Kemasan Sarden KIKI

12
IV.3. ARL IV.3.1. Coating Dalam industri makanan ikan kaleng, resiko yang terjadi adalah adanya reaksi antara makanan dalam kaleng dan logam. Reaksi korosi adalah reaksi yang paling sering terjadi dan yang paling menyebabkan adanya lubang pada kaleng. untuk emnghindarai adanya reaksi korosi, maka menutupi bagian dalam kaleng dengan lapisan dari material inert untuk mencegah adanya logam kaleng dengan makanan. Ada dua jenis pemernisan dalam kaleng makanan yaitu, menggunakan Acid Resistant Lacquer (ARL) dan Sulphur Resistant Lacquer (SRL). Jenis pemernisan ini biasanya digunakan pada pengemasan buah dan sekarang telah digunakan juga pada industry daging, ikan, susu dll (Gopakumar, 1993). Acid Resistant Lacquer (ARL) Buah-buah dengan warna cerah biasanya dikemas menggunakan kaleng yang dilapisi dengan AR. Karena pigmen warna dari buah, antosianin, akan bereaksi dengan logam kemasan dan akan menyebabkan warna buah berubah menjadi ungu dan sirup akan menjadi tidak jernih. Dengan menggunakan kemasan yang dilapisi dengan AR akan mencegah pigmen warna dari buah beraksi dengna material logam kemasan. Oleoresinous lacquered yang paling sering digunakan dalam kemasan buah kaleng.

Transcript of Kemasan Sarden KIKI

Page 1: Kemasan Sarden KIKI

IV.3. ARL

IV.3.1. Coating

Dalam industri makanan ikan kaleng, resiko yang terjadi adalah adanya reaksi

antara makanan dalam kaleng dan logam. Reaksi korosi adalah reaksi yang paling

sering terjadi dan yang paling menyebabkan adanya lubang pada kaleng. untuk

emnghindarai adanya reaksi korosi, maka menutupi bagian dalam kaleng dengan

lapisan dari material inert untuk mencegah adanya logam kaleng dengan makanan.

Ada dua jenis pemernisan dalam kaleng makanan yaitu, menggunakan Acid

Resistant Lacquer (ARL) dan Sulphur Resistant Lacquer (SRL). Jenis pemernisan ini

biasanya digunakan pada pengemasan buah dan sekarang telah digunakan juga pada

industry daging, ikan, susu dll (Gopakumar, 1993).

Acid Resistant Lacquer (ARL)

Buah-buah dengan warna cerah biasanya dikemas menggunakan kaleng yang

dilapisi dengan AR. Karena pigmen warna dari buah, antosianin, akan bereaksi

dengan logam kemasan dan akan menyebabkan warna buah berubah menjadi ungu

dan sirup akan menjadi tidak jernih. Dengan menggunakan kemasan yang dilapisi

dengan AR akan mencegah pigmen warna dari buah beraksi dengna material logam

kemasan. Oleoresinous lacquered yang paling sering digunakan dalam kemasan buah

kaleng.

Sulphur Resistant Lacquer (SRL)

Produk makanan yang mengandung sulfur, biasanya makanan yang

mengandung protein memiliki sedikit kandungan sulfur didalamnya, apabila

mengalami kontak dengan kaleng timah atau besi akan menyebabkan titik hitam pada

kaleng tersebut yaitu, timah atau besi sulfide. Dalam beberapa kasus, timah atau besi

sulfide ini akan tercampur dengan produk makanan didalam kemasan kaleng tersebut.

Untuk mencegah adanya reaksi tersebut, kaleng makanan atau ikan dilapisi dengan

menggunakan SR lacquer. Terdapat beberapa jenis SR lacquer, tetapi yang sering

digunakan dalam kemasan ikan kaleng adalah oleoresinous C-enamel. C-enamel

Page 2: Kemasan Sarden KIKI

mengandung zink oxide yang akan bereaksi dengan sulfur selama proses pemanasan

dan menghasilkan zink sulfide yang berwarna putih (Gopakumar, 1993),

Jenis Coating Organik

Sebagian besar lacquer atau pernis menggunakan bahan dasar minyak

(oleoresinous) atau dari sintetik. Pernis yang berdasar minyak mengandung fosil gum

dan minyak kering. Pernis sintetis digunakan pada kaleng makanan biasanya berasal

dari phenolic, epoxy, vinyl atau polyester. Jenis pernis yang digunakan dalam

kemasan kaleng makanan harus memenuhi beberapa kualitas, antara lain adalah

(Gopakumar, 1993)

1. Tidak mengubah rasa dan bau dari produk makanan

2. Dapat bertahan pada suhu yang tinggi sekitar 121oC ata lebih tinggi pada

waktu yang lama (90 menit atau lebih)

3. Pelapisan ini tidak menyebabkan perubahan warna makanan

4. Tidak menyerap warna dari produk

5. Tahan dan elastic selama proses manufaktur, menempelkan kode, dll.

Jenis-jenis lapisan enamel yang digunakan adalah (Dosen, 2010):

Epoksi-fenolik, merupakan pelapis yang banyak digunakan, bersifat tahan asam

serta mempunyai resistensi dan fleksibilitas terhadap panas yang baik.

Digunakan untuk pengalengan ikan, daging, buah, pasta dan produk sayuran.

Pada pelapisan dengan epoksi fenolik juga dapat ditambahkan zink oksida atau

logam aluminium bubuk untuk mencegah sulphur staining pada produk daging,

ikan dan sayuran.

Komponen Vinil, yang mempunyai daya adhesi dan fleksibilitas tinggi, tahan

terhadap asam dan basa, tapi tidak tahan terhadap suhu tinggi pada proses

sterilisasi. Digunakan untuk produk bir, juice buah dan minuman berkarbonasi.

Phenolic lacquers, merupakan pelapis yang tahan asam dan komponen sulfida,

digunakan untuk kaleng kemasan pada produk daging, ikan, buah, sop dan

sayuran.

Butadiene lacquers, dapat mencegah kehilangan warna dan mempunyai

resistensi terhadap panas yang tinggi. Digunakan untuk bir dan minuman ringan.

Page 3: Kemasan Sarden KIKI

Acrylic lacquers, merupakan pelapis yang berwarna putih, digunakan sebagai

pelapis internal dan eksternal pada produk buah. Pelapis ini lebih mahal

disbanding pelapis lainnya dan dapat menimbulkan masalah pada beberapa

produk.

Epoxy amine lacquers, adalah pelapis yang mempunyai daya adhesi yang baik,

tahan terhadap panas dan abrasi, fleksibel dan tidak menimbulkan off-flavor,

tetapi harganya mahal. Digunakan untuk bir, minuman ringan, produk hasil

ternak, ikan dan daging.

Alkyd lacquers, adalah pelapis yang murah dan digunakan sebagai pelapis luar,

tidak digunakan sebagai pelapis dalam karena dapat menimbulkan masalah

offflavor.

Oleoresinous lacquers, digunakan untuk berbagai tujuan, harganya murah,

pelapis dengan warna keemasan. Digunakan untuk bir, minuman sari buah dan

sayuran. Pelapis ini dapat digabung dengan zink oksida (C’enamel) yang

digunakan untuk kacang-kacangan, sayur, sop, daging dan bahan pangan lain

yang mengandung sulfur.

Tabel berikut ini merupakan sifat-sifat material yang biasanya digunakan dalam

coating kaleng.

Tabel 4. 1 Sifat material pada coating kaleng (Centre, 2006)

Page 4: Kemasan Sarden KIKI

* = rendah ** = medium *** = tinggi.

PVDC = polyvinylidene chloride.

IV.3.2. Laminasi

Dalam pengemasan, laminasi adalah untuk menggabungkan dua atau lebih

fleksibel material dalam mesin laminasi untuk mengoptimalisasi sifat fisik dan barrier

dari material yang dikombinasikan tersebut. Teknik utama dalam proses laminasi

adalah extrusion laminasi dan adhesive laminasi. Metode lainnya adalah heat

laminasi, wax laminasi, hot melting dan co-extrusion.

Adhesive laminasi

Proses ini terdiri dari menerepkan adesif ke lapisan kemudian

menggabungkan dengan lainnya sebelum proses pengeringan (wet bonding) atau

pengeringan adesif dan pengikatan lapisan kedua dengan panas atau tekanan atau

keduanya (dry bonding). Laminasi basah biasanya digunakan hanya untuk struktur

dengan satu substrat berpori misalnya kertas. Adhesive misalnya casein, polyvinyl

asetat atau rubber latex biasanya digunakan untuk pengikatan (gambar 4.1). Laminasi

kering dapat digunakan untuk berbagai material yang akan dilaminasi. Adhesive yang

sering digunakan adalah polyurethane atau epoxy resin. Metode ini lebih rendah

investasi capitalnya dibandingkan dengan extrusion laminasi. Tetapi, memiliki

masalah pada bau pelarut sehingga harus menunggu sekitar 24 jam sebelum

digunakan (Gopakumar, 1993).

Page 5: Kemasan Sarden KIKI

Gambar 4. 1 Wet bonding laminasi (Gopakumar, 1993)

Gambar 4. 2 Dry bonding laminasi (Gopakumar, 1993)

Extrusion Coating

Metode ini biasanya menggunakan polimer molten dari ekstruder pada suhu

tinggi untuk membentuk lapisan tipis pada permukaan substrat. Pelapisan terjadi

ketika telah didinginka sehingga akan membentuk struktur dengan sifat gabungan

dari material pelapis dan substratnya. Polimer yang biasanya digunakan adalah

LDPE. Tetapi, polimer seperti EVA, HDPE, PP dan ionomer resin juga sudah dapat

digunakan dalam extrusion coating. Kekuranga metode ini adalah tingginya capital

invetasinya dan banyak material yang terbuang selama proses (Gopakumar, 1993).

Extrision Laminasi

Page 6: Kemasan Sarden KIKI

Metode ini hanya cocok digunakan untuk pelapisan dimana lapisan terektrusi

panas terjebak diantara dua lapisan dan kemudian didinginkan. Laminasi ektruksi

merupakan metode yang paling sering digunakan diman sifat penyegelan dan

kekakuan dari substrat pelapisan ektrusi tidak mencukupi atau apabila terdapat bau

pada poly layer (Gopakumar, 1993).

Gambar 4. 3 Extrusion laminasi (Gopakumar, 1993)

Laminasi Panas

Umumnya pada proses ini lapisan yang dapat menyegel panas seperti

polietilen, dilaminasi untuk menahan substrat seperti kertas atau foil dengan

pemanasan lapisan dan penggabunga dua lapisan untuk membentuk komposit.

Metode ini membutuhkan capital investasi yang lebih rendah apabila dibandingkan

dengna extrusi coating (Gopakumar, 1993).

Page 7: Kemasan Sarden KIKI

Gambar 4. 4 Hot melt laminasi (Gopakumar, 1993)

Wax Laminasi

Wax laminasi merupakan system dimana molten wax digunakan pada satu

lapisan material dan kemudian digabungkan dengan lapisan kedua setelah roller

tekanan pendingin. Pada system ini tidak ada pengeringan yang terjadi. Laminasi

yang mempunya ikatan yang lemah dapat diproduksi dengan kecepatan tinggi. Wax

laminasi dari foil ke kertas atau cellophane atau jaringan telah digunakan pada

kemasan permen, kacang, makanan kering, dll. (Gopakumar, 1993)

Co-Extruded

Metode ini adalah ekstrusi secara simultan dari dua atau lebih lapisan polimer

yang berbeda. Lapisan co-extruded memiliki tiga keunggulan utama daripada jenis

lapisan lain antara lain adalah (Centre, 2006)

• Lapisan co-extruded memiliki sifat penghalang atau barrier yang baik, serupa

dengan laminasi tapi dapat diproduksi dengan biaya yang lebih rendah.

• Lapisan co-extruded lebih tipis dari laminasi, maka akan lebih mudah untuk

digunakan saat proses pengisian.

• Lapisan tidak mudah terpisah.

Berikut ini adalah contoh dari penggunaan lapisan laminasi dan lapisan co-extruded:

Page 8: Kemasan Sarden KIKI

Tabel 4. 2 Penggunaan lapisan laminasi pada kemasan makanan (Centre, 2006)

Jenis lapisan laminasi Penggunaan dalam kemasan makanan

Polyvinylidene chloride coated

polypropylene (2 layers)

Crisps, snackfoods, confectionery, ice

cream, biscuits, chocolate

Polyvinylidene chloride coated

polypropylene-polyethylene

Bakery products, cheese, confectionery,

dried fruit, frozen vegetables

Cellulose-polyethylene-cellulose Pies, crusty bread, bacon, coffee, cooked

meats, cheese

Cellulose-acetate-paper-foil- polyethylene Dried soups

Metallised polyester-polyethylene Coffee, dried milk

Polyethylene-aluminium-paper Dried soup, dried vegetables, chocolate

Tabel 4. 3 Penggunaan lapisan co-extruded pada kemasan makanan (Centre, 2006)

Jenis lapisan co-extruded Penggunaan dalam kemasan makanan

High impact polystyrene- polyethylene

terephthalate

Margarine, butter tubs

Polystyrene-polystyrene- polyvinylidene

chloride-polystyrene

Juices, milk bottles

Polystyrene-polystyrene- polyvinylidene

chloride-polyethylene

Butter, cheese, margarine, coffee,

mayonnaise, sauce tubs and bottles

DAFTAR PUSTAKA

Centre, T. S. (2006). Practical Action. Retrieved from Packaging Material For Foods: http://practicalaction.org/docs/technical_information_service/packaging_materials.pdf

Page 9: Kemasan Sarden KIKI

Dosen, T. (2010). Kemasan Logam. Medan: Universitas Sumatra Utara. Retrieved from http://ocw.usu.ac.id/course/download/3130000081-teknologi-pengemasan/thp_407_handout_kemasan_logam.pdf

Gopakumar, K. (1993). Fish Packaging Technology: Materials and Methods . New Delhi: Ashok Kumar Mittal.