Kelompok 6 Zoo

download Kelompok 6 Zoo

of 21

Transcript of Kelompok 6 Zoo

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar belakangPerkembangan dunia peternakan akhir-akhir ini sangat cepat, terutama dalam

    produksi unggas dan ternak potong. Dengan sendirinya hal ini tidak terlepas dari terjadinya

    pengumpulan sejumlah besar ternak di suatu tempat, baik berupa usaha peternakan, tempat

    penggemukan sapi, rumah potong hewan, dan karantina hewan. Pengumpulan hewan dalam

    jumlah besar ini dengan sendirinya berdampak terhadap lingkungan hidup manusia yang

    tinggal di sekitarnya.Hal yang cukup penting dengan meningkatnya kegiatan usaha peternakan adalah

    kemungkinan menyebarnya penyakit hewan ke manusia (zoonosis) dan/atau ke hewan

    lainnya. Beberapa zoonosis telah dikenal di Indonesia dan beberapa lagi darinya sangat

    ditakuti karena menyebabkan kematian. Menurut WHO pada tahun 1966, zoonosisadalah

    infeksi yang secara alamiah ditularkan di antara hewan vertebrata dan manusia.

    Berdasarkan siklus hidup agen penyakit zoonosis dibagi menjadi empat golongan, yaitu:

    Zoonosis langsung (Direct zoonosis), Siklozoonosis, Metazoonosis dan Saprozoonosis.

    Metazoonosis adalah penyakit yang siklus hidup agen penyakitnya memerlukan

    vertebrata dan invertebrata. Dalam golongan ini dimasukkan antara lain infeksi oleh

    arbovirus atau arthropod-borne virus, tripanosomiasis dan sistosomiasis.

    Penyebaran infeksi akibat virus merupakan ancaman yang berarti di bidang

    penyakit, sosial dan ekonomi masyarakat. Penya kit infeksi masih merupakan

    masalah kesehatan masyarakat yang utama dinegara yang sedang berkembang

    termasuk Indonesia.

    Virus merupakan parasit yang sejauh ini masih tetap diperdebatkan statusnya

    sebagai makhluk hidup karena tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas

    jika tidak berada pada sel inang. Umumnya virus yang berukuran mikroskopik ini akan

    menginfeksi sel organisme biologis. Virus juga bersifat parasit obligat karena hanya dapat

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    2/21

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    3/21

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Arbovirus (Arthropod Viruses)

    Arbovirus atau arthropod-borne viruses adalah virus-virus yang hidup bertahan di

    alam melalui kontak biologis antara inang-inang vertebrata yang peka dan arthropoda yang

    hidup dengan mengisap darah seperti nyamuk, kutu, pinjal, tungau, dan lain-lain. Infeksi

    pada invertebrata terjadi bila arthropoda yang telah terinfeksi mengisap darah. Jenis-jenis

    arbovirus ini dalam keadaan terbungkus dan merupakan virus RNA. Akhir-akhir ini

    arbovirus telah dikelompokkan ke dalam empat kategori atau family sebagai berikut :

    Family Genus Tipe spesies

    Togaviridae Alfavirus

    Rubivirus

    Siblis

    Rubella

    Flaviviridae Flavivirus

    Pestivirus

    Hepatitis C Virus

    Yellow Fever

    Bovine viral

    HCV

    Bunyaviridae Bunyavirus

    Hantavirus

    Nairovirus

    Tospovirus

    Bunyamwera

    Hantaan

    Sandfly fever

    Crimean-Congo

    haemorrhagic fever

    Arenaviridae Arenavirus Lymphocytic choriomeningitis

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    4/21

    4

    a. TogaviridaeTogavirus berbentuk bulat, 65-70nm; kapsid; 249 monomer, ikosahedral.

    Memiliki inang yang luas, bertumbuh dalam sel-sel mamalia dan serangga. Virus

    ditularkan dari kelenjar ludah nyamuk ke saluran darah inang vertebrata. Jenis virus

    ini dapat melibatkan system pusat persyarafan terutama jenis ensefalitis. Jenis

    penyakit yang lain antara lain adalah cikungunya, yang dapat ditularkan oleh

    serangga terutama nyamuk. Virus Rubella tidak ditularkan oleh serangga.

    b. FlaviviridaeFlavivirus berbentuk bulat, 40-60nm; kapsid; simetri, tetapi kurang jelas.

    Virus ini dapat bertahan hidup lama dengan melakukan replikasi dalam inang tanpa

    membahayakan inang, tetapi dapat menyebabkan banyak jenis penyakit (demam,

    demam berdarah, Japanese encephalitis, yellow fever, dll). Perbanyakan pada noda

    kelenjar bening dan perbanyakan sekunder dapat terjadi dalam hati, kelenjar bening,

    ginjal, jantung, dan sumsum tulang.

    c. BunyaviridaeBunyavirus berbentuk bulat, 80-120nm; nukleokapsid; helikal, bersegmen

    tiga, dan termasuk famili yang terbesar, inang termasuk mamalia dan arthropoda.

    Jenis virus ini dapat mereplikasi secara ekstensif dalam tubuh serangga danmenyebabkan penyakit Rift Valley fever, Sand fly fever, dan lain-lain.

    Patogenisitasnya bervariasi, tetapi biasanya gigitan serangga mengakibatkan

    viremia sementara (adanya virus dalam darah).

    d. ArenaviridaeArenavirus berbentuk pleiomorfik, 50-300nm; nukleokapsid, helikal, dan

    merupakan family yang baru (17 tipe). Pertama-tama ditemukan pada 1969 sebagai

    penyebab penyakit yang disebut Lassa fever. Inang utama adalah tikus dan tidakmelibatkan arthropoda untuk penyebaran.

    Lebih dari 100 virus saat ini diklasifikasikan sebagai arbovirus yang dapat

    menyebabkan penyakit pada manusia. Kebanyakan virus-virus ini di klasifikasikan

    menurut hubungan antigenik, morfologi dan mekanisme replikasinya kedalam

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    5/21

    5

    famili dan genus, dimana mereka digolongkan kedalam Togaviridae (Alphavirus),

    Flaviviridae (Flavivirus) dan Bunyaviridae (Bunyavirus, Phlebovirus), adalah

    contoh klasifikasi yang dikenal dengan baik. Genus ini sebagian sebagai penyebab

    utama ensefalitis, sedangkan yang lainnya sebagai penyebab utama demam.

    Alphavirus dan Bunyavirus biasanya ditularkan melalui nyamuk, sedangkan

    Flavivirus ditularkan melalui nyamuk atau kutu, dan beberapa Flavivirus memiliki

    vektor yang tidak dikenal, phlebovirus biasanya ditularkan oleh lalat pasir (sand

    flies), dengan pengecualian demam Rift Valley, yang di tularkan oleh nyamuk.

    Virus-virus lain dari famili Bunyaviridae dan beberapa grup lainnya menyebabkan

    demam atau penyakit demam berdarah, dan bisa di tularkan oleh nyamuk, kutu

    (ticks), lalat pasir (sand flies) atau midges (ngengat).

    Sebagian besar dari virus ini memerlukan binatang untuk siklus hidupnya.

    Manusia tidak begitu penting dalam siklus kehidupan mereka, infeksi pada manusia

    biasanya terjadi karena kebetulan yaitu pada saat vektor serangga menghisap darah

    manusia. Hanya dalam beberapa kasus diketahui bahwa manusia berperan sebagai

    sumber utama perkembang biakan virus dan penularan kepada vektor, seperti

    dengue dan demam kuning. Sebagian besar virus ini ditularkan oleh nyamuk,

    sementara sisanya oleh kutu, lalat pasir atau gigitan sejenis lalat kecil. Infeksi di

    laboratorium mungkin terjadi, termasuk infeksi melalui udara.

    Walaupun penyebabnya berbeda, penyakit-penyakit ini mempunyai ciri-ciri

    epidemiologis yang sama (perbedaan terutama berhubungan dengan vektornya).

    Sebagai konsekuensinya, penyakit- penyakit tersebut dengan gejala-gejala klinis

    tertentu di bagi dalam 4 kelompok, yaitu yang ditularkan nyamuk (mosquito-borne),

    yang ditularkan oleh sejenis lalat (midgeborne), yang ditularkan oleh kutu

    (tickborne), yang ditularkan lalat pasir (sand fly-borne) dan vektor penular yang

    tidak diketahui. Penyakit-penyakit yang tergolong penting di jelaskan secara

    tersendiri atau dikelompokkan dalam kelompok penyakit dengan gambaran klinis

    dan epidemiologis yang sama.

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    6/21

    6

    2.2 Penyakit yang disebabkan Arbovirus (Arthropod Viruses)

    2.2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

    1) Pengertian Demam Berdarah DengueDemam dengue atau dengue hemorrhagic fever (DHF) atau dikenal sebagai

    demam berdarah dengue disebabkan oleh salah satu dari empat antigen yang berbeda,

    tetapi sangat dekat satu dengan yang lain, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4

    dari genus Flavivirus. Demam berdarah dengue (DBD) adalah bentuk dengue yang

    parah, berpotensi mengakibatkan kematian.

    DBD terjadi bilamana pasien mengidap virus dengue sesudah terjadi infeksi

    sebelumnya oleh tipe virus dengue lain. Jadi, imunitas sebelumnya terhadap tipe virusdengue yang lain adalah penting dalam menghasilkan penyakit DBD yang parah.

    Infeksi oleh salah satu serotype ini tidak menimbulkan imunitas dengan protektif-silang

    (cross-protective) sehingga seseorang yang tinggal di daerah endemik dapat terinfeksi

    oleh demam dengue selama hidupnya. Penyakit ini terutama terdapat didaerah tropis.

    Virus penyebab penyakit bertahan hidup dalam siklus yang melibatkan manusia dan

    nyamuk Aedes aegypti yang merupakan nyamuk yang hidup aktif di siang hari dan

    lebih senang mengisap darah manusia.

    Menurut World Health Organization (1997), DBD diklasifikasikan menjadi 4

    tingkat keparahan.

    Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satu-

    satunya manifestasi perdarahan adalah tes torniket positif dan

    muntah memar.

    Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada Derajat I,

    biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.

    Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta

    penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya kulit

    dingin dan lembab serta gelisah.

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    7/21

    7

    Derajat IV : Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

    Klasifikasi DBD menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) yaitu:

    a. Dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya (dengue without

    warning signs). Kriteria dengue tanpa tanda bahaya dan dengue

    dengan tanda bahaya:

    1. Bertempat tinggal di atau bepergian ke daerah endemik dengue.2. Demam disertai 2 dari hal berikut : Mual, muntah, ruam, sakit dan nyeri, uji

    torniket positif, lekopenia, adanya tanda bahaya.

    3. Tanda bahaya adalah Nyeri perut atau kelembutannya, muntah berkepanjangan,terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa,letargis, lemah, pembesaran hati >

    2 cm, kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang

    cepat.

    4. Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasmatidak jelas)

    b. Dengue berat (severe dengue). Kriteria dengue berat :

    1. Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairandengan distresspernafasan.

    2. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi gangguan organ berat, hepar (ASTatau ALT 1000, gangguan kesadaran, gangguan jantung dan organ lain). Untuk

    mengetahui adanya kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji tourniquet.

    2) Vektor UtamaSebagai pembawa virus dengue Ae. aegypti merupakan pembawa utama

    primary vector) dan bersama Aedes albopictusmenciptakan siklus persebaran dengue

    di desa dan kota. Nyamuk-nyamuk aedes berkembang biak dalam air-air bersih yang

    tertampung dalam kontainer bekas seperti botol-botol plastik, kaleng-kaleng bekas,

    ban mobil bekas, terapung, bak-bak air penampungan yang terbuka, bambu-bambu

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    8/21

    8

    pagar, tempurung kelapa, pelepah kelapa, kulit-kulit buah seperti kulit buah rambutan,

    vas-vas bunga yang berisi air, dan lain-lain.

    Nyamuk betina menggigit dan menghisap darah lebih banyak di siang hari

    terutama pagi atau sore hari antara pukul 08.00 s/d 12.00 dan 15.00 s/d 17.00 WIB.

    Lebih menyukai darah manusia daripada hewan. Lebih suka beristirahat di tempat yang

    gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk di kamar

    tidur, lemari, kamar mandi, kamar kecil maupun di dapur. Di luar rumah seperti pada

    tanaman hias di halaman rumah. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka

    suka adalah di bawah furnitur, benda yang tergantung seperti baju, korden, serta di

    dinding. Senang tinggal di muara sungai yang mendangkal pada musim kemarau,

    persawahan, perkebunan kangkung,rawa-rawa, dan bekas ban kendaraan yang

    tergenang air.

    3) Endemik/PenyebaranEndemik demam dengue pertama dilaporkan terjadi secara simultan pada 1779-

    1780 di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Hal ini menunjukkan bahwa virus dan vektor

    penyakit ini memiliki penyebaran yang luas di daerah tropis selama lebih dari 200

    tahun (CDC, 2003a). Ledakan demam dengue yang paling serius hanya terjadi satu kali

    di Amerika Serikat, yaitu di Filadelfia pada 1780 saat terjadi introduksi virus melalui

    kapal dagang pada Musim Panas yang sangat panas (NIEHS PR # 4, 1998). Menurut

    laporan, selama kurun waktu sekitar 200 tahun tersebut demam dengue dianggap

    sebagai penyakit biasa (tidak bebahaya) dan tidak mematikan. Biasanya periode

    endemik terjadi dalam interval yang cukup lama, yaitu 10-40 tahun terutama karena

    pada waktu itu virus dan nyamuk vektor hanya dapat dipindahkan antara sentra-sentra

    populasi melalui kapal-kapal dagang.

    Pandemik global mulai terjadi di Asia tenggara sesudah Perang Dunia Kedua

    dan telah lebih meningkat selang 20 tahun terkahir ini. Insiden penyakit dengue dan

    terutama bentuk yang lebih mematikan yaitu dengue hemorrhagic fever (DHF) atau

    demam dengue berdarah (DBD), telah bertambah secara dramatis terutama di daerah

    tropis. Epidemik yang disebabkan oleh serotype berganda (hyperendemicity) lebih

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    9/21

    9

    sering terjadi. Penyebaran geografis dari virus dengue dan lebih sering terjadi.

    Penyebaran geografis dari virus dengue dan nyamuk vektor telah meluas dan DBD

    juga telah terjadi di daerah Pasifik dan Amerika. Mulai 1960-an serangan virus dengue

    diperkirakan rata-rata 30.000 kasus per tahun. Tiga puluh tahun kemudian, yaitu pada

    1995, kasus dengue diperkirakan mencapai 592.000. Meskipun begitu, jumlah

    sebenarnya diduga lebih besar karena banyak pasien yang tidak melaporkan ke rumah-

    rumah sakit.

    Di Asia Tenggara epidemik DBD pertama terjadi pada 1950-an. Namun, sejak

    1975 penyakit ini menjadi salah satu penyebab hospitalisasi dan kematian terutama

    pada anak-anak. Serangan demam berdarah di Indonesia pertama-tama dilaporkan

    terjadi pada 1968 meskipun pada waktu itu belum dapat dibuktikan secara nyata.

    Kemudian, pada 1970 terjadi serangan DBD di Jakarta. Antara 1970 dan 1987, tingkat

    serangan DBD di Asia Tenggara meningkat dari 15 orang per 100.000 menjadi 170

    orang per 100.000

    Pada 1980-an perkembangan DBD yang kedua di asia mulai terjadi saat Sri

    Langka, India, dan kepulauan Maldive mengalami epidemik DBD peertama. Pakistan

    baru melaporkan adanya endemik dengue pertama pada 1994 (CDC, 2003a).

    Sementara itu, Taiwan dan Cina pada 1980-an juga mengalami epidemik denguesesudah penyakit itu sempat menghilang selama 35 tahun. Serangkaian epidemik yang

    terjadi di Cina disebabkan oleh keempat serotype.

    Setelah sukses melakukan program pengendalian selama 20 tahun, Singapura

    ternyata mengalami pula ledakan penyakit dengue/DBD kembali (resurgence) yang

    berlangsung dari 1990 sampai 1994. Sementara itu, didaerah Pasifik dan Afrika,

    epidemik dengue yang disebabkan oleh keempat serotype, juga telah berkembang

    secara dramatis.

    Pada awal 2004 serangan penyakit demam berdarah terjadi dimana-mana di

    hampir semua propinsi di Indonesia terutama di Jakarta dan sekitarnya. Diberitakan

    bahwa selama bulan Januari dan Februari 2004, jumlah penderita DBD di Indonesia

    mencapai 19.000 orang lebih dengan angka kematian 1,8% atau sekitar 342 orang.

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    10/21

    10

    Mulai 1997, dengue menjadi penyakit virus yang paling penting yang

    ditularkan nyamuk dan mempengaruhi manusia. Penyebaran secara global hampir

    sama dengan malaria (CDC, 2003a). Diperkirakan ada 2,5 miliar orang hidup di daerah

    yang mempunyai risiko tular epidemik dan berisiko tinggi terinfeksi oleh demam

    dengue (Gubler, 1996). "Pada tahun 2012, demam berdarah tercatat sebagai penyakit

    akibat virus yang penyebarannya paling cepat dan berpotensi epidemi di seluruh dunia,

    bahkan dilaporkan mengalami peningkatan kasus hingga 30 kali lipat dari kondisi 50

    tahun yang lalu," papar WHOdalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari foxnews,

    Kamis (17/1/2013). "Di seluruh dunia, 2 juta kasus demam berdarah dilaporkan terjadi

    setiap tahunnya di 100 negara, terutama di benua Asia, Afrika dan Amerika Latin serta

    menyebabkan 5.000-6.000 kasus kematian. Sampai saat ini penyebaran dengue masih

    terpusat di daerah tropis, yaitu australlia Utara bagian Timur, Asia Tenggara, India, dan

    sekitarnya, Afrika, Amerika Latin, dan sebagian Amerika serikat. Namun, dengan

    adanya pemanasan global, dengue diperkirakan akan meluas sampai ke daerah-daerah

    beriklim dingin.

    4)Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBDMenurut teori Segitiga John Gordon penyakit disebabkan oleh lebih dari satu

    faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain hubungan anatara penyebab (agent), penjamu(host)dan lingkungan (enviroment).

    a. Faktor Agent (Penyebab)Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran DBD adalah virus

    Dengue.

    b. Faktor Host (Pejamu)Host (pejamu) yang dimaksud adalah manusia yang kemungkinan terpapar

    terhadap penyakit DBD. Faktor Host (pejamu) antara lain umur, ras, sosial,

    ekonomi, cara hidup, status perkawinana, hereditas, nutrisi dan imunitas. Dalam

    penularan DBD faktor manusia erat kaitannya dengan perilaku seperti peran serta

    dalam kegiatan pemberantasan vector di masyarakat dan mobilitas penduduk.

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    11/21

    11

    a) Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit.Beberapa penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kelompok umur

    yang paling banyak diserang DBD adalah kelompok < 15 tahun (Depkes RI,

    1992), yang sebagian besar merupakan usia sekolah.

    b) Kondisi sosial ekonomi akan mempengaruhi perilaku manusia dalammempercepat perilaku manusia dalam mempercepat penularan penyakit DBD,

    seperti kurangnya pendingin ruangan (AC) di daerah tropis membuat

    masyarakat duduk-duduk diluar rumah pada pagi dan sore hari. Waktu pagi dan

    sore tersebut merupakan saat nyamukAedes aegyptimencari mangsanya.

    c) Tingkat kepadatan penduduk. Penduduk yang padat akan memudahkanpenularan DBD karena berkaiatan dengan jarak terbang nyamuk sebagai

    vektornya. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan, kejadian epidemik

    DBD banyak terjadi pada daerah yang berpenduduk padat.

    d) Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau sistem kekebalan.Jika sistem kekebalan tubuh rendah atau menurun, maka dengan mudah tubuh

    akan terkena penyakit.

    e) Status gizi diperoleh dari nutrient yang diberikan. Secara umum kekurangan giziakan berpengaruh terhadap daya tahan dan respon imunologis terhadap

    penyakit.

    c. Faktor LingkunganFaktor lingkungan diklasifikasikan atas empat komponen yaitu lingkungan

    fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologi, dan lingkungan sosial ekonomi.

    5) GejalaGejala awal DBD hampir sama dengan demam dengue, tetapi sesudah beberapa

    hari kemudian pasien mulai menjadi tidak tenang, lekas marah, dan berkeringat. Gejala

    ini diikuti dengan adanya guncangan (shock-like state). Pendarahan mulai terlihat

    seperti bintik-bintik darah kecil pada permukaan kulit (petechia) dan binti-bintik darah

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    12/21

    12

    yang lebih besar (patches) di bawah kulit (ecchymases). Guncangan dapat

    mengakibatkan keringat.

    Medline Plus Medical Encyopedia (2002) mengemukakan gejala-gejala awal

    dan gejala-gejala fase akut demam berdarah sebagai berikut:

    Gejala awal :- Demam- Sakit kepala- Gatal-gatal pada otot- Gatal-gatal pada persendian- Rasa tidak enak badan (malaise)- Kehilangan nafsu makan- Muntah-muntah

    Gejala fase akut :- Status seperti terguncang (shock-like state)- Berkeringat banyak (diaphoretic)- Keringat basah- Ketidaktenangan (restlessness)- Bintik-bintik darah pada permukaan kulit (petechiae)- Bintik-bintik darah di bawah kulit (Ecchymosis)

    Pemeriksaan secara fisik dapat menunjukkan pasien mempunyai tekanan darah

    rendah, lemah, denyut jantung lemah, ruam, mata merah, kerongkongan merah,

    kelenjar membengkak, dan hati membengkak (hepatomegaly). Komplikasi dapat

    terjadi, yaitu shock, kerusakan atau perubahan struktur otak (encephalopathy),

    kerusakan otak, kerusakan hati, dan lain-lain.

    Diagnosa penderita DBD menurut WHO (1997) memiliki kriteria sebagai berikut :

    a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerusselama 2-7 hari.

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    13/21

    13

    b. Kecenderungan pendarahan, yang dibuktikan dengan satu hal berikut: testaouniket, petekie, ekimosis atau purpura; pendarahan dari mukosa, saluran

    gastrointestinal, tempat injeksi atau lokasi lain, hematenesis atau melena.

    c. Thrombositopeni (trombosit 100.000/mm3atau kurang).d. Adanya rembesan plasma karena peningkatan permeabilitas vascular dengan

    manifestasi sekurang-kurangnya hematokrit meningkat 205 atau lebih.

    Berdasarkan patokan tersebut, 87 % penderita DBD dapat didiagnosa dengan

    tepat setelah dilakukan uji silang dengan pemeriksaan serologi di laboratorium (Depkes

    RI, 1992).

    6) Pencegahan dan Pengendalian NyamukSampai saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk mencegah penyakit

    dengue. Vaksin virus dengue sedang dikembangkan di Thailand, tetapi masih

    membutuhkan volunteer manusia untuk uji coba. Saat ini rekomendasi vaksin virus

    generasi kedua dengan menggunakan virus Thailand sebagai template atau panduan

    juga sedang dikembangkan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan vaksin yang dapat

    dipergunakan oleh masyarakat diperkirakan masih membutuhkan waktu sekitar 5-10

    tahun.

    Perkembangan ilmu kedokteran yang telah maju agaknya belum dapat

    menanggulangi masalah penyakit demam berdarah dengan cara imunisasi. Oleh karena

    itu, pencegahan penyakit demam berdarah secara konvensional melalui program

    kebersihan lingkungan masih tetap dilakukan.

    Pengendalian dengan Cara sanitasiPencegahan melalui sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara

    tidak langsung, yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan

    nyamuk seperti kaleng-kaleng bekas, plastik-plastik bekas, ban-ban mobil/motor

    bekas, kontainer-kontainer lain yang dapat menampung air bersih atau genangan

    air hujan. Barang-barang bekas tersebut dapat dipendam atau dibakar. Tempat-

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    14/21

    14

    tempat yang bisa menampung air sebagai bagian dari konstruksi bangunan harus

    dibersihkan dan air-air yang tergenang sesudah hujan harus dijeluarkan.

    Tempat-tempat penampungan air termasuk sumur harus dibersihkan untuk

    mengeluarkan atau membunuh telur-telur, jentik-jentik, dan pupa-pupa nyamuk.

    Program yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Departemen

    Kesehatan RI ialah menguras, menimbun, dan mengubur (3M). Menguras berarti

    membersihkan tempat-tempat penampuangan air (bak mandi) untuk mengeluarkan

    jentik-jentik nyamuk, menimbun berarti mengumpulkan container-kontainer yang

    dapat menampung air menjadi tempat pembiakan nyamuk, dan mengubur yaitu

    mengumpulkan kontainer-kontainer dan menguburkannya dalam tanah.

    Pengendalian Biologi- Menggunakan Bti (Bacillus thuringiensis israilensis) adalah sejenis bakteri

    yang digunakan untuk menghambat perkembangbiakan nyamuk karena

    menghasilkan racun (crystal toxin) bagi nyamuk dan jentiknya.

    - Mecocyclops aspericornis , sejenis udang-udangan yg memakan larva.- Golongan jamur : Tolypocladium cylindrosporum dan Culicinimices

    clavisporumdigunakan sebagai pengendali larva Anopheles

    - Menggunakan Ikan pemangsa jentik/larva (Ikan kepala timah, Ikan cupang,Ikan gambusia).

    - Memanfaatkan cicak : Cicak merupakan predator alami bagi nyamuk,sehingga keberadaannya dalam rumah dapat membantu untuk membasmi

    nyamuk.

    Pengendalian Cara MekanikPengendalian DB yang lain adalah dengan cara mekanik, yaitu mencegah

    gigitan nyamuk dengan memakai pakaian yang dapat menutupi seluruh bagian

    tubuh, kecuali muka, penggunaan net atau kawat kasa di rumah-rumah, dan

    kelambu merupakan cara untuk menghindarkan hubungan (kontak) antara manusia

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    15/21

    15

    dan vektor. Dapat juga menggunakan alat fisika untuk pemanasan, pembekuan,

    dan penggunaan alat listrik

    Pengendalian dengan InsektisidaUntuk mencegah penyakit demam berdarah, jalan lain yang dapat ditempuh

    adalah dengan mengeliminasi atau menurunkan populasi nyamuk-nyamuk vektor

    seperti Aedes aegepty dan Ae albopictus. Penyemprotan dengan ULV malathion

    masih merupakan cara yang umum dipakai untuk membunuh nyamuk-nyamuk

    dewasa, tetapi cara ini tidak dapat membunuh larva yang hidup dalam air.

    Pengendalian yang umum dipergunakan untuk larva-larva nyamuk adalah dengan

    menggunakan larvasida seperti abate.

    Pengembangan Infrastruktur KesehatanMeskipun sistem penanganan kesehatan telah tertata baik, kesadaran akan

    adanya serangan demam berdarah dan kemampuan menghadapi arbovirus secara

    efisien masih diperlukan. Oleh karena itu, strategi pencegahan yang lebih baik

    perlu dilakukan terus melalui pemberdayaan dan peningkatan pendidikan

    masyarakat.

    Sejumlah ahli meyakini bahwa Negara-negara yang sedang berkembangharus memfokuskan diri pada pengimplementasian infrastruktur pusat-pusat

    kesehatan seperti puskesmas. Demikian pula program pencegahan penyakit

    dengan melibatkan individu-individu dalam satu keluarga dan disekitarnya serta

    oleh berbagai lapisan masyarakat dan pusat-pusat pelayanan kesehatan sangat

    diperlukan (gratz, 1985 dalam Defoliart et al, 1987). Gratz lebih lanjut menyatakan

    bahwa kebutuhan yang paling kritis bukan terletak pada metode pengendalian

    yang lebih baik, tetapi para ahli pengendalian vektor yang lebih terampil sehingga

    mereka dapat melatih atau memberdayakan masyarakat mengenai cara

    mengendalikan vektor-vektor penyakit demam berdrah.

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    16/21

    16

    Selanjutnya, kelompok progfesional harus melakukan penelitian lapangan,

    evaluasi entomologis dan epidemilogis di daerah endemik tempat aktivitas

    program pengendalian sementara dilakukan.

    Penggunaan Zat Penolak SeranggaProgram pencehaan masih banyak dilakukan dengan menggunakan obat

    penolak nyamuk seperti auctan. Di Indonesia banyak orang menggunakan obat

    nyamuk bakar untuk mengusir nyamuk pada malam hari dan juga siang hari.

    Permetrin yang mengandung zat penolak seperti pemanone atau deltamethrin

    hanya direkomendasi untuk digunakan pada pakaian, sepatu, kelambu, dan alat-

    alat untuk perkemahan. Permetrin dapat menolak dan membunuh tungau, nyamuk,

    dan artropoda lainnya.

    Obat penolak yang saat ini direkomendasdikan adalah yang mengandung

    N,N-diethylmetatoluamide (DEET) sebagai ingredient aktif. DEET dapat menolak

    nyamuk, tungau/caplak dan artropoda lainnya apabila dioleskan pada kulit atau

    pakaian. Konsentrasi DEET sampai 50% direkomendasikan untuk orang-orang

    dewasa dan anak-anak diatas umur 2 bulan. Konsentrasi yang lebih rendah tidak

    akan bertahan lama dalam tubuh sehingga perlu reaplikasi. DEET adalah racun

    yang apabila termakan dapat mengakibatkan iritasi kulit untuk orang-orang yang

    sensitif. Bila konsentrasi terlalu tinggi, akan mengakibatkan blister.

    Program Pencegahan DBD Departemen Kesehatan RI Tahun 2004

    1. Kewaspadaan dini penyakit demam berdarah denguea. Penemuan dan pelaporan penderitaKDRSb. Penanggulangan fokus

    - Penyelidikan epidemiologi (PE)- Penyuluhan, 3M, abatisasi, pengasapan fokus

    c. Pemberantasan vektor intensif (di desa endemis)

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    17/21

    17

    - Penyuluhan, 3M, abatisasi- Pengasapan massal

    d. Bulan kewaspadaan gerakan 3M pada saat sebelum musim penularan- Penyuluhan intensif- Kerja bakti 3M- Kunjungan rumah

    e. Pemantauan jentik berkala di desa endemis setiap tiga bulan sekalif. Promosi kesehatan penyakit DBD berupa komunikasi perubahan perilaku dalam

    pemberantasan sarang nyamuk melalui pesan pokok 3M.

    2. Pemberantasan vektor nyamuk penulara. Nyamuk dewasa dengan pengasapanb. Jentik dengan PSN :

    - Fisik : 3M (Menguras, Menutup, Mengubur)- Larvasida : Bubuk Temephos (abatisasi/altosid)- Ikanisasi : ikan cupang, tempalo di Palembang

    3. Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)a. Penyuluhanb. PSN (3M)c. Abatisasi selektifd. Fogging missal

    4. Peningkatan SDM dan meningkatkan jenjang kemitraana. Pelatihan : tata laksana kasus, penanggung jawab program, petugas penyemprot,

    metode PSN, pendekatan MTBS.

    b. Seminar

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    18/21

    18

    c. Diskusid. Penelitiane. Kerjasama dengan LSM/swasta

    Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), cara pencegahan

    DBD yaitu dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD melalui 3M Plus.

    a. Menguras tempat penampungan air sekurangnya seminggu sekalib. Menutup rapat-rapat tempat penampungan airc. Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barangbarang bekas

    yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas, dll.

    d. Plus1) Ganti air vas bunga, tempat minuman burung dan tempat lainya seminggu sekali2) Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak3) Tutup lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainya misalnya dengan tanah4) Menaburi racun pembasmi jentik (larvasidasi) khususnya bagi tempat

    penampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulit air

    5) Menebar ikan pemakan jentik seperti kepala timSah, gepi, ditempatpenampungan air yang ada disekitar rumah

    6) Tidur memakai kelambu7) Memakai obat nyamuk8) Memasang kawat kasa pada lubang angin di rumah

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    19/21

    19

    7) PengobatanPengobatan yang spesifik DBD belum ada. Dasar pengobatan penderita

    penyakit DBD simptomatis adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena

    kebocoran plasma (Depkes RI, 2005). Pada tubuh orang yang terkena DBD, darah

    mengalami kehilangan plasma. Plasma merembes keluar pembuluh plasma. Pada

    tingkat kekentalan tertentu sirkulasi terganggu. Infus cairan mencegah terjadinya

    kegagalan sirkulasi, sehingga syok yang dapat dicegah. Obat kusus yang digunakan

    yaitu dengan menggunakan cairan infuse.

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    20/21

    20

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    1 Metazoonosis adalah penyakit yang siklus hidup agen penyakitnya memerlukanvertebrata dan invertebrata. Dalam golongan ini dimasukkan antara lain infeksi oleh

    arbovirus atau arthropod-borne virus, tripanosomiasis dan sistosomiasis.

    2 Arbovirus atau arthropod-borne viruses adalah virus-virus yang hidup bertahan dialam melalui kontak biologis antara inang-inang vertebrata yang peka dan arthropoda

    yang hidup dengan mengisap darah seperti nyamuk, kutu, pinjal, tungau, dan lain-

    lain. Infeksi pada invertebrata terjadi bila arthropoda yang telah terinfeksi mengisap

    darah. Jenis-jenis arbovirus ini dalam keadaan terbungkus dan merupakan virus RNA.

    3 Salah satu penyakit yang disebabkan arbovirus adalah Demam Berdarah Dengue(DBD).

    3.2 Saran

  • 7/22/2019 Kelompok 6 Zoo

    21/21

    21

    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.beritaterhangat.net/2012/11/berbagai-jenis-penyakit-yang-disebabkan.html

    http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/05-2004/demamberdarah.htm

    http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44566/BAB%20II%20G07fit.pdf

    http://www.beritaterhangat.net/2012/11/berbagai-jenis-penyakit-yang-disebabkan.htmlhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44566/BAB%20II%20G07fit.pdfhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44566/BAB%20II%20G07fit.pdfhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44566/BAB%20II%20G07fit.pdfhttp://www.beritaterhangat.net/2012/11/berbagai-jenis-penyakit-yang-disebabkan.html