kel 5

14
PROBLEM SOLVING SKILL (STRATEGI COPING) Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method) : Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Kemampuan Pemecahan Masalah : Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu tindakan untuk menyelesaikan masalah atau proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat dalam menyelesaikan masalah, yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahap-tahap pemecahan masalah. Bisa juga dikatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan. Masalah timbul karena adanya suatu kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan, antara apa yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan, antara apa yang telah diketahui yang berhubungan dengan masalah tertentu dengan apa yang ingin diketahui. Kesenjangan itu perlu segera diatasi. Proses mengenai bagaimana mengatasi kesenjangan ini disebut sebagai proses memecahkan masalah. Pemecahan masalah sebagai salah satu aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi. Polya menyatakan bahwa pemecahan

Transcript of kel 5

Page 1: kel 5

PROBLEM SOLVING SKILL (STRATEGI COPING)

Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method) :

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam

kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu

masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau

secara bersama-sama.

Kemampuan Pemecahan Masalah :

Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu tindakan untuk menyelesaikan

masalah atau proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat dalam menyelesaikan

masalah, yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahap-tahap pemecahan

masalah. Bisa juga dikatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan

keluar dari suatu kesulitan.

Masalah timbul karena adanya suatu kesenjangan antara apa yang diharapkan

dengan kenyataan, antara apa yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan, antara apa yang

telah diketahui yang berhubungan dengan masalah tertentu dengan apa yang ingin

diketahui. Kesenjangan itu perlu segera diatasi. Proses mengenai bagaimana mengatasi

kesenjangan ini disebut sebagai proses memecahkan masalah.

Pemecahan masalah sebagai salah satu aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Polya menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas

intelektual yang sangat tinggi.

Pemecahan masalah adalah suatu aktivitas intelektual untuk mencari

penyelesaiaan masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah

dimiliki. Branca (dalam Sumarmo, 1994)

Penyelesaian masalah :

Penyelesaian atau pemecahan masalah adalah bagian dari proses berpikir. Sering dianggap

merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan

masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan

Page 2: kel 5

modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini

terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana

untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju.

Tahapan penyelesaian masalah :

Kenali masalah secara umum/mendefinisikan masalah,

1. Temukan bukti dari permasalahan,

2. Carilah penyebab munculnya masalah,

3. Pertimbangkan berbagai kemungkinan untuk menemukan jalan keluar dari

masalah,

4. Pilihlah jalan keluar yang dengan mudah,

5. Laksanakan penyelasaian,

6. Periksa kembali dengan penyelesaian yang dilakukan.

Kadang-kadang masalah memerlukan beberapa pemikiran abstrak dan datang dengan

solusi kreatif :

Psikologi :

1. Dalam psikologi, pemecahan masalah mengacu pada keadaan keinginan untuk mencapai

'tujuan' yang pasti dari kondisi saat ini yang baik tidak langsung bergerak ke arah gawang,

jauh dari itu, atau kebutuhan logika yang lebih kompleks untuk menemukan deskripsi yang

hilang dari kondisi atau langkah-langkah ke arah gawang.

2. Dalam psikologi, pemecahan masalah adalah bagian penutup dari proses yang lebih

besar yang juga mencakup masalah menemukan dan masalah membentuk.

Dianggap paling kompleks dari semua fungsi intelektual, pemecahan masalah telah

didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol

lebih banyak keterampilan rutin atau fundamental.

3. Pemecahan masalah memiliki dua domain utama : pemecahan masalah matematika dan

masalah pribadi pemecahan mana, di kedua, beberapa kesulitan atau kendala yang

dihadapi.

Page 3: kel 5

4. Pemecahan masalah lebih lanjut terjadi ketika bergerak dari keadaan yang diberikan

kepada negara tujuan yang diinginkan diperlukan baik untuk organisme hidup atau sistem

kecerdasan buatan.

Ilmu Jiwa Klinik :

Tugas berbasis laboratorium sederhana dapat memecahkan berguna; Namun,

mereka biasanya menghilangkan kompleksitas dan valensi emosional "dunia nyata"

masalah. Dalam psikologi klinis, peneliti telah berfokus pada peran emosi dalam

pemecahan masalah (D'Zurilla & Goldfried, 1971; D'Zurilla & Nezu, 1982), menunjukkan

bahwa kontrol emosional yang buruk dapat mengganggu fokus pada tugas target dan

menghambat penyelesaian masalah (Rath, Langenbahn, Simon, Sherr, & Diller, 2004).

Dalam konseptualisasi ini, pemecahan masalah manusia terdiri dari dua proses yang

terkait: orientasi masalah, yang motivasi/sikap/afektif pendekatan untuk situasi problematis

dan kemampuan memecahkan masalah. Bekerja dengan individu dengan cedera lobus

frontal, neuropsychologists telah menemukan bahwa defisit dalam pengendalian emosi dan

penalaran dapat diatasi, meningkatkan kapasitas orang-orang yang terluka untuk

menyelesaikan masalah sehari-hari berhasil (Rath, Simon, Langenbahn, Sherr, & Diller,

2003).

Ilmu Kognitif :

Karya eksperimental awal Gestaltists di Jerman menempatkan awal pemecahan

masalah penelitian ( misalnya , Karl Duncker pada tahun 1935 dengan bukunya Psikologi

berpikir produktif. Kemudian karya eksperimental ini terus berlanjut sampai tahun 1960-an

dan awal 1970-an dengan penelitian yang dilakukan pada tugas-tugas laboratorium yang

relatif sederhana (tapi baru untuk peserta ) pemecahan masalah . Memilih tugas-tugas baru

yang sederhana didasarkan pada solusi optimal yang jelas dan pendek waktu untuk

menyelesaikan , yang dimungkinkan bagi para peneliti untuk melacak langkah-langkah

peserta dalam proses pemecahan masalah. Peneliti ' asumsi yang mendasari adalah bahwa

tugas-tugas sederhana seperti Tower of Hanoi sesuai dengan sifat-sifat utama dari " dunia

nyata " masalah dan dengan demikian proses kognitif karakteristik dalam peserta upaya

untuk memecahkan masalah sederhana yang sama untuk " dunia nyata " masalah juga ;

masalah sederhana yang digunakan untuk alasan kenyamanan dan dengan harapan bahwa

berpikir generalisasi untuk masalah yang lebih kompleks akan menjadi mungkin . Mungkin

contoh yang paling terkenal dan paling mengesankan dari baris ini penelitian adalah

Page 4: kel 5

pekerjaan oleh Allen Newell dan Herbert A. Simon . ahli lain menunjukkan bahwa prinsip

dekomposisi meningkatkan kemampuan pemecah masalah untuk membuat penilaian yang

baik .

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak

dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.

1)      Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya

dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2)      Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.

3)      Potensi intelektual siswa meningkat.

4)      Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan

penemuan.

Langkah – Langkah Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method) :

Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002) dapat

dilakukan melalui enam tahap yaitu :

Tahap – Tahap Kemampuan yang

diperlukan

1)     Merumuskan

masalah

Mengetahui dan

merumuskan masalah

secara jelas

2)      Menelaah masalah Menggunakan

pengetahuan untuk

memperinci

menganalisa masalah

dari berbagai sudut

3)     Merumuskan

hipotesis

Berimajinasi dan

menghayati ruang

lingkup, sebab – akibat

dan alternative

penyelesaian

4)      Mengumpulkan dan

mengelompokkan data

Kecakapan mencari dan

menyusun data

Page 5: kel 5

sebagai bahan

pembuktian hipotesis

menyajikan data dalam

bentuk diagram,gambar

dan tabel

5)     Pembuktian

hipotesis

Kecakapan menelaah

dan membahas data,

kecakapan menghubung

– hubungkan dan

menghitung

Ketrampilan mengambil

keputusan dan

kesimpulan

6)      Menentukan pilihan

penyelesaian

Kecakapan membuat

altenatif penyelesaian

kecakapan dengan

memperhitungkan akibat

yang terjadi pada setiap

pilihan

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan langkah – langkah yang

harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan pembelajaran problem solving sebagai

berikut:

1.      Merumuskan masalah

Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan mengetahui

dan merumuskan suatu masalah.

2.      Menelaah masalah

Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah menganalisis dan merinci

masalah yang diteliti dari berbagai sudut.

3.      Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis

Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data dalam bentuk bagan,

gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis.

Page 6: kel 5

4.      Pembuktian hipotesis

Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan

membahas data yang telah terkumpul.

5.      Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan

Dalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang

diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif pemecahan, memilih alternatif

pemecahan dan keterampilan mengambil keputusan.

Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah (Problem Solving Method) :

Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun

keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk

mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di

hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan

mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa

untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat

pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.

Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti

beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya

alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya

dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Dalam pembelajaran problem solving

ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode

pembelajaran yang lain.

Jenis stressor yaitu Fisik, Psikologis, dan Sosial :

- Stressor fisik berasal dari luar : seperti Zat kimia, polusi, makanan, mikroba,

radiasi, suara, obat-obatan, suhu udara, kelembaban, trauma, latihan fisik.

- Stressor psikologis : berupa emosi yang sangat kuat, biasanya yang bersifat negatif,

seperti : frustasi, anxietas, rasa bersalah, kuatir, marah, benci, sedih, cemburu, rasa

kasihan pada diri sendiri, rasa rendah diri, takut.

- Stressor sosial : yaitu tekanan dari luar yang disebabkan oleh interaksi individu

dengan lingkungannya. Banyak stressor sosial yang bersifat traumatik dan tak dapat

Page 7: kel 5

dihindari, seperti : Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun,

perceraian, masalah keuangan, pindah rumah

Strategi Coping :

            Adalah usaha atau strategi untuk memecahkan masalah.

Strategi coping dibagi 2:

1. Problem-focused coping (P), yang menitikberatkan pada upaya pemecahan masalah

2. Emotion-focused  coping (E), yang menekankan pada regulasi emosi

Bentuk2 strategi coping menurut Folkman dan Lazarus :

- Planful problem-solving (P).  Melakukan analisa untuk mendapatkan solusi dan

langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah. Ex: menghadapi

ujian/pertimbangan waktu;  pertimbangan tingkat kesulitan  dan banyaknya bahan; 

membagi proporsi waktu belajar;  menetukan cara belajar apa yang efektif.

- Confrontive coping (P). Dalam melaksanakan strategi ini, Anda berani untuk

melakukan respon yang asertif untuk merubah situasi. Ex:  mengemukakan

keberatan, protes, demo.

- Seeking social-support (P/E). Strategi ini dapat dilakukan untuk menyelesaikan

masalah maupun untuk regulasi emosi. Ex:  meminta bantuan seorang teman

untuk memecahkan masalah (P) atau berkeluh kesah pada sahabat (E).

- Self-control (E) mencakup pengendalian diri untuk memodulasi emosi.  Marah

sekali tapi tetap berusaha mengendalikan emosi.

- Distancing (E) terjadi saat seseorang secara kognitif, “menjauhi” permasalahan

yang dihadapi.

- Escape-Avoidance (E). Dalam pelaksanaannya, seseorang “melarikan diri” dari

masalah yang dihadapi, menyerah dan hanya pasrah.

- Accepting Responsibility ( E). Menyadari posisi dalam permasalahan sekaligus

berupaya memperbaiki keadaan. Ex: gagal memimpin organisasi à melihatnya

sebagai akibat dari ketidakmampuanàmelakukan pembagian kerja yang

baik sebagai hasil dari menerima kekurangan.

- Positive reappraisal (E) adalah saat Anda mencoba mendapatkan pemahaman

positif dari sebuah masalah. Ex:  Walaupun patah hati karena merasa tidak cukup

Page 8: kel 5

menarik sehingga si gebetan tidak memperhatikan, hal tersebut dilihat sebagai

pengalaman berharga yang mengajarkan sesuatu.

COPING MECHANISM (MEKANISME PERTAHANAN DIRI)

Coping merupakan hal yang berpengaruh pada kondisi psikologis dan kesehatan.

Pengembangan perilaku coping dapat mengurangi stres dan kemampuan seseorang

memecahkan masalah dan menyeimbangkan mental dan kondisi psikologis. Respon

pertama dan kedua dalam coping adalah seperti gejala depresi. Penelitian mengatakan

bahwa sifat personal menetukan gaya coping pada seseorang. Parker 1986 menyatakan

bahawa ekstraversi mempunyai efek positif dan aktif. Ketika menghadapi suatu stres

sesorang dengan keterampilan coping  yang kurang (coping in efisiensi) lebih rentan

menjadi jelek kondisinya dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai skill

coping yang lebih tinggi. Seseorang dengan coping skill tinggi lebih menguntungkan

daripada seseorang rata-rata (average person).

Mahasiswa di pendidikan tinggi, sering menghadapi fase krusial psikologi dan

perkembangan personaliti. Coping style dapat berpengaruh pada fisik dan perkembangan

emosional. Gaya coping atau pertahanan mahasiswa dapat diukur dengan Coping style

questionnaire ( CSQ). Ada 6 faktor yaitu pemecahan masalah, memperbaiki diri (self

blame), berusaha menolong (help seeking), fantasizing (angan-

angan), avoidance (penghindaran), dan rasionalisasi. Dari 6 faktor akan di bagi menjadi

tiga coping style : 1. mature style (problem solving, help seeking), 2. mixed

type (rasionalisasi), 3. Immature type (self blame, fantasi, penghindaran).

Pada mahasiswa kedokteran coping style  yang terbanyak adalah immature. Coping

style masing-masing individu menghasilkan suatu interaksi antara, sifat sesorang dengan

situasi stress. Coping style adalah cara seseorang untuk mengurangi stres, menjaga

keseimbangan psikologis, dan mengontrol prilaku dengan hal-hal yang ditemui di dunia

luar (eksternal). Coping style rasional adalah menggunakan pikiran pada coping style

untuk mengahdapai kesulitan dan stres. Mereka sanggup menghadapi berbagai macam

kesulitan secara optimal. Mereka kesehariannya, hidup dalam kematangan dan mempunyai

emosi yang stabil. Mahasiswa laki-laki umumnya lebih mature dari pada mahasiswa

Page 9: kel 5

perempuan. Seseorang dengan mature style mempunyai kesehatan mental lebih bagus,

immature mempunyai kesehatan mental yang jelek.

Penelitian oleh Moffat dkk, mengatakan bahwa memberikan feedback,

pendampingan, tentang kemajuan mahasiswa dapat mengurangi stres pada mahasiswa.

Stres yang dihadapi mahasiwa kedokteran terdapat 3 area yaitu tekanan academik, masalah

sosial dan masalah keuangan terutama mahasiswa  dengan kurikulum pbl. Beban kuliah

dan kejenuhan merupakan penyebab stres serta takut akan kegagalan juga menyebabkan

stress.

Meskipun stress merupakan mempunyai efek yang positif, ini dapat membahayakan

psikologis dan kesehatan. Depresi dan kecemasan mempunyai hubungan dengan

pengetahuan, daya tahan personal dan kemampuan. Kecemasan dihubungkan dengan

perasaan rendah diri, kompetisi kelompok, lama waktu dan kehilangan waktu

bersosialisasi.

Glasslow 1996 mengatakan bahwa dengan pbl mahasiswa diharapkan mengatur

waktunya sendiri 50%, banyak belajar mandiri dan sedikitnya perkuliahan. Sehingga

konsekuensinya harus meningkatkan tanggungjawab untuk belajar secara personal.

Coping mekanisme dan strategi mahasiswa:

1. Positive reframing: merencanakan, penerimaan,

2. Active coping,

3. Self distraction (kebingunan sendiri), menyalahkan diri sendiri, mecari dukungan

emosional, dukungan materi, humor, mencari jalan keluar, menyangkal, prilaku tidak

setuju, obat-obatan.