KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/687/1/KTI...
Transcript of KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/687/1/KTI...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. G DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN GASTRITIS DI RUANGAN SERUNI
PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
HASNAWATI
NIM : 14401 2017 000 313
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. G DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN GASTRITIS DI RUANGAN SERUNI
PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III
Keperawatan
Oleh:
HASNAWATI
NIM : 14401 2017 000 313
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. G DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN GASTRITIS DI RUANGAN SERUNI
PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
Disusun dan diajukan Oleh:
HASNAWATI
NIM. 14401 2017 000 313
Telah dipertahankan pada Seminar Karya Tulis Ilmia di depan TIM Penguji
Pada Hari/Tanggal : 08 / Agustus / 2018
Dan Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat
Tim Penguji:
1. H. Taamu. A.Kep, S.Pd, M.Kes ( )
2. Rusna Tahir. S.Kep.,Ns., M.Kep ( )
3. Lena Atoy. S.ST., MPH ( )
4. Hj. Nurjannah. B.Sc., S.Pd., M.Kes ( )
Mengetahui :
Ketua Jurusan Keperawatan
Indriono Hadi S.Kep. Ns. M.Kep NIP.19700330 199503 1 001
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Hasnawati
Nim : 14401 2017 000 313
Instiusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN GASTRITIS DI RUANGAN
SERUNI PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 08 Agustus 2018
Yang Membuat Pernyataan,
HASNAWATI
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Hasnawati
2. Tempat/Tanggal Lahir : Morosi, 10 Agustus 1968
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Tolaki/Indonesia
6. Alamat : BTN Azatata
7. No. HP : 0821 9738 3919
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Tamat Tahun 1983
2. SMP Negeri Tamat Tahun 1986
3. Sekolah Perawat Kesehatan Depkes Kendari Tamat Tahun 1989
4. Poltekes Kemenkes Kendari Tahun 2017-2018
v
MOTTO
Pendidikan tidak mengenal usia tua muda namun pendidikan melihat dari
keseriusan setiap orang untuk mendapatkan ilmu dan mengaplikasikanya.
Pendidikan tak hanya modal rupiah namun juga modal kerajianan dan kejujuran.
Karena Sebaik-baiknya ilmu yang kita dapatkan, tidak ada artinya bila tidak di
bagi.
vi
ABSTRAK
HASNAWATI ( NIM: 14401 2017 000 31 3) Asuhan Keperawatan Pada Tn. G
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis di ruangan seruni Puskesmas Lepo-
Lepo Kota Kendari. Dibimbingoleh Ibu Hj. Nurjannah. (xii+6 halaman+8 tabel+6
lampiran) . Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung,
peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam
gangguan saluran sistem pencernaan, pelepasan epitel akan merangsang timbulnya
proses imflamasi pada lambung. Studi kasus ini bertujuan untuk Melakukan Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis di
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari. Studi kasus dilakukan pada tanggal 14 mei s/d
18 mei 2018. Hasil studi kasus didapatkan tiga diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut
berhubungan mukosa lambung teriritasi, ansietas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan dan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi. Hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan yaitu masalah nyeri akut
teratasi, ansietas teratasi dan defisiensi pengetahuan teratasi. Saran dalam studi kasus
ini bagi puskesmas diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerjasama yang baik
antara petugas kesehatan dengan klien dan dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang optimal khususnya klien dengan penyakit gastritis, serta diharapkan mampu
menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan
klien di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo.
Kata Kunci : Gastritis, NyeriAkut, Ansietas, Defisiensi Pengetahuan
vii
KATA PENGANTAR
Allhamdulillahirobbil’allamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat hidayah dan karunia-Nya terutama kesabaran dan kelapangan yang selalu
ditanamkan dalam hati, dalam kepribadian penulis, sehingga dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Gastritis di ruangan Seruni Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari”, tepat
pada waktunya dan semoga segala aktifitas keseharian kita bernilai ibadah disisi-Nya.
Segala upaya untuk menjadikan karya tulis ilmiah ini mendekati sempurna telah
penulis lakukan, namun keterbatasan yang dimiliki penulis maka akan banyak
dijumpai kekurangan baik dalam segi penulisan maupun segi ilmiah. Oleh sebab itu,
dengan kerendahan serta ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Hj. Nurjannah. Selaku
pembimbing atas segala waktu, kesediaan dan kesungguhan dalam memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini terselesaikan.
Melalui kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku direktur Politeknik Kemenkes Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kemenkes Kendari.
3. Bapak H. Taamu. A.Kep, S.Pd, M.Kes, selaku penguji I, Ibu Rusna Tahir.
S.Kep.,Ns., M.Kep, Selaku penguji II, dan Ibu Lena Atoy S.ST., MPH selaku
penguji III yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam ujian hasil
studi kasus sehingga hasil studi ini dapat lebih terarah.
4. Ibu Dr. Hasmira selaku Kepala Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Ibu Nurhayati B, A.MK selaku Kepala Ruangan Keperawatan Puskesmas Lepo-
Lepo Kota Kendari yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
viii
6. Suami penulis dan anak-anakku yang telah memberikan dukungan moral dan
moril kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
7. Seluruh Dosen Politeknik Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan atas
pelayanan sehingga karya tulis ini terselesaikan.
8. Teman-teman angkatan 2017 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
terima kasih atas kebersamaan, kerjasama dan kekompakannya selama
pendidikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan bantuan, kritik, dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan karya tulis ilmiah
ini.
Kendari, 08 Agustus 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ iv
MOTTO................................................................................................................... v
ABSTRAK .............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 4
D. Metodedan Teknik Penelitian ..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Gastritis ......................................................................................... 7
B. Anatomi Fisiologi Sistem ............................................................................ 8
C. Etiologi ........................................................................................................ 11
D. Patofisiologi ................................................................................................ 15
E. Manifestasi Klinis ....................................................................................... 16
F. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................. 17
G. Komplikasi .................................................................................................. 18
H. Penatalaksanaan .......................................................................................... 19
I. Pathway ....................................................................................................... 21
J. Fokus Pengkajian ........................................................................................ 22
K. Fokus Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 27
L. Fokus Intervensi Keperawatan .................................................................... 28
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ................................................................................................... 31
B. Data Fokus .................................................................................................. 35
C. Analisa Data ................................................................................................ 36
D. Rencana Tindakan Keperawatan ................................................................. 41
E. Implementasi dan Evaluasi ......................................................................... 43
x
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ............................................................................. 56
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................ 58
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................... 63
D. Implementasi Keperawatan ......................................................................... 65
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................................. 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 69
B. Saran ............................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel2.1. Intervensi dan rasionalisasi diagnosa keperawatan 1 .............................. 28
Tabel 2.2. Intervensi dan rasionalisasi diagnosa keperawatan 2 ............................. 29
Tabel 2.3. Intervensi dan rasionalisasi diagnosa keperawatan 3 ............................. 30
Tabel 2.4. Intervensi dan rasionalisasi diagnosa keperawatan 4 ............................. 30
Tabel 3.1. Data fokus pengakjian keperawatan ...................................................... 35
Tabel 3.2. Rumusan masalah asuhan keperawatan ................................................. 36
Tabel 3.3. Rencana tindakan keperawatan .............................................................. 41
Tabel 3.4. Implementasi dan evaluasikeperawatan ................................................. 43
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 5. Surat Keterangan Bebas Administrasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus infestasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mencapai Indonesia sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam
lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses
terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Depkes RI,2010).
Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu
pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
belum banyak tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit
tidak menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi,
modernisasi, dan globalisasi. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan
saluran pencernaan yang paling sering terjadi (Gustin, 2012).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung,
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam
gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya
proses imflamasi pada lambung (Sukarmin 2012). Menurut Smelzer dalam
Ardiansyah (2012) gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet
yang sembarangan.Biasanya individu ini makan terlalu banyak, terlalu cepat, atau
2
makan makanan yang terlalu tertumbu atau mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit.
Faktor yang menyebabkan gastritis yaitu jenis obat-obatan, alkohol,
bakteri, virus, jamur, stress, radiasi, alergi atau intokdikasi dari bahan makanan
dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin, 2012).
Gastritis biasanya diawali oleh frekuensi konsumsi makan dan minum yang tidak
teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat dan
meyebakan iritasi pada lambung. Menurut Ardiansyah (2012) penyebab dari
gastritis adalah konsumsi obat yang mengandung kimia digitals, konsumsi alkohol
yang berlebihan, terapai radiasi, kondisi stress dan infeksi bakteri seperti
helicobater pillory, dan salmonella yang dapat menimbulkan tanda dan gejala
anoreksia, mual dan muntah, peredarahan saluran cerna dan nyeri ulu hati.
Tinjuan terhadap beberapa Negara di dunia yang dilakukan oleh World
Health Organitation (WHO), insiden gastritis di dunia sekitar 1,8- 2,1 juta dari
jumlah penduduk setiap tahunnya, di inggris (22%), China (31%), Jepang
(14,5%), Kanada (35%), dan Perancis (29,5%). Di Asia Tenggara sekitar 583.635
dari jumlah penduduk setiap tahunnya.Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu
hal biasa namun gasitris merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat
membahayakan. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut
WHO (2012) adalah 40,8%, dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevvalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa
penduduk (Gustin 2012). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2014,
gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit pada pasien rawat inap di
rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%).
3
Berdasarkan data dari Puskesmas Lepo-Lepo kasus gastritis di Puskesmas
Lepo-lepo masih menjadi salah satu maslah kesehatan utama dan perlu perhatian
khusus. Kasus gastritis dalam 3 bulan terakhir terus meningkat. Menurut data
Puskesmas Lepo-lepo pada bulan februari penderita gastritis yang melakukan
kunjungan sebanyak63 orang penderita, pada bulan maret penderita gastritis yang
melakukan kunjungan sebanyak 73 orang penderita dan pada bulan april
kunjungan penderita sedikit meningkat dari bulan maret yaitu sebanyak 78 kasus.
Saat dilakukan wawancara dengan petugas kesehatan Puskesmas Lepo-lepo
dikatakan bahwa sebagian besar penderita gastritis di wilayah Kerja Puskesmas
Lepo-lepo diakibatkan karena pola makan yang tidak teratur, seringnya
mengkonsumsi makanan asam dan pedas, serta sedikitnya karena konsumsi
alkohol. Penyakit gastritis sering dianggap sebagai masalah kesehatan biasa oleh
masyarkat, jika kebiasaan tersebut tidak segera ditanggulangi maka dapat
berkakibat semakin parahnya kondisi kesehatan dan bahkan ampai menimbulkan
komplikasi hingga mengancam nyawa penderita (data Puskesmas Lepo-lepo).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik
melakukan studi kasus gangguan sistem pencernaan dengan penyakit gastritis
yang dtuangkan dalam judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. G dengan gangguan
sistem pencernaan gastritis di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari”.
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien Tn. G dengan Gangguan
Sistem Pencernaan Gastritis di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Tn. G dengan gangguan sistem pencernaan
gastritis di Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn. G dengan gangguan sistem
pencernaan gastritis di Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari.
c. Merumuskan intervensi keperawatan pada Tn. G dengan gangguan sistem
pencernaan gastritis di puskesmas lepo - lepo kota kendari.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan pada Tn. G dengan
gangguan sistem pencernaan gastritis di puskesmas lepo - lepo kota
kendari.
e. Melakukakan evaluasi asuhan keperawatan pada Tn. G dengan gangguan
sistem pencernaan gastritis di puskesmas lepo - lepo kota kendari.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis
Dapat dijadikan sebagai pengembangan pengetahuan peneliti sehingga
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku perkuliahan dan
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam penerapan
asuhan keperawatan.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat/ Klien
Menambah pengetahuan dan keterampilan klien dan keluarga
mengenai perawatan kesehatan dengan penyakit gastritis.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan informasi dan ilmu pengetahuan untuk
institusi pendidikan dan sebagai referensi Perpustakaan Poltekes
Kemenkes Kendari yang bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan
bacaann dan dasar untuk studi kasus selanjutnya.
c. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan
“Asuhan Keperawatan dengan dasus gangguan sistem pencernaan
gastritis di puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari.
D. Metode Dan Teknik Penelitian
Studi kasus ini dilakukan dengan kasus gangguan Sistem Pencernaan
Gastritis di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara pada
tanggal 14 Mei 2018. Teknik pengumpulan data pada studi kasus dengan
gangguan sistem pencernaan gastritis di puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan
karya tulis ini.
2. Studi kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, analisa data, penerapan diagnosa keperawatan, penyusunan
6
rencana tindakan keperawatan, penerapan rencana tindakan keperawatan dan
evaluasi asuhan keperawatan.
Untuk melengkapi data/informasi dalam pengkajian menggunakan
beberapa cara antara lain :
a. Observasi dengan mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan
cara melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan
keadaan klien.
b. Wawancara dengan mengadakan pengamatan langsung.
c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui;
Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
d. Studi Dokumentasi Penulis memperoleh data dan medical record hasil
pemeriksaan di Puskesmas.
3. Teknik Penulisan
Tekink penulisan disusun secara sistematis sebagai berikut:
a. BAB I: Latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan
teknik penulisan.
b. BAB II: Tinjuan teoritis yang mencakup konsep dasar gastritis
c. BAB III: Tinjauan kasus yang memuat tentang pengamatan kasus yang
meliputi pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
d. BAB IV: Pembahasan kasus
e. BAB V: Penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan saran, diakhiri dengan
daftar pustaka dan lampiran dalam penyusunan karya tulis ini.
7
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Definisi Gastritis
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan it is yang
berarti inflamasi/peradangan. Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan
sakit “maag” atau sakit ulu hati adalah peradangan dinding lambung terutama
pada selaput dinding lambung (Gustin,2011). Gastritis adalah proses inflamasi
pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme
proektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis adalah
proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara histopatologi
dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut
(Suryono,2011).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epital mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam
gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya
proses imflamasi pada lambung (Sukarmin 2012).
Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikanmenjadi 2 yaitu :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
8
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun.Gastritis kronik dikasifikasikan dengan tiga perbedaan
yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik, dan gastritis hipertrofik.
a. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa.
Pada perembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung,
serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakterisitik dari penurunan
jumlah sel parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya modul-nodul pada
mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.
B. Anatomi Fisiologi Sistem
1. Anatomi
Anatomi lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di
abdomen atas tepat di bawah diafragma.Dalam keadaan kosong lambung
berbentuk tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat
raksasa.Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter.Secara anatomi lambung
terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus.Sebelah atas lambung terdapat
cekungan kurvaturaminor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura
mayor.Spingter kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan
pemasukan.Spingter kardia atau spingter esophagus bawah, mengalirkan
makanan yang masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung
memasuki esophagus kembali.Daerah lambung tempat pembukaan spingter
kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat spingter pilorikum
9
berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum, dan ketika berkontraksi
spingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus kedalam
lambung (Endanf, 2008).
Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :
a. Lapisan Peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa
b. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :
1) Serabut longitudinal yang tidak dalam dan bersambung dengan otot
esophagus.
2) Serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pylorus serta
membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan pertama.
3) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan
berjalan dari orivisiu kardiak, kemudian membelok kebawah melalui
kurva tura minor (lengkung kelenjar).
c. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh
darah dan saluran limfe.
d. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas
banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang
karena berisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pad lapisan ini
dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya.
Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan
mucus. Kelenjar fundus atau gastric terletak di fundus dan pada hampir
seluruh korpus lambung. Kelenjar gastric memiliki tipe-tipe utama sel.
Sel-sel zimognik atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen
diubah menjadi pepsin dalam suasana asam (Budiyono, 2012).
10
Persarafan lambung sepenuhnya otonom.Suplai saraf parasimpatis
untuk lambing dan duodenum dihantarkan dari abdomen melalui saraf
vagus.Trukus vagus mempercabangkan rmus gastric, pilorik, hepatic dan
seliaka.Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena vagotomi
selektif merupakan tindakan pembedahan primer yang paling dalam
mengobati tukak duoderum (Budiyono, 2012).
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan ganlia
seliakum.Serabut- serabut aferen menghantarkan imfuls nyeri yang dirangsang
oleh peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium, Serabut-serabut aferen
simpatis mengambat gerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesenrikus
(auerbach) dan submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsic dinding
lambing dan mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung
(Budiyono, 2012)
Seluruh suplai darah di lambung dan pancreas (scrat hati, empedu, dan
limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang
mempercabang cabang-cabang yang mengsuplai kurvatura minor dan
mayor.Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri
gastroduoodenalis dan arteri pancreas tikoduoodenalis (retroduodenalis) yang
berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum.Tukak dinding posterior
duodenum dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan perdarahan.Daerah
vena dari lambung dan duodenum, serta berasal dari pancreas, limpa, dan
bagian lain saluran cerna, berjalan kehati melalui vena porta. (Corwin, 2012).
11
2. Fisiologi
a. Mencerna makanan secara mekanika
b. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500-3000 ml
gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponen utamanya yaitu mucus,
HCL (hydrochloric acid), pepsinogen, dan air. Hormone gastrik yang
disekresikan langsung masuk kedalam aliran darah.
c. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein
dirubah menjadi polipeptida.
d. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,
alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
e. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung
leh HCL.
f. Mengontrol aliran cahaya chyma (makanan yang sudah dicerna dalam
lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam
duodenum, akan tejadi peristaltic yang lambat yang berjalan dari fundus ke
pylorus (Hidayat, 2009).
C. Etiologi
1. Gastritis Akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis
obat, alkohol, Bkteri, virus, jamur, stress akut, radiasi, alergi atau intoksitasi
dari bahan makanan dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma
langsung (Muttaqin, 2011).
12
Obat-obatan, seperti obat Anti- Inflamasi Nonstreoid / OAINS
(Indomestasin, ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain,
agen kemoterapi.
a. Minuman beralkohol; seperti whisky,vodka, dan gin.
b. Infeksi bakteri; seperti H. Pylori (paling sering), H. Heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.
Coli, Tuberculosis, dan secondary syphilis.
c. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
d. Infeksi jamur; sepert Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis.
e. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (kompoen
penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil
ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respns peradangan mukosa.
f. Iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung
lambung, berhubungan dengan kesimbangan antara agresi dan mekanisme
pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan
respons peradangan pada mukosa lambung.
2. Gastritis Kronik
Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada
dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik,
yaitu: infeksi dan non infeksi menurut Wehbi (2008) dalam Muttaqin (2011).
a. Gastritis infeksi
1) H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini merupakan
penyebab utama dari gastritis kronik.
2) Helycobacter heilmannii, mycobacteriosis, dan syphilis (wehbi, 2008)
13
3) Infeksi parasit
4) Infeksi virus
b. Gastritis non- infeksi
1) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat
kira-kira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibody
terhadap sel parietalnya.
2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam
empedu kronis dan kontak dengan oains atau aspirin.
3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan
ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis
sekunder dari terapi obat-obatan.
4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan
berbagai penyakit, meliputi penyakit crohn, sarkoidosis, wegener
granulomatus, penggunaan kokain, isolated granulomatus gastritis,
penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak , eosinophilic
granuloma, allergic granulomatosis, dan vasculitis, plasma cell
granulomas, rheumatoid nodules, tumor amyloidosis, dan granulomas
yang berhubungan dengan kanker lambung.
5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagnous gastritis dan injuri
radiasi pada lambung.
Menurut Smeltzer (2010) Faktor-faktor resiko yang sering
menyebabkan gasitritis diantaranya:
1) Pola makan. Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah
terserang penyakit ini. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong
14
atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa
lambung sehingga timbul rasa nyeri.
2) Helicobater Pylori Helicobacter pylori adalah kuman gram negative, basil
yang berbentuk kurva dan batang Helicobacter pylori adalah suatu bakteri
yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis)
pada manusia. Infeksi Helicobacter pylori ini sering diketahui sebagai
penyebab utama terjadi ulkus peptikum dan penyebab terserang terjadinya
gastritis.
3) terlambat makan. Secara alami lambung akan terus memproduksi asam
lambung setiap waktu dalam jumlah kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan
biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam
lambung terstimuulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka
asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga
dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar
epigastrium )Sediaoetama, 2010).
4) Makanan Pedas. Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan
merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi. Hal
ini, akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai
dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita semakin
berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan mengkonsmsi makanan pedas
> 1x dalam 1 minggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus menerus
dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis
(Sediaoetama,2010).
15
D. Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam, empedu, zat iritan lainnya dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosif).Mukosa lambung berperan penting dalam
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa lambung
rusak terjadi difusi HCi ke mukosa dan HCI akan merusak mukosa. Kehadiran
HCI di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi
pepsin.Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamin akan
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi peripndahan
cairan dari intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler
sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan
regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan
sendirinya (Surutan dan Lusianah 2010).
Asam dalam lumen + empedu, NSAIDs, alkohol
Epitel sawar lambung rusak
Asam kembali berdifusi ke mukosa lambung
Asam kembali
Penghancuran sel mukosa
Asam Pepsinogen-pepsin Histamin
Fungsi sawar
Penghancuran
Kapiler Dan
Vena Kecil
Perangsangan kolenergik
Peningkatan motilitas
pepsinogen
perdarahan
Vasodilatasi kapiler
Permeabilitas
terhadap protein.
Plasma bocor ke
intestum ederna.
Plasma bocor kedalam
lambung
16
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi
akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan di isi oleh jaringan
fibrin sehingga lapisan mukosa lambuung dapat hilang dan terjadi atropi sel
mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan
menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap di
usus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan
maturasi sel darah merah. Pada akhirnya klien gasitris dapat mengalami anemia.
Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratun dan Lusianah 2010).
E. Manifestasi Klinis
Peningkatan asam lambung yang ditimbulkan oleh gastritis seringkali
memberikan dampak buruk bagi penderitanya karena menimbulkan rasa asam di
mulut, nyeri pada ulu hati, mual, muntah, anoreksia, diare, rasa tak nyaman pada
abdomen, hingga badan menjadi panas (Baughman,2000; Misnadiarly, 2009).
Gejala umum pada penyakit gasitris yaitu rasa tidak nyaman pada perut, perut
kembung, sakit kepala dan mual muntah, keluhan lain seperti merasa tidak
nyaman pada epigastrium, sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang daoat
berakibat lebih buruk ketika makan, nafsu makan hilang, bersendawa dan
kembung, bisa juga disertai demam, menggigil atau kedinginan yang dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari (Puspadewi,2012).Tanda dan gejala dari gasitris
adalah nyeri di ulu hati, mual, muntah, rasa asam, di mulut, dan anoreksia
(Dermawan dan Rahayuningsih,2010).
Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis, disebut kronis bila
gejala itu berlangung lebih dari satu bulan terus-menerus dan gasitris ini dapat
17
ditangani sejak awal yaotu: mengonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil,
berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta
minuman beralkohol dan jika memang diperlukan dapat minum antasida sekitar
setengah jam sebelum makan atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnose gasitris, dilakukan dengan berbagai macam
pemeriksaan, diantaranya (Yuliarti dan Nurheti, 2009):
1. Tes darah. Dokter biasa meminta pasien untuk melakukan cek darah untuk
melihat adanya antibodi terhadap serangan Helicobacter pylori.Hasil tes yang
positif menunjukkan bahwa seseorang pernah mengalami kontak dengan
bakteri Helicobacter pyleri dalam hidupnya, tetapi keadaan tersebut bukan
berarti seseorang telah terinfeksi Helicobacter pylori.Tes darah juga dapat
digunakan untuk mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja disebabkan
oleh perdarahan yang disebabkan karena gasitris.
2. Breath tes. Tes ini menggunakan tinja sebagai sampel dan ditujukan untuk
mengetahui apakah ada infeksi Helicobacter pylori (bakteri penyebab gastrtis)
dalam tubuh seseorang.
3. Stool test. Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacter pylori
dalam sampel tinja seseorang.Hasil tes yang positif menunjukkan orang
tersebut terinfesi Helicobacter pyori.Biasanya dokter juga menguji adanya
darah dalam tinja yang menandakan adany perdarahan dalam lambung karena
gastritis.
4. Endoskopi. Endoskopi dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada
lambung yang mngkin tidak dapt dilihat dengan sinar X.
18
5. Rontgen. Rontgen bertujuan untuk melihat adanya kelaianan pada lambung
yang dapat dilihat dengan sinar X. Agar dapat dilihat dengan jelas, biasanya
penderita diinjeksi terlebih dahulu dengan bubur barium.
G. Komplikasi
1. Perdarahan Gastrointestinal. Pada kondisi gastritis yang tidak ditangani dengan
baik, maka akan berakibat pada peradangan yang berlanjut. Peradangan yang
berlanjut ini akan mengakibatkan pada rusaknya mukosa lambung. Hal ini
terjadi karena selain zat korosif HCI juga dipicu oleh mediator yang
merupakan suatu proteolitik. Bila sudah mencapai mukosa, dan berlanjut
menuju lapisan submukosa yang kaya akan pembuluh darah, maka dapat
terjadi kondisi perdarahan yang persisten (Marx,2010).
2. Perforasi Gaster. Proses inflamasi yang terjadi terus menerus dan sifat korosif
HCI yang menembus barier mukosa, menjadikan kerusakan structural yang
berarti. Hal ini akan merusak pada vaskularisasi dig aster sendiri. Sehingga,
akan terkadi suatu kondisi iskemik terlokalisasi, iskemik ini akan berlanjut
pada nekrosis sel, sehingga akan dapat dengan mudah mengalami rupture.
Sehingga, dapat terjadi perforasi gaster (Marx, 2010).
3. Anemia defisiensi besi. Pada kondisi komplikasi gastritis seperti terjadi
perdarhan, maka akan terjadi kehilangan darah yang persisten. Hal ini dianggap
sebagai mekanisme awal dan terjadinya anemia defisiensi besi. Kehilangan
darah yang berlanjut ini menjadikan kurangnya total ikatan besi dalam darah
atau total iron binding capacity. Sehingga, akan muncul tanda dan gejala
anemia yang khas. Selain itu, pada kondisi gasitris juga terjadi suatu kondisi
mukosa gaster mengalami efek baik secara structural atau fungsionalnya.
19
Penyerapan dari beberapa zat seperti vitamin B12 dan besi sendiri akan
mengalami gangguan. Pada suatu penlitian, didapat bahwa pasien dengan
terapy besi 100 mg perhari mengalami pemanjangan waktu gejala pada kondisi
gasitris. Hal ii menunjukkan adanya penurunan efikasi ari penyerapan besi
sendiri yang bermanifestasi pada anemia defisiensi besi (Hershko, 20104).
4. Carcinoma Gaster. Mukosa gaster adalah suatu struktur yang terdiri dari sel
epitel dan tersusun atas banyak glandula. Glandula ini memiliki peran masing-
masing yang saling mendukung. Hal ini merupakan kondisi yang mendasari
perkembangan komplikasi menuju suatu keganasan. Kerusakan mukosa gaster
pada gasitris terjadi pada beberapa tempat saja. Hal ini menjadi fungsi mereka
mengalami penurunan, sehingga akan berakibat pada hyperaktivitas dari sel
kelenjar yang lain. Berawal dari hyperaktivitas inilah dapat memicu proliferasi
patologis yang dapat berujung pada suatu kondisi keganasan (Hershko,2014).
H. Penatalaksanaan
Pada klien yang mengalami mual dan muntah dianjurkan pasien untuk
bedrest, status NPO (Nothing Peroral), pemberian antiemetic dan pasang infus
untuk mempertahankan cairan tubuh klien. Pasien biasanya sembuh spontan
dalam beberapa hari. Bila muntah berlanjut perlu dipertimbangkan pemansangan
NGT. Antasida diberikan untuk mengatasi perasaan begah dan tidak enak di
abdomen dan menetralisir asam lambung dengan meningkatkan pH lambung
seikitar 6. Anatogonis H2 (seperti ranitidine, rantin dan simetidin) dan inhibitor
pompa proton (seperti omeprazole atau lansoprazole) mampu menurunkan sekresi
asam lambung. Antibiotic diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh
helicobacter pylori. Kombinasi dua atau tiga antibiotik dapat diberikan untuk
20
mengeradikasi helicobacter pylori (seperti clarithromycin dan amoksilin) (Hirlan,
2009).
Bila terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan
tranfusi darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan
lavage (bilas) lambung. Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan dapat
menjadi alternatif. Pembedahan yang dapat dilkukuan pada klien dengan gastritis
adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti.Injeksi intravena cobalamin
dilakukan bila terdapat anemia pernisiosa. Fokus intervensi keperawatan adalah
bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi faktor penyeban gasititris antara lain
dianjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alkohol, kafein, the panas, atau zat
iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan
meminimalisasi stress (Suratun dan Lusianah 2010).
Discharge planning (perencanaan pulang) untuk pasien dengan gasitris
(Nanda nic noc, 2013) :
1. Hindari minuman alkohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga terjadi
implamasi dan perdarahan.
2. Hindari merokok karena dapat menggangu lapisan dinding lambung sehingga
lambung menjadi lebih mudah mengalami gasitris dan tukak/ulkus dan rokok
dapat meningkatkan asam lambng dan memperlambat penyembuhan tukak.
3. Atasi stress sebaik mungkin.
4. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur, namun hindari sayur dan
buah yang asam (missal; jeruk, lemon, grapefruit, nanas, tomat).
5. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran balik) asam
lambung.
21
6. Berolahraga secara teratur untuk membantah mempercepat aliran makanan
melalui usus.
7. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara waktu
kurangi konsumsi makanan tinggi serat.
8. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering berupa makanan lunak
dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan rileks.
E. Pathway
22
I. Fokus Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2008).
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus
menerus selama proses keperawatan berlangsung.
1. Identitas
a. Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian diagnose medis,
status dan alamat.
b. Identitas keluarga/penanggung jawab meliputi: nama, umur, alamat,
pendidkan, pekerjaan, hubungan dengan klien
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan proses dalam mengkaji status atau
masalah kesehatan sekarang dan dahulu serta keluarga, kemudian dapat
menggunakan pola PQRST dalam mengumpulkan data yang lebih lengkap
tentang setiap keluhan pasien.
a. Keluhan utama merupakan suatu keluhan yang dirasakan oleh klien sangat
mengganggu yaitu mengeluh nyeri epigastrium.
b. Riwayat kesehatan utama merupakan pengembangan dari keluhan utama
yang terdiri dari : provikative/palliative (p) yaitu faktor penyebab, quality
(q) seberapa berat nyeri dirasakan, region (r) seberapa luas nyeri dirasakan,
savety atau skala nyeri (s) seberapa tinggi nyeri yang dirasakan, time (t)
seberapa lama serangan itu terjadi.
23
c. Riwayat kesehatan dahulu menerangkan kedaan keluarga apakah ditemukan
ada penyakit keturunan kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit
menular, akibat kontak langsung maupun tidak langsung antara anggota
keluarga..
d. Riwayat kesehatan keluarga menanyakan tentang riwayat penyakit dalam
keluarga terdekat klien.
3. Aspek Biologis
a. Keadaan/ Penampilan Umum : lemah, sakit ringan, sakit berat, gelisah,
rewel.
b. Kesadaran : dapat diisi dengan tingkat kesadaran secara kualitatif atau
kuantitatif yang dipilih secara dengan kondisi klien. Secara kuantitatif dapat
dilakukan dengan pengukuran Glossgow Coma Scala (GCS), sedangkan
secara kualitatif tingkat kesadaran dimulai dari compos mentis, apatis,
somnolen, spoor dan koma.
c. Berat Badan/ tinggi badan.
d. Tanda-tanda vital yang terdiri dari :
1) Tensi : tekanan sistole/ tekanan diastole mmHg
2) Nadi : frekuensi per menit, denyut kuat/ tidak, regular/ ireguler.
3) Suhu : ° C
4) Frekuensi pernafasan : frekuensi per menit, regular/ ireguler
4. Pemeriksaan fisik
a. Sistem Pernafasan dikaji ketajaman penciuman bentuk dada, adany nyri
tekan atau tidak, bunyi suara nafas.
24
b. Sistem kardiovaskuler dikaji apakah ada peninggian vena jugularis,
capillary refill, frekuensi nadi, bunyi jantung.
c. Sistem gastrointestinal dikaji mengenal nafsu makan, kebiasaan defekasi,
intoleransi makanan, nual, muntah, dan nyeri, bising usus.
d. Sistem perkemihan dikaji frekuensi buang air kecil. Warna apakah ada nyeri
saat buang air kecil.
e. Sistem neurologis dikaji sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi/ bingung, dan nyeri epigastrium.
f. Sistem musculoskeletal ditunjukkan dengan adanya kelemahan dan
kelelahan. Macam-macam gerakan ROM, yaitu :
1) Fleksi yaitu berkurangnya sudut persendian.
2) Ekstensi yaitu bertambahnya sudut persendian.
3) Hiperekstensi yaitu ekstensi lebih lanjut.
4) Abduksi yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh
5) Adduksi yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh
6) Rotasi yaitu gerakan memutari pusat dari tulang
7) Eversi yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian.
8) Inversi yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian.
9) Pronasi yaitu gerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke bawah.
10) Supinasi yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas.
25
11) Oposisi yaitu gerakan menyentuh ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada
tangan yang sama (Wong Donna L, 2009). Cara menghitung kekuatan
otot :
a) 0 : Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak berkontraksi,
bila lengan/ tungaki dilepaskan, akan jatuh 100% pasif.
b) 1: Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan
sewaktu jatuh.
c) 2 : mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya
gravitasi (saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh.
d) 3 : mampu menahan tegak walaupun sedikit didorog tetapi tidak
mampu melawan tekan atau dorongan dari pemeriksa.
e) 4 : mampu bergerak luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi dan
melawan tahanan sedang.
f) 5 : kekuatan utuh, mampu bergerak luas, gerak sendi penuh,
melawan gravitasi dan melawan tahanan maksimal.
g. Sistem endokrin menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan, polipagia,
poliurea, polidipsi.
h. Sistem Integumen mengkaji warna kuit, tekstur kulit, turgor kulit, CRT
kurang dari 2 detik, suhu oedema, infeksi, pada pasien diare kulit pucat,
turgor jelek, suhu tubuh, meningkat.
i. Sistem genetalia memeriksa kemungkinan adanya iritasi dan infeksi
5. Pola Aktivitas
a. Pola nutrisi: terdapat penurunan nafsu mskn, mual dan muntah.
b. Pola elimminasi: terjadi diare atau konstipasi.
26
c. Pola Istirahat: terjadi gangguan tidur karena nyeri.
d. Pola aktivitas: biasanya penderita merasa cepat lelah bila beraktivitas.
e. Personal hygiene: ketidakmampuan klien dalam melakukan pemeliharaan
secara mandiri.
6. Psikososial dan spiritual
a. Status emosi dikaji perasaan atau perilaku yang tidak diharapkan seperti
ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh yaitu sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau
tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang megenai
ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh.
2) Ideal diri yaitu persepsi individu tentang bagaimana seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.
3) Harga diri yaitu penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa berapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal
dirinya.
4) Peran diri yaitu serangkaian pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di
dalam kelompok sosialnya.
5) Identitas diri yaitu kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh
individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari
bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.
c. Data social yaitu interaksi klien selama di rumah sakit pada perawat,
dokter dan lingkungan sekitar.
27
d. Data ekonomi yaitu kondisi ekonomi, pendapatan keluarga dan
penggunaan program jaminan Kesehatan.
e. Data Spiritual dikaji kebiasaan ibadah klien sebelum dan saat sakit
hubungannya dengan yang maha kuasa dan maha pencipta, tergantung
pada kepercayaan dianut oleh klien.
7. Data Penunjang
a. Pemriksaan radiologi : USG, BNO.
b. Elektrokardiografi.
c. Laboratorium.
J. Fokus Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nanda NIC NOC, 2013) pada pasien gastritis diagnosa
keperawatan yang dapat ditemukan antara lain :
1. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan keluar/
hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/ perdarahan) ditambah
dengan asupan cairan yang tidak memadai.
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: iritasi mukosa lambung
3. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan
tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena berpuasa.
4. Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubaha status kesehatan,
ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.
K. Fokus Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnose keperawatan, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan harus ditetapkan untuk mengurangi, menghilangan, mencegah
keperawatan klien yang disebut perencanaan keperawatan (Nanda nic noc, 2013).
28
1. Kekurangan volume cairan (Kehilangan aktif) berhubungan dengan keluar/
hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/ perdarahan) ditambah
dengan asupan cairan yang tidak memadai.
a. Tujuan : Untuk menjaga agar pemenuhan kebutuhan cairan tubuh tetap
memadai.
b. Kriteria Hasil :
1) Pengeluaran urine yang memadai/adekuat.
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
3) Membran Mukosa lembab.
4) Turgor kulit baik.
5) Intervensi kapiler <3 detik.
c. Intevensi dan rasional
Tabel 2.1 Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi Rasional
1. Catat Karakterisitik muntah dan
drainase
2. Observasi Tanda- tanda Vital
3. Pertahankan tirah baring
4. Berikan cairan per oral dua liter/
hari
5. Jelaskan kepada pasien untuk
menghindari kafein
6. Kolaborasi dengan dokter dengan
memberikan atibioti, antasida, dan
vitamin K sesuai proram medis
1. Untuk membedakannya
dengan gejala disaster.
2. Perubahan tekanan darah dan
nadi dapat sebagai indikator
terjadinya dehidrasi.
3. untuk menrunkan kerj gaster,
sehingga mencegah terjadinya
muntah
4. untuk menetralisirkan asam
lambung
5. Kafein dapat merangsang
produksi asam lambung
6. untuk mengatasi masalah
gastritis dan hematemesis
Sumber :(Nanda NIC NOC, 2013)
29
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung
a. Tujuan : Nyeri teratasi
b. Kriteria hasil :
1) Pasien rileks.
2) Pasien dapat tidur.
3) Skala nyeri 0.
c. Intervensi Keperawatan Tabel 2.2 Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawtan 2
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat keluhan nyeri, termasuk
lokasi, lamanya, dan intensitasnya
(dengan skala nyeri 1-5)
2. Berikan makan dalam porsi sedikit
tapi sering
3. Jelaskan agar pasien menghindari
makanan yang dapat merangsang
asam lambung, seperti makanan yang
pedas dan asam.
4. Atur posisi tidur yang nyaman bagi
pasien.
5. Anjurkan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi, seperti menarik napas
dalam, mendengarkan music,
menonton tv dan membaca
6. Berikan terapi obat analgesic antasida
1. Untuk menentukan intervensi
dan mengetahui efek terapi.
2. Makanan sebagai penetralisir
asam lambung
3. Makanan yang merangsang
dapat mengiritasi mukosa
lambung
4. Posisi yang nyamandapat
menurunkan nyeri
5. Teknik relaksasi dapat
mengalihkan perhatian
pasien, sehingga dapat
menurunkan nyeri
6. Untuk menghilangkan nyeri
lambung
Sumber :(Nanda NIC NOC, 2013)
3. Resiko tinggi mengalami nutrisi yang berhubungan dengan tindakan
pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena berpuasa
a. Tujuan : untuk memenuhi asupan gizi sesuai dengan eutuhan tubuh.
b. Kriteria Hasil :
1) Pasien bisa mengabiskan satu porsi makanan
2) berat badan meningkat
3) Hasil laboratorium menunjukkan kadar albumin (jenis protein yang
terkandung dalam plasma darah dan Hb normal
30
c. Intervensi keperawatan
Tabel 2.3 Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi Rasional
1. Kaji kasus nutrisi dari pola makan
pasien.
2. Puasakan pasien selama fase akut
3. Jelaskan agar pasien menghindari
minuman yang mengandung
kafein.
4. Timbang berat badan pasien
setiap hari dengn alat ukur yang
sama
5. Berikan terapi multivitamin dan
antasida sesuai program medis
1. Sebagai dasar untuk menentukan
intervensi
2. Menurunkan ransangan lambung,
sehingga mencegah muntah
3. Kafein dapat merangsang
aktivitas gaster.
4. Untuk megetahui status nutrisi
pasien
5. Untuk menigkatkan nafsu makan
menghilangkan mual.
Sumber :(Nanda NIC NOC, 2013)
4. Kecemasan atau Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.
a. Tujuan : Mengatasi rasa cemas
b. Kriteria hasil : Kecemasan (ansietas) berkurang
c. Intervensi keperawatan
Tabel 2.4 Intervensi dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi Rasional
1. Awasi respon fisiologi,
misal takipnea, palpitasi,
pusing sakit kepala, sensasi
kesemutan
2. Dorong pasien untuk
menyatakan perasaan takut
dan kecemasan yang hadapi
dengan memberikan umpan
balik
3. Berikan informasi yang
akurat.
4. Berikan lingkungan tenang
untuk pasien beristirahat.
5. Dorong orang terdekat
dengan/ sering menemani
pasien.
6. Tunjukkan teknik relaksasi,
asuhan dan menurunkan
kcemasan yang tak perlu
akibat ketidaktahuan pasien.
1. Dapat menjadi indikaotr untuk menilai
derajat takut yang dialami pasien.
Tetapi, respon ini dapat juga
berhubungan dengan kondisi fisik /
status sosial.
2. Membuat sebuah hubungan teurapetik.
3. Melibatkan pasien dalam rencana
asuhan dan menurunkankecemasan
yang tak pelu akibat ketidaktahuan
pasien.
4. Memindahkan pasien dari pengaruh
stressor luar, meningkatkan relaksasi,
serta dapat meningkatkan keterampilan
koping.
5. Membantu menrunkan rasa takut
karena segala sesuatu tidak haru
dihadapi seorang diri.
6. Belajar cara-cara untuk rileks, sehingga
dapat membantu menurunkan rasa takut
dan cemas pada pasien. Sumber :(Nanda NIC NOC, 2013)
31
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakujan dengan menggunakan metode wawancara, observasi
langsung, melalui pemeriksaan fisik pada klien, menelaah catatan medis dan
keperawatan klien. Asuhan keperawatan dilakukan pada klien Tn G, usia 26
tahun, suku/bangsa bugis, pendidikan SMA, agama islam, alamat BTN
Tunggala, diagnosa medis gastritis, penanggung jawab Ny, L selaku ibu dari klien
Tn. G berobat ke Puskesmas Lepo – Lepo Kendari tanggal 14 mei 2018. Sumber
data diperoleh melalui wawancara dengan Tn. G secara langsung.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 Mei 2018, dan didapatkan hasil
pengkajian sebagai berikut :
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada perut. Pada pengkajian riwayat keluhan
klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba dan tidak tau penyebab
timbulnya keluhan, nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau dan
dirasakan pada daerah perut, klien mengatakan dari angka 0-10 nyeri
yang dirasakan berada diangka 6 (nyeri sedang) dan keluhan yang
dirasakan hilang timbul. Upaya yang telah dilakukan yaitu keluarga
langsung mengantarkan Tn. G ke puskesmas untuk dilakukan
32
pemeriksaan segera.hasil observasi yang dilakukan nampak wajah klien
meringis, gelisah dan terdapat nyeri tekan pada epigastrium.
2) Keluhan Yang Menyertai
Klien mengakatakan saat ini keluhan yang dirasakan hanya nyeri
pada perutnya, keluhan yang dirasakan hilang timbul dan tidak menentu
kapan datangnya. Klien mengatakan tiga hari yang lalu masuk UGD
Puskesmas Lepo-Lepo dengan keluhan yang sama namun keluhan
disertai mual dan muntah, klien mengatakan kesulitan untuk makan, jika
makan akan langsung dimuntahkan kembali.
3) Terapi/operasi yang pernah dilakukuan
Berdasarkan catatan medic klien iga hari yang lalu mendapatkan
terapi infuse RL 20 tpm (tetes per menit), inj. ranitide, inj. Ondansetron,
obat oral vitamin B kompleks.
b. Riwayat Kesehatan Masalah Lalu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya, klien juga tidak pernah mengalami riwayat penyakit lain. Klien
memiliki kebiasaan merokok.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan anggota keluarganya belum pernah ada yang
mengalami keluhan yang sama dengan Tn. G sebelumnya, keluarga uga
mengatakan anggota kelarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
tertentu atau penyakit keturunan.
33
Gambar 4.1. Genogram Tn. G
1) Keterangan genogram
: Laki-laki
: Perempuan
................... : Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarga
? : Umur Tidak Diketahui
: Anggota Keluarga yang Meninggal
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum lemah,
kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan
darah 130/90 mmHg, nadi 86 x/menit, penafasan 24 x/menit dan suhu 37° C.
pada pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan pada epigastrium. Pada
pemeriksaan fisik body systems lainnya didapatkan hasil tidak ada data
bermasalah atau dikeluhkan klien.
3. Pola aktivitas
Pada pengkajian pola aktivitas makan didapatkan data sebelum sakit;
klien mengatakan jenis makanan yang sering dikonsunmsi adalah jenis
makanan berminyak, asam, pedas, dan berbumbu. Klien megatakan sering
terlambat makan dan jika makan selalu dalam porsi yang besar. Selama sakit
?
?
? ? ?
26 ?
34
klien dianjurkan diet makanan lunak dengan porsi sedikit tapi sering dan
menghindari makanan pencetus keluhan. Tidak ada masalah pada pengkajian
pola aktivitas kebersihan perorangan, istirahat dan aktivitas.
4. Psikososial
Pada pengkajian sosial/interaksi didapatkan data adanya dukungan
keluarga, kelompok/teman/masyarakat dan reaksi saat interaktif klien terlihat
kooperatif. Pada pengkajian psikologis klien mengatakan merasa cemas dengan
keadaanya, klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum hilang
sepenuhnya dan merasa takut jika keadaannya tak kunjing membaik, hasil
observasi yang dilakukan Nampak wajah klien terlihat tegang dam takut, klien
tampak bingung tentang penyakitnya ketika ditanya.
5. Terapi yang didapatkan saat ini yaitu omeprazole tab 3x1, cotrimoxazole 3x1,
vitamin B komplek 3x1.
35
B. Data fokus
Nama Klien : Tn. G
Ruang Rawat : SERUNI
Nama Mahasiswa : HASNAWATI
NIM : 14401 2017 0003 13
Tabel 3.1 Data Fokus Pengkajian Keperawaan
No Data Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Data Subyektif
Klien mengeluh nyeri pada perut
P: Kien mengatakan keluhan timbul
secara tiba-tiba dan tidak tahu penyebab timbulnya
keluhan.
Q: Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti teriris pisau.
R: Keluhan dirasakan pada daerah perut
S: Skala nyeri 0-10 (nyeri sedang 6).
T: Klien mengatakan keluhan yang
dirasakan hilang timbul.
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyebab timbulnya
keluhan.
Klien mengatakan sebelum sakit jenis makanan yang sering
dikosumsi adalah jenis makanan berminyak, asam, pedas
dan berbumbu.
Klien mengatakan sering terlambat makan dan jika makan
selalu dalam porsi yang besar.
Kien mengatakan merasa cemas dengan keadaanya
Kien mengatakan nyeri yang dirasakan masih belum hilang
sepenuhnya dan merasa takut jika keadaanya tak kunjung
membaik.
Data obyektif
Nampak wajah klien meringis
Nampak klien gelisah
Nyeri tekan pada epigastrium
wajah klien terlihat tegang
Klien tampak bingung tentang penyakitnya ketika ditanya.
Tanda-tanda vital :
TD : 86x/m
N :86 x /m
RR: 24 x/m
S : 37 C
Nyeri Akut
36
C. Analisa data
Nama Klien : Tn. G
Diagnosa Medis : Gastritis
Ruang Rawat : SERUNI
Nama Mahasiswa : HASNAWATI
NIM : 14401 2017 0003 13
Tabel 3.2 Rumusan Masalah Asuhan Keperawatan Klien dengan Gastritis
No Data Etiologi Masalah
1 DS :
1. Klien mengeluh nyeri
pada perut
P : klien mengatakan
keluhan timbul secara
tiba-tiba dan tidak tau
penyebab timbulnya
keluhan
Q : klien mengatakan
nyeri yang dirasakan
seperti teriris pisau
R : keluhan dirasakan
pada daerah perut
S : skala nyeri 0-10
(nyeri sedang 6)
T : klien mengatakan
keluhan yang dirasakan
hilang timbul
DO :
1. Nampak wajah klien
meringis
2. Nampak klien gelisah
3. Nyeri tekan pada
epigastrium
4. Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHG
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
Faktor predisposisi (Pola
makan tidak teratur, obat-
obatan, bakteri)
Mengganggu pembentukan
sawat mukosa lambung
Produksi HCL meningkat
Mukosa lambung teriritasi
Nyeri epigastrium
Nyeri Akut
37
2 DS :
1. Klien mengatakan
merasa cemas dengan
keadaannya
2. Klien mengatakan rasa
nyeri yang dirasakan
masih belum hilang
sepenuhnya dan
merasa takut jika
keadaannya tak
kunjung membaik.
DO :
1. Nampak klien gelisah
2. Nampak wajah klien
terlihat tegang
3. Tanda-tanda vital :
TD 130/90 mmHg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
kurang informasi
faktor predisposisi
(Pola makan tidak teratur,
obat-obatan, bakteri)
Gastritis
Perubahan status
kesehatan
Ansietas
Ansietas
3 DS :
1. Klien mengatakan
tidak tau tentang
penyebab timbulnya
keluhan.
2. Klien mengatakan
sebelum sakit jenis
makanan yang sering
dikonsumsi adalah
jenis makanan
berminyak, asam,
pedas, dan berbumbu.
3. Klien mengatakan
sering terlambat makan
dan jika makan selalu
dalam porsi yang besar
DO :
1. Klien tampak bingung
tentang penyakitnya
ketika ditanya.
2. Nampak klien gelisah
3. Nampak wajah klien
terlihat tegang
Kurangnya Informasi
Tentang Penyakit
Defesiensi
Pengetahuan
Defisiensi
Pengetahuan
38
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung
yang ditandai dengan :
Data subjektif :
Klien mengeluh nyeri pada perut
P : Klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba dan tidak tau
penyebab timbulnya keluhan
Q : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau
R : Keluhan dirasakan pada daerah perut
S : Skala nyeri 0-10 (nyeri sedang 6)
T : Klien mengatakan keluhan yang dirasakan hilang timbul
Data objektif :
1) Nampak wajah klien meringis
2) Nampak klien gelisah
3) Nyeri tekan pada epigastrium
4) Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37 °C
39
b. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehaan yang ditandai
dengan :
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya.
2) Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum hilang
sepenunhya dan merasa takut jika keadaannya tak kunjung membaik.
Data Objektif :
1) Nampak klien gelisah
2) Nampak wajah klien terlihat tegang
3) Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37 °C
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
ditandai dengan :
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan tidak tau tentang penyebab timbulnya keluhan
2) Klien mengatakan sebelum sakit jenis makanan yang sering
dikonsumsi adalah jenis makanan berminyal, asam, pedas, dan
berbumbu.
3) Klien mengatakan sering terlambat makan dan jika makan selalu
dalam porsi yang besar.
40
Data objektif :
1) Klien tampak bingung tentang penyaktinya ketika ditanya.
2) Nampak klien gelisah.
3) Nampak wajah klien terlihat tegang.
41
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gastritis
No Diagnosa keperawatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan kriteria
objektif Intervensi Rasional
1 Nyeri berhubungan dengan
agen cedera biologis: Iritasi
mukosa lambung
yang ditandai dengan:
DS: 1. Klien mengeluh nyeri
pada perut
P :klien mengatakan
keluhan timbul secara
tiba-tiba dan tidak tau
penyebab timbulnya
keluhan.
Q: klien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti
teriris pisau
R : keluhan dirasakan
pada daerah perut
S : skala nyeri 0-10 (nyeri
sedang 6)
T : klien mengatakan
keluhan yang dirasakan
hilang timbul
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri dapat
berkurang atau teratasi.
Kriteria hasil :
1. Klien
mengungkapkan nyeri
yang dirasakan
berkurang atau hilang.
2. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri)
3. Klien melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
menejemen nyeri.
1. Kaji skala nyeri
2. Observasi tanda- tanda
vital
3. Ajarkan teknik
manajemen nyeri (teknik
relaksasi)
4. Ajarkan teknik
manajemen nyeri
(distraksi)
5. Anjurkan pada klien dan
keluarga untuk membatasi
makanan yang dapat
menimbulkan rasa nyeri,
seperti makanan pedas,
berasam.
6. Berikan makanan sedikit
tapi sering sesuai indikasi
untuk pasien.
7. Beri informasi pada klien
dan keluarga tentang nyeri
dan terapi yang diberikan.
8. Kolabari dengan dokter
untuk pemberian terapi
1. Untuk mengetahui tingkat
keluhan yang dirasakan klien
dan memudahkan intervensi
yang akan dilakukan.
2. Respon autonomik meliputi,
perubahan pada TD, nadi,
RR, yang berhubungan
dengan penghilang nyeri.
3. Menurunkan tegangan otot,
meningkatkan relaksasi, dan
meningkatkan rasa kontrol
dan kemampuan koping
4. Menurunkan tegangan otot,
meningkatkan relaksasi, dan
meningkatkan rasa kontrol
dan kemampuan koping.
5. Makanan yang pedas dan
berasam dapat memperparah
iritasi lambung penderita
gastritis.
6. Makanan mempunyai efek
penetralisir asam, makan
sedikit dapat mencegah
42
DO : 1. Nampak wajah klien
meringis
2. Nampak klien gelisah
3. Nyeri tekan pada
epigastrium
4. Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m, S : 37 °C
obat-obatan. distensi dan haluaran gastrin.
7. Mengurangi ketegangan yang
dirasakan dan menambah
motivasi keluarga terhadap
terapi yang diberikan.
8. Mengatasi nyeri dan
mencegah adanya kompliasi
2 Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
yang ditandai dengan :
DS :
1. Klien mengatakan merasa
cemas dengan keadaannya
2. Klien mengatakan rasa
nyeri yang dirasakan
masih belum hilang
sepenuhnya dan merasa
takut jika keadaannya tak
kunjung membaik.
DO :
1. Nampak klien gelisah
2. Nampak wajah klien
terlihat tegang.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan cemas dapat
berkurang atau hilanng,
Kriteria hasil :
1. Klien
mengungkapkan
cemas berkurang atau
hilang
2. Tanda-tanda vital
dalam batas normal
3. Ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkanberkuran
gnya kecemasan.
1. Observasi tanda-tanda
vital
2. Kaji tingkat kecemasan
3. Beri pertanyaan pada klien
mengarahkan pada
eksplorasi perasaan klien.
4. Ajarkan teknik relaksasi
(nafas dalam)
5. Berikan lingkungan yang
tenang untuk istirahat
6. Beri informasi tentang
kondisi kesehatan saat ini
7. Libatkan keluarga untuk
penjelasan tentang
penyakit.
8. Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
terapi obat.
1. Mengetahui keadaan umum
klien sebagai respon terhadap
kecemasan yang dialami
klien
2. Mengetahui tingkat
kecemasan yang dialami
untuk menentukan langkah
intervensi selanjutnya.
3. Agar klien secara kooperatif
dapat mengeluarkan semua
keluhan yang nantinya akan
mempermudah perawat dala
pemberian terapi.
4. Teknik relaksasi dapat
menurunkan ketegangan dan
kecemasan.
5. Memindahkan klien dari
stresor luar, meningkatkan
43
E. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gastritis
Diagnosa
keperawatan
Hari
Tanggal
Jam
Implementasi Paraf
Hari
Tanggal
Jam
Evaluasi SOAP Paraf
CI
Nyeri berhubungan
dengan agen cedera
biologis: Iritasi mukosa
lambung
yang ditandai dengan :
DS :
1. Klien megeluh nyeri
pada perut
P :klien mengatakan
keluhan timbul
secara tiba-tiba dan
tidak tau penyebab
timbulnya keluhan.
Q :klien mengatakan
nyeri yang dirasakan
seperti teriris pisau
R :keluhan
dirasakan pada
daerah perut
S :skala nyeri 0-1-
(nyeri sedang 6)
T : klien
mengatakan keluhan
Senin
14/5/18
09.00
1. Mengkaji skala nyeri.
Hasil :
P: Klien mengatakan
keluhan timbul secara
tiba-tiba dan tidak tau
penyebab timbulnya keluhan
Q: Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti
teriris pisau
R: Keluhan dirasakan pada
daerah perut
S: Skala nyeri 0-10 (nyeri
sedang 6)
T: Klien mengatakan
keluhan yang dirasakan
hilang timbul
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital.
Hasil :
TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
Selasa
15/5/18
16.00
Subjektif :
1. Klien mengatakan nyeri
masih dirasakan.
2. Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan masih
sama, 0-10 nyeri berada
di angka 5 (nyeri sedang)
Objektif :
1. Nampak klien masih
meringis,
2. Nyeri tekan pada
epigastrik
3. Klien mampu
mendemonstrasikan
teknik relaksasi dan
distraksi.
4. Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
S : 36, 8 °C
A : Masalah belum teratasi
44
yang dirasakan
hilang timbul
DO :
1. Nampak wajah klien
meringis
2. Nampak klien
gelisah
3. Nyeri tekan pada
epigastrium
4. Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
3. Mengajarkan teknik
manajemen nyeri (teknik
relaksasi)
Hasil : klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi.
4. Mengajarkan teknik
manajemen nyeri (distraksi)
Hasil : klien mengatakan
melakukan teknik distraksi
dengan bermain handphone.
5. Menganjurkan pada klien
dan keluarga untuk
membatasi makanan yang
dapat menimbulkan rasa
nyeri, seperti makanan
pedas, berasam.
6. Menganjurkan makan
sedikit tapi sering sesuai
indikasi.
Hasil : klien kooperatif,
mendengarkan instruksi dan
melaksanakan instruksi.
7. Memberi informasi pada
klien dan keluarga tentang
nyeri dan terapi yang
diberikan.
Hasil :
Planning :
Intervensi dilanjutkan.
1. Kaji skala nyeri
2. Observasi TTV
3. Anjurkan melakukan
teknik relaksasi.
4. Anjurkan melakukan
teknik distraksi
5. Kolaborasi pemberian
terapi obat-oatan
45
Klien dan keluarga
kooperatif terhadap
informasi yang diberikan
Informasi dapat dimengerti oleh klien dan
keluarga.
8. Berkolabari dengan dokter
untuk pemberian terapi
obat-obatan.
Hasil :
Omeprazole tab. 3 x 1
Cotrimoxazole 3 x 1
Vit. B komplek 3 x 1
Ansietas berhubungan
dengan perubahan
status kesehatan yang
ditandai dengan :
DS :
1. klien mengatakan
merasa cemas dengan keadaannnya
2. klien mengatakan
rasa nyeri yang
dirasakan masih
belum hilang
sepenuhnya dan
merasa takut jika
keadaannya tak
Senin
14/5/18
09.15
1. Mengobservasi tanda-tanda
vital.
Hasil :
TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C 2. Mengkaji tingkat
kecemasan
Hasil : klien mengatakan
cemas dengan keadaan
kesehatannya saat ini.
3. Member pertanyaan pada
klien mengarahkan pada
eksplorasi perasaan klien.
Selasa
15/5/18
16.05
Subjektif
Klien mengatakan cemas
sedikit berkurang setelah
mendapatkan informasi
tentang kondisi
kesehatannya.
Objektif
1. Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
S : 36, 8 °C
2. Nampak wajah klien
lebih rileks dan tidak
merasa tegang.
46
kunjung membaik
DO :
1. Nampak klien
gelisah
2. Nampak wajah klien
terlihat tegang
3. Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mm Hg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
Hasil :
Klien mengatakan nyeri
perut masih dirasakan
sehingga menyebabkan
klien cemas jika
keadaannya tak kunjung
membaik
4. Mengajarkan teknik
relaksasi (nafas dalam)
Hasil : klien mampu
mendemonstrsikan teknik
relaksasin(nafas dalam)
5. Memberiikan lingkungan
yang tenang untuk istirahat.
Hasil : ruangan
pemeriksaan selain klien
hanya ada dokter dan
perawat.
6. Memberikan informasi
tentang kondisi kesehatan
saat ini.
Hasil :
Klien dan keluarga
kooperatif
Klien mengerti tentang kondisi kesehatannya
saat ini.
A : masalah teratasi
sebagian
Planning :
Intervensi dilanjutkan
1. Observasi TTV
2. Kaji tingkat kecemasan
3. Anjurkan melakukan
teknik relaksasi (nafas
dalam)
4. Pertahankan lingkungan
tenang untuk istirahat.
5. Beri informasi tentang
kondisi kesehatan.
6. Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
terapi obat.
47
7. Melibatkan keluarga untuk
penjelasan tentang penyakit.
Hasil : keluarga meberikan
support pada klien.
Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya informasi
yang ditandai dengan :
DS :
1. Klien mengatakan
tidak tau tentang
penyebab timbulnya
keluhan.
2. Klien mengatakan
sebelum sakit jenis
makanan yang
sering di konsumsi
adalah jenis
makanan berminyak,
asam, pedas dan
berbumbu.
3. Klien mengatakan
sering terlambat
makan dan jika
makan selalu dalam
porsi yang besar.
Senin
14/5/18
09.30
1. Mengkaji pengetahuan
klien dan keluarga tentang
gastritis
Hasil : Klien tidak tahu
tentang gastritis
2. Memberikan informasi
tentang penyakit meliputi
pengertian gastritis,
penyebab timbulnya
masalah, tanda dan gejala,
cara perawatan untuk
mencegah gastritis
(kekambuhan), dan
Pengobatan gastritis.
Hasil : klien kooperatif
terhadap informasi yang
diberikan.
3. Member kesempatan klien
dan keluarga untuk
bertanya.
Hasil : klien bertanya
tentang jenis makanan yang
menjadi pantangan penyakit
gastritis.
Selasa
15/5/18
16.10
Subjektif :
Klien menyebutkan
pengertian gastritis,
penyebab, tanda dan gejala,
cara perawatan dan
pengobatan gastritis.
Objektif :
Klien mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan
perawat dengan bahasa
sendiri meski belum lancer
dan masih sering lupa
A : masalah teratasi
sebagian
Planning :
Intervensi dilanjutkan
1. Kaji tingkat pengetahuan
2. Beri informasi tentang
penyakit gastritis
3. Beri kesempatan
bertanya
4. Evaluasi kembali
pengetahuan tentang
gastritis
48
DO :
1. Klien tampak
bingug tentang
penyakitya ketika
ditanya.
2. Nampak klien
gelisah.
3. Nampak wajah klien
terlihat tegang
4. Mengevaluasi kembali
tingkat pengetahuan klien
tentang gastritis.
Hasil : klien mampu
menjelaskan kembali
tentang gastritis dengan
bahasa sendiri meski belum
lancer dan masih sering
lupa.
49
Nyeri akut berhubungan
dengan mukosa
lambung teriritasi yang
ditandai dengan :
DS : 1. Klien mengeluh
nyeri pada perut
P :klien mengatakan
keluhan timbul
secara tiba-tiba dan
tidak tau penyebab
timbulnya keluhan.
Q : klien
mengatakan nyeri
yang dirasakan
seperti teriris pisau
R : keluhan
dirasakan pada
daerah perut
S : skala nyeri 0-1-
10 (nyeri sedang 6)
T : klien
mengatakan keluhan
yang dirasakan
hilang timbul
DO : 1. Nampak wajah klien
meringis
Selasa
15/5/18
16.20
1. Mengkaji skala nyeri.
Hasil : Skala nyeri 5
(sedang)
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital.
Hasil :
TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
3. Menganjurkan melakukan
teknik manajemen nyeri
(teknik relaksasi) bila
keluhan dirasakan.
Hasil : klien
mendemonstrasikan teknik
relaksasi.
4. Menganjurkan teknik
manajemen nyeri (distraksi)
sesuai kebiasaan klien misal
bermain hp, mendengarkan
musik.
Hasil : klien mengatakan
melukan teknik distraksi
dengan bermain handphone
5. Kolaborasi;
Menganjurkan meminum
obat yang diberikan dari
Rabu
16/5/18
16.00
1. klien mengatakan nyeri
sudah sedikit berkurang.
2. Klien mengatakan
mengontrol nyeri dengan
teknik relaksasi dan
bermain hp.
3. Klien mengatakan nyeri
berkurang dengan teknik
manajemen nyeri yang
diajarkan.
Objektif : 1. Nampak wajah klien
tidak meringis
2. Nyeri tekan pada
epigastrik.
3. Klien mampu
mendemonstrasikan
teknik relaksasi dan
distraksi.
4. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mm Hg
N : 82 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,8 °C
A : Masalah teratasi
sebagian
Planning :
Intervensi dilanjutkan.
50
2. Nampak klien
gelisah
3. Nyeri tekan pada
epigasrium
4. Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mm Hg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
Puskesmas.
Hasil :
Omeprazole tab. 3 x 1
Cotrimoxazole 3 x 1
Vit. B komplek 3 x 1
1. Kaji skala nyeri
2. Observasi TTV
3. Anjurkan melakukan
teknik relaksasi.
4. Anjurkan melakukan
teknik distraksi
5. Kolaborasi pemberian
terapi obat-obatan
51
Ansietas berhubungan
dengan perubahan
status kesehatan yang
ditandai dengan :
DS :
3. klien mengatakan
merasa cemas
dengan keadaannnya
4. klien mengatakan
rasa nyeri yang
dirasakan masih
belum hilang
sepenuhnya dan
merasa takut jika
keadaannya tak
kunjung membaik
DO :
6. Nampak klien
gelisah
7. Nampak wajah klien
terlihat tegang
8. Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mm Hg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
Selasa
15/5/18
16.35
1. Mengobservasi tanda-tanda
vital.
Hasil :
TD : 130/90 mmHg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
S : 36,8 °C
2. Mengkaji tingkat
kecemasan
Hasil : klien mengatakan
cemas sudah sedikit
berkurang setelah
mendapatkan informasi
tentang kondisi
kesehatannya.
3. Menganjurkan melakukan
teknik relaksasi (nafas
dalam)
Hasil : klien
mendemonstrasikan teknik
relaksasi (nafas dalam).
4. Menganjurkan keluarga
memberikan lingkungan
yang tenang untuk istirahat.
Hasil : kamar klien tampak
bersiih dan tenang
5. Memberikan informasi
tentang kondisi kesehatan
Rabu
16/5/18
16.05
Subjektif :
Klien mengatakan sudah
tidak lagi merasa cemas.
Klien yakin akan segera
sembuh dari sakitnya.
Objektif :
1. Tanda-tanda vital :
TD : 1320/80 mmHg
N : 82 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,8 °C
2. Nampak wajah klien
rileks dan tidak merasa
tegang.
A : masalah teratasi
Planning : intervensi
dipertahankan
52
saai ini
Hasil :
Klien dan keluarga
kooperatif.
Klien mengerti tentang kondisi kesehatannya
saat ini.
Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya informasi
yang ditandai dengan :
DS :
4. Klien mengatakan
tidak tau tentang
penyebab timbulnya
keluhan.
5. Klien mengatakan
sebelum sakit jenis
makanan yang
sering di konsumsi adalah jenis
makanan berminyak,
asam, pedas dan
berbumbu.
6. Klien mengatakan
sering terlambat
makan dan jika
makan selalu dalam
Selasa
15/5/18
16.50
1. Mengkaji pengetahuan
klien dan keluarga tentang
gastritis
Hasil : Klien menyebutkan
tentang penyakit gastritis
dengan bahasa sendiri.
2. Memberikan informasi
tentang penyakit meliputi
pengertian gastritis,
penyebab timbulnya
masalah, tanda dan gejala,
cara perawatan untuk
mencegah gastritis (kekambuhan), dan
Pengobatan gastritis.
Hasil : klien kooperatif
terhadap informasi yang
diberikan.
3. Memberi kesempatan klien
dan keluarga untuk
bertanya.
Rabu
16/5/18
16.10
Subjektif :
Klien menyebutkan
pengertian gastritis,
penyebab, tanda dan gejala,
cara perawatan dan
pengobatan gastritis.
Objektif :
Klien mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan
perawat dengan bahasa
sendiri meski belum lancer
dan masih sering lupa
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan
53
porsi yang besar.
DO :
4. Klien tampak
bingug tentang
penyakitya ketika
ditanya.
5. Nampak klien
gelisah.
Nampak wajah klien
terlihat tegang
Hasil : klien bertanya
tentang cara pencegahan
gastritis untuk mencegah
kekambuhan.
4. Mengevaluasi kembali
tingkat pengetahuan klien
tentang gastritis.
Hasil : klien mampu
menjelaskan kembali
tentang gastritis dengan
bahasa sendiri meski belum
lancer dan masih sering
lupa.
54
Nyeri akut berhubungan
dengan mukosa
lambung teriritasi yang
ditandai dengan :
DS : 1. Klien mengeluh
nyeri pada perut
P :klien mengatakan
keluhan timbul
secara tiba-tiba dan
tidak tau penyebab
timbulnya keluhan.
Q : klien
mengatakan nyeri
yang dirasakan
seperti teriris pisau
R : keluhan
dirasakan pada
daerah perut
S : skala nyeri 0-1-
10 (nyeri sedang 6)
T : klien
mengatakan keluhan
yang dirasakan
hilang timbul
DO : 1. Nampak wajah klien
meringis
Rabu
16/5/18
16.25
1. Mengkaji skala nyeri.
Hasil : Skala nyeri 4
(sedang)
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital.
Hasil :
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,8 °C
3. Menganjurkan melakukan
teknik manajemen nyeri
(teknik relaksasi) bila
keluhan dirasakan.
Hasil : klien
mendemonstrasikan teknik
relaksasi.
4. Menganjurkan teknik
manajemen nyeri (distraksi)
sesuai kebiasaan klien
Hasil : klien mengatakan
melukan teknik distraksi
dengan bermain handphone
5. Kolaborasi;
Menganjurkan meminum
obat yang diberikan dari
Puskesmas.
Hasil :
Kamis
17/5/18
16.00
Subjektif :
1. klien mengatakan nyeri
sudah sedikit berkurang.
2. Klien mengatakan
mengontrol nyeri dengan
teknik relaksasi dan
bermain hp.
3. Klien mengatakan nyeri
berkurang dengan teknik
manajemen nyeri yang
diajarkan.
Objektif : 1. Nampak wajah klien
tidak meringis
2. Tidak ada nyeri tekan
pada epigastrik.
3. Klien mampu
mendemonstrasikan
teknik relaksasi dan
distraksi.
4. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mm Hg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,5 °C
A : Masalah teratasi
sebagian
Planning :
55
2. Nampak klien
gelisah
3. Nyeri tekan pada
epigasrium
4. Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mm Hg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
Omeprazole tab. 3 x 1
Cotrimoxazole 3 x 1
Vit. B komplek 3 x 1
Intervensi dilanjutkan.
1. Kaji skala nyeri
2. Observasi TTV
3. Anjurkan melakukan
teknik relaksasi.
4. Anjurkan melakukan
teknik distraksi
5. Kolaborasi pemberian
terapi obat-obatan
56
Nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera
biologis mukosa
lambung teriritasi yang
ditandai dengan :
DS : 1. Klien mengeluh
nyeri pada perut
P :klien mengatakan
keluhan timbul
secara tiba-tiba dan
tidak tau penyebab
timbulnya keluhan.
Q : klien
mengatakan nyeri
yang dirasakan
seperti teriris pisau
R : keluhan
dirasakan pada
daerah perut
S : skala nyeri 0-1-
10 (nyeri sedang 6)
T : klien
mengatakan keluhan
yang dirasakan
hilang timbul
Kamis
17/5/18
16.10
1. Mengkaji skala nyeri.
Hasil : Skala nyeri 3
(sedang)
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital.
Hasil :
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,5 °C
3. Menganjurkan melakukan
teknik manajemen nyeri
(teknik relaksasi) bila
keluhan dirasakan.
Hasil : klien
mendemonstrasikan teknik
relaksasi.
4. Menganjurkan teknik
manajemen nyeri (distraksi)
sesuai kebiasaan klien
Hasil : klien mengatakan
melukan teknik distraksi
dengan bermain handphone
5. Kolaborasi;
Menganjurkan meminum
obat yang diberikan
dariPuskesmas.
Jum’at
18/5/18
16.25
Subjektif :
Klien mengatakan sudah
tidak lagi merasa nyeri pada
perutnya.
Objektif :
1. Nampak wajah klien
tidak meringis
2. Tidak ada nyeri tekan
pada epigastrik.
3. Klien mampu
mendemonstrasikan
teknik relaksasi dan
distraksi.
4. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,6 °C
A : masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
57
DO : 1. Nampak wajah klien
meringis
2. Nampak klien
gelisah
3. Nyeri tekan pada
epigasrium
4. Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mm Hg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
Hasil :
Omeprazole tab. 3 x 1
Cotrimoxazole 3 x 1
Vit. B komplek 3 x 1
58
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,
2008).
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan
sehingga tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah dan
walid, 2012).
Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas, penulis melakukan pengkajian
pada Tn. G, usia 26 tahun, suku/bangsa Bugis/Indoneseia, pendidikan SMA,
agama islam, alamat BTN Tunggala, diagnosa medis gastritis. Pengkajian
dilakukan dengan menggunakan metode pengkajian keperawatan yaitu metode
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan menelaah catatan medic dan
keperawatan untuk memperoleh data yang dierlukan.
Data yang didapatkan pada pengkajian Tn. G pada tahap pengkajian
riwayat kesehatan didapatkan data, keluhan utama klien mengeluh nyeri pada
perut, hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan Nampak wajah klien
meringis, gelisah dan terdapat nyeri tekan pada epigastrium. Nyeri timbul karena
asam lambung tak dapat ditekan produksinya hal ini akan mengakibatkan
peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung saraf yang terpajan yaitu
59
saraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung, kontak antara lesi dan
asam lambung juga merangang mekanisme reflex lokal yang dimulai dengan
kontraksi otot sehingga terjadi nyeri (srin, Syafrudin, dan Purwatiningsih, 2009),
hal ini didukung dengan diagnose medic yaitu gastritis pada catatan medik klien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum lemah, kesadaran
compos mentis, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 24 x/menit dan suhu 37° C, pada pemeriksaan
fisik abdomen terdapat nyeri tekan pada epigastrium. Pada pemeriksaan fisik body
systems lainnya didapatkan hasil tidak ada data bermasalah atau dikeluhkan klien.
Menurut Natadijaja (2012) abdomen dibagi menjadi empat kwadran dan lambung
berada di kwadran dua sehingga ada nyeri tekan karena adanya peradangan pada
lambung (Rani, 2011).
Pada pengkajian pola aktivitas makan didapatkan data sebelum sakit; klien
mengatakan jenis makanan yang sering dikonsumsi adalah jenis makanan
berminyak, asam, pedas dan berbumbuu.Klien mengatakan sering terlambat
makan dan jika makan selalu dalam porsi yang besar. Mengkonsumsi makanan
instan, pedas, asam-asaman, alkohol, makanan yang megandung kafein, kopi yang
dapat meningkatkan produksi asam lambung dan pada akhirnya kekuatan dinding
lambung menurun. Tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada
dinding lambung dan menyebabkan penyakit gastritis. Sebaiknya makan diberi
dalam porsi kecil tapi sering. Makan tiga kali sehari dalam porsi kecil untuk
menghindari makan dalam keadaan lapar dan dalam porsi yang besar, jangan
60
makan dengan tergesa-gesa sehingga makanan yang masuk dapat lebih sedikit dan
makanan dapat lebih dinikmati (sulastri, 2012).
Pada pengkajian psiokologis klien mengatakan merasa cemas dengan
keadaanya, klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum hilang
sepenuhnya dan merasa takut jika keadaannya tak kunjung membaik, hasil
observasi yang dilakukan Nampak wajah klien terlihat tegang dan takut, klien
tampak bingung tentang penyakitnya ketika ditanya. Menurut Mutaqqin (2011)
Pengkajian yang dilakukan pada pasien gastritis adalah pengkajian tentang nyeri
epigastrium yang dapat menimbulkan manfiestasi kecemasan secara individu.
Terapi yang digunakan saat ini adalah omeprazole tab. 3x1, cotrimoxazole
3x1, vitamin B komplek 3x1. Tujuan utama dalam pengobatan gastritis adalah
menghilangkan nyeri, menghilangkan inflamasi, dan mencegah terjadinya ulkus
lambung dan komplikasi. Sampai saat ini pengobatan ditujukan untuk mengurangi
sekresi asam lambung. Selain itu pengobatan gastritis juga dilakukan dengan
memperkuat mekanisme defensive mukosa lambung dengan obat-obat sitoproteksi
(Wardaniati, 2011).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial) dari
individu atau kelompok perawat secara legal mengidentifikasi danperawat dapat
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk
mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012).
61
Pada perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data berdasarkan
data subjektif dan objektif diagnosa yang muncul dan ditemkukan pada tinjuan
teori dengan kasus megenai masalah gastritis terdapat sedikit perbedaan. Dalam
teori terdapat 4 diagnosa keperawatan, tetapi di kasus terdapat 3 diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam tinjuan teori yaitu :
1. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan
keluar/hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/ perdarahan)
ditambah dengan asupan cairan yang tidak memadai.
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung.
3. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan
tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena berpuasa.
4. Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.
Sedangkan diagnosa yang dijumpai dalam kasus Tn.B dengan gangguan
sistem pencernaan gastritis yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung yang
ditanda dengan:
Data subjektif:
Klien mengeluh nyeri pada perut
P: Klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba dan tidak tau penyebab
timbulnya keluhan
Q: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau
R: Keluhan dirasakan pada daerah perut
62
S: Skala nyeri 0-10 (nyeri sedang 6)
T: Klien mengatakan keluhan yang dirasakan hilang timbul
Data objektif:
a. Nampak wajah klien meringis
b. Nampak klien gelisah
c. Nyeri tekan pada epigastrium
d. Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37 °C
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditanda
dengan:
Data subjektif :
a. Nampak klien gelisah
b. Nampak wajah klien terlihat tegang
c. Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37 °C
63
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi yang ditandai
dengan :
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan tidak tau tentang penyebab timbulnya keluhan,
b. Klien mengatakan sebelum sakit jenis makanan yang sering dikonsumsi
adalah jenis makanan berminyak, asam, pedas dan berbumbu.
c. Klien mengatakan sering terlambat makan dan jika makan selalu dalam
porsi yang besar.
Data Objektif :
a. Klien tampak bngung tentang penyakitnya ketika ditanya.
b. Nampak klien gelisah
c. Nampak wajah klien terlihat tegang
Beberapa masalah yang didapatkan dalam kasus ditentukan tiga diagnosa
yang dipilih berdasarkan prioritas masalah yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung.
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan
adanya sensasi tidak nyaman atau ketidaknyamanan yang parah, yang
berlangsung selama satu detik sampai kurang dari 6 bulan (Carrpenito, 2009).
Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnosa keperawatan yang
pertama Karena diagnosa ini saat pengkajian yang paling klien keluhkan yaitu
nyeri pada perut, diagnosa ini didasarkan pada triage consept yaitu penulis
memprioritaskan masalah yang perlu penanganan perawatan yang tepat, tidak
mengancam kehidupan, tetapi mengancam gangguan kesehatan yang lebih
64
berat, masalah ini bila tidak segera ditangani akan mengganggu aktivitas
sehari-hari bahlan menimbulkan ancaman kesehatan yang lebih berat.
Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang dapat diambil
penulis adalah agen cedera biologis. Agen cedera biologis yang dialami pasien
yaitu adanya perlukan mukosa gaster. Perlukaan mukosa gaster adalah penyakit
yang disebabkan dengan luka yang terjadi di lambung (Nuraruf, Kusuma,
2015).
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya).
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman ( NANDA NIC-NOC, 2013). Kecemasan yang dialami klien timbul
karena perubahan status kesehatan yang terjadi pada klien Tn. B, sumber utama
kecemasan yang dialami adalah karena kurangnya informasi tentang masalah
gastritis yang sedang dilami.
Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnosa keperawatan
yang kedua karena diagnose ini mencerminkan kebutuhan klien, keluhan
dirasakan klien sehingga perlu penanganan keperawatan guna meperbaiki
psikologis klien mengenai kondisi kesehatan yang dialami saat ini.\
65
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Defisiensi pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisensi informasi
kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu (NANDA NIC-NOC), 2013),
Diagnosa defisiensi pengetahuan ditegakkan karena merupakan faktor pencetus
timbulnya masalah utama gastritis, berdasarkan data yang ddapatkan saat
pengkajian memungkinkan untuk menegakkan diagnosa defisiensi
pengetahuan. Gastritis terjadi dikarenakan kurangnya informasi tentang
penyakit yang saat ini dialami klien. Jika klien memiliki pengetahuan yang
cukup maka resiko untuk terkena gastritis dapat diminimalisir.
Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnosa keperawatan
yang ketiga karena mencakup kebutuhan dan tidak mengancam
kehidupan.Diagnosa ini mencerminkan kebutuhan jangka panjang klien
sehingga perlunya tindakan pendidikan kesehatan tentang gastritis guna
mencegah terjadinya serangan berulang/kekambuhan.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan kesimpualan tindakan yang ditentukan
oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan
masalah atau diagnosis keperawatan yang ditetapkan (Zaidin, 2010).
Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosis keperawatan (Rohmah dan Walid, 2012).
Penyusunan rencana keperawatan disesuaikan dengan teori asuhan
keperawatan yang ada. Rencana tindakan keperawatan diagnose yang pertama
66
nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi; setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau
teratasi dengan kriteria hasil klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan
berkurang atau hilang, klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) dan klien
melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri. Intervensi yang
ditetapkan yaitu kaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital, ajarkan teknik
manajemen nyeri (teknik relaksasi nafas dalam), ajarkan teknik manajemen nyeri
(distraksi), anjurkan pada klien dan keluarga untuk membatasi makanan yang
dapat menimbulkan rasa nyeri, seperti makanan pedas, berasam, berikan makanan
sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien dan beri informasi pada klien dan
keluarga tentang nyeri dan erapi yang diberikan serta kabari dengan dokter untuk
pemberian terapi obat-obatan.
Rencana tindakan keperawatan diagnosa yang kedua ansietas berhubungan
dengan perubahan status kesehatan; setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan cemas dapat berkurang atau hilang dengan criteria
hasil klien mengungkapkan cemas berkurang atau hilang, tanda-tanda vital dalam
batas normal, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan. Intervensi yang ditetapkan yaitu observasi tanda-tanda
vital, kaji tingkat kecemasan, beri pertanyaan pada klien yang mengarahkan pada
eksplorasi perasaan klien, ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam), berikan
lingkungan yang tenang untuk istirahat, beri informasi tentang kondisi kesehatan
67
saat ini, libatkan keluarga untuk penjelasan tentang penyaikit serta kolaborasi
dengan tim medis untuk pemberian terapi obat.
Rencana tindakan keperawatan diagnosa yang ketiga defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi; setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 34 jam diharapkan klien dan keluarga megetahui
masalah kesehatan yang dialami dengan kriteria hasil klien dan keluarga
menyatakan pemahaman terhadap penyakit yang dialami (dapat menyebutkan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta perawatan dan pengobatan gastritis)
serta klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat. Intervensi
yang ditetapkan yaitu kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang gastritis, beri
informasi tentang penyakit meliputi pengertian gastritis, penyebab timbulnya
masalah, tanda dan gejala, cara perawatan untuk mencegah gastritis
(kekambuhan), dan pengobatan gastritis, beri kesempatan klien dan keluarga
untuk bertanya dan evaluasi kembali tingkat pengethuan klien tentang gastritis
setelah memberikan informasi tentang gastritis.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisa tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindkan, serta menilai data yang baru (Rohma dan Walid, 2012).Implementasi
keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun.
Tindakan keperawatan diagnose keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan mukosa lambung teriritasi dilakukan mengacuh pada intervensi dan
68
diimpelementasikan sama dengan intervensi yang telah ditetapkan yaitu mengkaji
skala nyeri, mengobservasi tanda-tanda vital, mengajarkan teknik manajemen
nyeri (teknik relaksasi nafas dalam), mengajarkan teknik manajemen nyeri
(distraksi), menganjurkan pada klien dan keluarga untuk membatasi makanan
yang dapat menimbulkan rasa nyeri, seperti makanan pedas, berasam,
mengajurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi, member informasi pada
klien dan keluarga tentang nyeri dan terapi yang diberikan, berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian terapi obat-obatan. Pada implementasi diagnosa
keperawatan nyeri akut semua intervensi yang telah ditetapkan dilaksanakan
dikarenakan untuk memenuhi semua criteria hasil dan tercapainya intervensi,
sehingga respon nyeri dapat berkurang atau hilang (Mutaqqin, 2011).
Tindakan keperawatan diagnose keperawatan ansietas berhubungan
dengan perubahan status kesehatan juga dilakukan sama dengan diagnose nyeri
yaitu mengacuh intervensi yang telah ditetapkan yaitu mengobservasi tanda-tanda
vital, mengkaji tingkat kecemasan, member pertanyaan pada klien mengarahkan
pada eksplorasi perasaan klien, mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam),
memberikan lingkungan yang tenang untuk istirahat, memberikan informasi
tentang kondisi kesehatan saat ini, melibatkan keluarga untuk penjelasan tentang
penyakit. Intervensi kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat
tidak diimplementasikan dikarenakan tidak ada obat yang diberikan dokter untuk
mengatasi kecemasan yang dilmi klien.
Pada pelaksanaan implementasi keperawatan diagnose ketiga defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dilakukan sama seperti
69
diagnose nyeri dan ansietas yaitu mengacuh pada intervensi yang telah ditetapkan.
Semua intervensi dilaksanakan pada implementsi diagnosa keperawatan defisiensi
pengetahuan. Implmentasi yang dilaksanakan yaitu mengkaji pengetahuan klien
dan keluarga tentang gastrirtis, memberikan informasi tentang penyakit meliputi
pengertian gastritis, penyebab timbulnya masalah, tanda dan gejala, cara
perawatan untuk mencegah gastritis (kekambuhan), dan pengobatan gastritis,
member kesempatan pada klien dan keluarga untuk bertanya dan mengevaluasi
kembal tingkat pengetahuan klien tentang gastritis.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan klien (jasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan (Rohma & Walid, 2012).
Evaluasi sebagai langka akhir proses keperawatan yaitu upaya untuk
menetukan apakah seluruh proses keperawatan berjalan dengan baik dan apakah
tindakan berhasil dengan baik (Zaidin, 2010). Evaluasi terakhir diagnose nyeri
akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi dlakukan pada klien Tn. B
pada tanggal 18 mei 2018 pukul 16. 25 didapatkan data subjektif klien
mengatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri pada perutnya. Data objektif tampak
wajah klien tidak meringis, tidak ada nyeri tekan pada epigastrik, klien mampu
mendemonstrasikan teknik relaksasi dan distraksi, tanda-tanda vital didapatkan
hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit dan
suhu 36,6° C. Hasil analisis masalah teratasi dan intervensi dipertahankan klien.
Evaluasi terakhir diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan perubahan
70
status kesehatan dilakukan pada klien Tn. B pada tanggal 16 mei 2018 pukul
16.05 didapatkan data subjektif klien mengatakan sudah tidak lagi merasa cemas
dan klien yakin akan segera sembuh dari sakitnya. Data objektifnya didapatkan
data pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 x/menit,
pernafasan 22x/menit dan suhu 36,8 C, tampak wajah klien rileks dan tidak
merasa tegang. Hasil analisis masalah teratasi dan intervensi dipertahankan.
Evaluasi terakhir diagnosa keperawatan defisensi pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi dilakukan pada klien Tn. B pada
tanggal 16 mei pukul 16.10 dan didapatkan data subjektif klien menyebutkan
penngertian gastritis, penyebab, tanda dan gejala, cara perawatan dan pengobatan
gastritis. Data objektif didapatkan data klien mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat dengan bahasa sendiri dengan lancer. Analisis masalah
teratasi dan intervensi dihentikan.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkanhasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan pada klien
Tn. B dengan gangguan sistem pencernaan gastrirtis di Puskesmas Lepo–Lepo
Kota Kendari, penulis mengambil kesimpulan sebagai berkut :
1. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada hasil
pengkajian didapatkan data dimana klien mengeluh nyeri pada perut, klien
mengatakan tidak tau tentang penyebab timbulnya keluhan, klien mengatakan
sebelum sakit jenis makanan yang sering dikonsumsi adalah jenis makanan
berminyak, asam, pedas dan berbumbu, klien mengatakan sering terlambata
makan dan jika makan selalu dalam porsi yang besar, klien mengatakan merasa
cemas dengan keadaannya, klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih
belum hilang sepenuhnya dan merasa takut jika keadaannya tak kunjung
membaik. Hasil pemeriksaaan diperoleh data nampak wajah klien meringis,
nampak kliengelisah, nyeri tekan pada epigastrium, nampak wajah klien
terlihat tegang, klien tampak bingung tentang penyakitnya ketika ditanya dan
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 86 x/menit, pernafasan 24 x/menit dan suhu 37 ° C.
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 3 diagnosa
utama yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi
72
mukosa lambung, ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
dan defisiensi pengetahuan berhubungan kurangnya informasi.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah keperawatan
yang ditemukan. Intervensi yang dilakukan untuk diagnose nyeri akut yaitu
kaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital, ajarkan teknik manajemen nyeri
(tenik relaksasi nafas dalam), ajarkan teknik manajemen nyeri (distraksi),
anjurkan untuk membatasi makanan yang dapat menimbulkan rasa nyeri,
berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi, beri informasi tentang
nyeri dan terapi yang diberikan dan kolabari dengan dokter untuk pemberian
terapi obat. Intervensi yang dilakukan untuk diagnossa ansietas yaitu observasi
tanda-tanda vital, kaji tingkat kecemasan, beri pertanyaan pada klien
mengarahkan pada eksplorasi perasaan klien, ajarkan teknik relaksasi (nafas
dalam), beri lingkungan yang tenang untuk istirahat, beri informasi tentang
kondisi kesehatan saat ini, libatkan keluarga untuk penjelasan tentang penyakit
dan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat. Intervensi yang
dilakukan untuk diagnosa defisiensi pengetahuan yaitu kaji pengetahuan klien
dan keluarga tentang gastritis, beri informasi tentang penyakit meliputi
pengertian gastritis, penyebab timbulnya masalah, tanda dan gejala, cara
perawatan untuk mencegah gastritis (kekambuhan), dan pengobatan gastritis,
beri kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya dan evaluasi kembali
tingkat pengetahuan klien tentang gastritis.
4. Implementasi dilakukan pada tanggal 14 mei s/d 17 mei 2018. Implementasi
yang telah dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
73
Implementasi diagnosa keperawatan nyeri akut yaitu mengkaji skala nyeri,
mengobservasi tanda-tanda vital, mengajarkan teknik manajemen nyeri (teknik
relaksasi nafas dalam), mengajarkan teknik manajemen nyeri (distraksi),
menganjurkan untuk membatasi makanan yang dapat menimbulkan rasa nyeri,
memberikan makanan sedikit tapi sering sesua indikasi, member informasi
tentang nyeri dan terapi yang diberikan dan berkolaboras dengan doter untuk
pemberian terapi obat. Implementasi yang dilakukan unntuk diagnosa ansietas
yaitu mengobesrvasi tanda-tanda vital, mengkaji tingkat kecemasan, member
pertanyaan pada klien mengarahkan pada eksplorasi perasaan klien,
mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam), memberi lingkungan yang tenang
untuk istirahat, memberi informasi tentang kondisi kesehatan saat ini,
melibatkn keluarga untuk penjelasan tentang penyakit. Implementasi yang
dilakukan untuk diagnose defisiensi pengetahuan yaitu mengkaji pengetahuan
klien dan keluarga tentang gastritis, beri informasi tentang penyakit meliputi
pengertian gasitris, penyebab timbulnya masalah, tanda dan gejala, cara
perawatan untuk mencegah gastritis (kekambuhan), dan pengobatan dan
mengevaluasi kembali tingkat pengetahuanklien tentang gastritis.
5. Evaluasi dilakukan pada tanggal 15 mei s/d 18 mei. Evaluasi yang telah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan keperawatan yang telah disusun. Evaluasi
terakhir yang dilakukan untuk diagnosa nyeri akut didapatkan hasil subjektif
klien mengatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri pada perutnya, hasil
pemeriksaan nampak wajah klien tidak meringis, tidak ada nyeri tekan pada
epigastrik, klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi dan distraksi,
74
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit dan suhu 36,6 ° C, analisis masalah
teratasi dan intervensi dipertahankan klien. Evaluasi terkhir diagnosa ansietas
didapatkan hasil klien mengatakan sudah tidak lagi meras cemas, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mm Hg,
nadi 82 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 36,8 °C, nampak wajah klien
rileks dan tidak merasa tegang, analisis masalah teratasi dan intervensi
dipertahankan. Evaluasi terakhir diagnosa defisiensi pengetahuan didapatkan
hasil subjektif klienmenyebutkan pengertian gastritis, hasil observasi klien
mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat dengan bahasa
sendiri dengan lancer, analisis masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat/ Klien
Klien berisiko untuk terjadi kekambuhan penyakit, sehingga diharapkan
perlunya upaya pencegahan serta pengendalian secara rutin dari klien.Upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor penyebab timbulnya
keluhan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai
tambahan informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan
sebagai referensi perpustakaan yang bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai
bahan acuan dan dasar dalam menerapkan asuhan keperawatan khususnya
gastritis.
75
3. Bagi Puskesmas
Bagi Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerjasama
yang baik antara petugas kesehatan dengan klien dan dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal khususnya klien dengan penyakit gastritis,
serta diharapkan puskesmas mampu menyediakan fasilitas, sarana dan
prasarana yang dapat mendukung kesembuhan klien di Wilayah Kerja
Puskesmas Lepo-Lepo.
76
77
78
79
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang akan dilakukan:
Nama : Tn . G
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : BTN Tunggala
Dengan judul, “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Gastritis di ruangan Seruni Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari”.
Tanda tangan saya menunjukkan bukti bahwa saya bersedia dan telah diberi
informasi serta memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Kendari, 14 Mei 2018
Peneliti Responden
HASNAWATI TN. G