilayah
RW 02 Kelurahan Kasilampe Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017, yaitu :
1. Bagi puskesmas setempat
Bagi petugas kesehatan Puskesmas diharapkan dengan hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan acuan atau rujukan agar lebih ditingkatkan
sosialisasi mengenai kesehatan pada umumnya dan mengenai kesehatan
alat reproduksi / masalah menopause khususnya kepada para wanita usia
menopause dan gaya hidup sehat yang dapat diterapkan untuk mengurangi
masalah dan keluhan – keluhan pada mereka, baik melalui konseling
ataupun penyuluhan.
2. Bagi instansi pendidikan
a. Meningkatkan peran instansi terkait serta perawat khususnya
keperawatan maternitas dan keperawatan komunitas dalam pelaksanaan
promotif dan preventif khususnya pada wanita usia menopause tentang
keluhan / perubahan yang akan dialaminya saat menopause.
b. Menambah bahan literatur mengenai hubungan tingkat pengetahuan
wanita menopause dengan keluhan saat menghadapi menopause.
3. Bagi peneliti selanjutnya
a. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti masalah
menopause, disarankan untuk meneliti menopause dengan meninjau
dari berbagai faktor/ variabel lainnya yang belum diungkapkan dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anik Maryunani. 2010. Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM
Chandranita Manuaba (2010). Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta : TIM
Depkes RI. 2009. Wanita Indonesia Yang Memasuki Masa Menopause. Jakarta :
Depkes RI
Datta Missha, Dkk. 2009. Rujukan Cepat Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Dewi Ida Ayu Sri Kusuma. 2009. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta : EGC
Dinkes Sultra. 2012. Jumlah Ibu Yang Mengalami Masa Menopause Di Sulawesi
Tenggara. Kendari : Dinkes Sultra
Data Kelurahan. 2017. Rekapitulasi Data Penduduk Kelurahan Kessilampe. Kendari :
Kantor Kelurahan Kessilampe.
Eva Ellya. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : TIM
Gant. Norman F (2010). Dasar – Dasar Ginekologi Dan Obstetric. Jakarta : EGC
Gilly Andrew. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :EGC
Llewellyn Jones, Derek (2001). Dasar – Dasar Obstetric Dan Ginekologi. Jakarta :
Hipokrates
Linda J Heffner, Danny J Schust (2008). At A Glance Sistem Reprosuksi. Jakarta :
Erlangga
Nurningsih, 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Mnopause Dengan
Keluhan Wanita Saat Menopause Di Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar
Rebo Jakarta Timur 2012. Di akses tanggal 05 juli 2017.
Norwitz Errol R, Dkk. 2007.At a Glance Obstetric dan Ginekologi. Jakarta : Erlangga
Nugroho Taufan. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta :Nuha Medika
Rayburn, William F. 2001. Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika
Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dalam Perspektif Grounded Theory. Google Cendekia