Kelompok 6 Blok 6

download Kelompok 6 Blok 6

of 36

description

vccgdg

Transcript of Kelompok 6 Blok 6

SKENARIODr. Belagak, a popular neurosurgeon in America spent his vacation in Sekayu. Because of hot weather, he swim in the river for couple of hours. After swimming, around 12 am he felt hungry, but his grandma asked him to perform prayer in the mosque. When he back home, he smelt a nice aroma of pindang patin which was cooked by his aunty and he felt more hungry. Suddenly his salivary glands produced a lot of saliva. He ate the food as much and as fast as he could because he did not eat pindang patin for long time. Being too greedy made him chock and has to drink lots of water. He asked you what happened to him. I. Klarifikasi Istilah1. Neuro surgeon : Ahli bedah saraf

2. Hungry: Lapar

3. Salivary gland : Kelenjar rongga mulut yang sekresinya membentuk air ludah mencakup kelenjar parotis, sublingualis, dan submandibularis.4. Saliva

: Secret kelenjar saliva yang mengandung enzim5. Chock

: Tersedak6. Hot Wheather: Cuaca di atas normal.

II. Identifikasi masalah

1. Dr. Belagak, ahli saraf di amerika berlibur ke sekayu, karena cuaca panas, ia berenang di sungai selama dua jam.

2. Setelah berenang sekitar jam 12 ia merasa lapar tetapi neneknya menyuruh dr. Belagak untuk salat di mesjid.

3. Dia merasa tambah lapar karena mencium aroma pindang patin sehingga kelenjar salivanya memproduksi banyak saliva.

4. Ia makan sebanyak dan secepat yang ia bisa karena sudah lama tidak makan ikan patin sehingga ia tersedak dan harus minum banyak air.

III. Analisis masalah

1.a. Bagaimana mekanisme tubuh kita menghadapi perubahan suhu lingkungan?

b. Bagaimana proses metabolism tubuh selama berenang?

2.a. Bagaimana mekanisme rasa lapar?

b. Apa pengaruh terhadap tubuh jika kita menahan rasa lapar?

3.a. Bagaimana mekanisme aroma sedap makanan meningkatkan rasa lapar?

b. apa saja factor-faktor yang mempengaruhi produksi saliva?

c. bagaimana mekanisme produksi saliva?

d. apa fungsi saliva?

4.a. Bagaiman pengaruh proses makan secepat dan sebanyak mungkin terhadap tubuh?

b. Bagaimana mekanisme menelan?

c. bagaimana mekanisme tersedak?

d. Mengapa saat tersedak kita harus banyak minum?IV. Hipotesis

dr. Belagak merasa lapar karena homeostasis tubuh akibat peningkatan metabolism dan mencium aroma makanan sehingga ia makan cepat dan tersedak.Kerangka Konsep

V. Sintesis

1. Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Homeostasis adalah kemampuan untuk menjaga sebuah lingkungan internal yang relative stabil dalam dunia yang selalu berubah-ubah. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000).Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Manusia seperti mamalia lain adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Berkaitan dengan usaha mempertahankan suhu tubuh tersebut kulit mempunyai peranan yang penting. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan oleh sistem syaraf. Disamping itu di dalam kulit juga terdapat reseptor berbagai macam sensasi, satu diantaranya adalah termoreseptor. Bila suhu tubuh manusia panas, ada kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan, bila tubuh merasa dingin maka kecenderungannya menurunkan kehilangan panas.

Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi sangat ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37 C. mengelilingi pusat tubuh adalah lapisan kulit dimana terjadi pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara suhu tubuh yang konstan, kapasitas insulatif dan suhu kulit dapat diatur ke berbagai gradien suhu antara kulit dan lingkungan eksternal, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan panas.

Suhu tubuh diatur seluruhnya oleh mekanisme persyarafan umpan balik dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus. Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung harus juga tersedia pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin. Area preoptik hipotalamus anterior diketahui mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas yang jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron-neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk mengontrol suhu tubuh.neuron-neuron yang sensitif terhadap panas ini meningkatkan kecepatan kerjanya sesuai dengan peningkatan suhu, kecepatannya kadang meningkat 2-10 kali lipat ganda pada kenaikan suhu tubuh sebesar 10 C. Neuron yang sensitif terhadap dingin, sebaliknya, meningkatkan kecepatan kerjanya saat suhu tubuh turun.

Apabila area preoptik dipanaskan, kulit diseluruh tubuh denagn segera mengeluarkan banyak keringat sementara pada wkatu yang sama pembuluh darah kulit di seluruh tubuh menjadi sangat berdilatasi. Jadi hal ini merupakan reaksi yang cepat untuk menyebabkan tubuh kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal. Disamping itu pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat. Oleh karena itu jelas bahwa area preoptik dari hipotalamus memiliki kemampuan untuk berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh. Apabila seluruh kulit tubuh menggigil, terjadi pengaruh refleks yang segera dibangkitkan untuk meningkatkan suhu tubuh melalui beberapa cara, yaitu:

1. Memberikan rangsangan kuat sehingga menyebabkan menggigil dengan akibat meningkatnya kecepatan pembentukan panas tubuh.

2. Menghambat proses berkeringat bila hal ini harus terjadi

3. Meningkatkan vasokonstriksi kulit untuk menghilangkan pemindahan panas tubuh ke kulit.

Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian tertentu dari tubuh, terutama di medulla spinalis, di organ dalam abdomen dan di sekitar vena-vena besar. Reseptor dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih bamyak terpapar dengan suhu inti tubuh daripada suhu permukaan tubuh. Namun seperti halnya reseptor suhu kulit, reseptor tersebut lebih banyak mendeteksi dingin daripada hangat. Adalah suatu kemungkian bahwa baik reseptor kulit maupun reseptor bagian dalam berperan mencegah hipotermia yaitu mencegah suhu tubuh rendah. Sewaktu pusat temperatur hipotalamus mendeteksi bahwa temperatur tubuh terlalu panas atau terlalu dingin, pusat akan memberikan prosedur penurunan atau peningkatn temperatur yang sesuai. Sistem pengatur temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi sangat tinggi yaitu:1. Vasolidasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasolidasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebnayak 8 kali lipat.

2. Berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1C menyebabkan keringat yang cukup banyak untuk mebuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari pembentukanpanas tubuh.

3. Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebihan seperti menggigl dan termogenesis kimia dihambat dengan kuat.

Regulasi suhu tubuh

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperature hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.

Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005).

Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.

Asal Panas Pada Tubuh Manusia

Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama.

Adapun suhu tubuh dihasilkan dari :1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.

2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat menggigil).

3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).

4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel.

5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20C sampai 40C.Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :Jika suhu tubuh meningkat diatas normal maka putaran mekanisme feed back negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas. Tingginya suhu darah merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic, dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan panas. Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatis hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal.

a. Vasodilatasi

Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

b. Berkeringat

Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salah satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.

c. Penurunan pembentukan panas

Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.Penjalaran Sinyal Suhu Pada Sistem Saraf

Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan ke dalam otak melalui jaras spinotalamikus (mekanismenya hamper sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai di tingkat medulla spinalis , sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II dan III radiks dorsalis.

Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang otak dan komplek ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks somatosensorik.Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

1. Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.

2. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

Jika dikaikan dengan scenario, dr Belagak yang merasa kepanasan ingin berenang. Hal ini berkaitan dengna keinginan tubuh untuk mempertahankan metabolism dan homeostasis tubuh. Tubuh yang merasa kepanasan dapat member kompensasi berupa keringat agar dapat mempertahankan suhu tubuh. Tetapi, dalam hal ini, dr belagak ingin berenang akibat rasa panas dari lingkungan. Ada kemungkinan juga terdapat perbedaan suhu antara amerika dan sekayu, sehingga keinginan berenang dr Belagak berhubungan dengan adaptasi tubuh terhadap suhu yang berbeda.Konduksi dan Konveksi Panas pada Orang yang terpapar dengan Air (dalam hal ini berenang)

Air memiliki panas khusus beberapa ribu kali lebih besar daripada udara, sehingga setiap unit dari air yang berdekatan dengan kulit dapat mengabsorbsi jumlah kuantitas panas yang lebih besar daripada udara. Oleh karena itu, kecepatan kehilangan panas ke air pada suhu yang rendah jauh lebih besar daripada kecepatan kehilangan panas udara pada suhu yang sama. Saat air dan udara sangat dingin, kecepatan panas ke udara menjadi hampir sama besar dengan air, karena air dan udara pada dasarnya mampu membawa semua panas yang dapat berdifusi melalui penyekat subkutan kulit.

2. Metabolisme Tubuh

Proses metabolisme dilakukan tubuh untuk memperoleh energi guna menjalankan aktivitas tubuh. Berawal dari makanan yang masuk ke dalam tubuh kita lewat mulut. Pada prinsipnya manusia adalah heterotrof, artinya kita tidak bisa mensintesis makanan sendiri tidak seperti tumbuhan. Jadi kita perlu asupan makanan. Makanan yang kita makan adalah makromolekul (karbohidrat, protein, lemak). Padahal yang diperlukan tubuh kita adalah senyawa yang paling sederhana (seperti glukosa, asam amino, gliserol dan asam amino) untuk menjalani metabolisme di dalam sel menghasilkan energi. Karena itu makromolekul tadi dicerna dalam saluran pencernaan selanjutnya hasil pencernaan akan dibawa oleh darah dan disebarkan ke seluruh tubuh.

Proses metabolisme di dalam sel itu melalui beberapa rangkaian. Secara singkat dijelaskan sebagai berikut:

Glukosa di dalam sitoplasma akan mengalami glikolisis sehingga menghasilkan hasil bersih berupa ATP (energi siap pakai) dan NADH (nanti akan diubah menjadi ATP pada tranpor elektron) serta Asam Piruvat. Asam piruvat akan memasuki tahapan dekarboksilali oksidatif menghasilkan NADH dan Asetil Koenzim A. Asetil Koenzim A akan memasuki siklus Asam Sitrat yang menghasilkan GTP (bisa dikatakan sejenis ATP), NADH dan FADH2 (sejenis dengan NADH) dan Karbon dioksida (yang akan dikeluarkan dari sel dan selanjutnya disalurkan darah ke paru-paru untuk dikeluarkan). NADH dan FADH2 selanjutnya mengalami transpor elektron di matriks mitokondria menghasilkan ATP-ATP. Untuk asam lemak dan glierol serta asam amino akan diubah menjadi senyawa antara yang dapat memasuki jalur glikolisis dan selanjutnya. Metabolisme di atas dikenal sebagai repirasi sel.

3. Rasa Lapar

Lapar Secara TeoritisMenurut sejarah, berbagai teori tentang rasa lapar dibicarakan berdasarkan komponen biologi. Cannon dan Washburn mengemukakan teori kontraksi perut yang menyatakan bahwa rasa lapar diketahui dengan adanya kontraksi perut. Dalam percobaan balon yang sangat terkenal, Washburn melatih dirinya sendiri untuk menelan sebuah balon yang dihubungkan dengan suatu pipa, lantas balon tersebut dipompakan ke dalam perutnya. Ketika balon telah menggembung, dia tidak merasa lapar.Teori ini terbantahkan dengan adanya kenyataan bahwa orang yang lambungnya telah diangkat, ternyata masaih merasa lapar. Kemudian, muncul teori gula darah yang menyatakan bahwa manusia merasa lapar ketika tingkat gula dalam darah menjadi rendah. Bash melakukan percobaan mentranfusi darah dari anjing kenyang ke anjing lapar. Transfusi itu menyebabkan kontraksi lambung anjing lapar berhenti, sehingga hal ini mendukung teori gula darah. Namun, LeMagnen mengemukakan bahwa tingkat gula darah dalam darah tidaklah berubah banyak dalam keadaan normal.Adapun teori insulin menyatakan bahwa rasa lapar terjadi pada saat tingkat insulin dalam tubuh tiba-tiba naik. Namun, teori seperti ini sepertinya menunjukkan bahwa kita harus makan untuk meningkatkan tingkat insulin tubuh agar merasa lapar. Lain lagi teori asam lemak yang menyebutkan bahwa tubuh punya reseptor yang mencium adanya kenaikan tingkat asam lemak. Kegiatan reseptor karena adanya perubahan asam lemak inilah yang memicu rasa lapar. Teori produksi panas yang dikemukakan oleh Brobeck menyatakan bahwa manusia lapar saat suhu badannya turun, dan ketika naik lagi, rasa lapar berkurang. Inilah salah satu yang bisa menerangkan mengapa kita cenderung lebih banyak makan di waktu musim hujan/dingin.Aspek PsikologisRasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui komponen biologis. Sebagai manusia, kita tidak dapat mengesampingkan bagian prikologis kita, komponen belajar dan kognitif (pengetahuan) dari lapar. Tak seperti makhluk lainnya, manusia menggunakan jam dalam rutinitas kesehariannya, termasuk saat tidur dan makan. Penanda waktu ini juga memicu rasa lapar. Bau, rasa, dan tekstur makanan juga memicu rasa lapar. Warna makanan juga memperngaruhi rasa lapar. Banyak orang makan berdasarkan pengetahuan tentang makanan yang baik bagi mereka. Contohnya, makanan yang rendah lemak, kalori, gula, dan garam dikatakan baik. Akhirnya, manusia belajar untuk mengubah kesukaannya dan hanya ingin memakan makanan yang baik.

Rasa KenyangMekanisme lapar dan kenyang tidak sepenuhnya sama. Terdapat dua mekanisme rasa kenyang. Yang pertama di tingkat otak, sedangkan yang kedua di tingkat saluran lambung (gastrointestinal). Di dalam otak terdapat dua tempat di hypothalamus yang mengatur lapar dan makan. Nukleus-nukleus ventromedial memberi tanda kapan berhenti makan, sedangkan hypothalamus lateral memberi tanda kapan mulai makan. Di tingkat otak, kita merasa kenyang kerena fungsi-fungsi nukleus-nukleus ventromedial. Sebaliknya, pada tingkat saluran pencernaan, Koopmans (1989) menyatakan bahwa rasa kenyang berasal dari perut, yang mengatur aktivitas makan dalam jangka pendek. Rasa lapar juga ditentukan secara kognitif. Dalam ruang antara dua batas tersebut, manusia mengatur seberapa banyak porsi makanan yang harus dimakannya. Jika seseorang mengatur batas kenyang kognitifnya terlalu rendah (seperti diet) daripada yang ditentukan secara biologis, tubuh akan berusaha mencari konpensasi asupan makanan untuk memenuhi batas biologis tersebut dengan cara memicu rasa lapar.

Antara Tubuh dan PikiranLapar merupakan suatu motivasi primer. Walaupun sangat dipercaya bahwa lapar disebabkan secara biologis, motivasinya tidak hanya diatur secara fisiologis, aspek psikologis juga terlibat. Ada dua macam lapar, yaitu secara fisiologis dan secara psikologis. Makanan tidak hanya memberi rasa kenyang pada tubuh secara fisiologis, namun juga memberi makanan otak untuk kenyang secara psikologis. Dengan demikian, rasa lapar bukanlah semata-mata bagaimana tubuh berubah secara fisiologis, namun lebih merupakan bagaimana tubuh dan pikiran diberi makan bersama-sama secara baikDalam Keadaan Kenyang, Terjadi Penyimpanan Bahan Bakar Metabolik

Selama beberapa jam setelah makan, ketika roduk-produk pncernaan diserap, pasokan bahan bakar metabolik berlimpah. Pada keadaan ini, glukosa sebagai bahan bakar utama untuk oksidasi sebgaian besar jaringan.

Ambilan glukosa oleh otot dan jaringan adiposa dikontrol oleh insulin yang disekresikan oleh sel pankreas sebgaia respons terhadap peningkatan kadar glukosa di darah porta. Dalam keadaan puasa, transporter glukosa di otot dan jaringan adiposa (GLUT-4) berada di vesikel intrasel. Respon dini terhadapn insulin adalh migrasi vesikel-vesikle ini ke permukaan sel, tempat vesikel-vesikel ini menyatu dengan menyatu dengan membran plasma dan memajankan dengan transporter glukosa aktif. Jaringan yang peka insulin ini hanya menyerap glukosa dari aliran darah dalam jumlah signifikan jika terdapat hormon ini. sewaktu sekresi berkurang dalam keadaan puasa, reseptor kembali diinternalisasi sehingga ambilan glukosa berkurang.

Ambilan glukosa oleh hati tidak bergantung pada insulin, tetapi hati memiliki suatu isoenzim heksokiase (glukokinase) dengan Km tinggi sehingga ketika kadar glukosa yang masuk kehati meningkat, laju sintesis glukosa 6-fosfat juga meningkat. Hal ini melebihi kebutuhan hati yang akan memetabolisme pemebentuk-energi, dan digunakan terutama untuk membentuk glikogen. Di hati dan otot rangka, insulin bekerja untuk menstimulus glikogen sintetase dan menghambat glikogen fosforilase. Sebagian glukosa yang masuk ke hati juga dapat digunkan untuk lipogenesis dan karenanya untuk sintesis triasilgliserol. Dikonversinya menjadi asam lemak dan esterefikasinya menjadi triasilgliserol. Insulin menghamabat lipolisis intrasel dan pelepasan asam lemak bebas.

Produk pencernaan lipid masuk ke sirkulasi sebagai kilomikron, yaitu lipoprotein protein plasma terbesar yang kaya akan triasilgliserol. Di jaringan adiposa dan otot rangka, lipoprotein lipase ekstrasel disintesis dan diaktifkan sebagai respon terhadap insulin; asam lemak tidak-teresterefikasi yang terbentuk sebagian besardiserap oleh jaringan dan digunkan untuk sintesi triasilgliserol, sementara gliserol tetap berada di dalam darah dan akan diserap oleh hati dan direesterefikasi. Sisa kilomikron ang lipidnya sudah berkurang dibersihkan oleh hati, dan triasilgliserol yang tersisa diekspor, bersama triasilgliserol yang disintesis di hati, dalan bentuk VLDL.

Pada keadaan normal, laju katabolisme protein jaringan relatif konstan sepanjang hari. Pada keadaan puasa, terjadi katabolisme protein netto dan sintesis protein netto pada waktu kenyang ketika laju sintesis meningkat sebesar 20-25%. Peningkatan laju sintesis protein sebagai respon terhadap peningkatan ketersediaan asam amino dan bahan bakar metabolik juga merupakan respon terhadap kerja insulin. Sintesis protein adalah suatu proses yang mnghabiskan banyak energi; sintesis ini memerlukan hingga 20% pengeluaran energi setelah makan, tetapi hanya 9% pada saat puasa.Pada Keadaan Puasa Terjadi Mobilisasi Cadangan Bahan Bakar Metabolik

Pada keadaan puasa terjadi penurunan ringan kadar glkosa plasma, kemudian perubahan kecil sewaktu puasa berlanjut menjadi kelaparan. Asam lemak bebas plasma, bertambah pada keadaan puasa, tetapi kemudian bertambah sedikit pada keadaan kelaparan,; sewaktu puasa berlanjut, kadar plasma badan keton (asetoasetat dan -Hidroksibutirat) sangat meningkat.

Pada keadaan puasa, ketika kadar glukosa di darah porta menurun, sekresi insulin menurun dan otot rangka serta jaringan lemak menyerap lebih sedikit glukosa. Peningkatan sekresi glukagon oleh sel pankreas mengambat glikogen sintetase, dan mengaktifkan glikogen fosforilase di hati. Glukosa 6-fosfat yang terbentuk kemudian dihidrolisis oleh glukosa 6-fosfatase, dan glukosa dibebaskan ke dalam aliran darah untuk digunakan oleh otak dan eritrosit.

Glikogen otot tidak dapat memberikan kontribusi langsung bagi glukosa plasma karena otot tidak memiliki glukosa 6-fosfatase, dan kegunaan utama glikogen otot adalah menyediakan suatu sumber bagi glukosa 6-fosfat untuk memetabolisme penghasil energi otot itu sendiri. Namun, asetil-KoA yang terbentuk melalui asam lemak di otot menghambat piruvat dehidrogenase yang berakibat pada akumulasi piruvat. Sebagian besar piruvat ini transaminasi menjadi alanin, dengan mengorbankan asam-asam amino yang berasal dari penguraian cadangan protein labil yang terbentuk dalam keadaan kenyang. Alanin, dan sejumlah besar asam-asam keto yang dihasilkan dari transaminasi ini dikeluarkan dari otot, dan menyediakan gugus asam amino untuk membentuk alanin kembali, sementara piruvat merupkan substrat utama untuk glukoneogenesis di hati.

Di jaringan adiposa penurunan insulin dan mengkatnya glukagon akan menghambat lipogenesis, inaktivasi lipoprotein lipase, dan pengaktifan lipase-peka hormon intrasel. Hal ini mengakibatkan peningkatan pelepasan gliserol (yaitu substratuntuk glukoneogenesis oleh hati) dan asam lemak bebas dari jaringan lemak bebas digunakan oleh hati, jantung, dan otot rangka sebagai bahan bakar mtabolik yang lebih disukai sehingga glukosa dpat dihemat.

Meskipun dalam keadaan puasa otot cenderung menyerap dan memetabolisme asam lemak bebas, namun jaringan ini tidak dapat memnuhi semua kebutuhan energinya melalui oksidasi-. Sebaliknya, hati membentuk lebih banyak asetil-KoA daripada yang dapat dioksidasinya. Asetil-KoA ini dapat membentuk badan keton, yaitu bahan bakar metabolik utama untuk otot rangka dan jantung serta dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan otak. Dalam keadaan lapar ang berkepanjangan, glukosa membentuk kurang dari 10% keseluruhan metabolisme penghasil energi tubuh.

Jika ada sumber glukosa lain, glikogen hati dan otot akan habis setelah puasa skitar 18 jam. Jika berpuasa berlanjut, semakain banyak jumlah asam amino yang dibebaskan akibat katabolisme protein yang digunakan oleh hati dan ginjal untuk glukoneogenesis. Konteraksi lapar

Selain konteraksi peristaltik yang terjadi ketika makanan terdapat didalam lambung, terdapat satu jenis konteraksi lain yang kuat, disebut konteraksi lapar, sering terjadi bila lambung telah kosong selama beberapa jam atau lebih. Konteraksi ini adalah konteraksi peristaltik yang ritmis didalam korpus lambung. Ketika konteraksi berturutan tersebut menjadi sangat kuat, konteraksi konteraksi ini akan menimbulkan konteraksi yang kontinu yang berlangsung selama 2 sampai 3 menit. Bila konteraksi lapar terjadi dalam lambung orang kadang akan mengalami sensasi nyeri ringan pada bagian bawah lambung, disebut hunger pangs (rasa nyeri mendadak waktu lapar).

Hunger pangs biasanya terjadi sampai 12 hingga 24 jam setelah masuknya makanan, pada kondisi kelaparan, hunger pangs mencapai intensitas terbesar samapai 4 hari dan melemah secara bertahap pada hari hari berikutnya.

Mekanisme lapar

Mekanisme lapar dan kenyang tidak sepenuhnya sama. Terdapat dua mekanisme rasa kenyang. Yang pertama di tingkat otak, sedangkan yang kedua di tingkat saluran lambung (gastrointestinal). Di dalam otak terdapat dua tempat di hypothalamus yang mengatur lapar dan makan. Nukleus-nukleus ventromedial memberi tanda kapan berhenti makan, sedangkan hypothalamus lateral memberi tanda kapan mulai makan. Di tingkat otak, kita merasa kenyang kerena fungsi-fungsi nukleus-nukleus ventromedial. Sebaliknya, pada tingkat saluran pencernaan, rasa kenyang berasal dari perut, yang mengatur aktivitas makan dalam jangka pendek.

Lapar merupakan suatu motivasi primer. Walaupun sangat dipercaya bahwa lapar disebabkan secara biologis, motivasinya tidak hanya diatur secara fisiologis, aspek psikologis juga terlibat.

Ada dua macam lapar, yaitu secara fisiologis dan secara psikologis. Makanan tidak hanya memberi rasa kenyang pada tubuh secara fisiologis, namun juga memberi makanan otak untuk kenyang secara psikologis. Dengan demikian, rasa lapar bukanlah semata-mata bagaimana tubuh berubah secara fisiologis, namun lebih merupakan bagaimana tubuh dan pikiran diberi makan bersama-sama secara baik.

Rasa lapar juga ditentukan secara kognitif. Dalam ruang antara dua batas tersebut, manusia mengatur seberapa banyak porsi makanan yang harus dimakannya. Jika seseorang mengatur batas kenyang kognitifnya terlalu rendah (seperti diet) daripada yang ditentukan secara biologis, tubuh akan berusaha mencari konpensasi asupan makanan untuk memenuhi batas biologis tersebut dengan cara memicu rasa lapar.

Hal hal yang dapat menimbulkan rasa lapar:

Rasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui komponen biologis. Sebagai manusia, kita tidak dapat mengesampingkan bagian prikologis kita, komponen belajar dan kognitif (pengetahuan) dari lapar.

Pengosongan lambung

Rutinitas/kebiasaan

Bau, rasa, dan tekstur makanan juga memicu rasa lapar. Warna makanan juga memperngaruhi rasa lapar.Faktor faktor dari lambung yang mengakibatkan pengosongan:

1. Efek volume makanan pada lambung terhadap kecepatan pengosongan, Bukanlah peningkatan tekanan makanan yang disimpan dalam lambung yang menyebabkan peningkatan pengosongan, karena dalam kisaran volume normal yang biasa, peningkatan volume tidak cukup meningkatkan tekanan. Sebaliknya, peregangan dinding lambung ternyata menghasilkan refleks refleks mienterik setempat dalam dinding yang sangat memperkuat aktibvitas pompa pilorus, dan pada saat bersamaan menghambat pilorus.

2. Efek hormon gastrin terhadap pengosongan lambung, Gastrin mempunyai efek yang kuat untuk menyebabkan kelenjar lambung menyekresi getah lambung yang sangat asam. Gastrin juga mempunyai efek perangsangan fungsi motorik dari ringan sam[ai sedang pada korpus lambung. Yang paling penting, gastrin kelihatanya meningkatkan aktivitas pompa pilorus. Jadi gastrin juga membantu terjadinya pengosongan lambung. Pusat Syaraf yang Mengatur Asupan Makanan.

Sensasi lapar disebabkan oleh keinginan akan makanan dan beberapa pengaruh fisiologis lainya, seperti kontraksi ritmis lambung dan kegelisahan, yang menyebabkan seseorang mencari suplay makanan yang adekuat. Nafsu makan sesorang adalah keinginan untuk mendapatkan makanan, sering kali untk jenis makanan tertentu dan berguna untuk membantu memilih kualitas makanan yang akan dimakan. Jika proses pencarian makanan berhasil, rasa kenyang akan timbul. Setiap sensasi tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan budaya, serta oleh pengaturan fisiologis yang mempengaruhi pusat pusat spesifik di otak, terutama hipothalamus. Hipothalamus memiliki pusat makan dan pusat kenyang:

Nukleus lateral hipothalamus berfungsi sebagai pusat makanan, dan perangsangan area ini menyebabkan seekor hewan makan dengan rakus(hiperfagia).

Nukleus Ventromedial hipothalamus berperan sebagai pusat kenyang.

Mekanismenya

Hipothalamus menerima signal syaraf dari saluran pencernaan yang memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung, signal kimia dari zat nutrisi dsalam darah (glukosa, asam amino, dan asam lemak) yang menandakan rasa kenyang, signal dari hormon gastrointestinal, signal dari hormon yang dilepaskan oleh jaringan lemak, dan signal dari korteks serebri (penglihatan, penciuman, dan pengecapan) yang mempengaruhi perilaku makan.

Faktor faktor yang mengatur jumlah asupan makanan

Ada dua yaitu :

pengaturan asupan jangka panjang,

*Pengisian saluran cerna menghambat prilaku makan, bila saluran cerna menjadi teregang, terutama lambung dan duodenum sinyal inhibisi yang teregang akan dihantarkan terutama melalui nerpvusvagus untuk menekan pusat makan, sehingga nafsu makan akan berkurang.

*Faktor hormonal saluran cerna menghambat perilaku makan, kolesistokinin dilepaskan terutama sebagai respon terhadap lemak ysng masuk keduodenum dan memiliki efek langsung ke pusat makan untuk mengurangi perilku makan lebih lanjut. Peptida YY (PYY) disekresikan dari seluruh saluran cerna, namun terutama dari ileum dan kolon. Asupan makanan akan merangsang pelepasan PYY, dan kadarnya dalam darah mencapai puncak dalam waktu 1 sampai 2 jam setelah makan. Adanya makanan dalam usus akan merangsang usus tersebut untuk menyereksi peptida mirip glukagon, yang selnjutnya akan meningkatkan produksi insulin terkait glukosa dari sekresi pankreas

pengaturan jangka pendek, 4. Saliva

Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Sekresi saliva general sehari-hari berkisar antara 800-1500 mililiter dengan pH sekitar 6 sampai 7. Saliva terutama mengandung sejumlah besar ion kalium dan ion bikarbonat, kebalikan dari plasma dimana lebih banyak mengandung ion natrium dan klorida.

Saliva mengandung 2 tipe sekresi protein yang utama:1. sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu a-amilase),( sebuah enzim untuk mencernakan serat.

2. sekresi mukosa yang mengandung musin, sebuah glikoprotein yang melubrikasi makanan dan memproteksi mukosa vocal. Musin pitcher mengandung IgA, sistem imun yang pertama menghadang bakteri dan virus; lisozim, berfungsi menghacurkan dinding bakteri; laktoferin, mengikat zat besi; dan protein kaya akan prolin, memproteksi gigi. Oleh karena itu pada keadaan defisit saliva (xerostomia) ronga mulut menjadi berulserasi, terinfeksi, dan karies gigi akan meluas.

Masing-masing kelenjar menghasilkan tipe sekresi yang berbeda.KelenjarTipe sekresiSifat sekresiPersentase dari total saliva * (1,5 L)

ParotisSerosaBerair20

SubmandibularisSerosa dan mukosaAgak kental70

Sublingualismukosakental5

*5% volume saliva all-out dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar minor di rongga mulut.

Kelenjar submaksilaris mengandung asinus mukosa maupun asinus serosa. Sekresi primer dihasilkan oleh kedua asinus ini yang berupa ptialin dan/atau musin. Sewaktu sekres primer mengalir melalui duktus, terjadi dua proses transpor aktif utama yang memodifikasi komposisi ion saliva.

1. ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius (interkalatus), dan ion-ion natrium disekresi secara aktif sebagai pengganti natrium. Oleh karena itu, konsentrasi natrium dari saliva sangat berkurang, sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Karena reabsorbsi ion natrium melebihi sekresi ion kalium, menyebabkan konsentrasi ion klorida turun menjadi sangat rendah, menyesuaikan penurunan pada konsentrasi ion natrium.

2. ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus. Hal ini sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran ion bikarbonat dengan ion klorida.

Hasil akhir dari transpor aktif adalah pada kondisi istirahat, konsentrasi masing-masing ion natrium dan klorida dalam saliva hanya sekitar 15 mEq/liter, ion kalium 30 mEq/liter, ion bikarbonat 50-70 mEq/liter. Selama salivasi maksimal, konsentrasi ionik saliva berubah. Kenapa? Karena sekresi primer oleh sel-sel asini meningkat 20 kali lipat [misal saat mengkonsumsi asam]. Oleh karena sekresi saliva bertambah, konsentrasi natrium klorida akan meningkat sekitar setengah sampai dua pertiga konsentrasi dalam plasma, sedangkan konsentrasi kalium turun hanya empat kali konsentrasi dalam plasma.

Fungsi Saliva

1. Air liur memulai pencernaan karbohidrat dimulut melalui kerja amylase liur, suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida.

2. Air liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan, sehingga mereka saling menyatu, serta dengan menghasilkan pelumasan karena adanya mucus, yang kental dan licin.

3. Air liur memiliki efek antibakteri melalui efek ganda pertama oleh lisozim, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu, dan keduan dengan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan.

4. Air liur berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil pengecap. Hanya molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor papil pengecap.

5. Air liur membantu kita berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah.

6. Air liur berperan penting dalam hygiene mulut dengan membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran air liur yang terus menerus membantu membilas residu makanan, melepaskan sel epitel, dan benda asing.

7. Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehingga membantu mencegah karies (lubang) gigi.

Walaupun memiliki banyak fungsi, air liur tidak esensial untuk pencernaan dan penyerapan makanan, karena enzim-enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan usus halus dapat menyelesaikan pencernaan makanan walaupun tidak ada sekresi liur dan lambung.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi saliva:

1. Rangsangan taktil dan pengecapan dari lidah dan daerah-daerah rongga mulut dan faring lainnya.

2. Suplai darah ke kelenjar.

Mekanisme Sekresi Saliva:

1. Sekresi Basal

Sekresi air liur yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir dikelenjar air liur. Sekresi basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu.

2. Refleks Saliva Sederhana ( tidak terkondisi)

Adanya makanan ( Reseptor tekanan didalam rongga mulut aktif ( dimulainya impuls diserat syaraf aferen ( Pusat saliva di medulla batang otak ( Impuls ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi air liur.

Keterangan:

Refleks saliva sederhana terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan didalam rongga mulut berespon terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medulla batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar air liur untuk meningkatkan produksi air liur.

3. Refleks Saliva didapat (terkondisi)

Pengeluaran air liur terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran air liur melalui refleks ini. Refleks ini merupakan respons yang dipelajari berdasarkan pengalaman sebelumnya. Masukan yang berasal dari luar mulut dan secara mental berkaitan dengan kenikmatan makan bekerja melalui korteks serebrum untuk merangsang pusat saliva di medulla.Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran air liur melalui saraf-saraf otonom yang mempersarafi kelenjar saliva. Respons simpatis dan parasimpatis di kelenjar saliva tidak bertentangan, keduanya meningkatkan sekresi air liur, tetapi jumlah, karakteristik,dan mekanisme yang berperan berbeda.

Stimulasi parasimpatis, yang berperan dominan dalam sekresi air liur; menyebabkan pengeluaran air liur encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis, menghasilkan volume air liur yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya akan mucus. Stimulasi simpatis terjadi pada saat system simpatis lebih dominan misalnya pada keadaan stress. Jalur saraf parasimpatis untuk mengatur pengeluaran saliva ,menunjukkan bahwa kelenjar saliva terutama dikontrol oleh sinyal parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus salivatorius superior dan inferior pada batang otak.beberapa rangsangan pengecapan;

1. terutama rasa asam (disebabka oleh asam) ,merangsang sekresi saliva dalam jumlah sangat banyak 8-20 kali sekresi basal.

2. benda halus dalam rongga mulut (misalnya batu krikil)

3. dirangsang dan dihambat oleh sinyal-sinyal saraf yang tiba pada nukleus salivatorius dari pusat-pusat sistem saraf pusat yang lebih tinggi. Misalnya mencium dan makan makanan yang disukaiPada scenario, kelenjar saliva dr Belagak banyak memproduksi saliva hanya dengan mencium aroma sedap pindang patin, hal ini terjadi karena berkaitan dengan reflex terkondisi dari kelenjar saliva.SISTEM SARAFSaraf OtonomSistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.

Tabel Fungsi Saraf OtonomParasimpatikSimpatik

mengecilkan pupil menstimulasi aliran ludah memperlambat denyut jantung membesarkan bronkus menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan mengerutkan kantung kemih memperbesar pupil menghambat aliran ludah mempercepat denyut jantung mengecilkan bronkus menghambat sekresi kelenjar pencernaan menghambat kontraksi kandung kemih

5. Deglutasi

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan makanan kedalam tubuh melalui mulut the process of taking food into the body through the mouth.Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.NEUROFISIOLOGI MENELANProses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.FASE ORAL

Setelah masuk ke dalam mulut, biasanya makanan dikunyah oleh gigi-geligi dan dicampur dengan saliva. Makanan bergerak bolak-balik di antara gigi rahang atas dan rahang bawah sebagai akibat dari gerakan lidah dan fungsi m.buccinator yang mirip trampolin. Makanan yang sudah dikunyah dan bercampur ini membentuk bolus pada dorsum linguae dan di dorong ke atas dan belakang pada permukaan bawah platum molle. Gerakan ini terjadi jika kedua m.styloglossus berkontraksi, menarik radix linguale ke atas dan belakang. Selanjutnya, kontraksi m.platoglossus mendorong bolus ke belakang ke dalam oropharynx. Proses gerakan selanjutnya merupakan gerakan involuntar.Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.ORGANAFFEREN (sensorik)EFFEREN (motorik)

MandibulaBibirMulut & pipiLidahn. V.2 (maksilaris)n. V.2 (maksilaris)n.V.2 (maksilaris)n.V.3 (lingualis)N.V : m. Temporalis, m. maseter, m. pterigoidn. VII : m.orbikularis oris, m. zigomatikum, m.levator labius oris, m.depresor labius oris, m. levator anguli oris, m. depressor anguli orisn.VII: m. mentalis, m. risorius, m.businatorn.XII : m. hioglosus, m. mioglosus

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)Peranan saraf kranial fase oralORGANAFFEREN (sensorik)EFFEREN (motorik)

BibirMulut & pipiLidahUvulan. V.2 (mandibularis), n.V.3 (lingualis)n. V.2 (mandibularis)n.V.3 (lingualis)n.V.2 (mandibularis)n. VII : m.orbikularis oris, m.levator labius oris, m. depressor labius, m.mentalisn.VII: m.zigomatikus,levator anguli oris, m.depressor anguli oris, m.risorius. m.businatorn.IX,X,XI : m.palatoglosusn.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen (motorik). FASE FARINGEALFase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.

2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

Gambar : Fase oral dan faringeal

Peranan saraf kranial pada fase faringealOrganAfferenEfferen

LidahPalatumHyoidNasofaringFaringLaringEsofagusn.V.3n.V.2, n.V.3n.Laringeus superior cab internus (n.X)n.Xn.Xn.rekuren (n.X)n.Xn.V :m.milohyoid, m.digastrikusn.VII : m.stilohyoidn.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoidn.XII :m.stiloglosusn.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatinin.V :m.tensor veli palatinin.V : m.milohyoid, m. Digastrikusn.VII : m. Stilohioidn.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioidn.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeusn.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor faring sup, m.konstriktor ffaring med.n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.n.IX :m.stilofaringn.X : m.krikofaring

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m.konstriktor faring.

2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian superior.

FASE ESOFAGEALPada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :1.dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

2.Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

Gambar : Fase esofagealCairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.PERANAN SISTEM SARAF DALAM PROSES MENELANProses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah6. Tersedak

Tersedak merupakan suatu kegawat daruratan yang sangat berbahaya, karena dalam beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau menyeluruh sehingga hanya dalam hitung menit klien akan kehilangan reflek nafas, denyut jantung dan kematian secara permanent dari batang otak, dalam bahasa lain kematian dari individu tersebut. Tersedak adalah tersumbatnya trakea seseorang oleh benda asing, muntah, darah, atau cairan lain

BATASAN ANATOMI1. Airway : Mulut, Larink, trachea,brokus terminalis

2. Breathing : alveoli,(paru), dinding dada, otot pernafasan

3. Circulation : jantung sebagai pompa, pembuluh darah sebagai pipa, darah : isi.

Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis terletak di belakang tenggorokan (jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan dengan lubang hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka di antara kerongkongan dan tenggorokan terdapat sebuah katup (epiglottis) yang bergerak secara bergantian menutup tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu. Saat bernafas, katup menutup kerongkongan agar udara menuju tenggorokan, sedangkan saat menelan makanan, katup menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan. Tersedak dapat terjadi bila makanan yang seharusnya menuju kerongkongan, malah menuju tenggorokan karena berbagai sebab.

KLASIFIKASI1. Obstruksi total yaitu pembuntuan saluran pernafasan secara total sehingga klien tidak dapat bernafas sama sekali, dan harus segera ditolong karena dalam beberapa menit klien akan mengalami kematian yang permanen. Bila terjadi obstruksi total maka akan terjadi atelektasis.

2. Fenomena check valve / Parsial yaitu pembuntuan saluran napas secara parsial atau tidak secara total, sehingga klien masih dapat bernapas tetapi kurang adekuat, dan benda asing harus segera dikeluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2 jaringan. Tetapi pengeluaran benda asing tersebut harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih, karena ditakutkan akan terjadi sumbatan total bila dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman. Bila terjadi obstruksi parsial maka dapat terjadi emphisema paru.

ETIOLOGIBenda asing Benda-benda tersebut bisa tersangkut pada:

a) LaringSecara progresif akan terjadi stridor, dispneu, apneu, penggunaan otot bantu nafas, sianois

b) Saluran nafas

Berdasarkan lokasi dibagi atas

Trachea

Benda asing didalam trachea tidak dapat dikeluarkan karena tersangkut didalam rimaglotis dan akhirnya tersangkut dilarink dan akhirnya dapat menimbulkan gejala obstruksi larink

Bronkus

Biasanya tersangkut pada bronkus kanan, benda asing ini kemudian dilapisi sekresi bronkus sehingga menjadi besar.

GEJALA Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah batuk-batuk, hal ini normal karena batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari tenggorokan. Akan tetapi semakin besar benda yang masuk maka gejala yang muncul lebih mirip orang yang tercekik ( choking) seperti : sesak nafas, tidak ada suara atau suara serak, mengi, hingga tidak nafas dan ini perlu tindakan medis yang segera untuk menghindari gawat nafas.

Pada usia balita, maka balita tersebut akan memegang lehernya yang merasa seperti tercekik. Apabila tersedak dalam kategori ringan maka ditandai dengan batuk-batuk hingga muntah. Apabila tersedak dengan kategori berat maka ditandai dengan batuk-batuk yang semakin lama semakin jarang dan akhirnya tidak dapat batuk sama sekali. Wajah membiru dan kemudian pingsanPada skenario, dr belagak tersedak karena makan terlalu cepat dan banyak sehingga bolus masuk ke jalur nafas akibat dari epiglotis yang tidak sempat menutup faring (bolus masuk ke trakea). Proses penelanan yang hanya berlangsung kurang dari 6 detik, mengakibatkan jika kita makan terlalu cepat dan banyak katup epiglotis yang juga berperan dalam proses pernafasan tidak sempat menutup faring. Hal inilah yang menyebabkan dr.Belagak tersedak

Daftar PustakaGuyton, Arthur.C dan John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC

Murray, Robert K, dkk. 2009. Biokimia Harper-edisi 27. Jakarta : EGC.Snell, Richard.S. 2000. Anatomi klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem-edisi 2. Jakarta :

EGC.

Kamus Saku Kedokteran Dorlandwww.wikipedia.org

Dr. Belagak

Berenang

Suhu Panas

Jam Biologis

Metabolisme

Kebutuhan energy

Lapar

Aroma sedap

Saraf Parasimpatis

Tambah lapar

Produksi saliva

Banyak + Cepat Makan

Tersedak

Banyak Minum

Bolus masuik ke jalan nafas

PAGE 10