Kelompok 3 - HAN
-
Upload
farizky-arif-prazada -
Category
Documents
-
view
268 -
download
0
description
Transcript of Kelompok 3 - HAN
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
“Analisis Materi Halaman 27-29”
Kelompok 3
1. Farizky Arif Prazada (1312011362)2. Regina Prananda R. (1312011360)3. I Wayan Wirakarsa (1312011363)4. Wahyu Novarianto (1212011381)5. Nisa Cornelya Pratiwi (1312011361)6. Cici Afriyanti (1412011083)7. Denny Arsyad (1412011096)8. Ambar Pujotomo (1412011034)9. Dewi Muslimah (1412011103)10. Dwi Ayu Lestari (1412011121)11. Dina Ariyani (1412011110)12. Dian Dwi Pratiwi (1412011106)13. Diaz Pratiwi Mukti (1412011107)14. Putri Wulandari (1312011252)15. Ilham Arrasyid (1312011150)
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
1.12 Kebebasan Bersifat Perbaikan
Apabila pengadilan menerima keputusan yang dibantah dengan pembenaran ada di dalam
lingkup pengadilan yang bersifat ultra vires atau pelanggaran terhadap sistematika pengadilan,
maka perbaikan dalam sistem remedi tidak akan dengan sendirinya mengikuti proses tersebut.
Istilah ubi ius ibi remidium tidak digunakan dengan paksaan. Dasar perbaikan (remedies) di
dalam keputusan pengadilan bersifat adanya kebebasan untuk menentukan atau memilih.
Pengadilan menolak perbaikan yang didasarkan pada penentangan norma moralitas oleh si
pelaku (Lihat Ward v Bradford Corporation (1971)). Dalam kasus Everett, menteri gagal dalam
kewajibannya mengumumkan alasan penolakannya terhadap masalah passport dan gagal
mendengarkan gambaran pengadilan untuk memberikan alasan pengecualian terhadap
kebijaksanaannya. Bagaimanapun juga, tidak ada perbaikan yang diberikan karena pelaku telah
menerima semua informasi yang seharusnya seorang menteri berikan, dan juga tidak ada
pegecualian keadaan apapun untuk membenarkan masalah passport, sehingga pelaku tidak akan
menerima ketidakadilan.
1.13 Hukum dan Politik
Hukum Administrasi pada dasarnya fokus pada aktivitas pemerintahan sebagai monolitik politik.
Negara modern memiliki tingkat kebijaksanaan yang tinggi, khususnya dalam peraturan
pertumbuhan ekonomi dan pembentukkan norma sosial. Subjek harus dipelajari dari banyak
peristiwa yang terjadi dalam kekuasaan negara, karena kebutuhan bermula pada perbedaan antara
ideologi politik yang bersifat pro. Hal ini terutama terjadi untuk menyatakan tindakan suatu
negara yang akan membuat tekanan pada pengenalan sebagai pemberian sebuah akibat. Itu jelas
membuktikan bahwa Hukum Administrasi adalah bagian dari suatu negara dan bersifat ipso
facto, yang artinya politik asli dan sebagai dasar, contoh yang paling jelas dilihat dari konflik
antara pemerintah pusat dan lokal (tidak bisa dilupakan bahwa Hukum Administrasi bukan hanya
sebagai sebuah senjata yang disimpan saja, tetapi sebagai suatu tantangan tindakan dari
departemen pemerintah pusat dari suatu negara. Itu bisa digunakan oleh negara sebagai
pemenuhan pengamanan dengan hukum. Semua ini sebagai alasan yang bersifat hak prerogative,
yang diterapkan oleh pengadilan untuk memberikan remidi pada saat melatih yurisdiksi tingkat
atas). Pertanyaan dari apa hubungan antara hukum dan politik atau apa hubungan yang
seharusnya menjadi subjek dari diskusi teorikalnya. Diskusi tersebut tidak bermaksud membatasi
jalannya hukum administrasi, tetapi diskusi itu seringkali mengambil langkah tepat di dalam
hukum administrasi.
Selama bertahun-tahun, terdapat pendekatan divisi dalam studi hukum itu sendiri. Istilah ‘Black
Letter’ memandang hukum sebagai seperangkat aturan yang diartikan dalam konteks ekonomi,
sosial, atau politik. Hukum adalah suatu disiplin pada jalur kebenarannya dan tidak
membingungkan, seperti ekonomi, ilmu sosial, ataupun ilmu politik. Fungsi dari pengacara
adalah untuk menentukan apa itu hukum dan bukan sebagai subjek dalam pemeriksaan kritis
dalam konteks yang lebih luas. Di lain hal, yang berhubungan dengan konteks tersebut,
memandang hubungan antara hukum dan teori ekonomi, sosial, dan politik sebagai pusat untuk
mempelajari hukum. Sesungguhnya, hukum dengan sendirinya akan mewujudkan ideologi
pemerintah – hukum adalah sebuah instrumen pemerintahan. Harlows dan Rawlings mengatakan
bahwa:
“Dibalik setiap teori hukum administrasi, ada kebohongan sebuah teori kenegaraan.
Suatu ketika dikatakan bahwa hukum konstitusional tidak dapat dipahami, kecuali dengan
penyataan sistem ekonomi yang digambarkan untuk menyampaikan sebuah benteng. Maksud
penyataan ini adalah bahwa perlengkapan pemerintah adalah kepentingan masyarakat. Hukum
konstitusi dan hukum administrasi fokus pada perlengkapan pemerintahan.”
Oleh karena itu, hukum saat ini tidak hanya merupakan seperangkat aturan yang diterapkan
secara mekanisme. Dampak dalam masyarakat umumnya harus bisa menjadi pertimbangan
dalam memilih satu interpretasi di atas yang lainnya.
Pendekatan ini meningkatkan luasnya pertanyaan-pertanyaan tentang hukum administrasi. Apa
peran dari hukum itu? Apa fungsi dari peradilan? Haruskah hakim mengabaikan dampak dari
keputusannya dalam hal ekonomi, sosial, budaya, atau politik? Jika tidak, apakah hakim
memiliki keahlian untuk mengakses dampak tersebut? Siapa yang harus dipercaya dengan
kekuasaan tertinggi, pemerintah atau pengadilan? Perdebatan yang luas bersifat teoritis. Sebagai
kesimpulan dari bab pengenalan ini, kita akan mengkaji secara singkat mengenai pendekatan
antara pemerintah dan hukum. Dan diistilahkan dengan teori ‘Red Light’ dan ‘Green Light’.
Teori Green Light dan Teori Red Light
Istilah ini pertama kali digunakan di dalam Hukum Administrasi Inggris oleh Harlow dan
Rawlings pada tahun 1984 dalam evaluasinya tentang objektivitas dari hukum administrasi. Pada
dasarnya, hal ini berpendapat bahwa dengan melihat hukum yang beroperasi sebagai sebuah
riwayat dari pemerintah pusat. Kemerdekaan peradilan dalam kerangka konstitusi keseimbangan
kekuasaan ditegaskan sebagaimana yang dinyatakan pada Ide Politik dalam Britani Modern
tahun 1978.
“Teori hukum belum merupakan bagian utama dari ide-ide politik di Inggris. Hukum
telah dianggap sebagai sebuah bagian terpisah dari konteks ide alami dan argumen
politik. Penilaian tertentu yang buruk mungkin memiliki konsekuensi politik yang telah
menolak yang tidak mengenal Tuhan, dan secara karakter dari sistem peradilan dan
hukum dari asumsi umum yang telah dipertimbangkan dalam perdebatan mengenai
politik dan tujuan bangsa.”
Teori Red Light memandang hukum dunia sebagai hukum yang tidak berpolitik, netral, dan
mandiri bagi pemerintahan, politik, dan administrasi. Karena teori-teori itu mendukung bangsa,
maka negara seharusnya membatasi lingkupnya di dalam bidang pertanahan tradisional,
pengamanan, hukum kriminal, dan ketertiban umum. Mereka menyarankan agar hukum
administrasi mencapai tujuannya sebagai pusat suatu negara. Latar belakangnya termasuk
kekuatan dugaan tumbuh dari pemerintah, penekanan pada kebebasan dan kontrol dimana yang
lebih besar yang akan mengakibatkan pemerintah akan mengamuk. Eksponen terbesar dari
kebiasaan ini akan dijelaskan oleh Dicey (Sebuah pengenalan pada pembelajaran konstitusi
hukum, 1959), dengan penekanannya pada aturan hukum sebagai sebuah mekanisme pengaturan
kekuasaan negara dan perlindungan individu.
ANALISIS
Beberapa perihal yang dapat dianalisis dari materi mengenai kebebasan bersifat perbaikan
(remedies), hukum dan politik, dan teori red light dan green light, yaitu:
1. Kebebasan yang bersifat perbaikan (remedies) dalam hal ini berhubungan dengan keputusan
pengadilan, yang memiliki maksud bahwa adanya kebebasan untuk menentukan atau
memilih di dalam menghadapi keputusan pengadilan sesuai dengan dasar perbaikan tersebut.
Indeed, the discretionary nature of remedies won’t follow the decision of court directly
without apply some applications, if there’s indication that was challenged within a
justiciable field. No remedies have been given, if the applicant has received the
informations. Namun, pengadilan tetap memberikan keadilan bagi si pelaku.
2. Hukum Administrasi dipandang sebagai hukum yang mendasar pada pemerintahan yang
bersifat monopolitik, yang bisa juga digunakan sebagai pemenuhan pengamanan dengan
hukum, yang dijelaskan dalam, “It can be used by the state itself to secure compliance with
the law by others. This was the very reason for the origin of the prerogative wits.”, dan
hukum administrasi disini juga dinilai memiliki hak prerogatif, seperti yang dijelaskan di
dalam kalimat tersebut, yang artinya hukum administrasi memiliki hak khusus untuk
pemerintah yang diberikan oleh sekelompok orang tertentu. It adopted by the courts to
provide a remedy when exercising their supervisory jurisdiction, maksudnya bahwa hukum
administrasi di dalam pengadilan diaplikasikan sebagai penyedia remedy untuk pelaksaan
yurisdiksi, yaitu tempat berlakunya undang-undang sesuai hukum. Di dalam sub-bab ini,
terdapat ahli yang memberikan pernyataan tentang segala perlengkapan pemerintahan adalah
kepentingan masyarakat. By this meant that the machinery of government is necessarily an
expression of the society. Both constitutional and administrative law are concerned with the
machine of government. Dikatakan bahwa hukum administrasi dan konstitusional berfokus
pada sistem pelaksanaan pemerintahan.
3. Di dalam Teori Red Light dijelaskan bahwa hukum administrasi diperlukan mencapai
tujuannya sebagai pusat suatu negara. It can be explained that the background includes
assumption’s power which comes from the government and some pressures on discretionary
and control where it perhaps gives impact to the anger of government. Teori ini memiliki
penekanan pada aturan hukum sebagai mekanisme atau cara kerja dari pemerintah dengan
tujuan mengatur kekuasaan negara dan melindungi masyarakatnya. To know more about the
objectivity of administrative law, we can see from that law which operates in the central
government, therefore, objectivity means how the government implements law in society.