Kelompok 6 Zoo
-
Upload
sri-wahyuni -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of Kelompok 6 Zoo
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
1/21
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakangPerkembangan dunia peternakan akhir-akhir ini sangat cepat, terutama dalam
produksi unggas dan ternak potong. Dengan sendirinya hal ini tidak terlepas dari terjadinya
pengumpulan sejumlah besar ternak di suatu tempat, baik berupa usaha peternakan, tempat
penggemukan sapi, rumah potong hewan, dan karantina hewan. Pengumpulan hewan dalam
jumlah besar ini dengan sendirinya berdampak terhadap lingkungan hidup manusia yang
tinggal di sekitarnya.Hal yang cukup penting dengan meningkatnya kegiatan usaha peternakan adalah
kemungkinan menyebarnya penyakit hewan ke manusia (zoonosis) dan/atau ke hewan
lainnya. Beberapa zoonosis telah dikenal di Indonesia dan beberapa lagi darinya sangat
ditakuti karena menyebabkan kematian. Menurut WHO pada tahun 1966, zoonosisadalah
infeksi yang secara alamiah ditularkan di antara hewan vertebrata dan manusia.
Berdasarkan siklus hidup agen penyakit zoonosis dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
Zoonosis langsung (Direct zoonosis), Siklozoonosis, Metazoonosis dan Saprozoonosis.
Metazoonosis adalah penyakit yang siklus hidup agen penyakitnya memerlukan
vertebrata dan invertebrata. Dalam golongan ini dimasukkan antara lain infeksi oleh
arbovirus atau arthropod-borne virus, tripanosomiasis dan sistosomiasis.
Penyebaran infeksi akibat virus merupakan ancaman yang berarti di bidang
penyakit, sosial dan ekonomi masyarakat. Penya kit infeksi masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang utama dinegara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia.
Virus merupakan parasit yang sejauh ini masih tetap diperdebatkan statusnya
sebagai makhluk hidup karena tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas
jika tidak berada pada sel inang. Umumnya virus yang berukuran mikroskopik ini akan
menginfeksi sel organisme biologis. Virus juga bersifat parasit obligat karena hanya dapat
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
2/21
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
3/21
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Arbovirus (Arthropod Viruses)
Arbovirus atau arthropod-borne viruses adalah virus-virus yang hidup bertahan di
alam melalui kontak biologis antara inang-inang vertebrata yang peka dan arthropoda yang
hidup dengan mengisap darah seperti nyamuk, kutu, pinjal, tungau, dan lain-lain. Infeksi
pada invertebrata terjadi bila arthropoda yang telah terinfeksi mengisap darah. Jenis-jenis
arbovirus ini dalam keadaan terbungkus dan merupakan virus RNA. Akhir-akhir ini
arbovirus telah dikelompokkan ke dalam empat kategori atau family sebagai berikut :
Family Genus Tipe spesies
Togaviridae Alfavirus
Rubivirus
Siblis
Rubella
Flaviviridae Flavivirus
Pestivirus
Hepatitis C Virus
Yellow Fever
Bovine viral
HCV
Bunyaviridae Bunyavirus
Hantavirus
Nairovirus
Tospovirus
Bunyamwera
Hantaan
Sandfly fever
Crimean-Congo
haemorrhagic fever
Arenaviridae Arenavirus Lymphocytic choriomeningitis
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
4/21
4
a. TogaviridaeTogavirus berbentuk bulat, 65-70nm; kapsid; 249 monomer, ikosahedral.
Memiliki inang yang luas, bertumbuh dalam sel-sel mamalia dan serangga. Virus
ditularkan dari kelenjar ludah nyamuk ke saluran darah inang vertebrata. Jenis virus
ini dapat melibatkan system pusat persyarafan terutama jenis ensefalitis. Jenis
penyakit yang lain antara lain adalah cikungunya, yang dapat ditularkan oleh
serangga terutama nyamuk. Virus Rubella tidak ditularkan oleh serangga.
b. FlaviviridaeFlavivirus berbentuk bulat, 40-60nm; kapsid; simetri, tetapi kurang jelas.
Virus ini dapat bertahan hidup lama dengan melakukan replikasi dalam inang tanpa
membahayakan inang, tetapi dapat menyebabkan banyak jenis penyakit (demam,
demam berdarah, Japanese encephalitis, yellow fever, dll). Perbanyakan pada noda
kelenjar bening dan perbanyakan sekunder dapat terjadi dalam hati, kelenjar bening,
ginjal, jantung, dan sumsum tulang.
c. BunyaviridaeBunyavirus berbentuk bulat, 80-120nm; nukleokapsid; helikal, bersegmen
tiga, dan termasuk famili yang terbesar, inang termasuk mamalia dan arthropoda.
Jenis virus ini dapat mereplikasi secara ekstensif dalam tubuh serangga danmenyebabkan penyakit Rift Valley fever, Sand fly fever, dan lain-lain.
Patogenisitasnya bervariasi, tetapi biasanya gigitan serangga mengakibatkan
viremia sementara (adanya virus dalam darah).
d. ArenaviridaeArenavirus berbentuk pleiomorfik, 50-300nm; nukleokapsid, helikal, dan
merupakan family yang baru (17 tipe). Pertama-tama ditemukan pada 1969 sebagai
penyebab penyakit yang disebut Lassa fever. Inang utama adalah tikus dan tidakmelibatkan arthropoda untuk penyebaran.
Lebih dari 100 virus saat ini diklasifikasikan sebagai arbovirus yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Kebanyakan virus-virus ini di klasifikasikan
menurut hubungan antigenik, morfologi dan mekanisme replikasinya kedalam
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
5/21
5
famili dan genus, dimana mereka digolongkan kedalam Togaviridae (Alphavirus),
Flaviviridae (Flavivirus) dan Bunyaviridae (Bunyavirus, Phlebovirus), adalah
contoh klasifikasi yang dikenal dengan baik. Genus ini sebagian sebagai penyebab
utama ensefalitis, sedangkan yang lainnya sebagai penyebab utama demam.
Alphavirus dan Bunyavirus biasanya ditularkan melalui nyamuk, sedangkan
Flavivirus ditularkan melalui nyamuk atau kutu, dan beberapa Flavivirus memiliki
vektor yang tidak dikenal, phlebovirus biasanya ditularkan oleh lalat pasir (sand
flies), dengan pengecualian demam Rift Valley, yang di tularkan oleh nyamuk.
Virus-virus lain dari famili Bunyaviridae dan beberapa grup lainnya menyebabkan
demam atau penyakit demam berdarah, dan bisa di tularkan oleh nyamuk, kutu
(ticks), lalat pasir (sand flies) atau midges (ngengat).
Sebagian besar dari virus ini memerlukan binatang untuk siklus hidupnya.
Manusia tidak begitu penting dalam siklus kehidupan mereka, infeksi pada manusia
biasanya terjadi karena kebetulan yaitu pada saat vektor serangga menghisap darah
manusia. Hanya dalam beberapa kasus diketahui bahwa manusia berperan sebagai
sumber utama perkembang biakan virus dan penularan kepada vektor, seperti
dengue dan demam kuning. Sebagian besar virus ini ditularkan oleh nyamuk,
sementara sisanya oleh kutu, lalat pasir atau gigitan sejenis lalat kecil. Infeksi di
laboratorium mungkin terjadi, termasuk infeksi melalui udara.
Walaupun penyebabnya berbeda, penyakit-penyakit ini mempunyai ciri-ciri
epidemiologis yang sama (perbedaan terutama berhubungan dengan vektornya).
Sebagai konsekuensinya, penyakit- penyakit tersebut dengan gejala-gejala klinis
tertentu di bagi dalam 4 kelompok, yaitu yang ditularkan nyamuk (mosquito-borne),
yang ditularkan oleh sejenis lalat (midgeborne), yang ditularkan oleh kutu
(tickborne), yang ditularkan lalat pasir (sand fly-borne) dan vektor penular yang
tidak diketahui. Penyakit-penyakit yang tergolong penting di jelaskan secara
tersendiri atau dikelompokkan dalam kelompok penyakit dengan gambaran klinis
dan epidemiologis yang sama.
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
6/21
6
2.2 Penyakit yang disebabkan Arbovirus (Arthropod Viruses)
2.2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)
1) Pengertian Demam Berdarah DengueDemam dengue atau dengue hemorrhagic fever (DHF) atau dikenal sebagai
demam berdarah dengue disebabkan oleh salah satu dari empat antigen yang berbeda,
tetapi sangat dekat satu dengan yang lain, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4
dari genus Flavivirus. Demam berdarah dengue (DBD) adalah bentuk dengue yang
parah, berpotensi mengakibatkan kematian.
DBD terjadi bilamana pasien mengidap virus dengue sesudah terjadi infeksi
sebelumnya oleh tipe virus dengue lain. Jadi, imunitas sebelumnya terhadap tipe virusdengue yang lain adalah penting dalam menghasilkan penyakit DBD yang parah.
Infeksi oleh salah satu serotype ini tidak menimbulkan imunitas dengan protektif-silang
(cross-protective) sehingga seseorang yang tinggal di daerah endemik dapat terinfeksi
oleh demam dengue selama hidupnya. Penyakit ini terutama terdapat didaerah tropis.
Virus penyebab penyakit bertahan hidup dalam siklus yang melibatkan manusia dan
nyamuk Aedes aegypti yang merupakan nyamuk yang hidup aktif di siang hari dan
lebih senang mengisap darah manusia.
Menurut World Health Organization (1997), DBD diklasifikasikan menjadi 4
tingkat keparahan.
Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satu-
satunya manifestasi perdarahan adalah tes torniket positif dan
muntah memar.
Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada Derajat I,
biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.
Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta
penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya kulit
dingin dan lembab serta gelisah.
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
7/21
7
Derajat IV : Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
Klasifikasi DBD menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) yaitu:
a. Dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya (dengue without
warning signs). Kriteria dengue tanpa tanda bahaya dan dengue
dengan tanda bahaya:
1. Bertempat tinggal di atau bepergian ke daerah endemik dengue.2. Demam disertai 2 dari hal berikut : Mual, muntah, ruam, sakit dan nyeri, uji
torniket positif, lekopenia, adanya tanda bahaya.
3. Tanda bahaya adalah Nyeri perut atau kelembutannya, muntah berkepanjangan,terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa,letargis, lemah, pembesaran hati >
2 cm, kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang
cepat.
4. Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasmatidak jelas)
b. Dengue berat (severe dengue). Kriteria dengue berat :
1. Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairandengan distresspernafasan.
2. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi gangguan organ berat, hepar (ASTatau ALT 1000, gangguan kesadaran, gangguan jantung dan organ lain). Untuk
mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji tourniquet.
2) Vektor UtamaSebagai pembawa virus dengue Ae. aegypti merupakan pembawa utama
primary vector) dan bersama Aedes albopictusmenciptakan siklus persebaran dengue
di desa dan kota. Nyamuk-nyamuk aedes berkembang biak dalam air-air bersih yang
tertampung dalam kontainer bekas seperti botol-botol plastik, kaleng-kaleng bekas,
ban mobil bekas, terapung, bak-bak air penampungan yang terbuka, bambu-bambu
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
8/21
8
pagar, tempurung kelapa, pelepah kelapa, kulit-kulit buah seperti kulit buah rambutan,
vas-vas bunga yang berisi air, dan lain-lain.
Nyamuk betina menggigit dan menghisap darah lebih banyak di siang hari
terutama pagi atau sore hari antara pukul 08.00 s/d 12.00 dan 15.00 s/d 17.00 WIB.
Lebih menyukai darah manusia daripada hewan. Lebih suka beristirahat di tempat yang
gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk di kamar
tidur, lemari, kamar mandi, kamar kecil maupun di dapur. Di luar rumah seperti pada
tanaman hias di halaman rumah. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka
suka adalah di bawah furnitur, benda yang tergantung seperti baju, korden, serta di
dinding. Senang tinggal di muara sungai yang mendangkal pada musim kemarau,
persawahan, perkebunan kangkung,rawa-rawa, dan bekas ban kendaraan yang
tergenang air.
3) Endemik/PenyebaranEndemik demam dengue pertama dilaporkan terjadi secara simultan pada 1779-
1780 di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Hal ini menunjukkan bahwa virus dan vektor
penyakit ini memiliki penyebaran yang luas di daerah tropis selama lebih dari 200
tahun (CDC, 2003a). Ledakan demam dengue yang paling serius hanya terjadi satu kali
di Amerika Serikat, yaitu di Filadelfia pada 1780 saat terjadi introduksi virus melalui
kapal dagang pada Musim Panas yang sangat panas (NIEHS PR # 4, 1998). Menurut
laporan, selama kurun waktu sekitar 200 tahun tersebut demam dengue dianggap
sebagai penyakit biasa (tidak bebahaya) dan tidak mematikan. Biasanya periode
endemik terjadi dalam interval yang cukup lama, yaitu 10-40 tahun terutama karena
pada waktu itu virus dan nyamuk vektor hanya dapat dipindahkan antara sentra-sentra
populasi melalui kapal-kapal dagang.
Pandemik global mulai terjadi di Asia tenggara sesudah Perang Dunia Kedua
dan telah lebih meningkat selang 20 tahun terkahir ini. Insiden penyakit dengue dan
terutama bentuk yang lebih mematikan yaitu dengue hemorrhagic fever (DHF) atau
demam dengue berdarah (DBD), telah bertambah secara dramatis terutama di daerah
tropis. Epidemik yang disebabkan oleh serotype berganda (hyperendemicity) lebih
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
9/21
9
sering terjadi. Penyebaran geografis dari virus dengue dan lebih sering terjadi.
Penyebaran geografis dari virus dengue dan nyamuk vektor telah meluas dan DBD
juga telah terjadi di daerah Pasifik dan Amerika. Mulai 1960-an serangan virus dengue
diperkirakan rata-rata 30.000 kasus per tahun. Tiga puluh tahun kemudian, yaitu pada
1995, kasus dengue diperkirakan mencapai 592.000. Meskipun begitu, jumlah
sebenarnya diduga lebih besar karena banyak pasien yang tidak melaporkan ke rumah-
rumah sakit.
Di Asia Tenggara epidemik DBD pertama terjadi pada 1950-an. Namun, sejak
1975 penyakit ini menjadi salah satu penyebab hospitalisasi dan kematian terutama
pada anak-anak. Serangan demam berdarah di Indonesia pertama-tama dilaporkan
terjadi pada 1968 meskipun pada waktu itu belum dapat dibuktikan secara nyata.
Kemudian, pada 1970 terjadi serangan DBD di Jakarta. Antara 1970 dan 1987, tingkat
serangan DBD di Asia Tenggara meningkat dari 15 orang per 100.000 menjadi 170
orang per 100.000
Pada 1980-an perkembangan DBD yang kedua di asia mulai terjadi saat Sri
Langka, India, dan kepulauan Maldive mengalami epidemik DBD peertama. Pakistan
baru melaporkan adanya endemik dengue pertama pada 1994 (CDC, 2003a).
Sementara itu, Taiwan dan Cina pada 1980-an juga mengalami epidemik denguesesudah penyakit itu sempat menghilang selama 35 tahun. Serangkaian epidemik yang
terjadi di Cina disebabkan oleh keempat serotype.
Setelah sukses melakukan program pengendalian selama 20 tahun, Singapura
ternyata mengalami pula ledakan penyakit dengue/DBD kembali (resurgence) yang
berlangsung dari 1990 sampai 1994. Sementara itu, didaerah Pasifik dan Afrika,
epidemik dengue yang disebabkan oleh keempat serotype, juga telah berkembang
secara dramatis.
Pada awal 2004 serangan penyakit demam berdarah terjadi dimana-mana di
hampir semua propinsi di Indonesia terutama di Jakarta dan sekitarnya. Diberitakan
bahwa selama bulan Januari dan Februari 2004, jumlah penderita DBD di Indonesia
mencapai 19.000 orang lebih dengan angka kematian 1,8% atau sekitar 342 orang.
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
10/21
10
Mulai 1997, dengue menjadi penyakit virus yang paling penting yang
ditularkan nyamuk dan mempengaruhi manusia. Penyebaran secara global hampir
sama dengan malaria (CDC, 2003a). Diperkirakan ada 2,5 miliar orang hidup di daerah
yang mempunyai risiko tular epidemik dan berisiko tinggi terinfeksi oleh demam
dengue (Gubler, 1996). "Pada tahun 2012, demam berdarah tercatat sebagai penyakit
akibat virus yang penyebarannya paling cepat dan berpotensi epidemi di seluruh dunia,
bahkan dilaporkan mengalami peningkatan kasus hingga 30 kali lipat dari kondisi 50
tahun yang lalu," papar WHOdalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari foxnews,
Kamis (17/1/2013). "Di seluruh dunia, 2 juta kasus demam berdarah dilaporkan terjadi
setiap tahunnya di 100 negara, terutama di benua Asia, Afrika dan Amerika Latin serta
menyebabkan 5.000-6.000 kasus kematian. Sampai saat ini penyebaran dengue masih
terpusat di daerah tropis, yaitu australlia Utara bagian Timur, Asia Tenggara, India, dan
sekitarnya, Afrika, Amerika Latin, dan sebagian Amerika serikat. Namun, dengan
adanya pemanasan global, dengue diperkirakan akan meluas sampai ke daerah-daerah
beriklim dingin.
4)Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBDMenurut teori Segitiga John Gordon penyakit disebabkan oleh lebih dari satu
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain hubungan anatara penyebab (agent), penjamu(host)dan lingkungan (enviroment).
a. Faktor Agent (Penyebab)Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran DBD adalah virus
Dengue.
b. Faktor Host (Pejamu)Host (pejamu) yang dimaksud adalah manusia yang kemungkinan terpapar
terhadap penyakit DBD. Faktor Host (pejamu) antara lain umur, ras, sosial,
ekonomi, cara hidup, status perkawinana, hereditas, nutrisi dan imunitas. Dalam
penularan DBD faktor manusia erat kaitannya dengan perilaku seperti peran serta
dalam kegiatan pemberantasan vector di masyarakat dan mobilitas penduduk.
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
11/21
11
a) Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit.Beberapa penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kelompok umur
yang paling banyak diserang DBD adalah kelompok < 15 tahun (Depkes RI,
1992), yang sebagian besar merupakan usia sekolah.
b) Kondisi sosial ekonomi akan mempengaruhi perilaku manusia dalammempercepat perilaku manusia dalam mempercepat penularan penyakit DBD,
seperti kurangnya pendingin ruangan (AC) di daerah tropis membuat
masyarakat duduk-duduk diluar rumah pada pagi dan sore hari. Waktu pagi dan
sore tersebut merupakan saat nyamukAedes aegyptimencari mangsanya.
c) Tingkat kepadatan penduduk. Penduduk yang padat akan memudahkanpenularan DBD karena berkaiatan dengan jarak terbang nyamuk sebagai
vektornya. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan, kejadian epidemik
DBD banyak terjadi pada daerah yang berpenduduk padat.
d) Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau sistem kekebalan.Jika sistem kekebalan tubuh rendah atau menurun, maka dengan mudah tubuh
akan terkena penyakit.
e) Status gizi diperoleh dari nutrient yang diberikan. Secara umum kekurangan giziakan berpengaruh terhadap daya tahan dan respon imunologis terhadap
penyakit.
c. Faktor LingkunganFaktor lingkungan diklasifikasikan atas empat komponen yaitu lingkungan
fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologi, dan lingkungan sosial ekonomi.
5) GejalaGejala awal DBD hampir sama dengan demam dengue, tetapi sesudah beberapa
hari kemudian pasien mulai menjadi tidak tenang, lekas marah, dan berkeringat. Gejala
ini diikuti dengan adanya guncangan (shock-like state). Pendarahan mulai terlihat
seperti bintik-bintik darah kecil pada permukaan kulit (petechia) dan binti-bintik darah
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
12/21
12
yang lebih besar (patches) di bawah kulit (ecchymases). Guncangan dapat
mengakibatkan keringat.
Medline Plus Medical Encyopedia (2002) mengemukakan gejala-gejala awal
dan gejala-gejala fase akut demam berdarah sebagai berikut:
Gejala awal :- Demam- Sakit kepala- Gatal-gatal pada otot- Gatal-gatal pada persendian- Rasa tidak enak badan (malaise)- Kehilangan nafsu makan- Muntah-muntah
Gejala fase akut :- Status seperti terguncang (shock-like state)- Berkeringat banyak (diaphoretic)- Keringat basah- Ketidaktenangan (restlessness)- Bintik-bintik darah pada permukaan kulit (petechiae)- Bintik-bintik darah di bawah kulit (Ecchymosis)
Pemeriksaan secara fisik dapat menunjukkan pasien mempunyai tekanan darah
rendah, lemah, denyut jantung lemah, ruam, mata merah, kerongkongan merah,
kelenjar membengkak, dan hati membengkak (hepatomegaly). Komplikasi dapat
terjadi, yaitu shock, kerusakan atau perubahan struktur otak (encephalopathy),
kerusakan otak, kerusakan hati, dan lain-lain.
Diagnosa penderita DBD menurut WHO (1997) memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerusselama 2-7 hari.
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
13/21
13
b. Kecenderungan pendarahan, yang dibuktikan dengan satu hal berikut: testaouniket, petekie, ekimosis atau purpura; pendarahan dari mukosa, saluran
gastrointestinal, tempat injeksi atau lokasi lain, hematenesis atau melena.
c. Thrombositopeni (trombosit 100.000/mm3atau kurang).d. Adanya rembesan plasma karena peningkatan permeabilitas vascular dengan
manifestasi sekurang-kurangnya hematokrit meningkat 205 atau lebih.
Berdasarkan patokan tersebut, 87 % penderita DBD dapat didiagnosa dengan
tepat setelah dilakukan uji silang dengan pemeriksaan serologi di laboratorium (Depkes
RI, 1992).
6) Pencegahan dan Pengendalian NyamukSampai saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk mencegah penyakit
dengue. Vaksin virus dengue sedang dikembangkan di Thailand, tetapi masih
membutuhkan volunteer manusia untuk uji coba. Saat ini rekomendasi vaksin virus
generasi kedua dengan menggunakan virus Thailand sebagai template atau panduan
juga sedang dikembangkan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan vaksin yang dapat
dipergunakan oleh masyarakat diperkirakan masih membutuhkan waktu sekitar 5-10
tahun.
Perkembangan ilmu kedokteran yang telah maju agaknya belum dapat
menanggulangi masalah penyakit demam berdarah dengan cara imunisasi. Oleh karena
itu, pencegahan penyakit demam berdarah secara konvensional melalui program
kebersihan lingkungan masih tetap dilakukan.
Pengendalian dengan Cara sanitasiPencegahan melalui sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara
tidak langsung, yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan
nyamuk seperti kaleng-kaleng bekas, plastik-plastik bekas, ban-ban mobil/motor
bekas, kontainer-kontainer lain yang dapat menampung air bersih atau genangan
air hujan. Barang-barang bekas tersebut dapat dipendam atau dibakar. Tempat-
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
14/21
14
tempat yang bisa menampung air sebagai bagian dari konstruksi bangunan harus
dibersihkan dan air-air yang tergenang sesudah hujan harus dijeluarkan.
Tempat-tempat penampungan air termasuk sumur harus dibersihkan untuk
mengeluarkan atau membunuh telur-telur, jentik-jentik, dan pupa-pupa nyamuk.
Program yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Departemen
Kesehatan RI ialah menguras, menimbun, dan mengubur (3M). Menguras berarti
membersihkan tempat-tempat penampuangan air (bak mandi) untuk mengeluarkan
jentik-jentik nyamuk, menimbun berarti mengumpulkan container-kontainer yang
dapat menampung air menjadi tempat pembiakan nyamuk, dan mengubur yaitu
mengumpulkan kontainer-kontainer dan menguburkannya dalam tanah.
Pengendalian Biologi- Menggunakan Bti (Bacillus thuringiensis israilensis) adalah sejenis bakteri
yang digunakan untuk menghambat perkembangbiakan nyamuk karena
menghasilkan racun (crystal toxin) bagi nyamuk dan jentiknya.
- Mecocyclops aspericornis , sejenis udang-udangan yg memakan larva.- Golongan jamur : Tolypocladium cylindrosporum dan Culicinimices
clavisporumdigunakan sebagai pengendali larva Anopheles
- Menggunakan Ikan pemangsa jentik/larva (Ikan kepala timah, Ikan cupang,Ikan gambusia).
- Memanfaatkan cicak : Cicak merupakan predator alami bagi nyamuk,sehingga keberadaannya dalam rumah dapat membantu untuk membasmi
nyamuk.
Pengendalian Cara MekanikPengendalian DB yang lain adalah dengan cara mekanik, yaitu mencegah
gigitan nyamuk dengan memakai pakaian yang dapat menutupi seluruh bagian
tubuh, kecuali muka, penggunaan net atau kawat kasa di rumah-rumah, dan
kelambu merupakan cara untuk menghindarkan hubungan (kontak) antara manusia
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
15/21
15
dan vektor. Dapat juga menggunakan alat fisika untuk pemanasan, pembekuan,
dan penggunaan alat listrik
Pengendalian dengan InsektisidaUntuk mencegah penyakit demam berdarah, jalan lain yang dapat ditempuh
adalah dengan mengeliminasi atau menurunkan populasi nyamuk-nyamuk vektor
seperti Aedes aegepty dan Ae albopictus. Penyemprotan dengan ULV malathion
masih merupakan cara yang umum dipakai untuk membunuh nyamuk-nyamuk
dewasa, tetapi cara ini tidak dapat membunuh larva yang hidup dalam air.
Pengendalian yang umum dipergunakan untuk larva-larva nyamuk adalah dengan
menggunakan larvasida seperti abate.
Pengembangan Infrastruktur KesehatanMeskipun sistem penanganan kesehatan telah tertata baik, kesadaran akan
adanya serangan demam berdarah dan kemampuan menghadapi arbovirus secara
efisien masih diperlukan. Oleh karena itu, strategi pencegahan yang lebih baik
perlu dilakukan terus melalui pemberdayaan dan peningkatan pendidikan
masyarakat.
Sejumlah ahli meyakini bahwa Negara-negara yang sedang berkembangharus memfokuskan diri pada pengimplementasian infrastruktur pusat-pusat
kesehatan seperti puskesmas. Demikian pula program pencegahan penyakit
dengan melibatkan individu-individu dalam satu keluarga dan disekitarnya serta
oleh berbagai lapisan masyarakat dan pusat-pusat pelayanan kesehatan sangat
diperlukan (gratz, 1985 dalam Defoliart et al, 1987). Gratz lebih lanjut menyatakan
bahwa kebutuhan yang paling kritis bukan terletak pada metode pengendalian
yang lebih baik, tetapi para ahli pengendalian vektor yang lebih terampil sehingga
mereka dapat melatih atau memberdayakan masyarakat mengenai cara
mengendalikan vektor-vektor penyakit demam berdrah.
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
16/21
16
Selanjutnya, kelompok progfesional harus melakukan penelitian lapangan,
evaluasi entomologis dan epidemilogis di daerah endemik tempat aktivitas
program pengendalian sementara dilakukan.
Penggunaan Zat Penolak SeranggaProgram pencehaan masih banyak dilakukan dengan menggunakan obat
penolak nyamuk seperti auctan. Di Indonesia banyak orang menggunakan obat
nyamuk bakar untuk mengusir nyamuk pada malam hari dan juga siang hari.
Permetrin yang mengandung zat penolak seperti pemanone atau deltamethrin
hanya direkomendasi untuk digunakan pada pakaian, sepatu, kelambu, dan alat-
alat untuk perkemahan. Permetrin dapat menolak dan membunuh tungau, nyamuk,
dan artropoda lainnya.
Obat penolak yang saat ini direkomendasdikan adalah yang mengandung
N,N-diethylmetatoluamide (DEET) sebagai ingredient aktif. DEET dapat menolak
nyamuk, tungau/caplak dan artropoda lainnya apabila dioleskan pada kulit atau
pakaian. Konsentrasi DEET sampai 50% direkomendasikan untuk orang-orang
dewasa dan anak-anak diatas umur 2 bulan. Konsentrasi yang lebih rendah tidak
akan bertahan lama dalam tubuh sehingga perlu reaplikasi. DEET adalah racun
yang apabila termakan dapat mengakibatkan iritasi kulit untuk orang-orang yang
sensitif. Bila konsentrasi terlalu tinggi, akan mengakibatkan blister.
Program Pencegahan DBD Departemen Kesehatan RI Tahun 2004
1. Kewaspadaan dini penyakit demam berdarah denguea. Penemuan dan pelaporan penderitaKDRSb. Penanggulangan fokus
- Penyelidikan epidemiologi (PE)- Penyuluhan, 3M, abatisasi, pengasapan fokus
c. Pemberantasan vektor intensif (di desa endemis)
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
17/21
17
- Penyuluhan, 3M, abatisasi- Pengasapan massal
d. Bulan kewaspadaan gerakan 3M pada saat sebelum musim penularan- Penyuluhan intensif- Kerja bakti 3M- Kunjungan rumah
e. Pemantauan jentik berkala di desa endemis setiap tiga bulan sekalif. Promosi kesehatan penyakit DBD berupa komunikasi perubahan perilaku dalam
pemberantasan sarang nyamuk melalui pesan pokok 3M.
2. Pemberantasan vektor nyamuk penulara. Nyamuk dewasa dengan pengasapanb. Jentik dengan PSN :
- Fisik : 3M (Menguras, Menutup, Mengubur)- Larvasida : Bubuk Temephos (abatisasi/altosid)- Ikanisasi : ikan cupang, tempalo di Palembang
3. Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)a. Penyuluhanb. PSN (3M)c. Abatisasi selektifd. Fogging missal
4. Peningkatan SDM dan meningkatkan jenjang kemitraana. Pelatihan : tata laksana kasus, penanggung jawab program, petugas penyemprot,
metode PSN, pendekatan MTBS.
b. Seminar
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
18/21
18
c. Diskusid. Penelitiane. Kerjasama dengan LSM/swasta
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), cara pencegahan
DBD yaitu dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD melalui 3M Plus.
a. Menguras tempat penampungan air sekurangnya seminggu sekalib. Menutup rapat-rapat tempat penampungan airc. Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barangbarang bekas
yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas, dll.
d. Plus1) Ganti air vas bunga, tempat minuman burung dan tempat lainya seminggu sekali2) Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak3) Tutup lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainya misalnya dengan tanah4) Menaburi racun pembasmi jentik (larvasidasi) khususnya bagi tempat
penampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulit air
5) Menebar ikan pemakan jentik seperti kepala timSah, gepi, ditempatpenampungan air yang ada disekitar rumah
6) Tidur memakai kelambu7) Memakai obat nyamuk8) Memasang kawat kasa pada lubang angin di rumah
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
19/21
19
7) PengobatanPengobatan yang spesifik DBD belum ada. Dasar pengobatan penderita
penyakit DBD simptomatis adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena
kebocoran plasma (Depkes RI, 2005). Pada tubuh orang yang terkena DBD, darah
mengalami kehilangan plasma. Plasma merembes keluar pembuluh plasma. Pada
tingkat kekentalan tertentu sirkulasi terganggu. Infus cairan mencegah terjadinya
kegagalan sirkulasi, sehingga syok yang dapat dicegah. Obat kusus yang digunakan
yaitu dengan menggunakan cairan infuse.
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
20/21
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1 Metazoonosis adalah penyakit yang siklus hidup agen penyakitnya memerlukanvertebrata dan invertebrata. Dalam golongan ini dimasukkan antara lain infeksi oleh
arbovirus atau arthropod-borne virus, tripanosomiasis dan sistosomiasis.
2 Arbovirus atau arthropod-borne viruses adalah virus-virus yang hidup bertahan dialam melalui kontak biologis antara inang-inang vertebrata yang peka dan arthropoda
yang hidup dengan mengisap darah seperti nyamuk, kutu, pinjal, tungau, dan lain-
lain. Infeksi pada invertebrata terjadi bila arthropoda yang telah terinfeksi mengisap
darah. Jenis-jenis arbovirus ini dalam keadaan terbungkus dan merupakan virus RNA.
3 Salah satu penyakit yang disebabkan arbovirus adalah Demam Berdarah Dengue(DBD).
3.2 Saran
-
7/22/2019 Kelompok 6 Zoo
21/21
21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.beritaterhangat.net/2012/11/berbagai-jenis-penyakit-yang-disebabkan.html
http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/05-2004/demamberdarah.htm
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44566/BAB%20II%20G07fit.pdf
http://www.beritaterhangat.net/2012/11/berbagai-jenis-penyakit-yang-disebabkan.htmlhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44566/BAB%20II%20G07fit.pdfhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44566/BAB%20II%20G07fit.pdfhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44566/BAB%20II%20G07fit.pdfhttp://www.beritaterhangat.net/2012/11/berbagai-jenis-penyakit-yang-disebabkan.html