Unud 234 1769780408 Babii Menopause
-
Upload
nonaa-artaulina -
Category
Documents
-
view
40 -
download
3
Transcript of Unud 234 1769780408 Babii Menopause
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Aging
Aging atau penuaan berhubungan dengan adanya dua fenomena, yaitu
penurunan fisiologik tubuh dan peningkatan terjadinya penyakit (Fowler, 2003).
Dengan kata lain, aging adalah suatu proses fisiologis yang akan di alami oleh
semua mahluk hidup (Wibowo, 2003).
2. 1. 1 Definisi Aging
Definisi aging menurut American Academy of Anti-Aging Medicine (A4M)
adalah kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan dengan aging
normal disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah
dengan intervensi kedokteran yang tepat (Klatz, 2003).
Anggapan dahulu bahwa menjadi tua memang hal yang wajar, alamiah dan
tidak bisa diintervensi, tetapi hal ini dipatahkan sejak penelitian Rudman yang
dipublikasikan bahwa menjadi tua adalah suatu penyakit yang bisa dicegah dan
dalam batas tertentu bisa disembuhkan (Djuanda, 2005).
2. 1. 2 Data Harapan Hidup Manusia
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 mencapai 201,4 juta jiwa,
terdiri dari 101,64 juta pria dan 101,81 juta wanita, dimana jumlah wanita yang
berusia diatas 50 tahun mencapai 14,3 juta orang. Dan jumlah perempuan yang
berusia diatas 50 tahun yang diperkirakan telah memasuki usia menopause
sebanyak 15,5 juta orang. Diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia
menopause akan semakin melonjak sekitar 30,3 juta orang pada tahun 2020
(Baziad, 2003). Dari laporan WHO tahun 2005 menunjukkan usia harapan hidup
wanita Indonesia mencapai 68 tahun (Pangkahila, 2007). Angka ini diperkirakan
akan terus meningkat dan pada tahun 2010 akan mencapai sekitar lebih dari 70
tahun (Baziad, 2003).
Adanya peningkatan usia harapan hidup (Life Expectancy), ini berarti
meningkat pula jumlah wanita menopause di Indonesia dengan berbagai masalah
kesehatan yang dihadapinya. Angka ini di setiap negara meningkat dari waktu ke
waktu, baik di negara maju maupun negara berkembang, yang dipengaruhi oleh
adanya faktor sosial-ekonomi, gizi, pelayanan kesehatan serta gaya hidup (Baziad,
2003; Djuanda, 2005).
Karena berbagai faktor itulah terjadi proses penuaan, sehingga orang menjadi
tua dan akhirnya meninggal. Tetapi kalau faktor penyebab itu dapat dihindari,
maka proses penuaan tentu dapat dicegah, diperlambat, bahkan mungkin
dibalikkan maka kualitas hidup dapat dipertahankan. Anti-Aging Medicine secara
progresif berupaya mengatasi proses penuaan agar keluhan, disfungsi, atau
penyakit tidak muncul serta menentukan dan menggunakan pengobatan saat
terdapat indikasi medis (Pangkahila, 2007).
2. 2 Mekanisme Sistim Reproduksi Wanita
Fisiologi reproduksi wanita jauh lebih rumit dari pada pria. Tidak seperti
pembentukan sperma yang berlangsung terus-menerus dan sekresi testosteron
yang relatif konstan, sedangkan pengeluaran ovum bersifat intermiten dan sekresi
hormon-hormon seks wanita memperlihatkan pergeseran siklus yang lebar.
Hormon-hormon reproduksi wanita meliputi : (Sherwood, 2001).
1.Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang
paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk
pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan
payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan. Estrogen juga berguna pada
siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga
kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk
penetrasi sperma.
2.Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesteron mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesteron terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormon HCG.
3.GnRH
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus di otak. GnRH
akan merangsang pelepasan FSH (Folicle Stimulating Hormon) di hipofisis.
Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpan balik ke
hipotalamus sehingga kadar GnRH akan menjadi rendah, begitupun
sebaliknya.
4.FSH
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin, hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GnRH. FSH akan menyebabkan pematangan
dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian
folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu
tertentu oleh LH
Gambar 2. 1 Hormonal regulation of the female reproductive system
(FSH, GnRH, LH) (Adapted from Szar, 2007)
GnRH akan merangsang pelepasan FSH di hipofisis. Dimana FSH akan
menyebabkan pematangan folikel dan selanjutnya akan menghasilkan ovum.
LH mempertahankan korpus luteum untuk tetap menghasilkan ovarium. Dibawah
pengaruh LH, korpus luteum mengeluarkan estrogen dan progesteron, dengan
jumlah progesteron jauh lebih besar. Kadar progesteron meningkat dan
mendominasi dalam fase luteal, sedangkan estrogen mendominasi fase folikel.
Walaupun estrogen kadar tinggi merangsang sekresi LH, progesteron dengan kuat
akan menghambat sekresi LH dan FSH. Dibawah pengaruh progesteron akan
mempertahankan sekresi endometrium, sedangkan estrogen pada pertumbuhan
organ(Szar,2007).
2. 2. 1 Estrogen
2. 2. 1.1 Struktur, Sintesis dan Sekresi Estrogen
Estrogen dikenal sebagai hormon wanita yang utama bersama dengan
progesteron, karena mempunyai peranan penting dalam pembentuk kan tubuh
wanita dan mempersiapkan fungsi wanita secara khusus seperti terjadinya
kehamilan, juga pertumbuhan payudara dan panggul. Disisi lain, vagina, uterus
dan organ wanita lainnya sangat tergantung keberadaan estrogen pada tubuh
sampai usia dewasa. Pengaturan estrogen membuat terjadinya perubahan setiap
bulannya dan mempersiapkan uterus untuk terjadinya kehamilan. Estrogen
merupakan hormon steroid dengan 10 atom C dan dibentuk terutama dari 17-
ketosteroid androstendion. Estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol
(E2), estron (E1), dan estriol (E3). Secara biologis, estradiol adalah yang paling
aktif. Perbandingan khasiat biologis dari ketiga hormon tersebut E2 : E1 : E3 =
10 : 5 : 1. Potensi estradiol 12 kali potensi estron dan 8 kali estriol sehingga
estradiol dianggap sebagai estrogen utama (Speroff et al., 2005).
Selain di ovarium, estrogen juga di sintesis di adrenal, plasenta, testis,
jaringan lemak dan susunan saraf pusat dalam jumlah kecil. Hal ini menyebabkan
wanita mempunyai kadar estrogen yang rendah setelah menopause. Karena sel
lemak juga dapat mensintesis estrogen dalam jumlah sedikit, wanita gemuk yang
memasuki fase menopause, mungkin akan mengalami beberapa keluhan seperti
hot flashes dan osteoporosis, kedua keluhan ini berhubungan dengan penurunan
estrogen (Baziad, 2003: Speroff et al., 2005).
Gambar 2. 2 Struktur kimia Estrogen (dikutip dari Speroff et al., 2005)
Keuntungan penting yang lain dari estrogen adalah merangsang pertumbuhan
tulang dan membantu mempertahankan kesehatan tulang, juga melindungi jantung
dan pembuluh darah dengan meningkatkan kolesterol baik (HDL), serta
menurunkan kolesterol jahat (LDL).
Estrogen disekresikan pada awal siklus menstruasi oleh karena respon dari
LH dan FSH. Sintesis estrogen menempati perkembangan folikel ovarium, baik
sel teka dan sel granulosa. Akibat rangsangan LH, sel-sel teka akan mengubah
kolesterol menjadi androgen yang kemudian berdifusi ke dalam sel-sel granulosa
melalui dasar membran. Sel-sel granulosa, karena dirangsang oleh FSH akan
mengaktifkan enzim aromatase untuk mengubah androgen menjadi estrogen.
Sebagian estrogen tetap berada di folikel ovarium untuk membentuk antrum,
sedangkan sebagian lainnya disekresikan ke dalam darah untuk mengikat SHBG
dan albumin yang bekerja melalui reseptor intraseluler menuju sel target (Speroff
et al., 2005).
Gambar 2.3 Synthesis Of Estrogen By The Developing Follicle (FSH, LH)
(Adapted From Szar, 2007)
Karena kadar basal FSH yang rendah sudah cukup untuk mendorong
perubahan menjadi estrogen ini, kecepatan sekresi estrogen oleh folikel terutama
bergantung pada kadar LH dalam darah, yang terus meningkat selama fase folikel.
Selain itu sewaktu folikel terus tumbuh, estrogen yang dihasilkan juga meningkat
karena bertambahnya jumlah sel folikel penghasil estrogen. Estrogen bekerja pada
pituitari anterior dan hipotalamus untuk mengatur sistem mekanisme umpan balik.
Biasanya mekanisme ini bersifat negatif, oleh karena konsentrsi estrogen yang
tinggi dalam waktu yang lama menyebabkan terjadi mekanisme positif untuk
merangsang LH (Sherwood, 2001).
Sebelum menopause dan pascamenopause, hormon estradiol memegang
peranan, sedangkan sesudahnya estradiol mengalami penurunan, disisi lain estron
akan meningkat (Speroff et al., 2005).
Konversi dari steroid pada jaringan peripheral tidak selalu dalam bentuk yang
aktif. Androgen yang bebas akan diubah menjadi estrogen bebas, contohnya pada
jaringan kulit dan sel lemak. Lokasi dari sel lemak akan mempengaruhi kerja
androgen. Wanita yang gemuk, akan menghasilkan lebih banyak androgen.
Percobaan yang dilakukan oleh Siiteri dan MacDonald (Speroff et al., 2005)
menemukan bahwa jumlah estrogen yang cukup, yang berasal dari sirkulasi
androgen dapat memicu timbulnya perdarahan pada wanita postmenopause. Pada
wanita, kelenjar adrenal menyisakan sumber utama androgen, khususnya
androstenedion. Sedangkan pada pria, hampir seluruh dari sirkulasi estrogen
berasal dari peripheral konversi androgen.
2. 2. 1. 2 Fungsi Hormon Estrogen
Fungsi secara umum estrogen adalah sebagai perangsang sintesis DNA
melalui RNA, pembentuk utusan RNA (messenger RNA), sehingga terjadi
peningkatan sintesis protein (Sherwood, 2001; Speroff et al., 2005).
Sedangkan fungsi khusus meliputi:
1. Endometrium
Estradiol memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot
uterus.
2. Serviks
Sawar (barrier) yang terutama menghalangi masuknya spermatozoa ke
dalam uterus adalah getah serviks yang kental. Produksi estradiol yang
kian meningkat pada fase folikuler akan meninggikan sekresi getah serviks
dan mengubah konsentrasi getah pada saat ovulasi menjadi encer dan
bening, sehingga memudahkan penyesuaian, memperlancar perjalanan
spermatozoa dan meninggikan kelangsungan hidupnya. Dalam praktik
klinis, hal ini dapat digunakan sebagai diagnostik untuk membuktikan
adanya estrogen.
3. Vagina
Estradiol menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan produksi
getah dan meningkatkan kadar glikogen, sehingga terjadi peningkatan
produksi asam laktat oleh bakteri Doderlein. Nilai pH menjadi rendah, dan
memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi.
4. Ovarium
Estradiol memicu sintesis reseptor FSH di dalam sel-sel granula, juga
reseptor LH di sel-sel teka. Adanya khasiat estrogen pada sistim
reproduksi wanita dapat dengan mudah dilihat, tanpa memerlukan
pemeriksaan hormon serum atau urin.
2. 3 Masa Kehidupan Wanita
Masalah normal yang dialami wanita dari usia 8 sampai 65 tahun (Rachman,
2009) terdiri dari :
Gambar 2. 4 Masa Kehidupan Wanita (dikutip dari Rachman, 2009)
Pengertian perubahan-perubahan fisiologis ini sangat berguna bagi wanita
yang secara pasti akan mengalami masalah ini dalam kehidupannya, sehingga ia
bisa mempersiapkan diri sesuai dengan pendidikan sosial ekonomi yang
didapatnya.
2. 4 Menopause
2. 4. 1 Definisi Menopause
Menopause menurut WHO (2005) berarti berhentinya siklus menstruasi
untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap
bulan, yang disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus
meningkat, sampai tidak tersedia lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir
mengalami amenorea, dan bukan disebabkan oleh keadaan patologis. Kini wanita
Indonesia rata-rata memasuki masa menopause pada usia 50 tahun. Tetapi
sebagian ada yang mengalami pada usia lebih awal atau lebih lanjut. Umur waktu
terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola
kehidupan (Baziad, 2003).
Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya
12 bulan terakhir, kadar FSH > 30 mIU/ml dan kadar E2 < 30pg/ml (Rogerio,
2000; Baziad, 2003). Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih
panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Faktor fisik dan psikis
mempengaruhi kapan terjadinya menopause. Demikian juga dengan adanya
penyakit tertentu, operasi indung telur, stres, obat-obatan, dan gaya hidup
merupakan contoh faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya terjadi
menopause.
Menopause rupanya ada hubungannya dengan menarche. Makin dini
menarche terjadi, makin lambat menopause timbul, sebaliknya, makin lambat
menarche terjadi, makin cepat menopause timbul (Azhar, 2000). Pada abad ini
umumnya nampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin
lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang.
Menopause yang artifisial karena operasi atau radiasi umumnya menimbulkan
keluhan yang lebih banyak dibandingkan dengan menopause alamiah.
2. 4. 2 Data Statistik Menopause
Beberapa studi menyebutkan umur rata-rata terjadinya menopause di Negara-
negara barat sekitar 50 tahun. Di Amerika berkisar 49 tahun, sedangkan dibelahan
Afika Selatan pada angka 48 tahun. Wanita diluar negara-negara Eropa,
menopause terjadi lebih awal, sedangkan di Afrika Selatan dan Amerika, wanita
kulit hitam mengalami menopause lebih dini dibandingkan wanita kulit putih
(Azhar, 2000).
Dilaporkan juga, bahwa wanita yang nulipara mengalami menopause lebih
awal, sedangkan wanita multipara menopause terjadi lebih lambat (Baziad, 2003;
Berek, 2005). Ditemukan adanya laporan yang mengejutkan , bahwa ibu yang
memiliki anak kembar memasuki fase menopause satu tahun lebih awal
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan anak tunggal. Dalam hal ini tidak
ditemukan adanya penjelasan yang bermakna.
Beberapa faktor seperti riwayat melahirkan, nutrisi, ras dan merokok
mempengaruhi umur terjadinya menopause (Azhar, 2000). Faktor yang tidak
kalah penting yang menentukan usia seseorang wanita memasuki menopause
adalah jumlah folikel ovarium (DeCherney dan Nathan, 2005). Jumlah folikel
terus bertambah hingga hilang saat bayi lahir, hal ini tergantung juga dengan
keadaan perubahan siklus hormonal atau fase psikologis wanita.
2. 4. 3 Klimakterium dan Menopause
Klimakterik dibagi dalam beberapa fase :
Gambar 2. 5 Fase Klimakterium (dikutip dari Baziad, 2003)
Sebelum memasuki menopause itu sendiri, ada beberapa istilah yang
berhubungan dengan menopause. Diantaranya fase klimakterium, merupakan
suatu masa peralihan yang normal, yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan
beberapa tahun sesudah menopause, yang mulai kira-kira 2 tahun sebelum
menopause berdasarkan keadaan endokrinologik (kadar estrogen mulai turun dan
kadar hormon gonadotropin naik), dan jika ada gejala-gejala klinis. Sedangkan
senium adalah masa sesudah pascamenopause, ketika telah tercapai keseimbangan
baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun
psikis (Baziad, 2003).
Klimakterium berakhir kira-kira 8 tahun sesudah menopause. Pada saat ini
kadar estrogen telah mencapai nilai yang rendah yang sesuai dengan keadaan
senium, dan gejala-gejala neurovegetatif telah terhenti. Dengan demikian,
lamanya klimakterium lebih kurang 13 tahun. Klimakterium bukan suatu keadaan
patologik.
Pada klimakterium juga terjadi penurunan produksi estrogen dan kenaikan
hormon gonadotropin. Kadar hormon akhir ini terus tetap tinggi sampai kira-kira
15 tahun setelah menopause, kemudian mulai menurun. Tingginya kadar hormon
gonadotropin disebakan oleh berkurangnya produksi estrogen, sehingga native
feedback terhadap produksi gonadotropin berkurang.
Gambar 2. 6 Perubahan kadar hormon seks dari kematangan seksual sampai
pascamenopause (dikutip dari Baziad, 2003)
Dalam keadaan klimakterium, seorang wanita mengalami perubahan-
perubahan tertentu, yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan ringan atau
kadang-kadang berat. Walaupun klimakterium merupakan masa perubahan,
umumnya masa itu dilalui oleh wanita tanpa banyak keluhan, hanya sebagian
kecil (25% pada wanita Eropa, agak kurang pada wanita Indonesia) ditemukan
keluhan yang cukup berat yang memerlukan penanganan dokter. dan gangguan itu
sifatnya berbeda-beda menurut waktunya klimakterium (Gardner, 2007).
Gambar 2. 7 Stages of Reproductive Aging Workshop (STRAW)
(Adapted from Soules MR et al., 2001)
Pada fase reproduksi, siklus menstruasi bervariasi sampai regular karena FSH
masih normal serta terjadi peningkatan pada fase lanjut. Fase peralihan
menopause dimulai dengan meningkatnya variabilitas siklus menstruasi yaitu
lebih dari 7 hari dengan meningkatnya FSH. Fase ini berakhir dengan berakhirnya
siklus haid. Perimenopause dini dimulai setelah 5 tahun dari menstruasi terakhir.
Sedangkan posmenopause bervariasi dari lamanya perdarahan, dimulai 5 tahun
setelah menstruasi terakhir dan berlangsung sampai kematian (Soules, 2001).
Karena menopause merupakan salah satu dari beberapa tahap kehidupan
reproduksi wanita, maka keseluruhan masa peralihan menopause dapat dibagi
menjadi beberapa tahap: (Baziad, 2003)
1. Premature menopause atau menopause dini
Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun, baik secara alamiah ataupun
induksi oleh karena tindakan medis. Wanita dengan premature menopause
mempunyai gejala yang mirip dengan menopause alami, seperti hot flashes,
gangguan emosi, kekeringan pada vagina serta penurunan gairah seksual.
Untuk beberapa wanita dengan premature menopause, keluhan ini dialami
sangat berat. Disamping itu, wanita juga cenderung mengalami kejadian
keropos tulang lebih besar dibandingkan dengan wanita yang mengalami
menopause lebih lambat. Hal inilah yang meningkatkan terjadinya
osteoporosis, yang merupakan faktor resiko patah tulang.
2. Perimenopause
Perimenopause ditandai dengan terjadinya perubahan kearah menopause,
yang berkisar antara 2-8 tahun, ditambah dengan 1 tahun setelah
menstruasi terakhir. Tidak diketahui secara pasti untuk mengukur berapa
lama fase perimenopause berlangsung. Hal ini merupakan keadaan
alamiah yang dialami seorang wanita dalam kehidupannya yang menandai
akhir dari masa reproduksi. Penurunan fungsi indung telur selama masa
perimenopause berkaitan dengan penurunan estrogen dan progesteron
serta hormon androgen.
3. Menopause
Menopause adalah perubahan alami yang dialami seorang wanita saat siklus
menstruasi terhenti. Keadaan ini sering disebut “change of life”. Selama
menopause, biasa terjadi antara usia 45-55 tahun, tubuh wanita secara
perlahan berkurang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.
Dikatakan menopause, jika dalam 12 bulan terakhir tidak mengalami
menstruasi dan tidak disebabkan oleh hal patologis. Kadar estradiol 10-20
pg/ml yang berasal dari konversi androstenedion.
4. Postmenopause
Masa setelah mencapai menopause sampai senium yang dimulai setelah 12
bulan amenore serta rentan terhadap osteoporosis dan penyakit jantung.
2. 4. 4 Patofisiologi Menopause
Pada wanita menopause, hilangnya fungsi ovarium secara bertahap akan
menurunkan kemampuannya dalam menjawab rangsangan hormon-hormon
hipofisis untuk menghasilkan hormon steroid. Saat dilahirkan wanita
mempunyai kurang lebih 750.000 folikel primordial. Dengan meningkatnya
usia jumlah folikel tersebut akan semakin berkurang. Pada usia 40-44 tahun
rata-rata jumlah folikel primordial menurun sampai 8300 buah, yang
disebabkan oleh adanya proses ovulasi pada setiap siklus juga karena adanya
apoptosis yaitu proses folikel primordial yang mati dan terhenti
pertumbuhannya. Proses tersebut terjadi terus-menerus selama kehidupan
seorang wanita, hingga pada usia sekitar 50 tahun fungsi ovarium menjadi
sangat menurun. Apabila jumlah folikel mencapai jumlah yang kritis, maka
akan terjadi gangguan sistem pengaturan hormon yang berakibat terjadinya
insufisiensi korpus luteum, siklus haid anovulatorik dan pada akhirnya terjadi
oligomenore (Speroff et al., 2005).
Perubahan-perubahan dalam sistem vaskularisasi ovarium sebagai akibat
proses penuaan dan terjadinya sklerosis pada sistem pembuluh darah ovarium
diperkirakan sebagai penyebab gangguan vaskularisasi ovarium. Apabila
folikel sudah tidak tersedia berarti wanita tersebut telah memasuki masa
menopause. Pada usia menopause berat ovarium tinggal setengah sampai
sepertiga dari berat sebelumnya. Terjadinya proses penuaan dan penurunan
fungsi ovarium menyebabkan ovarium tidak mampu menjawab rangsangan
hipofisis untuk menghasilkan hormon steroid.
2. 4. 5 Perubahan Metabolisme Hormonal Pada Menopause
Pada wanita dengan siklus haid yang normal, estrogen terbesar adalah
estradiol yang berasal dari ovarium. Di samping estradiol terdapat pula estron
yang berasal dari konversi androstenedion di jaringan perifer. Selama siklus
haid pada masa reproduksi, kadar estradiol di dalam darah bervariasi. Pada
awal fase folikuler kadar estradiol berkisar 40-80 pg/ml, pada pertengahan fase
folikuler berkisar 60-100 pg/ml, pada akhir fase folikuler berkisar 100-400
pg/ml dan pada fase luteal berkisar 100-200 pg/ml. Kadar rata-rata estradiol
selama siklus haid normal 80 pg/ml sedangkan kadar estron berkisar antara 40-
400 pg/ml (Speroff et al., 2005).
Memasuki masa perimenopause aktivitas folikel dalam ovarium mulai
berkurang. Ketika ovarium tidak menghasilkan ovum dan berhenti
memproduksi estradiol, kelenjar hipofise berusaha merangsang ovarium untuk
menghasilkan estrogen, sehingga terjadi peningkatan produksi FSH. Meskipun
perubahan ini mulai terjadi 3 tahun sebelum menopause, penurunan produksi
estrogen oleh ovarium baru tampak sekitar 6 bulan sebelum menopause.
Terdapat pula penurunan kadar hormon androgen seperti androstenedion dan
testosteron yang sulit dideteksi pada masa perimenopause. Pada
pascamenopause kadar LH dan FSH akan meningkat, FSH biasanya akan lebih
tinggi dari LH sehingga rasio FSH/ LH menjadi lebih besar dari satu. Hal ini
disebabkan oleh hilangnya mekanisme umpan balik negatif dari steroid
ovarium dan inhibin terhadap pelepasan gonadotropin. Diagnosis menopause
dapat ditegakkan bila kadar FSH lebih dari 30 mIU/ml (Speroff et al., 2005).
Kadar estradiol pada wanita pascamenopause lebih rendah dibandingkan
dengan wanita usia reproduksi pada setiap fase dari siklus haidnya. Pada
wanita pascamenopause estradiol dan estron berasal dari konversi androgen
adrenal di hati, ginjal, otak, kelenjar adrenal dan jaringan adipose. Proses
aromatisasi yang terjadi di perifer berhubungan dengan berat badan wanita.
Wanita yang gemuk mempunyai kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan
wanita yang kurus karena meningkatnya aromatisasi di perifer. Pada wanita
pascamenopause kadar estradiol menjadi 13-18 pg/ml dan kadar estron 30-35
pg/ml (Speroff et al., 2005).
2. 4. 6 Gejala Klinis Menopause
Berbagai gejala yang dirasakan pada masa menopause berdasarkan MRS
(Menopause Rating Scale) dari Greene, yang dikenal dengan istilah Skala
Klimakterik Greene , dapat dikelompokkan sebagai berikut (Greene, 2003).
1. Gejala psikologik
Jantung berdebar, perasaan tegang atau tertekan, sulit tidur, mudah
tersinggung, mudah panik, sukar berkonsentrasi, mudah lelah, hilangnya
minat pada banyak hal, perasaan tidak bahagia, mudah menangis.
2. Gejala somatik
Perasaan kepala pusing, atau badan terasa tertekan, sebagian tubuh terasa
tertusuk duri, sakit kepala, nyeri otot atau persendian, tangan atau kaki terasa
baal, dan kesukaran bernapas.
3.Gejala vasomotor
Gejolak panas (hot flashes) dan berkeringat di malam hari.
2. 5 Plasenta
2 .5. 1 Struktur Plasenta
Plasenta atau tali-pusat merupakan organ ephemeral yang terdapat dalam
placental vertebral. Plasenta sebagian besar berasal dari sel telur yang membentuk
janin (fetus), dan berfungsi sebagai organ foetomaternal yang memiliki dua
komponen, yaitu bagian foetal (chorion frondosum), dan bagian maternal
( deciduas basalis) dimana plasenta di bentuk (Speroff et al., 2005; Szar 2007).
Pada manusia, panjang plasenta rata-rata 22 cm dan ketebalan berkisar 2-2,5
cm, dengan berat sekitar 500 gr. Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar
dengan diameter 15 sampai 20 cm. Berwarna merah sedikit gelap atau maroon
ataupun kebiruan (Sherwood, 2001).
2. 5. 2 Fisiologi Plasenta
Gambar 2. 8 Structure Of The Mature Placenta
(Adapted From Moore & Persaud, 5th edn)
Plasenta berasal dari body stalk, dimana terdapat pembuluh-pembuluh darah
sehingga disebut vascular stalk. Dari perkembangan ruang amnion dapat dilihat
bahwa bagian luar plasenta berasal dari lapisan amnion. Didalamnya terdapat
jaringan lembek, selei Wharton, yang berfungsi melindungi 2 arteria umbilikales
dan 1 vena umbilikalis yang berada di tali-pusat. Kedua arteri dan satu vena
tersebut menghubungkan satu sistim kardiovaskuler janin dengan plasenta.
Plasenta berhubungan dengan janin oleh umbilical cord dengan panjang 55-60 cm
yang mengandung dua arteri dan satu vena, dimana umbilical cord terhubung
dengan chorionic plate (Sherwood, 2001; Speroff et al., 2005).
Karena trofoblas mempunyai sifat menghancurkan desidua, termasuk spiral
arteries serta vena-vena di dalamnya, akibatnya terbentuklah ruangan-ruangan
yang terisi oleh perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang ikut
dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan
intervillair di mana villi koriales seolah-olah terapung-apung di antara ruangan-
ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta. Desidua yang tidak dihancurkan
oleh trofoblas membentuk septa plasenta, yang dapat dilihat dari bagian maternal
plasenta. Septa plasenta membagi plasenta dalam beberapa maternal cotyledon,
umumnya ditemukan 15 sampai 20 buah maternal cotyledon. Foetal cotyledon
adalah suatu kelompok besar villi koriales yang bercabang-cabang seperti pohon.
Pada plasenta aterm diperkirakan terdapat 200 foetal cotyledon. Tiap-tiap cabang
villi koriales terdapat sistim vena serta arteria yang menuju ke vena umbilikalis
dan arteri umbilikalis. Sebagian besar cabang-cabang pohon tersebut tergenang di
dalam ruangan interviler yang berisi darah ibu yang mengandung banyak zat
makanan dan zat asam bagi janin (Speroff et al., 2005).
Walaupun belum berkembang sempurna, plasenta sudah bekerja penuh sejak
minggu kelima setelah implantasi. Saat ini jantung mudigah sudah memompa
darah ke dalam villus. Selama kehamilan darah janin secara terus-menerus
melintasi villus plasenta dan sistim sirkulasi janin melalui arteri umbilikalis dan
vena umbilikalis, yang terbungkus dalam korda umbilikalis (Sherwood, 2001).
Gambar 2. 9 Pembentukan Plasenta (dikutip dari Sherwood, 2001)
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang
beradadi desidua basalis. Darah disemprotkan ke ruang interviller sampai
mencapai chorionic plate. Darah tersebut membasahi semua villi koriales dan
kembali ke vena desidua (Speroff et al., 2005).
2. 5. 3 Sekresi Plasenta
Plasenta dapat bertindak sebagai prekursor dari ibu ke janin, meskipun hanya
sebagian kecil saja yaitu dari asetat menjadi kolesterol. Kolesterol dikenal sebagai
pregnenolon yang diperoleh dari aliran darah ibu yang digunakan untuk sintesis
progesteron. Selanjutnya kolesterol akan memasuki tropoblas yang berasal dari
aliran darah ibu, dimana kolesterol berperan sebagai Low Density Lipoprotein
(LDL) (Speroff et al., 2005).
2. 5. 4 Efek Plasenta Dalam Meningkatkan Estradiol Pada Ibu
Kolesterol adalah bahan dasar steroidogenesis. Semua organ yang
memproduksi steroid kecuali plasenta dapat mensitesis kolesterol dari acetat
(Speroff et al, 2005). Sedangkan progestin, androgen dan estrogen dapat disintesis
langsung di beberapa organ ovarium yang berasal dari molekul 2-carbon acetate
melalui kolesterol. Selanjutnya melalui aliran darah , kolesterol akan memasuki
sel ovarium dan adanya proses biosintesis maka kolesterol disimpan dalam bentuk
ester.
Selama proses steroidogenesis, jumlah atom karbon pada kolesterol dapat
berkurang tapi tidak pernah meningkat. Setiap perubahan dimediasi oleh banyak
enzim yang berbeda pada tiap-tiap jaringan.
Enzim steroidogenesis adalah salah satu kelompok dehydrogenase atau
kelompok sitokrom P450 dari oksidasi. Enzim P450 dapat memetabolisme banyak
bahan. Enzim P450 dihasilkan dari asam amino dan sequensi nukleotida yang
menunjukan bahwa setiap kolesterol dan pregnenolon dimediasi oleh protein
tunggal yaitu P450scc yang terikat dengan membrane dalam mitokondria (Speroff
et al., 2005).
Perubahan kolesterol menjadi pregnenolon melibatkan hidroksilasi pada atom
carbon 20 dan 22 dengan memutus salah satu rantai yang terjadi di mitokondria.
Selanjutnya enzim P450c17 sebagai mediasi untuk mengubah 17-
hydroxypregnenolone menjadi dehydroepiandrosterone. Begitu juga dengan
perubahan progesteron menjadi 17-Hydroxyprogesterone akibat peranan P450c17.
Androgen adalah prekursor yang umum terdapat pada estrogen. Aktivitas 17ß-
Hydroxysteroid dehydrogenase akan mengubah androstenedion menjadi
testosteron, yang bukan merupakan hasil utama dari ovarium. Akibat adanya
enzim P450arom yang menyebabkan terjadinya aromatisasi perubahan testosteron
menjadi estradiol yang merupakan hormon utama estrogen yang diproduksi
ovarium. Sedangkan Estron dibentuk dari Estradiol yang merupakan estrogen
lemah yang banyak ditemukan pada pascamenopause (Speroff et al., 2005).
Gambar 2.10 Biosintesis Estradiol pada Plasenta
(dikutip dari Speroff et al., 2005)
2. 5. 5 Fungsi Plasenta
Fungsi plasenta itu sendiri memegang peranan yang sangat penting, yaitu
mengusahakan janin tumbuh dengan baik, dimana plasenta menyediakan nutrisi
dan oksigen untuk embrio serta melindunginya. Untuk pertumbuhannya ini
dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari
ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran
darah ibu. Disamping itu plasenta mempunyai fungsi essential lainnya seperti
pernafasan (respirasi), menyalurkan berbagai antibody ke janin (sistim imun),
antiinflamasi, alat yang membentuk hormon (sekresi hormon), dan juga
mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna (ekskresi), perbaikan jaringan,
laktasi, sirkulasi serta peredaran darah. Plasenta dapat pula dilewati kuman-kuman
dan obat-obat tertentu. Penyaluran zat makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan
sebaliknya harus melewati lapisan trofoblas plasenta (Speroff et al., 2005).
Plasenta adalah suatu barrier (penghalang) terhadap bakteri dan virus, akan
tetapi tidak efektif dan saat ini masih diragukan. Disamping itu plasenta juga
sebagai tempat pembuatan hormon-hormon, khususnya HCG (Chorionic
Gonadotropine), Chorionic Somato-Mammotropin (placental lactogen), estrogen
dan progesteron. Di dalam plasenta hormon tersebut ditemukan dalam konsentrasi
yang tinggi. Bukti bahwa hormon itu dibuat di plasenta adalah karena jaringan
plasenta yang dibiakan ternyata menghasilkan hormon tersebut (Sherwood, 2001;
Speroff et al., 2005).
2. 5. 6 Kandungan Plasenta
Komponen utama dari plasenta mengandung sejumlah besar nutrien seperti :
• Lemak dan asam lemak, seperti kolesterol, asam phosphatidic, asam
lauric, dan asam palmitat.
• Enzim sitokrom P450scc (enzim oksidatif), P450c17, P450arom.
• Hormon Gonadotropin-releasing hormone (GnRH), Corticotropin-
releasing hormone (CRH), Thyrotropin- releasing hormone (TRH), Human
Chorionic Gonadotropin (HCG), Human Placental Lactogen (HPL), Human
Growth Hormone (HGH), Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
• Growth faktor Insulin like Growth Factor 1 (IGF-1), Insulin like Growth
Factor 2 (IGF-2), Epidermal Growth Factor (EGF), Fibroblast Growth
Factor (FGF)
• Asam amino (sebagai zat pembentuk protein), yaitu leucine, lysine,
valine, threonine, isoleucine, glycine, alanine, arginine, triptopan dan
phenylalanin.
• Sitokin seperti interleukin, interferon.
• Protein, seperti albumin, globulin, kasein, phospoprotein.
• Karbohidrat, meliputi glukosa, galaktosa, dan sukrosa (Speroff et al., 2005).
Gambar 2.12 Komponen Plasenta (dikutip dari Speroff et al., 2005)
2. 6 Ekstrak Plasenta (Melsmon®)
Ekstrak plasenta (Melsmon®) didapat dari plasenta ibu (human placenta)
dengan melalui seleksi yang sangat ketat agar terhindar dari kontaminasi virus
seperti HIV, hepatitis B dan C serta Herpes.
Ekstrak plasenta (Melsmon®) berupa cairan jernih berwarna kuning pucat,
pH 6.8-7.0 dengan ratio tekanan osmotic terhadap larutan saline fisik mencapai 1.
Dikemas dalam ampul berukuran 2ml, dimana tiap ampul mengandung 100mg
ekstrak plasenta dan 0,03ml benzyl alcohol, dengan bahan aktif berupa asam
amino (lysine, asam glutamat, arginine, asam aspartik), substansi asam nukleat
(uracil, adenine, guanine, thymine, cytosine dan xanthine), mineral (sodium,
potasium, kalcium, magnesium, phosphorus, iron) yang diekstraksi dari plasenta
manusia segar beku, bebas dari virus dengan metode khusus (Yoshida, 2001).
Prosedur pembuatan ekstrak plasenta (Melsmon®) meliputi
1. Ekstrak plasenta yang telah terseleksi dikumpulkan di rumah sakit yang
ditunjuk, lalu dimasukan dalam kantong plastik dan ditempatkan dalam
freezer. Bila ekstrak plasenta tersebut terkontaminasi oleh virus HIV dan
lainnya, maka akan segera terdeteksi oleh mesin tesebut dan dimasukan
dalam kantong plastik yang berbeda dan di simpan dalam frezer lainnya
(khususnya ekstrak plasenta yang terkontaminasi oleh HIV). Semua
ekstrak plasenta yang terkontaminasi akan dimusnahkan oleh mesin
penghancur.
2. Ekstrak plasenta kemudian dicampur dengan larutan saline lalu di
masukan dalam tempat dengan temperatur tinggi (220°C) selama 10 jam,
yang disebut sebagai tahap aksi thermal (Thermal action).
3. Tahap akhir adalah prosedur final sterilisasi (Final Sterilization Process),
dimana diperoleh ampul yang telah terisi ekstrak plasenta dan dimasukan
dalam temperatur tinggi yaitu (120°C) dan tekanan selama 30 menit
dengan tujuan menghilangkan kontaminasi oleh virus (Yoshida, 2001).
Ekstrak plasenta (Melsmon®) telah dinyatakan sebagai produk yang tidak
menimbulkan efek samping dan dapat digunakan bersama obat-obat maupun
suplemen lainnya. Pengawasan serta pembuatannya dilakukan oleh Melsmon
Pharmaceutical Co., Ltd. Hal tersebut telah mendapat persetujuan dari
Kementerian Kesehatan Jepang pada tahun 1983 serta telah dinyatakan sebagai
produk yang memperoleh sertifikasi yaitu GMP (Good Manufacturing Process)
pada Agustus 2001, sesuai dengan standar dari WHO. Sejauh ini belum
ditemukan adanya efek samping selama 46 tahun terakhir dan produk ini diterima
dengan baik di Jepang (Yoshida, 2001).
Keamanan dari ekstrak plasenta (Melsmon®) meliputi
1. Melsmon® merupakan produk kesehatan yang telah diakui di Jepang
dan telah mendapat sertifikat sebagai produk kesehatan.
2. Melsmon® telah mendapat GMP dari Departemen Keamanan dan
Pengawasan Kesehatan Jepang.
3. Pengolahan Melsmon® melalui proses bio-teknologi dan mengandung
elemen yang sangat berguna dalam plasenta.
4. Melsmon® telah digunakan lebih dari 46 tahun tanpa ditemukannya
efek samping.
5. Melsmon® telah dipakai di banyak rumah sakit di Jepang untuk terapi
dan perawatan kesehatan.
6. Melsmon® telah melalui tes prosedur sebagai produk bebas infeksi dan
toksin.
7. Melsmon® dapat digunakan bersama dengan obat maupun suplemen
lainnya
.
Gambar 2. 13 Sediaan ekstrak plasenta ( Melsmon® )