Kelapa Sawit NELVI AY (Autosaved)

22
A. LATAR BELAKANG Kelapa sawit ( Elaeis ) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar ( biodiesel ). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh , pantai timur Sumatra , Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Latar Belakang Kelapa sawit diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini ditemukan tumbuh liar atau setengah liar di tepi sungai (Pahan, 2011). Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negara, dan perkebunan rakyat. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman multiguna. Tanaman tersebut mulai banyak menggantikan posisi penanaman komoditas perkebunan lain, yaitu tanaman karet. Tanaman kelapa sawit kini tersebar di berbagai daerah. Secara umum, dapat diindikasikan bahwa pengembangan perkebunan kelapa sawit masih mempunyai prospek harga, ekspor, dan pengembangan produk. Kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq.) adalah salah satu dari beberapa palma yang

description

kelapa sawit nelvi

Transcript of Kelapa Sawit NELVI AY (Autosaved)

A. LATAR BELAKANG

Kelapa sawit(Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannyamenghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. DiIndonesiapenyebarannya di daerahAceh, pantai timurSumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Latar Belakang Kelapa sawit diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini ditemukan tumbuh liar atau setengah liar di tepi sungai (Pahan, 2011). Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negara, dan perkebunan rakyat. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman multiguna. Tanaman tersebut mulai banyak menggantikan posisi penanaman komoditas perkebunan lain, yaitu tanaman karet. Tanaman kelapa sawit kini tersebar di berbagai daerah. Secara umum, dapat diindikasikan bahwa pengembangan perkebunan kelapa sawit masih mempunyai prospek harga, ekspor, dan pengembangan produk. Kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq.) adalah salah satu dari beberapa palma yang menghasilkan minyak untuk tujuan komersil. Minyak sawit selain digunakan sebagai minyak makanan margarine, dapat juga digunakan untuk industri sabun, lilin, dan dalam pembuatan lembaran-lembaran timah serta industri kosmetik (Dinas Perkebunan Dati I Irian Jaya, 1992). Kelapa sawit pertama kali diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, tepatnya di kebun raya Bogor (sLands Plantetuin Buitenzorg). Pada tahun 1876, Sir Yoseph Hooker mencoba menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli, Sumatera Utara. Sayangnya, 10 tahun kemudian, tanaman yang benihnya di bawa dari kebun raya Kew (London) ini ditebang habis dan diganti dengan tanaman kelapa. Sesudah tahun 1911, K. Schadt seorang berkebangsaan Jerman dan M. Adrien Hallet berkebangsaan Belgia mulai mempelopori budi daya tanaman kelapa sawit.

Manfaat kelapa sawit:

1. Bahan baku makanan

Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi bahan makanan seperti mentega, lemak untuk masakan, bahan tambahan cokelat, bahan baku es krim, pembuatan asam lemak, bahan baku berbagai industri ringan, dan bahan makanan ternak.

2. Bahan baku kosmetika dan Obat-Obatan

Krim, shampo, lotion, dan vitamin A adalah beberapa produk yang berasal dari minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit jauh lebih mudah diserap kulit dibandingkan dengan jenis minyak lain.

3. Bahan baku industri berat dan ringan

Pada industri kulit, minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan pelembut dan pelunak. Minyak kelapa sawit juga digunakan pada industri tekstil karena mudah dibersihkan. Sebagai pelumas, minyak kelapa sawit cukup baik digunakan karena tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi.

4. Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar mesin diesel yang dibuat dari minyak nabati atau lemak hewani. Biodiesel minyak sawit merupakan biodiesel yang dibuat dengan cara esterifikasi dan atau transesterifikasi minyak sawit dan alkohol rantai pendek.

5. Pemanfaatan limbah

Limbah yang dihasilkan kelapa sawit dapat dijadikan sebagai pupuk, dll.

Aset BiologisBagian ini akan membahas mengenai topik aset biologis. Di dalamnya akan dijelaskan mengenai pengertian dan gambaran umum tentang aset biologis, dan klasifikasi aset biologis khusunya pada tanaman perkebunan.Pengertian dan Gambaran Umum tentang AsetBiologisBagi entitas yang bergerak di industri perkebunan atau peternakan, maka akanmuncul jenis aset yang khusus pada sederet klasifikasi aset yang dilaporkannya. Asetk husus yang menjadi pembeda tersebut adalah aset biologis. Aset biologis adalah aset entitas berupa hewan dan atau tanaman (IAS 41). Sesuai dengan karakteristik mengenai aset, maka aset biologis ini pun juga merupakan hasil dari transaksi ekonomi entitas dimasa lalu, dikendalikan sepenuhnya oleh entitas, dan juga diharapkan akan memberikan manfaat bagi entitas di masa mendatang. Karakteristik khusus yang melekat pada aset biologis terletak pada adanyaprosestransformasiatauperubahanbiologisatasasetinisampaipadasaatnyaasetini dapat dikonsumsi atau dikelola lebih lanjut oleh entitas. Karakteristik khusus inilah yang juga melekat pada entitas industri perkebunan seperti yang dijadikan obyek padatulisan ini. Tranformasi biologis merupakan proses pertumbuhan, degenerasi, produksi,dan prokreasi yang disebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada makhluk hidupdan menghasilkan aset baru dalambentuk produk agrikultur atau aset biologis tambahanpadajenisyangsama. Terkaitdenganpenulisanini,makapenjelasan mengenai aset biologis dikhususkan pada aset biologis berupa tanaman perkebunan.

Klasifikasi AsetBiologis-Tanaman PerkebunanPada industri perkebunan, tanaman perkebunan merupakan komoditas utama entutas. Hal ini dikarenakan semua aktivitas entutas terkait operasional bisnisnya bermula pada proses pengelolaan dan hasil penjualan dari tanaman ini. Aset biologis khususnya yang berbentuk tanaman perkebunan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1. Tanaman semusimTanaman semusim dapat ditanam dan habis dipanen dalam satu siklus tanam.Termasuk dalam kategori tanaman semusim adalah tanaman pangan seperti: padi,kedelai, jagung, dan tebu.

2. Tanaman keras

Merupakan tanaman yang memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satutahun sebelum dapat dipanen secara komersial pertama kali. Contoh tanaman kerasantara lain: kelapa sawit, karet, dan coklat.

3.Tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali tetapi bukan tanaman keras,seperti: cabe, tomat, semangka, mentimun, dan lain-lain

4.Tanaman holtikulturaMerupakan tanaman yang hasil panennya dapat dikonsumsi langsung sepertibuah-buahan dan sayuran. Tanaman holtikultura dapat berupa:a.

Tanaman non holtikultura Merupakan tanaman yang hasil panennya tidak dapat dikonsumsi secara langsung. Tanaman non holtikultura dapat berupa :a.tanaman semusim, misalnya padi.B) tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali panen tapi bukan tanaman keras,contoh: bunga matahari. c) tanaman keras, contoh: kopi, teh, kelapa sawit, dan lain-lain.

5.Tanaman belum menghasilkanTanaman belum menghasilkan yang dapat berupa semua jenis tanaman, yangdapat dipanen lebih dari satu kali. Digunakan sebagai sebutan akun untuk menampungbiaya-biaya yangterjadisejak saatpenanaman sampaisaat tanaman tersebutsiap untukmenghasilkan secara komersial.

6.Tanaman telah menghasilkanMerupakan tanaman keras yang dapat dipanen lebih dari satu kali yang telahmenghasilkan secara komersial. Digunakan sebagai sebutan akun untuk biaya-biayayang sudah harus dikapitalisas sebagai bagian aktiva tetap

Standar AkuntansiKeuangan untuk IndustriPerkebunan-KehutananDidalam Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan di Indonesia, belumada pernyataan yang spesifik yang mengatur mengenai perlakuan akuntansi khusus bagiindustri perkebunan. Selama ini hanya ada PSAK 32 yang mengatur mengenai akuntansi kehutanan, yang juga ikut diterapkan dalam industri perkebunan. PSAK 32 ini sudah dicabut oleh IAI dan tidak dipergunakan lagi sebagai suatu standar akuntansi di Indonesia. Standar yang khusus mengenaipengungkapanataupelaporanasetbiologisbelumada.Dengandemikian,penyusunanlaporankeuanganbagientitasperkebunandilakukan berdasarkan penyesuaian terhadap konsep dan prinsip umum mengenaipelaporan keuangansepertiyang dijelaskanpadaPSAK No.1 danPeraturanBapepam tentang industri perkebunan, dan pedoman akuntansi lain yang sesuai. Secara umum,metode akuntansi yang dapat diterapkan oleh manajemen entitas perkebunan adalahmetode pencatatan dengan biaya historis (historical cost method).Peraturan mengenai PPN terbaru Perkebunan Kelapa Sawit

Pasal 9 ayat (6) Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009mengatur bahwa apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti,jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahanyang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Sebagai peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 9 ayat (6) tersebut di atas, Menteri Keuangan menerbitkanPeraturan Menteri Keuangan No. 78/PMK.03/2010,tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Melakukan Penyerahan Yang Terutang Pajak dan Penyerahan Yang Tidak Terutang Pajak.

Salah satu ketentuan yang penting dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010, adalah ketentuan Pasal 2 angka 1 yang menyatakan sebagai berikut:Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan :1. usaha terpadu (integrated), terdiri dari : a. unit atau kegiatan yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak; dan b. unit atau kegiatan lain yang melakukan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.Dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 2 angka 1, pihak Otoritas Pajak Indonesia melakukan koreksi fiskal atas Pajak Masukan yang berhubungan dengan penyerahan barang kena pajak dan atau penyerahan jasa kena pajak yang bertalian dengan produk hasil pertanian seperti: tandan buah segar (kelapa sawit) sebagai bahan untuk membuat Crude Palm Oil (CPO), daun teh sebagai bahan untuk membuat teh, kakao sebagai bahan untuk membuat coklat, jagung sebagai bahan untuk membuat minyak jagung, dan sebagainya, misalnya Pajak Masukan PPN atas pembelian puouk. Dengan koreksi tersebut, Pajak Masukan yang bertalian dengan produksi tandan buah segar, daun teh, kakao, jagung, dan sebagainya tidak boleh dikreditkan. Alasan dilakukannya koreksi tersebut adalah tandan buah segar kelapa sawit, daun teh, kakao, jagung dan sebagainyamerupakan barang strategisyang penyerahannyatidak terutangPajak Pertambahan Nilai (PPN).

Kebijakan Otoristas Pajak tersebut menimbukan kehebohan, sehingga para Pengusaha Kena Pajak, khususnya yang memproduksi Crude Palm Oil (CPO) mengajukan keberatan, kemudian banding ke Pengadilan Pajak, serta mengajukan Permohonan Peninjauan Kembali (PK) ke Mahkamah Agung; bahkan mengajukan Judicial Review ke Mahkamah Agung terhadap Peraturan Menteri Keuangan No. 78/PMK.03/2010 dengan alasan Peraturan Menteri Keuangan No. 78/PMK.03/2010 dianggap bertentangan dengan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan menyebabkan adanya pajak ganda.

Akibat dari kebijakan Otoraritas Pajak tersebut di atas, harga jaul CPO, teh, minyak jagung, coklat, dan hasil produk pertanian lainnya menjadi lebih mahal, karena dalam harga jual CPO dan sebagainya terdapat: 1) unsur Pajak Masukan yangtidak dapat dikreditkanyang kemudian oleh pengusaha dijadikan biaya (yang menambah harga pokok penjualan), dan 2) unsur pengenaan PPN atas PPN yang tidak bisa dikreditkan (cascade effect).

Karena adanya desakan dari berbagai kalangan, pada tahun 2014 Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.011/2014 tentangPerubahanPeraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010.

Salah satu ketentuan yang penting dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.011/ 2014 tersebut adalah ketentuan Pasal 2A ayat (1) dan (2) yang menyatakan sebagai berikut:

Ayat (1):

Pengusaha Kena Pajak yang:1. menghasilkan Barang Kena Pajak yang ataspenyerahannya termasuk dalam Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak; dan2. mengolah dan/atau memanfaatkan lebih lanjut Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a, baik melalui unit pengolahan sendiri maupun melalui titip olah dengan menggunakan fasilitas pengolahan Pengusaha Kena Pajak lainnya sehingga menjadi Barang Kena Pajak yang atas seluruh penyerahannya termasuk dalam Penyerahan yang Terutang Pajak,seluruh Pajak Masukanyang sudah dibayardapat dikreditkansesuai ketentuan peraturan perundang undangan di bidang perpajakan.

Ayat (2):

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak.Dengan adanya ketentuan Pasal 2A ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.011/ 2014 tersebut Pajak Masukan yang bertalian dengan produk tandan buah segar, daun teh, kakao, jagung dan sebagai yang tadinya tidak dapat dikreditkan berdasarkan kebijakan dari Otoritas Pajak, menjadi dapat dikreditkan.

B. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

pembukuan wajib pajak

perusahaan sebagai wajib pajak badan wajib menyelenggarakan pembukuan. Didalam pasal 28 UU KUP 2007 diatur beberapa hal terkait dengan pembukuan seperti:

Pajak Penghasilan (PPh)

a. PPh badan

secara umum, pengaturan PPh badan untuk industri kelapa sawit tidak berbeda dengan industri pada umumnya. Beberapa asepek yang bersifat khusus untuk industri kelapa sawit di antaranya diuraikan sebagai berikut:

1. bentuk usaha tetap

Pasal 2 ayat (5) huruf k UU PPh mengatur bahwa bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di indonesia, orang pribadi yang berada di indonesia tidak lebih dari 183 hari (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di indonesia, yang dapat berupa perikanan, pertanian, peternakan, perkebunan atau kehutanan. Ini berarti secara fiskal perusahaan yang berkedudukan di luar negeri bisa menjadi wajib pajak di indonesia ketika memiliki usaha dalam bidang usaha perkebunan. Akan tetapi, sampai saat ini kondisi ini belum pernah terjadi karena aspek legal BUT perkebunan belum mencakup hal ini.

2. biaya penyusutan

Pasal 11 ayat (7) UU PPh menyatakan bahwa dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidang usaha tertentu, seperti perkebunan tanaman keras, kehutanan dan peternakan perlu dibeikan pengaturan tersendiri untuk penyusutan harta berwujud yang digunakan dalam bidang-bidang usaha tertentu tersebut.

Surat keterangan bebas PPh

Pada tahap awal operasi, biasanya perkebunan kelapa sawit akan mengalami kerugian fiskal karena tanaman kelapa sawitnya belum menghasilkan (TBM). Pada periode ini, laporaan laba ruginya berisi beban usaha sehingga tidak akan ada pph badan terutang.

Pajak pertambahan nilai

Aspek PPN untuk industri kelapa sawit agak lebih spesifik untuk permasalahan TBS. Ini terkait dengan penerbitan peraturan pemerintah Nomor 31 Tahun 2007, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010, dan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-90/PJ/2011 tentang Pengkreditan Pajak Masukan pada perusahaan Terpadu kelapa sawit. Didalam ketentuan tersebut diatur bahwa TBS merupakan Barang Kena Pajak yang bersifat strategis dan mendapatkan fasilitas pembebasan PPN.

Pajak Masukan yang terkait dengan TBS tersebut tidak dapat dikreditkan sesuai dengan Pasal 16B UU PPN 2009. Pajak masukan atas kebun kelapa sawit tidak boleh dikreditkan. Terkait hal ini, pemeriksa pajak sering menggunakan dasar argumen bahwa dalam pengkreditan pajak masukan perlu menerapkan prinsip perlakuan yang sama (equal treatment) terhadap semua Wajib Pajak atau kasus-kasus dalam bidang perpajakan yang pada hakikatnya memiliki kesamaan, mengacu pada Penjelasan Pasal 16B ayat (1) UU PPN.

Pada saat petani sawit yang hanya memiliki kebun sawit (non-integrated) melakukan penyerahan (penjualan) hasil kebunnya yang berupa TBS, maka pajak masukan atas kegiatan memproduksi TBS tersebut tidak boleh dikreditkan. Mengapa? Karena penyerahan (penjualan) TBS tersebut dibebaskan PPN. Kemudian, atas dasar prinsip equal treatment sebagian pemeriksa juga menerapkan metode pengkreditan serupa pada perusahaan kelapa sawit terpadu (integrated).

Pajak bumi dan bangunan sektor perkebunan

a. perhitungan PBB terutang

pajak bumi dan bangunan adalah pajak negara yang dikenakan terhdap bumi dan/atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 12 tahun 19994. PBB adalah pajak kebendaan atas bumi dan/atau bangunan yang dikenakan terhadap orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai hak dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Khusus untuk PBB sektor Perkebunan, ringkasan perlakuan PBB sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak:

Dasar pengenaan PBB adalah NJOP, yaitu:

1. harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan

2. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti dalam hal tidak terdapat transaksi jual beli.

NJOP = Luas areal perkebunan x NJOP bumi/m2 + luas bangunan x NJOP bangunan/m2NJOP bumi/m2 = hasil konversi nilai tanah/m2 ke dalam klasifikasi NJOP bumi sebagaimana dimaksud dalam PerMenkeu No.150/PMK.03/2010

Nilai tanah = nilai dasar tanah + SIT

SIT = Standar Deviasi Tanaman = (biaya tenaga kerja + biaya bahan dan alat yang diinvestasikan untuk pembukaan lahan + biaya penanaman + biaya pemelihaaraan tanaman).

NJOP bangunan/m2 = hasil konversi nilai bangunan/m2 ke dalam klasifikasi NJOP bangunan sebagaimana dimaksud dalam PerMenkeu No.150/PMK.03/2010

NJKP = nilai jual kena pajak adalah 40% x NJOP

PBB terutang = 5% x NJKP

Pembelian lahan perkebunan kelapa sawit

PT ABC membeli lahan yang akan dijadikan perkebunan kelapa sawit di daerah Sumatera Utara seluas 25 Ha sebesar Rp 46.000.000.000, maka jurnal yang dibuat:

Tanah/lahan Rp 46.000.000.000

-

Kas/bank

-Rp 46.000.000.000

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PT. DEF, sebuah perkebunan sawit di Kalimantan Selatan pada tahun 2012 telah menyampaikan SPOP dengan rincian data sebagai berikut :

Tanah

1)Area kebun

a.Tanaman usia 2 tahun, dengan luas 300 Ha, NJOP per m2Rp 1.710,00

Standar Investasi Tanaman Rp 2.866.000,00 per Ha

b.Tanaman sudah menghasilkan, dengan luas 200 Ha, NJOP per m2Rp 1.710,00

Standar Investasi Tanaman Rp 5.784.000,00 per Ha

2) Area Implasemen

a.Kantor, luas 1 Ha, NJOP Rp 14.100,00 per m2b.Gudang, luas 2 Ha, NJOP kelas 147

c.Pabrik, luas 2 Ha, NJOP Rp 9.900,00 per m2d.Mess karyawan, luas 2 Ha, NJOP per m2Rp 14.100,00

Bangunan

1)Kantor 800 m2, kelas 072

2)Gudang 1.200 m2, NJOP Rp 505.000,00 per m23)Pabrik 4.500 m2, kelas 084

4)Mess karyawan 2.000 m2, kelas 072

Hitung PBB perkebunan tersebut, NJOPTKP Rp 10.000.000,00.

Hitung PBB terutang

Jawaban :Tanah

1)Area kebun

a.Tanaman usia 2 th = 3.000.000 x Rp 1.700= Rp 5.100.000.000

SIT= 300 x Rp 2.866.000 = Rp 859.000.000

b.Tanaman menghasilkan = 2.000.000 x Rp 1.700 = Rp 3.400.000.000

SIT = 200 x Rp 5.784.000= Rp 1.156.800.000

2)Area implasemen

a.Kantor = 10.000 x Rp 14.000 = Rp 140.000.000

b.Gudang = 20.000 x Rp 10.000 = Rp 200.000.000

c.Pabrik = 20.000 x Rp 10.000 = Rp 200.000.000

d.Mess karyawan= 20.000 x Rp 14.000 =Rp 280.000.000 +NJOP tanah = Rp 11.335.800.000

Bangunan

1)Kantor = 800 x Rp 700.000 = Rp 560.000.000

2)Gudang = 1.200 x Rp 505.000 = Rp 606.000.000

3)Pabrik = 4.500 x Rp 365.000 = Rp 1.642.500.000

4)Mess karyawan = 1.000 x Rp 700.000 =Rp 700.000.000 +NJOP bangunan = Rp 3.508.500.000

NJOP gabungan = Rp 14.844.300.000

NJOPTKP =Rp 10.000.000 NJOPKP = Rp 14. 834.300.000

PBB terutang pusat = 0,5% x 40% x Rp 14.835.100.000 = Rp 29.668.600

Jurnal PBB:

Beban Pajak Bumi dan BangunanRp 29.668.600

-

Kas/bank

-Rp 29.668.600

Pembibitan

Didalam proses ini meliputi kegiatan persiapan pembibitan dan pemeliharaan pembibitan yaitu harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang dikeluarkan entitas sampai dengan bibit siap tanam. Misalkan, PT XYZ membeli bibit tanaman kelapa sawit sebanyak 500 batang untuk membuat 4 (empat) blok tanaman kelapa sawit dengan harga satuan Rp. 45.000,- , maka jurnal atas transaksi tersebutadalah:

Persediaan-TanamanbelummenghasilkanRp.22.500.000,-

-PPN Masukan

Rp. 2.250.000

-Kas/UtangUsaha

-

Rp.22.500.000,-

Pembukaan lahan

Pada tahap ini meliputi kegiatan berupa perencanaan tata-ruang dan tata letak lahan, pembukaan lahan hutan, dan pembuatan jaringan jalan dan saluran air. Misalkan, PT ABC pada saat pembukaan lahan melakukan pembangunan parit-parit dan jembatan menggunakan jasa konstruksi sebesar Rp 60.000.000 oleh perusahaan yang tidak memiliki sertifikasi jasa konstruksi, maka jurnal yang dibuat adalah:

Beban konstruksi

Rp 60.000.000

-PPN masukan

Rp 6.000.000

-

Pph pasal 4 (2) terutang -

Rp 2.400.000

Kas/bank

-

Rp 57.600.000

Tarif pajak sebesar 4% terhadap penyedia jasa konstruksi yang tidak memiliki kualifikasi usaha Penanaman

Pada tahap ini meliputi kegiatan penanaman kacang-kacangan penutup tanah, biaya penanaman kelapa sawit. Misalkan PT ABC mengeluarkan biaya sebesar Rp 70.000.000 untuk melakukan penanaman kelapa sawit dan penanaman kacang-kacangan penutup tanah, maka jurnal yang dibuat adalah sbb:

Persediaam-Tanaman belum menghasilkanRp 70.000.000

-Kas/bank/hutang

-Rp 70.000.000

Pemupukan ( Setelah melakukan penanaman kelapa sawit, PT ABC melakukan pemberian pupuk terhadap tanaman kelapa sawit dengan mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk sebesar Rp 8.000.000, maka jurnal yang dibuat adalah sbb:Pembelian/persediaan pupukRp 8.000.000

PPN Masukan

Rp 800.000

Utang dagang/kas

Rp 8.800.000

Pada saat panen

Misalkan padasaatpanen diperolehhasilberupatandanbuah segar (TBS) sebesar 28.000 kg per blok, dalam rangka panen tersebut dikeluarkan biaya sewa alat panen sebesar Rp. 25.000.000,- kemudian biaya angkut hasil panen ke gudang sebesarRp. 17.700.000,-. Jurnalnya adalah:

Pph pasal 23:

pada saat akan melakukakan panen TBS dikeluarkan biaya sewa alat panen sebesar Rp 25.000.000, maka jurnal pph 23 yang dibuat adalah:

Beban sewa

Rp 25.500.000

-

Utang PPh 23

-Rp 500.000

Kas

-Rp 25.000.000

jurnal pada saat panen (biaya angkut hasil panen ke gudang)

Persediaan-TBSRp.17.700.000

-Kas/Utang

-

Rp.17.700.000

Pada saat penyerahan/penjualan Tandan Buah Segar (TBS) kepada pembeli sebesar Rp 350.000.000, maka jurnal yang dibuat:

Piutang dagang/kasRp 1.500.000.000

Penjualan

Rp 1.500.000.000

Note : Pada saat petani sawit yang hanya memiliki kebun sawit (non-integrated) melakukan penyerahan (penjualan) hasil kebunnya yang berupa TBS, maka pajak masukan atas kegiatan memproduksi TBS tersebut tidak boleh dikreditkan. Mengapa? Karena penyerahan (penjualan) TBS tersebut dibebaskan PPN.

PT ABCNeraca SaldoPer 31 desember xxxxAktiva

Aktiva lancar

Kas dan setara kasRp 411.689.000.000

PiutangRp 2.960.344.000.000

persediaanRp.14.016.039.000.000

Aktiva lancar lain-lainRp.567.773.000.000

Jumlah aktiva lancarRp.17.955.845.000,000

Aktiva tidak lancar

Tanaman belum menghasilkanRp.100.539.000.000

Aktiva tetap

tanah Rp.6.481.250.000.000

gedungRp.180.539.000.000

Mesin Rp.366.388.000.000

Akumulasi penyusutan(Rp.80.000.000.000)

Nilai buku aktiva tetap Rp.466.927.000.000

Jumlah aktiva tidak lancarRp.6.948.177.000.000

Jumlah aktivaRp.24.904.022.000.000

Kewajiban dan modal

Hutang lancarRp.3.743.362,000.000

Hutang usahaRp.4.739.838.000.000

Hutang jangka panjang

Hutang bankRp.1.890.690.000.000

Jumlah hutangRp.10.373.890.000.000

Modal

Modal awalRp.1.215.744.000.000

Laba ditahanRp.13.314.388.000.000

Jumlah modalRp.14.530.132.000.000

Jumlah hutang dan modalRp.24.904.022.000.000

SEMINAR PERPAJAKAN

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Disusun Oleh:Nelvi Christine Limpitaloka125120629AY

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA