Kelompok b Skenario Clinic Week 10 Panas....Panas

33
LAPORAN HASIL DISKUSI PROBLEM BASED LEARNING PBL Blok Klinik SKENARIO “Panas…Panas…” Minggu ke 10 Tanggal 12 Mei 2015 s.d. 15 Mei 2015 Grup B 1. ULFA ANGGRAINI M 125070300111007 2. CECILIA AYU D 125070300111019 3. ORCHIDARA HERNING K 125070300111037 4. INDAH NUR QURANI 125070300111044 5. HESTI RETNO BUDI ARINI 125070301111006 6. AULIA MILADITYA 125070301111015 7. DHANDY BUYA SANTOSA 125070301111021 8. SEPTYA AYU K 125070301111022 9. VIVI DIAN W 125070301111031 10. UNUN FITRY FEBRIA B 125070306111003 11. MAULANA BAHRIAN J 125070307111016 12. LUH PT WULAN C 125070307111017 13. RAHMAWATI 125070307111022 Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2015

description

kelompok B punya

Transcript of Kelompok b Skenario Clinic Week 10 Panas....Panas

  • LAPORAN HASIL DISKUSI

    PROBLEM BASED LEARNING

    PBL Blok Klinik

    SKENARIO PanasPanas

    Minggu ke 10

    Tanggal 12 Mei 2015 s.d. 15 Mei 2015

    Grup B

    1. ULFA ANGGRAINI M 125070300111007

    2. CECILIA AYU D 125070300111019

    3. ORCHIDARA HERNING K 125070300111037

    4. INDAH NUR QURANI 125070300111044

    5. HESTI RETNO BUDI ARINI 125070301111006

    6. AULIA MILADITYA 125070301111015

    7. DHANDY BUYA SANTOSA 125070301111021

    8. SEPTYA AYU K 125070301111022

    9. VIVI DIAN W 125070301111031

    10. UNUN FITRY FEBRIA B 125070306111003

    11. MAULANA BAHRIAN J 125070307111016

    12. LUH PT WULAN C 125070307111017

    13. RAHMAWATI 125070307111022

    Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran

    Universitas Brawijaya

    Malang

    2015

  • DAFTAR ISI

    1. Halaman Sampul .................................................................................................................... i

    2. Daftar Isi ................................................................................................................................ ii

    3. Isi ....................................................................................................................................... 3-5

    A. Skenario .................................................................................................................... 3-5

    B. Daftar Unclear Term .................................................................................................. 5-6

    C. Daftar Cues ..................................................................................................................... 7

    D. Daftar Learning Objective .............................................................................................. 7

    E. Hasil Brainstorming ................................................................................................... 8-12

    F. Hipotesis....................................................................................................................... 12

    G. Pembahasan Learning Objectives ........................................................................... 13-28

    4. Kesimpulan dan Rekomendasi ....................................................................................... 29-30

    5. Referensi/ Daftar Pustaka ................................................................................................... 31

    6. Tim Penyusun ...................................................................................................................... 34

  • A. SKENARIO

    Pada tanggal 9 September 2014, Tn.S (52 tahun, panjang badan=160 cm) MRS setelah mengalami

    kecelakaan kerja yaitu tersebgat listrik saat bekerja sebagai kuli bangunan, Diagnosa medis yang tercatat

    di rekam medis hari ini (15 September 2014) adalah Combustio Grade II AB 20% post debridement hari

    ke-7. Ahli gizi diharapkan membuat asuhan gizi sesuai kondisi pasien sekalgus mendokumentasikannya

    dalam format asuha gizi yang baku.

    Hasil Pemeriksaan Laboratorium (14 September 2014)

    Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan

    Darah Lengkap

    HBG (hemoglobin) 9,9 12-18 gr/dl Rendah

    WBC (leukosit) 22,54 4,8-10,6 10^3/uL Tinggi

    RBC (eritrosit) 3,24 4,2-6,1 10^6/uL Rendah

    PLT (trombosit) 341 150-450 10^3/uL Normal

    MCV 93,2 79-99 fl Normal

    MCH 30,6 27-31 pg Normal

    MCHC 32,8 33-37 juta/uL Rendah

    PDW 8,7 9-17 fl Rendah

    HCT 30,2 37-52% Rendah

    MPV 7,9 9-13 Rendah

    Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan

    Elektrolit

    Natrium 140 137-145 mmol/L Normal

    Kalium 4 3,6-5 mmol/L Normal

    Chlorida 109 98-107 mmol/L Tinggi

    Kimia Darah Faal Hati

    Albumin 1,7 3,97-4,94 gr/dl Rendah

    Kimia Darah Faal Ginjal

    Kreatinin 0,6 0,6-1,3 mg/dl Normal

    Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis

    Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan

    Keadaan Umum Lemah Cukup Lemah

    Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis Normal

    Mual Tidak Tidak Normal

  • Muntah Tidak Tidak Normal

    Nyeri Luka Bakar Ya Tidak Pasien Merasa Nyeri

    Suhu Tubuh 390C 36-170C Pasien Demam

    Nadi 88x/menit 60-100x/menit Normal

    Tekanan Darah 120/90

  • Ikan Asin Jeruk

    Sayuran Buah Sayuran Hijau

    Keterangan: TP Tidak Pernah, J Jarang (1-2x/minggu), S Sering (>2x/minggu)

    Riwayat Makan Sekarang

    Nafsu makan pasien baik. Berikut hasil intake sehari 24-hours recall:

    Energi : 1628 kkal (71,32%) Intake Defisit Tingkat Sedang

    Protein: 69,3 gr (58,08%) Intake Defisit Tingkat Berat

    Lemak: 55,6 gr (99,65%) Intake Baik

    Karbohidrat: 220,5 gr (64,40%) Intake Defisit Tingkat Berat

    Cairan: 2000 ml (76,92%) Intake Defisit Tingkat Sedang

    Terapi obat yang diberikan paa pasien Tn.S meliputi infus, injeksi obat dan obat per oral. Infus yang diberikan

    adalah infuse RL 20 tts/menit, sedangkan pemberian injeksi obat berupa injeksi antrain 3x1 dan injeksi

    ceftriaxone 2x1. Untuk obat per oral pasien Tn.S diberikan ranitidine 2x1.

    Pasien bekerja sebagai kuli bangunan dengan penhasilan 1jt/bulan tetapi tidak menentu. Pendidikan terakhir

    pasien adalah Sekolah Dasar (SD). Pasien memiliki tiga orang anak dan satu istri. Tidak ada riwayat penyakit

    lain sebelumnya dan sehari-hari paien lenih banyak sendiri di RS karena istrinya harus nekerja dan menemani

    anak-anaknya yang maih kecil di rumah. Pasien mulai merasa stress karena bosan terlalu lama di RS.

    B. DAFTAR UNCLEAR TERM

    1. Combustion grade II AB 20%

    Combustio (luka bakar) adalah cedera (injury) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan

    sumber panas (thermal), listrik (electric), zat kimia (chemical) atau radiasi (radiation). Dimana luas

    area yang mengalami luka bakar sebesar 20% dan kedalaman mencapai sebagian dermis.

    (Rahayuningsih,2012)

    2. Post debridement

    Post debridement merupakan pengangkatan jaringan yang mati dari atau yang berdekatan dengan

    lesi akibat trauma atau infeksi sampai jaringan yang sehat disekelilingnya tampak baik dengan cara

    melukai (surgical) atau dengan cara pemberian enzim yang mampu melisiskan jaringan yang mati

    (Dorland, 2010).

    3. Ranitidin

    Ranitidine merupakan suatu antagonis reseptor histamine H2 digunakan dalam bentuk garam

    hidroklorida untuk menghambat sekresi lambung pada pengobatan ulkus gaster dan duodenum,

  • penyakit refluks gastroesofageal dan kondisi-kondisi yang menyebabkan hipersekresi lambung

    (Dorland, 2010).

    4. Ceftiaxone

    Ceftriaxone merupakan sefalosporin generasi kedua semisintetik yang resisiten terhadap -

    laktamase dan efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positif dan gram negatif, dipakai dalam

    bentuk garam natrium dan ester aksetil (Dorland, 2010).

    5. Antrain

    Antrain merupakan golongan antiinflamasi untuk meredakan nyeri paska operasi komposisinya

    terdiri dari Natrium (MIMS, 2012).

    6. PDW (Platelet Distribution Width)

    PDW merupakan koefesien variasi dari ukuran trombosit yang terdapat dalam pembuluh darah

    perifer (Khaleel, 2014; Gunawan, 2010)

    7. Infus RL

    Infus Ringer Laktat merupakan larutan infus yang bersifat isotonik dan komposisinya sama dengan

    plasma tubuh, infus ini digunakan untuk pertolongan pertama pada kehilangan cairan tubuh dan

    keseimbangan asam basa dalam tubuh dalam volume berat saat tidak dapat diberikan rehidrasi oral

    karena syok hipovolemik, pendarahan, muntah, diare, trauma, dan luka bakar dengan komposisi

    elektrolit per 1000 ml air yaitu Na 130 meq, Cl 109 meq, K 4 meq, Ca 2,7 meq, laktat 28 meq (NACl 6

    g, Kcl 0,3 g, CaCl2 0,2 g, Na laktat 3,1 g) dan osmolaritas 273 mOsm (Leksana, 2006 dalam Rudi, 2006;

    MIMS, 2012; Hartanto, 2012).

    8. MPV (Mean Platelet Volume)

    MPV merupakan rata- rata ukuran trombosit yang beredar di dalam pembuluh darah perifer

    (Gunawan, 2010).

    9. GCS

    GCS merupakan singkatan dari Glasgow Coma Scale yaitu skala yang digunakan untuk menilai

    kesadaran secara kuantitatif yang dapat diperiksa melalui mata, verbal, motorik terhadap suatu

    rangsangan. Berikut merupakan score untuk menentukan respon mata, verbal dan motorik untuk

    menilai tingkat kesadaran seseorang.

    Score (E) Eye respon membuka mata skala 1-4

    Verbal (V) respon berbicara skala 1-5

  • Motorik (M) skala 1-6, dengan skala 1 sebagai respon terparah yaitu tidak ada respon sama sekali

    dari test tersebut (fk.uns.ac.id , 2012; Ruhyanudin, tanpa tahun).

    H. CUES

    Ahli gizi mampu melakukan asuhan gizi pada Tn.S yang terdiagnosa Combustio grade II AB 20% post

    debridement hari ke 7 serta mendokumentasikan dalam format yang baku.

    I. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE

    1. Bagaimana gambaran umum Combustio:

    a. Etiologi dari Combustio

    b. Masalah gizi yang muncul pada pasien

    c. Perubahan metabolisme yang terjadi pada pasien terkait gizi

    2. Bagaimana klasifikasi/grade pada Combustio dan persentase (%) pembagian luka bakar?

    3. Bagaimana asuhan gizi yang tepat pada pasien?

    a. Assesment

    - Analisa dari antropometri

    - Analisa dari biokimia

    - Analisa dari clinical

    - Analisa dari dietary

    b. Diagnosa

    c. Intervensi

    - Diet

    Perhitungan kebutuhan

    Tujuan

    Prinsip

    Syarat

    Zat gizi mikro yang diprioritaskan

    Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

    Kebutuhan cairan

    - Intervensi edukasi:

    Materai

    d. Monitoring evaluasi

    4. Bagaimana IOM dari obat ranitidine yang diberikan?

    5. Bagaimana indikasi dan efek samping obat antrain dan ceftriaxone yang diberikan jika dikaitkan

    dengan kemungkinan masalah gizi pada pasien?

    J. HASIL BRAINSTORMING

  • 1. Bagaimana gambaran umum Combustio:

    b. Etiologi dari Combustio

    - Zat kimia

    - Panas

    - Udara

    - Aliran listrik

    - Air panas

    c. Masalah gizi yang muncul pada pasien

    - Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, keseimbangan asam basa

    - Dehidrasi

    - Malnutrisi karena cadangan protein berkurang yang digunakan untuk penyembuhan

    d. Perubahan metabolisme yang terjadi pada pasien terkait gizi

    - Peningkatan glukoneogenesis dimana terjadi pemecahan lemak dan protein berlebih

    - Terjadi resistensi insulin

    - Perubahan metabolism dibagi menjadi 2 fase yaitu:

    1. Ebb fase: yaitu terjadi pemecahan dan katabolisme berlebih dan terjadi hipovolemik

    2. Flow fase: yaitu terjadi anabolisme , kebutuhan energi dan protein meningkat

    2. Bagaimana klasifikasi/grade pada Combustio dan persentase (%) pembagian luka bakar?

    - Klasifikasi/gradenya dibagi menjadi 4 yaitu

    Grade 1: 5-10%

    Grade 2: 10-25%

    Grade 3: 25-50%

    Grade 4: > 50%

    - Berdasarkan kedalaman

    Grade 1: Mengenai epidermis, kulit bisa kembali pulih, mengenai lapisan atas, terdapat saraf

    sehingga terasa sakit

    Grade 1: Mengenai dermis, bekas berwarna putih-putih, mengenai lapisan atas, terdapat saraf

    sehingga terasa sakit

    Grade 3: Mengenai dermis sampai subkutan, lukanya harus ditambal, tidak terasa sakit karena

    tidak ada saraf

    Grade 4: Luka mengenai seluruh kulit sampai tulang, harus ditambal, tidak sakit karena tidak ada

    saraf

  • - Pembagian persentase pembagian luka bakar

    10% kepala, leher, salah satu tangan, paha, sama lutut kebawah

    5% telapak tangan, pergelangan kaki ke bawah

    Role of nine

    Kepala leher: 9%

    Tangan : 18%

    Kaki : 18%

    Dada : 18%

    Punggung : 18%

    Genetalia : 1%

    Kesimpulan: Tn.S berada dalam fase flow dilihat dari tanda-tanda dari data assessment pasien

    salah satunya ditandai dengan suhu pasien yang tinggi.

    3. Bagaimana asuhan gizi yang tepat pada pasien?

    a. Assesment

    1. Analisa dari antropometri

    PB = 160 cm

    TB = 160 - 0,7

    = 159,3 cm

    2. Analisa dari biokimia

    - Hb rendah karena ada gangguan metabolik, selain itu kemungkinan karena adanya

    pendarahan

    - Leukosit tinggi karena adanya infeksi

    - Eritrosit rendah karena adanya pendarahan akibat luka bakar

    - MCHC rendah karena adanya pendarahan akibat luka bakar

    - PDW rendah

    - Hct rendah karena Hb rendah, terjadi hipovolemik maka Hct rendah

    - Albumin rendah karena kondisi pasien yang mengalami gangguan metabolisme,

    karena katabolisme protein dan jika tidak ditangani akan menyebabkan malnutrisi

    pada pasien

    - Clorida rendah karena ada gangguan elektrolit

    3. Analisa dari clinical

    KU : lemah terkait kondisi pasien karena anemia sesuai data biokim akibat post-

    debridement

  • Nyeri terkait kondisi luka bakar grade II pada pasien

    Suhu tubuh tinggi karena kondisi luka bakar, terjadi hipermetabolisme dan ada infeksi

    4. Analisa dari dietary

    Riwayat dahulu

    - Kurang serat disebabkan karena kurangnya konsumsi sayuran dan buah

    - Kelebihan Karbohidrat sederhana disebabkan konsumsi kopi manis 2x sehari

    - Kebiasaan merokok berlebih

    - Kurangnya konsumsi buah tubuh sehingga kurang bisa menetralisir rokok

    Riwayat sekarang

    Diet TETP, tidak terpenuhi di protein, energi kurang karena protein tidak terpenuhi

    Cairan kurang suka minum, jadi % cairan kurang mungkin karena kebutuhan meningkat

    Cairan di RL sama injeksi obat injeksi obat itu langsung obat tidak perlu diperhitungkan,

    yg diperhitungkan per oral untuk makanan

    5. Sosek : perlu dukungan keluarga agar pasien tidak stress

    b. Diagnosa

    b. Peningkatan kebutuhan cairan disebabkan kondisi luka bakar ditandai dengan peningkatan

    suhu tubuh pada pasien

    c. Peningkatan kebutuhan zat gizi spesifik (protein) disebabkan perubahan metabolic pasien

    ditandai dengan data lab abnormal

    d. Penigkatan kebutuhan energi disebabkan peningkatan metabolism ditandai dengan

    peningkatan suhu pada pasien

    e. Kurangnya dukungan untuk keberhasilan infeksi disebabkan tidak ada dukungan darii

    keluarga ditandai dengan keadaan stress pada pasien

    f. Perubahan data lab terkait gizi disebabkan karena kondisi luka bakar ditandai dengan data

    lab yang tidak normal

    C. Intervensi

    o Diet

    Perhitungan kebutuhan

    - Tb = 159,3 cm

    - BBI = 59,3 kg

    - Energi = 25 kkal x BB + 40 x % TBSA

    = 2282,5 kkal

    - Protein = 25% x 2282,5/4

    = 142,5 g

  • - Lemak = 25% x 2282,5/9

    = 63,5 g

    - KH = 50% x 2282,5/4

    = 235 g

    Tujuan

    - Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit

    - Memberikan makanan sesuai kebutuhan untuk mengoptimalkan status gizi

    - Mencegah infeksi dan komplikasi

    Prinsip

    TETP bertujuan untuk mencukupi kebutuhan sesuai stress metabolic yang terjadi

    akibat luka bakar

    Syarat

    - Energi = 2282, 5 kkal

    - Protein 25% = 142, 5 g

    - Lemak 25% = 63,5 g

    - KH 50% = 235 g

    - Serat 25 gr

    - Porsi normal yaitu 3 makanan utama dan 3 snack

    - Bentuk makanan biasa karena tidak ada indikasi gangguan menelan

    - Tidak berbau tajam untuk menghindari komplikasi saluran pencernaan

    Zat gizi mikro yang diprioritaskan

    - Natrium 2400 mg

    - Vit C 90 mg berfungsi untuk mempercepat penyembuhan dan untuk

    pembentukan kolagen

    - Omega 3 berfungsi sebagai antiinflamasi

    - Vit A berfungsi sebagai sistem imun dan mencegah malnutrisi

    - Vit A, D, E, K, dan Vit B kompleks antioksidan

    Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

    - Menghindari daging dengan kulit

    - Sayur dan buah ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan serat

    - Prot ein menggunakan sumber protein yang memiliki bioavalabilitas tinggi

    seperti ikan dam ikan, telur

  • Kebutuhan cairan

    Kebutuhan = 1ml/kkal

    = 2282,5 ml (setiap peningkatan 1 derajat ada penambahan kebutuhan

    cairan)

    Total kebutuhan cairan yaitu 2600 ml.

    o Intervensi edukasi:

    Materi

    - Anjuran untuk pola makan yang benar

    - Pentingnya dukungan keluarga untuk kesembuhan pasien dan mencegah stress

    d. Monitoring evaluasi

    Indikator Target Frek

    Intake >80% Setiap hari

    Pengetahuan

    - Pasien

    - Keluarga

    mengerti 90% 1 minggu sekali

    Data lab (Elektrolit) mencapai normal 1 minggu sekali

    Fisi klinis (Suhu, tekanan) mencapai normal 1 minggu sekali

    4. Bagaimana IOM dari obat ranitidine yang diberikan?

    Ranitidine menyebabkan defisinsi vitamin B12 sehingga dibutuhkan untuk suplementasi Vit B12.

    5. Bagaimana indikasi dan efek samping obat antrain dan ceftriaxone yang diberikan jika dikaitkan

    dengan kemungkinan masalah gizi pada pasien?

    - Antrin

    Indikasi: meredakan nyeri pasca operasi dan nyeri kolik

    Efek samping : Agranulositosis, kolik

    - Ceftriaxone

    Indikasi: infeksi salaruan nafas bawah, infeksi tulang, infeksi kulit

    Efek samping : Mual, muntah, diare, stomatitits, glotitis

    K. HIPOTESIS

  • L. PEMBAHASAN LO

    1. Bagaimana gambaran umum Combustio:

    - Etiologi dari Combustio

    Combustio atau luka bakar disebabkan oleh beberapa penyebab sebagai berikut:

    i. Paparan termal/panas

    Disebabkan oleh kontak dengan benda yang bersuhu tinggi, seperti air panas (scald),

    jilatan api ke tubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan bisa juga kontak seperti

    logam panas (Syuhar, 2014).

    ii. Bahan kimia

    - Luka bakar kimia dapat disebabkan oleh kontak dengan asam, alkali dan senyawa

    organic. Asam seperti asam hidrofluorat, sulfurat, dan hidroklorat. Alkali seperti agen

    pembersih rumah, dan semen. Senyawa organic seperti aspal

    - Tingkat keparahan tergantung pada komposisi, konsentrasi dan durasi kontak dengan

    bahan. Umumnya bahan kimia basa (alkali) menyebabkan cedera yang lebih parah

    dan area luka yang lebih luas. Bahan kimia basa biasanya bisa menyatu dengan

    jaringan lemak di kulit sedangkan bahan kimia asam menyebabkan koagulasi protein

    (Yapa, 2009; Klein, 2007; Dzulfikar, 2012).

    iii. Luka bakar elektrik

    - Luka bakar elektrik dapat disebabkan oleh tegangan listrik yang rendah dan tinggi.

    Tegangan listrik rendah meliputi peralatan listrik rumah tangga (1000 Volt), tempat-tempat industry,

    tersengat listrik (kesetrum).

    - Pada luka bakar elektrik injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi

    kerusakan otot dan jaringan lunak dapat terjad lebih luas. Khususnya injury elektrik

    dengan voltage tinggi. Oleh karena itu voltage, tipe arus (direct atau alternating),

    tempat kontak, dan lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan

    diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbiditi. AC (alternating current) lebih

    berbahaya daripada DC (direct current). Hal ini berhubungan dengan terjadinya

    cardiac arrest (henti jantung), fibrilasi ventrikel, kontraksi otot tetani, dan fraktur

    kompresi tulang-tulang panjang atau vertebra

    - Listrik menjalar ke seluruh tubuh yang memiliki resistensi rendah. Kerusakan

    terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan

    gangguan sirkulasi distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari tubuh yang terkena

    arus (Yapa, 2009; Rahayuningsih, 2012; Syuhar, 2014).

    iv. Luka bakar radiasi

    - Masalah gizi yang muncul pada pasien

  • i. Dehidrasi disebabkan karena peningkatan kehilangan cairan akibat proses penyembuhan

    luka bakar dan kebutuhan yang meningkat terkait dengan luka bakar ditandai dengan

    peningkatan suhu tubuh. Pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20

    kali lebih besar dari normal.

    ii. Peningkatan penggunaan protein, proteolisis, dan oksidasi protein

    iii. Peningkatan kadar asam lemak dan trigliserida akibat peningkatan lipolisis

    iv. Hipofosfatemia disebabkan karena peningkatan kehilangan melalui urin, kehilangan

    eksudat, penurunan asupan atau penyerapan, peningkatan sintesis ATP. Suplementasi

    oral sodium hydrogen fosfat efektif dalam penyimpanan serum fosfat.

    v. Hiperglikemia dihubungkan dengan fungsi imun yang terganggu, buruknya proses

    penyembuhan luka dan eksaserbasi katabolisme protein.

    vi. Anemia disebabkan karena dekstruksi eritrosit pada area luka, depresi sumsum tulang

    karena sepsis hemoragi (Prins, 2009).

    - Perubahan metabolisme yang terjadi pada pasien terkait gizi

    i. Respon metabolik terjadi apabila luas luka bakar melebihi 20% total permukaan tubuh.

    Terdapat dua fase yang terjadi pada penderita luka bakar, yaitu fase ebb dan fase flow.

    Ebb phase terjadi beberapa jam setelah luka dan berakhir 2-3 hari. Flow phase berakhir

    setelah satu minggu kemudian diikuti fase recovery biasanya sekitar 2-4 minggu

    ii. Pada fase ebb terjadi kondisi hipermetabolisme, sementara pada fase flow terjadi

    peningkatan konsentrasi hormon katabolic yang menyebabkan hipermetabolik. Kondisi

    hipermetabolik menyebabkan perubahan pada metabolisme karbohidrat, protein dan

    lemak sebagai berikut:

    Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi berupa peningkatan glukoneogenesis

    dan resistensi insulin.

    Gangguan metabolisme protein yang terjadi yaitu peningkatan proteolisis dan

    berlangsung 40-90 hari paska luka bakar, serta penurunan lean body mass dapat

    terjadi selama setahun paska luka bakar.

    Gangguan metabolisme lemak dapat berupa peningkatan lipolisis

    iii. Kadar mikronutrien juga terganggu paska luka bakar karena adanya kehilangan melaluii

    luka, pemakaian yang meningkat karena kondisi hipermetabolik dan kurangnya asupan

    pengganti. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penurunan zat besi, seng, selenium,

    vitamin C, tokoferol, retinol, vitamin A dan peningkatan tembaga (Gurnida, 2011; Finnerty

    et al,2013; Walsh, 2007)

    iv. Respon hipermetabolik yang terjadi secara persisten dan dalam jangka waktu lama yang

    disebabkan oleh peningkatan 10-20 kali lipat katekolamin plasma, kortisol dan mediator

    inflamatori. Respon tersebut mengakibatkan laju metabolik meningakt 2 kali normal,

  • katabolisme di seluruh tubuh, muscle wasting, kakeksia parah, kehilangan BB. Untuk

    menyediakan energi, protein otot dipecah lebih cepat daripada disintesa menyebabkan

    kehilangan protein lebih cepat setelah mengalami luka bakar. Sehingga mengakibatkan

    penurunan lean body mass , muscle wasting parah, gagal dalam rehabilitasi. Pasien

    dengan luka bakar parah kehilangan nitrogen 20-25 %/ m2 TBSA/ hari. Jika tidak segera

    ditangani mengakibatkan letal cachexia dalam < 30 hari. Terjadinya kehilangan masa otot

    dan penurunan berat badan yaitu melalui tiga rute, sebagai berikut:

    1. Melalui luka akut, operasi atau infeksi karena terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi

    dan terjadi perombakan protein dalam tubuh. dapat juga karena nyeri dan

    kegelisahan. keadaan stres metabolik juga dapat berdampak pada hal yang sama

    karena tidak adanya proses pemulihan yang berarti juga dapat mengarah pada defisit

    protein kronis dan komplikasi. respon katabolik pada derajat kehilangan masa otot

    lebih besar daripada derajat penurunan BB karena yang digunakan sebagai bahan

    bakar bukan lemak melainkan protein.

    2. Melalui inadekuat intake gizi baik secara kuantitas maupun kualitas. timbulnya

    penurunan BB yang berlangsung lama akan mengakibatkan malnutrisi energi-protein.

    3. Melalui atrofi pasca operasi, inaktifitas dan bed rest yang dapat juga menurunkan BB

    dan kehilangan massa otot (Rodriguez et al, 2011; Mosier dan Michael, 2010;

    Machado et al, 2011).

    v. Selain perubahan terhadap metabolisme zat gizi juga terjadi perubahan sistemik dalam

    tubuh meliputi perubahan sebagai berikut:

    1. Sistem kardiovaskuler: pada fase flow terjadi peningkatan aliran darah, gejala edema,

    aritmia, infark miokardial, dan instabilitas jantung.

    2. Sistem ekskresi: pada fase flow terjadi peningkatan aliran darah ke ginjal,

    peningkatan glomerulus filtraton rate, gangguan fungsi tubulus, gagal ginjal akut.

    3. Sistem respirasi: terjadi hipoksemia, hipertensi pulmonal, peningkatan resistensi

    jalan napas, penurunan kemampuan paru-paru.

    4. Sistem GIT: terjadi ileus adinamik, dilatasi lambung, penundaan pengosongan

    lambung, pendarahan, peningkatan sekresi lambung, peningkatan kejadian ulcer,

    penurunan motilitas usus, penurunan aliran darah ke usus, penurunan absorpsi zat

    gizi, translokasi bakteri dan gangguan hepar.

    5. Sistem imun: terjadi peningkatan aktivitas makrofag, kadar reactive oxygen species

    (ROS), produksi mediator inflamasi (IL-1 beta, IL-6, TNF-alfa), sepsis, dan inflamasi.

    Peningkatan inflamasi, sitokin, dan ROS inilah yang menginisiasi hipotalamus untuk

    memicu peningkatan hormon stres dan respon sistemik berupa peningkatan

    konsumsi oksigen, peningkatan metabolic rate, peningkatan suhu, peningkatan

  • katabolisme protein, penurunan massa otot, peningkatan lipolisis, dan penurunan

    massa lemak (akir and Yeen, 2004; Chan and Chan, 2009).

    2. Bagaimana klasifikasi/grade pada Combustio dan persentase (%) pembagian luka bakar?

    Derajat dan kedalaman luka bakar

    Derajat Kedalaman Kerusakan Karakteristik

    I Superficial Epidermis Kulit kering, hiperemesis, nyeri

    II dangkal

    II dalam

    Superficial dermal

    Deep dermal

    Epidermis dan sepertiga bagain

    superficial dermis,

    Kerusakan duapertiga bagain

    superficial dermis, dan jaringan

    jaringan dibawahnya

    Bula, nyeri

    III Full thickness Kerusakan seluruh lapisan kulit

    (epidermis dan dermis) serta

    lapisan yang lebih dalam

    Luka berbatas tegas, tidak

    ditemukan bula, berwarna

    kecokelatan, kasar, tidak nyeri

    IV Sangat dalam Seluruh lapisan kulit dan struktur

    disekitarnya seperti lemak

    subkutan, fasia, otot dan tulang

    Mengenai struktur disekitarnya

    (Gurnida, 2011).

    Berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak akibat luka bakar tersebut, luka bakardapat

    diklasifikasikan menjadi derajat I, II, III dan IV.

    Pada luka bakar derajat 1 (superficial burn)

    - Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah dermis.Sering

    disebut sebagai epidermal burn

    - Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, tidak ada bulla,terasa nyeridan tidak akan

    menimbulkan jaringan parut setelah sembuh

    - Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).

    Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)

    - Mengenai sebagian dari ketebalan kulit yang melibatkan semua epidermis dan sebagian

    dermis.

    Superficial partial thickness:

    - Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn) mengenaisebagian dari ketebalan kulit yang

    melibatkan semua epidermis dan sebagian dermis.

    Superficial partial thickness:

    - Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis

    - Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka bakar grade I

    - Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka

  • - Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah

    - Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan

    - Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena infeksi ),tapi warna

    kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.

    Deep partial thickness

    - Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermisdisertai juga dengan bula

    - permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari vaskularisasi

    pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya sedikitpembuluh darah dan yang

    merah muda mempunyai beberapa aliran darah

    - luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

    Pada luka bakar derajat 3 (fullthickness burn),

    - Kerusakan terjadi pada semua lapisan kulit dan ada nekrosis.

    - Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen

    - Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan pembuluhdarah

    sudah hancur.

    - Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang

    - Lesitampak putih dan kulit kehilangan sensasi rasa

    - Menimbulkan jaringan parutsetelah luka sembuh

    Luka bakar derajat 4 disebut charring injury.

    - Pada luka bakar inikulit tampak hitam seperti arang karena terbakarnya jaringan.

    Terjadi kerusakan seluruhkulit dan jaringan subkutan begitu juga pada tulang akan

    gosong (Dewi, 2011).

    Derajat luka bakar berdasarkan derajat keparahan dan luas daerah yang terbakar menurut

    American Burn Association dalam Kartohatmodjo (2007)

    i. Luka Bakar Ringan

    - Derajat II

  • - Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, genetalia/perineum

    - Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik disertai cedera lain

    (Kartohadmodjo, 2007).

    Klasifikasi menurut Midland Burn Care Network

    i. Luka bakar minor meliputi:

    - Anak-anak (kurang dari 16 tahun) < 5% TBSA

    - Dewasa (lebih dari 16 tahun) < 15% TBSA

    - Pasien tanpa penyakit penyerta (co-morbidities) lain

    - Luka bakar moderate meliputi:

    ii. Klasifikasi minor ditambah indikasi pembedahan, penyembuhan kompleks, atau co-

    morbidities lain

    - Anak-anak 5-20% TBSA

    - Dewasa 15-30% TBSA tanpa co-morbidities

    - Lansia (lebih dari 60 tahun) 10-20% TBSA tanpa co-morbidites

    - Luka bakar severe meliputi: Luka bakar akibat inhalasi

    iii. Klasifikasi moderate ditambah indikasi pembedahan, penyembuhan kompleks atau co-

    morbidities lain

    - Anak-anak > 20% TBSA

    - Lansia > 20% TBSA

    - Dewasa > 30% TBS

    (National Health Services, 2012)

    Penentuan luas area luka bakar terdapat tiga metode yang sering digunakan untuk

    mengkalkulasi total luas permukaan tubuh yang terkena

    1. Metode Hand Palm adalah metode permukaan telapak tangan yaitu area permukaan

    tangan pasien (termasuk jari tangan) adalah sekitar 1% total luas permukaan tubuh.

    Metode ini mengkalkulasi total area tubuh yang terkena luka bakar berdasarkan lokasi

    dan usia. Walupun merupakan metode yang sangat sederhana namun metode ini dapat

    digunakan pada luka bakar kecil atau besar (85% TBSA). Pada luka bakar besar

    area yang terbakar dapat dihitung secara cepat dengan mengestimasi area yang tidak

    terbakar dan menguranginya dari 100. Metode ini paling akurat digunakan pasa anak bila

    digunakan dengan benar.

    2. Metode kedua adalah rule of nine. Metode ini adalah metode yang mudah diingat dan

    cepat untuk menilai estimasi luka bakar menengah dan berat tapi terdapat overestimate

    sekitar 3%, digunakan untuk orang dewasa. Metode bagus dan cepat untuk menilai luka

    bakar menengah dan berat bagi penderita yang berusia diatas 10 tahun. Tubuh dibagi

    menjadi area 9%. Metode ini tidak akurat pada anak karena adanya perbedaan proporsi

  • tubuh anak dengan dewasa. Kepala, lengan kanan dan lengan kiri persentasenya 9%.

    Punggung, dada, kaki kanan dan kaki kiri 18%. Sedangkan daerah genetalia 1%.

    3. Metode ketiga adalah diagram oleh Lund dan Browder. Metode ini lebih akurat bila

    dibandingakan dengan Rule of Nine karena metode ini mengkalkulasi total area tubuh

    yang terkena berdasarkan lokasi dan usia. Metode ini merupakan metode dapat

    digunakan untuk semua keompok umur tapi paling akurat pada anak bila digunakan

    dengan benar.

    (Rahayuningsih, 2012; Liliasari, 2011; Gurnida, 2011; Yapa, 2009)

    2. Bagaimana asuhan gizi yang tepat pada pasien?

    1. ASUHAN GIZI PASIEN

    a. ASSESSMENT

    i. Antropometri

    1. Panjang Badan : 160 cm

    2. TB = PB 0,7 = 160 0,7 = 159,3 cm

    3. BBI = 159,3 100 cm = 59,3 kg

    ii. Biokimia

    Data lab. Nilai lab. Interpretasi

    HB Turun Penurunan fe pada kondisi

    hipermetabolik Analisa RBC, MCHC, PDW, PDW, HCT,

    MPV rendah:

    Pada pasien luka bakar dapat terjadi

    anemia karena rusaknya sel darah

    WBC Tinggi Adanya infeksi

    RBC Rendah Pasien anemia

  • MCHC

    Rendah Pasien kekurangan zat besi

    dalam pembuluh darah kapiler yang

    terkena panas, dan kekurangan besi

    akibat hipermetabolik, selain itu pada

    pasien luka bakar terjadi proteolisis,

    sehingga protein yang membawa

    darah (globulin) jumlahnya berkurang,

    bila protein yang membawa darah

    berkurang maka nilai pemeriksaan

    aktivitas darah juga rendah.

    PDW

    Rendah

    Karena tidak terjadi

    pembentukan trombosit

    baru pdw rendah

    menandakan ukuran kecil

    dan trombosit tua karena

    protein digunakan utk

    pembentukan urusan lain

    HCT

    Rendah

    Persentase sel darah merah

    rendah

    MPV

    Rendah Aktivitas trombosit rendah

    Albumin Turun

    Pada kondisi luka bakar

    akibat proteolisis, dan

    merupakan indikator status

    gizi yaitu malnutrisi.

    (Kemenkes RI, 2011)

    iii. Fisik klinis

    Suhu

    Meningkat Produksi panas dari dalam tubuh yang

    disebabkan oleh peningkatan

    metabolisme tubuh.

    Pasien sering mengalami pyrexial ringan

    selama 24-48 jam setelah terjadi luka. Hal

    ini terjadi karena sitokin IL-1 mengubah

    pusat regulasi suhu di hipotalamus. Laju

    metabolik meningkatkan 6-10% untuk

    masing-masing 1oC perubahan suhu

    tubuh

    Nyeri Nyeri Nyeri yang dirasakan akibat dari derajat

    keparahan luka bakar pasien dimana

    grade 1-2 nyeri akan masih terasa

    Nyeri diakibatkan ujung syaraf sensori

    teriritasi

    Keadaan tubuh Lemah Karena anemia, Hb dan eritrosit rendah.

    Tekanan Darah Meningkat Pada pasien luka bakar biasanya terjadi

    hipovolemik dimana ditandai dengan

    penurunan tekanan darah, namun pada

    kasus ini pasien mengalami peningkatan

  • pada tekanan darah yang dapat terjadi

    karena faktor stres selama dirumah sakit

    dan peningkatan kenaikan suhu.

    Suhu dan

    Tekanan darah

    Meningkat Suhu tubuh dan tekanan darah yang

    meningkat adalah respon tubuh terhadap

    luka bakar yang dialami Tn.S, di mana

    terjadi kehilangan cairan yang cukup

    banyak, peningkatan ROS dan sitokin pro-

    inflamasi yang meningkatkan berbagai

    hormon stres dan respon sistemik, di

    antaranya peningkatan suhu tubuh dan

    tekanan darah

    (Walsh, 2007), (Kartohadmodjo, 2007).

    iv. Dietary

    Daftar Masalah

    2. Merokok dan konsumsi kafein tinggi

    3. Konsumsi Serat kurang

    4. Kebutuhan Energi Defisit sedang, Kebutuhan Protein dan Karbohidrat Defisit

    Berat

    5. pasien memiliki intake tinggi gula karena minum kopi manis 2x/ hari

    6. konsumsi gula, waspada resistensi insulin paska luka bakar.

    7. Terlalu sering mengonsumsi kopi dapat memacu kerja jantung dan sistem

    syaraf tubuh (otak) secara berlebihan. Hal tersebut dapat terjadi karena

    kaffein mudah diserap usus dan menyebar dalam beberapa menit melalui

    darah ke semua organ dan jaringan tubuh

    (Putriastuti, 2007)

    v. Sosek

    1. Pengetahuan rendah

    2. ekonomi rendah

    3. stress tinggi

    b. DIAGNOSA

  • 1. NI 1.2 Peningkatan kebutuhan energi karena kondisi hipermetabolisme (terkait luka bakar

    yang dialami) ditandai dengan suhu tubuh dan tekanan darah yang tinggi.

    2. NI 5.1 Peningkatan kebutuhan protein karena kondisi hipermetabolisme (terkait luka bakar

    yang dialami) ditandai dengan penurunan Hb, albumin, serta peningkatan leukosit.

    3. NI 5.3 Intake energi dan protein tidak adekuat karena penurunan kemampuan untuk makan

    sendiri (terkait luka bakar yang dialami) ditandai dengan hasil recall energi yang defisit sedang

    dan intake protein yang defisit berat.

    4. NI 3.1 Intake cairan yang tidak adekuat karena berkurangnya kemampuan untuk minum dan

    makan sendiri (terkait luka bakar yang dialami) ditandai dengan hasil recall cairan yang defisit

    sedang.

    5. NB 2.6 Kesulitan makan sendiri karena kondisi luka bakar 20% grade II AB post debridement

    ditandai dengan rasa nyeri dan kondisi Tn.S yang lemah

    (American Dietetic Association, 2011).

    c. INTERVENSI DIET

    1. ND. 1 Meal and Snack merekomendasikan dan memodifikasi makanan utama dan snack sesuai

    dengan kebutuhan dan kondisi pasien

    i. Perhitungan energi

    BBI = 59,3 kg

    TB = 159,3 cm

    Harris Benedict:

    TEE = 66,5 + (13,7xBB) + (5xTB) (6,8xU)

    = 66,5 + (13,7x59,3) + (5x159,3) (6,8x52)

    = 66,5 + 812,41 + 796,5 353,6

    = 1321,81 kkal

    Toronto

    Kebutuhan Energi

    =-4343 + (10,5 x%TBSA) + (0,23x intake calorie) + (0,84X) + (114xt) (4,5 x hari setelah luka

    bakar) x af

    =-4343 + (10,5x20) + (0,23x1628) + (0,84x1321,81) + (114x39) - (4,5 x 7) x 1,2

    = 2119,51 kkal ~ 2120 kkal

  • Kebutuhan Protein

    = 25% x 2120/4

    = 132,5 g

    Kebutuhan Lemak

    = 20% x 2120/9

    = 47 g

    Kebutuhan Karbohidrat

    = 55% x 2120/4

    = 291,5 g

    ii. Tujuan

    1. Memberikan kebutuhan zat gizi dan cairan yang sesuai untuk

    mempertahankan fungsi vital dan homeostasis serta meringankan komplikasi

    dan respon stress

    2. Mencapai atau mempertahankan status gizi normal

    3. Mencegah gejala kekurangan zat gizi mikro

    4. Mencegah hiperglikemi dan hipergliseridemia

    5. Mempercepat penyembuhan luka

    6. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif

    (RSSA, 2014) , (Almatsier, 2010).

    iii. Prinsip

    TETP

    Tinggi energi digunakan untuk mencukupi kebutuhan karena peningkatan laju

    metabolic sedangkan tinggi protein digunakan untuk membantu penyembuhan luka,

    mengurangi infeksi dan untuk mencukupi kebutuhan protein agar tidak terlalu deficit

    karena katabolisme berlebihan

    (Prins, 2009; Almatsier, 2009)

    iv. Syarat

    1. Protein : 25% 132,5 gr

    Peningkatan kebutuhan protein diperlukan karena peningkatan katabolisme

    otot, luka, dan perbaikan jaringan

    2. Lemak : 20% 47,1 gr

    Konsumsi lemak kurang dari sama dengan 20% dapat mengurangi kematian

    akibat infeksi dan mengurangi masa tinggal di rumah sakit.

  • o Minyak ikan pada pasien luka bakar dapat memodulasi respon imun

    melaui peningkatan PGE3 dan mengurangi PGE 1 dan PGE2, serta

    mengurangi produksi sitokin proinflamasi IL-1, IL-6 dan TNF. Namun

    apabila konsumsi suplmentasi minyak ikan berlebih dapat menyebabkan

    ketidakmampuan dalam mengontrol produksi TNF dan peningkatan

    kematian

    o MCT (medium chain triglyserides) mempunyai keuntungan pada pasien

    luka bakar karena MCT lebih mudah dicerna dan tidak mengndap

    dijaringan adipose. Selain itu juga MCT dapat menurunkan penyumbatan

    retikulo-endotel.

    o Omega 3 dan omega 6 : digunakan untuk fungsi kekebalan tubuh

    3. KH : 55% 291,5 gr

    Glukosa penting karena luka bakar dan komponen seluler pada sintem

    kekebalan tubuh dan inflamasi membuthkan glukosa. Selain itu juga utnuk

    untuk mengurangi proteolisis. Apabila konsumsi Kh terlalu tinggi makan dapat

    menyebabkan intoleransi glukosa, peningkatan produksi karbon dioksida,

    peningkatan sintesis lemak dan peningkatan infiltrasi lemak pada hati

    4. Kebutuhan cairan menggunakan rumus Darrow

    1500 + (BB-20) x 20 ml = 1500 + 784 = 2284 + 26% (untuk mengkompensasi

    kenaikan suhu tubuh 2 derajat Celcius)

    = 2877 mL / hari

    5. Serat : 25 gram per hari digunakan untuk memperlambat pengosongan

    lambung

    6. Makanan diberikan dalam bentuk biasa

    7. Mikronutrien

    Asam lemak omega 3 menghambat produksi prostaglandin E2 dan

    leukotrien yang mempunyai efek immunosupresive.

    Dianjurkan protein yang mempunyai nilai biologis tinggi.

    Vitamin c untuk meningkatkan sintesa kolagen dan fungsi imun

    dibutuhkan jumlah yang meningkat untuk penyembuhan luka. Vitamin C

    berperan dalam pembentukan kolagen dan antioksidan dalam sistem

    imun dan peningkatkan produksi ATP

    Vitamin A penting untuk fungsi imun dan pembentukan epitel

  • Vitamin B (tiamin) sebesar 10 mg dibutuhkan dalam jumlah normal/cukup

    untuk metabolisme laktat dan piruvat.

    Vitamin E : namun rekomendasi ini tidak diberikan selama 2 minggu awal

    ketika pasien menerima luka bakar. Sebagai antioksidan pada kondisi

    hipermetabolisme dan sistem imun, serta penyembuhan luka

    Vitamin D : 30 mg/hari

    Pasien luka bakar beresiko menderita defisiensi vitamin D karena lama

    dirumah sakit, tubuh yang mengalami luka, dan kurang terpapar sinar

    matahari. Untuk mencegah osteoporosis yang biasanya terjadi pada

    pasien luka bakar yang dirawat di RS

    Cooper 2,5 - 3,1 mg/day , Selenium 315 - 380 mg/day

    Zn, Cu, dan Se : digunakan untuk mengurangi infeksi bronkopneumonia

    dan mengurangi tinggal di RS. Dengan penurunan fe, zn, dan se.

    sedangkan cu kebutuhannya ditingkatkan karena digunakan untuk

    peningkatan ferritin dan ceruloplasmin

    8. Immunonutrien

    Arginin :

    Manfaat dari arginin pada pasien luka adalah efeknya dalam

    menyembuhkan luka dan kekebalan tubuh memlaui jalur NO (nitric

    oxide). Namun apabila produksinya tidak terkontrol akan merugikan.

    Pemberian suplementasi L-arginin (200-400 mg/kg/hari) secara dini

    melalui enteral pada pasien luka bakar efektif untuk menghambat

    kelebihan peningkatan NO, meningkatkan suplai darah pada jaringan,

    mendorong transportasi oksigen dan metabolisme, dan meredakan

    terjadinya kerusakan dan shock resesif

    Ariginin merupakan prekursor poliamin untuk sintesis kolagen dalam

    penyembuhan luka dan merangsang pengeluaran hormon metabolik

    seperti insulin glukagon, dan hormon pertumbuhan.

    Glutamin:

    Pada pasien dengan luka bakar akut akan terjadi deplesi glutamin plasma

    dan otot sehingga dapat berkontribusi menyebabkan kehilangan otot, BB

    dan infeksi. Glutamine mrupakan AA esensial yang berguna untuk pasien

    luka bakar seperti fungsi metabolisme, penyembuhan luka, integritas

    usus, gungsi imun, dan antioksidan juga penting sebagai sumber energi

  • untuk sel imun dan eritrosit. Suplementasi glutamine secara enteral 0,5

    g/kgBB/hari selama 14 hari terbukti dapat meningkatkan serum

    glutamine, plasma pre albumin, mentransfer konsentrasi gula darah,

    mengurangi masa inap dirumah sakit, dan penyembuhan luka lebih cepat.

    (Rousseau et al, 2013),(Mahan, Escott-Stump,2008),(Prins, 2009), (Habibaturrohmah, 2014),

    (Liliasari, 2011)

    v. Bahan makanan

    Dianjurkan

    - Sumber KH : nasi, roti, mie, macaroni dan hasil oleh tepung-tepungan

    lainseperti cake, tarcis, pudding dan pastry, dodol, ubi, gula

    - Sumber Protein : daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, dan hasil olahan seperti

    keju dan yogurt custard dan es krim

    - Sumber protein nabati : semua jenis kacang-kacangan dan olahnnya seperti

    tempe, tahu.

    - Sumber sayuran : bayam, buncis, daun singkong, kacang panjang, labu siam

    dan wortel

    - Sumber buah-buahan : semua jenis buah segar, buah kaleng, buah kering dan

    jus buah

    - Sumber lemak dan minyak : Yang dianjurkan yaitu minyak ikan karena

    mengandung omega- 3 yang berfungsi sebagai antiinflamasi. minyak goring,

    mentega, margarin, santan encer

    - Sumber minuman : soft drink, madu, sirup, the dan kopi encer

    - Sumber bumbu : bumbu tidak tajam seoerti bawang merah, bawang putih,

    laos, salam, dan kecap

    Dihindari

    Berbumbu tajam misalnya : jahe, cabe, merica, cuka

    Makanan tinggi natrium : kripik, makanan kaleng, kecap

    BM hiperalergik seperti udang

    Makanan yang dimasak dengan banyak minyak atau santan kental

    Minuman rendah energi

    (Almatsier 2010), (Ellmer, 2007).

  • 2. E.1 Edukasi memberikan edukasi terkait :

    1. Kebiasaan pasien dalam kepatuhan terhadap diet yg diberikan oleh ahli gizi

    2. Mengkomunikasikan dan menginisiasi pasien beserta keluarganya untuk menerapkan diet

    yang patuh

    3. Edukasi pada keluarga bahwa dukungan keluarga merupakan kekuatan bagi kesembuhan

    pasien.

    4. Mengedukasi intake pasien. Protein dan energy dalam makannan sangat dibutuhkan dalam

    proses penyembuhan luka dan kondisi kesehatan. Protein dan energy akan digunakan untuk

    metabolisme tubuh, karena pasien sedang dalam fase hypermetabolisme. Selain itu zat gizi

    mikro dalam makanan dapat membantu proses perbaikan jaringan kulit. Jadi makanan yang

    disediakan diharapkan dihabiskan

    5. motivasi utk kesembuhan pasien

    Sasaran Waktu Rentang edukasi Media

    Pasien dan keluarga pasien

    terutama istri Seminggu 2 kali 15 20 menit Leaflet

    3. ND. 4 Feeding Assistance, perlu bantuan dalam mengkonsumsi makanan terkait luka bakar pada

    telapak tangan

    4. RC. 1 koordinasi dengan tenaga kesehatan lain pada saat berlangsungnya perawatan gizi untuk

    bekerjasama melihat perubahan nilai laboratorium zat gizi

    MONEV

    Indikator Target Frekuensi

    BD 1.11 albumin Normal Setiap bulan

    FH 1.1.1 intake energy

    FH 1.2.2 Food intake

    Konsumsi 80%

    80%

    Setiap hari

    FH 1.6 mikronutrien intake >= 90% Setiap hari

    BD 1.2 Profil elektrolit dan

    ginjal

    Elektrolit normal ( Cl ) Seminggu sekali

    PD 1.1 tanda vital fokus

    gizi

    normal Satu kali sehari setiap hari

    AD 1.1 BB normal 2x seminggu

  • BD 1.10 profil anemia HBG, RBC, MCHC, PDW,

    HCT, MPV normal

    Seminggu sekali

    FH 1.10 skill makanan Mengerti 90% 1x/2mgg

    5. Bagaimana IOM dari obat ranitidine

    a. Obat dapat di konsumsi dengan atau tanpa makanan. untuk pasien dengan suplementasi

    antasida dan fe maka dianjurkan untuk diminum 2 jam setelah suplementasi. obat ini dapat

    menurunkan absorpsi iron dan vit b12. produk caffein dapat mengiritasi lambung yang sedang

    menkonsumsi ranitidine. dan harap menghindari alkohol.

    b. Ranitidine mengurangi absorpsi fe, zn, kalsium, asam folat dan vitamin B12

    c. Konsumsi ranitidine setelah makan dapat menyebabkan penurunan absorpsi dari ranitidine

    sendiri hingga 33% dan konsentrasi tingkat serum menurun.

    Penggunaan ranitidine dapat menyebabkan defisiensi vit B12

    Mengonsumsi alkohol dapat menyebabkan hipoglikemia karena efek over sedation

    (Bobroff, 2009), (Mahan, 2013), (Wallace, tanpa tahun)

    6. indikasi obat Ceftriaxone dan Antrain yang diberikan serta bagaimana efek samping obat

    jika dikaitkan dengan problem gizi yang dialami pasien ( 2 obat yg diinjeksi )

    a. Ceftriaxone

    Indikasi : Untuk pasien yang terkena infeksi saluran nawah, kulit dan struktur kulit, infeksi

    tulang dan sendi, infeksi intraabdomen, infeksi saluran urin.

    efek samping: menyebabkan diare, mual, muntah

    Seftriakson tidak dianjurkan digunakan bersamaan dengan sediaan lain yang mengandung

    kalsium, meskipun dengan rute pemberian yang berbeda, serta tidak diberikan kurang dari 48

    jam setelah pemberian seftriaksin terakhir. Dimana ditemukan penggunaan seftriakson

    dengan sediaan lain yang mengandung kalsium menyebabkan prespitasi pada paru dan ginjal

    Efek samping Ceftriaxone meliputi risiko alergi terhadap antibiotik sefalosporin, ada interaksi

    dengan larutan yang mengandung kalsium berupa pembentukan endapan, risiko diare akibat

    pertumbuhan berlebihan dari flora usus

    (BPOM, 2007) , (Roche, 2009).

    b. Antrain

    Indikasi : untuk pasien yang mengalami nyeri terutama kolik dan setakah operasi

    tidak ada side effect yang dilaporkan

    ( Medicastore, tt ) , ( PT. Interbat, tt )

  • KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    A. KESIMPULAN

    - Etiologi dari Combustio atau luka bakar disebabkan oleh beberapa penyebab sebagai berikut:

    v. Paparan termal/panas

    vi. Bahan kimia

    vii. Luka bakar elektrik

    viii. Luka bakar radiasi

    - Masalah gizi yang muncul pada pasien

    1. Dehidrasi

    2. Peningkatan penggunaan protein, proteolisis, dan oksidasi protein

    3. Peningkatan kadar asam lemak dan trigliserida akibat peningkatan lipolisis

    4. Hipofosfatemia

    5. Hiperglikemia

    6. Anemia

    - Perubahan metabolisme yang terjadi pada pasien terkait gizi

    1. Respon metabolik terjadi apabila luas luka bakar melebihi 20% total permukaan tubuh. Terdapat dua

    fase yang terjadi pada penderita luka bakar, yaitu fase ebb dan fase flow.

    2. Pada fase ebb terjadi kondisi hipometabolisme, sementara pada fase flow terjadi peningkatan

    konsentrasi hormon katabolic yang menyebabkan hipermetabolik

    3. Kadar mikronutrien juga terganggu paska luka bakar karena adanya kehilangan melaluii luka

    4. Respon hipermetabolik yang terjadi secara persisten dan dalam jangka waktu lama yang disebabkan

    oleh peningkatan 10-20 kali lipat katekolamin plasma, kortisol dan mediator inflamatori.

    5. Selain perubahan terhadap metabolisme zat gizi juga terjadi perubahan sistemik dalam tubuh

    - Klasifikasi berdasarkan Derajat dan Kedalamannya

    Derajat 1 superfisial

    Derajat 2 dangkal Superfisial dermal

    Derajat 2 dalam Deep Dermal

    Dearajt 3 Full Thickness

    Derajat 4 Sangat Dalam

    - Penentuan luas area luka bakar

    1. Metode Hand Palm adalah metode permukaan telapak tangan yaitu area permukaan tangan pasien

    (termasuk jari tangan) adalah sekitar 1% total luas permukaan tubuh

    2. Metode kedua adalah rule of nine. Metode ini adalah metode yang mudah diingat dan cepat untuk

    menilai estimasi luka bakar menengah dan berat tapi terdapat overestimate sekitar 3%, digunakan

    untuk orang dewasa

    3. Metode ketiga adalah diagram oleh Lund dan Browder. Metode ini lebih akurat bila dibandingakan

    dengan Rule of Nine karena metode ini mengkalkulasi total area tubuh yang terkena berdasarkan

    lokasi dan usia

    - Asuhan Gizi Pasien

    A. Assessment

  • 1. Antropometri

    TB = PB 0,7 = 160 0,7 = 159,3 cm BBI = 159,3 100 cm = 59,3 kg

    2. Biokimia Malnutrisi, Anemia, Infeksi, Dehidrasi

    3. Clinical Nyeri, Lemah, Tekanan darah tinggi, peningkatan suhu

    4. Dietary Riwayat terdahulu pola makan salah, dan hasil recall defisit

    5. Sosek Pengetahuan rendah, kurang dukungan keluarga

    B. Diagnosa

    1. NI 1.2 Peningkatan kebutuhan energi

    2. NI 5.1 Peningkatan kebutuhan protein

    3. NI 5.3 Intake energi dan protein tidak adekuat

    4. NI 3.1 Intake cairan yang tidak adekuat

    5. NB 2.6 Kesulitan makan sendiri

    C. Intervensi

    ND. 1 Meal and Snack

    Prinsip TETP ; zat gizi mikro yang diprioritaskan Asam lemak omega 3, Vitamin C,Vitamin A,Vitamin B

    (tiamin),Vitamin E,Vitamin D,Cooper,Selenium; Immunonutrien Glutamin dan Arginin

    E.1 Edukasi

    Kebiasaan pasien dalam kepatuhan terhadap diet yg diberikan oleh ahli gizi,Mengkomunikasikan dan

    menginisiasi pasien beserta keluarganya untuk menerapkan diet yang patuh,dukungan keluarga, Mengedukasi

    intake pasien, motivasi utk kesembuhan pasien

    ND. 4 Feeding Assistance, perlu bantuan dalam mengkonsumsi makanan terkait luka bakar pada telapak

    tangan

    RC. 1 koordinasi dengan tenaga kesehatan lain pada saat berlangsungnya perawatan gizi untuk

    bekerjasama melihat perubahan nilai laboratorium zat gizi

    D. monev

    1. BD 1.11 albumin

    2. FH 1.1.1 intake energy

    3. FH 1.2.2 Food intakeFH 1.6 mikronutrien intake

    4. FH 1.6 mikronutrien intake

    5. BD 1.2 Profil elektrolit dan ginjal

    6. PD 1.1 tanda vital fokus gizi

    7. AD 1.1 BB

    8. BD 1.10 profil anemia

    9. FH 1.10 skill makanan

    - IOM dari obat ranitidine

    1. Obat dapat di konsumsi dengan atau tanpa makanan

  • 2. Ranitidine mengurangi absorpsi fe, zn, kalsium, asam folat dan vitamin B12

    3. Konsumsi ranitidine setelah makan dapat menyebabkan penurunan absorpsi dari ranitidine sendiri

    hingga 33% dan konsentrasi tingkat serum menurun

    - indikasi obat Ceftriaxone dan Antrain serta efek samping obat

    a. Ceftriaxone

    Indikasi : Untuk pasien yang terkena infeksi saluran nawah, kulit dan struktur kulit, infeksi

    tulang dan sendi, infeksi intraabdomen, infeksi saluran urin.

    efek samping: menyebabkan diare, mual, muntah

    b. Antrain

    Indikasi : untuk pasien yang mengalami nyeri terutama kolik dan setakah operasi

    tidak ada side effect yang dilaporkan

    B. REKOMENDASI

    Skenario dalam PBL klinik minggu kesepuluh ini dapat menambah dan memperdalam pengetahuan

    mahasiswa mengenai asuhan gizi yang tepat dan menu yang tepat untuk pasien combustion grade AB

    20% post debridement hari ke 7. Mahasiswa mendapatkan skenario yang mirip dengan kasus di

    lapangan sebagai bekal bagi mahasiswa saat bertemu dengan pasien secara langsung ataupun saat

    pre DI.

  • Daftar Pustaka

    ACI. Clinical Practice Guidelines Nutrition Burn Patient. Agency of Clinical Innovation, 2011.

    Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet edisi Baru. Jakarta

    American Dietetic Association. 2011. International Dietetics and Nutrition Terminology.

    Boullata, Joseph dan Armenti, Vincent. 2004. Handbook of Drug-Nutrient Interactions. Humana Press.

    Dewi, Y.R.S. 2013. Luka Bakar: Konsep Umum Dan Investigasiberbasis Klinis Luka Antemortem

    Danpostmortem, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali

    Finnerty CC, et al. The Surgically Induced Stress Response. JPEN J Parenter Enteral Nutr. 2013 September ; 37(5

    0): 21S29S.

    Gurnida,D.A 2011. Dukungan Nutrisi pada Penyakit Luka Bakar. Universitas Padjadjaran

    Becket et.al. 2009. Clinical Practice Guideline in Burn Injury Patient

    akir, Baris and Yeen, Berrak. 2004. Systemic Responses to Burn Injury.

    Chan, Melissa and Chan, Gary. 2009. Nutritional Therapy for Burns in Children and Adults.

    Dewi, Y. R. S. 2013. LUKA BAKAR: KONSEP UMUM DAN INVESTIGASI BERBASIS KLINIS LUKA ANTEMORTEM DAN

    POSTMORTEM, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali

    Efandi. 2010. LUKA BAKAR DAN ASUHAN PERAWATANNYA

    Grodner, Michele, EdD, CHES, Sara Long Roth, PhD, RD, LD and Bonnie C. Walkingshaw, MS, RN, January 2011,

    Nutritional Foundations and Clinical Applications, A Nursing Approach. CHAPTER 15 - Nutrition

    and Metabolic Stress

    Habibaturrohmah. 2014. Hubungan Konsumsi air, energi, dan zat gizi dengan persen lemak.

    Halim, Samsirun. 2012. Respons Metabolik Terhadap Stres

    Kartohatmodjo, Sunarso. 2008. Luka Bakar (Combustio).

    Machado, Mendonca. Burn, metabolism and nutritional requrements. nutricion hospitalaria. 2011:26(4):692-

    700

    National Health Service. 2012. Guidelines for the Nutritional Management of Adults and Paediatrics.

    Prins, Arina. 2009. Nutritional Management of the Burn Patient.

    Roche. 2009. Rocephin (Ceftriaxone Sodium) for Injection.

    Rodriguez, Noe A. et al. Nutrition in Burns : Galveston Contributions. Journal of Parenteral and Enteral

    Nutrition Volume 35 Number 6 November 2011 704-714.

    Rousseau, Anne et al. 2013. ESPEN Endorsed recommendations: Nutritional Therapy in Mjor Burns. Elsevier

    Clinical Nutrition.

    Ruhyanudin, Faqih. 2011. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

    RSSA. 2014. Buku Panduan Diet Instalasi Gizi. Rumah Sakit Saiful Anwar. Malang

    Syuhar. 2014. Perbandingan Tingkat Kesembuhan Luka Bakar.

  • Walsh, TS. 2007. The metabolic response to Injury.

    Yapa, 2009. Management of burns in the community. Wounds UK, 2009, Vol 5, No 2

    TIM PENYUSUN

    i. Ketua : Vivi Dian Wahyuningtyas 125070301111031

    ii. Sekretaris : 1. Ulfa Angrraini M 125070300111007

    2. Unun Fitry Febria B 125070306111003

    iii. Anggota :

    1. Orchidara Herning K. 125070300111037

    2. Cecilia Ayu D 125070300111019

    3. Indah Nur Qurani 125070300111044

    4. Hesti Retno Budi Arini 125070301111006

    5. Rahmawati 125070307111022

    6. Aulia Miladitya 125070301111015

    7. Dhandy Buya Santosa 125070301111021

    8. Septya Ayu K. 125070301111022

    9. Maulana Bahrian J 125070307111016

    10. Luh Pt Wulan C 125070307111017

    iv. Fasilitator : Indri

    v. Proses Diskusi :

    1. Kemampuan Fasilitator dalam memfasilitasi (berisi penjelasan deskriptif mengenai kemampuan

    fasilitator setiap kelompok dalam memfasilitasi kegiatan diskusi mahasiswa)

    a. Fasilitator telah memiliki kemampuan memfasilitasi proses jalannya diskusi dengan baik dan

    dapat memberikan masukan kepada mahasiswa sehingga proses diskusi dapat berjalan lebih

    baik.

    b. Mampu mengarahkan jalannya diskusi sesuai dengan learning objective yang dituju

    c. Mampu memotivasi seluruh anggota diskusi untuk berpartisipasi aktif dalam jalannya PBL

    Mampu memberikan evaluasi yang baik dan tepat.

    2. Kompetensi/Hasil Belajar Yang Dicapai Oleh Anggota Diskusi