IDENTIFIKASI HASIL Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/261/1/KTI...
Transcript of IDENTIFIKASI HASIL Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/261/1/KTI...
IDENTIFIKASI HASIL Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg)PADA PERAWAT YANG BEKERJA DI RUANG INFEKSI
RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMASPROVINSI SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH :ARYA WINATA
P00341014005
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN2017
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Arya Winata
Nim : P00341014005
TTL : Kendari, 01 Februari 1997
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Hindu
Alamat : Kel. Mekar Sari, Kec. Tongauna, Kab. Konawe
B. Pendidikan
1. SD Negeri 3 Sendang Mulya Sari, Tamat tahun 2008
2. SMP Negeri 3 Tongauna, Tamat tahun 2011
3. SMK Swasta Kesehatan Unaaha, Tamat tahun 2014
4. Tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan sampai sekarang.
MOTTO
Jangan ragu untuk menetapkan cita-cita !
Beranilah untuk menetapkan target !
Selalu berdo’a dan berusaha dalam menggapai tujuan
Jalani dengan tekun, sabar, dan ulet
Serta jangan pernah menyerah untuk meraih cita-cita mu !
Kupersembahkan untuk Almamaterku
Ayah dan Ibunda tercinta
Keluargaku Tersayang
Doa Dan Nasehat Untuk Menunjang Keberhasilan
ABSTRAK
Arya Winata (P00341014005). Identifikasi Hasil Hepatitis B Surfice Antigen(HBsAg) Pada Perawat Yang Bekerja Di Ruang Infeksi Rumah Sakit UmumBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh Fonnie E. Hasandan Supiati.
Latar Belakang: Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dankewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikiyang di peroleh melalui pendidikan keperawatan.Tujuan: Untuk mengetahui hasil pemeriksaan HBsAg pada perawat yang Bekerjadi Ruang Infeksi Rumah Sakit.Metode: Penelitian ini merupkan penelitian deskriptif dengan pemeriksaanHBsAg strip metode immunocrhomatography pada prinsipnya metode ini adalahpemeriksaan kromatografi yang dilakukan berdasarkan prinsip double antibody-sandwich.Populasi pada penelitian ini adalah 137 orang. Sampel yang digunakanadalah perwakilan perawat sebanyak 50 sampel. Variabel penelitian yaitu perawatdan HBsAg. Pada penelitian ini Penentuan sampel di lakukan secara Proporsionalsampling.Hasil: penelitian menunjukan bahwa hasil pemeriksaan HBsAg pada 50 orangperawat (100 %) negative .Kesimpulan: Dari 50 sampel serum yang di peroleh dari perawat yang bekerja diruangan infeksi Rumah Sakit tidak di temukannya sampel positif ( semua sampelnegatif ).Saran: untuk pelayan kesehatan utamanya kepada yang bekerja di rumah sakitagar mempertahankan kesehatan dan keselamatan kerja(K3).
Kata kunci : Perawat, HBsAgDaftar pustaka : 25 (1984-2016)
KATA PENGANTAR
Om swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, Karya Tulis Ilmiah dengan judul : “Identifikasi
Hasil Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) Pada Perawat Yang Bekerja Di
Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”
telah selesai saya susun. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III (D III) Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.
Atas segala bantuan, dorongan dan bimbingan selama menempuh pendidikan
ini, dengan segenap ketulusan hati dan rasa hormat, secara khusus penulis
ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahandaku Ketut Rudia dan
Ibundaku tercinta Nyoman Neni atas doa, semangat, dukungan,nasehat, kasih
sayang kepada penulis, kepada kakak dan adik ku tersayang Wahyu Mantra dan
Wisnu Setiadi yang telah memberikan doa restu, bantuan moral dan finansial
kepada penulis selama menempuh pendidikan. Tak lupa pula kepada orang spesial
Ayu Linda Sari. Yang tak pernah berhenti memberikan semangat, dukungan,
perhatian, dan motivasi selama penulis menyelesaikan pendidikan.
Dalam penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini berbagai kendala dan kesulitan
penulis hadapi, namun berkat arahan ibu Fonnie E. Hasan,DCN.,M.Kes selaku
pembimbing I dan ibu Supiati, STP.,MPH selaku pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu, memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu penulis ucapkan terima kasih setinggi-tingginya.
Pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Direktur Poltekes Kemenkes Kendari Bapak Petrus,SKM.,M.Kes..
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
3. Ketua Jurusan Analis Kesehatan Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.M.Pd..
4. Ibu Anita Rosanty,S.ST.,M.Kes, bapak Muhaimin Saranani,
S.Kep.,Ns.,M.Sc dan ibu Satya Darmayani, S.Si.,M.Eng. Terimakasih atas
masukan, saran dan kritik selama menguji.
5. Direktur Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
6. Ibu Nursidah, SKM, M.Ked atas bantuan dan bimbingan pada saat
penelitian
7. Bapak dan Ibu dosen Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan
pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntun ilmu.
8. Buat seluruh teman-teman seangkatanku Jurusan Analis Kesehatan, serta
Kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terselesainya
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan
yang ada penulis, sehingga bentuk dan isi karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekeliriuan, dan kekurangan. Oleh karena itu
dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Om Santih Santih Santih Om.
Kendari , Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORINALITAS............................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v
MOTTO .................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Hepatitis B ................................................ 5B. Tinjauan Umum Tentang Perawat .................................................... 15C. Tinjauan Umum Tentang HBsAg ...................................................... 21
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Teori Kerangka Konsep..................................................................... 24B. Kerangka Pikir ....................................................................... 24C. Variabel Penelitian ....................................................................... 25D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................ 25
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 26B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 26C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 26
D. Jenis dan Cara Pengambilan Data ..................................................... 27E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 27F. Proses Pemeriksaan Sampel .............................................................. 28G. Analisa Data ................................................................................. 29H. Penyajian Data ................................................................................. 29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 30B. Pembahasan ................................................................................ 37
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 39B. Saran ................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1: Distribusi frekuensi berdasarkan umur pada perawatyang bekerja di ruang infeksi rumah sakit umum bahteramasprovinsi Sulawesi tenggara. .............................................................33
Tabel 5.2: Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin padaperawat yang bekerja di ruang infeksi rumah sakit umumbahteramas provinsi Sulawesi tenggara............................................34
Tabel 5.3: Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen pada perawatyang bekerja di ruang infeksi rumah sakit umum bahteramasprovinsi Sulawesi tenggara metode Immunochromatography..........35
Tabel 5.4: Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg)pada perawat yang bekerja di ruang infeksi rumah sakit umumbahteramas provinsi Sulawesi tenggara............................................35
Tabel 5.5:Tabulasi frekuensi hasil pemeriksaan HBsAg padaperawat yang bekerja di ruang infeksi rumah sakit umumbahteramas provinsi Sulawesi tenggara............................................36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Virus Hepatitis B ............................................................... 5
Gambar 2.Patogenesis infeksi virus hepatitis B................................................. 10
Gambar 3. Respon imun terhadap virus hepatitis B........................................... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kesediaan Menjadi Responden ............................................... 43
Lampiran 2 : Informed Concent ................................................................... 44
Lampiran 3 : Lampiran Umur ...................................................................... 45
Lampiran4 :Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian danPengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.................. 46
Lampiran5 :Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Umum DaerahBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara ................................... 47
Lampiran 6 : Surat Bebas Pustaka ................................................................ 48
Lampiran 7 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................ 49
Lampiran 8 : Lembar Hasil Pemeriksaan ..................................................... 50
Lampiran 9 : Master Tabel ........................................................................... 52
Lampiran10: Dokumentasi Penelitian .......................................................... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hepatitis B adalah suatu penyakit radang hati yang disebabkan oleh
virus Hepatitis B, dapat dalam bentuk akut maupun kronik. Bentuk kronik
aktif dapat mengakibatkan terjadinya serosis, kanker hati sampai kematian.
Hepatitis B sulit dikenali karena gejala-gejalanya tidak langsung terasa dan
bahkan ada yang sama sekali tidak muncul. Karena itulah, banyak orang yang
tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Virus ini biasanya
berkembang selama 1-5 bulan sejak terjadi pajanan terhadap virus sampai
kemunculan gejala pertama (Riemawati,1998).
World Health Organitation (WHO) membagi prevalensi pengidap virus
Hepatitis di seluruh dunia dalam 3 kelompok yaitu prevalensi tinggi (HbsAg
positif 8-20%), prevalensi sedang (HbsAg positif 2-7%), dan prevalensi
rendah (HbsAg 0,2-1,5%) Di dunia, virus hepatitis telah menyerang hingga
dua miliar penduduk dan saat ini di perkirakan 400 juta penduduk sedang
terinfeksi oleh Hepatitis B dan sekitar 170 menderita Hepatitis C. Dimana 360
juta orang diantaranya mengalami infeksi kronis serta 240 juta orang terdapat
di Asia, termasuk Indonesia.Berdasarkan pemeriksaan HBsAg pada kelompok
donor darah di Indonesia, prevalensi hepatitis B berkisar antara 2,5% -
36,17%. D i Indonesia infeksi virus hepatitis B terjadi pada bayi dan anak,
diperkirakan 25% - 45% karena infeksi perinatal. Hal ini berarti bahwa
Indonesia merupakan daerah endemis (Siampa, 2012).
Indonesia merupakan negara dengan pengidap hepatitis B nomor 2
terbesar setelah Myanmar diantara negara-negara anggota WHO SEAR (South
East Asian Region) Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas
2014), studi dan uji saring darah donor PMI maka diperkirakan 1 di antara 100
orang Indonesia, 10 di antaranya telah terinfeksi Hepatitis B atau C. Sehingga
saat ini diperkirakan terdapat 28 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi
Hepatitis B dan C, 14 juta di antaranya berpotensi untk menjadi kronis, dan
dari yang kronis tersebut 1,4 juta orang berpotensi untuk menderita kanker
hati (Kemenkes RI , 2014).
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara kasus
Hepatitis B tahun 2008 berjumlah 53 kasus. Tahun 2009 tidak ada kasus yang
dilaporkan, tahun 2010 dilaporkan 13 kasus. Pada tahun 2011 ditemukan 4
kasus dan Tahun 2012 dilaporkan 14 kasus yang di laporkan .
Rumah sakit merupakan institusi yang mempunyai potensi bahaya
kompleks bagi tenaga kerja di dalamnya. Tenaga kesehatan terutama perawat
berisiko tinggi terinfeksi kuman ataupun tertular berbagai macam penyakit,
perawat merupakan tenaga kesehatan di garis terdepan yang 24 jam
berinteraksi dengan pasien dalam memberikan asuhan keperawatan (Elvia,
2013).
Menurut penelitian Syamsuhidajat & Wim de Jong (1997). apabila
tenaga medis terkena infeksi akibat kecelakaan maka resikonya 1%
mengidap hepatitis fulminan, 4% hepatitis kronis (aktif), 5% menjadi
pembawa virus.
Berdasarkan data kesehatan Rumah Sakit Umum Kota Kendari pada
bulan Januari dilakukan pemeriksaan HBsAg sebanyak 13 orang, pada bulan
Februari dilakukan pemeriksaan 53 orang dan pada bulan Maret semakin
meningkat dengan jumlah pemeriksaan 54 orang terjadi peningkatan setiap
bulannya belum ada lagi data setelah 2015 (Data Kesehatan Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari ,2015).
Berdasarkan hasil survey awal Kasus Hepatitis B di Rumah Sakit
Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016 juga terus
meningkat setiap bulannya.
Menurut penelitian Sabrianto (2015). di temukan dari 36 sampel
petugas cleaning service Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara pada pemeriksaan HBsAg di dapatkan 2 sampel dinyatakan positif
terpapar Hepatitis B dan 34 sampel dinyatakan negatif.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumya tentang
Gambaran Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada Petugas Kebersihan
yang bekerja di Rumah Sakit Umum Kota Kendari (Thamrin,2016) di
temukan dari 30 sampel petugas kebersihan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari, didapatkan 28 sampel negatif dan 2 sampel dinyatakan positif.
Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Identifikasi Hasil Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) Pada Perawat Yang
Bekerja Di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara”
B. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis merumuskan
masalah Bagaimana hasil pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg)
pada Perawat Yang Bekerja Di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
C. TUJUAN PENELITIAN1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan HBsAg pada perawat yang
Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
Untuk memperoleh hasil perawat yang terpapar atau terinfeksi
Hepatitis B positif yang bekerja di Rumah Sakit Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan metode Immunochromatography
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Akademik
Sebagai sumber pengetahuan bagi akademik mengenai bahaya
penularan Hepatitis B pada petugas Keperawatan.
b. Peneliti
Sebagai sumber informasi yang relevan untuk penelitian
selanjutnya
c. Masyarakat
Sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang bahaya
penularan Hepatitis B bagi Perawat.
d. Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan pada Rumah Sakit dan pemberi pelayanan
kesehatan untuk mencegah penularan penyakit Hepatitis B pada perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM TENTANG HEPATITIS B
1. Pengertian Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B, suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati
atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang dari 6
bulan sedangkan Hepatitis B kronis bila penyakit menetap, tidak
menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi
anatomi selama 6 bulan (Mustofa & Kurniawaty, 2013).
Hepatitis B merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari
sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis B
merupakan jenis virus DNA untai ganda, famili hepadnavirus dengan
ukuran sekitar 42 nm yang terdiri dari 7 nm lapisan luar yang tipis dan 27
nm inti di dalamnya. Masa inkubasi virus ini antara 30-180 hari rata-rata
70 hari. Virus hepatitis B dapat tetap infektif ketika disimpan pada 30-
32°C selama paling sedikit 6 bulan dan ketika dibekukan pada suhu -
15°C dalam 15 tahun (WHO, 2002).
Gambar 1. Struktur virus hepatitis B (www.biomedika.co.id)
Virus ini memiliki tiga antigen spesifik, yaitu antigen surface,
envelope, dan core. Hepatitis B surface antigen (HBsAg)
merupakan kompleks antigen yang ditemukan pada permukaan VHB,
dahulu disebut dengan Australia (Au) antigen atau hepatitis associated
antigen (HAA). Adanya antigen ini menunjukkan infeksi akut atau karier
kronis yaitu lebih dari 6 bulan. Hepatitis B core antigen (HbcAg)
merupakan antigen spesifik yang berhubungan dengan 27 nm inti
pada VHB (WHO, 2002). Antigen ini tidak terdeteksi secara rutin dalam
serum penderita infeksi VHB karena hanya berada di hepatosit. Hepatitis
B envelope antigen (HBeAg) merupakan antigen yang lebih dekat
hubungannya dengan nukleokapsid VHB. Antigen ini bersirkulasi sebagai
protein yang larut di serum. Antigen ini timbul bersamaan atau segera
setelah HBsAg, dan hilang bebebrapa minggu sebelum HBsAg hilang
(Price & Wilson, 2005). Antigen ini ditemukan pada infeksi akut dan
pada beberapa karier kronis (Mandal & Wilkins, 2006).
2. Etiologi
Virus Hepatitis B adalah virus (Deoxyribo Nucleic Acid) DNA
terkecil berasal dari genus Orthohepadnavirus famili Hepadnaviridae
berdiameter 40-42 nm (Hardjoeno, 2007). Masa inkubasi berkisar antara
15-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari (Sudoyo et al, 2009). Bagian
luar dari virus ini adalah protein envelope lipoprotein, sedangkan
bagian dalam berupa nukleokapsid atau core (Hardjoeno, 2007).
Genom VHB merupakan molekul DNA sirkular untai-ganda
parsial dengan 3200 nukleotida (Kumar et al, 2012). Genom berbentuk
sirkuler dan memiliki empat Open Reading Frame (ORF) yang saling
tumpang tindih secara parsial protein envelope yang dikenal sebagai
selubung HBsAg seperti large HBs (LHBs), medium HBs (MHBs), dan
small HBs (SHBs) disebut gen S, yang merupakan target utama respon
imun host, dengan lokasi utama pada asam amino 100-160 (Hardjoeno,
2007). HBsAg dapat mengandung satu dari sejumlah subtipe antigen
spesifik, disebut d atau y, w atau r. Subtipe HBsAg ini menyediakan
penanda epidemiologik tambahan (Asdie et al, 2012).
Gen C yang mengkode protein inti (HBcAg) dan HBeAg,
gen P yang mengkode enzim polimerase yang digunakan untuk replikasi
virus, dan terakhir gen X yang mengkode protein X (HBx), yang
memodulasi sinyal sel host secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi ekspresi gen virus ataupun host, dan belakangan ini
diketahui berkaitan dengan terjadinya kanker hati (Hardjoeno, 2007).
3. Epidemiologi Hepatitis B
Virus hepatitis B merupakan penyebab utama penyakit karena
menyebabkan penyakit hati kronis dan hepatoma di seluruh dunia.
Terdapat 10.000 infeksi VHB baru per tahun yang didapat di Inggris.
Lima sampai sepuluh persen pasien gagal untuk sembuh dari infeksi dan
menjadi karier, hal ini lebih mungkin pada orang dengan imunitas
terganggu. Diperkirakan bahwa hampir 200 juta orang di seluruh dunia
adalah karier (Mandal & Wilkins, 2006).
Infeksi kronis lebih sering dialami bayi dan anak-anak dibanding
orang dewasa. Mereka yang tertular dengan kronis bisa menyebarkan
virus hepatitis B pada orang lain, sekalipun jika mereka tidak tampak
sakit. Hingga 1,4 juta penduduk Amerika mungkin menderita infeksi
Hepatitis B yang kronis. Pada tahun 2009, sekitar 38.000 orang tertular
hepatitis B (Mustofa & Kurniawaty, 2013).
Virus hepatitis B mudah tersebar melalui kontak dengan darah
atau cairan tubuh lainnya dari orang yang tertular. Angka infeksi dan
karier lebih tinggi pada kelompok tertutup di mana darah atau cairan
tubuh lainnya disuntikkan, ditelan, atau dipajankan ke membran mukosa.
Jadi, anak-anak dalam panti cacat mental, pasien hemodialisis, dan
penyalah guna obat intravena akan memiliki angka karier lebih tinggi (5-
20%). Wabah dapat terjadi dalam kelompok ini serta melalui ahli bedah
dan dokter gigi yang terinfeksi (Mandal & Wilkins, 2006).
Prevalensi infeksi VHB secara kronis di dunia terbagi menjadi
tiga area, yaitu tinggi (lebih dari 8%), intermediet (2-8%), dan rendah
(kurang dari 2%). Asia Tenggara merupakan salah satu area endemik
infeksi VHB kronis yang tinggi. Sekitar 70-90% dari populasi terinfeksi
VHB sebelum usia 40 tahun, dan 8-20% lainnya bersifat karier (WHO,
2002). Indonesia termasuk negara endemik hepatitis B dengan jumlah
yang terjangkit antara 2,5% sampai 36,17% dari total jumlah penduduk
(Hazim, 2010).
4. Penularan Hepatitis B
Cara utama penularan VHB adalah melalui parenteral dan
menembus membran mukosa, terutama berhubungan seksual (Price &
Wilson, 2012). Penanda HBsAg telah diidentifikasi pada hampir setiap
cairan tubuh dari orang yang terinfeksi yaitu saliva, air mata, cairan
seminal, cairan serebrospinal, asites, dan air susu ibu. Beberapa cairan
tubuh ini (terutama semen dan saliva) telah diketahui infeksius
(Thedja, 2012).
Jalur penularan infeksi VHB di Indonesia yang terbanyak adalah
secara parenteral yaitu secara vertikal (transmisi) maternal-neonatal atau
horisontal (kontak antar individu yang sangat erat dan lama, seksual,
iatrogenik, penggunaan jarum suntik bersama). Virus Hepatitis B dapat
dideteksi pada semua sekret dan cairan tubuh manusia, dengan
konsentrasi tertinggi pada serum (Juffrie et al, 2010).
Cara penularan VHB pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa
dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu kontak dengan darah atau
komponen darah dan cairan tubuh yang terkontaminasi melalui kulit
yang terbuka seperti gigitan, sayatan, atau luka memar. Virus dapat
menetap di berbagai permukaan benda yang berkontak dengannya
selama kurang lebih satu minggu, seperti ujung pisau cukur, meja, noda
darah, tanpa kehilangan kemampuan infeksinya. Virus hepatitis B tidak
dapat melewati kulit atau barier membran mukosa, dan sebagian akan
hancur ketika melewati barier. Kontak dengan virus terjadi melalui
benda-benda yang bisa dihinggapi oleh darah atau cairan tubuh
manusia, misalnya sikat gigi, alat cukur, atau alat pemantau dan alat
perawatan penyakit diabetes. Resiko juga didapatkan pada orang yang
melakukan hubungan seks tanpa pengaman dengan orang yang tertular,
berbagi jarum saat menyuntikkan obat, dan tertusuk jarum bekas (WHO,
2002; Mustofa & Kurniawaty, 2013).
Ada dua macam cara penularan (transimisi) hepatitis B, yaitu
transmisi vertical dan transmisi horisontal.
1) Transmisi vertical
Penularan terjadi pada masa persalinan (perinatal). Virus ini
ditularkan dari ibu kepada bayinya yang disebut juga penularan
maternal neonatal. Penularan cara ini terjadi akibat ibu yang sedang
hamil menderita penyakit Hepatitis B akut atau sang ibu memang
pengidap virus Hepatitis B. bila ibu tersebut ditemukan HBsAg (+) dan
HBeAg (+), maka sekitar 90% bayi akan terinveksi virus Hepatitis B
dan umumnya menjadi kronis. Namun, bila sang ibu hanya mengidap
HBsAg (+) sedangkan HBeAg (-), maka kemungkinan tertular hanya
sekitar 4% saja dan umunya bayi akan sembuh dan jarang menjadi
hepatitis b kronis.
2) Transmisi horizontal
Transmisi horizontal yaitu penularan dan penyebaran VHB dalam
masyarakat.Penularan terjadi akibat kontak dengan cairan tubuh
pengidap virus Hepatitis B atau penderita Hepatitis B akut.Misalnya
pada orang yang tinggal serumah atau melakukan hubungan seksual
dengan penderita Hepatitis B (Dalimartha S, 2006).
5. Patogenesis Hepatitis B
Masa inkubasi infeksi VHB bervariasi, yaitu sekitar 45-120
hari, dengan rata 60-90 hari. Variasi tersebut tergantung jumlah virus
yang menginfeksi, cara penularan, dan faktor host (WHO, 2002). Sel
hati manusia merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus ini
mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hati kemudian
mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hati. Dalam sitoplasma,
VHB melepaskan mantelnya sehingga melepaskan nukleokapsid.
Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati
(Mustofa & Kurniawaty, 2013). Kemudian DNA VHB ditransport ke
nukleus sel pejamu. Di nukleus, DNA membentuk covalently closed
circular (ccc) yang disajikan sebagai bahan untuk transkripsi (Lee,
2012). Hasil transkripsi dan translasi virus di dalam hepatosit akan
memproduksi protein-protein virus seperti protein surface, core,
polimerase, dan protein X. Protein tersebut akan dibungkus oleh
retikulum endoplasma dan dikeluarkan dari hepatosit sebagai antigen,
salah satunya yaitu HBsAg (Ganem et al., 2004).
Gambar 2.Patogenesis infeksi virus hepatitis B (Sumber:Dienstag, 2008).
HBsAg tidak hanya diproduksi dari cccDNA, tetapi juga
berasal dari rentetan DNA VHB pada antigen permukaan open-reading
frame (ORF) yang berintegrasi dengan genome hepatosit. HBsAg
diproduksi dalam jumlah banyak dan bersirkulasi di serum pada
individu yang terinfksi VHB (Hadziyannis, 2013). Secara teori,
cccDNA merupakan indikator terbaik dalam aktivitas transkripsi VHB
di hepatosit. Level HBsAg berhubungan dengan level cccDNA (Lee,
2012).
Antigen VHB diekspresikan pada permukaan hepatosit dan
melalui antigen presenting cell (APC) akan dipresentasikan kepada sel T
helper. Sel T helper yang teraktivasi akan meningkatkan pembentukan sel
B yang distimulasi antigen menjadi sel plasma penghasil antibodi dan
meningkatkan aktivasi sel T sitotoksik. Sel T sitotoksik bersifat
menghancurkan secara langsung hepatosit yang terinfeksi. Hal ini
yang diperkirakan menjadi penyebab utama kerusakan hepatosit.
Sel T sitotoksik juga dapat menghasilkan interferon-γ dan tumor
necrosis factor alfa (TNF-α) yang memiliki efek antivirus tanpa
menghancurkan sel target (Ganem et al., 2004).
Gambar 3. Respon imun terhadap virus hepatitis B (Sumber: Ganem et
al., 2004)
Apabila seseorang terinfeksi virus hepatitis B akut maka tubuh
akan memberikan tanggapan kekebalan. Ada tiga kemungkinan
tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis
B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan
tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien
6. Patofisiologi Hepatitis B
Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis
B. Virus Hepatitis B mula-mula melekat pada reseptor spesifik di
membran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma
sel hepar. Virus melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga
melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus sel
dinding hati.
Asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan
menempel padaDNA hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut.
Proses selanjutnya adalah DNA VHB memerintahkan sel hati untuk
membentuk protein bagi virus baru. Virus Hepatitis B dilepaskan ke
peredaran darah, terjadi mekanisme kerusakan hati yang kronis
disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi (Mustofa
& Kurniawaty, 2013).
Proses replikasi virus tidak secara langsung bersifat toksik
terhadap sel, terbukti banyak carrier VHB asimtomatik dan hanya
menyebabkan kerusakan hati ringan. Respon imun host terhadap antigen
virus merupakan faktor penting terhadap kerusakan hepatoseluler dan
proses klirens virus, makin lengkap respon imun, makin besar klirens
virus dan semakin berat kerusakan sel hati. Respon imun host dimediasi
oleh respon seluler terhadap epitop protein VHB, terutama HBsAg yang
ditransfer ke permukaan sel hati. Human Leukocyte Antigen (HLA)
class I-restricted CD8+ cell mengenali fragmen peptida VHB setelah
mengalami proses intrasel dan dipresentasikan ke permukaan sel hati oleh
molekul Major Histocompability Complex (MHC) kelas I. Proses berakhir
dengan penghancuran sel secara langsung oleh Limfosit T sitotoksik
CD8+ (Hardjoeno, 2007).
7. Diagnosis dan Gejala Hepatitis B
a. Diagnosis
Untuk menentukan adanya infeksi Virus Hepatitis B dilakukan
pemeriksaan terhadap petanda serologisnya yang ada di dalam darah.
1) Untuk mengetahui apakah seseorang sudah terinfeksi Virus
Hepatitis B atau belum dilakukan Pemeriksaan HBsAg
Bila HBsAg (+) berarti telah terinfeksi oleh Virus Hepatitis B.
2) Untuk mengetahui apakah infeksinya akut atau kronis,dilakukan
pemeriksaan IgM anti-HBc.
Bila IgM anti-HBc (+) dan HBsAg (+), berarti infeksinya akut.
Bila IgM anti-HBc (-) dan HBsag (+), diperlukan pemeriksaan IgG
anti-HBc atau total anti-HBc.
Bila IgG anti-HBc atau total anti-HBc (+) dan HbsAg(+), berarti
pengidap Virus Hepatitis B.
Bila IgG anti-HBc atau total anti-HBc (-) dan HBsAg (+), berarti
infeksi dini Virus Hepatitis b.
3) Untuk mengetahui adanya kesembuhan penderita diperiksa Anti-
HBs.
Bila Anti-HBs (+) DAN HBsAg (-) berarti penderita sudah sembuh
dan imun.
Bila anti-HBs (+) dan HBsAg (+) berarti telah terinfeksi Virus
Hepatitis B dan sembuh, tetapi terinfeksi lagi oleh Virus Hepatitis B
subtype yang lain,
Bila anti-HBs (-), HBsAg (-), anti-HBc (+), anti-HBe (+), dan
VHB-DNA (-), berarti telah sembuh tetapi penderita tidak dapat
membentuk anti-HBs.
4) Untuk mengetahui aktivitas infeksi Virus Hepatitis B maka dilakuka
pemeriksaan HBeAg.
Bila HbeAg (+) berarti infeksinya masih aktif dan menandakan ada
replikasi virus sehingga penderita sangat infeksius atau ,mudah
menularkan penyakitnya ke orang lain. Pada pasien HBeAg (+)
dengan peningkatan kadar SGPT,bias diobservasi dulu selama 3-6
bulan untuk menunggu kemungkinan terjadinya serokonversi dari
HBeAg (+) menjadi terbentuknya anti-HBe secara spontan sebelum
di berikan pengobatan antivirus.
Bila HBeAg (-) artinya tidak ada replikasi virus, atau mungkin ada
cacat (defek) pre-core partikel Dane sehingga HBeAg tidak
terdeteksi.
5) Untuk mengetauhi aktivitas infeksi Virus Hepatitis B dilakukan juga
pemeriksaan VHB-DNA.
Dapat terjadi kedaan HBeAg (-), tetapi HBV-DNA (+) dan ini
menandakan masih terjadi replikasi virus dan penderitanya sangat
infeksius (Dalimartha S, 2006).
b. Gejala
Infeksi Virus Hepatitis B menimbulkan berbagai manifestasi klinik
dari keadaan yang ringan sekali atau bahkan tanpa gejala, sampai pada
gejala yang berat dan fatal (sekitar 1% penderita yaitu hepatitis
fulminan.
Akibat klinis yang timbul juga bervariasi. Penderita dapat
mengalami salah satu dari beberapa keadaan berikut: tetap sehat,hepatitis
akut ikterik (radang hati akut disertai kuning).
Hepatitis akut ikterik dimulai dengan masa inkubasi.Lamanya
masa inkubasi berkorelasi terbalik dengan dosis virus yang
menginfeksi.Semakin besar dosis virusnya, semakin singkat masa
inkubasinya.
Kemudian dilanjutkan dengan masa prodromal selama 3-5 hari,
kadang-kadang bias sampai 3 minggu. Pada saat ini penderita tidak sehat
dengan gejala gangguan pencernaan seperti tidak napsu makan, mual,
muntah, rasa sakit pada sisi kanan atas perut, demam ringan, lesu, cepat
lelah terutama pada malam hari, dan sakit kepala. Hasil pemeriksaan
darah sering menunjukkan peningkatan serum transminase (SGOT dan
SGPT) dan terdeteksinya HBsAg. Gejala di atas agak mereda saat timbul
ikterus yang dimulai dengan urin berwarna pekat seperti air teh kental,
diikuti dengan warna kuning pada bagian putih bola mata. Tinja
berwarna pucat seperti dempul.Pada stadium ikterik yang berlansung 1-4
minggu ini dapat timbul rasa gatal (pruritus) selama beberapa hari. Hati
membesar dan terasa nyeri bila ditekan,kadang-kadang disertai
pembengkakan limpa(Dalimartha S, 2006).
B. Tinjauan Umum Tentang Perawat
1. Pengertian
a) Menurut UU RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang di miliki di peroleh
melalui pendidikan keperawatan.
b) Taylor C., Lilis C., Le Mone, mendefinisikan perawat adalah
seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara membantu
dengan melindungi seseorang karna sakit, luka, dan kasus penuaan.
c) ICN (International Council of Nursing,1965), perawat adalah
seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang
memenuhi syarat, serta berwenang di negeri bersangkutan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab untuk
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan
penderita sakit.
d) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001
tentang registrasi dan praktik perawat, pada pasal 1 ayat (1) yang
berbunyi :
“perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
2. Peran Perawat
a) Peran perawat Menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan Tahun 1989
1) Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan ,
dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2) Advokat pasien/klien, dengan menginterpretasikan berbagai
informasi dari emberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang di
berikan kepada pasien-mempertahankan dan melindungi hak-hak
pasien.
3) Pendidik/educator, dengan cara membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang di berikan sehingga terjadi perubahan
prilaku dari klien setelah di lakukan pendidikan kesehatan.
4) Koordinator, dengan cara mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah, serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
5) Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi, dan
lain-lain, yang berupaya mengidentifikasi pelayanan perawat yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
6) Konsultan, perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah
atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
7) Penelitian, perawat mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
b) Peran Perawat Menurut Hasil Lokakarya Nasional Keperawatan Tahun
1983
1) Pelaksana pelayanan Keperawatan, perawat memberikan asuhan
keperawatan baik langsung maupun tidak langsung dengan metode
proses keperawatan.
2) Pendidikan dalam keperawatan, perawat mendidik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, serta tenaga kesehatan yang
berada dibawah tanggung jawabnya.
3) Pengelola pelayanan keperawatan, perawat mengelola pelayanan
maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen
keperawatan dalam kerangka paradigm keperawatan.
4) Penelitian dan pengembangan pelayanan keperawatan, perawat
melakukan identifikasi masalah penelitian, serta memanfaatkan
hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan
dan pendidikan keparawatan.
3. Fungsi Perawat
a) Fungsi Independen
1) Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah
dokter.
2) Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu
keperawatan.
3) Perawat bertanggung jawab terhadap klien, akibat yang timbul dari
tindakan yang diambil. Contoh melakukan pengkajian
b) Fungsi Dependen
1) Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan
tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya
dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan
melakukan suntikan.
2) Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung
jawab dokter.
c) Fungsi Interdependen
1) Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim
perawatan atau tim kesehatan.
2) Contohnya untuk menangani ibu yang menderita diabetes, perawat
bersama tenaga gizi berkolaborasi membuat rencana untuk
menentukan kebutuhan makanan yang di perlukan bagi ibu dan
perkembangan janin.
4. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan peran nya sebagai pemberi
asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam
proses keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun
1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah:
1) Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere
intereset)
2) Jika perawat terpaksa menunda pelayanan maka perawat bersedia
memberikan penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanation
about the delay)
3) Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukan
dengan perilaku perawat. Misalnya, mengucap salam, tersenyum,
membungkuk, bersalaman dan sebagaianya.
4) Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects
the patiens desires) bukan ada kepentingan atau keinginan perawat.
5) Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan magsud
menghina (derogatory)
6) Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam
sudut pandang klien (see the patient poin of view)
Selanjutnya, dilihat dari jenis tanggung jawab (responsibility)
perawat dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat di klasifikasi
sebagai berikut :
1) Tanggung jawab utama terhadap tuhannya (responsibility to god).
2) Tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat (responsibility to
client and society)
3) Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (responsibility to
colleague and supervisior)
5. Resiko Penularan Penyakit Infeksi Terhadap Perawat
Perawat yang bekerja di fasilitas kesehatan sangat beresiko
terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya, karena
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan
kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat
menjadi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan berkembang
biak yang kemudian menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang
lainnya. Menurut penelitian apabila tenaga medis terkena infeksi akibat
kecelakaan maka resikonya 1% mengidap hepatitis fulminan, 4%
hepatitis kronis (aktif), 5% menjadi pembawa virus (Syamsuhidajat &
Wim de Jong, 1997).
Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi
yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi
resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah
dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal
dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).
Perawat sangat rentan terhadap penularan infeksi, karena
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan
kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh. Upaya yang
dilakukan untuk mengurangi resiko tertular infeksi, dengan
menggunakan tindakan kewaspadaan universal. Oleh karena
pentingnya tindakan ini dilakukan maka perawat dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang memadai. Menurut Notoatmodjo (2003),
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, yang dapat menimbulkan perubahan
persepsi dan terbentuknya kepercayaan, sehingga membentuk sikap yang
konsisten. Dengan pengetahuan, sikap dan pelaksanaan tindakan
kewaspadaan universal yang baik mengurangi resiko tertular infeksi.
6. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera.Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industry. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang
mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 Bagian 6 Tentang
Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:
1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi pelindungan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan Kesehatan Kerja
( Bobby,R.K, 2013).
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi
dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja/petugas kesehatan memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, baik fisik, mental, maupun social, dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Hidayat, 2014).
B. Tinjauan Umum Tentang HBsAg
1. Pengertian
Hepatitis B Virus Surface Antigen (HBsAg) merupakan protein
selubung terluar VHB, dan merupakan petanda bahwa individu tersebut
pernah terinfeksi VHB . HBsAg positif dapat ditemukan pada pengidap
sehat (Healthy carrier), hepatits B akut, hepatitis b kronik, sirosis hati
maupun kanker hati primer (Amtarina,dkk, 2006).
Antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) akan terjadi setelah infeksi
alamiah atau dapat ditimbulkan oleh imunisasi. Antibodi ini timbul
setelah infeksi membaik dan berguna untuk memberikan kekebalan
jangka panjang. Hepatitis akut memiliki window periode, yaitu saat
HBsAg sudah tidak terdeteksi namun anti-HBs belum terbentuk.
Antibodi anti-HBs mulai dihasilkan pada minggu ke-32, sedangkan
HBsAg sudah tidak ditemukan sejak minggu ke-24 (Price & Wilson,
2005).
Penanda imunologi Hepatitis B adalah dengan mendeteksi antigen
dan antibodi spesifik virus hepatitis B. Antigen pertama yang muncul
adalah antigen surface (HBsAg). Antigen ini muncul dua minggu
sebelum timbul gejala klinik, menandakan bahwa penderita dapat
menularkan VHB ke orang lain, dan biasanya menghilang pada masa
konvalesen dini. Apabila virus aktif bereplikasi di hepatosit, maka
penanda yang selanjutnya muncul adalah antigen envelope (HBeAg).
Terdeteksinya antigen ini menandakan bahwa orang tersebut dalam
keadaan sangat infeksius dan selalu ditemukan pada semua infeksi akut.
Titer HbeAg berkorelasi dengan kadar DNA VHB (Price & Wilson,
2005).
HBsAg dapat dijumpai selama perjalanan infeksi VHB. Pada
infeksi akut dapat pula dijumpai pada saat munculnya gejala-gejala
hepatitis, sedangkan pada infeksi VHB kronik dapat dijumpai pada fase
immune tolerance dan immune clearance, yang merupakan fase replikatif
VHB. Pada fase integrasi yang merupakan fase nonreplikatif VHB, dalam
sirkulasi hanya didapatkan partikel HBsAg berbentuk bulat.
2. Metode Pemeriksaan HBsAg
Deteksi virus hepatitis B dapat dilakukan dengan beberapa metode
pemeriksaan, yaitu serologi dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji
serologi antara lain menggunakan metode Enzyme Immunoassay (EIA),
Enzyme Linked Immunoassay (ELISA), Enzyme Linked Flouroscent
Assay (ELFA), Immunochromatography Test (ICT) atau rapid test,
Radio Immunoassay (RIA), dan Chemiluminescent microparticle
Immunoassay (CMIA). Sedangkan untuk mendeteksi DNA virus dapat
digunakan PCR (Lin et al., 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elise, RIA
merupakan metode deteksi HBsAg yang paling sensitif dan paling
spesifik pada tahun 1977. Seiring perkembangan teknologi, dilakukan
penelitian dalam mendeteksi HBsAg menggunkan ELISA yang
dibandingkan hasilnya dengan RIA. Didapatkan bahwa ELISA memiliki
peralatan yang lebih murah, tidak menggunakan radioisotop, dan
reagennya stabil dengan sensitifitas yang cukup baik jika dibandingkan
dengan RIA.
Rapid test merupakan metode ICT untuk mendeteksi HBsAg
secara kualitatif yang ditampilkan secara manual dan memerlukan
pembacaan dengan mata. Tes ini sudah secara luas digunakan dalam
mendiagnosis dan skrining penyakit infeksi di negara berkembang.
Tujuan adanya pemeriksaan HBsAg menggunakan rapid test ini adalah
untuk mendeteksi kadar rendah antigen target yang ada pada darah
dengan pasien asimptomatik. Terdapat beberapa jenis rapid test yang
telah diakui keakuratannya, seperti Determine HBsAg yang memiliki
sensitifitas 98,92% dan spesifisitas 100%, serta DRW-HBsAg yang
memiliki sensitifitas 99,46% dan spesifisitas 99,2% (Lin et al., 2008)
Imunokromatografi test atau rapid test dapat disebut juga dengan
uji strip. Metode ini tidak memerlukan peralatan untuk membaca
hasilnya, tetapi cukup dilihat dengan kasat mata, sehingga jauh lebih
praktis. Prinsip dari metode ini adalah jika terdapat HBsAg pada serum
sampel, maka antigen tersebut akan membentuk kompleks dengan koloid
emas anti-HBs terkonjugasi pada strip. Cairan tersebut akan berpindah
melewati membran nitroselulose dan berikatan dengan antibodi anti-HBs
kedua yang immobilisasi pada membran, sehingga membentuk garis
merah yang dapat dilihat. Apabila hasil test reaktif maka alat akan
menunjukkan dua garis berwarna, yaitu pada area tes (P=positif) dan area
kontrol (C=kontrol). Apabila hanya satu warna yang tergambar pada area
kontrol, maka interpretasinya yaitu nonreaktif. Sedangkan jika tidak ada
warna yang terbentuk, maka pemeriksaan tersebut tidak valid.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Teori Kerangka Konsep
Hepatitis B merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel
hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. penularan hepatitis B dapat
terjadi melalui beberapa cara, yaitu kontak dengan darah atau komponen
darah dan cairan tubuh yang terkontaminasi melalui kulit yang terbuka
seperti gigitan, sayatan, atau luka memar.
Pemeriksaan Hepatitis B dapat di lakukan dengan berbagai cara salah
satunya adalah pemeriksaan HBsAg strip denagn metode
immunocrhomatography pada prinsipnya metode ini adalah pemeriksaan
kromatografi yang dilakukan berdasarkan prinsip double antibody-sandwich.
Membran dilapisi oleh anti-HBs pada bagian test line. Selama tes dilakukan,
HBsAg pada spesimen serum atau plasma bereaksi dengan partikel anti-HBs.
Metode ini tidak memerlukan peralatan untuk membaca hasilnya,
tetapi cukup dilihat dengan kasat mata, sehingga jauh lebih praktis.
B. Kerangka Pikir
Perawat
Pasien Hepatitis B
Riwayat kesehatan sebelumnnya Riwayat kesehatan pasangan
Kebiasaan makan Riwayat kesehatan keluarga
Virus Hepatitis B
Keterangan :
: variabel terikat
: variabel bebas
: variabel yang tidak diteliti
Gambar 5. Kerangka konsep
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas adalah perawat
2. Variabel terikat adalah virus Hepatitis B
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
a. Definisi Operasional
1. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki
diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
2. Virus Hepatitis B adalah virus yang termasuk salah satu anggota famili
hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau
kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
b. Kriteria Objektif
Hasil dinyatakan bila hasil positif akan terbentuk dua garis merah
pada area control (C), bila negatif akan muncul satu garis merah muncul
pada area control (C) , dan invalid bila garis control gagal untuk muncul
atau hanya terbentuk garis merah pada test.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang bertujuan
memberikan interpretasi hasil tentang HBsAg pada Perawat yang bertugas di
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian adalah Ruang Infeksi (Laika Waraka, Asoka,
Mawar) Rumah Sakit Umum Bahteramas dengan pertimbangan rumah
sakit tersebut merupakan rumah sakit pusat dan sebagai rujukan di
Provinsi Sulawesi Tenggara
2. Waktu
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 21 sampai 26 Juli 2017
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perawat yang bekerja di
ruang Infeksi (Laika Waraka, Asoka, Mawar) Rumah Sakit Umum
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah 137orang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah perwakilan perawat sebanyak 50
sampel yang di peroleh menggunakan rumus slovin (di kutip dari buku
Wiratna Sujarweni 2014).
Penentuan sampel di lakukan secara Proporsional sampling.
Berdasarkan rumus slovin : = 1 +Keterangan :
n : Besar sampel
N : Jumlah populasi
Ne : Presisi yang ingin di capai 10 % (Ne2 = 0.01)
= 1371 + 137(0.01)= 1372.76= 49.63 dibulatkan menjadi 50
D. Jenis dan Cara Pengambilan Data
1. Data primer meliputi :
a. Identitas Perawat yang di peroleh melalui wawancara langsung
b. Data paparan HBsAg yang di peroleh dengan pemeriksaan darah vena
metode Imunokromatografi test atau rapid test
2. Data sekunder meliputi : Gambaran umum lokasi penelitian yang di
peroleh dari penelusuran dokumen di bagian Administrasi Rumah Sakit.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Daftar Observasi
2) Informed Concernt
3) Label
2. Instrumen Pemeriksaan Laboratorium
Instrumen pemeriksaan Laboratorium yang digunakan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Alat
1) Tabung EDTA
2) Rak Tabung
3) Torniquet
4) Centrifuge
5) Mikropipet 500 µl
6) Timer
b. Bahan
1) Masker
2) Spoit 3 cc dispossible
3) Kapas alkohol 70%
4) Kapas Kering
5) Serum
6) Strip HBsAg
F. Proses Pemeriksaan Sampel
1. Pra Analitik
a. Persiapan alat dan Bahan
b. Persiapan Pasien (tidak ada persiapan khusus)
a) Prosedur pengambilan darah
1. Di siapkan alat dan bahan
2. Tentukan bagian vena yang akan ditusuk
3. Desinfeksi dengan kapas alkohol 70% pada vena puncture dan
biarkan kering
4. Dipasang tourniquet pada lengan atas (bagian proximal lengan 6-7 cm
dari lipatan siku)
5. Dengan lubang jarum menghadap keatas, masukkan jarum pada
venapuncture dengan sudut 30º. Hingga masuknya darah kedalam
semprit
6. Ditarik holder perlahan-lahan sampai volume darah yang diinginkan.
7. Dilepaskan tourniquet sebelum menarik jarum
8. Ditarik jarum perlahan-lahan dan tutup bekas tusukan dengan kapas
kering dan bersih
9. Dimasukkan darah kedalam tabung EDTA
b) Prosedur centrifuge
1. Masukan tabung EDTA kedalam sentrifuge.
2. Disentrifuge darah selama 5-15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
3. Pindahkan serum yang telah di sentrifuge kedalam tabung reaksi
menggunakan mikropipet.
2. Analitik
Metode :immunochromatography
Prosedur kerja :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Ambil bungkusan strip pada suhu ruangan sebelum bungkusan tersebut
dibuka.
c. Masukkan strip kedalam serum yang telah di centrifuge , biarkan 10-
15 detik dalam serum. Batas serum jangan sampai pada MAX LINE
d. Keluarkan strip dan jalankan stopwatch, biarkan sampai 15 menit
kemudian baca hasilnya, sampai muncul garis pada area test.
3. Pasca Analitik
a. Interprestasi hasil:
Positif : terbentuk dua garis merah pada area control(C) dan test(T)
Negatif : satu garis merah muncul pada area control (C)
Invalid : garis control gagal untuk muncul atau hanya terbentuk
garis merah pada area test (T).
G. Analisa Data
Analisa data di lakukan secara univariate dan di dapatkan hasil HBsAg
pada Perawat yang bekerja di ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara yang kemudian di analisa dan di kategorikan
sesuai dengan interpretasi hasil yang di tetapkan
H. Penyajian Data
Di sajikan dalam bentuk tabel dan di narasikan untuk memberikan gambaran
tentang hasil penelitian
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tanggal 21
November 2012 pindah lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No. 151 kelurahan
Kemaraya Kecamatan Mandonga ke jalan Kapt. Pierre Tendean No. 40
Baruga, dan bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas
Prov.Sultra. Di lokasi yang baru ini mudah dijangkau dengan kendaraan
umum, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama
b. Sebelah Timur : Kantor Polsek Baruga
c. Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk
d. Sebelah Barat : Balai Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara
b. Luas Lahan dan Bangunan
RSU Bahteramas berdiri di atas tanah seluas 69,000 m2. Luas
seluruh bangunan adalah 22.577,38 m2. Halaman parkir seluas kurang
lebih 1.500 m2. Semua bangunan mempunyai tingkat aktivitas yang sangat
tinggi. Disamping itu kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien,
kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan administrasi,
pengelolaan makanan, pemeliharaan atau perbaikan instalasi listrik dan air,
kebersihan dan lain-lain.
c. Status Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara yang dibangun
secara bertahap pada tahun anggaran 1969/1970 dengan sebutan
“Perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah milik pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi type C berdasarkan SK Menkes No.
51/Menkes/II/1979 tanggal 22 Februari 1979. Susunan Struktur Organisasi
adalah berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara No. 77
tahun 1983 tanggal 28 Maret 1983.
Pada tanggal 21 Desember 1998, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara
meningkat menjadi type B (Pendidikan) sesuai dengan SK Menkes No.
1482/Menkes/SK/XII/1998, dan ditetapkan dengan Perda No.3 Tahun1999
tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan Rumah Sakit secara teknis berada
dibawah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan secara teknis
operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.
Sejak tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara telah
terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi Manajemen, Pelayanan
Medik, Pelayan Gawat Darurat, Pelayan Keperawatan dan Rekam Medis
sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139. Akreditasi 12
Pelayanan, yaitu Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik,
Pelayanan Gawa Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Rekam
Medis, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Farmasi, Pelayanan Laboratorium,
Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan Pencegahan
Infeksi, Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan SK
Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139. tanggal 31 Desember 2010.
Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009 dan
untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov Sultra telah
menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 653 Tahun 2010 tanggal
15 Oktober 2010.
Diakhir tahun 2012, tepatnya tanggal 21 November 2012 RSU Prov
Sultra pindah lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (RSU Bahteramas Prov. Sultra),
yang diresmikan penggunaannya oleh Menteri Koordinator Bidang
Ekonomi dan Keuangan RI, Ir. H. Hatta Rajasa dan Gubernur Sulawesi
Tenggara, H.Nur Alam SE.
d. Sarana dan Prasarana Laboratorium Rumah Sakit UmumBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Laboratorium Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara memiliki dua Laboratorium yaitu Laboratorium Sentral dan
Laboratorium Instalasi Gawat Darurat dimana terdiri atas beberapa
ruangan yaitu :
1) Ruang Administrasi;
2) Ruang Tunggu Pasien;
3) Ruang Sampling;
4) Ruang Pengolahan Sampel terbagi atas:
a. Ruang Kimia;
b. Ruang Hematologi, Serologi, dan Urinalisis;
c. Ruang Bakteri dan Parasit.
5) Toilet, terbagi atas:
1. Toilet pasien;
2. Toilet Petugas Laboratorium
6) Ruang Beristirahat;
7) Ruang Ganti;
8) Ruang Penyimpanan Alat Gelas dan Reagen
Dalam menunjang pelayanan kesehatan, Laboratorium Rumah
Sakit Umum Bahteramas provinsi Sulawesi Tenggara dilengkapi
dengan pemeriksaan Laboratorium yang terdiri dari pemeriksaan
Hematologi ( Darah Rutin menggunakan alat Hematologi Analyzer
yang pemeriksaannya meliputi Hemoglobin (Hb), Leukosit, Eritrosit,
Hematokrit, MCV, MCH, MCHC, Trombosit, Laju Endap Darah (LED)
(meliputi CT,BT, Hitung Jenis) pemeriksaan Kimia Darah ( Glukosa:
GDS,GDP, GD 2 Jam PP, SGOT, SGPT, Protein Total, Albumin,
Globulin, Bilirubin Total, Bilirubin Direct, Ureum, Creatinin, Asam
Urat, Chol Total, Chol HDL, Chol LDL, Trigliserida. Pemeriksaan
Urinalisa (kimia Urin (Carik Celup/Strip), Sedimen Urine).
Pemeriksaan Bakteriologi (Basil Tahan Asam). Pemeriksaan
Parasitologi (DDR Malaria, Feaces, Jamur). Pemeriksaan
Immuno/Serologi (Plano Test (tes kehamilan), Widal Test, Test
Narkoba, Golongan Darah, HBsAg, Anti Hbs,HIV).
2. Karakteristik Sampel
Telah dilakukan penelitian Identifikasi Hasil Hepatitis B Surfice Anti Gen
(HBsAg) Pada Perawat Yang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 21 Juli – 26 Juli 2017
terdiri dari 3 ruangan sampling (Asoka, Laika Waraka, dan Mawar) serta 2
ruang pengolahan sampel Laboratorium Sentral dan Laboratorium Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
1) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur pada Perawat Yang Bekerjadi Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi SulawesiTenggara
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur pada Perawat Yang
Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini :
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur pada Perawat YangBekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum BahteramasProvinsi Sulawesi Tenggara
Umur (Tahun) n Persentase (%)
20-25 34 68
26-30 6 12
31-35 5 10
36-40 5 10
Jumlah 50 100
(Sumber : Data primer,2017)
Data tabel 5.1 distribusi berdasarkan umur terdapat sampel
sebanyak 50 orang perawat. Dapat di lihat bahwa interval umur yang
melakukan pemeriksaan HBsAg paling banyak pada umur 20-25 tahun
sebanyak 34 orang (68 %). Paling sedikit yaiutu pada Umur 31-35 tahun
sebanyak 5 orang (10 %) dan Umur 36-40 tahun sebanyak 5 orang (10%).
2) Distribusi frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Perawat YangBekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas ProvinsiSulawesi Tenggara
` Distribusi frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Perawat
Yang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini :
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin padaPerawat Yang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah SakitUmum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Jenis Kelamin n Persentase (%)
Laki-laki 21 42
Perempuan 29 58
Jumlah 50 100
(Sumber: Data Primer, 2017)
Data tabel 5.2 menunjukan Distribusi frekuensi Berdasarkan Jenis
Kelamin. Jumlah Jenis kelamin laki-laki sebanyak 21 orang (42%) dan jenis
kelamin perempuan sebanyak 29 orang (58%). Berdasarkan data di atas
jumlah perawat laki-laki lebih banyak di bandingkan yang berjenis kelamin
perempuan.
3. Variabel Penelitian
1) Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen pada Perawat Yang Bekerjadi Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi SulawesiTenggara menggunakan metode Immunochromatography
Hasil pemeriksaan hepatitis B surface antigen pada Perawat Yang
Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara menggunakan metode Immunochromatography dapat
dilihat Hasil pada tabel 5.3 di bawah ini :
Tabel 5.3 Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen pada PerawatYang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit UmumBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara menggunakanmetode Immunochromatography (Strip Rapid DiagnosticTest Answer)
Hasil PemeriksaanHBsAg
Terbentuknya Garis PersentaseArea Kontrol Area Test (%)
Ada garis 50 0 100Tidak ada garis 0 0 0
(sumber : Data primer, 2017)
Data tabel 5.3 distribusi sampel berdasarkan interpretasi hasil
menunjukan Jika hasil positif maka terbentuk garis merah pada area
Control (C) dan pada area Test. Jika negatif maka terbentuk garis merah
pada area Control (C) saja. Pada data di atas menunjukan bahwa 50 sampel
yang telah dilakukan pemeriksaan hanya terbentuk garis merah pada area
control (C) saja yang artinya negatif.
2) Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada PerawatYang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum BahteramasProvinsi Sulawesi Tenggara menggunakan metodeImmunochromatography
Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen dapat dilihat pada tabel
5.4 di bawah ini:
Tabel 5.4 Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) padaPerawat Yang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah SakitUmum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Pemeriksaan HBsAg N Persentase (%)Positif 0 0Negatif 50 100
(Sumber : Data primer, 2017)
Data tabel 5.4 diatas menunjukan distribusi sampel berdasarkan
hasil pemeriksaan HBsAg hasil negatif 50 orang. Berdasarkan data tabel
diatas maka akan dilanjutkan pada distribusi sampel berdasarkan hasil
pemeriksaan tabulasi frekuensi HBsAg pada perawat
3) Tabulasi frekuensi hasil pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen(HBsAg) pada Perawat Yang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah SakitUmum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Tabulasi frekuensi hasil pemeriksaan HBsAg dapat dilihat pada
tabel 5.5 di bawah ini:
Tabel 5.5 Tabulasi frekuensi hasil pemeriksaan Hepatitis B SurfaceAntigen (HBsAg) pada Perawat Yang Bekerja di RuangInfeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi SulawesiTenggara
Perawat n Persentase (%)
Positif - -
Negatif 50 100
Jumlah 50 100
(Sumber : Data primer, 2017)
Berdasarkan data tabel 5.5 menunjukan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, diperoleh hasil pemeriksaan bertanda negatif (-) sebanyak 50
orang (100%), dan hasil pemeriksaan bertanda positif (+) tidak di temukan (0
%).
4. Pembahasan
Pemeriksaan HBsAg pada penelitian ini dilakukan pada 50 sampel yang
di ambil dari Perawat Yang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini di awali dengan
pengisian informed concent kepada perawat yang akan diambil sampelnya.
Telah dilakukan penelitian dengan judul Identifikasi Hasil Hepatitis B
Surfice Antigen (HBsAg) Pada Perawat Yang Bekerja di Ruang Infeksi
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan dari
penelitian ini adalah Untuk mengetahui hasil pemeriksaan HBsAg pada
Perawat Yang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode
Immunochromatografi dengan melihat adanya garis merah pada Area Control
(C) dan Area Test (T).Pemeriksaan HBsAg menggunakan strip HBsAg dengan
metode Immunochromatografi, metode ini digunakan karena paling mudah dan
cepat dibandingkan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
atau menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 50 sampel
pada Perawat Yang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara di peroleh hasil pemeriksaan hepatitis b (HBsAg)
negatif. Kemungkinan hasil negatif tersebut dikarenakan perawat telah
menyadari akan resiko atau konsekuensi terhadap penularan penyakit di rumah
sakit terutama di sebabkan oleh virus atau hal lainnya baik dari pasien ke
petugas atau petugas ke pasien sehingga perawat atau petugas kesehatan
lainnya melakukan peningkatan kewaspadaan dan perlindungan diri dengan
penggunaan alat pelindung diri (APD) baik dari Handscoon dan masker sekali
pakai dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien kemudian
melindungi diri dengan imunisasi vaksin hepatitis b untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi nosokomial.
Imunisasi atau pemberian vaksin hepatitis b dilakukan untuk melindungi
diri dari penyakit hepatitis b. imunisasi ada dua macam yaitu imunisasi aktif
dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun yang
sudsh di lemahkan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi
antibodi sendiri contohnya imunisasi hepatitis b, sedangkan imunisasi pasif
adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh
meningkat (Depkes RI,2004).
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Syamsul hidajat & Wim de Jong,
(1997) yang menyatakan bahwa Perawat yang bekerja di fasilitas kesehatan
sangat beresiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan
jiwanya, karena perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien akan kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan
dapat menjadi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan berkembang
biak yang kemudian menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang
lainnya.
Dari Hasil dipenelitian menunjukan bahwa bawasannya Dalam
pembangunan sektor tenaga kerja, khususnya pada upaya perlindungan bagi
tenaga kerja di Rumah Sakit baik tenaga medis maupun nonmedis , aspek
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus sangat di tingkatkan. Salah satu
tujuan utama keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah mencegah resiko
terjadinya kecelakaan kerja. Resiko tersebut merupakan faktor yang perlu
mendapat perhatian pada setiap kegiatan pelaksaan pembersihan Rumah Sakit.
Penyakit hepatitis B adalah salah satu penyakit menular, dan yang rentan
terkena adalah seluruh petugas Rumah Sakit baik medis maupun nonmedis
yang bekerja di Rumah Sakit. Penyakit hepatitis B itu sendiri disebabkan oleh
Virus Hepatitis B.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sabrianto (2015)
dengan judul “ Gambaran Infeksi Hepatitis pada Cleaning Service yang ada di
Rumah Sakit Umum Bahteramas” ditemukan sampel yang positif dari petugas
kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit.
Untuk mencegah terjadinya penyakit di tempat kerja dengan melakukan
pemeriksaan secara menyeluruh priodik dan berkala secara menyeluruh
sebelum melakukan pekerjaan,serta meningkan kesehatan pekerja dan
keluarganya dengan melakukan pemeriksaan rutin, pemberian vaksinasi,
memakai alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja, tempat pembuangan
jarum bekas yang aman , serta cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
(Aditama, 2010)
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 21 Juli sampai
26 Juli 2017 di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
tentang Identifikasi Hasil Hepatitis B Surfice Antigen (HBsAg) pada perawat
yang bekerja di ruang infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara dapat disimpulkan:
1. Pemeriksaaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) dengan metode
immunochromatografi, semua sampel terdapat garis merah pada area
Kontrol (100%).
2. Dari 50 sampel serum yang di peroleh dari perawat yang bekerja di
ruangan infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara tidak di temukannya sampel positif ( semua sampel negatif )
B. SARAN
1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pemeriksaan terhadap
tenaga medis maupun non medis yang bekerja di lingkungan Rumah Sakit
yang telah melakukan vaksin dan yang blm melakukan vaksin.
2. Untuk masyarakat agar mengetahui bahaya tentang penyakit hepatitis b
dan senantiasa menjaga kesehatan dan keselamatan saat bekerja
3. Untuk Rumah Sakit agar senantiasa mempertahankan kewespadaan dalam
setiap memberikan tindakan pelayanan kesehatan serta selalu sesuai
dengan Standar Operasional yang berlaku .
4. Untuk perawat tidak terinfeksi Hepatitis B agar tetap mempertahankan
kewaspada dan penggunakan APD dalam setiap pemberian asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P (2002). MolecularBiology of the Cell. Vol 4. NCBI,
Amtarina.(2006). Faktor Resiko Hepatitis B Pada Tenaga Kesehatan KotaPekanbaru. Bagian Biologi Kedokteran Universitas Riau.
Budiono. dan Sumirah, Budi, Pertami., (2015). Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta . Bumi Medika. Hal 62-65
DEPKES. dan Kesejahteraan, Sosial, RI., ( 2001). Pedoman Tata LaksanaKlinis Infeksi HIV Disarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta.
DEPKES RI. (2003). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal diPelayanan Kesehatan. Jakarta.
Dwi, Susi, Haryati., dan Dwi, Sulistyowati. (2015). Hubungan antara faktorgender dan usia terhadap efektivitas vaksinasi hepatitis b pada mahasiswajurusan keperawatan di poltekkes Surakarta. Jurnal Terpadu IlmuKesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 78–81
Etika, Emiliawati (2016) Tindakan Kewaspadaan Universal sebagai upaya untukmengurangi resiko penyebaran infeksi. KTI Bandung
Fairley C.K. and Read T.R. (2012). Vaccination against sexually transmittedinfections. Current Opinion in Infectious. Volume 5. No 1: 66–72
Lesmana A. Riemawati (1998) Deteksi HBsAg dan HBeAg Dalam SalivaPengidap Virus Hepatitis B., Jumal Kedokteran Gigi UniversitasIndonesia. Vo1.5.No.1.,
Japaries, W. (1996) Hepatitis. Arca: Jakarta, hal.28-31, 43-44, 53-57.
Kemenkes RI. (2014) . Pusat Data dan Informasi.Jakarta Selatan.Hal.1.
Kresno,B.S.(2010) Imunologi Diangnosis dan Prosedur Laboratorium. FakultasKedokteran Universitas Indonesia : Jakarta : 450-454
Kresno, S. B. ( 1984). Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboraturium.Jakarta: EGC, 338-341.
Nursalam dan Ninuk. ( 2007). Asuhan Keperawatn Pada Pasien Terinfeksi.Jakarta.Salemba Medika.
Perry & Potter. ( 2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses dan Praktek. Edisi ke 4. Jakarta. EGC.
Proyek., IMPACT. (2007) Integrated Management of Prevention and Care &Treatment.UPK – UNPAD. . Bandung.
Richard.(1997). Manual Untuk Tenaga Kesehatan. Alih Bahasa; ShintaPrawitasari. Jakarta. EGC.
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (2015). kendari(Sulawesi Tenggara) RSU.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari (2016). Kendari (Sulawesi Tenggara).
Sabrianto.(2015) Gambaran Infeksi Virus Hepatitis B pada Petuga CleaningService Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggarakendari. KTI.
Sulaiman, Ali. (2007). Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: Jayabadi.
Syamsul H. dan Jong de Wim. (1997) Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC.
Thamrin, A. R (2016) Gambaran Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) padaPetugas Kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Kota Kendari”kendari, Sulawesi Tenggara.KTI.
West, D., Calandra, G (1996). Vaccine Induced Immunological Memory ForHepatitis B Surface Antigen., Impli- cation For Policy on BoosterVaccination. Volume 10 19–26.
Wijayanti ,Budi Ika.(2016). Efektivitas HBsAg – Rapid Screening Test UntukDeteksi Dini Hepatitis B. Surakarta.
Wiratna, Sujarweni. (2014) Buku Ilmu Statistik. Jakarta .grasindo. hal 16
Lampiran 1
KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth.Responden
Di-
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : Arya Winata
Nim : P00341014005
Sebagai Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan
Analis Kesehatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul
“Identifikasi Hasil Hepatitis B Surfice Antigen (HBsAg) Pada Perawat Yang
Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara” sehubungan dengan hal itu, saya mohon anda meluangkan waktu
untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Anda berhak untuk menyetujui
atau menolak menjadi responden. Namun, apabila anda setuju, anda dipersilahkan
untuk menandatangani surat persetujuan responden ini. Atas partisipasi dan
kebijakan responden, saya ucapakan terima kasih.
Kendari,.........Juli 2017
Hormat Saya,
Arya Winata
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN( INFORMED CONCENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, tidak keberatan untuk menjadi
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari jurusan Analis Kesehatan, dengan judul “Identifikasi Hasil
Hepatitis B Surfice Antigen (HBsAg) Pada Perawat Yang Bekerja di Ruang
Infeksi Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara” Saya
memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyataan ini dengan suka
rela tanpa paksaan dari pihak manapun. Semoga dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Kendari, Juli 2017
Responden
NIP.
Lampiran 3
Kategori Umur Menurut Depkes
Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009)
1. Masa balita : 0- 5 tahun
2. Masa kanak - kanak : 5- 11 tahun
3. Masa remaja awal : 12- 16 tahun
4. Masa remaja akhir : 17- 25 tahun
5. Masa dewasa awal : 26- 35 tahun
6. Masa dewasa akhir : 36- 45 tahun
7. Masa lansia awal : 46- 55 tahun
8. Masa lansia akhir : 56- 65 tahun
9. Masa manula : 65- sampai atas
LEMBARAN HASIL PENELITIAN
Judul Penelitian : Identifikasi Hasil Hepatitis B Surfice Antigen (HBsAg) PadaPerawat Yang Bekerja di Ruang Infeksi Rumah Sakit UmumBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Nama Peneliti : Arya Winata
Nim : P00341014005
No Kode Sampel UmurJenis Kelamin
(L/P)Hasil
pemeriksaan KeteranganL P Positif Negetif
1. 01 24 2. 02 24 3. 03 22 4. 04 34 5. 05 24 6. 06 24 7. 07 24 8. 08 25 9. 09 25 10. 10 23 11. 11 21 12. 12 33 13. 13 40 14. 14 27 15. 15 37 16. 16 20 17. 17 23 18. 18 22 19. 19 21 20. 20 25 21. 21 32 22. 22 25 23. 23 23 24. 24 24 25. 25 24 26. 26 23 27. 27 24 28. 28 26 29. 29 24
MASTER TABEL
IDENTIFIKASI Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) PADA PERAWAT YANG BEKERJA DI RUANGINFEKSI
RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA
NOKode
SampelUmur
Jenis Kelamin Area Control(Garismerah)
Area Test(GarisMerah)
Hasil PemeriksaanKeterangan
L/P Positif Negatif1 01 24 p √ - √ Negatif2 02 24 L √ - √ Negatif3 03 22 L √ - √ Negatif4 04 34 P √ - √ Negatif5 05 24 L √ - √ Negatif6 06 24 L √ - √ Negatif7 07 24 P √ - √ Negatif8 08 25 P √ - √ Negatif9 09 25 P √ - √ Negatif
10 10 23 P √ - √ Negatif11 11 21 P √ - √ Negatif12 12 33 P √ - √ Negatif13 13 40 P √ - √ Negatif14 14 27 P √ - √ Negatif15 15 37 P √ - √ Negatif16 16 20 P √ - √ Negatif17 17 23 P √ - √ Negatif18 18 22 L √ - √ Negatif
19 19 21 P √ - √ Negatif20 20 25 L √ - √ Negatif21 21 32 L √ - √ Negatif22 22 25 L √ - √ Negatif23 23 23 P √ - √ Negatif24 24 24 L √ - √ Negatif25 25 25 P √ - √ Negatif26 26 23 P √ - √ Negatif27 27 24 P √ - √ Negatif28 28 26 P √ - √ Negatif29 29 24 L √ - √ Negatif30 30 24 P √ - √ Negatif31 31 23 P √ - √ Negatif32 32 20 L √ - √ Negatif33 33 40 L √ - √ Negatif34 34 33 P √ - √ Negatif35 35 36 P √ - √ Negatif36 36 35 P √ - √ Negatif37 37 23 L √ - √ Negatif
Lampiran 10
Proses Penelitian Identifikasi Hasil Hepattis B Surfice Antigen (HBsAg) PadaPerawat Yang Bekerja Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi SulawesiTenggara.
a. Alat dan Bahan1. Spoit Dispossible, Kapas Alkohol, Tali Pembendung,tabung
penampung darah.
2. Mikro pipet
3. Strip HBsAg
4. Centrifuge
b. Pengambilan Darah Vena
c. Sampel serum yang sudah dicentrifuge
d. Proses pemeriksaan menggunakan strip HBsAg
e. Hasil pemeriksaan yang menunjukan hasil negative