KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

16
KEMATIAN AKIBAT ANESTESI Lebih tepat dan lebih baik untuk menganggap kematian anastesi sebagai " kematian yang terjadi selama anastesi", sejak ada bagian yang menghitung jumlah kematian yang diakibatkan oleh anastesi; tindakan pemberian anastesi dan teknik anastesi diatur kembali akibat dari meningkatnya kematian akibat anastesi. Dari penelitian itu tidak sering berhubungan antara zat anastesi dengan tindakan yang dilakukan oleh ahli anastesi sehingga hal ini tidak menjadi bagian dari penyebab kematian. Penyelidikan ini adalah kompleks. Dengan mengabaikan fakta bahwa mayoritas terjadi di rumah sakit harus tidak dilupakan bahwa beberapa terjadi pembedahan-walaupun mengenai gigi ahli patologi rumah sakit berkompeten untuk melaksanakan bagiannya, otopsi seharusnya, dan secara normal adalah, disebut suatu ahli patologi mandiri, yang terutama/lebih disukai suatu ahli patologi forensik dengan pengalaman dari pengujian ini Itu harus disadari bahwa penemuan phatologist's, walaupun suatu bagian integral penyelidikan, adalah sering suatu penjelasan yang tidak cukup kematian. Penyebab mungkin telah dalam kaitan dengan faktor, sifat alami yang

Transcript of KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

Page 1: KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

Lebih tepat dan lebih baik untuk menganggap kematian anastesi sebagai "

kematian yang terjadi selama anastesi", sejak ada bagian yang menghitung jumlah

kematian yang diakibatkan oleh anastesi; tindakan pemberian anastesi dan teknik anastesi

diatur kembali akibat dari meningkatnya kematian akibat anastesi. Dari penelitian itu

tidak sering berhubungan antara zat anastesi dengan tindakan yang dilakukan oleh ahli

anastesi sehingga hal ini tidak menjadi bagian dari penyebab kematian.

Penyelidikan ini adalah kompleks. Dengan mengabaikan fakta bahwa mayoritas

terjadi di rumah sakit harus tidak dilupakan bahwa beberapa terjadi pembedahan-

walaupun mengenai gigi ahli patologi rumah sakit berkompeten untuk melaksanakan

bagiannya, otopsi seharusnya, dan secara normal adalah, disebut suatu ahli patologi

mandiri, yang terutama/lebih disukai suatu ahli patologi forensik dengan pengalaman dari

pengujian ini

Itu  harus disadari bahwa penemuan phatologist's, walaupun suatu bagian integral

penyelidikan, adalah sering suatu penjelasan yang tidak cukup kematian. Penyebab

mungkin telah dalam kaitan dengan faktor, sifat alami yang menempatkan mereka di luar

lingkup dari pengujian nya ( polson, 1955)

Tidak jarang pengujian pemeriksaan mayat menghasilkan penemuan negatif, dan

phatologist tidaklah kemudian sanggup untuk menyatakan suatu pendapat seperti pada

obat bius, atau administrasi nya, adalah suatu faktor di (dalam) kematian; ini telah

ditetapkan oleh pengalaman berburu ( 1958) dan harrison ( 1968). Mereka mengambil

pandangan bahwa] peran patologi telah terbatas, secara keseluruhan, kepada pendeteksian

tentang penyakit alami, tanda kerusakan yang lebih jelas dengan] prosedur obat bius atau

kesalahan dalam prosedur berhub. dg pembedahan. Di dalam kealpaan dari penemuan

positif patologi telah dipaksa untuk menerima rumusan tersebut " tidak ada apapun untuk

menunjukkan bahwa  obat bius tidaklah skifully diberi"

Bagaimanapun posisi saat ini, telah appreciably meningkatkan dengan mengakses

ke toxicological analisa, dan oleh karena itu ketika penemuan otopsi adalah negative

Page 2: KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

negative patologi perlu mengumpulkan material untuk tujuan ini, dan, mungkin perlu,

memperoleh nasihat dari ahli racun yang terkait dalam rangka memastikan bahwa

material yang sesuai, di dalam kondisi dan jumlah cukup, diminta pengujian ( blanke,

1960; campbell et.al, 1961; rieders, 1969)

Di mana itu ditinggalkan kepada phatologist sebagai tapak kaki bersaksi kepada

penemuan yang medis tersebut adalah sangat mendesak bahwa ia pasti mempunyai

kesempatan tersebut untuk mendiskusikan keadaan kasus dengan ahli bius dan clinician

terkait. Pemeriksa mayat boleh baik dengan bijaksana memutuskan untuk dengar bukti

mereka sebagai tambahan terhadap phatologist nya, jika ia adalah untuk menjangkau

suatu penafsiran  benar penyebab  kematian tersebut. Ia  juga mempunyai informasi

tentang segala   relevan  toxicological penemuan

Klasifikasi Kematian Yang Berhubungan

dengan Anestesi

Beberapa klasifikasi pernah diumumkan, misalnya oleh Saphira dkk (1960) dan

Harisson (1968).Pembagian  sederhana kematian akibat anastesi :

a. Kematian dikarenakan oleh anestesi dan /atau cara pelaksanaannya.

b. Kematian dikarenakan oleh kecelakaan pembedahan selama anestesi.

c. Kematian dikarenakan oleh penyakit alami,lainnya yaitu terapi yang diberikan

atau penyakit yang sering terjadi sekarang ini.

Bahaya atau resiko dari anestesi merupakan pertimbangan secara terperinci oleh beberapa

orang penulis, termasuk Keating (1966).

A.. KEMATIAN DIKARENAKAN OLEH ANESTESI

DAN ATAU CARA PELAKSANAANNYA

            Harus diperhatikan bahwa kematian karena anestesi sangat luar biasa . Laporan

umum berkata bahwa kejadian kematian pada waktu atau segera setelah operasi rata-rata

0,2% -0,6 % dari operasi dan kematian disebabkan oleh anestesi hanya 0,03%-0,1%  dari

seluruh anestesi yang diberikan. Kematian yang terjadi pada waktu operasi atau segera

setelah operasi, dari laporan kejadian karena anestesi sangat bervariasi dari 5%-50%

(Campbell,1960). Beberapa penulis memiliki daftar  penyebab kematian dikarenakan

oleh anestesi, misalnya: Edward dkk(1956), Campbell (1960), Sphira dkk (1960) dan

Page 3: KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

Dinnick (1964), Love (1968). Harisson (1968). (Hasil laporan Eward dkk (1956) dan

Dinnick (1964) berdasarkan rangkaian mengadakan pemeriksaan dengan perkumpulan

dokter anestesi, tentu saja panjang, tapi hanya sedikit proporsi dari hal ini yang dapat

diketahui dengan pemeriksaan patologi.

 

(i)   Kurang pengalaman

Morton dan Wylie (1951) berpendapat bahwa sebagian besar kematian pada waktu

anestesi dikarenakan kurangnya pengalaman dan kegagalan dalam melakukan tindakan

pencegahan ketika intubasi. Hal ini mungkin saja benar. Hal ini meliputi kecelakaan

dikarenakan intubasi (misalnya Penggeluaran aspirasi, kekakuan tube dan bronkoskopi,

masing-masing mungkin karena hambatan vagal jika pernafasan dari anestesi tidak

adekwar. Penyumbatan pernafasan setelah operasi dengan tube/swab mungkin juga

terjadi.

 

(ii)   Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan dalam bidang anestesi yang modern dapat memerankan arti

penting untuk sebuah insidens, contohnya overdosis barbiturat secara intravena atau

kolaps setelah menggunakan obat tersebut. Gagal jantung telah dihubungkan dengan

penggunaan trichloroethylen. Penggunaan urea secara intravena dapat menyebabkan

hipertensi. Penggunaan halotan yang aman telah menjadi subjek pada beberapa laporan

dan terbukti bahwa obat ini dapat menyebabkan nekrosis hati dan akhir-akhir ini, halotan

dilaporkan dapat menyebabkan hiperpireksia malignan/ganas.Tygstrup (1963)

menemukan hubungan antara halotan dan nekrosis hati, tetapi berdasarkan pengalaman

Muschin dkk (1964) menunjukkan bahwa setelah penggunaan halotan dapat

menyebabkan hepatitis, biasanya setelah berulang kali terpapar dengan obat anestesi ini.

Enam dari sebelas pasien meninggal antara hari kedelapan sampai hari kedua puluh

delapan setelah penggunaan halotan dan pada peneriksaan post mortem tampak nekrosis

hati yang masif dan tampak gambarab hepatitis akut. Penggunaan halotan sendiri atau

bersama dengan suxamethonium saat ini diketahui dapat menimbulkan komplikasi

anestesi yang mengkhawatirka seperti yang sudah diketahui yaitu hiperpireksia

malignan.Karakteristik hiperpereksia malignan ini tidak hanya berupa kenaikan suhu ke

Page 4: KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

level yang berbahaya, meskipun mencapai 110 derajat farenheit tapi juga takikardi,

hiperpnoea, sianosis dan kaku pada otot (Barlow dan isaacs, 1970). Kondisi ini yang

menyebabkan tingginya angka kematian pada kebanyakan pasien. Yang harus dipikirkan

pertama kali adalah adalah reaksi dari suxamethonium tapi ternyata hanya mengobservasi

penggunaan halotan (Harrison, 1968a; Drury dan Gilbert, 1970). Hal ini tampaknya

terjadi secara genetik dan terjadi pada keluarga yang mempunyai subklinis penyakit

miopati dan nilai serum kreatinin fosfokinase yang tinggi (Isaac dan Barlow, 1970).

Anestesi dengan nitrat oksida jarang yang fatal dan bila terjadi kematian

kemungkinan berhubungan dengan penggunaan yang tidak berpengalaman atau tidak

efisien. Contohnya adalah kematian saat sedang dianestesi oleh ahli anestesi dan saat

terapi pembedahan pada ovulsi kuku jari kaki (Polson, 1955).

Kematian seorang anak perempuan yang bekerja sebagai resepsionis dokter gigi, dia

mengalami overdosis yang fatal setelah mengadiksi nitrat oksida secara inhalasi

(Enticknap, 1961).

Pada tahun 1966, merebaknya kasus keracunan akibat nitrat oksida menimbulkan

kekhawatiran yang berdampak buruk dan suatu saat menjadi kenyataan dan ini menjadi

masalah pada obat-obatan yang berbentu gas. Akibatnya pasien terinhalasi oleh nitrat

oksida (Brit. M.J, 1966).

Setelah tahun 1966, kematian pada 2 pasien diakibatkan oleh inhalasi nitrat oksida.

Berdasarkan penyelidikan bahwa nitrat oksida itu terkontaminasi oleh nitrit oksida. Ini

merupakan akibat dari tidak disiplinnya mengikuti pareturan yang aman di pabrik nitrat

oksida. Ketika selindir nitrat oksida diteliti, 40.000 dites dan hasilnya sebanyak 65

ditemukan adanya kontaminasi nitrit oksida (Lancet, 1966a, 1966b; Brit. M.J, 1966;

Brit. J. Anaesthesia, 1967 )

Penggunaan atropin dapat menyebabkan hiperpireksia oleh karena mekanisme

regulasi panas (Tettersall, 1953; Pask, 1964). Contohnya dilaporkan oleh Harris dan

Hutton, 1956.

Adrenalin dan kokain : Makintosh (1948-9) memusatkan perhatian pada adrenalin

dan kokain. Kesalahan penggunaan adrenalin untuk kokain menyebabkan 2 kematian

mendadak. Makintosh mempertimbangkan kematian ini terhadap penggunaan kokain

pada lokal anestesi bukan langkah penting untuk produksi vasokostriksi dan kombinasi

Page 5: KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

kedunya ini meningkatkan toksisitas adrenalin dan kokain. Makintosh juga memusatkan

perhatiannya untuk membedakan antara 2 % kokain dalam adrenalin dan 2 % kokain

dengan adrenalin. Makintosh meragukan eksistensi sensitivitas kokain, menurut

percobaannya kecelakaan- kecelakaan tersebut berhubungan dengan overdosis atau

kombinasi dengan adrenalin.

 

(iii)   Faktor Klinik

Hal ini meliputi : ventilasi kurang, volume darah kurang, transfusi tidak adekwat dan

anoksia. Belakangan ini tidak hanya sering dikarenakan sebab yang tidak diketahui,

bahaya ini disebabkan kerusakan otak (Courville 1960, Brierley dan Miller 1966). Pada

suatu peristiwa tahun 1959 anoksia karena kerusakan otak besar telah menyebabkan

kematian pada anak-anak. Pada peristiwa itu kematian dikarenakan tidak efisiennya

pelaksanaan dokter anestesi, yaitu dirinya sendiri pada waktu itu dibawah pengaruh

anestesi.

Tidak/kurang hati-hati pada hipotermia,hiperpireksia dan reaksi sensitivi dan alat-alat

regulasi pernafasan khususnya selama periode setelah operasi, mungkin yang lainnya

kecelakaan.

Kemampuan perawat selama periode setelah operasi dengan pasien pada posisi yang

aman merupakan perlindungan yang penting dan mereka harus mengobservasi langsung

pasian sampai ia sembuh kembali dalam keadaan sadar. Meskipun jika ditinggalkan

sendiri dalam beberapa menit penggeluaran pernafasan fatal mungkin saja terjadi

(mackintosh,1948-9).

 

(iv)          Kecelakaan Teknik 

Pemberian darah yang tidak cocok sekarang jarang terjadi. Abduksi abnormal dari

lengan selama transfusi dapat menimbulkan brachial paralisis,seakan-akan normal hanya

sementara. Kecelakaan ini berhubungan dengan tindakan pengadilan pemerintah pada

tahun 1953 ( Crawfordv. Charing Cross Hospital Board). Infusi cairan yang salah juga

luar biasa terjadi. Pasien meninggal ketika ia salah menerima sodium sitrat seharusanya

normal saline. Kesalahan ini sebagian besar dikarenakan kenyataan warna dari kedua

Page 6: KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

cairan yang terisi dalam botol yang mirip dengan label yang sama juga dalam lemari

penyimpanan yang sama. Kesalahan telah terjadi seslesai gagal untuk mengecek

label,telah salah menyuntikan untuk lokal anestesi. Dokter anestesi sendiri seharusnya

mengecek udara yang keluar atau swab yang digunakan berlebihan dan kurang hati-hati

dalam pernafasan. Mereka seharusnya mendisain dengan benar dan mengontrol selang

atau alat-alat (Gamer v. Morrell,1955: Urry dan Urry v. Bierer 1955). Pada masa

lampau jarang terjadi ledakan diruang operasi selama anestesi.   

 

B.  KEMATIAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KECELAKAAN SAAT  PEMBEDAHAN

Kematian berdasarkan kategori ini biasanya dideteksi dari autopsi dan tidak

dibutuhkan diskusi,mereka mempertimbangkan kematian yang berhubungan dengan

anestesi,seperti Harrison(1968) dan ada dalam bentuk monograph, seperti Beecher Todd

(1954) dan Boba (1965)

 Berdasarkan pengalaman patologi forensik (Mant,1958) pada prinsipnya ditemukan

perdarahan masif, perforasi kandung kemih, emboli udara, contohnya terjadi pada

pembedahan di regio aksila dan pada pembedahan besar.

Kebanyakan komplikasi pada penatalaksanaan pembedahan seperti paska

gastrotomy,pada pankreastitis akut, yang terjadi pada beberapa jam setelah pembedahan

atau diluar periode pembedahan.

Pada kasus kematian selama periode ini,diseksi yang hati-hati pada pembedahan akan

menimbulkan kecelakaan saat pembedahan.

 

C.  KEMATIAN YANG BERASAL DARI SEBUAH

PENYAKIT

Pada kebanyakan kasus kematian yang berhubungan dengan anestesi,penyebab

kematian  adalah penyakit. Sering akibat tindakan bedah dan pada pasien yang sakit akan

meninggal dan tidak dapat dihindari, contohnya hasil dengan ganggguan  biokimia yang

berat yang berhubungan dengan obstruksi intestinal akut. jika memang kondisinya sangat

dibutuhkan untuk dilakukan pembedahan tidak menimbulkan hal fatal seperti penyakit

Page 7: KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

jantung iskemik,pada beberapa kasus pembedahan memang sangat beresiko. tetapi

kematian ditemukan menjadi berhubungan dengan penyakit alami yang tidak terduga,

biasanya hasil otopsi pada kasus kematian paska pembedahan sangat bernilai.

pada laki-laki usia pertengahan, tampak sehat, dioperasi di atas tulang rawan pada lutut.

pada kesimpulan pembedahan secepatnya perban dilepas dari kakinya. pasien tiba-tiba

kolaps, nadi tak teraba dan meninggal.

Pada otopsi tampak emboli pulmoner yang masif dengan trombus pada vena kaki,

perban yang terlepas menyebabkan emboli masuk dalam sirkulasi. pada kondisi yang

lain, kematian yang mendadak setelah pembedahan ditemukan perdarahan pada

perikardium yang timbul karena ruptur infark kardiak yang diakibatkan trombosis

koroner. pada pemeriksaan histologi menunjukkan kemungkinan terjadi beberapa hari

setelah operasi.

Penyakit yang tidak dicurigai dapat menimbulkan keadaan darurat yang tidak

diinginkan selama anestesi yang dapat menyebabkan kematian.

Griffitsh (1958) mengambarkan, kolaps yang terjadi secara itba-tiba yang berhubungan

dengan hipotensi disebabkan karena hipoplasia adrenal, hipertensi pulminan berhubungan

dengan pheochromositomas, tension pneumotorak, yang terjadi dari ruptur bula

empisema dan trombosis cerebral. Harisson (1968) perdarahan, penyakit jantung iskemik

dan ruptur aneurisma aorta.  

 

Fungsi Pemeriksaan Patologi Dalam Investigasi

Kematian Akibat Anestesi

Hal ini akan jelas terlihat lebih detail bahwa banyak bahaya/resiko dokter anestesi

yang sulit untuk dideteksi dengan peeriksaan post mortem dan pemeriksaan

patologi.Tidak ada satupun bagian yang penting dalam investigasi ini.Ia dalam kesaksian

yang idependent.Ia dapat mendeteksi/menyingkirkan bukti-bukti,benda asing dalam

pernafasan,kesalahan pembedahan dan penyakit alami.Meskipun Ia mungkin tidak

kompeten untuk menunjukan /mempunyai fasilitas untuk pemeriksaan toksikologi.Ia

harus bertanggung jawab untuk mengumpulkan materi yang sesuai untuk analisis.Hal ini

mungkin bukan cara yang tepat tapi dalam jumlah yang cukup.jika ada keraguan kita

sebaiknya konsultasi dengan ahli toksikologi sehingga suatu masalah dapat diatasi.         

Page 8: KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

Dengan segala kemungkinan ia harus mengkonsultasikan dengan dokter anestesi atau

dokter bedah yang terlibat untuk penatalaksanaan autopsi pada korban.

Ahli patologi bertugas untuk menampilkan otopsi yang kompeten dan harus mencocokan

antara barang bukti dan penemuannya,ahli patologi juga bisa mengambil hasil-hasil yang

faktual dari ahli toksikologi jika dikemudian hari hasilnya tidak sesuai.

    

Dental Anestesi

Pada penggunaan anestesi umum dental mempunyai banyak resiko,ini terjadi didalam

ruangan operasi. Ada beberapa bahaya resiko yang spesifik adalah masuknya udara

kedalam saluran pernafasan bisa melalui darah,gigi atau penutup mulut.

Adapun penggunaan lignocain yqang disuntikan pada periodontal disuntikan dengan

anestesi lokal dalam posisi duduk,agar dapat dialirkan kedalam darah,supaya tidak terjadi

hipotensi maupun penurunan kesadaran.Dan biasanya jika dilakukan suntikan anestesi

dibagian inferior syaraf dental dapat menyebabkan kollaps yang terjadi secara mendadak.

Keterangan dalam hal ini telah dituliskan dalam suatu tulisan yang berjudul

EMERGENCY DENTAL PARTIKEL {1971}. Yang isinya menerangkan kriteria yang

bagaimana yang dilakukan untuk tindakan anestesi dental, sehingga dapat menurunkan

bahaya resiko dari tindakan yang telah dilakukan profesi kesehatan. Meskipun demikian,

seringkali terjadi mendadak sehinng diperkenalkanlah alat - alat yang dapat

menanggulangi aresiko tersebut.          

Adapun didalam penerapannya ia menerangkan bahwa hal tersebut merupakan suatu

pelajaran yang dapat menghasilkan harapan yang diinginkan .

Penemuan adanya swab didalam bronkus merupakan kerangan yang didapat dan ini

juga dapat menjadi bukti yang kuat, atau dengan adanya swab didalam bronkus

merupakan suatu keterangan sebab terjadinya kematian.

Pada tahun 1961 ROBERTSON menerangkan bahwa untuk menemukan adanya swab

didalam bronkus pasien, ditentukan dengan jalan traceotomy. Ia juga membuktikan

bahwa swab sangat menyokong sebab terjadinya kematian.Dan juga menerangkan bahwa

trakea adalah tempat terjadinya pertukaran udara,tetapi disini@keadaan@kollaps bukan

merupakan suatu bukti yang kuat telah terjadi obstruksi pada paru-paru. Dia juga

menerangkan bahwa tindakan percobaan respirasi tidak akan menghilangkan swab

Page 9: KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

didalam bronkus tersebut, dan dia juga menerangkan bahwa paru-paru dapat berfungsi

normal jika terjadi en bloc maka lakukan penarikan trakea dengan jalan menggunting

sampai bagian belakang dinding trakea terbuka, sehinngga udara dapat mengalir,

tindakan ini dapat menyingkirkan swab melalui tindakan trakeotomy dapat juga sebagai

bukti sebab terjadinya kematian akibat tindakan kekerasan pada bronkus. Oleh sebab itu

dia merekommendasikan bahwa terjadinya pertukaran aliran udara en bloc dimasukkan

kedalam medicoillegal, tetapi jika hal ini dalam prakteknya menemukan banyak dugaan

maka dilakukan tindakan @pembedahan@tubuh mayat.

            Dia juga diminta untuk meneliti@masalah@yang sama. Pada pasien ini penyebab

kematian akibat bronchitis dan pneumonia, lalu dia melakukan tindakan trakeotomy

dimana kelainan pertama kali ditemukan adanya perpindahan aliran udara paru-paru yang

terhambat dengan prosedur umumnya. Dia menemukan dengan menggunakan kapas

swab pada bronchus bagian kanan. Yang terpenting adalah terdapat partial kollaps pada

paru-paru@yang menyebabkan tersumbatnya aliran udara ke paru-paru antara lain adalah

partikel-partikel yang masuk ke dalam pernapasan berupa swab yang menghalangi

udara        Alasan kedua tentang hal itu adalah dilakukan tindakan autopsy ini, adalah

sering dilakukan oleh seorang perawat ketika dia melakukan pembukaan trakeotomy

akibat sumbatan dari kapas dan plester terlalu kuat sehingga dapat menyebabkan

kematian.

            Keterangan yang dapat menyebabkan kelainan patologis bahwa tidak adanya

indikasi yang dapat dengan segera melakukan percobaan dengan memindahkan aliran

udara yang masuk dengan jalan menggunting. Meskipun didalam tes ini dapat membantu

didalam tindakan autopsy lainnya tetapi sebagian dari kapas swab dapat membuat

perbaikan. Sebelum melakukan tindakan pembedahan mayat terlebih dahulu melakukan

tindakan trakeotomy karena hanya tindakan tersebut dapat menyingkirkan swab pada

bronchus dan kerasnya swab dapat dihilangkan agar aliran udara dapat masuk ke dalam

saluran pernapasan jika terlebih dahulu membukanya dengan gunting yang tajam dan

balon udara akan terbentuk jika menggunakan gunting yang tumpul dalam

menyingkirkan swab didalam trakea.

            Dia juga menemukan benda asing yang tersusun atas dua gabungan seperti

benang wol yang dilakukan secara terpisah dan gambarannya mirip alat yang digunakan

Page 10: KEMATIAN AKIBAT ANESTESI

untuk membersihkan trakea bukannya yang digunakan untuk menutup pada tindakan

trakeotomy setelah terjadi kematian.

@

            Pemeriksaan histology dari swab pad lesi dan segmen bronchus yang normal

sebagai control menunjukkan bahwa pada dinding lesi bronchial diliputi oleh reaksi

peradangan dimana peradangan pada dinding bronchus control ditekan oleh

permukaannya  sendiri.@

            Penelitian menunjukkan lesi perdangan bronchus setelah terjadi kematian tanda-

tanda peradangan akan hilang dengan mekanisme kompresi dan pengosongan pembuluh

darah yang berdilatasi pada dinding bronkioli.