kel 5
Transcript of kel 5
PROBLEM SOLVING SKILL (STRATEGI COPING)
Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method) :
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu
masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau
secara bersama-sama.
Kemampuan Pemecahan Masalah :
Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu tindakan untuk menyelesaikan
masalah atau proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat dalam menyelesaikan
masalah, yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahap-tahap pemecahan
masalah. Bisa juga dikatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan
keluar dari suatu kesulitan.
Masalah timbul karena adanya suatu kesenjangan antara apa yang diharapkan
dengan kenyataan, antara apa yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan, antara apa yang
telah diketahui yang berhubungan dengan masalah tertentu dengan apa yang ingin
diketahui. Kesenjangan itu perlu segera diatasi. Proses mengenai bagaimana mengatasi
kesenjangan ini disebut sebagai proses memecahkan masalah.
Pemecahan masalah sebagai salah satu aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Polya menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas
intelektual yang sangat tinggi.
Pemecahan masalah adalah suatu aktivitas intelektual untuk mencari
penyelesaiaan masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah
dimiliki. Branca (dalam Sumarmo, 1994)
Penyelesaian masalah :
Penyelesaian atau pemecahan masalah adalah bagian dari proses berpikir. Sering dianggap
merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan
masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan
modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini
terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana
untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju.
Tahapan penyelesaian masalah :
Kenali masalah secara umum/mendefinisikan masalah,
1. Temukan bukti dari permasalahan,
2. Carilah penyebab munculnya masalah,
3. Pertimbangkan berbagai kemungkinan untuk menemukan jalan keluar dari
masalah,
4. Pilihlah jalan keluar yang dengan mudah,
5. Laksanakan penyelasaian,
6. Periksa kembali dengan penyelesaian yang dilakukan.
Kadang-kadang masalah memerlukan beberapa pemikiran abstrak dan datang dengan
solusi kreatif :
Psikologi :
1. Dalam psikologi, pemecahan masalah mengacu pada keadaan keinginan untuk mencapai
'tujuan' yang pasti dari kondisi saat ini yang baik tidak langsung bergerak ke arah gawang,
jauh dari itu, atau kebutuhan logika yang lebih kompleks untuk menemukan deskripsi yang
hilang dari kondisi atau langkah-langkah ke arah gawang.
2. Dalam psikologi, pemecahan masalah adalah bagian penutup dari proses yang lebih
besar yang juga mencakup masalah menemukan dan masalah membentuk.
Dianggap paling kompleks dari semua fungsi intelektual, pemecahan masalah telah
didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol
lebih banyak keterampilan rutin atau fundamental.
3. Pemecahan masalah memiliki dua domain utama : pemecahan masalah matematika dan
masalah pribadi pemecahan mana, di kedua, beberapa kesulitan atau kendala yang
dihadapi.
4. Pemecahan masalah lebih lanjut terjadi ketika bergerak dari keadaan yang diberikan
kepada negara tujuan yang diinginkan diperlukan baik untuk organisme hidup atau sistem
kecerdasan buatan.
Ilmu Jiwa Klinik :
Tugas berbasis laboratorium sederhana dapat memecahkan berguna; Namun,
mereka biasanya menghilangkan kompleksitas dan valensi emosional "dunia nyata"
masalah. Dalam psikologi klinis, peneliti telah berfokus pada peran emosi dalam
pemecahan masalah (D'Zurilla & Goldfried, 1971; D'Zurilla & Nezu, 1982), menunjukkan
bahwa kontrol emosional yang buruk dapat mengganggu fokus pada tugas target dan
menghambat penyelesaian masalah (Rath, Langenbahn, Simon, Sherr, & Diller, 2004).
Dalam konseptualisasi ini, pemecahan masalah manusia terdiri dari dua proses yang
terkait: orientasi masalah, yang motivasi/sikap/afektif pendekatan untuk situasi problematis
dan kemampuan memecahkan masalah. Bekerja dengan individu dengan cedera lobus
frontal, neuropsychologists telah menemukan bahwa defisit dalam pengendalian emosi dan
penalaran dapat diatasi, meningkatkan kapasitas orang-orang yang terluka untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari berhasil (Rath, Simon, Langenbahn, Sherr, & Diller,
2003).
Ilmu Kognitif :
Karya eksperimental awal Gestaltists di Jerman menempatkan awal pemecahan
masalah penelitian ( misalnya , Karl Duncker pada tahun 1935 dengan bukunya Psikologi
berpikir produktif. Kemudian karya eksperimental ini terus berlanjut sampai tahun 1960-an
dan awal 1970-an dengan penelitian yang dilakukan pada tugas-tugas laboratorium yang
relatif sederhana (tapi baru untuk peserta ) pemecahan masalah . Memilih tugas-tugas baru
yang sederhana didasarkan pada solusi optimal yang jelas dan pendek waktu untuk
menyelesaikan , yang dimungkinkan bagi para peneliti untuk melacak langkah-langkah
peserta dalam proses pemecahan masalah. Peneliti ' asumsi yang mendasari adalah bahwa
tugas-tugas sederhana seperti Tower of Hanoi sesuai dengan sifat-sifat utama dari " dunia
nyata " masalah dan dengan demikian proses kognitif karakteristik dalam peserta upaya
untuk memecahkan masalah sederhana yang sama untuk " dunia nyata " masalah juga ;
masalah sederhana yang digunakan untuk alasan kenyamanan dan dengan harapan bahwa
berpikir generalisasi untuk masalah yang lebih kompleks akan menjadi mungkin . Mungkin
contoh yang paling terkenal dan paling mengesankan dari baris ini penelitian adalah
pekerjaan oleh Allen Newell dan Herbert A. Simon . ahli lain menunjukkan bahwa prinsip
dekomposisi meningkatkan kemampuan pemecah masalah untuk membuat penilaian yang
baik .
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.
1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya
dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
3) Potensi intelektual siswa meningkat.
4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan
penemuan.
Langkah – Langkah Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method) :
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002) dapat
dilakukan melalui enam tahap yaitu :
Tahap – Tahap Kemampuan yang
diperlukan
1) Merumuskan
masalah
Mengetahui dan
merumuskan masalah
secara jelas
2) Menelaah masalah Menggunakan
pengetahuan untuk
memperinci
menganalisa masalah
dari berbagai sudut
3) Merumuskan
hipotesis
Berimajinasi dan
menghayati ruang
lingkup, sebab – akibat
dan alternative
penyelesaian
4) Mengumpulkan dan
mengelompokkan data
Kecakapan mencari dan
menyusun data
sebagai bahan
pembuktian hipotesis
menyajikan data dalam
bentuk diagram,gambar
dan tabel
5) Pembuktian
hipotesis
Kecakapan menelaah
dan membahas data,
kecakapan menghubung
– hubungkan dan
menghitung
Ketrampilan mengambil
keputusan dan
kesimpulan
6) Menentukan pilihan
penyelesaian
Kecakapan membuat
altenatif penyelesaian
kecakapan dengan
memperhitungkan akibat
yang terjadi pada setiap
pilihan
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan langkah – langkah yang
harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan pembelajaran problem solving sebagai
berikut:
1. Merumuskan masalah
Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan mengetahui
dan merumuskan suatu masalah.
2. Menelaah masalah
Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah menganalisis dan merinci
masalah yang diteliti dari berbagai sudut.
3. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data dalam bentuk bagan,
gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis.
4. Pembuktian hipotesis
Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan
membahas data yang telah terkumpul.
5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
Dalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang
diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif pemecahan, memilih alternatif
pemecahan dan keterampilan mengambil keputusan.
Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah (Problem Solving Method) :
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun
keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk
mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di
hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan
mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat
pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti
beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya
dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Dalam pembelajaran problem solving
ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.
Jenis stressor yaitu Fisik, Psikologis, dan Sosial :
- Stressor fisik berasal dari luar : seperti Zat kimia, polusi, makanan, mikroba,
radiasi, suara, obat-obatan, suhu udara, kelembaban, trauma, latihan fisik.
- Stressor psikologis : berupa emosi yang sangat kuat, biasanya yang bersifat negatif,
seperti : frustasi, anxietas, rasa bersalah, kuatir, marah, benci, sedih, cemburu, rasa
kasihan pada diri sendiri, rasa rendah diri, takut.
- Stressor sosial : yaitu tekanan dari luar yang disebabkan oleh interaksi individu
dengan lingkungannya. Banyak stressor sosial yang bersifat traumatik dan tak dapat
dihindari, seperti : Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun,
perceraian, masalah keuangan, pindah rumah
Strategi Coping :
Adalah usaha atau strategi untuk memecahkan masalah.
Strategi coping dibagi 2:
1. Problem-focused coping (P), yang menitikberatkan pada upaya pemecahan masalah
2. Emotion-focused coping (E), yang menekankan pada regulasi emosi
Bentuk2 strategi coping menurut Folkman dan Lazarus :
- Planful problem-solving (P). Melakukan analisa untuk mendapatkan solusi dan
langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah. Ex: menghadapi
ujian/pertimbangan waktu; pertimbangan tingkat kesulitan dan banyaknya bahan;
membagi proporsi waktu belajar; menetukan cara belajar apa yang efektif.
- Confrontive coping (P). Dalam melaksanakan strategi ini, Anda berani untuk
melakukan respon yang asertif untuk merubah situasi. Ex: mengemukakan
keberatan, protes, demo.
- Seeking social-support (P/E). Strategi ini dapat dilakukan untuk menyelesaikan
masalah maupun untuk regulasi emosi. Ex: meminta bantuan seorang teman
untuk memecahkan masalah (P) atau berkeluh kesah pada sahabat (E).
- Self-control (E) mencakup pengendalian diri untuk memodulasi emosi. Marah
sekali tapi tetap berusaha mengendalikan emosi.
- Distancing (E) terjadi saat seseorang secara kognitif, “menjauhi” permasalahan
yang dihadapi.
- Escape-Avoidance (E). Dalam pelaksanaannya, seseorang “melarikan diri” dari
masalah yang dihadapi, menyerah dan hanya pasrah.
- Accepting Responsibility ( E). Menyadari posisi dalam permasalahan sekaligus
berupaya memperbaiki keadaan. Ex: gagal memimpin organisasi à melihatnya
sebagai akibat dari ketidakmampuanàmelakukan pembagian kerja yang
baik sebagai hasil dari menerima kekurangan.
- Positive reappraisal (E) adalah saat Anda mencoba mendapatkan pemahaman
positif dari sebuah masalah. Ex: Walaupun patah hati karena merasa tidak cukup
menarik sehingga si gebetan tidak memperhatikan, hal tersebut dilihat sebagai
pengalaman berharga yang mengajarkan sesuatu.
COPING MECHANISM (MEKANISME PERTAHANAN DIRI)
Coping merupakan hal yang berpengaruh pada kondisi psikologis dan kesehatan.
Pengembangan perilaku coping dapat mengurangi stres dan kemampuan seseorang
memecahkan masalah dan menyeimbangkan mental dan kondisi psikologis. Respon
pertama dan kedua dalam coping adalah seperti gejala depresi. Penelitian mengatakan
bahwa sifat personal menetukan gaya coping pada seseorang. Parker 1986 menyatakan
bahawa ekstraversi mempunyai efek positif dan aktif. Ketika menghadapi suatu stres
sesorang dengan keterampilan coping yang kurang (coping in efisiensi) lebih rentan
menjadi jelek kondisinya dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai skill
coping yang lebih tinggi. Seseorang dengan coping skill tinggi lebih menguntungkan
daripada seseorang rata-rata (average person).
Mahasiswa di pendidikan tinggi, sering menghadapi fase krusial psikologi dan
perkembangan personaliti. Coping style dapat berpengaruh pada fisik dan perkembangan
emosional. Gaya coping atau pertahanan mahasiswa dapat diukur dengan Coping style
questionnaire ( CSQ). Ada 6 faktor yaitu pemecahan masalah, memperbaiki diri (self
blame), berusaha menolong (help seeking), fantasizing (angan-
angan), avoidance (penghindaran), dan rasionalisasi. Dari 6 faktor akan di bagi menjadi
tiga coping style : 1. mature style (problem solving, help seeking), 2. mixed
type (rasionalisasi), 3. Immature type (self blame, fantasi, penghindaran).
Pada mahasiswa kedokteran coping style yang terbanyak adalah immature. Coping
style masing-masing individu menghasilkan suatu interaksi antara, sifat sesorang dengan
situasi stress. Coping style adalah cara seseorang untuk mengurangi stres, menjaga
keseimbangan psikologis, dan mengontrol prilaku dengan hal-hal yang ditemui di dunia
luar (eksternal). Coping style rasional adalah menggunakan pikiran pada coping style
untuk mengahdapai kesulitan dan stres. Mereka sanggup menghadapi berbagai macam
kesulitan secara optimal. Mereka kesehariannya, hidup dalam kematangan dan mempunyai
emosi yang stabil. Mahasiswa laki-laki umumnya lebih mature dari pada mahasiswa
perempuan. Seseorang dengan mature style mempunyai kesehatan mental lebih bagus,
immature mempunyai kesehatan mental yang jelek.
Penelitian oleh Moffat dkk, mengatakan bahwa memberikan feedback,
pendampingan, tentang kemajuan mahasiswa dapat mengurangi stres pada mahasiswa.
Stres yang dihadapi mahasiwa kedokteran terdapat 3 area yaitu tekanan academik, masalah
sosial dan masalah keuangan terutama mahasiswa dengan kurikulum pbl. Beban kuliah
dan kejenuhan merupakan penyebab stres serta takut akan kegagalan juga menyebabkan
stress.
Meskipun stress merupakan mempunyai efek yang positif, ini dapat membahayakan
psikologis dan kesehatan. Depresi dan kecemasan mempunyai hubungan dengan
pengetahuan, daya tahan personal dan kemampuan. Kecemasan dihubungkan dengan
perasaan rendah diri, kompetisi kelompok, lama waktu dan kehilangan waktu
bersosialisasi.
Glasslow 1996 mengatakan bahwa dengan pbl mahasiswa diharapkan mengatur
waktunya sendiri 50%, banyak belajar mandiri dan sedikitnya perkuliahan. Sehingga
konsekuensinya harus meningkatkan tanggungjawab untuk belajar secara personal.
Coping mekanisme dan strategi mahasiswa:
1. Positive reframing: merencanakan, penerimaan,
2. Active coping,
3. Self distraction (kebingunan sendiri), menyalahkan diri sendiri, mecari dukungan
emosional, dukungan materi, humor, mencari jalan keluar, menyangkal, prilaku tidak
setuju, obat-obatan.